i
BAB I
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman
Sriwijaya, bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antar suku di
Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara
pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara.
1. Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun
1380
2. Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.
3. Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.
4. Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.
5. Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.
1
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia,
oleh karena itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam perkumpulan
pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia
menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa indonesia. (Sumpah Pemuda,
28 Oktober 1928).
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para
pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda
berikrar:
1. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah
Air Indonesia.
2. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa
Indonesia.
3. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa
persatuan, bahasa Indonesia.
Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama “Sumpah Pemuda”. Unsur yang
ketiga dari “Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa
indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa indonesia. Pada tahun 1928
bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa
Indonesia di nyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18
Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan
sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD
1945 di sebutkan bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia,(pasal 36).
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,
telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia secara
konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa indonesia di pakai oleh
berbagai lapisan masyarakat indonesia.
2
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahas
persatuan bangsa indonesia. Bahasa indonesia di resmikan penggunaannya
setelah Proklamasi Kemerekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya,
bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, Bahasa
Indonesia berposisi sebagi bahasa kerja. Dari sudut pandang Linguistik, bahasa
indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang
dipakai adalah bahasa Melayu-Riau dari abad ke-19.
Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa indonesia saat ini dari varian
bahasa Melayu yang di gunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga
saat ini, bahasa indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus
menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari
bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun di pahami dan di tuturkan oleh lebih
dari 90% warga indonesia, bahasa indonesia bukanlah bahasa ibu bagi
kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga indonesia menggunakan salah
satu dari 748 bahasa yang ada di indonesia sebagai bahasa Ibu. Penutur Bahasa
indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) atau mencampur
adukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa Ibunya.
3
berbagai bahasa, terutama dari bahasa sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab,
dan bahasa-bahasa Eropa.
4
C. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara
berserta fungsinya
Adapun penjelasanya :
5
Kedudukan ketiga dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
Nasional dibuktikan dengan digunakannya Bahasa Indonesia dalam
berbagai macam media komunikasi. Misalnya saja Buku, Koran, Acara
pertelevisian, Siaran Radio, Website, dll. Karena Indonesia adalah negara
yang memiliki beragam bahasa dan budaya, maka harus ada bahasa
pemersatu diantara semua itu. Hal ini juga berkaitan dengan Kedudukan
keempat dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional
sebagai Alat pemersatu Bangsa yang berbeda Suku, Agama, ras, adat
istiadat dan Budaya.
Pada tanggal 25-28 Februari 1975, Hasil perumusan seminar polotik bahasa
Nasional yang diselenggarakan di jakarta. berikut fungsi dan Kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara adalah :1. Bahasa Indonesia
sebagai bahasa resmi kenegaraan.
6
oleh warga masyarakat kita di dalam hubungannya dengan upacara,
peristiwa, dan kegiatan kenegaraan.
7
BAB II
8
mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu serta belajar berkenalan
dengan orang-orang lain.
Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat
diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat.
Setelah memahami fungsi bahasa tersebut, dapat kita ketahui bahwa sangat
penting menggunakan bahasa Indonesia dalam tatanan kehidupan masyarakat
negara Indonesia. Oleh karena bangsa Indonesia memiliki kekayaan bahasa dalam
setiap daerah dengan ciri khas tersendiri. Oleh karena itu, bahasa Indonesia sangat
penting digunakan untuk mempersatukan bangsa yang kaya ini.
9
BAB III
o Sistematik karena bahasa memiliki pola dan kaidah yang harus ditaati agar
dapat dipahami oleh pemakainya
o Mana suka karena unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa dasar
10
Ragam bahasa menurut sudut pandang penutur :
• Ragam daerah ( logat / dialek)
• Ragam pendidikan :
1. Bahasa baku
11
yang merupakan variasi dari bahasa tidak baku maka diperlukan bahasa bahasa
baku atau bahasa standard.
Bahasa Indonesia baku adalah ragam bahasa yang dipergunakan dalam:
• komunikasi resmi, yakni surat-menyurat resmi, pengumuman yang
dikeluarkan oleh instansi resmi, penamaan dan peristilahan resmi,
perundang-undangan, dan sebagainya.
• wacana teknis, yakni dalam laporan resmi dan karangan ilmiah.
• pembicaraan di depan umum yakni dalam ceramah, kuliah, khotbah
• pembicaraan dengan orang yang dihormati yakni orang yang lebih tua, lebih
tinggi status sosialnya dan orang yang baru dikenal.
