Anda di halaman 1dari 116

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG

DI IUPHHK-HA PT. RODA MAS TIMBER KALIMANTAN


KALIMANTAN TIMUR
( 2 Maret 27 April 2013)

Oleh :

MUHAMMAD ISMAIL
E14090108

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

iiiii

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karuniaNya penyusunan laporan kegiatan Praktek Kerja Lapang
(PKL) ini dapat diselesaikan dengan baik. PKL merupakan suatu rangkaian
kegiatan penerapan ilmu pengetahuan kehutanan secara langsung di lapangan,
dimana mahasiswa melaksanakan pengamatan, pengukuran, wawancara, dan
analisis dan merumuskan masalah di lapangan yang mencakup seluruh aspek
pengelolaan hutan, sehingga dapat memberikan gambaran bagaimana penerapan
di lapangan atas teori-teori yang dipelajari selama ini serta membekali mahasiswa
dengan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang cukup untuk dapat
menjawab tantangan masa depan kehutanan Indonesia. PKL ini dilaksanakan di
areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT.
Roda Mas Timber Kalimantan, Kalimantan Timur yang berada di wilayah
Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur dan
dilakukan selama 2 bulan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua dan adik terkasih atas doa, kasih sayang, dan motivasi yang diberikan
sehingga kegiatan PKL ini dapat terlaksana atas partisipasi dari banyak pihak.
Untuk itu penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:
1.

Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr selaku Dekan Fakultas
Kehutanan IPB yang telah memberi kesempatan melaksanakan Praktek Kerja
Lapang (PKL)

2.

Dr. Ir. Didik Suhardjito, MS selaku Ketua Bagian Manajemen Hutan


Fakultas Kehutanan IPB atas arahan dan bimbingannya

3.

Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS, Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc.F, dan Dr. Ir.
Muhdin, M.Sc.F.Trop selaku Koordinator Praktek Kerja Lapang 2012 Bagian
Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB atas arahan dan bimbingannya

4.

Dr. Nining Puspanigsih, Msi. Atas bimbingan dan arahannya

5.

Prof. Dr. Ir. Nengah Surati Jaya, MS atas bantuan dan bimbingannya

6.

Ir. I Wayan Sujana selaku Direktur Utama PT. Roda Mas Timber Kalimantan,
Kalimantan Timur

ii

7.

Ir. Bakhrizal Bakri, MS selaku Direktur Produksi PT. Roda Mas Timber
Kalimantan, Kalimantan Timur

8.

Ir. Suherianto selaku Camp Manager PT. Roda Mas Timber Kalimantan,
Kalimantan Timur

9.

Ir. Basuki Rachmat selaku Deputy Camp Manager PT. Roda Mas Timber
Kalimantan, Kalimantan Timur

10. Seluruh Kepala Bagian dan Kepala Seksi PT. Roda Mas Timber Kalimantan,
Kalimantan Timur yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu
11. Seluruh staf, karyawan PT. Roda Mas Timber Kalimantan, Kalimantan Timur
dan Keluarga Long Bagun yang membuat PKL ini menjadi lebih
menyenangkan
12. Teman satun tim PKL, Dewi Supriyo Putri, Riadi Antasa, Geanisa Vianda,
dan Ahadian Rakhmadi atas kerjasama dan dukungannya selama berada di
lokasi praktek
13. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu terselenggaranya kegiatan Praktek Kerja Lapang.
Penulis menyadari bahwa laporan kegiatan Praktek Kerja Lapang ini
masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu penulis sangat terbuka untuk kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Besar harapan penulis bahwa di
dalam segala kekurangannya, laporan kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dapat
memberikan kontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Camp Sei Boh, April 2013

Penulis

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.. i
DAFTAR ISI........................ iii
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I. PENDAHULUAN........................1
1.1. Latar Belakang...................... 1
1.2. Tujuan...................... 2
BAB II. KONDISI UMUM LOKASI PRAKTEK........................ 3
2.1. Letak Geografis dan Luas ................. 3
2.2. Topografi........................................3
2.3. Geologi dan Tanah ................ 3
2.4. Iklim.......................................................... ........... 4
2.5. Hidrologi................ 4
2.6. Fungsi Hutan.. 4
2.7. Kondisi Penutupan Lahan.. 5
2.8. Potensi Hutan. 5
2.9. Ketenagakerjaan. 5
2.10. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat. 5
2.11. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat... 7
2.11.1. Pendidikan..................................8
2.11.2. Kesehatan....... 8
BAB III. MATERI DAN METODE PRAKTEK.. 10
3.1

Materi Praktek 10

3.2

Metode Praktek.......................... 15

3.3

Waktu Pelaksanaan................ 16

iv

3.4

Lokasi Praktek 16

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................ 17


4.1

Perencanaan Hutan........................................................... ........... 17


4.1.1

Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala


(IHMB) 17
A. Ruang Lingkup Wilayah............................... 17
B. Penentuan Plot Contoh.......................... 17
C. Organisasi Pelaksana IHMB......................... 20
D. Pengkukuran Tegakan Hutan........................ 23
E. Etat Luas dan Etat Volume............................ 24

4.1.2

F. Pencatatan Informasi Umum dan Penyusunan


Dokumen Rencana IHMB .................................... 26
G. Penyusunan RKU dan RKT...... 27
Penataan Batas, Pengukuran Areal dan Berita Acara
Tata Batas 29

4.1.3

Penataan Areal Kerja, Penentuan Tata Ruang,


Penggunaan Lahan, Pembagian Blok, dan Petak
Tebang. 32

4.1.4

Inventarisasi
Tegakan
Sebelum
Penebangan
(ITSP)...................................... 36

4.1.5

Perhitungan Faktor Eksploitasi................................... 38

4.2. Pembinaan Hutan 42


4.2.1. Inventarisasi Tegakan Tinggal................ 42
4.2.2. Persemaian.............................. 44
4.2.3. Penanaman dan Pemeliharaan.................................... 46
4.3. Sosial, Ekonomi, Lingkungan, dan Budaya.................... 48
4.3.1.

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan


Rehabilitasi Lahan........................................... 48

4.3.2.

Perhitungan Laju Erosi dan Pengendaliannya sebagai


Langkah Rehabilitasi Lahan......... 49

4.3.3.

Perlindungan Hutan .......................... 52

4.3.4. Pengembangan Masyarakat Desa Hutan...... 56


A.Sebaran Lokasi Kampung Sekitar Areal Kerja...... 56
B.Jumlah Penduduk Kampung-Kampung di Sekitar
Areal IUPHHK PT RODA MAS UNIT II............. 57

C. Agama.....................................................................58
D. Aktivitas Perekonomian..58
E. Kalender Musim......................................................59
F. Kelola Sosial............................................................59
G. Konflik Sosial.........................................................61
H. Perspsi Masyarakat dan Dampak Sosial.................62
I. Perbaikan Pengelolaan Dampak Sosial....................64
4.3.5 Sosial dan Budaya...........................................................65
4.4. Produksi....................................................................................................68
4.4.1. Rencana dan Pelaksanaan PWH....................................68
A. Pertimbangan Mengenai Lokasi TPN,TPK,
Base Camp, Trase Jalan, Culvert dan
Jembatan.................................................................68
B. Rencana Jaringan Jalan Angkutan, Pembuatan Jalan
Angkutan dan Klasifikasi Jalan Angkutan71
C. Sistem Logging, Teknik RIL, dan Pemeliharaan
Jalan Angkutan......................................................74
4.4.2 Teknik Pemanenan Kayu...............................77
A. Teknik dan Produktivitas Penebangan....................77
B. Teknik dan Produktivitas Penyaradan.....................79
C. Scaling dan Grading................................................80
D. Teknik dan Produktivitas Muat Bongkar................82
E. Tenik dan Produktivitas Pengangkutan...................83
F. Kapasitas dan Kegiatan di TPn dan TPK................83
G.Teknik dan Produktivitas Perakitan Kayu dan
Kendala pada Perakitan Kayu..................................84
4.4.3 Manajemen Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu..................87
A. Pembuatan Jalan Sarad...........................................87
B. Kebutuhan Peralatan Logging; Alat Tebang; Alat
Sarad; Alat Muat Bongkar; Alat Angkut; Alat
Pembukaan Jalan...................................................88
C. Logistik dan Perawatan............................................90
D. Tata Usaha Kayu.....................................................93

vi

E. Sistem Pengupahan dan Sistem Pemasaran


Kayu.........................................................................96
F. Keselamatan dan Kesehatan Kerja...........................97
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN......100
5.1. Kesimpulan..100
5.2. Saran101
DAFTAR PUSTAKA.......102
LAMPIRAN.................103

vii

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di desa-desa sekitar areal kerja
PT. Roda Mas Timber Kalimantan Unit II..............................
6
Tabel 2 Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di desa-desa sekitar areal
Kerja PT. Roda Mas Timber Kalimantan Unit II............................
6
Tabel 3 Jumlah sekolah di kampung sampel sekitar areal PT. RMTK ...........

Tabel 4 Sarana dan tenaga kesehatan di kampung sekitar areal PT RMTK


Unit II........................................................................ 9
Tabel 5. Timber cruising petak 9 pada blok tebangan tahun 2013............................ 37
Tabel 6 Hasil perhitungan faktor eksploitasi........................................................

42

Tabel 7 Klasifikasi tingkat laju erosi Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi


Lahan........................................................................................................ 50
Tabel 8 Alat pemadam kebakaran PT.Roda Mas Timber Kalimantan...........
54
Tabel 9. Kemajuan regu satgas pemadam kebakaran hutan................................... 55
Tabel 10 Jumlah Penduduk Kampung-Kampung di Sekitar Areal IUPHHK PT
RODA MAS UNIT II............................................................................... 57
Tabel 11 Rencana pembuatan jalan IUPHHK PT. Roda Mas Timber Kalimatan
Unit I Periode Tahun 2011- 2020............................................................ 73
Tabel 12 Rencana pembuatan jalan IUPHHK PT. Roda Mas Timber Kalimatan
Unit II Periode Tahun 2011- 2020.......................................................... 73
Tabel 13 Realisasi PWH tahun 2012 berupa pembuatan jalan angkutan kayu s/d
Desember 2012 Unit II Sei Boh............................................................ 74
Tabel 14 TABEL ALSIN/ ALBERT LOGGING...................................................... 88

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
Gambar 9
Gambar 10
Gambar 11
Gambar 12
Gambar 13

Gambar 14
Gambar 15
Gambar 16
Gambar 17
Gambar 18

Gambar 19
Gambar 20

Gambar 21

Halaman
Contoh petak IHMB pada hutan Alam...............................................24
(a) RKUPHHK-HA Periode ..............
29
(b) RKTUPHHK_HA Periode....................................................... 29
Peta Penataan Batas Areal IUPHH............. 30
(a) Pal Batas Beton............................. 31
(b) Pal Batas Kayu......................................................................... 31
Papan pengumuman areal IUPHHK ...................................... 32
Peta rencana ITSP hasil kegiatan PAK.......................................... 35
Pembagian blok dan petak tebang di PT. Roda Mas...................... 35
(a) Tally sheet data pohon................... 36
(b) Tally sheet kondisi lapangan...................................................
36
Peta persebaran pohon yang ditebang dan tidak ditebang II.17........ 44
(a) Plang persemaian............................. 45
(b) Kebun pangkas......................................................................... 45
(a) Media persemaian.. 46
(b) Bedeng sapih......... 46
(a) Kegiatan penanaman..47
(b) Kegiatan pemeliharaan... 47
(a) Penandaan batas sempadan Sungai Iman blok RKT 2012 49
(b) Penandaan pohon-pohon sepanjang sempadan sungai............
49
(a) Alat pemadam kebakaran..
53
(b) Kegiatan pemadaman kebakaran dengan Dry Powder.....
53
(c) Kegiatan pemadaman dengan air.. 54
(d) Kegiatan penyedotan air dengan genset.. 54
(a) Plang lokasi embung air..
56
(b) Lokasi embung air...........
56
Batas kampung Long Tuyoq dan Batoq Kelo.........................
57
SDN Inpres Long Tuyoq............ 60
Transportasi hulu utama Sungai Mahakam......................................... 61
Deklarasi antara IUPHHK-HA PT. Roda Mas Timber Kalimantan dan
masyarakat
dengan
melibatkan
TNC
sebagai
pihak
ketiga..................................................................................... 62
Gereja kampung Long Lunuk ................... 64
(a) Lamin Adat di Kampung Datah Naha.. 66
(b) Tari Hudoq..........................................................................
66
(c) Pernikahan Adat........................ 66
(d) Tarian penyambut tamu kehormatan..
66
(a) Tugu peringatan kampung Long Pahangai..
67

ix

(b) Tugu peringatan hari kelahiran kampung Long Tuyoq.........


