Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SUMBER BELAJAR ABAD 21

DOSEN PENGAMPU
Drs.HENDRIPIDES, M.Si
NIP : 19631020 198903 1002

DISUSUN OLEH:
RADHA REVINA 2005134899

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena oleh berkat dan
kasih karunia-Nya kepada kita. sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang
“Sumber Belajar Abad 21” ini dengan baik.

Saya juga sangat berterimakasih kepada Bapak Drs.HENDRIPIDES, M.Si.Yang telah


mebimbing saya dan mengarahkan saya dalam proses pembuatan makalah ini. Dengan
senang hati, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya
selama proses penyelesaian makalah tentang “Sumber Abad 21” ini.

Semoga dengan adanya makalah tentang “Sumber Abad21”ini dapat menambah


wawasan kita.Sami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Maka dari
itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan positif dalam
menyempurnakan makalah ini.

Penulis

Radha Revina
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................……i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
A. KOMPETENSI DAN PROFESIONAL SKILL ABAD 21..................................................4
1. Kompetensi Guru...........................................................................................................4
2. Profesional Guru............................................................................................................4
B.PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PENDIDIKAN......................... 11
C. MEMBANGUN SISTEM INFORMASI TEKNOLOGI untuk PENDIDIKAN................13
D.PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI dan KOMUNIKASI dalam DUNIA PENDIDIKAN..
BAB III PENUTUP..................................................................................................................14
1. Kesimpulan..................................................................................................................14

2. Saran.............................................................................................................................14

DAFTAT PUSTAKA...............................................................................................................15
PENDAHULUAN

Pendidikan saat ini bertujuan untuk menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan berkarakter.
Insan yang dimaksud adalah lulusan yang memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
optimal sesuai dengan taraf perkembangan dan jenjang pendidikan masing-masing.

Selain itu, lulusan diharapkan memperoleh kecakapan abad ke-21 yang mampu menjadikan
setiap insan Indonesia hidup dalam tantangan abad ke-21 dan berkontribusi secara memadai
terhadap pengembangan peradaban dunia.

Kecakapan-kecakapan yang dimaksud mencakup kemampuan berfikir kritis dan memecahkan


masalah, berinovasi dan berkreasi, berkomunikasi, dan berkolaborasi.

Lebih jauh lulusan juga ditargetkan mempunyai kemampuan literasi digital (literasi informasi,
media, dan teknologi) di samping kecakapan-kecakapan hidup lainnya seperti fleksibilitas dan
adaptabilitas, produktivitas dan akuntabilitas, dan kepemimpinan serta tanggungjawab.

Tujuan-tujuan tersebut akan dapat dicapai dengan efektif dan efisien apabila proses pembelajaran
dirancang dan dilaksanakan dengan baik.

pembelajaran abad ke-21adalah proses belajar mengajar yang berpusat pada peserta didik dengan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan multi sumber yang menempatkan
peserta didik berperan aktif dalam pemerolehan kompetensi (sikap, pengetahuan, dan
keterampilan) dan kecakapan abad ke-21 serta literasi.
BAB II

PEMBAHASAN

KOMPETENSI DAN PROFESIONAL SKILL ABAD 21

Kompetensi Guru Abad 21

Pada abad 21, manusia mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dalam segala bidang. Salah
satu yang paling menonjol adalah bidang informasi dan komunikasi. Hal ini seolah membuat
dunia semakin sempat karena segala informasi dari penjuru dunia mampu diakses dengan instant
dan cepat oleh siapapun dan dimanapun. Di sisi lain pada abad 21 ini permasalahan yang
dihadapi manusia semakin kompleks, seperti pemanasan global, krisis ekonomi global,
terorisme, rasisme, drug abuse, human trafficking, rendahnya kesadaran multikultural,
kesenjangan mutu pendidikan, dan lain sebagainya. Era ini juga ditandai dengan semakin
ketatnya persaingan di berbagai bidang antar negara dan antar bangsa. Keseluruhan hal tersebut
mengisyaratkan bahwa pada abad 21 ini dibutuhkan persiapan yang matang dan mantap baik
konsep maupun penerapan untuk membentuk sumber daya manusia yang unggul. Untuk itu,
lembaga pendidikan dan guru sebagai unsur yang paling dominan memiliki peran yang tidak
ringan dalam upaya peningkatan sumber daya manusia pada abad 21.

