Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HUTAN

“Inventarisasi Hutan Produksi di BKPH Parung Panjang, KPH Bogor”

Disusun Oleh :
Kelompok 2

Lugi Firdaus / 41205425117022


Meisye Wulandari / 41205425117063
Nur Ihwan C / 41205425117031
Agum Yusuf Gumelar / 41205425117069
Muhammad Ismail / 41205425117029
Andhika Eka Baskara / 41205425117006
Prabowo Willy Rafsanjani / 41205425117045
Tb Syaepudin Jayadireza / 41205425117044
Egin Nopian / 41205425117013

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS NUSA BANGSA
BOGOR
2019

i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penuyusun mampu
menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah Manajemen Hutan yang berjudul
“Inventarisasi Hutan Produksi di BKPH Parung Panjang, KPH Bogor” tepat pada
waktunya.
Pada kesempatan yang baik ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan masukan maupun kontribusi dalam penulisan
laporan ini.
Segenap upaya telah dilakukan dalam penulisan Laporan ini agar tidak terjadi
kekeliruan. Namun, jika masih ditemukan kesalahan dalam penulisan ini,
penyusun dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan Laporan ini. Akhirnya penyusun berharap semoga Laporan ini
dapat berguna bagi semua pihak sebagaimana mestinya.

Bogor, Januari 2020

Penuyusun

i
DAFTAR ISI

Teks Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan Praktikum..................................................................................2

BAB II. METODOLOGI................................................................................3


A. Waktu dan Tempat................................................................................3
B. Alat dan Bahan......................................................................................3
C. Prosedur Kerja.......................................................................................4

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................6


A. Hasil .....................................................................................................6
B. Pembahasan ..........................................................................................8

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN...............................................................11

A. Simpulan...............................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12

ii
I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengurusan kehutanan terdiri dari kegiatan perencanaan hutan, pengelolaan,
penelitian dan pengembangan, diklat dan penyuluhan serta pengawasan. Salah
satu bagian dari perencanaan hutan yaitu pembentukan wilayah pengelolaan hutan
yang dimandatkan dalam UU 41 tahun 1999 tentang kehutanan, yang ditegaskan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 tentang Perencanaan Kehutanan dan
pelaksanaannya diatur berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:
P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma Standar Prosedur dan Kriteria Pengelolaan
Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), KPH Lindung dan KPH
Produksi.
KPH adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan
peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. KPH dibentuk
berdasarkan atas kriteria kepastian dan kelayakan (ekologi, pengembangan
kelembagaan dan pemanfaatan hutan) dari suatu wilayah pengelolaan hutan. Suatu
wilayah KPH dapat meliputi lebih dari satu pokok kawasan hutan yang
penetapannya didasarkan atas luasan fungsi hutan yang dominan.
Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor adalah salah
satu unit manajemen di wilayah Divisi Regional Jawa Barat dan Banten. Luas
wilayahnya 49.337,06 Ha meliputi kawasan hutan yang berada di Kabupaten
Bogor dan Kabupaten Bekasi. Berdasarkan hasil evaluasi potensi sumber daya
hutan tahun 2014, kawasan hutan KPH Bogor adalah Hutan Produksi seluas
43.494,74 Ha (88,16 %) dan 5.842,32 Ha (11,84 %) merupakan Hutan untuk
Kawasan Perlindungan.Secara geografis ( berdasarkan Garis Lintang dan Bujur ),
wilayah KPH Bogor terletak pada 106 derajat 54’04” s.d 107 derajat 00’34”  BT
dan 06 derajat  37’29” s.d   06 derajat 37’54”  LS (Mulyadi, 2019).
KPH dinyatakan telah beroperasi bila memenuhi beberapa persyaratan, salah
satunya terdapat rencana pengelolaan wilayah. Rencana pengelolaan KPH bisa
disusun berdasarkan data dan informasi biogeofisik maupun sosial budaya. Data
informasi biogeofisik didapat dari kegiatan inventarisasi hutan yang bertujuan
mengetahui dan memperoleh data serta informasi mengenai potensi, karakteristik,

1
bentang alam serta informasi lainnya. Data-data hasil inventarisasi hutan perlu di
analisa sehingga dapat menghasilkan informasi berupa struktur, komposisi dan
potensi tegakan yang dapat digunakan sebagai dasar penyusunan tata hutan dan
rencana pengelolaan KPH.
Tujuan praktikum ini adalah mengetahui potensi, struktur dan komposisi jenis
tegakan hutan pada BKPH Parung Panjang, KPH Bogor untuk salah satu dasar
penyusunan tata hutan dan rencana pengelolaan.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dan memahami tahapan pelaksanaan inventarisasi hutan


produksi,
2. Menganalisa hasil inventarisasi hutan,
3. Memberi gambaran yang jelas tentang potensi dan keadaan hutan,
4. Menghitung Bonita.