67
Gambar 22 Kesenian tradisional Dayak Bahau................. 67
Gambar 23 Upacara ritual adat blok RKT....
68
Gambar 24 Lokasi TPn petak II. 12 RKT 2012.... 70
Gambar 25 Peta rencana pembalakan petak II.12 blok RKT 2013... 75
Gambar 26 Parit di jalan utama PT. RMTK... 76
Gambar 27

Proses pengukuran dan bagian bontos kayu yang telah di scaling 81

Gambar 28
Gambar 29
Gambar 30

Kegiatan pemasangan paku S ... 83


(a) Pemindahan kayu ke air. 86
(b) Proses perakitan floater.........................................................
86
Warehouse PT RMTK.........................................
91

Gambar 31

SKSKB dan attachment nya berupa Daftar Kayu Bulat................. 95

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Kalender Musim.....................................................................................104
Lampiran 2 Jurnal Kegiatan.......................................................................................106

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah suatu kegiatan sekaligus sarana yang

dapat menunjang keterampilan dalam meningkatkan pengetahuan dan pengalaman


serta dapat mengasah kemampuan para rimbawan sehingga mampu bertindak
profesional ketika berada di lapangan. Praktek Kerja Lapang terdiri dari rangkaian
kegiatan penerapan ilmu pengetahuan kehutanan secara langsung di lapangan,
dimana mahasiswa melaksanakan pengamatan, pengukuran, wawancara, dan
analisis serta merumuskan masalah yang mencakup seluruh aspek pengelolaan
hutan.
Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) merupakan
pengusahaan hutan yang bergerak pada bidang kayu bulat dimana dalam
pengelolaannya mengutamakan aspek kelestarian dalam mencapai tujuan produksi
yang direncanakan. PT. RODA MAS TIMBER KALIMANTAN merupakan salah
satu IUPHHK-HA yang terletak pada jajaran HPH paling hulu Sungai Mahakam.
Lokasi berada di Sei Boh Kecamatan Long Bagun Kabupaten Kutai Barat
Provinsi Kalimantan Timur.

1.2.

Tujuan
Tujuan dari kegiatak Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah:

1. Sebagai wahana dalam penerapan teori-teori yang telah dipelajari selama


mengikuti perkuliahan serta membekali mahasiswa dengan pengetahuan serta
keterampilan teknis dalam pengelolaan hutan.
2. Memberikan kesempatan untuk melihat, mengamati, mengenali kegiatan dan
permasalahan pengelolaan hutan, serta belajar memecahkan masalah yang
dijumpai di lapangan secara ilmiah dan holistik.
3. Mampu mengenal dan memahami sistem dan unsur pengelolaan hutan secara
menyeluruh

yang

mencakup:

aspek

perencanaan,

pembinaan

hutan,

perlindungan hutan, konservasi sumberdaya hutan, pemanenan hasil hutan,


pengembangan masyarakat desa hutan, serta pengeloaan DAS dan rehabilitasi
lahan dan hutan.
4. Untuk menambah wawasan praktis pada Perusahaan Izin Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu Hutan Alam (IUPHHK HA) sehingga mahasiswa
mendapatkan gambaran realitas kerja yang sesungguhnya.
5. Meningkatkan kreativitas, kedisiplinan, dan produktivitas kerja dalam
lingkungan kehutanan dan kehidupan rimbawan.

BAB II
KEADAAN UMUM DAN LOKASI PRAKTEK

2.1. Letak dan Luas


Secara administratif areal kerja IUPHHK PT. Roda Mas Timber
Kalimantan berada di dalam wilayah administratif Kabupaten Kutai Barat. Pada
areal unit II terletak pada 114o245 115o35BT dan 0o41 1o410 LS dengan
luasan areal 69.620 Ha di Kecamatan Long Bagun & Long Pahangai serta secara
Administrasi Kehutanan unit II berada pada BKPH Long Bagun KPH Mahakam
Ulu Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Barat. Adapun batas-batas areal IUPHHK
PT. Roda Mas Timber Unit II berdasarkan laporan akhir IHMB tahun 2011-2020
adalah :
a. Sebelah Utara

: IUPHHK HA PT. Kemakmuran Berkah Timber dan

areal KBNK
b. Sebelah Timur

: Areal KBNK dan areal non IUPHHK

c. Sebelah Selatan

: Eks IUPHHK PT. Surapati Perkasa Corp., Areal Non

IUPHHK dan Areal KBNK


d. Sebelah Barat

: Eks IUPHHK PT. Surapati Perkasa Corp; dan Areal

Non IUPHHK
2.2. Topografi
Hasil analisis kelas lereng berdasarkan peta garis bentuk dari potret udara
skala 1: 25.000 dan peta rupa bumi skal 1 : 250.000, menunjukkan bahwa areal
unit II didominasi kelas lereng curam (28,49%).
2.3. Geologi dan Tanah
Berdasarkan Peta Geologi Bersistem Lembar Muarawahau (Pusat
Pengembangan Geologi dan Sumberdaya Mineral, Bandung), skala 1:250.000,
areal IUPHHK PT. Roda Mas Unit I sebagian besar (88,18%) termasuk ke dalam
formasi palau balang (To.5) yang tersusun atas batu lumpur, batu pasir, batu
lanau, sedimen karbonan, dan batubara. Sedangkan sebagian kecil sisanya
merupakan formasi palau balang dan formasi Balikpapan formasi. Formasi To.5

merupakan endapan permukaan yang terdiri dari batu lumpur, batu pasir, batu
lanau, sedimen karbonan dan batu bara. Pada formasi ini diprediksi mengandung
deposit batu bara yang cukup besar karena terbentuk pada masa Miosen Bawah
(old miosen), sedangkan susunan formasi geologi tersebut mengalami pelipatan
pada arah sumbu barat daya ke arah timur laut. Dan secara keseluruhan formasi
geologi di areal unit I tergolong ke dalam formasi endapan permukaan. Pada areal
kerja Unit II terdapat formasi batu kelau, batu pasir haloq, batuan gunung api
nyaan, perangkat batuan terobosan sintang, komplek mafik serta endapan alluvial.
Adapun sebagian besar areal kerja Unit II tersusun atas kelompok Batuan
Embalun yang merupakan formasi konglomerat dengan fragmen utamanya batu
silikan perselingan batu lumpur dan batu lanau termalihkan yang bersisipan
dengan batu gamping kristalin serta batu pasir kwarsa yang sebagian termalihkan.
Adapun jenis tanahnya didominasi oleh tanah Hapluduts dan Dystrudepts.
2.4. Iklim
Gambaran mengenai iklim di daerah studi terwakili oleh stasiun
klimatologi terdekat yaitu stasiun klimatologi Melak. Berdasarkan data curah
hujan selama sepuluh tahun terakhir pada areal kerja IUPHHK PT Roda Mas
Timber Kalimantan termasuk tipe iklim A (schmidt & Ferguson). Curah hujan
rata-rata 2.338,5 mm/tahun dan hari hujan rata-rata 182 hari/tahun. Curah hujan
tinggi terjadi antara bulan Desember hingga Mei dan curah hujan rendah terjadi
antara bulan Juli hingga November.
2.5. Hidrologi
Secara hidrologis areal kerja PT. Roda Mas Timber Kalimantan Unit II
terletak di sub-sub DAS Benaan, sub-sub DAS Pahangai, sub DAS Boh, dan
beberapa Sub DAS yang lain. Sub-sub DAS ini selanjutnya akan mengalir pada
DAS Mahakam.
2.6. Fungsi Hutan
Berdasarkan deliniasi Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan
Provinsi Kalimantan Timur skala 1 : 250.000, areal kerja IUPHHK-HA PT. Roda
Mas Timber Kalimantan terdiri dari Hutan Produksi (HP) dan Hutan Produksi
Terbatas (HPT).

2.7. Kondisi Penutupan Lahan


Areal IUPHHK-HA PT Roda Mas Timber Kalimantan termasuk tipe hutan
tropika basah yang didominasi jenis-jenis Dipterocarpaceae seperti meranti merah,
meranti putih, meranti kuning, keruing, bangkirai dan lain-lain.
2.8. Potensi Hutan
Keadaan mengenai potensi tegakan pada areal PT. Roda Mas Timber
Kalimantan berdasarkan hasil Inventarisasi Hutan Menyeluruh secara Berkala
(IHMB) yang dilaksanakan pada bulan Juni 2009 mengacu pada Permenhut
P.34/Menhut-II/2007 tanggal 24 Agustus 2007. Pada areal kerja unit II didomiasi
oleh pohon dengan jenis Dipterocarpaceae.
2.9. Ketenagakerjaan
Jumlah tenaga kerja (SDM) PT. RMTK pada tahun 2011 adalah 176
orang. Berdasarkan kualifikasi pendidikan/ keahlian terdiri dari Tenaga Kerja
Teknis Kehutanan Indonesia (TTKI) sebanyak 41 orang dan non-TTKI sebanyak
131 orang. Namun berdasarkan laporan mutasi kerja di PT. RMTK (Base Camp
Sei Boh) periode bulan Agustus 2012 (penilikan terakhir), mencatat jumlah tenaga
kerja secara keseluruhan sebanyak 201 orang yang terdiri dari karyawan bulanan
sebanyak 107 orang, harian tetap sebanyak 2 orang, harian lepas sebanyak 3
orang, tenaga borongan 63 orang dan tenaga perakitan sebanyak 26 orang.
Dari 88 orang karyawan bulanan, yang termasuk tenaga teknis di lapangan
sebanyak 30 orang yang ditugaskan dan mengemban tanggungjawab sebagai
pelaksana teknis di lapangan baik tenaga teknis timber cruising, perencanaan
hutan, pembukaan wilayah hutan, pemanenan hutan, pembinaan hutan, kelola
lingkungan, kelola sosial, dan pengujian kayu bulat. Karyawan yang pernah
mengikuti pendidikan dan pelatihan pada bidang keahlian tertentu sebanyak 21
orang.
2.10. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Kondisi sosial ekonomi dari areal sekitar PT. Roda Mas Timber
Kalimantan dipengaruhi oleh jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin,
pembagian kerja, dan mata pencaharian masyarakat yang berada pada areal
tersebut. Tabel 1 dan Tabel 2 merupakan daftar jumlah penduduk berdasarkan

jenis kelamin dan mata pencahariannya di areal PT. Roda Mas Timber
Kalimantan.
Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di desa-desa sekitar areal
kerja PT. Roda Mas Timber Kalimantan Unit II
Jumlah penduduk

Rasio Jenis

Desa
Laki-laki

Perempuan

Jumlah

Kelamin

Kec. Long Pahangai


1.

Long Tuyoq

247

256

503

96

2.

Pahangai Satu

400

368

768

108

3.

Pahangai Dua

114

98

212

116

4.

Long Isun

209

171

386

122

5.

Liu Mulang

79

78

159

101

6.

Datah Naha

128

91

219

140

7.