Guru pada abad 21 ditantang untuk melakukan akselerasi terhadap perkembangan informasi dan
komunikasi. Kemajuan teknologi informasi telah meningkatkan fleksibelitas dalam pemerolehan
ilmu pengetahuan bagi setiap individu baik guru maupun siswa. Konsekuensinya, guru dituntut
mampu mengembangkan pendekatan dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan lingkungan. Selain itu, tersedia pula informasi yang melimpah mengenai
pendidikan. Kondisi ini meningkatkan alternatif pilihan pendidikan bagi orang tua dan
masyarakat. Hal ini berimbas pada peningkatan tuntutan mutu pendidikan oleh masyarakat.

Globalisasi yang telah membuat dunia seolah tanpa batas memicu perbandingan internasional
antar sekolah, kurikulum, metode penilaian, dan prestasi siswa. Sekolah didesak untuk unggul
dan kompetitif serta dihadapkan pada isu-isu seperti identitas, perbedaan, aturan, hukum,
keadilan, modal sosial, dan kualitas hidup. Berbagai perubahan atau krisis lingkungan yang
terjadi memunculkan kebutuhan pendidikan lingkungan di sekolah untuk meningkatkan
kepekaan, kesadaran, dan tanggung jawab siswa terhadap lingkungan.

Pada abad 21 sekolah diperlakukan layaknya perusahaan yang menyediakan produk


(pembelajaran) kepada konsumen (siswa dan orang tua). Sekolah harus ‘menjual diri mereka’,
menemukan ‘tempat’ di pasar dan berkompetisi. Sekolah diperlakukan sebagai perusahaan yang
berdiri sendiri, memiliki kewenangan mengelola secara mandiri dan mempertanggungjawabkan
pengelolaan secara profesional kepada stakeholder. Sekolah dituntut berkompetisi memperoleh
sumber dana terutama dari pemerintah. Sekolah yang menyediakan ‘produk’ yang laku di pasar
dinilai lebih layak untuk berkembang, sedangkan sekolah yang menyediakan ‘produk’ yang tidak
laku akan ditinggalkan. Oleh sebab itu, sekolah dan guru dituntut selalu memonitor kinerja
sekolah untuk mengetahui mutu layanan pendidikan dan menunjukan nilai tambah yang dicapai
siswa-siswanya.

Perubahan lingkungan sekolah dan pendekatan ekonomi pasar dalam persekolahan tersebut
berimplikasi pada berkembangnya tuntutan profesionalitas guru. Kompetensi guru abad 21
merupakan Guru profesional abad 21 harus mampu menjadi pembelajar sepanjang karir untuk
peningkatan efektifitas proses pembelajaran siswa seiring dengan perkembangan lingkungan.
Selain itu, guru abad 21 harus mampu bekerja dengan kolega, belajar dari kolega, dan mengajar
kolega sebagai upaya menghadapi kompleksipitas tantangan sekolah dan pengajaran. Guru abad
21 mengajar berlandaskan standar profesional mengajar untuk menjamin mutu pembelajaran dan
memiliki komunikasi baik langsung maupun menggunakan teknologi secara efektif dengan orang
tua siswa untuk mendukung pengembangan sekolah.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peran guru abad 21 dapat ditinjau dari tiga sudut pandang,
yakni sudut pandang (1) aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, (2) diri pribadi, serta
(3) psikologis. Peran guru ditinjau dari sudut pandang aktivitas pengajaran dan adimistrasi
pendidikan, diantaranya:

A. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan.


B. Wakil masyarakat di sekolah.
C. Seorang pakar dalam bidangnya.
D. Penegak disiplin.
E. Pelaksana administrasi pendidikan.
F. Pemimpin bagi generasi muda.
G. Penyampai berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.

Peran guru ditinjau dari sudut pandang diri pribadi, diantaranya:

A. Pekerja sosial.
B. Pelajar dan ilmuwan.
C. Wakil orang tua siswa.
D. Model keteladanan.
E. Pemberi keselamatan bagi peserta didik.
Peran guru ditinjau dari sudut pandang psikologis, diantaranya:

