TANTRUM
TANTRUM
Tantrum wajar terjadi saat umur anak 2-4 tahun. Karena anak baru mengenali berbagai
macam emosi baik yang positif atau yang negatif. Besarnya emosi anak juga bervariasi dari
tingkat 0-10. Sedangkan kemampuan anak menerima atau mengelola emosi masih di angka
0-1. Tugas pendamping adalah membantu anak untuk mengelola emosinya baik yang negatif
maupun yang positif. Sehingga anak akan tumbuh menjadi anak yang cerdas secara
emosional. Kecerdasan emosional kini menjadi tolak ukur kecerdasan intelektual anak
BUKAN LAGI IQ.
JANGAN DILAKUKAN
Meminta anak untuk tidak
menangis. Lebih baik
minta anak untuk tenang
atau sabar dulu.
Langsung membantu anak
sebelum anak berusaha.
Lebih baik biarkan anak
dulu sambil dilihat jika
sudah mulai akan frustasi
langsung tawarkan
bantuan sehingga anak
tidak akan merasa kesal.
Tertawa melihat respons
anak.
Tunjukkan empati pada
anak bahw emosi dan
perasaan mereka juga
perlu dihormati. Jika kita
sedang kesal atau
mengomel karena marah
kemudian ditertawakan,
bagaimana rasanya?
Melakukan kesalahan Menangis dan Respons rasa sakit anak dengan
padahal sudah mengatakan sakit melihat atau mengelus bagian
dilarang yang sakit sambil menanyakan
Terjatuh “yang ini yang sakit? Baik “nama
karena lari-lari pendamping” elus-elus ya nanti
Kena api dupa kita isikan oles-oles” sambil
Jatuh dari sofa menunggu anak tenang.
karena Jika anak sudah tenang tanyakan
memanjat apakah masih sakit? Jika masih
Tangan terjepit biarkan anak duduk dulu sampai
pintu merasa benar-benar tenang lalu
Dan lainnya isikan salepnya.
JANGAN DILAKUKAN:
Menyalahkan anak (tu kan
udah dikasi tau tadi kan
sekarang jatuh).
Respons ini akan
membuat anak menjadi
takut mengatakan sakit
lagi karena dia sudah
jatuh tertipa tangga pula.
Sudah sakit, kena omel
lagi.
Coba ketika kita
melakukan suatu usaha
dengan PD lalu gagal,
terus respons sekitar kita
“tu kan udah dibilangin
pasti gagal” gimana
rasanya?
Menasehati anak panjang
lebar.
Menyuruhnya berhenti
menangis.
Mengatakan tidak sakit
dan tidak apa2.
Coba kalo kita jatuh dan
memang sakit, tapi rasa
sakit kita dibilang cemen
oleh orang lain, gimana
rasanya?
Menyalahkan benda lain
yang menyebabkan dia
jatuh.
Aduh mejanya nakal ya
buat radhika jatuh.
Hal seperti ini akan
membuat anak tumbuh
menjadi anak yang sering
menyalahkan orang lain
ketika dia gagal. Lebih
baik saat anak tenang
katakan “radhika tadi
jatuh? Dimana? Oh karena
larinya terlalu cepat ya?
Lain kali kalo mau lari
cepat di lapangan ya biar
ada rumputnya jadi kalo
jatuh gak terlalu sakit.
Diajak untuk berhenti Menangis, Sebelum mengajak beralih ke
melakukan suatu memberontak, berteriak aktivitas lain, yang kurang disukai
aktivitas. katakan bahwa waktu bermain
Diajak masuk hanya masih lima menit. Jika bisa
ke rumah saat setel alarm 5 menit, jika sudah
main di luar bunyi maka harus melakukan
Diajak mandi aktivitas lain.
saat masih Jika masih belum mau berikan
main pilihan, misalnya akan mandi tapi
Dan lainnya menolak berikan pilihan, mandi
bawa mobil cokelat atau mobil
biru? Mandi sama bapak atau
sama mama? Mandi air hangat
atau dingin? Mandi pakai shower
atau bak?
JANGAN DILAKUKAN
Memberikan pilihan yang
jawabannya pasti tidak
misalnya radhika mau
mandi gak?
Memberikan pilihan
menjadi salah satu
alternatif mengajak anak
melakukan sesuatu tapi
pilihannya memiliki
tujuan yang sama.
Misalnya makan:
Mau makan di luar atau di
dalam.
Bukannya mau makan
gak?
Misalnya membereskan
mainan:
Radhika mau masukkin
mainan yang mana? Mama
mau masukkin mobil
kuning, radhika mobil
hijau atau merah?
Intinya jika sedang memiliki emosi negatif (marah, sedih, kesal, kecewa) yang
dilakukan pendamping adalah:
Berikan anak ijin meluapkan emosinya secara benar, misal meukul bantal,
kasur, lari, teriak, asalkan didampingi.
Validasi atau akui emosi anak, berikan nama pada emosinya.
Berikan perhatian.
Duduk sejajar dengan anak.
Jika sudah tenang, ajak ngobrol.
Ingatlah anak tantrum wajar mulai umur 2-4 tahun, kita perlu mendampingi anak
meregulasi emosinya BUKAN MELARANGNYA merasakan emosi baik yang
negatif atau yang positif.
Manfaatnya sangat banyak, jika anak bisa mengatakan perasaannya. Salah satu
yang sudah terjadi adalah radhika bisa mengatakan loloknya sakit sehingga kita
tau dia infeksi saluran kemih. Coba kalo kita tidak ijinkan dia mengatakan sakit,
mungkin dia hanya akan diam, menahan pipis, dan akibatnya sangat fatal.