Oleh :
MUHAMMAD ISMAIL
E14090108
iiiii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karuniaNya penyusunan laporan kegiatan Praktek Kerja Lapang
(PKL) ini dapat diselesaikan dengan baik. PKL merupakan suatu rangkaian
kegiatan penerapan ilmu pengetahuan kehutanan secara langsung di lapangan,
dimana mahasiswa melaksanakan pengamatan, pengukuran, wawancara, dan
analisis dan merumuskan masalah di lapangan yang mencakup seluruh aspek
pengelolaan hutan, sehingga dapat memberikan gambaran bagaimana penerapan
di lapangan atas teori-teori yang dipelajari selama ini serta membekali mahasiswa
dengan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang cukup untuk dapat
menjawab tantangan masa depan kehutanan Indonesia. PKL ini dilaksanakan di
areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT.
Roda Mas Timber Kalimantan, Kalimantan Timur yang berada di wilayah
Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur dan
dilakukan selama 2 bulan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua dan adik terkasih atas doa, kasih sayang, dan motivasi yang diberikan
sehingga kegiatan PKL ini dapat terlaksana atas partisipasi dari banyak pihak.
Untuk itu penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr selaku Dekan Fakultas
Kehutanan IPB yang telah memberi kesempatan melaksanakan Praktek Kerja
Lapang (PKL)
2.
3.
Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS, Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc.F, dan Dr. Ir.
Muhdin, M.Sc.F.Trop selaku Koordinator Praktek Kerja Lapang 2012 Bagian
Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB atas arahan dan bimbingannya
4.
5.
Prof. Dr. Ir. Nengah Surati Jaya, MS atas bantuan dan bimbingannya
6.
Ir. I Wayan Sujana selaku Direktur Utama PT. Roda Mas Timber Kalimantan,
Kalimantan Timur
ii
7.
Ir. Bakhrizal Bakri, MS selaku Direktur Produksi PT. Roda Mas Timber
Kalimantan, Kalimantan Timur
8.
Ir. Suherianto selaku Camp Manager PT. Roda Mas Timber Kalimantan,
Kalimantan Timur
9.
Ir. Basuki Rachmat selaku Deputy Camp Manager PT. Roda Mas Timber
Kalimantan, Kalimantan Timur
10. Seluruh Kepala Bagian dan Kepala Seksi PT. Roda Mas Timber Kalimantan,
Kalimantan Timur yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu
11. Seluruh staf, karyawan PT. Roda Mas Timber Kalimantan, Kalimantan Timur
dan Keluarga Long Bagun yang membuat PKL ini menjadi lebih
menyenangkan
12. Teman satun tim PKL, Dewi Supriyo Putri, Riadi Antasa, Geanisa Vianda,
dan Ahadian Rakhmadi atas kerjasama dan dukungannya selama berada di
lokasi praktek
13. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu terselenggaranya kegiatan Praktek Kerja Lapang.
Penulis menyadari bahwa laporan kegiatan Praktek Kerja Lapang ini
masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu penulis sangat terbuka untuk kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Besar harapan penulis bahwa di
dalam segala kekurangannya, laporan kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dapat
memberikan kontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.. i
DAFTAR ISI........................ iii
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I. PENDAHULUAN........................1
1.1. Latar Belakang...................... 1
1.2. Tujuan...................... 2
BAB II. KONDISI UMUM LOKASI PRAKTEK........................ 3
2.1. Letak Geografis dan Luas ................. 3
2.2. Topografi........................................3
2.3. Geologi dan Tanah ................ 3
2.4. Iklim.......................................................... ........... 4
2.5. Hidrologi................ 4
2.6. Fungsi Hutan.. 4
2.7. Kondisi Penutupan Lahan.. 5
2.8. Potensi Hutan. 5
2.9. Ketenagakerjaan. 5
2.10. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat. 5
2.11. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat... 7
2.11.1. Pendidikan..................................8
2.11.2. Kesehatan....... 8
BAB III. MATERI DAN METODE PRAKTEK.. 10
3.1
Materi Praktek 10
3.2
Metode Praktek.......................... 15
3.3
Waktu Pelaksanaan................ 16
iv
3.4
Lokasi Praktek 16
4.1.2
4.1.3
4.1.4
Inventarisasi
Tegakan
Sebelum
Penebangan
(ITSP)...................................... 36
4.1.5
4.3.2.
4.3.3.
C. Agama.....................................................................58
D. Aktivitas Perekonomian..58
E. Kalender Musim......................................................59
F. Kelola Sosial............................................................59
G. Konflik Sosial.........................................................61
H. Perspsi Masyarakat dan Dampak Sosial.................62
I. Perbaikan Pengelolaan Dampak Sosial....................64
4.3.5 Sosial dan Budaya...........................................................65
4.4. Produksi....................................................................................................68
4.4.1. Rencana dan Pelaksanaan PWH....................................68
A. Pertimbangan Mengenai Lokasi TPN,TPK,
Base Camp, Trase Jalan, Culvert dan
Jembatan.................................................................68
B. Rencana Jaringan Jalan Angkutan, Pembuatan Jalan
Angkutan dan Klasifikasi Jalan Angkutan71
C. Sistem Logging, Teknik RIL, dan Pemeliharaan
Jalan Angkutan......................................................74
4.4.2 Teknik Pemanenan Kayu...............................77
A. Teknik dan Produktivitas Penebangan....................77
B. Teknik dan Produktivitas Penyaradan.....................79
C. Scaling dan Grading................................................80
D. Teknik dan Produktivitas Muat Bongkar................82
E. Tenik dan Produktivitas Pengangkutan...................83
F. Kapasitas dan Kegiatan di TPn dan TPK................83
G.Teknik dan Produktivitas Perakitan Kayu dan
Kendala pada Perakitan Kayu..................................84
4.4.3 Manajemen Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu..................87
A. Pembuatan Jalan Sarad...........................................87
B. Kebutuhan Peralatan Logging; Alat Tebang; Alat
Sarad; Alat Muat Bongkar; Alat Angkut; Alat
Pembukaan Jalan...................................................88
C. Logistik dan Perawatan............................................90
D. Tata Usaha Kayu.....................................................93
vi
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di desa-desa sekitar areal kerja
PT. Roda Mas Timber Kalimantan Unit II..............................
6
Tabel 2 Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di desa-desa sekitar areal
Kerja PT. Roda Mas Timber Kalimantan Unit II............................
6
Tabel 3 Jumlah sekolah di kampung sampel sekitar areal PT. RMTK ...........
42
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
Gambar 9
Gambar 10
Gambar 11
Gambar 12
Gambar 13
Gambar 14
Gambar 15
Gambar 16
Gambar 17
Gambar 18
Gambar 19
Gambar 20
Gambar 21
Halaman
Contoh petak IHMB pada hutan Alam...............................................24
(a) RKUPHHK-HA Periode ..............
29
(b) RKTUPHHK_HA Periode....................................................... 29
Peta Penataan Batas Areal IUPHH............. 30
(a) Pal Batas Beton............................. 31
(b) Pal Batas Kayu......................................................................... 31
Papan pengumuman areal IUPHHK ...................................... 32
Peta rencana ITSP hasil kegiatan PAK.......................................... 35
Pembagian blok dan petak tebang di PT. Roda Mas...................... 35
(a) Tally sheet data pohon................... 36
(b) Tally sheet kondisi lapangan...................................................
36
Peta persebaran pohon yang ditebang dan tidak ditebang II.17........ 44
(a) Plang persemaian............................. 45
(b) Kebun pangkas......................................................................... 45
(a) Media persemaian.. 46
(b) Bedeng sapih......... 46
(a) Kegiatan penanaman..47
(b) Kegiatan pemeliharaan... 47
(a) Penandaan batas sempadan Sungai Iman blok RKT 2012 49
(b) Penandaan pohon-pohon sepanjang sempadan sungai............
49
(a) Alat pemadam kebakaran..
53
(b) Kegiatan pemadaman kebakaran dengan Dry Powder.....
53
(c) Kegiatan pemadaman dengan air.. 54
(d) Kegiatan penyedotan air dengan genset.. 54
(a) Plang lokasi embung air..
56
(b) Lokasi embung air...........
56
Batas kampung Long Tuyoq dan Batoq Kelo.........................
57
SDN Inpres Long Tuyoq............ 60
Transportasi hulu utama Sungai Mahakam......................................... 61
Deklarasi antara IUPHHK-HA PT. Roda Mas Timber Kalimantan dan
masyarakat
dengan
melibatkan
TNC
sebagai
pihak
ketiga..................................................................................... 62
Gereja kampung Long Lunuk ................... 64
(a) Lamin Adat di Kampung Datah Naha.. 66
(b) Tari Hudoq..........................................................................
66
(c) Pernikahan Adat........................ 66
(d) Tarian penyambut tamu kehormatan..
66
(a) Tugu peringatan kampung Long Pahangai..
67
ix
Gambar 28
Gambar 29
Gambar 30
Gambar 31
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kalender Musim.....................................................................................104
Lampiran 2 Jurnal Kegiatan.......................................................................................106
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah suatu kegiatan sekaligus sarana yang
1.2.
Tujuan
Tujuan dari kegiatak Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah:
yang
mencakup:
aspek
perencanaan,
pembinaan
hutan,
BAB II
KEADAAN UMUM DAN LOKASI PRAKTEK
areal KBNK
b. Sebelah Timur
c. Sebelah Selatan
Non IUPHHK
2.2. Topografi
Hasil analisis kelas lereng berdasarkan peta garis bentuk dari potret udara
skala 1: 25.000 dan peta rupa bumi skal 1 : 250.000, menunjukkan bahwa areal
unit II didominasi kelas lereng curam (28,49%).
2.3. Geologi dan Tanah
Berdasarkan Peta Geologi Bersistem Lembar Muarawahau (Pusat
Pengembangan Geologi dan Sumberdaya Mineral, Bandung), skala 1:250.000,
areal IUPHHK PT. Roda Mas Unit I sebagian besar (88,18%) termasuk ke dalam
formasi palau balang (To.5) yang tersusun atas batu lumpur, batu pasir, batu
lanau, sedimen karbonan, dan batubara. Sedangkan sebagian kecil sisanya
merupakan formasi palau balang dan formasi Balikpapan formasi. Formasi To.5
merupakan endapan permukaan yang terdiri dari batu lumpur, batu pasir, batu
lanau, sedimen karbonan dan batu bara. Pada formasi ini diprediksi mengandung
deposit batu bara yang cukup besar karena terbentuk pada masa Miosen Bawah
(old miosen), sedangkan susunan formasi geologi tersebut mengalami pelipatan
pada arah sumbu barat daya ke arah timur laut. Dan secara keseluruhan formasi
geologi di areal unit I tergolong ke dalam formasi endapan permukaan. Pada areal
kerja Unit II terdapat formasi batu kelau, batu pasir haloq, batuan gunung api
nyaan, perangkat batuan terobosan sintang, komplek mafik serta endapan alluvial.
Adapun sebagian besar areal kerja Unit II tersusun atas kelompok Batuan
Embalun yang merupakan formasi konglomerat dengan fragmen utamanya batu
silikan perselingan batu lumpur dan batu lanau termalihkan yang bersisipan
dengan batu gamping kristalin serta batu pasir kwarsa yang sebagian termalihkan.