Ciri struktur (unsur-unsur) bahasa Indonesia baku adalah sebagai berikut.
1. Pemakaian awalan me- dan ber- (bila ada) secara eksplisit dan konsisten.
2. Pemakaian fungsi gramatikal (subyek, predikat, dan sebagainya secara
eksplisit dan konsisten.
3. Pemakaian fungsi bahwa dan karena (bila ada) secara eksplisit dan
konsisten (pemakaian kata penghubung secara tepat dan ajeg.
4. Pemakaian pola frase verbal aspek + agen + verba (bila ada) secara
konsisten (penggunaan urutan kata yang tepat).
5. Pemakaian konstruksi sintesis (lawan analitis).
6. Pemakaian partikel kah, lah, dan pun secara konsisten.
7. Pemakaian preposisi yang tepat.
8. Pemakaian bentuk ulang yang tepat menurut fungsi dan tempatnya.
9. Pemakaian unsur-unsur leksikal berikut berbeda dari unsur-unsur yang
menandai bahasa Indonesia baku.
10. Pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku (EYD).
11. Pemakaian peristilahan resmi.
12. Pemakaian kaidah yang baku
12
1. Dari segi suasana peristiwa
Jika menggunakan bahasa tulisan tentu saja orang yang diajak
berbahasa tidak ada dihadapan kita. Olehnya itu, bahasa yang digunakan
perlu lebih jelas. Fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, objek, dan
hubungan antara setiap fungsi itu harus nyata dan erat. Sedangkan dalam
bahasa lisan, karena pembicara berhadapan langsung dengan pendengar,
unsur (subjek-predikat-objek) kadangkala dapat diabaikan.
13
BAB IV
Tanda baca adalah simbol yang nggak ada hubungannya sama suara, kata, atau frasa
dalam suatu bahasa. Tanda baca itu sendiri berperan menunjukkan sebuah struktur
tulisan, intonasi, dan jeda pada saat pembacaan.
Fungsi tanda titik yang paling umum dan paling banyak dipahami
orang-orang ialah sebagai penanda pada akhir kalimat. Bukan kalimat
seruan atau kalimat tanya. Kamu biasa memahaminya sebagai kalimat
berita.
Contoh:
Tanda titik bisa digunakan di belakang satu huruf atau angka dalam
penulisan bagan, ikhtisar, atau daftar.
Contoh:
II. Provinsi Jawa Barat
1. Kota Bekasi
2. Kabupaten Bekasi
3. Pembahasan
3.1 Isi
3.2 Analisa Tabel
3.3 Analisa Grafik
14
3. Pemisah Angka pada Penanda Waktu (Jam, Menit, dan Detik)
Jarang diketahui, tanda titik juga dapat digunakan sebagai pemisah angka jam,
menit, dan detik. Hal ini disebabkan tanda tersebut sering digantikan oleh titik dua
(:)
Contoh:
Hampir serupa dengan fungsi yang ketiga, tanda titik juga berfungsi sebagai
penunjukkan jangka waktu tertentu.
Contoh:
- 01.03.47 (1 jam 3 menit 47 detik)
- 07.00.38 (7 jam 38 detik)
5. Memperjelas Jumlah
Contoh:
Tapi perlu kamu ingat nih, tanda titik tidak berlaku kepada angka yang tidak
menyatakan jumlah meskipun angkanya ribuan ya.
Contoh:
- Tsunami di Aceh terjadi pada tahun 2004.
- Perempuan itu kelahiran tahun 1999.
15
6. Peran dalam Penulisan Referensi
Dalam penulisan daftar pustaka, tanda titik digunakan setelah nama penulis, judul
tulisan yang tidak mengandung tanda seru atau tanda tanya, dan tempat terbit.
Contoh:
Agung, Muhammad. 2007. Media Belajar yang Asyik. Solo: Ragam Cendekia
Kamu tidak boleh menggunakan tanda titik pada akhir judul karangan/artikel yang
merupakan kepala karangan. Selain itu pada bagian kepala tabel, grafik, dan
ilustrasi juga tidak boleh diakhiri dengan tanda titik.
Contoh:
Oh iya tanda titik ini juga tidak boleh dipakai dalam kepala surat ya. Artinya, tanda
titik tidak diperbolehkan di belakang alamat pengirim dan penerima surat, nama
pengirim dan penerima surat, dan tanggal surat.