2
II
METODE PRAKTIK

A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Praktikum Mata Kuliah Manajemen Hitan mengenai Inventarisasi Potensi


Hutan Produksi telah dilaksanakan pada hari sabtu tanggal  14 Desember 2019 di
BKPH Parung Panjang, KPH Bogor.

B. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum kali ini
disajikan pada Tabel 1.
No Alat Fungsi
1 Literatur Digunakan sebagai acuan dan melengkapi
data primer, dapat berasal dari buku panduan
praktikum dan Buku panduan inventarisasi
hutan.
2 Kamera Untuk pengambilan gambar yang dibutuhkan
sebagai pelengkap data / mendokumentasikan
kegiatan yang dilakukan
3 Alat tulis Untuk mencatat semua hasil atau data yang
telah diperoleh.
4 Peta kerja skala 1:10.000 Sebagai acuan dalam penentuan lokasi
pengambilan data
5 Kalkulator Untuk menghitung semua data yang diperoleh
6 Kertas milimeter Untuk menggambar peta lokasi pengambilan
data
7 Tabel Random Untuk menentukan random start lokasi
pengambilan data
8 Busur derajat Menentukan arah mata angina pada peta
9 Kompas Menentukan arah mata angina di lapangan
10 Clinomotor Menentukan kelerengan lahan
11 Haga Hypsometer Menentukan tinggi pohon
12 Altimeter Menentukan ketinggian tempat

3
13 Phiband atau Pita meter Menentukan diameter atau keliling pohon
14 GPS Menentukan koordinat lokasi
15 Parang Untuk membuka jalur
16 Tambang Untuk membuat batasan plot
17 Tally sheet Untuk mencatat data hasil pengukuran

C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja praktikum sebagai berikut:


1. Persiapan: pengecekan kesiapan alat dan bahan praktikum serta pembagian
tugas diantara anggota kelompok.
2. Perencanaan dan pembuatan Petak Ukur dengan metode systematic
sampling with random start (SSWRS): tiap kelompok menyiapkan petak
ukur yang telah disiapkan di kelas dan dijadikan pedoman dilokasi
masing-masing.
3. Kegiatan pembuatan Petak Ukur di lapangan dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Menentukan titik ikat yang dijadikan sebagai acuan membuat PU
pertama berupa pal batas/pal alur.
b. Menentukan azimuth dan jarak dari titik ikat ke PU pertama diatas peta
dengan busur derajat dan penggaris kemudian dikonversi menjadi jarak
lapangan.
c. Pada kemiringan kurang dari 7° atau 12% perbedaan jarak proyeksi di
lapangan diabaikan.
d. Membuat tanda arah masuk (velklijker) menuju PU pertama pada
pohon terdekat dengan titik ikat menggunakan cat yang memuat
informasi: nomor petak, nomor PU, jarak (meter), dan azimuth
(derajat). Pada pohon verklijker dibuat gelangan dengan dicat selebar
10cm pada ketinggian 170cm dari permukaan tanah.
e. Apabila tidak dijumpai pohon verklijker dibuat gelangan dengan dicat
selebar selebar 10cm pada ketinggian 170cm dari permukaan tanah.

4
f. Pembuatan PU pertama tidak selalu dimulai dari PU nomor 1 atau PU
pada RS (apabila digunakan tabel random).
4. Pengisian buku tallysheet. Semua data PU dicatat pada blanko di
tallysheet.
5. Menetapkan Bonita dengan cara membaca Tabel Bonita berdasarkan data
peninggi dan umur.
6. Menetapkan DKN.
7. Menetapkan KBD.
8. Membuat ekstrak risalah hutan.
9. Perhitungan bonita, KBD, DKN sebagai dasar penentuan Kelas Hutan.