Adapun jenis tanahnya didominasi oleh tanah Hapluduts dan Dystrudepts.
2.4. Iklim
Gambaran mengenai iklim di daerah studi terwakili oleh stasiun
klimatologi terdekat yaitu stasiun klimatologi Melak. Berdasarkan data curah
hujan selama sepuluh tahun terakhir pada areal kerja IUPHHK PT Roda Mas
Timber Kalimantan termasuk tipe iklim A (schmidt & Ferguson). Curah hujan
rata-rata 2.338,5 mm/tahun dan hari hujan rata-rata 182 hari/tahun. Curah hujan
tinggi terjadi antara bulan Desember hingga Mei dan curah hujan rendah terjadi
antara bulan Juli hingga November.
2.5. Hidrologi
Secara hidrologis areal kerja PT. Roda Mas Timber Kalimantan Unit II
terletak di sub-sub DAS Benaan, sub-sub DAS Pahangai, sub DAS Boh, dan
beberapa Sub DAS yang lain. Sub-sub DAS ini selanjutnya akan mengalir pada
DAS Mahakam.
2.6. Fungsi Hutan
Berdasarkan deliniasi Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan
Provinsi Kalimantan Timur skala 1 : 250.000, areal kerja IUPHHK-HA PT. Roda
Mas Timber Kalimantan terdiri dari Hutan Produksi (HP) dan Hutan Produksi
Terbatas (HPT).
jenis kelamin dan mata pencahariannya di areal PT. Roda Mas Timber
Kalimantan.
Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di desa-desa sekitar areal
kerja PT. Roda Mas Timber Kalimantan Unit II
Jumlah penduduk
Rasio Jenis
Desa
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Kelamin
Long Tuyoq
247
256
503
96
2.
Pahangai Satu
400
368
768
108
3.
Pahangai Dua
114
98
212
116
4.
Long Isun
209
171
386
122
5.
Liu Mulang
79
78
159
101
6.
Datah Naha
128
91
219
140
7.
Lirung Ubin
100
84
184
119
8.
Naha Aruq
114
105
219
108
9.
Long Lunuk
182
149
331
122
219
195
414
112
1.792
1.595
295
261
556
113
2.087
1.856
3.951
Batoq Kelo
TOTAL
Petani
Nelayan
PNS
Pedagang
Lain2
Long Tuyoq
90
2.
Pahangai Satu
214
3.
Pahangai Dua
42
14
4.
Long Isun
82
5.
Liu Mulang
40
26
22
Desa
Petani
Nelayan
PNS
Pedagang
8.
Naha Aruq
51
9.
Long Lunuk
192
10.
100
Lain2
Batoq Kelo
120
Sumber : Kecamatan Dalam Angka 2008 dan 2009 (diolah) * Buruh, Jasa, Pemilik
Sarang Walet
2.11.1. Pendidikan
Penyedia sarana pendidikan berupa tenaga guru dan jumlah sekolah yang
memadai merupakan hal yang penting yang harus tersedia dalam rangka
peningkatan partisipasi penduduk usia sekolah terhadap pendidikan. Adapun
jumlah sekolah di daerah sekitar areal kerja IUPHHK-HA PT. RMTK dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Jumlah sekolah di kampung sampel sekitar areal PT. RMTK
No Kampung
TK
SD
SMP
SMA
Unit II
1
Batoq Kelo
Long Pahangai I
Long Pahangai II
Long Tuyoq
Liu Mulang
Jumlah
2.11.2. Kesehatan
Di kampung-kampung sekitar areal kerja IUPPHK PT. RMTK telah
tersedia beberapa sarana dan tenaga kesehatan yang disediakan oleh pemerintah,
seperti puskesmas/ puskesmas pembantu, dokter, bidan/ mantri/ perawat terdapat
pada sebagian kampung dan sebagian yang lain belu ada. Masyarakat di
kampung-kampung yang belum ada petugas kesehatan, atau sudah ada petugas
tetapi tidak ada di tempat, apabila hendak berobat, mereka biasanya ke Puskesmas
Kecamatan. Berikut merupakan sarana dan tenaga kesehatan di kampung sekitar
areal PT. Roda Mas Timber Kalimantan.
Tabel 4. Sarana dan tenaga kesehatan di kampung sekitar areal PT. RMTK Unit II
No
Kampung
Puskesmas
Polindes
Dokter
Bidan
Posyandu
Dukun
Bayi
Batoq Kelo
Liu Mulang
-*
Long Tuyoq
1**
Long
1*
Pahangai I
5
Long
Pahangai II
10
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTEK
11
Pembinaan Hutan
1. Perapihan dan pembebasan
a) Membebaskan
permudaan
spesies
komersial
dari
tumbuhan
pengganggu.
b) Membebaskan pohon inti.
2. Inventarisasi tegakan tinggal
a) Inventarisasi pohon inti dan pohon penghasil benih
b) Inventarisasi permudaan tingkat tiang dan pancang
3. Pengadaan bibit
a) Penyiapan tempat pembibitan serta pengadaan sarana dan prasarana
b) Pembuatan dan pemeliharaan bibit
c) Inventarisasi tegakan benih
4. Penanaman/ perkayaan
a) Penyiapan lapangan serta pengadaan sarana dan prasarana
b) Pelaksanaan penanaman/perkayaan
5. Pemeliharaan Tahap Pertama
a) Tanaman baru
pembebasan
tanaman
penganggu
dengan
12
13
pemanenan
HHBK
(alat,
produktivitas,
periode
pemanenan)
d) Biaya produksi HHBK, termasuk upah dan tenaga kerja HHBK
e) Penanganan pasca panen (pengangkutan, pengumpulan) pemasaran
HHBK
Pengembangan Masyarakat Desa Hutan (PMDH)
1. Kondisi potensi dan masalah sosial ekonomi masyarakat dan bentuk
interaksi masyarakat lokal dengan sumberdaya serta pemanfaatan HHBK
oleh masyarakat.
2. Identifikasi kebijakan resolusi konflik dan pemberdayaan masyarakat oleh
pemerintah daerah dan IUPHHK/HPH (struktur organisasi, anggaran,
program).
3. Persepsi dan harapan pemerintahan desa tentang IUPHHK dan program
kehutanan yang ada di IUPHHK/HPH.
4. Kelembagaan kelompok tani (permasalahan, organisasi dan aturan main
kelompok tani, upaya penguatan kelembagaan kelompok tani).
14
berfungsi
melindungi
sumberdaya
buatan
(kawasan
sekitar
danau/waduk)
2.
3.
4.
15
5.
6.
7.
16
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan
RKT,
Penataan
Batas,
Penataan
Areal
Kerja,
ITSP
dan
18
Jumlah plot contoh yang diperlukan pada setiap luasan antara 10.000
sampai dengan 100.000 Ha sesuai dengan rumus (Modul Teori Perencanaan
Bagan Sampling IHMB Berbasis Informasi Geografis oleh Prof. Dr. Ir. Nengah
Surati Jaya, M. Agr):
n L = Luas efektif 10.000 x /(1000-200)+200
100.000-10.000
Sehingga jumlah Plot Contoh pada IUPHHK-HA PT Roda Mas Timber
Kalimantan :
N L = 75.190-10.000 x 800 + 200
90.000
= 779, 46
Jumlah plot tersebut kemudian dibulatkan menjadi 780 plot contoh.
Untuk jarak antar plot diperoleh yaitu 1.000 Km, dengan perhitungan
sebagai berikut :
JAP = Luas Areal Efektif (m2) x 10.000
Jumlah plot sampel
1000
1000
JAP = 963,97 m
JAP = 1.000 m ( dibulatkan)
Dari perhitungan tersebut diperoleh jumlah plot contoh minimal yang akan
dibuat sebanyak 780 buah dengan jarak antar plot 1.000 m dan jarak antar jalur
yaitu 1.000 m. Berdasarkan hasil deliniasi pada tutupan vegetasi lahan pada unit I
dan Unit II diperoleh luas berhutan yaitu 95.745 Ha, maka pada pembuatan desain
plot contoh di Peta Areal Kerja IUPHHK-HA PT. Roda Mas Timber Kalimantan
di kedua Unit pengelolaan jarak antar plot dan jarak antar jalur diperoleh
sebanyak 988 plot contoh yang dibuat, dan sudah termasuk areal perluasan,
dengan rata-rata luas petak 100 Ha.
Pembuatan plot contoh di lapangan dilakukan berdasarkan rencana
penempatan plot contoh pada peta. Dalam pembuatan bagan sampling di peta
pada kawasan IUPHHK-HA PT. Roda Mas Timber Kalimantan, maka dilakukan
beberapa tahap yaitu deliniasi
19
20
21
Bendahara
: Dennis W.
Selamet
Kesekretariatan
: Iche Naltamura
Mirna Is
Sriawan
Suharmadi
Seksi-seksi
2. Pelaksana Lapang
3. Pemetaan
: Rahmat Setiawan
Sujoko S. Hut
4. Logistik
: Dwi Wahono
Helmy
5. Transportasi
: Krisdiandi
Simon
3. Anggota
: Ir Basuki Rahmat
Dedy Irawan S.Hut
22
4. Surveyor Perencanaan
: Sergius Salu
Epipanus Luhat
Catur Surya Widjaya
Melky
Arsani
M. Abdul Muksi
Anang
23
Untuk pembuatan alat bantu survei seperti kurva tinggi, tabel volume total,
dan tabel berat dilakukan oleh 3 regu khusus, dimana tiap regu terdiri dari 3
orang. Dalam satu regu terdiri dari 1 orang Kepala Regu yang bersasal dari
Mahasiswa Kehutanan Universitas Mulawarman dan 2 orang asisten untuk
melakukan pengukuran yang berasal dari karyawan PT. Roda Mas Timber
Kalimantan. Selanjutnya untuk persiapannya anggota regu akan diberi bimbingan
teknis mengenai pengambilan dan pengukuran sampel lapangan.untuk pengukuran
sampel di lapangan. Untuk regu pembuat alat bantu, dengan rincian sebagai
berikut :
1. 1 regu pembuatan kurva tinggi
2. 1 regu untuk pembuatan tabel volume
3. 1 regu untuk pembuatan tabel berat
24
Pada setiap titik awal plot 2, Plot 3 dan seterusnya, buat gundukan tanah
setinggi 0,5 m dan tegakan pancang kayu yang dicat kemudian ditempel plat
nomor ID Plot. Penomoran Plot dilakukan secara konsisten, yaitu dengan
menggunakan 7 digit misalnya B001003 artinya bahwa blok tersebut terletak pada
Blok B pada jalur 1 baris 3.