Lirung Ubin

100

84

184

119

8.

Naha Aruq

114

105

219

108

9.

Long Lunuk

182

149

331

122

219

195

414

112

1.792

1.595

295

261

556

113

2.087

1.856

3.951

10.Long Lunuk Baru


JUMLAH
Kec. Long Bagun
1.

Batoq Kelo

TOTAL

Sumber : (1) Kecamatan Dalam Angka 2008 dan 2009

Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di desa-desa sekitar


areal kerja PT. Roda Mas Timber Kalimantan Unit II
Desa

Petani

Nelayan

PNS

Pedagang

Lain2

Kec. Long Pahangai


1.

Long Tuyoq

90

2.

Pahangai Satu

214

3.

Pahangai Dua

42

14

4.

Long Isun

82

5.

Liu Mulang

40

26

22

Desa

Petani

Nelayan

PNS

Pedagang

8.

Naha Aruq

51

9.

Long Lunuk

192

10.

Long Lunuk Baru

100

Lain2

Kec. Long Bagun


1.

Batoq Kelo

120

Sumber : Kecamatan Dalam Angka 2008 dan 2009 (diolah) * Buruh, Jasa, Pemilik
Sarang Walet

2.11. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat


Penduduk di kampung-kampung sekitar areal IUPHHK PT. RMTK Unit II
sebagian besar adalah penduduk etnis Dayak Bahau dan Busang. Selain itu
terdapat sebagian kecil etnis penduduk asli, antara lain Kayan Penihing, serta etnis
dari daerah Kalimantan Tengah, yakni Bakumpai dan Od Danum. Etnis Bakumpai
merupakan etnis dominan di Kampung Long Pahangai II sedangkan Od Danum
yang cukup banyak di kampung Batoq Kelo.
Agama sebagian besar penduduk di desa-desa sampel sekitar areal
IUPHHK-HA PT. RMTK yang dihuni oleh penduduk asli adalah Katolik dan
sebagian beragama Kristen Protestan dan Islam. Agama Islam banyak dianut oleh
penduduk pendatang dari Jawa dan Sulawesi. Setiap desa rata-rata memiliki
gereja/ tempat ibadah 1 buah.
Namun demikian kebanyakan penduduk asli juga masih menganut paham
animisme dengan mempercayai adanya tempat-tempat keramat yang ada di hutan
seperti pohon besar, danau, gua-gua, dan lain-lain. Demikian juga adanya
larangan tertentu dalam berburu dengan menggunakan senapan, racun, maupun
bahan peledak yang diyakini akan membawa bencana terhadap daerah tertentu.
Upacara-upacara adat juga masih dilakukan oleh masyarakat setempat seperti
upacar perkawinan, pelepasan tanah adat, pelepasan hutan, kematian, dan
kelahiran.

2.11.1. Pendidikan
Penyedia sarana pendidikan berupa tenaga guru dan jumlah sekolah yang
memadai merupakan hal yang penting yang harus tersedia dalam rangka
peningkatan partisipasi penduduk usia sekolah terhadap pendidikan. Adapun
jumlah sekolah di daerah sekitar areal kerja IUPHHK-HA PT. RMTK dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Jumlah sekolah di kampung sampel sekitar areal PT. RMTK
No Kampung

TK

SD

SMP

SMA

Unit II
1

Batoq Kelo

Long Pahangai I

Long Pahangai II

Long Tuyoq

Liu Mulang

Jumlah

2.11.2. Kesehatan
Di kampung-kampung sekitar areal kerja IUPPHK PT. RMTK telah
tersedia beberapa sarana dan tenaga kesehatan yang disediakan oleh pemerintah,
seperti puskesmas/ puskesmas pembantu, dokter, bidan/ mantri/ perawat terdapat
pada sebagian kampung dan sebagian yang lain belu ada. Masyarakat di
kampung-kampung yang belum ada petugas kesehatan, atau sudah ada petugas
tetapi tidak ada di tempat, apabila hendak berobat, mereka biasanya ke Puskesmas
Kecamatan. Berikut merupakan sarana dan tenaga kesehatan di kampung sekitar
areal PT. Roda Mas Timber Kalimantan.

Tabel 4. Sarana dan tenaga kesehatan di kampung sekitar areal PT. RMTK Unit II
No

Kampung

Puskesmas

Polindes

Dokter

Bidan

Posyandu

Dukun
Bayi

Batoq Kelo

Liu Mulang

-*

Long Tuyoq

1**

Long

1*

Pahangai I
5

Long
Pahangai II

Sumber: Wawancara petinggi/ aparat kampung


Keterangan: *) Mantri melayani dua kampung, Long Tuyoq dan Liu Mulang
**) Puskesmas dan tenaga medis melayani Long Pahangai I, II, dan kampung lain di
Kec. Long Pahangai sebulan sekali tenaga medis melakukan pengunjungan ke
kampung-kampung

10

BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTEK

3.1. Materi Praktek


Adapun materi praktek kerja lapang ini meliputi tujuh aspek, yaitu :
1. Perencanaan hutan
2. Pembinaan hutan
3. Perlindungan hutan
4. Pembangunan masyarakat desa hutan (PMDH)
5. Pengelolaan DAS dan rehabilitasi lahan dan hutan
6. Pemanenan hasil hutan kayu
7. Konservasi sumber daya hutan
Perencanaan Hutan
Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada materi perencanaan hutan
yaitu :
1. Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB)
2. Penyusunan Rencana Kerja Umum (RKU) dan Rencana Karya
Tahunan (RKT).
3. Penataan batas, pengukuran areal dan pembuatan berita acara tata
batas.
4. Penataan areal dalam rangka penentuan tata ruang dan penggunaan lahan,
pengaturan pembagian blok dan petak tebang.
5. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)
Pencatatan dan pengukuran pohon dalam areal blok kerja tahunan untuk
mengetahui :
a) Jumlah pohon inti dan pohon yang dilindungi.
b) Jumlah dan volume pohon yang akan ditebang.
c) Pembuatan peta pohon.
d) Pencatatan data lapangan lainnya, antara lain: tanda-tanda alam
(sungai, jurang, dll), kelerengan, altitude.
e) Pembuatan peta topografi dan trase jalan.

11

Pembinaan Hutan
1. Perapihan dan pembebasan
a) Membebaskan

permudaan

spesies

komersial

dari

tumbuhan

pengganggu.
b) Membebaskan pohon inti.
2. Inventarisasi tegakan tinggal
a) Inventarisasi pohon inti dan pohon penghasil benih
b) Inventarisasi permudaan tingkat tiang dan pancang
3. Pengadaan bibit
a) Penyiapan tempat pembibitan serta pengadaan sarana dan prasarana
b) Pembuatan dan pemeliharaan bibit
c) Inventarisasi tegakan benih
4. Penanaman/ perkayaan
a) Penyiapan lapangan serta pengadaan sarana dan prasarana
b) Pelaksanaan penanaman/perkayaan
5. Pemeliharaan Tahap Pertama
a) Tanaman baru

: penyiangan dan pendangiran, penyulaman,

pengendalian hama dan penyakit, pemupukan


b) Pohon inti

pembebasan

tanaman

memotong liana yang membelit pohon inti


6. Pemeliharaan lanjutan
a) Pembebasan lanjutan
b) Penjarangan
Perlindungan Hutan
Kegiatan perlindungan hutan alam mencakup:
1. Pengendalian hama dan penyakit
2. Pengendalian kebakaran
3. Pengendalian perladangan berpindah
4. Pencegahan perambahan hutan
5. Pencegahan penggembalaan
6. Pencegahan pencurian kayu

penganggu

dengan

12

Pemanenan Hasil Hutan


1. Rencana dan pelaksanaan PWH
a) Pertimbangan dan penentuan rencana lokasi/letak : petak tebang, TPN,
TPK, log pond, basecamp, tujuan akhir (pabrik pengolahan kayu),
jembatan, dan gorong-gorong
b) Rencana jaringan jalan angkutan
c) Klasifikasi jalan angkutan
d) Rencana sistem logging (pertimbangan pemilihan sistem)
e) Pembuatan jalan angkutan (teknik dan tahapan pembuatan, komponen
biaya)
f) Pemeliharaan jalan angkutan
g) Teknik Reduce Impact Logging
2. Teknik pemanenan kayu
a) Teknik dan produktivitas penebangan
b) Teknik pembagian batang
c) Bucking policy
d) Teknik dan produktivitas penyaradan
e) Teknik dan produktivitas muat bongkar
f) Teknik dan produktivitas pengangkutan
g) Kapasitas dan kegiatan di TPN, TPK
h) Scaling dan Grading
i) Perakitan dan pengangkutan lewat sungai (ponton), teknik,
produktivitas dan kendala
j) Pengawetan kayu (bila ada)
3. Manajeman pemanfaatan hasil hutan kayu
a) Pembuatan jalan sarad (peta dan lapangan)
b) Kebutuhan (jumlah, jenis) peralatan logging, alat tebang, alat sarad,
alat muat bongkar, alat angkut, alat pembuatan jalan
c) Pemeliharaan, perbaikan peralatan logging serta pengelolaan suku
cadang
d) Tata usaha kayu (penandaan fisik, administrasi/blanko, peraturan tata
usaha kayu)

13

e) Organisasi dan tenaga kerja


f) Sistem pengupahan
g) Biaya produksi (Rp/m3 kayu yang dikeluarkan)
h) Sistem pemasaran kayu
i) Organisasi dan tupoksi K3, mekanisme penanggulangan kecelakaan
kerja
j) Potensi bahaya/resiko kecelakaan kerja
k) Pengadaan dan penggunaan alat pelindung diri
l) Statistik kecelakaan kerja
m) Perhitungan biaya kecelakaan kerja
4. Pemanenan Hasil Butan Bukan Kayu (HHBK)
a) Identifikasi jenis HHBK
b) Potensi HHBK (volume/ha)
c) Teknik

pemanenan

HHBK

(alat,

produktivitas,

periode

pemanenan)
d) Biaya produksi HHBK, termasuk upah dan tenaga kerja HHBK
e) Penanganan pasca panen (pengangkutan, pengumpulan) pemasaran
HHBK
Pengembangan Masyarakat Desa Hutan (PMDH)
1. Kondisi potensi dan masalah sosial ekonomi masyarakat dan bentuk
interaksi masyarakat lokal dengan sumberdaya serta pemanfaatan HHBK
oleh masyarakat.
2. Identifikasi kebijakan resolusi konflik dan pemberdayaan masyarakat oleh
pemerintah daerah dan IUPHHK/HPH (struktur organisasi, anggaran,
program).
3. Persepsi dan harapan pemerintahan desa tentang IUPHHK dan program
kehutanan yang ada di IUPHHK/HPH.
4. Kelembagaan kelompok tani (permasalahan, organisasi dan aturan main
kelompok tani, upaya penguatan kelembagaan kelompok tani).

14

Pengelolaan DAS dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan


1. Mengamati lahan kritis
2. Memahami konsep rehabilitasi hutan dan lahan (RHL)
3. Menganalisis aspek-aspek Konservasi Tanah dan Air (KTA)
4. Memahami dinamika sosial masyarakat tentang lahan
5. Mengamati problema sosial yang terkait dengan DAS
6. Mengetahui pemantauan DAS
Konservasi Sumberdaya Hutan
1.

Inventarisasi jenis-jenis kawasan lindung yang ada di tempat praktek, baik


kawasan lindung yang berfungsi melindungi sumber alam (hutan lindung,
hutan suaka alam, taman nasional hutan wisata, taman hutan raya, sempadan
sungai, sempadan pantai, kawasan konservasi plasma nutfah (KKPN),
kawasan sekitar mata air, kawasan resapan air) maupun kawasan lindung
yang

berfungsi

melindungi

sumberdaya

buatan

(kawasan

sekitar

danau/waduk)
2.