Contoh:
Kepada
Jalan Pandawa
Sukabumi
16
Penggunaan Tanda Baca Koma (,)
Tanda ini sangat sering digunakan pada tengah-tengah kalimat. Nah, tanda koma
biasanya dipakai dalam suatu perincian atau pun penyebutan bilangan. Untuk
penempatannya ada di belakang kata yang mengikutinya.
Contoh:
- Ibu berbelanja keperluan memasak seperti garam, gula, kecap, dan minyak goreng.
2. Perbandingan Kalimat
Tanda koma berperan dalam membentuk sebuah kalimat perbandingan. Tanda ini
dipakai memisahkan kalimat yang setara yang didahului kata yang menunjukkan
perbandingan seperti tetapi, namun, atau melainkan.
Contoh:
Wahana wisata itu sungguh menyenangkan, namun cukup berbahaya bagi anak-
anak.
Tanda koma juga dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimatnya.
Dengan catatan, jika anak kalimatnya mendahului induk kalimat.
Contoh:
Jika tempatnya terlalu sempit, kita tidak akan gunakan tempat itu.
4. Pemisah Partikel
Tanda koma dipakai untuk memisahkan partikel dengan inti kalimat. Partikel ini
bukan seperti partikel di materi IPA ya. Partikel dalam bahasa Indonesia seperti
oh, ya, hmm, wah, aduh, dan bentuk lainnya.
17
Contoh:
Kamu wajib meletakkan tanda koma di belakang kata atau ungkapan yang menjadi
penghubung antarkalimat. Kata atau ungkapan tersebut misalnya oleh karena itu,
namun, akan tetapi, maka dari itu, dan meskipun begitu.
Contoh:
-...... akan tetapi, peluang tim ini untuk menang masih terbuka lebar.
Maksud identitas itu ialah penulisan nama dan alamat, bagian alamat, tempat dan
tanggal, serta nama tempat atau wilayah yang ditulis secara berurutan harus
memakai tanda koma.
Contohnya:
Kalau kamu menemukan percakapan dalam sebuah cerita, baik di cerpen atau
novel, tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagiannya
yang lain dalam kalimat.
Contoh:
18
- Roro bertanya, “Apakah kamu lupa materi tentang konjungsi temporal?”
- “Baiklah,” jawab Pak Adi, “segera akan saya kerjakan hari ini.”
8. Catatan Kaki
Contoh:
Anton M. Moeliono, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat (Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. 2017), hlm 48.
Pada penyusunan daftar pustaka, tanda koma berfungsi sebagai pemisah bagian
nama yang dibalik susunannya.
Dalam penulisan daftar pustaka, tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian
nama yang dibalik susunannya.
Contoh:
Moeliono, Anton M., dkk. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi
Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Tanda koma dalam hal ini dipakai pada angka persepuluhan atau bisa dipakai di
antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh:
- 17,2 km
- Rp90,12
19
11. Penulisan Gelar
Dalam penulisan gelar akademik, tanda koma dipakai di antara nama orang dan
gelar yang mengikutinya untuk membedakan dari singkatan nama diri, marga, atau
keluarga.
Contoh:
Nah, tanda koma juga berperan dalam kalimat bertingkat nih. Ia dipakai buat
mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh:
- Di sekolah kami, misalnya, masih banyak siswa dari latar belakang keluarga yang
kurang mampu.
Ternyata tanda koma berfungsi juga untuk menghindari salah baca/salah penafsiran
lho. Tanda ini digunakan di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Bandingan dengan
Tanda koma TIDAK dipakai untuk memisahkan petikan langsung dalam kalimat
jika petikan langsung diakhiri tanda tanya atau tanda seru.
20
Contoh:
1. Kalimat Perintah
Contoh:
Ketika kamu merasa kaget, terkejut, atau rasa emosi yang kuat, maka wajib
menggunakan tanda seru dalam penulisan kalimatnya.
Contoh:
1. Menanyakan Sesuatu
Namanya aja tanda tanya, sudah pasti fungsi yang pertama bertujuan untuk kalimat
yang menanyakan sesuatu.
Contoh:
21
- Kapan Gulman pergi ke Bandung?
Eits, tapi tanda tanya tidak digunakan dalam kalimat tanya yang berubah
bentuk menjadi penjelas ya.
Contoh:
- Sampai sekarang dia tidak tahu kenapa gurunya selalu memberikan nilai yang
jelek.
Tanda tanya bisa diletakkan di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian dari
sebuah kalimat yang masih kurang dapat dibuktikan keabsahannya.