Setelah pembuatan plot dilakukan kemudian dilanjutkan dangan dengan
label penandaan pada seluruh jenis pohon, dimana pohon berdiameter 10 cm ke
atas, yaitu dengan cara :
1. Pemasangan label pohon dilakukan pada semua jenis pohon berdiameter 10 cm
ke atas yang berada pada plot contoh
2. Label pohon dipasang pada ketinggian 15 cm di atas lingkar pengukuran
diameter dan menghadap jalur
3. Label kuning untuk jenis pohon berdiameter 10-49 cm dan untuk jenis pohon
lindung, sedangkan untuk jenis pohon berdiameter 50 cm up dipasang dengan
label berwarna merah
E. Etat Luas dan Etat Volume
Perhitungan etat luas didapatkan berdasarkan data sediaan tegakan hasil
IHMB PT. Roda Mas Timber Kalimantan dan hasil zonasi areal. Pada Surat
25
= 1.944,61 ha/tahun
26
Timur. Dengan menggunakan data hasil IHMB tersebut telah diperoleh besaran
etat volume dan JPT rata sebagai berikut :
Etat Volume = Volume Sediaan tegakan x fp
Daur
Etat Volume Unit I = 814.870 x 0,8
30 tahun
JPT Unit I
= 21.730 m3/tahun
= Etat Volume x Fe
= 21.730 x 0,7 m3/tahun
= 15.211 m3/tahun
= 107.316 m3/tahun
= Etat Volume x fe
= 107.316 x 0,7 m3/tahun
= 75.121 m3/tahun
Total JPT
= 15.211 m3/tahun
+ 75.121 m3/tahun
= 90.332 m3/tahun
Pada etat volume dan etat luas pada perhitungan hasil pada RKUPHHKHA akan berguna sebagai pedoman perusahaan selama jangka 10 tahun kedepan
walaupun setiap tahunnya akan fluktuatif tetapi akan diusahakan untuk tetap
berada pada kisaran etat yang telah ditetapkan. Pada data RKT 2013 Pada lokasi
Unit I Peninggir pada lokasi TPTI etat luasnya yaitu 430,00 Ha/Tahun dan
mempunyai etat volume 20.156,00 m3/tahun. Pada lokasi TPTJ etat luas yang
diketahui 98,4 Ha/tahun dan mempunyatai etat volume 5.170,92 m3 /Tahun. Pada
lokasi Unit II Sei Boh hanya terdapat sistem TPTI dengan etat luas 1.801,00
ha/tahun dan mempunyai etat volume 71.079,00 m3 /tahun.
27
4.1.2
rencana pemanfaatan hasil hutan kayu berbasis IHMB dalam kurun perode tahun
2011-2020 dengan luasan areal konsesi sebesar 110.030 Ha. Keputusan
IUPHHK dalam hutan alam berdasarkan SK IUPHHK (SK Mentan) :
No.522/Kpts/Um/10/1973, Adendum SK IUPHHK : No.329/Kpts-IV/1986, SK
pembaharuan IUPHHK : No.96/Kpts-II/2000 dan No.SK.94/Menhut-II/2011.
RKUPHHK PT. ROMASTIKA berisikan aspek kelestarian hutan, aspek
kelestarian usaha, aspek kesimbangan lingkungan, dan aspek pembangunan sosial
ekonomi masyarakat setempat yang disetujui tanggal 24 Agustus 2011 di Jakarta
dengan nomor SK. 103/VI-BUHA/2011 dan disahkan oleh Menteri Kehutanan
Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan u.b. Direktur Bina Usaha Hutan Alam Ir.
M.Awriya Ibrahim, M.Sc. Sistem silvikultur yang digunakan berdasarkan IHMB
serta hasil kajian terhadap kondisi biofisik areal, peraturan perundangan yang
berlaku, dan kondisi sosial masyarakat sekitar maka diterapkan sistem Teabang
Pilih Tanam Indonesia (TPTI) berbasis Reduce Impact Logging (RIL).
Rencana Kerja Tahunan (RKT) UPHHK-HA PT Roda Mas Timber
Kalimantan didasarkan pada PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA
PRODUKSI KEHUTANAN NOMOR : P.9/VI-BPHA/2009 TANGGAL : 21
Agustus 2009. RKT tahun 2013 disusun berdasarkan RKUPHHK dimana sejak
sertifikasi PHPL tahun 2011 PT RMTK memiliki hak untuk melakukan
pengesahan RKT yang hanya ditandatangi oleh direktur utama tanpa harus
mengajukan ke dinas untuk melakukan checking Cruising dan pengesahan RKT.
Proses pengesahan RKT ini dimulain dengan pengajuan usulan RKT kepada
Direktur Produksi, kemudian dilakukan pengecekan kesesuaian usulan RKT
dengan kondisi lapangan hingga keluarlah nota dinas. Nota dinas ini merupakan
persetujuan atas RKT dan perbaikan yang dilakukan setelah pengecekan tersebut.
28
berupa
penanaman
dan
pemeliharaan
tanaman
pengayaan,
29
(a)
(b)
4.1.3
30
Kendala dilapangan dari segi sosial tidak menjadi masalah karena saat
penentuan batas dilakukan dialog bersama masyarakat, selain itu jarak areal
konsesi yang cukup jauh dari perkampungan membuat masalah sosial jarang
terjadi. Untuk masalah ketenagakerjaan tim pelakasana tata batas areal IUPHHK
PT. Roda Mas Timber Kalimantan di ketuai oleh seorang ketua tim, dalam
kegiatan ini satu tim terdiri dari 1 regu, 1 regu terdiri dari 4 orang, yang terdiri
dari 2 orang dari UPTD Planologi Kehutanan Balikpapan, 1 orang dari Dinas
Kehutanan Provinsi, dan 1 orang wakil dari perusahaan.
Pal batas lapangan yang menandakan batas dari areal konsesi PT Roda
Mas terdiri dari dua jenis, yaitu pal batas papan (untuk wilayah yang riskan,
31
contohnya: jarak dengan masyarakat lebih dekat atau daerah yang berbatasan
dengan HPH lain). Pal batas dibuat dari kayu kelas awet I/II setempat dan ditanam
sedalam 60 cm. Pal batas jenis kedua adalah pal batas beton yang dipasang
setiap jarak 100 m. Selain itu terdapat pula tanda lain berupa pohon- pohon awet
di kiri kanan rintis batas yang dipoles cat warna merah.
(a)
(b)
Kondisi pal batas yang terbuat dari papan di PT. Roda Mas berada dalam
keadaan cukup baik dengan kondisi cat yang baik dan informasi pal yang terlihat,
pemeliharaan berupa penggantian papan akan dilakukan pada papan pal batas
yang sudah rusak. Pal batas setiap 100 m berada pada kondisi baik, dengan cat
berwarna putih dan merah yang terlihat jelas, begitupun dengan informasi yang
terdapat dalam pal tersebut.Evaluasi posisi pal batas melalui pengukuran ulang
panjang antar pal batas juga dilaksanakan dengan teratur oleh bagian pembinaan
hutan. Terdapat kekurangan dalam segi perawatan, karena pal batas tersebut
cenderung dibiarkan tertutupi rerumputan. Pal yang di cek keberadaannya oleh
mahasiswa berada diutara camp pusat PT Roda Mas, Pada bagian dari areal
konsesi IUPHHK- HA tersebut areal konsesi Roda Mas lebih banyak berbatasan
langsung dengan areal konsesi PT. RKR
Pada bagian utara dari areal konsesi PT Roda Mas terdapat jalan koridor
yang digunakan oleh PT. RKR dan PT. Roda Mas, sesungguhnya jalan ini milik
PT. Roda Mas sehingga dalam penggunaannya PT RKR harus membayar kepada
PT.Roda Mas. Selain pal batas terdapat pula papan pengumuman berbentuk empat
32
Berita acara tata batas berisikan tentang nama penanggung jawab dalam
acara tata batas ini kemudian dasar dan pedoman yang digunakan dalam
pengukuran tata batas (SK,Surat Perintah tugas, peta kerja penataan batas) , tata
waktu, dan hasil pengukuran pelaksanaan penataan batas (no. pal, azimut, jarak
datar, jumlah pal batas dan keterangan mengenai posisi pal batas yang perlu
diketahui lebih lanjut contohnya berupa pal batas yang berada di tepi sungai
mahakam.
33
Untuk luas areal produksi efektif adalah 59.706 Ha yang terbagi atas areal efektif
berhutan dan tidak berhutan. Total luas area efektif berhutan PT. Roda Mas adalah
sebesar 58.338 Ha. Areal tidak berhutan ditujukan untuk rehabilitasi lahan,
sedangkan area berhutan terbagi kembali menjadi hutan produksi terbatas dan
hutan produksi.
Dalam areal PT. Roda Mas ada beberapa wilayah yang dikeluarkan dari
areal yang dapat dimanfaatkan dalam hal ini khususnya daerah dengan nilai
konservasi, budaya dan sosial.contohnya adalah kawasan Cagar Budaya berupa
Goa Tengkorak, lokasi Sarang Burung Walet di hulu sungai Kentai dan batas
areal perladangan di hulu sungai Betutung untuk masyarakat.
Berita acara penandaan batas kawasan cagar budaya goa tengkorak
Berita acara tata batas ini diawali dengan pengukuran azimuth, kemudian
jarak lapangan dan kelerengan dengan diikuti penandaan dan pengecatan batas.
Setelah itu dilakukan pengukuran ulang mengelilingi goa dengan jarak 50 m dari
kaki goa berupa polygon tertutup. Titik- titik ikat tersebut kemudian dimasukan ke
dalam GPS ditracking ulang.
Berita acara kesepakatan bersama penetapan batas lokasi sarang burung
walet
Berita acara ini berisi kesepakatan antara dua pihak. Pihak pertama berasal
dari PT. Roda Mas yaitu Ir. Suherianto selaku Camp. Manager. Pihak kedua
berasal dari masyarakat pemilik Goa sarang walet yang kepemilikannya diakui
turun- temurun. Mufakat dari kedua pihak menghasilkan ketentuan- ketentuan:
1. Pihak pertama dan pihak kedua bersama- sama mengakui keberadaan
lokasi Goa Sarang Burung Walet dalam arean pengelolaan IUPHHK- HA
Romastika
2. Pihak pertama dan kedua menyepakati luas areal goa yang telah ditandai
di lapangan,yaitu dengan radius 500 meter dari kaki goa. Luas yang
diperoleh dari hasil pengukuran luas ini adalah sebesar 218,80 ha.
3. Pihak pertama menyatakan tidak akan melakukan aktivitas pengelolaan
hutan di dalam lokasi Goa sarang burung walet
34
4. Pihak kedua sepakat bahwa akan menjaga kondisi hutan di dalam Goa
sarang burung walet tetap utuh, serta menyepakati bahwa tidak akan
melakukan aktivitas-aktivitas perambahan, perladangan, dan penebangan
liar dalam areal UPHHK- HA Romastika.
Berita acara kegiatan penandaan batas areal perladangan hulu sungai
Betutung
Metode pelaksanaan diawali dengan pengukuran, jarak lapangan dan
diikuti penandaan dengan mengelilingi areal perladangan. Dari hasil pengukuran
didapatkan luas 50,41 ha untuk total areal perladangan milik masyarakat yang ada
di hulu sungai Betutung. Penandaan areal ini melibatkan bagian pembinaan hutan
tanpa tanda tangan persetujuan dengan masyarakat pemilik ladang.
Penataan Areal Kerja dilakukan pada ET-1 dari waktu dilaksanakannya
penebangan. Penataan Areal Kawasan tidak lagi dilakukan pada areal konsesi
hutan PT Roda Mas Unit I di daerah peninggir dikarenakan terdapat konflik
dengan masyarakat desa mengenai masalah pemanfaatan hasil hutan. Konflik
tersebut kini masih dalam tahap penyelesaian konflik dengan bantuan dari pihak
ketiga. Penataan Areal Kerja dilakukan pada Unit II wilayah kerja PT Romastika.
