Anda di halaman 1dari 38

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I SEJARAH DAN KEDUDUKAN FUNGSI BAHASA


INDONESIA ................................................................................... 1

BAB II TINJUAN SERTA MAMFAAT PENGGUNAAN


BAHASA INDONESIA ................................................................. 8

BAB III HAKIKAT DAN CIRI DARI RAGAM BAHASA


INDONESIA .................................................................................. 10

BAB IV PENGGUNAAN HURUF, TANDA BACA DALAM


PENERAPAN ILMIAH ................................................................. 14

BAB V PENGGUNAAN BAHASA BAKU DAN BAHASA TIDAK


BAKU DALAM PENELITIAN ILMIAH ..................................... 33

BAB VI SARAN ........................................................................................... 36

DAFTAR ISI .................................................................................................. 37

i
BAB I

SEJARAH DAN KEDUDUKAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

A. Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Merdeka

Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman
Sriwijaya, bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antar suku di
Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara
pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara.

Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari


berbagai peninggalan-peninggalan misalnya:

1. Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun
1380
2. Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.
3. Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.
4. Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.
5. Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.

Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:

1. Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan-aturan


hidup dan sastra.
2. Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di indonesia
3. Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun
pedagang yang berasal dari luar indonesia.

Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan


menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan
bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa Melayu mudah di terima oleh
masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku,
antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.

1
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia,
oleh karena itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam perkumpulan
pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia
menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa indonesia. (Sumpah Pemuda,
28 Oktober 1928).

B. Perkembangan Bahasa Indonesia Sesudah Merdeka

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para
pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda
berikrar:

1. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah
Air Indonesia.
2. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa
Indonesia.
3. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa
persatuan, bahasa Indonesia.

Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama “Sumpah Pemuda”. Unsur yang
ketiga dari “Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa
indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa indonesia. Pada tahun 1928
bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa
Indonesia di nyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18
Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan
sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD
1945 di sebutkan bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia,(pasal 36).
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,
telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia secara
konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa indonesia di pakai oleh
berbagai lapisan masyarakat indonesia.

2
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahas
persatuan bangsa indonesia. Bahasa indonesia di resmikan penggunaannya
setelah Proklamasi Kemerekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya,
bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, Bahasa
Indonesia berposisi sebagi bahasa kerja. Dari sudut pandang Linguistik, bahasa
indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang
dipakai adalah bahasa Melayu-Riau dari abad ke-19.

Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaannya


sebagi bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses
pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan “Bahasa Indonesia” di awali
sejak di canangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari
kesan “Imperialisme bahasa” apabila nama bahasa Melayu tetap di gunakan.

Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa indonesia saat ini dari varian
bahasa Melayu yang di gunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga
saat ini, bahasa indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus
menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari
bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun di pahami dan di tuturkan oleh lebih
dari 90% warga indonesia, bahasa indonesia bukanlah bahasa ibu bagi
kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga indonesia menggunakan salah
satu dari 748 bahasa yang ada di indonesia sebagai bahasa Ibu. Penutur Bahasa
indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) atau mencampur
adukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa Ibunya.

Meskipun demikian , bahasa indonesia di gunakan di gunakan sangat luas


di perguruan-perguruan. Di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-
menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah
dikatakan bahwa bahasa indonesia di gunakan oleh semua warga indonesia.
Bahasa Melayu dipakai dimana-mana diwilayah nusantara serta makin
berkembang dengan dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu
yang dipakai didaerah-daerah diwilayah nusantara dalam pertumbuhan
dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosa kata dari

3
berbagai bahasa, terutama dari bahasa sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab,
dan bahasa-bahasa Eropa.

Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai


variasi dan dialek. Perkembangan bahasa Melayu diwilayah nusantara
mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan
bangsa Indonesia. Komikasi rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia.
Komunikasi antar perkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk
seluruh bangsa Indonesia dalam sumpah pemuda 28 Oktober 1928. Untuk
memperoleh bahasa nasionalnya, Bangsa Indonesia harus berjuang dalam
waktu yang cukup panjang dan penuh dengan tantangan.

Perjuagan demikian harus dilakukan karena adanya kesadaran bahwa di


samping fungsinya sebagai alat komunikasi tunggal, bahasa nasional sebagai
salah satu ciri cultural, yang ke dalam menunjukkan sesatuan dan keluar
menyatakan perbedaan dengan bangsa lain.

Ada empat faktor yang menyebabkan Bahasa melayu diangkat menjadi


bahasa Indonesia, yaitu:

1. Bahasa melayu adalah merupakan Lingua Franca di Indonesia, bahasa


perhubungan dan bahasa perdagangan.
2. Sistem bahasa melayu sederhana, mudah di pelajari karena dalam bahasa
melayu tidak di kenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
3. Suku Jawa, Suku Sunda, dan Suku2 yang lainnya dengan sukarela
menerima bahasa melayu menjadi bahasa indonesia sebagai bahasa
nasional.
4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk di pakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas.

4
C. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara
berserta fungsinya

1. Sebagai Bahasa Nasional


Tanggal 28 Oktober 1928, pada hari “Sumpah Pemuda” lebih tepatnya,
Dinyatakan Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional memilki
fungsi-fungsi sebagai berikut :1. Bahasa Indonesia sebagai Identitas
Nasional.

2. Bahasa Indonesia sebagai Kebanggaan Bangsa.


3. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.
4. Bahasa Indonesia sebagai Pemersatu Bangsa yang berbeda Suku, Agama,
ras, adat istiadat dan Budaya.

Adapun penjelasanya :

1. Bahasa Indonesia sebagai Identitas Nasional.


Kedudukan pertama dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
Nasional dibuktikan dengan digunakan nya bahasa indonesia dalam bulir-
bilir Sumpah Pemuda. Yang bunyinya sebagai berikut :

Kami poetera dan poeteri Indonesia


mengakoe bertoempah darah satoe, Tanah Air Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
mengakoe berbangsa satoe,
Bangsa Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
mendjoendjoeng bahasa persatoean, Bahasa Indonesia.