Mengenal dan mencatat ciri-ciri dari masing-masing jenis kawasan lindung


yang tersebut pada butir 1, seperti letak berdasarkan: ketinggian tempat, luas,
obyek utama (ekosistem, spesies) yang dilindungi

3.

Inventarisasi keanekaragaman hayati (flora dan fauna) kantong konservasi


plasma nutfah

4.

Mengetahui dan mencatat upaya-upaya pengelolaan jenis-jenis kawasan


lindung pada butir 1, meliputi:
a. Upaya-upaya penetapan (peraturan atau keputusan tentang kepastian status
hokum dari pemerintah pusat, Pemda Tk.I, Pemda Tk.II beserta peta dan
skala peta yang memuatnya
b. Upaya-upaya pelestarian (tata batas, berbagai upaya pemerintahan dalam
menyadarkan masyarakat akan tanggung jawabnya dalam pengelolaan
kawasan lindung)
c. Upaya-upaya pengendalian pemanfaatan ( jenis kegiatan pemanfaatan
yang saat ini berlangsung di dalam kawasan lindung, baik yang
diperkenankan maupun yang dilarang, materiil maupun non materiil).

15

5.

Upaya-upaya pelestarian spesies tumbuhan langka atau dilindungi yang


terdapat di petak tebang sesuai dengan hasil ITSP

6.

Mengenal dan mencatat spesies tumbuhan langka atau dilindungi yang


terdapat ditempat praktek, serta upaya-upaya pelestarian yang telah dilakukan

7.

Mengenal dan mencatat jenis-jenis dampak lingkungan kegiatan-kegiatan


kehutanan (erosi, hilangnya plasma nutfah, sosial maupun ekonomi, limbah,
bahan pencemar) serta bebagai kegiatan pengelolaan lingkungan yang telah
dilaksanakan dalam kegiatan-kegiatan kehutanan (penanaman, eksploitasi,
dan industri).

3.2. Metode Praktek


Sesuai dengan tujuan dari Praktek Kerja Lapang (PKL), maka pelaksanaan
PKL dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Peserta praktek memilih dan menentukan lokasi praktek dengan terlebih
dahulu mendiskusikannya dengan dosen pembimbing skripsi dan komisi
praktek lapang Divisi Manajemen Hutan (DMNH). Satu kelompok peserta
praktek minimal berjumlah 2 (dua) orang
2. Membahas dan mendiskusikan materi dan penjadwalan praktek lapang
bersama dengan pihak pengelola lokasi praktek
3. Kelompok praktikan menyusun Proposal Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang
disesuaikan dengan lokasi praktek dan panduan PKL. Proposal minimal
berisikan: Pendahuluan, maksud dan tujuan, materi praktek, penjadwalan
PKL, rencana biaya dan biodata peserta praktek
4. Peserta praktek melakukan pengamatan, identifikasi kegiatan, melakukan
kerja, pengukuran atau pendataan menurut aspek materi praktek di lapangan
5. Peserta praktek menggali informasi dan mendiskusikan aspek materi yang ada
di lapangan tentang latar belakang suatu kegiatan, kegunaannya, prosedur /
metode pelaksanaan, bahan dan alat, prestasi kerja, tata waktu, sistem
administrasi (dari perencanaan sampai pelaporan / monitoring dan evaluasi),
permasalahan atau kendala pelaksanaan dengan para pelaksana lapangan

16

6. Peserta praktek mengolah data dan informasi yang diperoleh, menganalisis


termasuk mengkaji permasalahan yang dihadapi pengelola lapangan, membuat
usulan atau mengajukan gagasan pemecahan masalah pengelolaan tersebut.

3.3. Waktu Pelaksanaan


Kegiatan Prakterk Kerja Lapang ini dilaksanakan pada gelombang I
selama 2 (dua) bulan yaitu pada bulan Maret s/d Mei 2013.
3.4. Lokasi Praktek
Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu pada Hutan Alam (IUPHHK HA) PT. RODA MAS TIMBER
KALIMANTAN Unit II, Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Kutai Barat,
Kalimantan Timur.

17

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perencanaan Hutan


Perencanaan hutan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh divisi
perencaanaan yang bertanggung jawab dalam melaksanakan IHMB, penyusunan
RKU

dan

RKT,

Penataan

Batas,

Penataan

Areal

Kerja,

ITSP

dan

Planning/penyusunan masterplan kegiatan produksi. Bagian perencanaan di


kepalai oleh asisten manajer perusahaan yang bertanggung jawab langsung ke
deputi manajer camp.
4.1.1

Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB)

A. Ruang Lingkup Wilayah


Pengaturan tata cara Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB)
dalam seluruh areal kerja IUPHHK-HA PT. Roda Mas Timber Kalimantan seluas
110.030 Ha, yang meliputi:
a. Areal blok A (Unit I), yaitu seluas 40.290 Ha (Keputusan Menteri Kehutanan
No. 96/ KPTS/-II/ 2000 Tanggal 22 Desember 2000)
b. Areal blok B (Unit II), yaitu seluas 26.180 Ha (Keputusan Menteri
Kehutanan No. 96/ KPTS/-II/ 2000 Tanggal 22 Desember 2000)
c. Areal blok C (Unit II), yaitu seluas 17.970 Ha (Keputusan Menteri
Kehutanan No. 96/ KPTS/-II/ 2000 Tanggal 22 Desember 2000)
d. Areal blok D (Unit II), yaitu seluas 15.080 Ha (Keputusan Menteri
Kehutanan No. 96/ KPTS/-II/ 2000 Tanggal 22 Desember 2000)
e. Areal perluasan pada Blok D (Unit II), yaitu seluas 10.100 Ha (Surat
Direktur Jenderal Planolog Kehutanan No. S. 449/ VII-WP3H/ 2010 tanggal 6
Juli 2010)

B. Penentuan Plot Contoh


Penetuan plot contoh dengan keragaman volume 65%. Luas areal berhutan
yakni 95.745,00 Ha, maka berdasarkan jarak antar plot (1000 m) dan jarak
antar jalur (1000 m), jumlah plot contoh sebanyak 988 plot. Jalur dibuat arah U-S,
jarak antar jalur 1 km (1000 m), dan jumlah jalur sebanyak 11 jalur.

18

Jumlah plot contoh yang diperlukan pada setiap luasan antara 10.000
sampai dengan 100.000 Ha sesuai dengan rumus (Modul Teori Perencanaan
Bagan Sampling IHMB Berbasis Informasi Geografis oleh Prof. Dr. Ir. Nengah
Surati Jaya, M. Agr):
n L = Luas efektif 10.000 x /(1000-200)+200
100.000-10.000
Sehingga jumlah Plot Contoh pada IUPHHK-HA PT Roda Mas Timber
Kalimantan :
N L = 75.190-10.000 x 800 + 200
90.000
= 779, 46
Jumlah plot tersebut kemudian dibulatkan menjadi 780 plot contoh.
Untuk jarak antar plot diperoleh yaitu 1.000 Km, dengan perhitungan
sebagai berikut :
JAP = Luas Areal Efektif (m2) x 10.000
Jumlah plot sampel

1000

JAP = 75.190 m2 x 10.000


780

1000

JAP = 963,97 m
JAP = 1.000 m ( dibulatkan)
Dari perhitungan tersebut diperoleh jumlah plot contoh minimal yang akan
dibuat sebanyak 780 buah dengan jarak antar plot 1.000 m dan jarak antar jalur
yaitu 1.000 m. Berdasarkan hasil deliniasi pada tutupan vegetasi lahan pada unit I
dan Unit II diperoleh luas berhutan yaitu 95.745 Ha, maka pada pembuatan desain
plot contoh di Peta Areal Kerja IUPHHK-HA PT. Roda Mas Timber Kalimantan
di kedua Unit pengelolaan jarak antar plot dan jarak antar jalur diperoleh
sebanyak 988 plot contoh yang dibuat, dan sudah termasuk areal perluasan,
dengan rata-rata luas petak 100 Ha.
Pembuatan plot contoh di lapangan dilakukan berdasarkan rencana
penempatan plot contoh pada peta. Dalam pembuatan bagan sampling di peta
pada kawasan IUPHHK-HA PT. Roda Mas Timber Kalimantan, maka dilakukan
beberapa tahap yaitu deliniasi

19

Adapun pemindahan plot ukur hanya dilakukan bila:


1) Plot terpotong oleh sungai besar (lebar lebih atau sama dengan 3 meter), jalan
utama atau TPn
2) Sub-plot tingkat pohon kecil (20 m x 20 m), sub-plot tingat tiang (10 m x 10
m)
3) Atau sub-plot tingkat pancang terpotong oleh sungai dengan lebar lebih dari 1
meter dan kurang 3 meter atau jalan cabang
4) Sub-plot tingkat pancang (ligkaran, r= 2,82 m) terpotong oleh sungai atau jalan
Sementara itu, kaidah-kaidah pemindahan plot contoh dilakukan dengan:
1) Membagi plot ke dalam dua jalur yang berdekatan/ berhimpitan
2) Merubah posisi plot dengan memajukan atau memundurkan plot dengan tetap
berada pada jalur
3) Bila sub-plot tingkat pancang (sub-plot lingkaran) terpotong oleh sungai kecil
1 meter, pemindahan plot dilakukan hanya terhadap sub-tingkat pancang saja
Pemberian nomor plot contoh (ID Plot)
Untuk pemberian ID maka gabungan No. Jalur (Utara-Selatan) dan No.
Baris (Timur-Barat), dengan tahapan sebagai berikut :
a. Pembuatan nomor jalur dari mulai 1, 2, 3 ... dan seterusnya sampai N jumlah
jalur (No dari Barat ke Timur)
b. Menambahkan nomor tersebut dangan angka 1000 kemudian diperoleh No :
1 + 1000 = 1001, 2 + 1000= 1002 ...
c. Membuat nomor baris petak (Timur Barat), mulai dari nomor 1 di selatan
areal sampai dengan M di utara areal. Selanjutnya nomor ID Plot diperoleh
sebagai berikut :
ID_Plot = ID_Jalur x 1000 + No Baris Petak
d. Pada ID_Plot terdiri terdiri dari 7 digit, kemudian angka 1 pada digit pertama
diganti dengan Kode Blok, hal ini mengingat pada areal PT. Roda Mas Timber
Kalimantan terdiri dari 4 Blok, yaitu Blok A, Blok B, Blok C, dan Blok D
e. Selain itu untuk penomoran pohon, maka dilakukan sebagai berikut :
ID_ Pohon = ID _Plot x 100 + Nomor Pohon Dalam Plot

20

Pemberian atribut plot contoh


Pada setiap titik pusat plot ditambahkan informasi (atribut) Informasi yang
terdiri nomor petak (compartment), koordinat titik pusat plot contoh (UTM), tipe
vegetasi, slope, elevasi, kondisi tapak, dan tahun tebang (menurut RKU).

Pembuatan titik ikat


Pada pemasangan titik ikat pada areal IUPHHK-HA PT. Roda Mas
Timber Kalimantan dalam pelaksanaannya terbagi menjadi 16 lokasi kerja. Tiap
lokasi kerja tersebut dikerjakan oleh 1 regu kerja, dimana terdapat 1 titik ikat
menuju tiap lokasi kerja. Sehingga terdapat 16 titik ikat yang akan dipasang di 16
lokasi kerja. Penandaan titik ikat tersebut dilakukan dengan pemasangan patok
berupa pipa paralon 4 inchi sepanjang 2 meter yang diisi semen, dimana diberi
gundukan tanah pada pangkalnya.