Dalam satu regu pelaksana PAK terdiri dari 8 orang yang terdiri dari satu orang
ketua tim sekaligus sebagai pembaca helling, satu orang pembaca kompas, dua
orang perintis, dua orang juru ukur, satu orang pemberi label, serta satu orang juru
masak. Tim ini memiliki prestasi kerja per hari yang bergantung pada medan yang
ditempuh, apabila medan yang ditempuh berat maka prestasi kerja satu tim adalah
2 km, sedangkan apabila medan yang dijalani tidak berat maka prestasi kerja per
hari dapat mencapai 4 km. Penataan blok tebangan perlu diperhatikan dengan
seksama dan dilakukan dengan tingkat keakuratan yang tinggi karena berkaitan
dengan luas areal tebangan yang diperbolehkan setiap tahunnya, sedangkan untuk
petak dapat dilakukan dengan lebih fleksibel tergantung keadaan biofisik kawasan
tersebut. Umumnya ukuran satu petak adalah 1 km x 1 km, atau minimal luasan
yang diperbolehkan sebesar 50 Ha dan maksimal luas wilayah yang diperbolehkan
adalah 150 Ha. Dalam deliniasi petak juga dapat menggunakan batas alam,
contohnya sungai atau alur. Hasil dari PAK ini kemudian akan dipetakan dan
35
dijadikan sebagai bahan acuan untuk kegiatan ITSP. Berikut merupakan peta
sketsa hasil dari kegiatan PAK yang akan dijadikan acuan untuk ITSP.
Penataan areal kerja yang dilakukan untuk blok tebangan 2013 dilakukan
pada tahun 2012 membagi areal kerja unit II ke dalam blok RKT 2013 dengan
luas 1.841 Ha dan panjang 21,08 Km sedangkan untuk panjang tata batas petak
adalah sebesar 25,58 Km. Hasil potensi hutan yang terlihat dari areal yang di PAK
ini kemudian disesuaikan dengan jatah tebang tahunan sehingga pada RKT 2013
yang disyahkan hanya terdiri dari 10 petak tebang dan 1 petak carry over. Berikut
ini adalah gambar pembagian blok tebangan dan petak kerja untuk PT. Roda Mas
Timber Kalimatan.
36
4.1.5
pencatatan, pengukuran, dan penandaan pohon dalam areal blok kerja tahunan
intensitas 100% untuk pohon niagawi dan pohon yang dilindungi sesuai ketentuan
yang berlaku. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan dan potensi
tegakan hutan yang akan ditebang. ITSP di PT RMTK dilakukan 1 tahun sebelum
diadakan penebangan. Informasi yang diperoleh dari laporan ITSP akan
digunakan dalam penyususnan RKTUPHHK. ITSP pada PT. Roda Mas dilakukan
dengan systematic line plot sampling with random start. Pada kegiatan ITSP
dilakukan penandaan pada pohon yang akan ditebang, pohon dilindungi dan
pohon inti. Pada pohon yang akan ditebang diberi tanda dengan label merah yang
berisi informasi nama perusahaan, petak tahun, nomor petak, jenis pohon, nomor
pohon dan diameter, kemudian pohon inti dan pohon yang dilindungi diberi tanda
label kuning. Pendataan pada label terdiri dari nama perusahaan, tahun RKT, no.
Petak, no. Pohon, jenis, diameter, dan tinggi bebas cabang yang kemudian dicatat
pada tally sheet.
Terdapat 2 macam tally sheet lapangan untuk ITSP yaitu tally sheet data
pohon dan tally sheet kondisi lapangan
(a)
(b)
Gambar 8. (a) Tally sheet data pohon , (b) Tally sheet kondisi lapangan
Tally sheet data pohon berisi nomor PU atau stasiun, nomor pohon, jenis
pohon, diameter pohon, tinggi dan cacat pohon. Sedangkan untuk tally sheet
kondisi lapangan berisi informasi tentang nomor stasiun atau titik ikat lapangan,
azimuth, jarak miring, jarak datar, helling dan keterangan spesifik tentang kondisi
lapangan, contohnya daerah berbatu, atau daerah perlintasan satwa. Kedua tally
37
sheet ini digunakan secara sinergis untuk megetahui data-data pohon yang telah
diinvetarisasi sekaligus keadaan lapangan dimana pohon- pohon tersebut berada.
Pengukuran ITSP untuk tahun 2013 dilakukan pada tahun 2012 dengan
jumlah petak sebanyak 14 dan luas 1.841 Ha. Data yang didapat dari hasil ITSP
adalah nomor pohon, nama jenis, diameter, tinggi, volume, dan status pohon
(contohnya pohon inti atau pohon panen). Data tersebut lalu direkap berdasarkan
kelompok (kelompok meranti, kelompok rimba campuran, kelompok kayu indah,
dan kelompok kayu dilindungi) dengan jenis pohon, kelas diameter. Data yang di
rekap berupa jumlah batang, volume dan volume total. Kemudian hasil rekapan
ITSP yang berada pada bagian perencanaan ini dilaporkan pada Ass. Manajer
Perancanaan Hutan.
Untuk kebutuhan FSC kayu non komersil hasil ITSP juga dibuat listnya.
Sesuai dengan syarat FSC yaitu pohon last known species yang berpotensi di masa
depan perlu diketahui dan dilakukan pencatatan terhadapnya. Pada PT Roda Mas
yang termasuk last known species adalah jenis buan, simpur, terap, keranji,
kempas, benuang, agathis, dan anggi/sindur. Hasil timber cruising di ITSP adalah
LHC. Dalam LHC terdapat seluruh potensi kayu di IUPHHK. Penebangan hanya
akan dilakukan pada pohon dengan diameter 50 cm. Berikut adalah contoh
rekap data hasil timber cruising untuk petak 9 pada blok tebang tahun 2013.
Tabel 5. Timber cruising petak 9 pada blok tebangan tahun 2013
38
non
komersil yang tidak ditebang atau ditinggalkan. Pada hasil rekap ITSP tahun 2012
pada RKT tahun 2013 terlihat bahwa terdapat 21.680 pohon komersil yang layak
tebang dengan volume 183.791,38 m3, untuk pohon dilindungi terdapat 1.301buah
pohon dengan volume total 6.216,76 m3. Sedangkan untuk pohon inti yang akan
ditebang pada daur berikutnya memiliki jumlah 15.868 pohon dengan jumlah
21.787,99 m3
Praktek yang juga dilakukan oleh mahasiswa adalah pemeriksaan
kesesuaian label hasil timber cruising antara label di bontos dan label pada
tunggak. Pada pemeriksaan ini sebanyak 20% tidak memiliki data yang sesuai
dengan hasil timber cruising, hal ini diakui oleh perusahaan sebagai kendala di
lapangan yang dihadapi akibat human error. Selain data- data tersebut pada saat
ITSP berlangsung, dilakukan pula pencatatan mengenai hasil hutan non kayu
seperti rotan dan sarang walet. Selain itu dilakukan pula pencatatan jejak hewan
atau tanda-tanda yang ditinggalkan oleh hewan dan situs-situs budaya, namun
inventarisasi lanjut belum dilakukan sehingga membutuhkan kajian lebih lanjut.
4.1.6
sebagai bentuk kontribusi kepada PT. Roda Mas Timber Kalimantan. Faktor
eksploitasi (Fe) adalah efektivitas penebangan yang besarnya berkisar antara 0,7
sampai dengan 0,9 yang ditetapkan berdasarkan kemampuan pemegang Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dan izin lainnya yang sah (ILS)
untuk menekan limbah dalam suatu kegiatan penebangan/pemanenan pohon
(KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 126/KPTS-II/2003).Faktor
eksploitasi merupakan hasil dari perbandingan antara volume kayu yang dapat
dimanfaatkan dengan volume kayu berdiri (m) hingga batas cabang pertama.
Perhitungan Fe sesungguhnya perlu dilakukan setiap tahun untuk
mengetahui seberapa besar tingkat pemanfaatan kayu dan limbah yang
39
ditinggalkan sebagai bagian dari penerapan RIL yang telah dilaksanakan yang
sekaligus dapat dijadikan bahan pertimbangan penentuan JPT (Jatah Penebangan
Tahunan). Faktor eksploitasi ini berperan penting dalam produksi tahunan
sehingga dibutuhkan perlakuan penebangan yang baik agar kayu hasil produksi
dapat
dimanfaatkan
dengan
optimal,
apabila ditilik
dari
rumus
baku
40
Bagian Tunggak
Pengukuran dimensi yang dilakukan adalah diameter dan tinggi tunggak.
Diameter yang diukur adalah diameter terbesar dan diameter terkecil dari sebuah
tunggak. Rumus yang digunakan untuk menafsir volume limbah tunggak adalah:
V=(
Keterangan:
V= volume pohon (m)
= konstanta (3,14)
d 1 = diameter terbesar (cm)
d 2 = diameter terkecil (cm)
t= tinggi pohon (m)
= konstanta (3,14)
du
dp
41
Keterangan:
= konstanta (3,14)
du
dp
Fe
Keterangan:
Fe
= Faktor eksploitasi
Vp
Vph
42
No.
Jenis
Pohon
Pohon
Volume (m3)
Volume
Volume Pohon
Bagian
Komersil
Berdiri- Cabang
Bagian
Batang
Cacat
di Tpn
Pertama
Tunggak
Komersil
Kayu
(m3)
(m3)
594
Mr
1,29
9,53
1,34
9,53
12,16
980
Ker
0,54
7,67
1,08
7,67
9,30
942
Mr
0,20
7,44
15,56
7,44
23,20
853
Mr
0,82
13,64
0,68
13,64
15,14
574A
Kap
1,66
8,27
1,22
8,27
11,15
574B
6,33
6,33
594
9,53
12,16
60,32
86,69
6,33
Mr
1,29
9,53
1,34
TOTAL
Fe =
43
44
Gambar 9. Peta persebaran pohon yang ditebang dan tidak ditebang pada petak II.17
4.2.2
Persemaian
Lokasi persemaian RT. Roda Mas terletak di sekitar sungai Dengan yang
luasnya 1 ha dengan jumlah bedeng 29 buah dengan 26 buah bedeng sapih yang
berkapasitas 82.000 batang dan 3 buah bedeng tabur serta terdapat tempat
karantina. Terdapat pula greenhouse yang memiliki fungsi tempat persemaian
bagi bibit- bibit yang riskan untuk dimakan oleh serangga atau hewan lainnya,
contohnya adalah bibit durian. Tidak jauh dari tempat persemaian terdapat kebun
pangkas dengan luas 0.5 ha dan jumlah bedeng 45 buah yang berisikan jenis
meranti (shorea. Spp).
45
(a)
(b)
Gambar 10. (a) Plang Persemaian, (b) Kebun Pangkas
46
(a)
(b)
4.2.3
47
waktu
dalam
kegiatan
penanaman
memiliki
berbagai
(a)
(b)
48
4.3.1
adalah berupa pembuatan rintisan yang lebarnya disesuaikan dengan lebar badan
sungai. Untuk sungai yang cenderung kecil di dalam hutan areal kerja PT Roda
Mas lebar rintisan yang dibuat adalah 1 m di sisi kiri-kanan badan sungai dengan
lebar sempadan 10 m. selain itu dilakukan pula penandaan pohon-pohon di
sepanjang batas sempadan sungai dengan cat warna merah. Hal ini dilaksanakan
untuk menandakan areal sekitar sungai yang tidak boleh dimanfaatkan baik oleh
perusahaan atau oleh masyarakat yang tinggal di sekitar.