2. Bahasa Indonesia sebagai Kebanggaan Bangsa.


Kedudukan kedua dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
Nasional dibuktikan dengan masih digunakannya Bahasa Indonesia sampai
sekarang ini. Berbeda dengan negara-negara lain yang terjajah, mereka
harus belajar dan menggunakan bahasa negara persemakmurannya.
Contohnya saja India, Malaysia, dll yang harus bisa menggunakan Bahasa
Inggris.3. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.

5
Kedudukan ketiga dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
Nasional dibuktikan dengan digunakannya Bahasa Indonesia dalam
berbagai macam media komunikasi. Misalnya saja Buku, Koran, Acara
pertelevisian, Siaran Radio, Website, dll. Karena Indonesia adalah negara
yang memiliki beragam bahasa dan budaya, maka harus ada bahasa
pemersatu diantara semua itu. Hal ini juga berkaitan dengan Kedudukan
keempat dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional
sebagai Alat pemersatu Bangsa yang berbeda Suku, Agama, ras, adat
istiadat dan Budaya.

3. Bahasa Indonesia sebagai Alat pemersatu Bangsa yang berbeda Suku,


Agama, ras, adat istiadat dan Budaya.
Agar semua bangsa indonesia memiliki bahasa pemersatu dalam
berkomunikasi walaupun berbeda – beda asal,suku,ras dan adat

4. Sebagai Bahasa Negara


Dalam UUD 1945 bab XV, pasal 36, telah ditetapan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa Negara. Dengan demikian, selain berkedudukan sebagai
bahasa nasional, bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa
negara.

Pada tanggal 25-28 Februari 1975, Hasil perumusan seminar polotik bahasa
Nasional yang diselenggarakan di jakarta. berikut fungsi dan Kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara adalah :1. Bahasa Indonesia
sebagai bahasa resmi kenegaraan.

Dalam kaitannya dengan fungsi ini bahasa Indonesia dipergunakan dalam


adminstrasi kenegaraan, upacara atau peristiwa kenegaraan baik secara lisan
maupun dalam bentuk tulisan, komunikasi timbal-balik antara pemerintah
dengan masyarakat. Dokumen-dokumen dan keputusankeputusan serta
surat-menyurat yang dikeluarkan oleh pemeritah dan badanbadan
kenegaraan lain seperti DPR dan MPR ditulis di dalam bahasa Indonesia.
Pidato-pidato, terutama pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan di dalam
bahasa Indonesia. Demikian halnya dengan pemakaian bahasa Indonesia

6
oleh warga masyarakat kita di dalam hubungannya dengan upacara,
peristiwa, dan kegiatan kenegaraan.

Suhendar dan Supinah (1997) menyatakan bahwa untuk melaksanakan


fungsinya sebagai bahasa resmi kenegaraan dengan sebaikbaiknya,
pemakaian bahasa Indonesia di dalam pelaksanaan adminstrasi
pemerintahan perlu senantiasa dibina dan dikembangkan, penguasaan
bahasa Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang menentukan di
dalam pengembangan ketenagaan seperti penerimaan karyawan baru,
kenaikan pangkat baik sipil maupun militer, dan pemberian tugas-khusus
baik di dalam maupun di luar negeri.

5. Bahasa Indonesia sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan.


Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia dipergunakan dilembaga-
lembaga pendidikan baik formal atau nonformal, dari tingkat taman kanak-
kanak sampai perguruan tinggi. Masalah pemakaian bahasa Indonesia
sebagai satu-satunya bahasa pengantar di segala jenis dan tingkat
pendidikan di seluruh Indonesia, menurut Suhendar dan Supinah (1997),
masih merupakan masalah yang meminta perhatian.

6. Bahasa Indonesia sebagai penghubung pada tingkat Nasional untuk


kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah.
7. Bahasa Indonesia Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan
Teknologi.

7
BAB II

TINJUAN SERTA MAMFAAT PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA

Di dalam kedudukannya sebagai sumber pemerkaya bahasa daerah, bahasa


Indonesia berperan sangat penting. Beberapa kosakata bahasa Indonesia ternyata
dapat memperkaya bahasa daerah, dalam hal bahasa daerah tidak memiliki kata
untuk sebuah konsep. Bahasa Indonesia sebagai alat menyebarluaskan sastra
Indonesia dapat dipakai. Sastra Indonesia merupakan wahana pemakaian bahasa
Indonesia dari segi estetis bahasa sehingga bahasa Indonesia menjadi bahasa yang
penting dalam dunia internasional.

Bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan


kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat
untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi
sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan
control sosial. Fungsi-fungsi tersebut dijelaskan berikut ini.

A. Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri

Pada awalnya, seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan


kehendaknya atau perasaannya pada sasaran yang tetap (kedua orang tua). Dalam
perkembangannya, seorang anak tidak lagi menggunakan bahasa hanya untuk
mengekspresikan kehendaknya, tetapi juga untuk berkomunikasi dengan
lingkungan di sekitarnya.

B. Bahasa sebagai Alat Komunikasi

Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri.


Komunikasi tidak akan sempurna apabila ekspresi diri kita tidak diterima atau
dipahami oleh orang lain.

C. Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial

Bahasa, di samping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan


pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari, dan

8
mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu serta belajar berkenalan
dengan orang-orang lain.

Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien


melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap-
tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya,
serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh
mungkin bentrokan bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-
tingginya.

D. Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial

Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat
diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat.

Setelah memahami fungsi bahasa tersebut, dapat kita ketahui bahwa sangat
penting menggunakan bahasa Indonesia dalam tatanan kehidupan masyarakat
negara Indonesia. Oleh karena bangsa Indonesia memiliki kekayaan bahasa dalam
setiap daerah dengan ciri khas tersendiri. Oleh karena itu, bahasa Indonesia sangat
penting digunakan untuk mempersatukan bangsa yang kaya ini.

9
BAB III

HAKIKAT DAN CIRI DARI RAGAM BAHASA INDONESIA

A. Hakikat Bahasa Indonesia

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga manusia perlu berinteraksi


dengan manusia yang lainnya. Pada saat manusia membutuhkan eksistensinya
diakui, maka interaksi itu terasa semakin penting. Kegiatan berinteraksi ini
membutuhkan alat, sarana atau media, yaitu bahasa. Sejak saat itulah bahasa
menjadi alat, sarana atau media. Bentuk dasar bahasa adalah ujaran. Ujaranlah
yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.