5
III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari hasil pengmatan dan pengukuran di lapangan yang telah dilaksanakan,
ditemukan data sebagaimana yang disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Risalah Umum Lokasi Praktikum
RISALAH UMUMDI DALAM DAN DI SEKITAR
PETAK 37A
Tanggal Inventarisasi : 14 Desember 2019
Peninggi : 25
Bonita :3
Tahun Tanam : 2010
Umur : 9 Tahun
Jenis Tanaman : Akasia (Acacia mangium)
Jarak Tanam :3x3m
Jenis Tanaman Sela : Jati Putih (Gmelina arborea)
Pertumbuhan Tegakan : 1. Baik 2. Cukup 3. Jelek
Kerataan Tegakan : 1. Rata 2. Agar Rata 3. Tidak Rata
Kemurnian Tegakan : 1. Murni 2. Agak Murni 3. Tidak Murni
Bentuk Lapangan
(Topografi) : 1. Puncak 2. Punggung 3. Pasi 4. Jurang
5. Lembah 6. Lereng 7. Dataran
Kemiringan Lapangan : 1. Datar (0-9%) 2. Landai (9-15%)
3. Agak Curam (15-25%) 4. Curam (26-45%)
5. Sangat Curam ( > 46%)
Arah Lereng : 1. Utara 2. Timur 3. Selatan 4. Barat
5. Tenggara 6. Timur Laut 7. Barat Laut
8. Barat Daya
Jenis Tanah : Tanah, Abu, Latosol, Kapur, Megalit, Kwartsa
Warna Tanah : Merah, Coklat, Kuning, Putih, Abu-abu, Hitam
Kedalaman Tanah : 1. Dalam 2. Agak Dalam 3. Dangkal
Kesangaran Tanah : 1. Sarang 2. Agak Sarang 3. Kedap
Kemantapan Tanah : 1. Mudah Longsor 2. Mantap
Batuan Tanah : 1. Berbatu 2. Agak Berbatu 3. Sedikit Berbatu
Kadar Humus : 1. Kaya Humus 2. Berhumus 3. Miskin Humus

KETERANGAN:
a. Tingkat Erosi : 1. Berat 2. Sedang 3. Ringan 4. Tidak Rata
b. Tumbuhan Bawah : 1. Lebat 2. Sedang 3. Jarang
c. Perawatan Kelak : 1. Reboisasi 2. Pemeliharaan 3. Keamanan
4. Dipertahankan

6
Tabel 2. Hasil Pengukuran Lapangan
Petak Ukur Model : Plot Lingkaran r= 17.80
Kode No. : Petak 37 A
No Kll Bidang Volume PNG Kwa
Pohon (Cm) Dasar (m³) (m) Batang
1 2 3 4 5 6
1 86 0.059 25
2 99 0.078 26
3 93 0.069
4 90 0.064
5 81 0.052
6 87 0.06
7 77 0.047
8 91 0.066
9 104 0.086 25
10 70 0.039
11 102 0.083
12 87 0.06 24
13 86 0.059
14 85 0.057
15 91 0.066
16 94 0.07
17 85 0.057
18 93 0.069
19 90 0.064
20 83 0.055
21 91 0.066
22 81 0.052

Dari data lapangan yang telah diperoleh maka dilakukan perhitungan sebagai
berikut:
1. Perhitungan Bonita
Di dalam petak 37 A peninggi pohon Acacia mangium tersebut adalah
25 meter maka pada Tabel Tegakan Rimba Acacia mangium untuk
peninggi 25 meter termasuk dalam bonita 3.
2. Perhitungan Kerapatan Bidang Dasar (KBD)
Perhitungan KBD dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Luas Bidang Dasar Lapangan 13,19
KBD= = =0,62
Luas Bidang Dasar Tabel 21,40
3. Perhitungan Derajat Kesempurnaan Normal (DKN)

7
Perhitungan DKN dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
N Lapangan 884,55
DKN = = =3,54
N Tabel 250,00

Dari hasil perhitungan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:


1) Bonita =3
2) KBD = 0,62
3) DKN = 3,54
Pada petak 37A masih tergolong kelas umur (KU V) atau masih produktif
karena DKN nya di atas angka 0,5.

B. Pembahasan
1. Komposisi Jenis dan Struktur Tegakan

Wilayah BKPH Parung Panjang, KPH Bogor merupakan areal berhutan


yang terdiri dari hutan sekunder. Ini menggambarkan potensi kayu yang.
Hutan Sekunder sebagian besar berada pada Kawasan Hutan produksi yang
merupakan areal yang telah dibebani ijin Pemanfataan Hasil Hutan Kayu
(IUPHHK-HA/HT). BKPH Parung Panjang, KPH Bogor didominasi oleh
ekosistem hutan hutan musim. Komposisi vegetasi penyusun tegakan hutan
dalam ekosistem ini adalah jenis Acacia mangium. Selain itu pada petak
pengamatan juga ditemukan tanaman selang dengan jenis Gmelina arborea.

Secara umum tegakan dapat digolongkan berdasarkan komposisi kelas


umur, yaitu tegakan seumur dan tegakan tidak seumur. Tegakan seumur
merupakan tegakan yang dibangun dalam waktu bersamaan pada luasan
tertentu, kelas diameter pada tegakan seumur cenderung seragam dalam
masa waktu penanaman sehingga jumlah kelas diameter dapat dibedakan
menurut jumlah tahun tanamnya.