C. Organisasi Pelaksana IHMB


Organisasi pelaksanaan Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB)
sangat diperlukan dalam memberikan kejelasan teknis kerja di lapangan
berdasarkan apa yang harus dikerjakan, Pelaksanaan kegiatan IHMB di areal
IUPHHK-HA PT. Roda Mas Timber Kalimantan dipimpin oleh seorang ketua tim
pelaksana dan staf tim pelaksana harus mengikuti Pendidikan dan Latihan IHMB
dari Kementrian Kehutanan, Pelatihan, dan Penyegaran Teknis IHMB yang
diselenggarakan oleh internal perusahaan begitu pula dengan Pelatihan
penyeragaman jenis pohon.
Pelaksana kegiatan IHMB IUPHHK-HA PT. Roda Mas Timber
Kalimantan yang akan dilaksanakan dengan struktur organisasi sebagai berikut:
Pelindung/ Pembina Utama : Ir. Bambang Poerwanto
Direktur utama
Pembina/ Pengarah Teknis

: DR. Ir. Fadjar Pambudhi

Penanggung Jawab Umum

: Ir. I Wayan Sujana


Direktur Produksi

21

Penanggung Jawab Pelaksana : Ir. Suherianto


Camp Manager

Bendahara

: Dennis W.
Selamet

Kesekretariatan

: Iche Naltamura
Mirna Is
Sriawan
Suharmadi

Seksi-seksi

1. Rencana dan Data

: Ir. Sudarto Urip Jarkasih


Muhammad Faisal S. Hut
(No. Reg. 00303/ CANHUT/ XX-13/ 2009)

2. Pelaksana Lapang

: Seprinda Yulianto S. Hut


(No. Reg. 00303/ CANHUT/ XX-13/ 2009)
Ir. Basuki Rahmat
Dedy Irawan S. Hut
(No. Reg. 00303/ CANHUT/ XX-13/ 2009)
Riyantono

3. Pemetaan

: Rahmat Setiawan
Sujoko S. Hut

4. Logistik

: Dwi Wahono
Helmy

5. Transportasi

: Krisdiandi
Simon

Untuk kegiatan teknis di lapangan maka seksi pelaksana lapangan


dijabarkan lagi sebagai berikut :
1. Penanggung Jawab Pelaksana

: Ir. Suherianto (Manajer Camp)

2. Ketua Tim Pelaksana

: Muhammad Faisal S. Hut.

3. Anggota

: Ir Basuki Rahmat
Dedy Irawan S.Hut

22

4. Surveyor Perencanaan

: Sergius Salu
Epipanus Luhat
Catur Surya Widjaya
Melky
Arsani
M. Abdul Muksi
Anang

Dalam Pelaksanaan kegiatan IHMB ini digunakan 16 regu yang terdiri


dari:
1) 4 regu di Blok A (Unit I)
2) 4 regu di Blok B ( Unit II)
3) 2 regu di Blok C (Unit II)
4) 2 regu di Blok D (Unit II)
5) 4 regu di Areal Perluasan (Unit II)
Tiap regu terdiri dari 8 orang dimana anggota regu kerja lainnya berasal
dari karyawan PT. Roda Mas Timber Kalimantan sebagai Anggota Regu Kerja
dan Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman
sebagai Kepala Regu Kerja, dengan total 128 orang. Dalam persiapan pelaksanaan
kegiatan IHMB, seluruh anggota regu kerja diberi bimbingan teknis yang berupa :
1. Ikut serta dalam mengikuti DIKLAT IHMB yang diselenggarakan oleh
Departemen Kehutanan RI dan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI)
pada tanggal 14-19 September 2008 di Samarinda
2. Pelatihan penyegaran mengenai teknis di lapangan oleh Bapak Dr. Ir. Fadjar
Pambudi selaku Pembimbing Teknis
3. Pelatihan pengenalan dan penyeragaman persepsi mengenai jenis-jenis pohon
yang terdapat di lapangan (Februari 2009)
Untuk Regu IHMB yang terdiri dari 8 orang dengan rincian :
1. Ketua Regu (Surveyor)
2. 2 orang perintisan jalur
3. 2 orang pengenalan jenis dan pengukuran pohon
4. 2 orang pembuat plot
5. 1 orang tukang masak

23

Untuk pembuatan alat bantu survei seperti kurva tinggi, tabel volume total,
dan tabel berat dilakukan oleh 3 regu khusus, dimana tiap regu terdiri dari 3
orang. Dalam satu regu terdiri dari 1 orang Kepala Regu yang bersasal dari
Mahasiswa Kehutanan Universitas Mulawarman dan 2 orang asisten untuk
melakukan pengukuran yang berasal dari karyawan PT. Roda Mas Timber
Kalimantan. Selanjutnya untuk persiapannya anggota regu akan diberi bimbingan
teknis mengenai pengambilan dan pengukuran sampel lapangan.untuk pengukuran
sampel di lapangan. Untuk regu pembuat alat bantu, dengan rincian sebagai
berikut :
1. 1 regu pembuatan kurva tinggi
2. 1 regu untuk pembuatan tabel volume
3. 1 regu untuk pembuatan tabel berat

D. Pengukuran Tegakan hutan


Plot contoh yang dibuat berbentuk empat persegi panjang yang diletakkan
dalam jalur inventarisasi dengan arah Utara-Selatan dan di dalamnya terdapat
beberapa plot ukur/plot contoh yang jumlahnya tergantung dari panjang jalur
ukur. Dalam satu plot contoh terdapat 4 sub-plot contoh yang luasnya dibedakan
berdasarkan pada tingkat pertumbuhan pohon dan tingkat permudaan yang ada.
Secara terinci dijelaskan sebagai berikut :
1. Sub plot pancang
Mengukur dari titik awal plot masing-masing 10 m ke arah barat atau timur, pada
ujung sisi kiri untuk sub plot pancang berbentuk lingkaran dengan tali rafia
sepanjang 2,82 m (jari-jari plot 2,82 m). Memasang pasak pada pusat plot untuk
memasang tali rafia tersebut, lalu mengamati plot secara berputar dengan ujung
tali sebagai batas plot hingga selesai
2. Sub plot tiang
Dari titik awal plot, bentuk sub plot tiang berbentuk bujur sangkar berukuran 10 x
10 m disisi kiri jalur. Dengan bantuan tali sepanjang 10 meter sebanyak 2 buah
dan kompas, dari titik awal plot tarik tali ke arah kiri tegak lurus jalur (270) dan
searah jalur (0) lalu pasang patok.
3. Sub plot pohon kecil

24

Bentuk plot bujur sangkar berukuran 20 m x 20 m, sepanjang 10 m sebelah barat


dan 10 m sebelah timur jalur, kemudian rintis 20 m ke utara.
4. Sub plot pohon besar
Bentuk plot persegi panjang berukuran 20 m x 125 m sebagai
perpanjangan dari sub plot kecil ke arah utara.

Gambar 1. Contoh petak IHMB pada hutan alam

Pada setiap titik awal plot 2, Plot 3 dan seterusnya, buat gundukan tanah
setinggi 0,5 m dan tegakan pancang kayu yang dicat kemudian ditempel plat
nomor ID Plot. Penomoran Plot dilakukan secara konsisten, yaitu dengan
menggunakan 7 digit misalnya B001003 artinya bahwa blok tersebut terletak pada
Blok B pada jalur 1 baris 3.
Setelah pembuatan plot dilakukan kemudian dilanjutkan dangan dengan
label penandaan pada seluruh jenis pohon, dimana pohon berdiameter 10 cm ke
atas, yaitu dengan cara :
1. Pemasangan label pohon dilakukan pada semua jenis pohon berdiameter 10 cm
ke atas yang berada pada plot contoh
2. Label pohon dipasang pada ketinggian 15 cm di atas lingkar pengukuran
diameter dan menghadap jalur
3. Label kuning untuk jenis pohon berdiameter 10-49 cm dan untuk jenis pohon
lindung, sedangkan untuk jenis pohon berdiameter 50 cm up dipasang dengan
label berwarna merah
E. Etat Luas dan Etat Volume
Perhitungan etat luas didapatkan berdasarkan data sediaan tegakan hasil
IHMB PT. Roda Mas Timber Kalimantan dan hasil zonasi areal. Pada Surat

25

Keputusan RKUPHHK-HA Berbasis IHMB perhitungan Etat volume berfungsi


untuk menghitung jumlah sediaan tegakan untuk 30 tahun kedepan. Dengan rotasi
tebangan untuk sistem silvikultur TPTI selama 30 tahun, maka diperoleh etat luas
dan etat volume tebangan tahunan sebagai berikut :
Etat Luas = Luas Areal Efektif Produksi TPTI / 30 tahun
Etat volume = etat luas x potensi pohon masak tebang / ha x fk x fe
Berdasarkan hasil penataan areal kerja, maka etat luas areal kerja PT. Roda
Mas Timber Kalimantan adalah sebagai berikut :
Unit I
Etat Luas HPT = Luas Areal Efektif HPT : Daur (30 tahun)
= 7.517 ha : 30 tahun
= 250,57 ha/tahun
Etat Luas HP = Luas Areal Efektif HP : Daur (30 tahun)
= 5.135 ha : 30 tahun
= 171,17 ha/tahun
Total etat luas = 421,73 ha/tahun
Unit II
Etat Luas HPT = Luas Areal Efektif HPT : Daur (30 tahun)
= 31.713 ha : 30 tahun
= 1.057,11 ha/tahun
Etat Luas HP = Luas Areal Efektif HP: Daur (30 tahun)
= 26.625 ha ; 30 tahun
= 887,50 Ha/tahun
Total etat luas

= 1.944,61 ha/tahun

Total etat luas TPTI = 2.366,35 ha/tahun


Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka Jatah Produksi Tahunan (JPT)
luas untuk areal yang dikelola dengan sistem TPTI adalah seluas 2.366,35
ha/tahun dimana unit 1 sebesar 421,73 ha/tahun dan etat luas unit II sebesar
1.944,61 ha/tahun. Perhitungan etat volume atau JPT dilakukan berdasarkan data
sediaan tegakan (Standing stock) hasil IHMB yang telah dilakukan perusahaan
dan telah dilakukan verifikasi oleh Tim Dinas Kehuatan Provinsi Kalimantan

26

Timur. Dengan menggunakan data hasil IHMB tersebut telah diperoleh besaran
etat volume dan JPT rata sebagai berikut :
Etat Volume = Volume Sediaan tegakan x fp
Daur
Etat Volume Unit I = 814.870 x 0,8
30 tahun
JPT Unit I

= 21.730 m3/tahun
= Etat Volume x Fe
= 21.730 x 0,7 m3/tahun
= 15.211 m3/tahun

Etat Volume Unit II = 4.024.364 x 0,8


30 tahun
JPT Unit II

= 107.316 m3/tahun
= Etat Volume x fe
= 107.316 x 0,7 m3/tahun
= 75.121 m3/tahun

Total JPT

= 15.211 m3/tahun

+ 75.121 m3/tahun

= 90.332 m3/tahun
Pada etat volume dan etat luas pada perhitungan hasil pada RKUPHHKHA akan berguna sebagai pedoman perusahaan selama jangka 10 tahun kedepan
walaupun setiap tahunnya akan fluktuatif tetapi akan diusahakan untuk tetap
berada pada kisaran etat yang telah ditetapkan. Pada data RKT 2013 Pada lokasi
Unit I Peninggir pada lokasi TPTI etat luasnya yaitu 430,00 Ha/Tahun dan
mempunyai etat volume 20.156,00 m3/tahun. Pada lokasi TPTJ etat luas yang
diketahui 98,4 Ha/tahun dan mempunyatai etat volume 5.170,92 m3 /Tahun. Pada
lokasi Unit II Sei Boh hanya terdapat sistem TPTI dengan etat luas 1.801,00
ha/tahun dan mempunyai etat volume 71.079,00 m3 /tahun.

F. Pencatatan Informasi Umum dan Penyusunan Dokumen Rencana IHMB


Dalam menyusun informasi dan dokumen rencana IHMB dilakukan pada
Pencatatan informasi umum lainnya yang penting dalam mengetahui kondisi plot
pada IHMB. Semua informasi tersebut ditulis dalam tally sheet IHMB.