Bahasa = sarana komunikasi mencakup aspek bunyi dan makna Sifat –


sifat bahasa :

o Sistematik karena bahasa memiliki pola dan kaidah yang harus ditaati agar
dapat dipahami oleh pemakainya

o Mana suka karena unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa dasar

o Ujar , karena bentuk dasar bahasa

o Manusiawi, karena dimanfaatkan manusia.

B. Ragam Bahasa Indonesia

Manusia adalah makhluk social yang saling berinteraksi dalam masyarakat


menggunakan bahasa, dan dalam masyarakat tersebut terdapat bermacam-
macam bahasa yang disebut Ragam Bahasa. Indonesia merupakan
Negara yang terdiri atas beribu-ribu pulau, yang dihuni oleh ratusan suku
bangsa dengan pola kebudayaan sendiri-sendiri, pasti melahirkan berbagai
ragam bahasa yang bermacam-macam dan ini disebut Ragam Bahasa
Indonesia.

10
Ragam bahasa menurut sudut pandang penutur :
• Ragam daerah ( logat / dialek)
• Ragam pendidikan :

1. Bahasa baku

2. Bahasa tidak baku


• Ragam bahasa menurut sikap penutur , gaya atau langgam yang
digunakan penutur terhadap orang yang diajak bicara.
Ragam bahasa menurut jenis pemakaiannya :
• ragam dari sudut pandangan bidang atau pokok persoalan
• ragam menurut sarananya : 1. Lisan : dengan intonasi yaitu tekanan, nada,
tempo suara, dan perhentian.
2. Tulisan : dipengaruhi oleh
bentuk, pola kalimat, dan tanda baca.
• ragam yang mengalami gangguan pencampuran
Ragam bahasa menurut bidang wacana :
• Ragam ilmiah : bahasa yang digunakan dalam kegiatan ilmiah,ceramah,
tulisan-tulisan ilmiah
• Ragam populer : bahasa yang digunakan dalam pergaulan seharihari dan
dalam tulisan populer
Ragam bahasa baku dan tidak baku
Ciri – ciri ragam bahasa baku :
• kemantapan dinamis, memiliki kaidah dan aturan yang relatif tetap dan
luwes.
• Kecendekiaan, sanggup mengungkap proses pemikiran yang rumit
diberbagai ilmu dan tekhnologi
• Keseragaman kaidah adalah keseragaman aturan atau norma

Proses pembakuan bahasa terjadi karena keperluan komunikasi. Dalam


proses pembakuan atau standardisasi variasi bahasa, bahasa itu disebut bahasa
baku atau standard. Pembakuan tidak bermaksud untuk mematikan variasi-
variasi bahasa tidak baku. Untuk mengatasi keanekaragaman pemakaian bahasa

11
yang merupakan variasi dari bahasa tidak baku maka diperlukan bahasa bahasa
baku atau bahasa standard.
Bahasa Indonesia baku adalah ragam bahasa yang dipergunakan dalam:
• komunikasi resmi, yakni surat-menyurat resmi, pengumuman yang
dikeluarkan oleh instansi resmi, penamaan dan peristilahan resmi,
perundang-undangan, dan sebagainya.
• wacana teknis, yakni dalam laporan resmi dan karangan ilmiah.
• pembicaraan di depan umum yakni dalam ceramah, kuliah, khotbah
• pembicaraan dengan orang yang dihormati yakni orang yang lebih tua, lebih
tinggi status sosialnya dan orang yang baru dikenal.
Ciri struktur (unsur-unsur) bahasa Indonesia baku adalah sebagai berikut.
1. Pemakaian awalan me- dan ber- (bila ada) secara eksplisit dan konsisten.
2. Pemakaian fungsi gramatikal (subyek, predikat, dan sebagainya secara
eksplisit dan konsisten.
3. Pemakaian fungsi bahwa dan karena (bila ada) secara eksplisit dan
konsisten (pemakaian kata penghubung secara tepat dan ajeg.
4. Pemakaian pola frase verbal aspek + agen + verba (bila ada) secara
konsisten (penggunaan urutan kata yang tepat).
5. Pemakaian konstruksi sintesis (lawan analitis).
6. Pemakaian partikel kah, lah, dan pun secara konsisten.
7. Pemakaian preposisi yang tepat.
8. Pemakaian bentuk ulang yang tepat menurut fungsi dan tempatnya.
9. Pemakaian unsur-unsur leksikal berikut berbeda dari unsur-unsur yang
menandai bahasa Indonesia baku.
10. Pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku (EYD).
11. Pemakaian peristilahan resmi.
12. Pemakaian kaidah yang baku

Ragam Bahasa Tulis dan Bahasa Lisan


Ada dua perbedaan yang mencolok mata yang dapat diamati antara
ragam bahas tulis dengan ragam bahasa lisan, yaitu :

12
1. Dari segi suasana peristiwa
Jika menggunakan bahasa tulisan tentu saja orang yang diajak
berbahasa tidak ada dihadapan kita. Olehnya itu, bahasa yang digunakan
perlu lebih jelas. Fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, objek, dan
hubungan antara setiap fungsi itu harus nyata dan erat. Sedangkan dalam
bahasa lisan, karena pembicara berhadapan langsung dengan pendengar,
unsur (subjek-predikat-objek) kadangkala dapat diabaikan.

2. Dari segi intonasi


Yang membedakan bahasa lisan dan tulisan adalah berkaitan dengan
intonasi (panjang-pendek suara/tempo, tinggi-rendah suara/nada, keras-
lembut suara/tekanan) yang sulit dilambangkan dalam ejaan dan tanda baca,
serta tata tulis yang dimiliki.
Goeller (1980) mengemukakan bahwa ada tiga krakteristik bahasa tulisan
yaitu acuracy, brevety, claryty (ABC).
• Acuracy (akurat) adalah segala informasi atau gagasan yang dituliskan
dapat memberi keyakinan bagi pembaca bahwa hal tersebut masuk akal
atau logis.
• Brevety (ringkas) yang berarti gagasan tertulis yang disampaikan
bersifat singkat karena tidak menggunakan kata yang mubazir dan
berulang, seluruh kata yang digunakan dalam kalimat ada fungsinya.
• Claryty (jelas) adalah tulisan itu mudah dipahami, alur pikirannya
mudah diikuti oleh pembaca. Tidak menimbulkan salah tafsir bagi
pembaca.