Contoh:
Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh:
Tanda ini bisa dipakai sebagai pengganti kata hubung untuk memisahkan kalimat
yang masih setara dalam kalimat majemuk.
Contoh:
22
F. Penggunaan Tanda Baca Titik Dua (:)
Tanda titik dua digunakan pada akhir pernyataan yang lengkap. Tapi, hal ini hanya
berlaku jika masih dalam rangkaian yang sama ya.
Contoh:
- Kita persiapkan perlengkapan berkemah: tenda, ransel, jaket, dan pakaian tidur.
Contoh:
Tanda titik dua ini bisa digunakan sesudah kata/ungkapan juga lho
Contoh:
23
(c) judul dan subjudul suatu karangan, serta
Contoh:
- Al-Kahfi: 10
- Karangan Regina Kayo, Rahasia Hidup: Kisah di Kota Hujan, sudah terbit.
Tanda titik dua dipakai dalam teks drama setelah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Contoh:
Contoh:
24
2. Penunjukkan Ada Bagian Naskah yang Dihilangkan
Tanda elipsis dipakai juga untuk menunjukkan kalau di sebuah kalimat ada bagian
yang dihilangkan.
Contoh:
Hal yang patut dihindari . . . serta menjadi masalah yang cukup besar dalam teknik
membuat website.
Kalau bagian yang dihilangkan itu akhir dari kalimat, maka kamu perlu
memakai empat titik (... .), tiga titik penanda hilangnya bagian teks, dan satu
sebagai tanda akhir kalimat.
Contoh:
Tanda hubung dipakai untuk menyambung huruf dari kata yang dieja satu per satu
dan digunakan juga pada penulisan tanggal.
Contoh:
R-u-a-n-g-g-u-r-u
19-08-1998
2. Menyambung Suku
Tanda hubung berfungsi untuk menyambung suku dari kata dasar dan imbuhan
yang terpisah oleh pergantian baris.
Contoh:
25
kan berita yang tidak benar.
Pengecualian terhadap pemotongan suku kata jika huruf terakhir pada kata tersebut
ialah huruf vokal
Contoh
Bukan
3. Memperjelas Hubungan
Contoh:
- ber-evolusi
- ber-revolusi
Contoh:
- mondar-mandir, kanan-kiri
- anak-anak, kuda-kuda
26
5. Merangkai Kata Depan dengan Huruf Kapital
Contoh:
- se-Jawa Barat
- era 90-an
- mem-PHK-kan
- Menteri-Sekretaris Negara
Dalam rangkaian unsur Bahasa Indonesia dengan bahasa asing, juga diperlukan
tanda hubung lho.
Contoh:
Jika ada pembatasan penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan
khusus di luar konteks kalimat, maka digunakan tanda pisah.
27
Contoh:
Tanda pisah dipakai juga di antara dua bilangan/tanggal yang menunjukkan arti
“sampai”
Contoh:
- 2019 – 2020
- Bandung – Surabaya
Tanda pisah bisa dipakai untuk penegasan keterangan aposisi (keterangan lain)
sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Contoh:
Anggota komunitas itu – Shabrina, Devi, dan Nanda – sudah memberi dampak
positif yang cukup besar bagi lingkungan sekitarnya.
1. Mengapit Angka
Kamu bisa memakai tanda baca kurung untuk digunakan mengapit angka atau huruf
yang merinci suatu urutan.
Contoh:
Harta kekayaannya meliputi (a) logam mulia, (b) properti, dan (c) saham.
28
2. Mengapit Huruf
Tanda kurung dipakai mengapit huruf atau kata yang kemunculannya di kalimat
dapat dihilangkan.
Contoh:
3. Mengapit Keterangan
4. Tambahan Keterangan
1. Mengapit Keterangan
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan yang ada di kalimat penjelas.
Nah, kalimat penjelas ini sebelumnya sudah bertanda kurung ya.
Contoh:
29
2. Mengapit Huruf, Kata, atau Kelompok
Tanda kurung siku ini bisa dipakai dalam hal pengoreksian kalimat yang ditulis
oleh orang lain. Tanda ini menyatakan bahwa ada kesalahan atau kekurangan huruf
pada naskah aslinya.
Contoh:
Garis miring digunakan sebagai pengganti kata dan, atau, serta tiap (per).
Contoh:
- pria/wanita
Tanda garis miring juga dipakai dalam nomor surat serta penanda rentang masa
tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:
- No. 036/Kep/BKD/2020
Dalam penulisan, tanda ini digunakan dalam penulisan nama serta kata khusus dari
serapan bahasa asing.