49
(a)
(b)
Gambar 13. (a) Penandaan Batas Sempadan Sungai iman Blok RKT 2012, (b) Penandaan
Pohon-Pohon Sempanjang Sempadan Sungai
Tim pelaksana pengelola daerah aliran sungai ini terdiri dari lima orang
yang terdiri atas 1 orang ketua tim dan 4 orang anggota tim. Pada tahun 2012
dilaksanakan pemeliharaan daerah sempadan sungai kembali untuk sungai Iman
dan sungai Limau. Sungai Iman memiliki batas sempadan sepanjang 14 km
dengan melewati petak II.4, II.5 II.6 dan II.8 pada Blok RKT 2012. Sedangkan
sungai limau memiliki panjang batas sempadan sungai sepanjang 4 km melewati
petak II.1 Blok RKT 2012. Penandaan sempadan sungai juga telah dilakukan
untuk Blok tebangan 2013. Alat bantu yang digunakan dalam kegiatan penandaan
dan pemeliharaan batas sempadan sungai ini adalah GPS, Radio HT, kamera, alat
tulis menulis,parang/ mandu dan cat warna merah.
50
tanah
<2
2-5
5-10
(cm)
10-
15-60
60-180
180-480
>480
15
>90
SR
SR
SR
SR
SB
SR
SR
SR
SB
SB
SR
SR
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
(dalam)
60-90
(sedang)
30-60
(dangkal)
<
30 SR
(sangat
dangkal)
Keterangan :
51
: Sangat Rendah
: Rendah
: Sedang
: Berat
SB : Sangat Berat
Pada praktek kegiatan perhitungan laju erosi, lokasi tersebut dibagi menjadi
5 plot contoh pengukuran yaitu plot pada sekitar jalan utama, plot pada sekitar
jalan cabang, plot pada sekitar jalan sarad, plot pada sekitar bekas
tebangan/tunggak bekas tebangan dan plot pada sekitar hutan primer. Pada plot
tersebut, dibutuhkan sebuah penadah hujan berbentuk balok dengan ukuran 22 m
x 2 m x 25 cm dan papan kayu yang berukuran 2,5 cm x 20 cm x 4 m, disusun
membentuk kotak. Setelah dibangun contoh plot tersebut, dipasang 24 togkattongkat erosi yang berbentuk seperti palang salib dengan ukuran jarak diantara
palang tesebut yaitu 0,75 m x 3 m dengan ukuran panjang tongkat harus seragam.
Dengan itu dapat dilihat pengikisan tanah dalam periode pengontrolan 1 bulan
sekali dengan mengukur panjang permukaan tanah dari permukaan tanah yang
terkikis tanah sampai pangkal tongkat tersebut
52
PT. Roda Mas Timber Kalimantan untuk potensi erosi tertinggi masih dalam taraf
sedang sehingga potensi erosi tidak terlalu berbahaya.
4.3.3
Perlindungan Hutan
Kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan menjadi sangat penting
53
(a)
(b)
54
(c)
(d)
Gambar 14. (a) Alat pemadam kebakaran, (b) kegiatan pemadaman dengan dry powder,
(c) kegiatan pemadaman dengan air , (d) kegiatan penyedotan air menggunakan genset
Jenis Peralatan
Pengadaan
Peralatan Perorangan
1.
2. Tas punggung
16 buah
16 buah
16 buah
16 buah
4. Sepatu
16 buah
16 buah
5.
Kaos Tangan
16 buah
16 buah
6.
Masker
16 buah
16 buah
Peralatan Kelompok
1.
Pengait semak
10 buah
10 buah
2.
Kapak
10 buah
10 buah
3.
Garu
5 buah
5 buah
4.
Sekop
10 buah
10 buah
5.
Pompa
2 buah
2 buah
6.
Pemukul api
10 buah
10 buah
7.
Pentungan
2 buah
2 buah
8.
Ember
10 buah
10 buah
9.
Arang
16 biji
16 biji
55
5 unit
5 unit
5 buah
5 buah
10 buah
10 buah
Peralatan Teknik
1.
SSB
2 unit
2 unit
2.
HT
8 unit
8 unit
Peralatan Transportasi
1.
2.
3.
4.
5.
5 unit
Sepeda motor
1 unit
Speed Boat
1 unit
Tug Boat
Perahu
2 unit
5 unit
1 unit
1 unit
2 unit
E. Peralatan Lain-Lain
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pos Jaga
2 unit
Menara api
2 unit
Portal
Radio Rekorder
1 buah
P3K
1 Kotak
Tenda
2 tenda
Mesin ketik
3 unit
GPS
1 Unit
2 unit
2 unit
1 buah
1 Kotak
2 tenda
3 unit
1 unit
1
2
Regu I
Regu II
Bulan lalu
Regu/orang
8
8
Pengadaan
8
8
56
Penyuluhan:
Sasaran
Frekwensi
Tujuan
(a)
(b)
Gambar 15. (a) Plang lokasi embung air, (b) Lokasi embung air
4.3.4
57
Kecamatan/ kampung
Kec. Long Bagun
Batoq Kelo
Kec. Long Pahangai
Liu Mulang
Long Tuyoq
Long Pahangai I
Long Pahangai II
Jumlah
Sex
ratio
Jumlah
KK
297
264
561
113
134
80
247
400
114
79
256
368
98
159
503
768
212
101
96
109
116
47
134
232
64
58
5
6
7
8
9
10
Long Isun
Naha Aruq
Lirung Ubing
Datah Naha
Long Lunuk
Long Lunuk Baru
Jumlah
209
114
100
128
182
219
2090
171
105
84
91
149
195
1860
380
219
184
219
331
414
3950
122
109
119
141
122
112
112
103
53
50
59
101
104
1081
C. Agama
Mayoritas penduduk di desa-desa sekitar areal IUPHHK PT RODA MAS
unit II menganut agama Katholik, yakni meliputi sekitar 86,9% dan selebihnya
Islam 12,2%, Kristen 0,4%, dan kepercayaan tradisional 0,5%. Pada hampir
seluruh kampung, proporsi penganut Katholik meliputi 95%, kecuali di Long
Pahangai II mayoritas penduduk menganut Islam dan di Batoq Kelo meskipun
tidak mayoritas tetapi persentasenya cukup besar.
D. Aktivitas Perekonomian
Kondisi potensi ekonomi masyarakat adalah pertanian menetap dengan
budidaya tanaman pangan. Sementara peningkatan ekonomi adalah dengan
pembinaan dan pengembangan PKK. Adapun kegiatan bina desa dikelompokkan
ke dalam 3 kelompok kegiatan yakni:
(i) Peningkatan pendapatan dan tumbuhnya ekonomi masyarakat pedesaan
yang berwawasan lingkungan
(ii) Penyediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi, dan
59
E. Kalender Musim
Kalender musim merupakan alat kajian sosial menggunakan teknik PRA
yang menggambarkan kejadian musiman yang berulang dengan rentang waktu
tahunan dalam satu kurun waktu tertentu pada kehidupan suatu masyarakat.
Kalender musim ini digunakan untuk mengetahui potensi pengelolaan sumber
daya yang ada serta mengetahui daftar masalah yang sering terjadi di tempat
tersebut. Kalender musim Kampung Long Lunuk dan Long Lunuk Baru dapat
dilihat pada lampiran 1.
F. Kelola Sosial
Kegiatan kelola sosial yang dilakukan, yaitu:
Pembukaan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar, khususnya kampung
Long Tuyoq dan Batoq Kelo. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat di kampung sekitar areal kerja guna
peningkatan taraf hidup masyarakat. Rekruitmen tenaga kerja dari
masyarakat di desa sekitar mempertimbangkan volume pekerjaan, jenis
pekerjaan, dan ketersediaan tenaga kerja yang memenuhi syarat-syarat
ketenagakerjaan pendidikan dan keterampilan yang dimiliki.
Membangun dan menjalankan program Pengembangan Masyarakat Desa
Sekitar Hutan (PMDH) di kampung kampung sekitar areal kerja, terutama
Long Tuyoq, Batoq Kelo, dan Liu Mulang, melalui penyediaan sarana dan
prasarana kampung, seperti sarana air bersih, rumah, pemukiman, sarana
penerangan (listrik), perluasan kampung, pembangunan jalan kampung.
Kegiatan ini secara insidental juga dilakukan di Long Pahangai (ibukota
Kecamatan Long Pahangai). Bantuan diberikan baik
kepada Kantor
Kecamatan, Koramil, dan Polsek, juga Desa Long Pahangai I dan Log
Pahangai II.
Melakukan pengkajian Sosial Ekonomi dan Budaya Kampung-Kampung
sekitar areal IUPHHK atau Participatory Rural Appraisal (PRA) serta
60
yang
melibatkan
masyarakat
masing-masing
kampung,
61
G. Konflik Sosial
Pada tahun 2011 PT Roda Mas Timber Kalimantan memberikan
kontribusi terhadap penyelesaian konflik tata batas antar kampung di sekitar area
kerja PT Roda Mas. Penyelesaian konflik ini dilakukan melalui mediasi dan
bantuan pihak ketiga yaitu The Nature Conservancy, dan dilaksanakan di
Kampung Long Pahangai. Melalui jalan ini maka batas antar kampung telah
mencapai kata mufakat. Berikut gambar ketika sedang melakukan penyelesaian
konflik dengan melibatkan pihak ketiga; TNC.
62
Gambar 19. Deklarasi antara IUPHHK-HA PT. RODA MAS TIMBER KALIMANTAN dan
masyarakat dengan melibatkan TNC sebagai pihak ketiga
dan
merumuskan
arahan
perbaikan
kegiatan
pengelolaan
guna
63
64
65
sertifikasi pengelolaan hutan lestari FSC, serta persepsi dan aspirasi masyarakat,
maka dapat disusun arahan tindakan perbaikan pengelolaan dampak sosial.
Arahan tindakan dampak sosial dikelompokkan menjadi dua, yakni arahan umum
perbaikan pengelolaan dampak sosial; memperbaiki rencana pengelolaan sosial,
menyusun indikator atau standar keberhasilan setiap jenis kegiatan pengelolaan
sosial yang direncanakan, memperbaiki mekanisme pelaksanaan kegiatan
pengelolaan sosial agar lebih sistematis, melaksanakan pemantauan terhadap
proses dan hasil kegiatan sosial secara periodik, bekerjasama dengan pihak-pihak
lain yang terkait agar kegiatan lebih efisien dan efektif serta tepat sasaran, seperti
PT. Kemakmuran Berkah Timber, serta membuat laporan dan dokumentasi yang
lengkap dan sistematis tentang proses dan hasil perencanaan, pelaksanaan, dan
monev. Sementara itu yang kedua adalah arahan perbaikan setiap parameter
dampak sosial; kesempatan kerja, menumbuhkembangkan kesempatan berusaha,
penguatan perekonomian masyarakat, mengintegrasikan sarana dan prasarana
umum, peningkatan kualitas SDM, membangun sistem keselamatan dan kesehatan
kerja, meningkatkan kualitas dan kuantias fasilitas kesehatan masyarakat, dan
perbaikan persepsi masyarakat agar tetap baik.