13
BAB IV

PENGGUNAAN HURUF, TANDA BACA DALAM PENERAPAN ILMIAH

A. Pengertian Tanda Baca

Tanda baca adalah simbol yang nggak ada hubungannya sama suara, kata, atau frasa
dalam suatu bahasa. Tanda baca itu sendiri berperan menunjukkan sebuah struktur
tulisan, intonasi, dan jeda pada saat pembacaan.

B. Penggunaan Tanda Baca Titik (.)

1. Penanda Akhir Kalimat

Fungsi tanda titik yang paling umum dan paling banyak dipahami
orang-orang ialah sebagai penanda pada akhir kalimat. Bukan kalimat
seruan atau kalimat tanya. Kamu biasa memahaminya sebagai kalimat
berita.

Contoh:

- Ayah baru saja berangkat ke Yogyakarta.


- Ida sudah menyelesaikan artikel tentang Ketimpangan Sosial kemarin.

2. Tanda di Penulisan Bagan, Ikhtisar, atau Daftar

Tanda titik bisa digunakan di belakang satu huruf atau angka dalam
penulisan bagan, ikhtisar, atau daftar.
Contoh:
II. Provinsi Jawa Barat
1. Kota Bekasi
2. Kabupaten Bekasi
3. Pembahasan

3.1 Isi
3.2 Analisa Tabel
3.3 Analisa Grafik

14
3. Pemisah Angka pada Penanda Waktu (Jam, Menit, dan Detik)

Jarang diketahui, tanda titik juga dapat digunakan sebagai pemisah angka jam,
menit, dan detik. Hal ini disebabkan tanda tersebut sering digantikan oleh titik dua
(:)

Contoh:

- Pukul 06.05 (Pukul 6 lewat 5 menit)

- Pukul 10.18 (Pukul 10 lewat 18 menit)

4. Penunjukkan Jangka Waktu

Hampir serupa dengan fungsi yang ketiga, tanda titik juga berfungsi sebagai
penunjukkan jangka waktu tertentu.

Contoh:
- 01.03.47 (1 jam 3 menit 47 detik)
- 07.00.38 (7 jam 38 detik)

5. Memperjelas Jumlah

Tanda titik digunakan untuk memperjelas bilangan ribuan atau kelipatannya.

Contoh:

- Kasus COVID-19 di Indonesia tembus 1.000.000 kasus.

- Kecelakaan di tol bulan lalu mencapai 1.200 kejadian.

Tapi perlu kamu ingat nih, tanda titik tidak berlaku kepada angka yang tidak
menyatakan jumlah meskipun angkanya ribuan ya.

Contoh:
- Tsunami di Aceh terjadi pada tahun 2004.
- Perempuan itu kelahiran tahun 1999.

15
6. Peran dalam Penulisan Referensi

Dalam penulisan daftar pustaka, tanda titik digunakan setelah nama penulis, judul
tulisan yang tidak mengandung tanda seru atau tanda tanya, dan tempat terbit.

Contoh:

Agung, Muhammad. 2007. Media Belajar yang Asyik. Solo: Ragam Cendekia

7. Tidak Digunakan pada Akhir Judul

Kamu tidak boleh menggunakan tanda titik pada akhir judul karangan/artikel yang
merupakan kepala karangan. Selain itu pada bagian kepala tabel, grafik, dan
ilustrasi juga tidak boleh diakhiri dengan tanda titik.

Contoh:

- Pengertian, Jenis, dan Contoh Majas

- Grafik 3.2 Angka Kematian COVID-19 di Provinsi Jawa Timur

- Cara Memulai Bisnis Rumahan di Bulan Ramadan

8. Tidak Digunakan pada Kepala Surat

Oh iya tanda titik ini juga tidak boleh dipakai dalam kepala surat ya. Artinya, tanda
titik tidak diperbolehkan di belakang alamat pengirim dan penerima surat, nama
pengirim dan penerima surat, dan tanggal surat.

Contoh:

Kepada

HRD PT Jaya Sentosa

Jalan Pandawa

Sukabumi

16
Penggunaan Tanda Baca Koma (,)

1. Diletakkan di Tengah Kalimat

Tanda ini sangat sering digunakan pada tengah-tengah kalimat. Nah, tanda koma
biasanya dipakai dalam suatu perincian atau pun penyebutan bilangan. Untuk
penempatannya ada di belakang kata yang mengikutinya.

Contoh:

- Satu, dua, tiga, ….. mulai!

- Ibu berbelanja keperluan memasak seperti garam, gula, kecap, dan minyak goreng.

2. Perbandingan Kalimat

Tanda koma berperan dalam membentuk sebuah kalimat perbandingan. Tanda ini
dipakai memisahkan kalimat yang setara yang didahului kata yang menunjukkan
perbandingan seperti tetapi, namun, atau melainkan.

Contoh:

Wahana wisata itu sungguh menyenangkan, namun cukup berbahaya bagi anak-
anak.

3. Memisahkan Anak Kalimat dengan Induk Kalimat

Tanda koma juga dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimatnya.
Dengan catatan, jika anak kalimatnya mendahului induk kalimat.

Contoh:

Jika tempatnya terlalu sempit, kita tidak akan gunakan tempat itu.

4. Pemisah Partikel

Tanda koma dipakai untuk memisahkan partikel dengan inti kalimat. Partikel ini
bukan seperti partikel di materi IPA ya. Partikel dalam bahasa Indonesia seperti
oh, ya, hmm, wah, aduh, dan bentuk lainnya.

17
Contoh:

- Wah, ternyata pemandangan di sini tak kalah indahnya!

- Hmm, baiklah kalau seperti itu.

5. Kata Penghubung Antar kalimat

Kamu wajib meletakkan tanda koma di belakang kata atau ungkapan yang menjadi
penghubung antarkalimat. Kata atau ungkapan tersebut misalnya oleh karena itu,
namun, akan tetapi, maka dari itu, dan meskipun begitu.

Contoh:

- …. oleh karena itu, kita harus merencanakan dengan matang.

-...... akan tetapi, peluang tim ini untuk menang masih terbuka lebar.