A. Pakar psikologi pendidikan.


B. Seniman dalam hubungan antar manusia.
C. Pembentuk kelompok.
D. Inovator.
E. Petugas kesehatan mental

Guru profesional abad 21

Di abad 21 telah terjadi transformasi besar pada aspek sosial, ekonomi, politik dan budaya
(Hargreaves, 1997, 2000) yang didorong oleh empat kekuatan besar yang saling terkait yaitu
kemajuan ilmu dan teknologi, perubahan demograsi, globalisasi dan lingkungan (Mulford, 2008).
Sebagai contoh, kemajuan teknologi komunikasi dan biaya transportasi yang semakin murah
telah memicu globalisasi dan menciptakan ekonomi global, komunitas global, dan juga budaya
global. Masyarakat industrial berubah menjadi masyarakat pengetahuan (Beare, 2001).
Perubahan lingkungan misalnya pemanasan global telah berdampak pada kebutuhan peningkatan
kesadaran dan tanggung jawab masyarakat terhadap lingkungan. Kekuatan-kekuatan ini juga
berdampak pada dunia pendidikan khususnya persekolahan (Mulford, 2008).Seiring perubahan
demografi, siswa-siswa di sekolah lebih beragam secara budaya, agama/ keyakinan, dan juga
bahasanya. Kemajuan teknologi informasi-intemet- telah meningkatkan fleksibelitas dalam
pemerolehan ilmu pengetahuan bagi setiap individu baik guru ataupun siswa.

Konsekwensinya, guru-guru dituntut mampu mengembangkan pendekatan dan strategi


pembelajaran yang sesui dengan perkembangan lingkungan sebagai kompetensi guru abad 21.
Ilmu pengetahuan tidak lagi terbatas milik para ‘ahli’ atau guru. Selain itu, tersedia informasi
yang melimah tentang pendidikan. Kondisi ini meningkatkan altematif pilihan pendidikan bagi
orang tua dan masyarakat dan bersamaan dengan hal ini adalah peningkatan tuntutan mutu
pendidikan oleh masyarakat. Globalisasi yang telah membuat dunia seakan tanpa batas (a
borderless world) memicu perbandingan internasional antar sekolah, kurikulum, metode
penilaian, dan prestasi siswa. Contohnya adalah program perbandingan internasional pada
prestasi akademik siswa seperti TIMMS: Third International Mathematic and Science Study dan
juga Program for International Student Assesment (PISA). Sekolah didesak untuk unggul dan
kompetitif (Beare, 2001) serta dihadapkan pada isu-isu seperti identitas, perbedaan, aturan-
aturan/hukum, keadilan, modal sosial, dan kualitas hidup, dan sebagainya. Berbagai perubahan
atau krisis lingkungan yang terjadi memunculkan kebutuhan pendidikan lingkungan di sekolah
untuk meningkatkan kepekaan, kesadaran dan tanggung jawab siswa terhadap lingkungan
(Mulford, 2008).Menyoroti pada aspek kebijakan persekolahan, Beare (2001) mengungkapkan
bahwa sejak akhir abad 20 hampir sebagian besar sekolah di seluruh dunia memilih pendekatan
ekonomi pasar. Sekolah diperlakukan layaknya perusahaan yang menyediakan produk
(pembelajaran) kepada konsumennya (siswa dan orang tua). Sekolah diharapkan memberikan
kontribusi pada daya kompetisi ekonomi bangsa. Sekolah harus ‘menjual diri mereka’,
menemukan ‘tempat’ di pasar dan berkompetisi.

Sekolah dituntut responsif pada komunitas lokal mereka melalui beragam pendekatan yang
memungkinkan konsumen memilih layanan sekolah yang akan mereka beli. Sekolah
diperlakukan sebagai perusahan yang berdiri sendiri-yang oleh Hargreaves (1997) disebut
privatisasi pendidikan. Mereka memiliki kewenangan mengelola sekolah mereka secara mandiri
(self managing) dan mempertanggungjawabkan pengelolaannya secara profesional kepada stake-
holders. Sekolah dituntut berkompetisi untuk memperoleh sumber dana terutama dari
pemerintah. Sekolah yang menyediakan ‘produk’ yang laku di pasar dinilai lebih layak untuk
berkembang, dan sebaliknya, sekolah yang menyediakana ‘produk’ yang buruk – tidak laku-
akan ditinggalkan. Oleh karena itu, sekolah dan guru-guru dituntut selalu memonitor kinerja
sekolahnya untuk mengetahui mutu layanan pendidikan mereka, dan menunjukkan nilai tambah
yang dicapai siswa-siswanya.

Perubahan lingkungan sekolah dan juga pendekatan ekonomi pasar dalam persekolahan tersebut
berimplikasi pada berkembangnya tuntutan profesionalitas guru. Guru profesional abad 21
dengan setandar kompetensi guru abad 21 bukanlah guru yang sekedar mampu mengajar dengan
baik. Guru profesional abad 21 adalah guru yang mampu menjadi pembelajar sepanjang karir
untuk peningkatan keefekfifan proses pembelajaran siswa seiring dengan perkembangan
lingkungan; mampu bekerja dengan, belajar dari, dan mengajar kolega sebagai upaya
menghadapi kompleksitas tantangan sekolah dan pengajaran; mengajar berlandaskan standar
profesional mengajar untuk menjamin mutu pembelajaran; serta memiliki berkomunikasi baik
langsung maupun menggunakan teknologi secara efektif dengan orang tua murid untuk
mendukung pengembangan sekolah (Hargreavas, 1997,2000; Darling, 2006).