27

Penyusunan dokumen rencana IHMB memuat keadaan umum areal IUPHHK,


Rancangan Desain Plot Contoh, Struktur Organisasi, Rancangan Pengolahan, dan
Analisis Data, Rancangan Hasil Rancangan Pelaporan dan Rancangan Tata Waktu
serta lampiran berupa peta-peta yang dibutuhkan dalam kegiatan IHMB.

4.1.2

Penyusunan RKU dan RKT


Rencana Kerja Usaha (RKU) PT. Roda Mas Timber Kalimantan merupakan

rencana pemanfaatan hasil hutan kayu berbasis IHMB dalam kurun perode tahun
2011-2020 dengan luasan areal konsesi sebesar 110.030 Ha. Keputusan
IUPHHK dalam hutan alam berdasarkan SK IUPHHK (SK Mentan) :
No.522/Kpts/Um/10/1973, Adendum SK IUPHHK : No.329/Kpts-IV/1986, SK
pembaharuan IUPHHK : No.96/Kpts-II/2000 dan No.SK.94/Menhut-II/2011.
RKUPHHK PT. ROMASTIKA berisikan aspek kelestarian hutan, aspek
kelestarian usaha, aspek kesimbangan lingkungan, dan aspek pembangunan sosial
ekonomi masyarakat setempat yang disetujui tanggal 24 Agustus 2011 di Jakarta
dengan nomor SK. 103/VI-BUHA/2011 dan disahkan oleh Menteri Kehutanan
Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan u.b. Direktur Bina Usaha Hutan Alam Ir.
M.Awriya Ibrahim, M.Sc. Sistem silvikultur yang digunakan berdasarkan IHMB
serta hasil kajian terhadap kondisi biofisik areal, peraturan perundangan yang
berlaku, dan kondisi sosial masyarakat sekitar maka diterapkan sistem Teabang
Pilih Tanam Indonesia (TPTI) berbasis Reduce Impact Logging (RIL).
Rencana Kerja Tahunan (RKT) UPHHK-HA PT Roda Mas Timber
Kalimantan didasarkan pada PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA
PRODUKSI KEHUTANAN NOMOR : P.9/VI-BPHA/2009 TANGGAL : 21
Agustus 2009. RKT tahun 2013 disusun berdasarkan RKUPHHK dimana sejak
sertifikasi PHPL tahun 2011 PT RMTK memiliki hak untuk melakukan
pengesahan RKT yang hanya ditandatangi oleh direktur utama tanpa harus
mengajukan ke dinas untuk melakukan checking Cruising dan pengesahan RKT.
Proses pengesahan RKT ini dimulain dengan pengajuan usulan RKT kepada
Direktur Produksi, kemudian dilakukan pengecekan kesesuaian usulan RKT
dengan kondisi lapangan hingga keluarlah nota dinas. Nota dinas ini merupakan
persetujuan atas RKT dan perbaikan yang dilakukan setelah pengecekan tersebut.

28

Selanjutnya dibuatlah RKT ditandatangani oleh Direktur Produksi yang kemudian


disyahkan langsung oleh Direktur Utama. RKT tahun 2013 berisi etat luas
maksimum rata-rata PT RMTK yang memiliki nilai sebesar 1.944,61 ha/tahun,
sedangkan untuk etat volume maksimum periode 2011-2020 adalah sebesar
710.788 m3. Selain itu RKT ini berisi tentang rincian target produksi, penilaian
rencana pembuatan jalan angkut, TPn, TPk yang diajukan oleh direktur produksi
serta data pokok berupa data pemegang izin dan data keadaan hutan kemudian
data pendukung lainnya berupa data realisasi RKTUPHHK-HA tahun
sebelumnya. Selain itu dilampirkan juga peta RKTUPHHK-HA, rekapitulasi LHC
block RTK tahun 2013, stuktur organisasi, target dan realisasi tebangan sejak
terbit SK IUPHHK-HA, sertifikat PHPL, FSC, RIL, CoC dan Legal Compliance.
PT. RMTK melakukan penataan areal kerja pada tahun 2013 untuk
pembuatan blok tahun 2014/2015 yang memiliki luas 3.417 Ha dan panjang 45
Km, untuk petak tahun 2014/2015 batas luar penatan adalah sepanjang 80 Km.
Sedangkan untuk Inventarisasi tegakan sebelum penebangan (ITSP) tahun 2013
untuk blok tebangan 2014/2015 dilakukan pada 34 unit petak , selain itu
direncanakan pula pembukaan wilayah hutan untuk pembuatan jalan cabang pada
tahun 2013 sebesar 23,69 km dengan sifat jalan tidak diperkeras. Sedangkan
pemanenan dan produksi yang dilaksanakan pada tahun 2013 terdiri dari 10 petak
dengan luas 898 Ha dan volume total 48.500 m3. Rencana tenaga kerja yang
dibutuhkan sebanyak 142 orang yang terdiri dari 41 orang tenaga teknis
kehutanan dan 101 tenaga non teknis kehutanan, selain itu dibutuhkan tenaga
teknis kehutanan yang memiliki GANIS PHPL terdiri dari 34 orang. Kegiatan
rehabilitasi

berupa

penanaman

dan

pemeliharaan

tanaman

pengayaan,

pembebasan pohon binaan, perlindungan dan pengamanan hutan dicantumkan


dalam RKT begitu pula dengan ketersediaan alat, pemanfaatan kayu, kegiatan
penelitian dan pengembangan, perlindungan dan pengamanan hutan.

29

(a)

(b)

Gambar 2. (a) Buku RKUPHHK-HA, (b) Buku RKTUPHHK-HA

4.1.3

Penataan Batas, Pengukuran Areal dan Berita Acara Tata Batas


Secara administratif, areal PT. Roda Mas Timber Kalimantan berada di

Kecamatan Long Pahangai dan Kecamatan Long Bagun, wilayah Kabupaten


Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Areal Ijin Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu (IUPHHK) PT. Roda Mas Timber Kalimantan ditetapkan berdasarkan SK.
Menteri Kehutanan Nomor: 96/Kpts-II/2000 dengan luas 99.520 Ha di wilayah
Peniggir dan unit 2 seluas 59.230 Ha di wilayah Long Pahangai. Areal yang
ditetapkan tersebut bersekutu dengan batas luar sebagian Hutan Produksi
S.Pahangai yang telah ditata batas pada tahun 2008. Penataan areal yang telah
dilakukan oleh PT. Roda Mas Timber Kalimantan merupkan tindak lanjut dari
Surat Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimatan Timur No. 755.211/4521/DKVIII/2006 tanggal 6 September 2006. Tata batas ini dilakukan pada kedua unit
areal kerja PT Roda Mas, pada unit I tata batas dilakukan pada tahun 1993-1996
dengan panjang total 144.043,32m dan jumlah pal batas 956 buah. Sedangkan
untuk tata batas pada unit II telah dilaksanakan pada tahun 1994-2006 dengan
panjang 255.506,40 m dan jumlah pal batas sebanyak 2.123 buah. Secara
geografis areal PT. Roda Mas Timber Kalimantan terletak di antara posisi
114245 - 11535 BT dan 0410 - 1410 LS, dengan batas-batas areal
sebagai berikut :
Sebelah utara : areal IUPHHK PT. Kemakmuran Berkah Timber
dan areal KBNK

30

Sebelah selatan: areal eks IUPHHK PT. Surapati Perkasa Corp,


areal non-IUPHHK dan areal KBNK
Sebelah barat : areal eks IUPHHK PT. Surapati Perkasa Corp dan
areal non IUPHHK
Sebelah timur: areal KBNK dan areal non-IUPHHK
Penataan batas di IUPHHK- HA PT. Roda Mas Timber Kalimantan sudah
mencapai kata mufakat dan menghasilkan peta tata batas. Kemudian terjadi
penambahan luas areal konsesi pada bagian selatan dari IUPHHK Roda Mas
dengan luas 9.387,04 Ha dan saat ini sedang dilakukan tata batas pada derah
penambahan tersebut.

Gambar 3. Peta Penataan Batas Areal IUPHHK

Kendala dilapangan dari segi sosial tidak menjadi masalah karena saat
penentuan batas dilakukan dialog bersama masyarakat, selain itu jarak areal
konsesi yang cukup jauh dari perkampungan membuat masalah sosial jarang
terjadi. Untuk masalah ketenagakerjaan tim pelakasana tata batas areal IUPHHK
PT. Roda Mas Timber Kalimantan di ketuai oleh seorang ketua tim, dalam
kegiatan ini satu tim terdiri dari 1 regu, 1 regu terdiri dari 4 orang, yang terdiri
dari 2 orang dari UPTD Planologi Kehutanan Balikpapan, 1 orang dari Dinas
Kehutanan Provinsi, dan 1 orang wakil dari perusahaan.
Pal batas lapangan yang menandakan batas dari areal konsesi PT Roda
Mas terdiri dari dua jenis, yaitu pal batas papan (untuk wilayah yang riskan,

31

contohnya: jarak dengan masyarakat lebih dekat atau daerah yang berbatasan
dengan HPH lain). Pal batas dibuat dari kayu kelas awet I/II setempat dan ditanam
sedalam 60 cm. Pal batas jenis kedua adalah pal batas beton yang dipasang
setiap jarak 100 m. Selain itu terdapat pula tanda lain berupa pohon- pohon awet
di kiri kanan rintis batas yang dipoles cat warna merah.

(a)

(b)

Gambar 4. (a) pal batas beton, (b) pal batas kayu

Kondisi pal batas yang terbuat dari papan di PT. Roda Mas berada dalam
keadaan cukup baik dengan kondisi cat yang baik dan informasi pal yang terlihat,
pemeliharaan berupa penggantian papan akan dilakukan pada papan pal batas
yang sudah rusak. Pal batas setiap 100 m berada pada kondisi baik, dengan cat
berwarna putih dan merah yang terlihat jelas, begitupun dengan informasi yang
terdapat dalam pal tersebut.Evaluasi posisi pal batas melalui pengukuran ulang
panjang antar pal batas juga dilaksanakan dengan teratur oleh bagian pembinaan
hutan. Terdapat kekurangan dalam segi perawatan, karena pal batas tersebut
cenderung dibiarkan tertutupi rerumputan. Pal yang di cek keberadaannya oleh
mahasiswa berada diutara camp pusat PT Roda Mas, Pada bagian dari areal
konsesi IUPHHK- HA tersebut areal konsesi Roda Mas lebih banyak berbatasan
langsung dengan areal konsesi PT. RKR
Pada bagian utara dari areal konsesi PT Roda Mas terdapat jalan koridor
yang digunakan oleh PT. RKR dan PT. Roda Mas, sesungguhnya jalan ini milik
PT. Roda Mas sehingga dalam penggunaannya PT RKR harus membayar kepada
PT.Roda Mas. Selain pal batas terdapat pula papan pengumuman berbentuk empat

32

persegi pajang yang dipasang di tempat-tempat strategis atau maksimum setiap


jarak 1.000 meter antara satu papan pengumuman dengan papan lainnya.

Gambar 5. Papan pengumuman areal IUPHHK

Berita acara tata batas berisikan tentang nama penanggung jawab dalam
acara tata batas ini kemudian dasar dan pedoman yang digunakan dalam
pengukuran tata batas (SK,Surat Perintah tugas, peta kerja penataan batas) , tata
waktu, dan hasil pengukuran pelaksanaan penataan batas (no. pal, azimut, jarak
datar, jumlah pal batas dan keterangan mengenai posisi pal batas yang perlu
diketahui lebih lanjut contohnya berupa pal batas yang berada di tepi sungai
mahakam.