6. Identitas yang Ditulis Berurutan

Maksud identitas itu ialah penulisan nama dan alamat, bagian alamat, tempat dan
tanggal, serta nama tempat atau wilayah yang ditulis secara berurutan harus
memakai tanda koma.

Contohnya:

- Jakarta, 13 April 2021

- Jalan Raya Bogor KM 19, Kramat Jati, Jakarta Timur

7. Memisahkan Petikan Langsung

Kalau kamu menemukan percakapan dalam sebuah cerita, baik di cerpen atau
novel, tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagiannya
yang lain dalam kalimat.

Contoh:

18
- Roro bertanya, “Apakah kamu lupa materi tentang konjungsi temporal?”

- “Baiklah,” jawab Pak Adi, “segera akan saya kerjakan hari ini.”

8. Catatan Kaki

Dalam penyusunan catatan kaki, tanda koma digunakan dalam penyusunannya.

Contoh:

Anton M. Moeliono, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat (Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. 2017), hlm 48.

9. Penulisan Daftar Pustaka

Pada penyusunan daftar pustaka, tanda koma berfungsi sebagai pemisah bagian
nama yang dibalik susunannya.

Dalam penulisan daftar pustaka, tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian
nama yang dibalik susunannya.

Contoh:

Moeliono, Anton M., dkk. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi
Keempat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan

10. Penulisan Bilangan

Tanda koma dalam hal ini dipakai pada angka persepuluhan atau bisa dipakai di
antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.

Contoh:

- 17,2 km

- Rp90,12

19
11. Penulisan Gelar

Dalam penulisan gelar akademik, tanda koma dipakai di antara nama orang dan
gelar yang mengikutinya untuk membedakan dari singkatan nama diri, marga, atau
keluarga.

Contoh:

- Hani Ammariah, S.Si

- Ny. Ratu Regina, S.Kom

12. Kalimat Bertingkat

Nah, tanda koma juga berperan dalam kalimat bertingkat nih. Ia dipakai buat
mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.

Contoh:

- Kakak pertamaku, Kresno, adalah orang yang sangat kreatif.

- Di sekolah kami, misalnya, masih banyak siswa dari latar belakang keluarga yang
kurang mampu.

13. Menghindari Salah Baca

Ternyata tanda koma berfungsi juga untuk menghindari salah baca/salah penafsiran
lho. Tanda ini digunakan di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

Contoh:

Dalam upaya pembinaan warga, kita memerlukan semangat gotong royong.

Bandingan dengan

Kita memerlukan semangat gotong royong dalam upaya pembinaan warga.

14. Tidak Digunakan untuk Pemisahan Petikan Langsung

Tanda koma TIDAK dipakai untuk memisahkan petikan langsung dalam kalimat
jika petikan langsung diakhiri tanda tanya atau tanda seru.

20
Contoh:

- “Kenapa kamu berbohong?” tanya Devi.

- “Visitor blog jangan sampai turun lagi!” tegas Fahri..

C. Penggunaan Tanda Baca Seru (!)

1. Kalimat Perintah

Kalau kamu memerintahkan atau menyeru kepada seseorang, maka berlaku


penggunaan tanda seru di sini jika ucapanmu dituliskan. Tanda seru ini dipakai baik
perintah yang sifatnya keras maupun tidak.

Contoh:

- Tolong matikan lampu di ruang itu!

- Kerjakan tugas ini sekarang juga!

2. Menunjukkan Ekspresi Terkejut/Kaget

Ketika kamu merasa kaget, terkejut, atau rasa emosi yang kuat, maka wajib
menggunakan tanda seru dalam penulisan kalimatnya.

Contoh:

- Astaga! Apakah aku lupa mengirimkan kabar ke kamu?

- Kita berangkat sekarang, ayo semangat!

D. Penggunaan Tanda Baca Tanya (?)

1. Menanyakan Sesuatu

Namanya aja tanda tanya, sudah pasti fungsi yang pertama bertujuan untuk kalimat
yang menanyakan sesuatu.

Contoh:

21
- Kapan Gulman pergi ke Bandung?

- Apakah Devi sudah tahu kabar itu?

Eits, tapi tanda tanya tidak digunakan dalam kalimat tanya yang berubah
bentuk menjadi penjelas ya.

Contoh:

- Sampai sekarang dia tidak tahu kenapa gurunya selalu memberikan nilai yang
jelek.

- Pak Hasan sudah mengerti bagaimana cara mengoperasikan mesin tersebut.

2. Digunakan dalam Tanda Kurung

Tanda tanya bisa diletakkan di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian dari
sebuah kalimat yang masih kurang dapat dibuktikan keabsahannya.

Contoh:

Total dana yang dikorupsi sekitar 500 juta rupiah (?)

E. Penggunaan Tanda Baca Titik Koma (;)

1. Memisahkan Bagian Kalimat

Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara.

Contoh:

- Malam semakin larut; tugasnya tak kunjung selesai.

2. Memisahkan Kalimat Setara

Tanda ini bisa dipakai sebagai pengganti kata hubung untuk memisahkan kalimat
yang masih setara dalam kalimat majemuk.

Contoh:

Ibu memasak di dapur; Nanda menonton TV di ruang tamu.

22
F. Penggunaan Tanda Baca Titik Dua (:)

1. Akhir Pernyataan Lengkap

Tanda titik dua digunakan pada akhir pernyataan yang lengkap. Tapi, hal ini hanya
berlaku jika masih dalam rangkaian yang sama ya.

Contoh:

- Kita persiapkan perlengkapan berkemah: tenda, ransel, jaket, dan pakaian tidur.

Lain halnya jika rangkaian tadi merupakan pelengkap yang mengakhiri


pernyataan. Tanda titik dua tidak digunakan.

Contoh:

Kita memerlukan tenda, ransel, jaket, dan pakaian tidur.

2. Sesudah Kata atau Ungkapan

Tanda titik dua ini bisa digunakan sesudah kata/ungkapan juga lho

Contoh:

Ketua: Dwi Hatmojo Kresnoadi

Wakil Ketua: Hani Ammariah

Sekretaris: Salsabila Nanda

Hari/Tanggal: Senin, 19 April 2021

Waktu: 07.00 - selesai

3. Di antara Identitas Penerbit

Tanda titik dua bisa dipakai di antara

Tanda titik dua di antara:

(a) jilid atau nomor dan halaman,

(b) bab dan ayat dalam kitab suci,

23
(c) judul dan subjudul suatu karangan, serta

(d) nama kota dan penerbit buku dalam daftar pustaka..