Hal yang sama disyaratkan kepada guru-guru di Indonesia melalui Undang Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Permen Nomor 17 Tahun 2007 tentang kualifikasi dan
standar kompetensi guru. Guru profesional dituntut tidak hanya memiliki kemampuan mengajar
sebagaimana disyaratkan dalam standar kompetensi pedagogik, namun guru juga harus mampu
mengembangkan profesionalitas secara terus menerus sebagaimana tertuang dalam kompetensi
profesional. Guru juga dituntut mampu menjalin komunikasi yang efektif dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat sebagaimana disyaratkan dalam
kompetensi sosial serta memiliki kepribadian yang baik sebagaimana dideskripisikan pada
kompetensi pribadi. Disamping itu, guru juga harus memiliki kualifikasi akademik atau latar
belakang pendidikan yang memadai dan relevan dengan bidang ajarnya.
Pengaruh Teknologi Informasi terhadap Pendidikan

Dalam proses pembelajaran abad 21, teknologi informasi dan komunikasi merupakan alat bantu
dalam upaya mencapai proses pembelajaran yang mengutamakan kemampuan keterampilan
kecakapan abad 21 yang harus dimiliki oleh peserta didik.Banyak perangkat-perangkat teknologi
atau aplikasi-aplikasi berbasis teknologi informasi yang menunjang aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran untuk mencapai kemampuan kecakapan abad 21 seperti kecakapan kreativitas,
inovasi, komunikasi, kolaborasi, literasi informasi dan media, dan sebagainya.

TIK dalam kreativitas siswa

Dalam pelaksanaan pembelajaran, sarana TIK dapat digunakan sebagai sarana untuk
meningkatkan kreativitas siswa. Siswa dapat memanfaatkan sara-sarana teknologi informasi dan
komunikasi atau aplikasi-aplikasi komputer dalam aktivias pembelajarannya seperti Teknologi
Internet yang dapat dimanfaatkan siswa sebagai sumber belajar.Dengan menggunakan teknologi
internet, siswa dapat mengakses sumber-sumber belajar yang ada di dalamnya dengan
memanfaatkan halaman-halaman sistus web yang menyediakan informasi-informasi yang
dibutuhkan oleh siswa.Dengan teknologi internet, siswa dapat mengakses berbagai informasi yg
dibutuhkan sesuai dengan materi pembelajaran yang dibahas dalam pembelajaran di sekolah,
sehingga melatih kemandirian siswa dalam mencari kebutuhan informasi serta
meningkatkankreativitas siswa dalam mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang dapat
dijadikan sumber pembelajaran.Aplikasi-aplikasi komputer yang merupakan bagian dari sarana
teknologi informasi dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kreativitas siswa dalam
pembelajaran. Salah satu aplikasi yang dapat dimanfaatkan siswa dalam pembelajaran yaitu
aplikasi presentasi seperti Microsoft Powerpoint, Lectora, Macromedia Flash dan sebagainya.
Dengan aplikasi-aplikasi tersebut akan memicu kreativitas siswa dalam mengembangkan materi
presentasi dimana siswa dapat memanfaatkan teknologi multimedia yang dapat diintegrasikan
pada aplikasi-aplikasi tersebut.

TIK dalam aktivitas kolaborasi siswa

Dalam proses belajar mengajar, siswa juga dapat memanfaatkan sarana teknologi yang sudah
tersedia untuk digunakan sebagai sarana kolaborasi dalam pembelajaran di kelas.Salah satu
aplikasi yang dapat dimanfaatakan dalam aktivitas pembelajaran khususnya kolaborasi siswa
yaitu aplikasi web jejaring social (Social Network) seperti Facebook, Twitter, Frienster dan
sebagainya. Sebagai contoh aplikasi Facebook yang ada di dunia maya tidak hanya sekedar
aplikasi yang hanya dapat digunakan untuk berkomunikiasi dengan teman, mencari teman update
status dan sebagainya, tetapi dapat juga dimanfaatakan dalam pembelajaran siswa. Dengan
menggunakan web jejaring social Facebook dapat dimanfaatakn sebagai media untuk melakukan
diskusi pembelajaran jarak jauh yang tentunya akan lebih menyenangkan dan mengasyikan.