Tegakan tidak seumur mempunyai paling sedikit tiga kelas umur 5 yang
berbeda dan mempunyai kesenjangan dalam distribusi kelas umur. Jumlah
pohon yang tersebar dalam kelas diameter terkecil dan jumlahnya menurun
seiringdengan bertambahnya ukuran, sehingga hanya tersisa sedikit pohon-
pohon yang berdiameter besar (Daniel et all.,1987 dalam Saputra, 2009

8
Tegakan yang dijumpai pada saat pengamatan merupakan tegakan seumur
yang memiliki jenis homogen yang ditanam serempak pada tahun 2010
dengan struktur tegakan yang dominan seragam. Sebaran keliling batang dan
tinggi pohon berkisar antara 70-104 cm dan tinggi 20-26m.

Individu pohon yang tumbuh pada masa awal pertumbuhan cukup


banyak dan seiring berjalannya waktu energi yang diperlukan untuk
pertumbuhan akan semakin besar. Namun keadaan hutan yang memiliki jenis
homogen dan seumur berpotensi menyebabkan adanya persaingan antar
individu untuk mendapatkan sinar matahari yang cukup, air, mineral dan
pertahanan terhadap gangguan luar seperti hama dan penyakit. Persaingan
seperti ini akan terus berlanjut dan terjadilah proses seleksi alam yaitu
kematian pada individu yang tidak dapat bersaing. Secara alami
persaingan ini akan mengakibatkan pengurangan jumlah individu yang
bertahan hidup pada setiap tingkat pertumbuhan.

Dari perbandingan diatas dapat kita simpulkan bahwa jumlah total suatu
kelompok jenis tidak mempengaruhi besarnya potensi tiap hektar. Tetapi lebih
pada jumlah pohon pada kelas diameter esar yang mempengaruhi potensi
tegakan tiap hektar.

2. Risalah Tegakan

Berdasarkan hasil risalah di petak 37A menunjukan bahwa pertumbuhan


tanaman atau kemampuan tempat tumbuh sangat baik karena peninggi rata-
rata adalah 25 meter sehingga dikategorikan dalam bonita V (lima) yang
artinya sangat subur. Untuk mengetahui nilai bonita pada petak 37A dilihat
pada tabel bonita dengan parameter umur tanaman dan peninggi. Jika dihitung
jumlah pohon dalam 1 ha 22 pohon x 50 = 1.100/ha, maka jumlah oohon di
petak 37A yang memiliki luas 5,9 Ha ialah 6.490 pohon Acacia mangium.

Kerapatan bidang dasar (KBD) dan derajat kerapatan normal (DKN) untuk
menentukan kelas hutan pada petak 37A. Kerapatan bidang dasar (KBD)
diperoleh dari nilai LBDS dilapangan dibagi dengan LBDS pada tabel
sehingga diperoleh KBD 0,62 yang artinya bahwa nilai KBD normal yang

9
seharusnya 0,60 dan hal tersebut akan meningkatkan produksi kayu. Derajat
kerapatan normal (DKN) diperoleh dari N/N tabel sehingga memperoleh nilai
DKN sebesar 3,54.

Berdasarkan nilai perhitungan diatas maka tegakan akasia pada petak 37A
di BKPH Parung Panjang, kph bogor berada pada kelas umur V atau kelas
hutan tanaman yang produktif karena DKNnya di ataa 0,5

10
IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Wilayah BKPH Parung Panjang, KPH Bogor merupakan areal berhutan yang
terdiri dari hutan sekunder. Komposisi vegetasi penyusun tegakan hutan dalam
ekosistem ini adalah jenis Acacia mangium. Selain itu pada petak pengamatan
juga ditemukan tanaman selang dengan jenis Gmelina arborea. Dari hasil
perhitungan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Bonita = 3 (2)
KBD = 0,62 (3) DKN = 3,54. Pada petak 37A masih tergolong kelas umur (KU
V) atau masih produktif karena DKN nya di atas angka 0,5.

B. Saran
Diharapkan perencanaan praktikum manajemen hutan selanjutnya dapat
dilakukan lebih baik sehingga dalam pelaksanaan dapat dilakukan secara
maksimal.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1991. Konsep Petunjuk dan Pedoman Inventarisasi Hutan. Departemen


Kehutanan. Jakarta.

Anonimb, 2011. Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Direktorat


Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan.
Jakarta.

Husch, B. 1987. Perencanaan Inventarisasi Hutan ( diIndonesiakan oleh Agus


Setyarso). UI-Press. Jakarta.

Mukrimin. 2011. Analisa Potensi Tegakan Hutan Produksi di Kecamatan


Parangloe Kabupaten Gowa. Jurnal Hutan dan Masyarakat Volume 6, No. 1,
Mei 2011. Fakultas Kehutanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

12

Anda mungkin juga menyukai