Contoh:

- Republika, 1 (2020), 34:7

- Al-Kahfi: 10

- Karangan Regina Kayo, Rahasia Hidup: Kisah di Kota Hujan, sudah terbit.

- Abdillah, Fahri. 2020. 7 Jurus Jitu Melakukan Negosiasi. Purwokerto: Penerbit


Lampion.

4. Dalam Teks Drama Setelah Kata yang Menunjukkan Pelaku

Tanda titik dua dipakai dalam teks drama setelah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.

Contoh:

Ratu: (sambil memandang ke bawah) “Sudahlah. Mungkin memanglah ini


takdirku”

Hani: (menepuk pundak Ratu) “Hei, ngapain ngelamun aja?”

Ratu: (kaget) “Eh, kamu Hani..”

G. Penggunaan Tanda Baca Elipsis/Titik-titik (...)

1. Penulisan Kalimat yang Terputus-putus

Tanda elipsis ditulis dengan cara titik-spasi-titik-spasi-titik ( . . . ). Tanda ini dipakai


dalam penulisan kalimat yang terputus-putus.

Contoh:

Hmm . . . . aku juga tidak habis pikir dengan kejadian itu.

24
2. Penunjukkan Ada Bagian Naskah yang Dihilangkan

Tanda elipsis dipakai juga untuk menunjukkan kalau di sebuah kalimat ada bagian
yang dihilangkan.

Contoh:

Hal yang patut dihindari . . . serta menjadi masalah yang cukup besar dalam teknik
membuat website.

Kalau bagian yang dihilangkan itu akhir dari kalimat, maka kamu perlu
memakai empat titik (... .), tiga titik penanda hilangnya bagian teks, dan satu
sebagai tanda akhir kalimat.

Contoh:

Dia termasuk orang yang setuju dengan … .

H. Penggunaan Tanda Baca Hubung (-)

1. Menyambung Huruf Kata dan Penulisan Tanggal

Tanda hubung dipakai untuk menyambung huruf dari kata yang dieja satu per satu
dan digunakan juga pada penulisan tanggal.

Contoh:

R-u-a-n-g-g-u-r-u

19-08-1998

2. Menyambung Suku

Tanda hubung berfungsi untuk menyambung suku dari kata dasar dan imbuhan
yang terpisah oleh pergantian baris.

Contoh:

- Ririn membeli baju lengan pan-

jang di Pasar Tanah Abang.

- Jangan sampai kamu memberi-

25
kan berita yang tidak benar.

Pengecualian terhadap pemotongan suku kata jika huruf terakhir pada kata tersebut
ialah huruf vokal

Contoh

Sejak diperketatnya aturan tersebut, para pemudik itu

seperti kesulitan mencari celah untuk pulang kampung.

Bukan

Sejak diperketatnya aturan tersebut, para pemudik i-

tu seperti kesulitan mencari celah untuk pulang kampung.

3. Memperjelas Hubungan

Tanda hubung dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata/ungkapan serta


penghilangan bagian kelompok kata.

Contoh:

- ber-evolusi

- dua puluh lima-ribuan (25 x 1.000)

Coba kamu bandingakan dengan ini:

- ber-revolusi

- dua-puluh-lima-ribuan (20 x 5.000)

4. Menyambung Unsur Kata Ulang

Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata yang berulang.

Contoh:

- mondar-mandir, kanan-kiri

- anak-anak, kuda-kuda

26
5. Merangkai Kata Depan dengan Huruf Kapital

Tanda hubung juga dipakai untuk merangkai:

(a) se- dengan kata selanjutnya dengan awalan kapital,

(b) ke- dengan angka,

(c) angka dengan –an,

(d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan

(e) nama jabatan rangkap.

Contoh:

- se-Jawa Barat

- era 90-an

- mem-PHK-kan

- Menteri-Sekretaris Negara

6. Merangkai Unsur Bahasa Indonesia dengan Bahasa Asing

Dalam rangkaian unsur Bahasa Indonesia dengan bahasa asing, juga diperlukan
tanda hubung lho.

Contoh:

– Dia menata rambutnya se-stylish mungkin.

– Jangan sampai sistem peng-upload-an data nanti mengalami gangguan.

– Pekerjaan Ratu tolong di-backup ya.

I. Penggunaan Tanda Baca Pisah (—)

1. Membatasi Penyisipan Kata

Jika ada pembatasan penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan
khusus di luar konteks kalimat, maka digunakan tanda pisah.

27
Contoh:

Kesuksesan itu—saya yakin akan tercapai—harus diperjuangkan oleh dirinya


sendiri.

2. Tanda Pisah Dua Bilangan

Tanda pisah dipakai juga di antara dua bilangan/tanggal yang menunjukkan arti
“sampai”

Contoh:

- 2019 – 2020

- Medan, 13 – 20 Januari 2015

- Bandung – Surabaya

3. Penegasan Keterangan Aposisi

Tanda pisah bisa dipakai untuk penegasan keterangan aposisi (keterangan lain)
sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

Contoh:

Anggota komunitas itu – Shabrina, Devi, dan Nanda – sudah memberi dampak
positif yang cukup besar bagi lingkungan sekitarnya.

J. Penggunaan Tanda Baca Kurung (())

1. Mengapit Angka

Kamu bisa memakai tanda baca kurung untuk digunakan mengapit angka atau huruf
yang merinci suatu urutan.

Contoh:

Harta kekayaannya meliputi (a) logam mulia, (b) properti, dan (c) saham.

28
2. Mengapit Huruf

Tanda kurung dipakai mengapit huruf atau kata yang kemunculannya di kalimat
dapat dihilangkan.

Contoh:

Pendaki amatiran tidak diperkenankan untuk mendaki sampai (puncak) Mahameru.

3. Mengapit Keterangan

Kamu juga bisa menggunakan tanda kurung untuk mengapit keterangan/penjelasan


yang bukan bagian pokok dari sebuah kalimat.

- Bukti tersebut (lihat halaman 109) mendukung pernyataannya bahwa dalam


melakukan teknik negosiasi harus dilakukan secara serius.