4.1.4 Penataan Areal Kerja, Penentuan Tata Ruang, Penggunaan Lahan,


Pembagian Blok, dan Petak Tebang
Penataan areal kerja merupakan kegiatan penataan areal ke dalam blok dan
petak kerja tahunan berdasarkan RKUPHHK dan RKTUPHHK. Berdasarkan hasil
penataan areal kerja dan penataan ruang didapatkan pembagian kelas hutan untuk
tujuan produksi dan kelas hutan bukan untuk tujuan produksi. Kelas hutan untuk
tujuan produksi selanjutnya akan dibagi kedalam blok dan petak-petak kerja.
Sedangkan kelas hutan bukan untuk tujuan produksi adalah areal-areal yang harus
dialokasikan karena ditetapkan sebagai kawasan lindung di dalam hutan produksi
dan areal-areal tidak efektif untuk produksi untuk penunjang kegiatan pengelolan
hutan. Penataan areal kerja ini dilakukan sesuai dengan kapasitas fungsi optimal
kawasan berkaitan dengan karakter biofisik kawasan. Berdasarkan hasil penataan
areal kerja diketahui luas total areal layak kelola unit II adalah sebesar 69.740 Ha,
yang terdiri atas areal lindung seluas 7.617 Ha, areal tidak efektif seluas 2.467 Ha.

33

Untuk luas areal produksi efektif adalah 59.706 Ha yang terbagi atas areal efektif
berhutan dan tidak berhutan. Total luas area efektif berhutan PT. Roda Mas adalah
sebesar 58.338 Ha. Areal tidak berhutan ditujukan untuk rehabilitasi lahan,
sedangkan area berhutan terbagi kembali menjadi hutan produksi terbatas dan
hutan produksi.
Dalam areal PT. Roda Mas ada beberapa wilayah yang dikeluarkan dari
areal yang dapat dimanfaatkan dalam hal ini khususnya daerah dengan nilai
konservasi, budaya dan sosial.contohnya adalah kawasan Cagar Budaya berupa
Goa Tengkorak, lokasi Sarang Burung Walet di hulu sungai Kentai dan batas
areal perladangan di hulu sungai Betutung untuk masyarakat.
Berita acara penandaan batas kawasan cagar budaya goa tengkorak
Berita acara tata batas ini diawali dengan pengukuran azimuth, kemudian
jarak lapangan dan kelerengan dengan diikuti penandaan dan pengecatan batas.
Setelah itu dilakukan pengukuran ulang mengelilingi goa dengan jarak 50 m dari
kaki goa berupa polygon tertutup. Titik- titik ikat tersebut kemudian dimasukan ke
dalam GPS ditracking ulang.
Berita acara kesepakatan bersama penetapan batas lokasi sarang burung
walet
Berita acara ini berisi kesepakatan antara dua pihak. Pihak pertama berasal
dari PT. Roda Mas yaitu Ir. Suherianto selaku Camp. Manager. Pihak kedua
berasal dari masyarakat pemilik Goa sarang walet yang kepemilikannya diakui
turun- temurun. Mufakat dari kedua pihak menghasilkan ketentuan- ketentuan:
1. Pihak pertama dan pihak kedua bersama- sama mengakui keberadaan
lokasi Goa Sarang Burung Walet dalam arean pengelolaan IUPHHK- HA
Romastika
2. Pihak pertama dan kedua menyepakati luas areal goa yang telah ditandai
di lapangan,yaitu dengan radius 500 meter dari kaki goa. Luas yang
diperoleh dari hasil pengukuran luas ini adalah sebesar 218,80 ha.
3. Pihak pertama menyatakan tidak akan melakukan aktivitas pengelolaan
hutan di dalam lokasi Goa sarang burung walet

34

4. Pihak kedua sepakat bahwa akan menjaga kondisi hutan di dalam Goa
sarang burung walet tetap utuh, serta menyepakati bahwa tidak akan
melakukan aktivitas-aktivitas perambahan, perladangan, dan penebangan
liar dalam areal UPHHK- HA Romastika.
Berita acara kegiatan penandaan batas areal perladangan hulu sungai
Betutung
Metode pelaksanaan diawali dengan pengukuran, jarak lapangan dan
diikuti penandaan dengan mengelilingi areal perladangan. Dari hasil pengukuran
didapatkan luas 50,41 ha untuk total areal perladangan milik masyarakat yang ada
di hulu sungai Betutung. Penandaan areal ini melibatkan bagian pembinaan hutan
tanpa tanda tangan persetujuan dengan masyarakat pemilik ladang.
Penataan Areal Kerja dilakukan pada ET-1 dari waktu dilaksanakannya
penebangan. Penataan Areal Kawasan tidak lagi dilakukan pada areal konsesi
hutan PT Roda Mas Unit I di daerah peninggir dikarenakan terdapat konflik
dengan masyarakat desa mengenai masalah pemanfaatan hasil hutan. Konflik
tersebut kini masih dalam tahap penyelesaian konflik dengan bantuan dari pihak
ketiga. Penataan Areal Kerja dilakukan pada Unit II wilayah kerja PT Romastika.
Dalam satu regu pelaksana PAK terdiri dari 8 orang yang terdiri dari satu orang
ketua tim sekaligus sebagai pembaca helling, satu orang pembaca kompas, dua
orang perintis, dua orang juru ukur, satu orang pemberi label, serta satu orang juru
masak. Tim ini memiliki prestasi kerja per hari yang bergantung pada medan yang
ditempuh, apabila medan yang ditempuh berat maka prestasi kerja satu tim adalah
2 km, sedangkan apabila medan yang dijalani tidak berat maka prestasi kerja per
hari dapat mencapai 4 km. Penataan blok tebangan perlu diperhatikan dengan
seksama dan dilakukan dengan tingkat keakuratan yang tinggi karena berkaitan
dengan luas areal tebangan yang diperbolehkan setiap tahunnya, sedangkan untuk
petak dapat dilakukan dengan lebih fleksibel tergantung keadaan biofisik kawasan
tersebut. Umumnya ukuran satu petak adalah 1 km x 1 km, atau minimal luasan
yang diperbolehkan sebesar 50 Ha dan maksimal luas wilayah yang diperbolehkan
adalah 150 Ha. Dalam deliniasi petak juga dapat menggunakan batas alam,
contohnya sungai atau alur. Hasil dari PAK ini kemudian akan dipetakan dan

35

dijadikan sebagai bahan acuan untuk kegiatan ITSP. Berikut merupakan peta
sketsa hasil dari kegiatan PAK yang akan dijadikan acuan untuk ITSP.

Gambar 6. Peta rencana ITSP hasil kegiatan PAK

Penataan areal kerja yang dilakukan untuk blok tebangan 2013 dilakukan
pada tahun 2012 membagi areal kerja unit II ke dalam blok RKT 2013 dengan
luas 1.841 Ha dan panjang 21,08 Km sedangkan untuk panjang tata batas petak
adalah sebesar 25,58 Km. Hasil potensi hutan yang terlihat dari areal yang di PAK
ini kemudian disesuaikan dengan jatah tebang tahunan sehingga pada RKT 2013
yang disyahkan hanya terdiri dari 10 petak tebang dan 1 petak carry over. Berikut
ini adalah gambar pembagian blok tebangan dan petak kerja untuk PT. Roda Mas
Timber Kalimatan.

Gambar 7. Pembagian Blok dan Petak Tebang di PT. Roda Mas

36

4.1.5

Inventarisari Tegakan Sebelum Penebangan ( ITSP )


Inventarisasi tegakan sebelum penebangan (ITSP) adalah kegiatan

pencatatan, pengukuran, dan penandaan pohon dalam areal blok kerja tahunan
intensitas 100% untuk pohon niagawi dan pohon yang dilindungi sesuai ketentuan
yang berlaku. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan dan potensi
tegakan hutan yang akan ditebang. ITSP di PT RMTK dilakukan 1 tahun sebelum
diadakan penebangan. Informasi yang diperoleh dari laporan ITSP akan
digunakan dalam penyususnan RKTUPHHK. ITSP pada PT. Roda Mas dilakukan
dengan systematic line plot sampling with random start. Pada kegiatan ITSP
dilakukan penandaan pada pohon yang akan ditebang, pohon dilindungi dan
pohon inti. Pada pohon yang akan ditebang diberi tanda dengan label merah yang
berisi informasi nama perusahaan, petak tahun, nomor petak, jenis pohon, nomor
pohon dan diameter, kemudian pohon inti dan pohon yang dilindungi diberi tanda
label kuning. Pendataan pada label terdiri dari nama perusahaan, tahun RKT, no.
Petak, no. Pohon, jenis, diameter, dan tinggi bebas cabang yang kemudian dicatat
pada tally sheet.
Terdapat 2 macam tally sheet lapangan untuk ITSP yaitu tally sheet data
pohon dan tally sheet kondisi lapangan

(a)

(b)

Gambar 8. (a) Tally sheet data pohon , (b) Tally sheet kondisi lapangan

Tally sheet data pohon berisi nomor PU atau stasiun, nomor pohon, jenis
pohon, diameter pohon, tinggi dan cacat pohon. Sedangkan untuk tally sheet
kondisi lapangan berisi informasi tentang nomor stasiun atau titik ikat lapangan,
azimuth, jarak miring, jarak datar, helling dan keterangan spesifik tentang kondisi
lapangan, contohnya daerah berbatu, atau daerah perlintasan satwa. Kedua tally

37

sheet ini digunakan secara sinergis untuk megetahui data-data pohon yang telah
diinvetarisasi sekaligus keadaan lapangan dimana pohon- pohon tersebut berada.
Pengukuran ITSP untuk tahun 2013 dilakukan pada tahun 2012 dengan
jumlah petak sebanyak 14 dan luas 1.841 Ha. Data yang didapat dari hasil ITSP
adalah nomor pohon, nama jenis, diameter, tinggi, volume, dan status pohon
(contohnya pohon inti atau pohon panen). Data tersebut lalu direkap berdasarkan
kelompok (kelompok meranti, kelompok rimba campuran, kelompok kayu indah,
dan kelompok kayu dilindungi) dengan jenis pohon, kelas diameter. Data yang di
rekap berupa jumlah batang, volume dan volume total. Kemudian hasil rekapan
ITSP yang berada pada bagian perencanaan ini dilaporkan pada Ass. Manajer
Perancanaan Hutan.
Untuk kebutuhan FSC kayu non komersil hasil ITSP juga dibuat listnya.
Sesuai dengan syarat FSC yaitu pohon last known species yang berpotensi di masa
depan perlu diketahui dan dilakukan pencatatan terhadapnya. Pada PT Roda Mas
yang termasuk last known species adalah jenis buan, simpur, terap, keranji,
kempas, benuang, agathis, dan anggi/sindur. Hasil timber cruising di ITSP adalah
LHC. Dalam LHC terdapat seluruh potensi kayu di IUPHHK. Penebangan hanya
akan dilakukan pada pohon dengan diameter 50 cm. Berikut adalah contoh
rekap data hasil timber cruising untuk petak 9 pada blok tebang tahun 2013.
Tabel 5. Timber cruising petak 9 pada blok tebangan tahun 2013

38

Berdasarkan hasil LHC petak 9 didapatkan jumlah pohon yang memiliki


diameter 50 cm sebanyak 1.670 pohon dengan voleme total 15.936,51 m3.
Sedangkan pohon yang memiliki diameter tersebut tidak semuanya dapat ditebang
karena masih terdiri atas pohon dilindungi, dan beberapa jenis pohon

non

komersil yang tidak ditebang atau ditinggalkan. Pada hasil rekap ITSP tahun 2012
pada RKT tahun 2013 terlihat bahwa terdapat 21.680 pohon komersil yang layak
tebang dengan volume 183.791,38 m3, untuk pohon dilindungi terdapat 1.301buah
pohon dengan volume total 6.216,76 m3. Sedangkan untuk pohon inti yang akan
ditebang pada daur berikutnya memiliki jumlah 15.868 pohon dengan jumlah
21.787,99 m3
Praktek yang juga dilakukan oleh mahasiswa adalah pemeriksaan
kesesuaian label hasil timber cruising antara label di bontos dan label pada
tunggak. Pada pemeriksaan ini sebanyak 20% tidak memiliki data yang sesuai
dengan hasil timber cruising, hal ini diakui oleh perusahaan sebagai kendala di
lapangan yang dihadapi akibat human error. Selain data- data tersebut pada saat
ITSP berlangsung, dilakukan pula pencatatan mengenai hasil hutan non kayu
seperti rotan dan sarang walet. Selain itu dilakukan pula pencatatan jejak hewan
atau tanda-tanda yang ditinggalkan oleh hewan dan situs-situs budaya, namun
inventarisasi lanjut belum dilakukan sehingga membutuhkan kajian lebih lanjut.