4.3.5
Sosial Budaya
Bahasa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat dalam komunikasi
66
dipentaskan saat masa panen tiba (gambar 6), Erau, pernikahan adat (gambar 7),
musyawarah warga masyarakat, tarian menerima tamu kehormatan (gambar 8),
dan sebagainya.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 21. (a) Lamin Adat di Kampung Datah Naha, (b) Tari Hudoq, (c) Pernikahan Adat,
(d) Tarian penyambut tamu kehormatan
67
(a)
(b)
Gambar 22. (a) Tugu Peringatan Kampung Long Pahangai, (b) Tugu Peringatan Hari Kelahiran
Kampung Long Tuyoq
(a)
(b)
(c)
Adapun salah satu budaya yang sangat erat kaitannya dengan perusahaan
yakni pesta RKT. Pesta ini dilakukan beberapa lama setelah RKT perusahaan
disahkan. Terdapat ritual pengusiran roh jahat dimana bertujuan melancarkan
proses pemanenan pada blok RKT tersebut. Pada rangkaian acaranya adalah
upacara pada blok RKT dan dilanjutkan dengan acara makan-makan bersama di
area kantor.
68
4.4. PRODUKSI
4.4.1
69
dilakukan berdasarkan Peta Kerja Rencana Trase jalan Utama yang diproyeksikan
pada Peta Sebaran Pohon dan Peta Kontur, dengan mempertimbangkan :
- Posisi trase jalan utama diusahakan berada pada punggung bukit / pematang
- Kemiringan lereng tidak lebih dari 30 %
- Dapat menjangkau seluruh petak dalam Blok Tebangan
- Lebar trase jalan utama yang akan dibuka yaitu 12 m
- Kawasan sempadan sungai dan rawa
- Kawasan yang memiliki nilai ekologis dan keanekaragaman hayati yang unik.
Sedangkan untuk trase jalan cabang hal- hal yang perlu diperhatikan
adalah: posisi trase jalan cabang diusahakan berada pada punggung bukit /
pematang, posisi trase jalan utama, kemiringan lereng tidak lebih dari 30 %, dapat
menjangkau pohon tebang dalam petak tebangan, lebar trase jalan cabang yang
akan dibuka yaitu 10 m, mengurangi perlintasan sungai dan anak sungai, volume
potensial yang dapat diambil, kawasan sempadan sungai, rawa dan non hutan,
kawasan yang memiliki nilai ekologis dan keanekaragaman hayati yang unik, dan
dengan mempertimbangkan rencana lokasi TPn dan TPK hutan. Pada pembuatan
trase jalan sarad kemiringan lereng yang digunakan adalah tidak lebih dari 40 %
dan lebar jalan sarad yang digunakan oleh PT. Roda mas Timber Kalimantan
adalah 4 m. Pembangunan
70
Luasan TPN di PT. Roda Mas cenderung berkisar antara 50 M2 hingga 900 M2.
Selain TPN tersebut pada implementasinya di lapang terdapat TPN besar yang
juga digunakan sebagai tempat pelabelan kayu untuk Laporan Hasil Pemanenan
(LHP), TPN ini dibuat dengan luasan 0,15 Ha.
Berdasarkan RKT tahun 2013 yang telah disyahkan, diketahui luas blok
tebangan adalah 898 Ha dengan jumlah TPN sebanyak 36 buah,dan jumlah TPK
sebesar 2 buah. Luas TPK yang dibuat di lapangan adalah sebesar 2 Ha dan 1 Ha
dengan kapasitas TPK 10.000 m3 dan 7500 m3. Sebuah TPN adalah muara dari
jalan sarad, sehingga dalam mempertimbangkan lokasi dan luas TPN juga perlu
dipertimbangkan kerapatan jalan sarad yang ditumpunya. Berikut merupakan
gambar dari perencanaan dan realisasi lokasi TPN dari PT. Roda Mas untuk blok
tebangan 2013 yang saat ini tengah dilakukan pemanenan di dalamnya.
Sarana prasarana lain yang juga penting bagi sebuah perusahaan kayu
adalah base camp, sebagai pusat bagi perencanaan pengelolaan dan pemanfaatan
hutan yang akan dilakukan. Pertimbangan dalam perencanaan lokasi base camp
adalah logistik dan di tempatkan pada daerah yang cenderung datar. Lokasi base
camp harus memudahkan dalam pengangkutan logistik ke tempat yang
dibutuhkan. Selain itu pertimbangan lain yang diambil adalah banyaknya sarana
prasarana yang akan dibangun di base camp sehingga hal ini berimplikasi pada
luasan dari base camp itu sendiri.
71
dilakukan persiapan Peta Rencana Kerja Trase Jalan yang berisikan rencana trase
jalan utama, jalan cabang, dan jalan sarad sesuai dengan rencana trase jalan yang
telah dibuat pada peta sebaran pohon dan peta kontur dengan mempertimbangkan
Standar operasional RIL. Selain itu juga dilakukan penetapan titik ikat dan titik
awal pengukuran trase jalan juga dilakukan rencana penetapan lokasi TPn dan
TPK pada petak-petak yang akan dilakukan PWH berdasarkan hasil pembuatan
trase jalan berupa Peta Rencana Jaringan Jalan Angkut oleh kaur PAK dan PWH
untuk dilakukan pembuatan trase jalan.
Pelaksanaan pembuatan trase jalan dilakukan oleh regu yang telah
ditunjuk Kaur PAK dan PWH. Kegiatan pembuatan trase jalan utama meliputi
pembuatan titik ikat dan titik awal untuk pembuatan dan pengukuran trase jalan
dengan menggunakan GPS. Setelah itu dilakukan pengukuran azimuth, jarak
lapangan dan kelerengan, serta rintisan dengan lebar 2 meter sepanjang trayek
trase jalan utama dan dilanjutkan dengan pembuatan trase jalan utama dengan
dilakukan penandaan berupa pewarnaan menggunakan cat berwarna merah strip
miring 3 (III) dan penandaan patok setiap jarak pengukuran 20 m. Kemudian
dilakukan inventarisasi pohon berdiameter 10 cm up dan berjarak 12 m dari kanan
72
dan kiri dari batas trase jalan utama serta dibuat penandaan lokasi-lokasi seperti
sungai sebagai dasar pembuatan jembatan, culvert, dan sleeper.
Untuk pelaksanaan pembuatan trase jalan cabang berorientasikan pada
Peta Rencana Trase Jalan Cabang dengan penentuan pembuatan titik awal dan
pengukuran trase jalan cabang berdasarkan posisi petak tebangan. Lalu dilakukan
pengukuran azimuth, jarak lapangan dan kelerengan, serta rintisan dengan lebar 1
meter sepanjang trayek trase jalan cabang serta penandaan trase jalan cabang
dengan cat berwarna merah strip miring 2 (II) dan penandaan patok setiap jarak
pengukuran 20 m. Kemudian pohon tebang berdiameter 10 cm up diinventarisasi
dengan jarak 10 m dari kiri dan kanan as trase jalan cabang. Setelah dilakukan
inventarisasi pohon, dilakukan penandaan lokasi-lokasi untuk pembuatan
TPn/TPK.
Dalam pembuatan jalan sarad pelaksanaannya berdasarkan Peta Kerja
Rencana Trase jalan Sarad dan penentukan titik awal pembuatan dan pengukuran
trase jalan cabang dengan menggunakan GPS. Untuk pengukuran azimuth, jarak
lapangan, dan kelerengan serta rintisan dengan lebar 1 m sepanjang trayek jalan
sarad sedangkan untuk penandaan trase jalan cabang dengan menggunakan cat
berwarna merah dengan tanda plus (+) dan penandaan patok setiap jarak
pengukuran 20 m.
Pada Rencana Kerja Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam
(RKUPHHK-HA) PT Roda Mas Timber Kalimantan, kegiatan perencanaan PWH
dilakukan dalam jangka waktu 1 tahun kegiatan dan difokuskan kepada
perencanaan pembangunan jalan dengan mempertimbangkan aspek topografi agar
mudah dilalui. Pada pembuatan jalan utana lebar jalan 8 dengan daerah milik jalan
12 m dan tebal lapisan 0,2 m serta kerapatan jalan utama dalam areal TPTI relatif
datar yaitu sebesar 4 m/ha. Pada pembuatan jalan cabang daerah milik jalan yaitu
selebar 8 m, lebar badan jalan 6 m dengan tebal jalan 0,2 meter atau tanpa
pengerasan dan kerapatan jalan cabang direncanakan sebesar 6 m/ha. Pada
pembuatan jalan ranting daerah milik jalan mempunyai lebar 6 meter, lebar jalan 4
meter dan kerapatan jalan cabang yang direncanakan yaitu 10 m/ha.
73
Tabel 11. Rencana Pembuatan Jalan IUPHHK PT. Roda Mas Timber Kalimatan
Unit I Periode Tahun 2011-2020
No
Tahun
Kode/Blok
Kegiatan
RKT
Utama
Cabang
Ranting
Jumlah
2011
2012
III
2.46
3.44
4.92
10.82
2013
IV & V
4.03
5.64
8.05
17.71
2014
VI
2.28
3.19
4.55
10.01
2015
VII
1.98
2.77
3.96
8.71
2016
VIII
2.30
3.22
4.60
10.12
2017
IX
2.17
3.04
4.35
9.57
2018
1.98
2.77
3.95
8.69
2019
XI
2.04
2.86
4.08
8.98
10
2020
XII
2.01
2.81
4.02
8.84
21.24
29.74
42.48
93.46
JUMLAH
Tabel 12. Rencana Pembuatan Jalan IUPHHK PT. Roda Mas Timber Kalimantan
Unit II Periode Tahun 2011-2020
No
Tahun
Kode/Blok
Kegiatan
RKT
Utama
Cabang
Ranting
Jumlah
2011
II
8.88
12.43
17.76
39.07
2012
III
9.21
12.89
18.41
40.50
2013
IV
8.48
11.88
16.97
37.33
2014
8.60
12.04
17.20
37.84
2015
VI
8.61
12.05
17.21
37.86
2016
VII
8.48
11.87
16.96
37.31
2017
VIII
8.40
11.77
16.81
36.98
2018
IX
10.56
14.79
21.13
46.49
2019
10.66
14.92
21.32
46.90
10
2020
XI
11.40
15.95
22.79
50.14
103.78
145.30
207.57
456.65
JUMLAH
74
Tabel 13. Realisasi PWH Tahun 2012 berupa Pembuatan Jalan Angkutan Kayu
s/d Desember 2012 Unit II Sei Boh
No
Uraian
Rencana
Realisasi
Keterangan
Surat
Jalan
Jalan
Jalan
Jumlah
Jalan
Jalan
Jalan
Jumlah
Jalan
Koridor
Utama
Cabang
(meter)
koridor
utama
cabang
(meter)
(meter)
(meter)
(meter)
(meter)
(meter)
(meter)
Diperkeras
Tidak
10716
16394
27110
10716
10389
21105
diperkeras
3
Rel
Kanal
10716
16394
27110
10716
1038
21105
sungai
Jumlah
Terdapat pula realisasi yang dilakukan untuk jalan koridor melalui izin
kawasan budidaya non-kehutanan/ areal penggunaan lain (KBNK/APL) sesuai SK
Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan dan Perkebunan Provinsi
Kalimantan Timur Nomor: 235/ Kpts/ KWL/ PTGH-2/ 1998 tanggal 12 agustus
1998 sepanjang 3165,72 m.