TIK sebagai media komunikasi siswa dalam pembelajaran

Sarana teknologi informasi dan komunikasi juga dapat digunakan sebagai media komunikasi
siswa dalam kaitannya dengan pembelajaran. Salah satunya dengan memanfaatkan fasialitas E-
Mail (Electronic Mail) yang terdapat pada jaringan internet. Dengan menggunakan e-mail siswa
dapat berkomunikasi dengan sesame siswa, dengan guru bahkan dengan stakeholder lain yang
dapat membantu proses pembelajaran siswa. Sebagai contoh, dengan menggunakan email siswa
dapat mengirimkan hasil tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya dengan mengirimkan file-file
lampiran tugas-tugasnya. Dengan menggunakan teknologi email, siswa dapat mengirimkan hasil
tugas yang diberikan guru kepada siswa dengan cepat tanpa ada batasan waktu dan tempat.

Membangun Sistem Informasi Teknologi untuk Pendidikan

Hasil penelitian Supiandi & Lisa (2018) menunjukkan bahwa TIK dapat dimanfaatkan dalam
menyusun rencana pembelajaran dengan TIK secara inovatif dapat dimanfaatkan dalam semua
tahap perencanaan, seperti jaringan internet yang dimanfaatkan untuk menyiapkan rencana
pembelajaran dengan mempersiapkan materi, mencari model, metode, strategi, serta media yang
dapat menyampaikan materi, menerapkan materi, dan mendukung kegiatan belajar mengajar,
dimana guru memiliki peran utama dalam menggabungkan teknologi dan pembelajaran yang
dilakukan sedangkan penelitian Sahelatua, Vitoria, & Mislinawati (2018) menunjukkan bahwa
dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran guru menggunakan TIK sebagai sumber dan
media pembelajaran yang memberikan ruang untuk mengembangkan kreativitas guru dalam
merancang pembelajaran yang dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang
ditetapkan. Dimana, pembelajaran abad 21 guru harus merubah pendekatan tradisional menuju
pendekatan digital dengan penggunaan internet untuk mencari model, metode, strategi, dan
menggunakan TIK sebagai sumber dan media pembelajaran yang mencukupi kebutuhan peserta
didik (Prayogi & Estetika, 2019). Temuan tersebut sejalan dengan pendapat Aka (2017), yaitu
ada perubahan dalam cara mengajar guru dari berbasis paper menjadi berbasis TIK. Dengan
menggunakan TIK menjadi sumber dan media pembelajaran dapat meningkatkan kecepatan serta
pencapaian tujuan pembelajaran yang akan meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian Haryati & Erwin (2019); Fatmawati (2018) menunjukkan bahwa
TIK dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi di sekolah dasar, dimana TIK menyediakan
materi pelajaran online dalam bentuk buku, tulisan di internet, e-library (perpustakaan
elektronik), e-modul (modul elektronik) sebagai sumber belajar yang dapat diakses guru untuk
mendapat dan memahami materi secara mendalam sehingga pembelajaran yang dilakukan
terhindar dari kesalahan serta materi-materi akan selalu diperbaharui dan selalu 6 siap untuk
diakses setiap saat sedangkan menurut penelitian Sinaga, Chan, & Sofwan (2020); Anggraeny,
Nurlaili, & Mufidah (2020) menunjukkan bahwa guru dapat memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi, terutama laptop dan jaringan internet untuk mencari referensi materi (bahan ajar
online) sehingga kegiatan belajar mengajar tidak terkendala akibat materi yang tidak tersedia.
Temuan beberapa artikel tersebut sejalan dengan pendapat Husaini (2014), dimana dengan
adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mengubah paradigma guru, dimana
sebelumnya mendapat informasi terbatas sekarang dapat menggunakan internet untuk mencari
berbagai informasi. Selain itu, temuan diatas menunjukkan fokus utama kecakapan pembelajaran
abad 21, yaitu kecapakan untuk memahami media informasi serta teknologi (TIK) dengan guru
melek terhadap informasi serta memiliki kompetensi digital, dimana guru mempunyai
keterampilan literasi data (kemampuan mencari, memilah, mengevaluasi, mengelola informasi
yang tepat untuk pembelajaran. Selain dimanfaatkan oleh guru sebagai sumber informasi,
berdasarkan hasil penelitian Huda (2020); Akbar & Noviani (2019) menunjukkan bahwa TIK
digunakan peserta didik sebagai sumber belajar dengan peserta didik dapat memanfaatkan e-
learning atau mencari sendiri materi dengan berbasis online untuk mendapat ilmu yang
dibutuhkan dari manapun, kapanpun, dan dimanapun sedangkan menurut penelitian Jamun
(2018) menunjukkan bahwa internet menyediakan berbagai ruang maya yang dapat digunakan
untuk mengakses informasi dalam lingkup yang luas oleh peserta didik. Dengan adanya
kemajuan dalam perkembangan digital menjadikan guru bukan satu-satunya sumber informasi
untuk belajar membuat peserta didik dapat memanfaatkan komputer/laptop dan internet untuk
mencari informasi yang dibutuhkan (Syahputra, 2018). Temuan tersebut sejalan dengan pendapat
Supiandi & Lisa (2018), yaitu adanya TIK memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk
mencari berbagai disiplin ilmu. Menggunakan TIK sebagai sumber belajar membuktikan bahwa
peserta didik melek terhadap TIK yang merupakan fokus utama dari kompetensi pembelajaran
abad 21, menumbuhkan kemandirian dalam 7 diri peserta didik, dan menumbuhkan kemampuan
dalam literasi digital yang akan diperlukan peserta didik ketika bekerja. Berdasarkan hasil