30
Contoh:
Tanda apostrof juga dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau
angka dalam tahun.
Contoh:
1. Petikan Langsung
Tanda petik berfungsi sebagai pengapit petikan langsung dari pembicaraan dalam
naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh:
2. Penutup Kalimat
Tanda petik dipakai sebagai tanda baca ungkapan yang dipakai dengan arti khusus
pada ujung atau bagian kalimat.
Contoh:
Tedy sering menjadi “pengacau” dalam setiap kegiatan tim di tempatnya bekerja.
Tanda ini juga bisa dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau
memiliki arti khusus.
31
Contoh:
Dalam istilah asing, keadaan semacam inilah yang disebut sebagai “jetlag”.
4. Mengapit Judul
Tanda petik dipakai untuk mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
Contoh:
1. Mengapit Makna
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang ada di dalam petikan lain.
Contoh:
“Kau dengar bunyi ‘ngiung-ngiung’ tadi kah?” tanya Fahri kepada Adi.
Petik tunggal juga digunakan dalam penulisan untuk mengapit makna, terjemahan,
atau ungkapan asing.
Contoh:
32
BAB V
PENGGUNAAN BAHASA BAKU DAN BAHASA TIDAK BAKU
DALAM PENELITIAN ILMIAH
a) mempunyai kemantapan dinamis, artinya kaidah bahasa itu bersifat tetap dan
tidak berubah setiap saat,
b) sifat kecendekiaanya, artinya perwujudan satuan bahasa yang mengungkapkan
penalaran yang teratur dan logis, dan
c) adanya proses penyeragaman kaídah bukan penyamaan ragam bahasa, atau
penyeragaman variasi bahasa. Sifat kecendekiaan juga merupakan ciri bahasa
baku. Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-
tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar atau
cendekia.
Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa
yang menjadi maksud dari pembicara atau penulis. Ragam baku bersifat seragam.
Pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa.
Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman.
Setelah dikenali ciri-ciri bahasa baku, berikut ini dijabarkan pembakuan di bidang
ejaan, lafal, kata, dan kalimat. Berikut ini akan dipaparkan penggunaannya.
1. Ejaan
33
ejaan lazimnya mempunyai tiga aspek, yaitu aspek fonologis, yang menyangkut
pelambangan fonem dengan huruf dan penyusunan abjad; aspek morfologis, yang
menyangkut pelambangan ujaran dengan tanda baca.
2. Aspek Fonologis
Kaidah dalam aspek fonologis ragam baku bahasa Indonesia antara lain
menyangkut penulisan huruf, pelafalan, dan pengakroniman. Penulisan huruf
bahasa Indonesia menyangkut soal abjad, vokal, diftong, konsonan, persukuan, dan
nama diri. Dalam aspek fonologis, termasuk di dalamnya adalah kaidah penulisan
huruf, yaitu huruf besar atau huruf kapital dan huruf miring.
3. Aspek Morfologis
34
2) awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata;
3) kalau bentuk dasar berupa gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan
akhiran, kata-kata itu ditulis serangkai;
4. Aspek Sintaksis
Dalam bahasa Melayu, baik kata majemuk maupun kelompok kata (frasa)
yang diulang hanyalah konstituen pokoknya, sedangkan pewatasnya tidak usah
diulang. Gabungan kata atau kata majemuk jika akan diulang, tidak perlu seluruh
unsurnya ditulis ulang. Hal ini karena –jika seluruh unsurnya ditulis ulang– kita
akan menghadapi masalah yang cukup rumit, terutama apabila kita ingin
mengulang gabungan kata yang bentuknya cukup panjang, seperti kereta api cepat
luar biasa. Atas dasar pertimbangan itu, kebijaksanaan yang ditempuh adalah
bahwa pengulangan gabungan kata tidak perlu ditulis ulang seluruhnya, tetapi
cukup dengan mengulang unsur yang pertama saja (Mustakim, 1992).
35
BAB VI
KESIMPULAN
36
DAFTAR PUSTAKA
Sugono, Dendy. 1999. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
Tim Penyusun Buku Panduan. 2020: Panduan Penulisan Artikel Ilmiah di Jurnal
Kebidanan. Tersedia di : https://bidan.fk.unair.ac.id/wp-
content/uploads/2020/02/3.-Panduan-penulisan-artikel-ilmiah.pdf. Diakses
tanggal 20 Juli 2022
37