75
Gambar 26. Peta rencana pembalakan peta II.12 blok RKT 2013
76
sarad biasanya diakibatkan oleh topografi yang berat, sehingga operator traktor
tidak menyanggupi medan yang diminta dan lokasi jalan bergeser sedikit dari
rencana. Selain itu terkadang pada lokasi jalan sarad terdapat mata air yang
berdampak pada masa pakai jalan sarad yang lebih pendek akibat jalan tergenang
air, sehingga akhirnya dibuatlah jalan sarad lain untuk mengeluarkan kayu dari
dalam petak tebangan. Dalam kasus ini diperlukan perencanaan yang terkoordiasi
dengan baik dengan survey lapangan untuk perencanaan jalan, sehingga potensi
alam seperti mata air tidak akan terganggu dan keberadaannya tetap terjaga.
Penebangan terarah juga telah diterapkan di PT. Roda Mas, penebangan terarah
ini dilakukan dengan bucking sebelum penyaradan, sehingga dampak dari
penyaradan dapat diminimalisir. Selain itu tanda-tanda jalan sebagai arah
penyaradan bagi operator juga telah diadakan dan terlihat dengan cukup jelas.
Pemeliharaan jalan angkutan secara teratur dilakukan di PT. Roda Mas
Timber kalimantan, pemeliharaan ini terdiri atas perataan jalan dan pengisian
kembali jalan yang berlubang dengan tanah lalu dilakukan pemadatan jalan
kembali. Saluran drainase di kiri dan kanan jalan dibuat untuk mengalirkan air
dari badan jalan sehingga tidak akan tergenang dan merusak struktur jalan, selain
itu diadakan pula pemeliharaan untuk saluran drainase berupa pembersihan dari
komponen- komponen penyumbat aliran air. Berikut merupakan gambar salah
satu parit yang dibuat di kiri badan jalan untuk mencegah tergenangnya air di
badan jalan.
77
untuk mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah dan akan berimplikasi
pada biaya perbaikan yang melonjak. Pembersihan dan perataan jalan sebaiknya
dilakukan saat tanah sedikit basah, karena akan mempermudah proses pemadatan
pada tanah, namun pada kenyataannya PT. Roda Mas tidak memperhatikan waktu
pembersihan dan perataan tanah, sehingga terkadang setelah beberapa waktu jalan
kembali membutuhkan perbaikan. Pemeliharaan jalan juga diakukan terhadap
jalan koridor antara PT. Roda Mas dengan PT. RKR karena jalan ini turut pula
dipergunakan oleh PT. RKR dan PT. RKR juga membayar biaya kompensasi pada
PT. Roda Mas. Selain itu deaktivasi terhadap jalan angkutan seperti jalan cabang
juga dilakukan apabila jalan tersebut sudah tidak dipergunakan secara operasional.
Kendala yang seringkali dihadapi dalam pemeliharaan jalan ini adalah rusaknya
alat bantu dalam perawatan jalan yaitu dump truck, sehingga perawatan terhadap
alat berat perlu lebih diperhatikan agar ke depannya tidak menjadi hambatan.
4.4.2
merupakan
proses
awal
dalam
pemanenan,
yaitu
pemotongan batang pohon yang masih berdiri dan nantinya akan menjadi
potongan kayu bulat dan menjadi kunci utama dalam kegiatan produksi. Teknik
penebangan yang digunakan adalah dengan menggunakan chainsaw sesuai pada
kriteria sistem silvikultur TPTI (Tebang Pilih Tanam Indonesia). Proses
penebangan
diawali
dengan
pengadaan
pekerja
yang
mengisi
bagian
chainsawman dan satu orang asisten chainsawman yang disebut helper. Helper
dibutuhkan dalam hal kesiapan alat dan bahan yang akan digunakan sebelum
penebangan salah satunya ialah mengenai ketersediaan bensin dan oli. Kebutuhan
bensin yang dibutuhkan yaitu untuk 1,5 liter untuk perkubik kayu. Sebelum
penebangan dilakukan operator chainsaw harus mempunyai peta kerja dan peta
kontur yang berupa peta rencana pembalakan hasil cruising divisi perencanaan.
Pada proses penebangan juga dibantu oleh bloker yang mengetahui posisi pohon
untuk memastikan pohon yang ditebang dengan pohon yang tidak ditebang.
Pada saat kegiatan penebangan perlu dipastikan operator mengikuti
prosedur kerja yang benar untuk memakai alat pelindung diri sehingga dapat
78
menjalankan kerja dengan baik dan aman, pada kondisi sebnarnya di lapangan
seringkali terdapat pekerja nakal yang tidak menggunakan APD dengan alasan
alat- alat tersebut kurang nyaman saat digunakan, masalah ini akan dibahas lebih
lanjut pada bagian keselamatan dan keamanan kerja. Setelah itu
operator
79
80
81
kayu bebas dari cacat kayu (mata kayu busuk), kayu bulat bebas dari lubang
tembus, gerowong, atau busuk hati pada kayu bulat tidak lebih dari 35 %.
Pengukuran kayu bulat dilakukan dengan mengukur panjang kayu bulat minimal 6
m dan maksimal 21 m, setiap bontos kayu diukur diameternya dua kali (diameter
terpanjang dan diameter terpendek), pengukuran diameter pada bontos pangkal
dan bontos ujung kayu, mencatat hasil pengukuran diameter, panjang, jenis pohon
dan nomor batang berdasarkan label yang ditempel oleh operator traktor pada
kayu bulat tersebut, penandaan letak pengukuran diameter kayu dan nomor
produksi dengan cat, serta tempelkan label merah yang diberi tulisan nomor
produksi kayu, memberi tanda cat pada kayu yang akan ditriming karena cacat
atau terlalu panjang sehingga perlu dibagi menjadi beberapa potongan,
menempelkan barcode pada kayu bulat setelah mendapat pengesahan LHP oleh
Pejabat Pengesah Laporan Hasil Hutan. Kegiatan pengujian dan pengukuran kayu
di laksanakan di TPn atau di TPk Hutan bilamana kayu tersebut belum sempat
terukur di TPn akan tetapi sudah terangkut ke TPK hutan. Kemudian Buku Ukur
hasil pengukuran harian diserahkan kepada Kaur TUK.
Gambar 28. proses pengukuran dan bagian bontos kayu yang telah di scaling
Kegiatan terakhir adalah pelaporan tata usaha kayu yang dibantu oleh
kaur TUK (Tata Usaha Kayu) dalam pembuatan Usulan Laporan Hasil
Penebangan (ULHP).Kaur Penguji mengevaluasi tentang kondisi kayu dari hasil
kegiatan untuk perbaikan kualitas kayu yang akan datang dan disampaikan kepada
Kaur Pembalakan. Setiap hari Kaur Penguji dan Pengukuran membuat daftar
Kerja Harian dan pada akhir bulan diserahkan kepada Asistem Manager TUK
untuk dijadikan dasar pembayaran upah pekerja. Camp Manager bersama Asisten
82
Manajer TUK dan Pengawasan Produksi setiap bulan membuat laporan kepada
instansi kehutanan.
83
84
85
pada proses pembongkaran kayu di rakit butuh ditahan oleh loader khusus kayu
tenggelam sehingga loader butuh menaruh kayu sampai masuk sungai sehingga
roda wheel loader cenderung licin dan sulit untuk berbalik arah. Pada rakit sinker
dibutuhkan ketelitian dalam menandakan pohon sehingga kayu yang tenggelam
dan kayu mengapung dapat dibedakan.
Kegiatan perakitan ini memiliki kapasitas minimal tersedia di logpond
awal yaitu sebesar 3500 batang pohon dan proses pemindahan dari TPK dilakukan
oleh wheel loader. Pendataan kayu (log list ) yang akan dirakit dilakukan dengan
mencatat data label kayu berupa nomer produksi kayu, jenis kayu, nomer petak,
nomer batang, panjang dan diameter kayu serta volume kayu. Jumlah pekerja
dalam perakitan kayu ada 10 orang dimana 3 orang tenaga tetap dan 7 orang
sebagai tenaga borongan. Untuk borongan bertugas untuk mengatur rakit yang
akan disusun sehingga tertata dengan baik, untuk pekerja tetap dibagi menjadi 3
orang yang pertama bertugas sebagai mandor atau penanggungjawab rakit yang
mengawasi seluruh kegiatan perkitan dan merekap data pohon yang nantinya
nomor pohon berubah menjadi nomor produksi dan direkap dengan tally sheet
yang tersedia. Untuk orang yang kedua berfungsi sebagai orang yang melihat
nomor pohon sehingga dapat membuat label baru dengan melihat tally sheet
Laporan Hasil Penebangan (LHP) yang berisi nomor pohon,nama perusaahan
dengan singkatan,nomor produksi, petak tebang, volume kayu bersih dan jenis
pohon. Untuk orang yang ketiga bertugas sebagai penempel label baru, dan
mengecat kayu yang sudah dirakit dengan nomor produksi dan nama perusahaan
yang akan dituju.
Berdasarkan data Surat Keterangan Sah Kayu Bulat (SKSKB) dan yang
telah disahkan pada tanggal 06 maret tahun 2013, pada raft 7 dan raft 8 dengan
jenis kayu meranti jumlah kayu yang diangkut keduanya berjumlah 35 buah atau
289,03 m3 dan 235,08 m3 dengan pekerja borongan perakit yaitu 10 orang
sehingga asumsi jika kayu floater bisa mendapat 2 rakit dalam sehari sehingga
produktivitasnya yaitu untuk raft 7 dan raft 8 yaitu 52,411 m3/orang/hari dan
rrata-rata rakit yang diankut berkisar antara 200-350 m3 /raft untuk kayu floater
selangnya berkisar antara 40-70 m3/orang/hari dan jika untuk kayu sinker bisa
86
(a)
(b)
Gambar 30. (a) pemindahan kayu ke air, (b) proses perakitan floater
87
4.4.3
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
88
yang
awal
dikarenakan
kurangnya
kordinasi
dari
bagian
Tebang
Jenis Alat
Kondisi
dan Merk
Alat
(unit)
Chainsaw
3 unit
STIHL 70
(m/hari/alat)
Kapasitas
Bulan
dalam
mesin 2
januari =
keadaan
tak - 6,4
29,09 dan
baik
HP 8
Bulan
dan 5
KW.
Februari =
unit
Tanki
39,83
dalam
bensin 1,2
89
keadaan
liter, dan
standby
kapasitas
tanki oli
sebesar
0,53 iter
Penyaradan
Traktor
3 baik
CAT D76
200 HP-
Bulan
dan 1
149,1 KW
januari =
rusak
full
33,25 dan
capacity
bulan
435,32
Februari =
Length
17,07
with blade
5,28 m
Komatsu
D85ESS-
Rusak
Rusak
4 baik
Fuel
2C/ W
Winch
Komatsu
D85ESS2C/ W
Winch
Komatsu
D85E-SS2
capacity
407 L
operating
weight
15620 kg
length
with blade
90
4,135
3
Muat-
Wheel
2 baik
bongkar
loader
caterpillar
Fuel
Bulan
dan 1
capacity
Januari =
rusak
304 L
116,39 dan
215,9 HP-
Bulan
161 KW
Februari =
raise time
53,97
966 D
7,1 second
dump time
2 second
4
Pengangkutan Logging
Baik
Bulan
trailer
Januari =
nissan TA
75,17 dan
520 PPN
Bulan
Februari =
76,049
Perakitan
Wheel
Baik
Fuel cap
loader
304 L 215
caterpilar
HP-161
966 E
KW
Long boat
Baik
200-350
91
pengecekan stock card untuk menunjukkan apakah barang yang diminta ada
persediaan di gudang atau tidak. Permintaan barang atau spare part di PT Roda
Mas cenderung dilakukan langsung oleh operator alat yang bersangkutan.