penelitian Huda (2020) menunjukkan bahwa TIK digunakan untuk memvisualisasikan materi
yang bersifat abstrak dengan peserta didik usia sekolah dasar berada dalam tahap untuk
memahami hal-hal konkret, maka TIK dimanfaatkan untuk menyajikan visualisasi dan animasi
materi tertentu untuk membangun pengetahuan dan pemahaman bagi peserta didik, hasil
penelitian sejalan dengan pendapat Aka (2017), dimana pembelajaran sekolah dasar terutama
kelas rendah masih bersifat abstrak, sehingga materi perlu divisualisasikan dengan menggunakan
TIK untuk meningkatkan pemahaman peserta didik sedangkan menurut penelitian Akbar &
Noviani (2019) menunjukkan bahwa TIK dimanfaatkan guru untuk menampilkan materi yang
tidak jelas dengan memanfaatkan media audio, visual, atau adio-visual, dimana hasil penelitian
tersebut menurut Cholik (2017) dapat mengatasi hambatan yang muncul saat guru membangun
komunikasi dengan peserta didik, seperti kendala fisiologis, psikologis, kultural, dan lingkungan.
Tetapi, menurut penelitian Sinaga et al. (2020) menunjukkan bahwa guru memanfaatkan laptop
dan LCD proyektor untuk menampilkan video dan memberikan penjelasan terkait materi
pembelajaran, salah satu contoh pada materi keberagaman suku bangsa di Indonesia. Temuan
tersebut menunjukkan TIK sebagai media pembelajaran berfungsi dalam menyamakan persepsi
peserta didik atas informasi yang disampaikan (Sanjaya, 2014). Selain untuk memvisualisasikan
materi yang bersifat abstrak, berdasarkan hasil penelitian Sinaga et al. (2020) menunjukkan
bahwa TIK dapat dimanfaatkan sebagai media yang dapat membangun suasana menyenangkan
dan menarik untuk peserta didik dengan guru menggunakan laptop untuk menyimpan dan
menampilkan video ice breaking serta animasi untuk membuat suasana belajar menjadi menarik
dan menyenangkan sedangkan menurut penelitian Andriani & Wahyudi (2016) menunjukkan
bahwa media pembelajaran powerpoint interaktif dapat dimanfaatkan dalam mengendalikan
peserta didik saat pembelajaran karena 8 memuat foto/gambar, video, dan latihan soal yang
dibuat menjadi menarik, sehingga peserta didik tidak merasa bosan, tertarik, senang, serta fokus
untuk mengikuti pembelajaran, temuan tersebut mendukung pendapat Tetyana Blyvznyuk dalam
(Prayogi & Estetika, 2019), dimana TIK sebagai media dapat menarik perhatian serta kemauan
peserta didik untuk mengikuti pembelajaran merupakan tantangan bagi guru untuk
mengembangkan keterampilan dalam membuat konten pembelajaran digital (program
pembelajaran, presentasi interaktif, animasi pembelajaran), terutama dalam pembelajaran abad
21. Tetapi, menurut penelitian Fatmawati (2018) menunjukkan bahwa guru dapat menggunakan
alat peraga atau simulasi yang disediakan TIK untuk mempermudah dalam menyampaikan
materi sehingga dapat menarik perhatian dan minat peserta didik untuk memperhatikan sejalan
dengan pendapat Cholik (2017), dimana pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK
membangkitkan pemikiran dan menarik fokus peserta didik terhadap pembelajaran sehingga
dapat berjalan secara maksimal. Terutama dengan memanfaatkan laptop dan LCD proyektor
untuk menampilkan gambar, film, latihan soal, dan video ice breaking yang dapat menarik
perhatian peserta didik untuk fokus pada pembelajaran karena peserta didik mempunyai cara
belajar dan kapasitas yang berbeda (Sanjaya, 2014). Berdasarkan hasil penelitian Aka (2017)
menunjukkan bahwa TIK dimanfaatkan untuk melakukan pembelajaran jarak jauh dengan guru
dapat menggunakan komputer/laptop, jaringan internet, smart phone, dan berbagai aplikasi
teknologi untuk melakukan pembelajaran berbasis online (e-learning), dimana pembelajaran
tidak harus bertatap muka secara langsung dan dapat dilakukan kapanpun serta dimanapun
dengan menghapus jarak yang ada (distance learning), hasil penelitian mendukung pendapat
Effendi & Wahidy (2019), dimana pembelajaran tidak harus berlangsung didalam kelas, tetapi
dapat menggunakan internet serta beragam aplikasi teknologi yang mendukung guru melakukan
kegiatan belajar mengajar tanpa terikat ruang serta waktu sedangkan menurut penelitian
Khotimah, Astuti, & Apriani (2019); Haryati & Erwin (2019) menunjukkan bahwa adanya TIK
dalam pembelajaran berdampak pada berubahnya buku, materi pelajaran ke dalam bentuk
informasi digital serta guru 9 sebagai perantara dan motivator bukan sumber ilmu utama
menjadikan pembelajaran jarak jauh (e-learning) dengan peserta didik dapat belajar pada
lingkungan yang mendukung dan nyaman tanpa harus datang ke ruang kelas, hasil penelitian
sejalan dengan pendapat BSNP dalam (Wijaya, Nyoto, & Sudjimat, 2016), dimana teknologi
pada abad 21 menghilangkan aspek ruang serta waktu sebagai faktor yang menentukan
keberhasilan manusia untuk menguasai ilmu pengetahuan serta jembatan bagi tersebarnya ilmu
pengetahuan di berbagai negara. Tetapi, menurut Purwanto et al. (2020) menunjukkan bahwa
adanya Covid-19 mengharuskan guru serta peserta didik melakukan e-learning dengan
menyiapkan laptop, komputer, atau hp, dan jaringan internet sehingga guru dapat memberikan
materi pembelajaran secara online. Temuan tersebut menunjukkan adanya teknologi informasi
dan komunikasi mengatasi kesulitan belajar dengan bertatap muka secara langsung (Wijayanti,
2011).

Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia Pendidikan

Peran atau manfaat teknologi informasi dan komunikasi pada bidang pendidikan atau
pembelajaran khususnya pembelajaran daring menurut Hendratno (2018) adalah : "1) sebagai
infrastruktur pembelajaran, 2) sebagai sumber bahan ajar, 3) sebagai alat bantu dan fasilitas
pembelajaran, 4) sebagai skill dan kompetensi, 5) sebagai sumber informasi penelitian, 6)
sebagai media konsultasi, dan 7) sebagai media belajar online". Pada penelitian ini peran
teknologi informasi dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran daring. ''Pembelajaran
daring adalah bentuk pembelajaran jarak jauh yang memanfaatkan teknologi komunikasi dan
informasi misalnya internet'' (Molinda dalam Sadikin dan Hamidah, 2020: 215). Pembelajaran
daring ini dilaksanakan karena berdasarkan uraian permasalah yang diutarakan sebelumnya
bahwa adanya Pandemi Covid-19 yang menghambat seluruh aktivitas manusia. Pandemi Covid-
19 sendiri adalah suatu fenomena adanya wabah penyakit yang menyebar meliputi daerah
geografis yang luas. Penyakit yang menyebar saat ini yaitu Covid-19. Covid-19 atau Corona
Virus Disease 2019 'adalah penyakit yang disebabkan oleh coronavirus jenis baru yaitu
SarsCoV-2 yang pertama kali dilaporkan terjadi di Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019'
(padk.kemkes.go.id, 2020).

. Interaksi Langsung 

Dengan menyelenggarakan pembelajaran secara daring, maka siswa akan dapat untuk
berinteraksi langsung dengan lingkungan. Siswa bisa langsung mengajukan pertanyaan kepada
guru serta melakukan diskusi dengan teman-teman lain. Dengan begitu, kegiatan belajar
mengajar daring terasa hidup dan dinamis seperti halnya ketika dilakukan di sekolah secara
luring. 