4. Tambahan Keterangan

Untuk menjelaskan keterangan yang berupa abreviasi, digunakan pula tanda


kurung.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu RI) telah mengeluarkan


kebijakan penggunaan meterai 10000 dalam dokumen berharga.

K. Penggunaan Tanda Baca Kurung Siku ([ ])

1. Mengapit Keterangan

Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan yang ada di kalimat penjelas.
Nah, kalimat penjelas ini sebelumnya sudah bertanda kurung ya.

Contoh:

– Persamaan dari metode pengajaran itu (perbedaannya [lihat halaman 33-45]


cukup signifikan) memberikan output yang kurang lebih sama dengan tujuan awal.

29
2. Mengapit Huruf, Kata, atau Kelompok

Tanda kurung siku ini bisa dipakai dalam hal pengoreksian kalimat yang ditulis
oleh orang lain. Tanda ini menyatakan bahwa ada kesalahan atau kekurangan huruf
pada naskah aslinya.

Contoh:

Para pemuda juga wajib berperan dalam pemberdaya[a]n masyarakat di lingkungan


sekitar tempat mereka tinggal.

L. Penggunaan Tanda Baca Garis Miring (/)

1. Pengganti Kata Hubung

Garis miring digunakan sebagai pengganti kata dan, atau, serta tiap (per).

Contoh:

- pria/wanita

- harga permen itu Rp1.000,00/butir

2. Dipakai pada Nomor Surat dan Kalimat

Tanda garis miring juga dipakai dalam nomor surat serta penanda rentang masa
tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

Contoh:

- No. 036/Kep/BKD/2020

- Tahun Ajaran 2020/2021

M. Penggunaan Tanda Baca Apostrof (‘)

1. Penggunaan Kata Khusus

Dalam penulisan, tanda ini digunakan dalam penulisan nama serta kata khusus dari
serapan bahasa asing.

30
Contoh:

- Ahmad Syafi’i (bukan ‘Syafi i’ atau ‘Syafii’)

- Surat Al-An’am (bukan Al-An am atau Al-Anam)

2. Menunjukkan Penghilangan Bagian Kata

Tanda apostrof juga dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau
angka dalam tahun.

Contoh:

- Deni ‘lah orang yang menyelamatmu (‘lah = adalah)

- 19 Februari ’21 (’21 = 2021)

N. Penggunaan Tanda Baca Petik (“)

1. Petikan Langsung

Tanda petik berfungsi sebagai pengapit petikan langsung dari pembicaraan dalam
naskah atau bahan tertulis lain.

Contoh:

- “Aku lapar,” ucap Ratu.

- Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia.”

2. Penutup Kalimat

Tanda petik dipakai sebagai tanda baca ungkapan yang dipakai dengan arti khusus
pada ujung atau bagian kalimat.

Contoh:

Tedy sering menjadi “pengacau” dalam setiap kegiatan tim di tempatnya bekerja.

3. Mengapit Istilah Ilmiah

Tanda ini juga bisa dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau
memiliki arti khusus.

31
Contoh:

Dalam istilah asing, keadaan semacam inilah yang disebut sebagai “jetlag”.

4. Mengapit Judul

Tanda petik dipakai untuk mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.

Contoh:

Karangan Salsabila Nanda yang berjudul “Peran UKM terhadap Ekonomi


Indonesia” telah diterbitkan di surat kabar Republika sebagai tema besar halaman
Keuangan.

O. Penggunaan Tanda Baca Petik Tunggal (‘)

1. Mengapit Makna

Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang ada di dalam petikan lain.

Contoh:

“Kau dengar bunyi ‘ngiung-ngiung’ tadi kah?” tanya Fahri kepada Adi.

2. Mengapit Petikan di dalam Petikan Lain

Petik tunggal juga digunakan dalam penulisan untuk mengapit makna, terjemahan,
atau ungkapan asing.

Contoh:

- feedback ‘umpan balik’

- shut down ‘nonaktif’

32
BAB V
PENGGUNAAN BAHASA BAKU DAN BAHASA TIDAK BAKU
DALAM PENELITIAN ILMIAH

Ragam bahasa yang digunakan dalam karya tulis ilmiah menunjukkan


bahasa yang sesuai dengan bidangnya, yaitu ragam keilmuan. Sudah selayaknya
bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia baku.

Ciri bahasa baku sebagaimana dikemukakan Meoliono (1988) adalah :

a) mempunyai kemantapan dinamis, artinya kaidah bahasa itu bersifat tetap dan
tidak berubah setiap saat,
b) sifat kecendekiaanya, artinya perwujudan satuan bahasa yang mengungkapkan
penalaran yang teratur dan logis, dan
c) adanya proses penyeragaman kaídah bukan penyamaan ragam bahasa, atau
penyeragaman variasi bahasa. Sifat kecendekiaan juga merupakan ciri bahasa
baku. Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-
tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar atau
cendekia.

Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa
yang menjadi maksud dari pembicara atau penulis. Ragam baku bersifat seragam.
Pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa.
Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman.
Setelah dikenali ciri-ciri bahasa baku, berikut ini dijabarkan pembakuan di bidang
ejaan, lafal, kata, dan kalimat. Berikut ini akan dipaparkan penggunaannya.

1. Ejaan

Ejaan dapat diartikan sebagai pelambangan bunyi-bunyi bahasa sesuai


dengan huruf, baik berupa huruf demi huruf maupun huruf yang sudah disusun
menjadi kata, kelompok kata (frasa), atau kalimat. Secara umum, ejaan berarti
keseluruhan ketentuan yang mengatur pelambangan bunyi bahasa, termasuk
pemisahan dan penggabungannya, yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda
baca (Mustakim, 1992). Selanjutnya dikatakan bahwa dalam suatu bahasa sistem

33
ejaan lazimnya mempunyai tiga aspek, yaitu aspek fonologis, yang menyangkut
pelambangan fonem dengan huruf dan penyusunan abjad; aspek morfologis, yang
menyangkut pelambangan ujaran dengan tanda baca.