Terdapat pula pemesanan yang tidak menunggu sampai barang tersebut
diperlukan, biasanya pemesanan dengan model ini dilakukan untuk barang urgent
dan pemesanan rutinan. Pemesanan rutinan ini yang menjadi upaya pencegahan
hambatan bekerjanya suatu alat terutama alat produksi karena tidak tersedianya
suku cabang di gudang. Biasanya merupakan barang yang digunakan pada alat
berat yang sering mengalami kerusakan misalnya pecah ban dan transmisi pada
logging trailer truck dan kaki pada bulldozer. Selain pengadaan macam-macam
spare parts, warehouse PT Roda Mas juga melakukan pengadaan Alat Pelindung
Diri.
92
namun beberapa
mekanik juga berasal dari STM (Sekolah Teknik Mesin). Spesifikasi tenaga kerja
memang masih dikatakan belum baik karena hampir semua bidang dilakukan
serampangan sesuai dengan kondisi dilapangan.
Permintaan untuk pengadaan Bahan Bakar Minyak di PT. Roda Mas
Timber Kalimantan dilakukan dengan menggunakan sistem surat jalan, dimana
kebutuhan bahan bakar minyak tersebut di kontrol 2 kali dalam setiap minggu
yaitu pada hari senin dan jumat. Pengangkutan dilakukan dengan longboat yang
dapat menampung hingga 21-30 drum yang didapatkan dari Kec.Long Bagun.
Bahan bakar minyak yang dibutuhkan terdiri dari 10 macam, yitu oli 10, oli 30,
oli 40, oli 15w_40, oli 90, oli 140, oli 2P, oli 68, minyak solar, dan minyak
bensin. Kebutuhan oli setiap bulannya mencapai 2-3 drum sedangkan minyak
solar mencapai 50.000 liter dan minyak bensin dapat mencapai 12.000-13.000
liter.
Minyak solar sangat dibutuhkan karena kegunaannya yang bersifat
menyeluruh dimana digunakan untuk penerangan, trasportasi hingga pengunaan
alat-alat berat. Penggunaan untuk penerangan menggunakan mesin engkel dimana
kebutuhannya dapat mencapai 30 liter solar perhari. Untuk alat berat
penggunaannya sesuai dengan kegiatan dan biasanya menghabiskan solar hingga
52.000 selama 1 kali kegiatan. Untuk bahan bakar minyak bensin digunakan
93
b.
Laporan Hasil Produksi (LHP) dimuat dari data buku ukur yang
diterima dari pengawas lapangan tebang per blok tebangan. Laporan
Hasil Produksi (LHP) memuat informasi mengenai nomor batang,
jenis kayu, kelompok jenis, ukuran kayu, dan volume kayu bulat yang
diproduksi. Selain itu, Laporan Hasil Produksi (LHP) juga di
lampirkan Daftar Kayu Bulat (DKB). Laporan Hasil Produksi (LHP)
diterbitkan paling lambat enam hari sekali (per periode). Scaller akan
mengusulkan ke Pejabat Pengesah Laporan Hasil Pengukuran
(P2LHP) untuk di sahkan. Kemudian P2LHP akan mengambil sample
sebesar 10% dari LHP yang di usulkan untuk di periksa. Apabilla
kesalahan kurang dari 5% maka LHP di anggap sah. Namun, apabila
kesalahan lebih dari 5%, maka LHP dianggap tidak sah dan scaller
94
c.
Barcode
Kepala Balai
P2SKSKB
P2LHP
Arsip Perusahaan
BPPHP
merupakan
alat
dari
SI-PUHH
(Sistem
Informasi
LHP
disahkan
oleh
P2LHP.
Kemudian
P2LHP
95
Gambar 32. SKSKB dan attachment nya berupa Daftar Kayu Bulat
96
yang
didapatkan
oleh
pekerja.
Berikut
merupakan
tabel
yang
menggambarkan penilaian upah bagi pekerja sarad dan angkut di PT. Roda Mas
Tabel 15. Pengupahan pekerja sarad dan angkut
97
Dikarenakan PT. Roda Mas hanya dapat dicapai dengan melewati sungai
Mahakam maka jasa motoris kapal dan helper (hockman) adalah
hal yang
penting. Upah yang ditetapkan untuk motoris kapal dan hockman dihitung per trip
atau
Pada sistem pemasaran kayu hasil produksi di PT. Roda Mas seluruh
kayu dijual dalam bentuk log kepada PT. Tirta Mahakam. PT. Tirta Mahakam
berada dalam satu manajemen grup dengan PT. Roda Mas. Log kayu tersebut
sebagian diolah menjadi ply wood , moulding, block board, lantai kayu, dan fancy
wood dengan produk unggulan berupa ply wood dan kayu hardwood untuk
flooring. Produk jadi hasil pengolahan PT. Tirta Mahakam ini kemudian di ekspor
ke Jepang, China, Australia dan United States.
98
99
100
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. PT. Roda Mas Timber Kalimantan telah melakukan tugas dan tanggung
jawabnya dalam sistem pengelolaan hutan yang lestari sesuai dengan
ketentuan serta peraturan pemerintah dalam IUPHHK-HA yang telah
diberikan walaupun dalam prakteknya tidak semuanya tercapai sesuai dengan
rencana yang diharapkan. Dalam pencapaiannya, pengelolaan yang dilakukan
berfokus dengan mengintegrasikan aspek-aspek kelola produksi, kelola
lingkungan dan kelola sosial.
2. Dengan adanya PKL di PT. Roda Mas Timber Kalimatan ini mahasiswa
menjadikan perusahaan tersebut sebagai tempat dalam penerapan teori-teori
mengenai pengelolaan hutan yang selama ini diterima di bangku perkuliahan.
3. Pemahaman akan pengelolaan hutan menjadi bertambah seiring diadakannya
Praktek Kerja Lapang ini.
4. Mahasiswa telah melihat dan merasakan mengenai sistem kerja dari
pengelolaan hutan serta dapat belajar mengenali permasalahan-permasalahan
yang ada berikut cara penyelesaian permasalahan tersebut.
5. Mahasiswa telah melakukan pengamatan, simulasi, dan wawancara pada
setiap materi PKL yang meliputi aspek perencanaan, pembinaan hutan,
perlindungan hutan, konservasi sumberdaya hutan, pemanenan hasil hutan,
pengembangan masyarakat desa hutan, serta pengeloaan DAS.
6. Kedisiplinan, kreatifitas, dan produktifitas dalam bekerja menjadi hal yang
didapatkan ketika melakukan magang di PT. Roda Mas Timber Kalimantan,
sehingga menumbuhkan jiwa rimbawan.
7. Mahasiswa mendapatkan wawasan tentang dunia kerja di IUPHHK-HA
khususnya di PT. Roda Mas Timber Kalimantan.
101
5.2 Saran
1. Kegiatan PKL menjadi hal penting bagi perkembangan mahasiswa dalam
pengelolaan hutan, karena itu persiapan tentang pembekalan materi penting
dilaksanakan agar kegiatan mahasiswa dilapangan menjadi lebih optimal
dengan pembekalan mengenai ilmu-ilmu dasar kehutanan yang pasti akan
ditemui di suatu areal hutan atau IUPHHK-HA.
2. Tidak semua materi berjalan di suatu IUPHHK atau pada suatu pengelolaan
hutan, sehingga penilaian kinerja praktikan tidak dilihat dari kelengkapan
suatu materi.
3. Adanya keberlanjutan PKL di perusahaan yang sama untuk meningkatkan
pandangan terhadap IPB pada dunia kerja khususnya bidang kehutanan.
4. Diadakannya penelitian atau studi banding mengenai permasalahan yang
terjadi dalam suatu perusahaan hutan sehingga sebagai calon rimbawan dapat
memberikan kontribusi bagi perusahaan dan juga kemajuan pengusahaan
hutan.
102
DAFTAR PUSTAKA
PT. RODA MAS TIMBER KALIMANTAN. 2010. Rencana Kerja Inventarisasi
Hutan Menyeluruh Berkala Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Dalam Hutan Alam (IUPHHK-HA). Kabupaten Kutai Barat. Kalimantan
Timur.
. 2011. Laporan Hasil Cruising Rencana Kerja
Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam
Pada Hutan Produksi Tahun 2012. Kabupaten Kutai Barat. Kalimantan
Timur.
. 2012. Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam Pada Hutan Produksi Tahun
2013. Kabupaten Kutai Barat. Kalimantan Timur.
. 2011. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu Dalam Hutan Alam Pada Hutan Produksi Berbasis
Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) Periode 2011 s/d 2020.
Kabupaten Kutai Barat. Kalimantan Timur.
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kalender Musim Kampng Long Lunuk dan Long Lunuk Baru
No
1
Bulan
Kegiatan
Berladang dan adat
Buka lahan
Bakar ladang
Menugal/
tanam
padi
Merumput
Buat Hudoq
Main gasing
Perayaan natal dan
tahun baru
Laliq Ataq
Panen
Nebukoq
Masa paskah
Pesta anak dan
kawin adat
Kegiatan hari-hari
Kebun kakau, karet,
sayur-sayuran,
gaharu,
meranti,
dan
kayu
lain
seperti buah-buahan
Tebas
lahan/
persiapan lahan
Bakar lahan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sept
Okt
Nov
Des
Keterangan
Pasang
ajir/
membuat
lubang
tanam
Penanaman
Pemupukan
dan
perawatan
Panen kakau
Panen karet
Panen sayur
Panen buah
Ternak babi, anjing,
ayam
(unggas),
sapi, dan kolam
ikan
4
5
Berburu
Gotong royong
Pertemuan
kampung
Pertemuan
kelompok RT/ Tani
Sebelum menugal
Setelah menugal
Tergantung dari kesuburan dan kebersihan kebun
Setelah umur 3 tahun baru bisa panen setiap 3
hari sekali (tergantung besar kecil lahan)
Setiap hari tergantung cuaca setelah umur 7
tahun
Tergantung jenis bibit sayuran
Tergantung musim buah
Babi setiap hari memberi makan pagi dan sore,
ayam pagi dilepas sore dikurung, kolam ikan ada
tetapi kolamnya belum ada karena bibit sulit,
sapi pagi digembalakan sore dimasukkan
kandang dan diberi makan
Dilakukan 3 hari sekali
Dilakukan setiap hari kamis dan sabtu tergantung
program pembangunan di kampung
Setiap 3 bulan sekali kalau ada informasi baru
atau ada knjungan dari pemerintah
Pertemuan tergantung prgram maupun informasi
bisa berupa program kegiatan kampung maupun
pemerintah
Pada awal bulan