2. Keseragaman Pengamatan dan Persepsi


Dengan menyimak bahan ajar yang disajikan oleh guru bersama-sama secara daring, maka para
siswa diharapkan terjadi keseragaman pengamatan dan persepsi siswa sehingga mendapatkan
pengalaman belajar yang juga sama. 

3. Membangkitkan Motivasi Belajar

Salah satu hal yang cukup menantang dari pembelajaran yang dilakukan tanpa tatap muka
langsung adalah semangat / motivasi belajar yang menurun. Meski demikian, para guru masih
dapat membangkitkan semangat belajar siswa dengan menciptakan suasana belajar yang
menggugah secara daring. 

4. Menyajikan Informasi Sesuai Kebutuhan

Manfaat lain yang bisa dirasakan dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam
rangka pembelajaran daring ialah dapat menyajikan informasi belajar secara konsisten,
berkualitas, dan dapat diulang penggunaannya sesuai dengan kebutuhan belajar mengajar. 

5. Menyajikan Informasi Tanpa Batas 

Teknologi komunikasi dan informasi menawarkan banyak sekali kemudahan, salah satunya ialah
memudahkan informasi menyebar tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Para guru dapat
memberikan materi pembelajaran kepada siswa secara serempak untuk lingkup sasaran yang
kecil maupun besar, dimanapun dan kapan pun. 

6. Menyajikan Informasi Menarik 

Dengan memanfaatkan beragam media pada perangkat teknologi dan informasi, maka guru dapat
menyajikan informasi / materi ajar dalam bentuk yang lebih variatif (tidak hanya teks) dan
menarik sehingga siswa menjadi lebih mudah memahami pelajaran. Terdapat banyak sekali fitur
di berbagai platform berbasis daring yang bisa dimanfaatkan untuk membuat kelas online, kuis,
presentasi yang atraktif, dan lain sebagainya. 

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Abad 21 berpusat pada perkembangan Era Revolusi Industri 4.0 yang mengedepankan pengetahuan
sebagai tombak utama. Namun, dengan pengetahuan saja tidak cukup untuk mewujudkan Era
Revolusi Industri 4.0, karena perlu adanya keseimbangan antara pengetahuan dengan keterampilan
sebagai dasar dari sumber daya manusia yang berkualitas pada perkembangan zaman. Mengasah
keterampilan melalui pembiasaan diri dan pemenuhan kebutuhan hidup dalam berbagai macam hal
yang didasari oleh pengetahuan. Pembelajaran abad ke 21 diharapkan dapat membuka lebih lebar
kesempatan kerja dan memperluas lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia sebagai sumber daya
manusia yang berkualitas dan unggul.  Untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas,
maka dibutuhkan tenaga pendidik yang siap mengajar dan mendidik melalui pembelajaran abad 21
yang tentunya diharuskan relevan dengan perkembangan Era Revolusi Industri 4.0. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui keterampilan belajar yang akan dibutuhkan pada pembelajaran
abad 21, dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan berupa studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan
bahwa pembelajaran abad 21 berorientasikan kepada kegiatan untuk melatih keterampilan peserta
didik dengan mengarah pada proses pembelajaran. Pembelajaran abad 21 berfokus pada student
center dengan tujuan untuk memberikan peserta didik keterampilan berpikir diantara lain: (1)
berpikir kritis, (2) memecahkan masalah, (3) metakognisi, (4) berkomunikasi, (5) berkolaborasi, (6)
inovasi dan kreatif, (7) literasi informasi. Oleh sebab itu diharapkan pendidikan dapat menciptakan
sumber daya manusia yang berkualitas dalam bidang teknologi informasi dan juga aspek
kemanusiaan karena pembelajaran abad 21 lebih mengintegrasikan terhadap pengetahuan dan
keterampilan.

SARAN

Dengan pemaparan materi dari makalah tentang “Sumber Belajar Abad 21” ini, diharapkan
mahasiwa dapat mengerti dan memahmi tentang Kompetensi dan Profesional Guru serta
pemanfaatan Teknologi Informasi Komunikasi dalam Pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

 https://journal.unilak.ac.id/index.php/lectura/article/view/
5813#:~:text=Pembelajaran%20abad%2021%20berfokus%20pada,%2C
%20(7)%20literasi%20informasi.
 https://lpmpjogja.kemdikbud.go.id/pemanfaatan-tik-dalam-pembelajaran-abad-21/
 http://eprints.ums.ac.id/87071/16/Naskah%20Publikasi-16.pdf
 https://journal.unilak.ac.id/index.php/lectura/article/view/
5813#:~:text=Pembelajaran%20abad%2021%20berfokus%20pada,%2C
%20(7)%20literasi%20informasi.

Anda mungkin juga menyukai