Dengan demikian, ketentuan yang mengatur pelambangan fonem dengan


huruf, penyesuaian huruf-huruf asing dengan huruf yang ada dalam bahasa
Indonesia, serta pelafalan, pengakroniman dan penyusunan abjad termasuk di
dalam aspek fonologis. Ketentuan yang mengatur pembentukan kata dengan
pengimbuhan, penggabungan kata, pemenggalan kata, penulisan kata, dan
penyerapan kosakata asing ke dalam bahasa Indonesia termasuk aspek morfologis.
Di pihak lain, penulisan dan pelafalan frasa, klausa, serta kalimat termasuk aspek
sintaksis. Satuan-satuan sintaksis itu dalam pelafalannya mengandung unsur
suprasegmental, seperti intonasi, tekanan, dan jeda, yang dalam ragam bahasa tulis
perlu dilambangkan dengan tanda baca, misalnya tanda titik, titik koma, tanda seru,
tanda tanya, dan tanda baca yang lain.

2. Aspek Fonologis

Kaidah dalam aspek fonologis ragam baku bahasa Indonesia antara lain
menyangkut penulisan huruf, pelafalan, dan pengakroniman. Penulisan huruf
bahasa Indonesia menyangkut soal abjad, vokal, diftong, konsonan, persukuan, dan
nama diri. Dalam aspek fonologis, termasuk di dalamnya adalah kaidah penulisan
huruf, yaitu huruf besar atau huruf kapital dan huruf miring.

3. Aspek Morfologis

Kaidah ragam baku bahasa Indonesia yang menyangkut aspek morfologis


adalah kata, baik pengimbuhan, penggabungan, pemenggalan, penulisan, maupun
penyesuaian kosakata asing. Kata dasar, kata turunan (kata jadian), kata ulang,
gabungan kata-kata ganti, kata depan, kata si dan sang, partikel, penulisan unsur
serapan, tanda baca, dan penulisan angka dan bilangan penting untuk diperhatikan
dalam ragam baku bahasa Indonesia. Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai
satu satuan. Dalam hal kata turunan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
mengenai penulisan kata turunan:

1) imbuhan ditulis serangkai dengan kata dasarnya;

34
2) awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata;
3) kalau bentuk dasar berupa gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan
akhiran, kata-kata itu ditulis serangkai;
4. Aspek Sintaksis

Kaidah ragam baku bahasa Indonesia yang menyangkut aspek sintaksis


meliputi frasa, klausa, dan kalimat. Berikut ini diuraikan serangkaian contoh yang
menyangkut ketiga hal itu. Perihal frasa misalnya, mana yang benar, orang tua-tua,
orang tua-orang tua? Orang tua yang berupa kata majemuk berarti ‘ibu-bapak’;
dapat pula frasa itu berarti ‘orang yang tua’. Karena kedua kata itu berbeda bentuk
dan maknanya, bentuk ulangnya pun harus dibedakan (Badudu, 1989).

Perhatikan kedua kalimat berikut. a. Sekolah itu mengadakan pertemuan


antara guru-guru dengan orang-orang tua murid. b. Yang boleh menjadi anggota
perkumpulan itu hanyalah orang tuatua. Dengan bentuk pengulangan kata itu dalam
kedua kalimat di atas, jelas bahwa orang-orang tua murid ialah ‘para ibubapak
murid’, sedangkan orang tua-tua ialah ‘orang-orang yang sudah tua’ (dalam
pengertian jamak). Pengulangan kata tua menjadi tua-tua memang menekankan
pada sifat tua sebagai lawan sifat muda. Kalau dinyatakan orang tua-tua dan orang
mudamuda tentulah yang dimaksud bukan seorang, tetapi banyak. Ada pula yang
mengusulkan agar kata majemuk orang tua yang berarti ‘ibu bapak’ sebaiknya
diulang seluruhnya menjadi orang tua-orang tua. Akan tetapi, yang seperti ini
menyalahi kaidah bahasa asal bahasa Indonesia, yaitu bahasa Melayu.

Dalam bahasa Melayu, baik kata majemuk maupun kelompok kata (frasa)
yang diulang hanyalah konstituen pokoknya, sedangkan pewatasnya tidak usah
diulang. Gabungan kata atau kata majemuk jika akan diulang, tidak perlu seluruh
unsurnya ditulis ulang. Hal ini karena –jika seluruh unsurnya ditulis ulang– kita
akan menghadapi masalah yang cukup rumit, terutama apabila kita ingin
mengulang gabungan kata yang bentuknya cukup panjang, seperti kereta api cepat
luar biasa. Atas dasar pertimbangan itu, kebijaksanaan yang ditempuh adalah
bahwa pengulangan gabungan kata tidak perlu ditulis ulang seluruhnya, tetapi
cukup dengan mengulang unsur yang pertama saja (Mustakim, 1992).

35
BAB VI

KESIMPULAN

Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia di wilayah NKRI adalah sebagai


bahasa nasional dan baahsa negara. Dalam pembangunan bangsa yakni sebagai
perisai pemersatu yang belum pemah dijadikan sumber permasalahan oleh
masyarakat pemakainya yang berasal dari berbagai ragam suku daerah.

Hal ini terjadi karena bahasa Indonesia mampu menempatkan dirinya


sebagai sarana komunikasi yang efektif, berdampingan dan bersama-sama dengan
bahasa daerah yang ada di Nusantara dalam mengembangkan dan melancarkan
berbagai aspek kehidupan, kebudayaan, termasuk pengembangan bahasa-bahasa
daerah. Bahasa Indonesia berperan penting dalam pembagunan bangsa karena
bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi kenegaraan yang berperan penting
dalam memajukan pembagunan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan yang
akhimya mendorong kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam
pembangunan bangsa.

36
DAFTAR PUSTAKA

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Pedoman Umum Ejaan Yang


Disempurnakan. Tersedia di :
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/pedom
an_umumejaan_yang_disempurnakan.pdf . Diakses tanggal 20 Juli 2022,

Sugono, Dendy. 1999. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.

Tim Penyusun KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di


kbbi.kemdikbud.go.id/entri. Diakses 20 Juli 2022

Tim Penyusun Buku Panduan. 2020: Panduan Penulisan Artikel Ilmiah di Jurnal
Kebidanan. Tersedia di : https://bidan.fk.unair.ac.id/wp-
content/uploads/2020/02/3.-Panduan-penulisan-artikel-ilmiah.pdf. Diakses
tanggal 20 Juli 2022

37

Anda mungkin juga menyukai