4.1.6

Perhitungan Faktor Eksploitasi


Perhitungan faktor eksploitasi dilakukan mahasiswa PKL dalam rangka

sebagai bentuk kontribusi kepada PT. Roda Mas Timber Kalimantan. Faktor
eksploitasi (Fe) adalah efektivitas penebangan yang besarnya berkisar antara 0,7
sampai dengan 0,9 yang ditetapkan berdasarkan kemampuan pemegang Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dan izin lainnya yang sah (ILS)
untuk menekan limbah dalam suatu kegiatan penebangan/pemanenan pohon
(KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 126/KPTS-II/2003).Faktor
eksploitasi merupakan hasil dari perbandingan antara volume kayu yang dapat
dimanfaatkan dengan volume kayu berdiri (m) hingga batas cabang pertama.
Perhitungan Fe sesungguhnya perlu dilakukan setiap tahun untuk
mengetahui seberapa besar tingkat pemanfaatan kayu dan limbah yang

39

ditinggalkan sebagai bagian dari penerapan RIL yang telah dilaksanakan yang
sekaligus dapat dijadikan bahan pertimbangan penentuan JPT (Jatah Penebangan
Tahunan). Faktor eksploitasi ini berperan penting dalam produksi tahunan
sehingga dibutuhkan perlakuan penebangan yang baik agar kayu hasil produksi
dapat

dimanfaatkan

dengan

optimal,

apabila ditilik

dari

rumus

baku

perhitunganjatah penebangan tahunan, maka semakin tinggi nilai Faktor


eksploitasi maka akan semakin tinggi pula jatah tahunan yang diperbolehkan
untuk sebuah pengusahaan hutan.
Adapun prasyarat yang dibutuhkan dalam usaha untuk meningkatkan nilai
faktor eksploitasi, yakni faktor teknis dan non teknis. Faktor teknis meliputi
Sumber Daya Manusia; keahlian personil (tata cara penebangan, koordinasi antar
penebangan, penyaradan, dan juru ukur); jumlah personil dan pengorganisasian
personil dan jumlah alat; dan reduksi limbah dengan pemanfaatan limbah
(sortimen kecil dapat dijadikan perahu dan sortimen kecil yang ukurannya tidak
masuk dalam pasar dapat dijadikan kayu bakar). Faktor non- teknis meliputi
topografi daerah penebangan, musim saat diakukan penebangan, dan kerapatan
vegetasi yang dapat berdampak pada kerusakan hasil tebangan dan mengurangi
volume kayu komersil.
Pengkuran dan pencatatan dimensi pohon ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat Faktor ekspolitasi penebangan yang dilakukan di PT Roda
Mas Timber kalimantan dengan limbah kayu hasil penebangan yang diamati di
lapangan adalah sisa-sisa hasil pemanenan kayu yang dimensinya masih dapat
dimanfaatkan namun dalam pelaksanaannya bagian ini dibuang. Limbah yang
ditemukan pada lokasi penebangan PT RMTK berupa potongan kayu berdiameter
layak dimanfaatkan namun tidak diambil karena terdapat mata kayu atau cacat
lain di dalamnya.
Pemilihan pohon contoh dilakukan secara purposive yaitu mengikuti
kegiatan yang tengah berlangsung di lapang. Pengukuran dilakukan di Tpn yang
berlokasi di petak II.12 dengan perlakuan yang diberikan kepada pohon yang
sudah rebah. Pengukuran dibagi menjadi 3 sub ukur, yaitu pengukuran yang
dilakukan pada bagian tunggak, bagian batang komersil, dan bagian yang terdapat
cacat kayu di dalamnya hingga batas cabang pertama.

40

Bagian Tunggak
Pengukuran dimensi yang dilakukan adalah diameter dan tinggi tunggak.
Diameter yang diukur adalah diameter terbesar dan diameter terkecil dari sebuah
tunggak. Rumus yang digunakan untuk menafsir volume limbah tunggak adalah:
V=(
Keterangan:
V= volume pohon (m)
= konstanta (3,14)
d 1 = diameter terbesar (cm)
d 2 = diameter terkecil (cm)
t= tinggi pohon (m)

Bagian dengan Cacat Kayu


Limbah pada bagian potongan yang terdapat mata kayu ini dihitung

mengunakan rumus sortimen Brereton:


V=(
Keterangan:

= konstanta (3,14)

du

= diameter ujung (cm)

dp

= diameter pangkal (cm)

= panjang cabang kayu (m)

Pengukuran Volume Batang Komersil


Pengukuran volume batang komersil dilakukan dengan menggunakan rumus

baku Brereton untuk sortimen kayu:


V=(

41

Keterangan:

= konstanta (3,14)

du

= diameter ujung (cm)

dp

= diameter pangkal (cm)

= panjang sortimen kayu (m)

Perhitungan Faktor Eksploitasi

Perhitungan faktor eksploitasi dilakukan dengan rumus:

Fe

Keterangan:
Fe

= Faktor eksploitasi

Vp

= Volume pohon yang diproduksi dari pohon yang ditebang


sampai dengan Tpn (m3)

Vph

= Volume batang pohon berdiri sampai dengan cabang


utama (m3)

Perhitungan Faktor eksploitasi pada PT. Roda Mas dilakukan pada 7


pohon contoh yang telah ditebang pada petak II.12. Untuk mendapatkan nilai Fe
maka volume pohon dibagi menjadi volume bagian tunggak, batang komersil,
bagian yang dapat dimanfaatkan namun tidak dimanfaatkan akibat terdapat mata
kayu atau cacat kayu lainnya. Berikut merupakan tabel rekapitulasi data
perhitungan faktor eksploitasi PT.Roda Mas Timber Kalimantan.

42

Tabel 6.Hasil perhitungan faktor eksploitasi


No.

No.

Jenis

Pohon

Pohon

Volume (m3)

Volume

Volume Pohon

Bagian

Komersil

Berdiri- Cabang

Bagian

Batang

Cacat

di Tpn

Pertama

Tunggak

Komersil

Kayu

(m3)

(m3)

594

Mr

1,29

9,53

1,34

9,53

12,16

980

Ker

0,54

7,67

1,08

7,67

9,30

942

Mr

0,20

7,44

15,56

7,44

23,20

853

Mr

0,82

13,64

0,68

13,64

15,14

574A

Kap

1,66

8,27

1,22

8,27

11,15

574B

6,33

6,33

594

9,53

12,16

60,32

86,69

6,33
Mr

1,29

9,53

1,34

TOTAL

Ket: Mr = meranti, Ker = Keruing, dan Kap= kapur

Berdasarkan data tersebut dilakukan perhitungan Faktor eksploitasi


menggunakan rumus:

Fe =

Fe = 60,32 (m3)/ 86,69(m3)


= 0,7

4.2. Pembinaan Hutan


Pembinaan hutan merupakan kegiatan yang meliputi Inventarisasi Tegakan
Tinggal, Persemaian, Penanaman, dan Pemeliharaan. Kegiatan ini dilakukan
setelah melaksanakan kegiatan penebangan.
4.2.1

Iventarisasi Tegakan Tinggal (ITT)


Salah satu kegiatan tata usaha pemanfaatan hasil hutan kayu yang

dilaksanakan pemegang izin UPHHK adalah menghasilkan produksi kayu bulat


dengan menerapkan prinsip-prinsip kelestarian dalam setiap tahapan kegiatannya.

43

Kegiatan penebangan dan penyaradan menimbulkan kerusakan terhadap lantai


hutan,tegakan tinggal, dan berbagai jenis permudaan yang ada di sekitar lokasi
pemanenan. Untuk mengetahui berapa besar kerusakan tegakan maka dilakukan
inventarisasi tegakan tinggal. Maksud dari kegiatan ITT ini adalah untuk
mengetahui jumlah, jenis, mutu pohon inti dan permudaan serta untuk mengetahui
jumlah jenis jumlah pohon inti yang rusak dan tingkat kerusakan masing- masing
pada petak kerja, setelah kegiatan pemanenan kayu. Selain itu ITT juga digunakan
untuk mengetahui lokasi dan luas tempat-tempat terbuka dan menaksir masa
tegakan tinggal untuk memproyeksikan hasil dan etat tebangan.
Inventarisasi tegakan tinggal yang ada di PT. Roda Mas Timber
Kalimantan tidak lagi menggunakan survey terestrial melainkan menggunakan
perhitungan antara jumlah total pohon panen komersial dikurangi pohon yang real
ditebang di lapangan. Sehingga tegakan tinggalnya merupakan hasil dari selisih
kedua nilai tersebut. Perhitungan tegakan

tinggal ini diawali dengan

membandingkan antara jumlah pohon panen komersil pada Laporan Hasil


Cruising dengan Laporan Hasil Pemanenan (LHP). Selisih antara jumlah pohon
panen komersil tersebut kemudian dijadikan patokan untuk rencana rehabilitasi
tegakan pasca pemanenan. Selain itu posisi dari pohon yang tertinggal dapat
dilihat melalui Software ArcView GIS 3.3. Berikut ini adalah gambar tegakan
tinggal yang didapatkan dari layer pohon dan layer region petak yang dipetakan.
Petak tebangan yang dipetakan diambil dari RKT tahun 2012, yaitu petak II.17
yang memiliki luas 6870 Ha. Simbol lingkaran putih menggambarkan pohon
panen komersil yang telah dipanen dan simbol lingkaran kuning menggambarkan
pohon panen komersil yang ditinggalkan.

44

Gambar 9. Peta persebaran pohon yang ditebang dan tidak ditebang pada petak II.17

Inventarisasi tegakan tinggal sebagai dasar penanaman kembali juga dapat


dipantau melalui monitoring dan evaluasi terhadap panjang jalan sarad yang
terlaksana dan luas Tpn yang ada, data tersebut kemudian digunakan untuk
memperkirakan banyaknya bibit yang akan ditanam.

4.2.2

Persemaian
Lokasi persemaian RT. Roda Mas terletak di sekitar sungai Dengan yang

luasnya 1 ha dengan jumlah bedeng 29 buah dengan 26 buah bedeng sapih yang
berkapasitas 82.000 batang dan 3 buah bedeng tabur serta terdapat tempat
karantina. Terdapat pula greenhouse yang memiliki fungsi tempat persemaian
bagi bibit- bibit yang riskan untuk dimakan oleh serangga atau hewan lainnya,
contohnya adalah bibit durian. Tidak jauh dari tempat persemaian terdapat kebun
pangkas dengan luas 0.5 ha dan jumlah bedeng 45 buah yang berisikan jenis
meranti (shorea. Spp).

45

(a)

(b)
Gambar 10. (a) Plang Persemaian, (b) Kebun Pangkas

Kapasitas Keseluruhan adalah 87000 buah bibit dengan jenis-jenis


bibitnya terdiri dari meranti, kapur, tengkawang, merbau, durian dan mahoni.
Cara pengambilan bakal bibit diambil didalam petak hutan yang memiliki potensi
anakan yang tinggi dan dari jenis pohon plus. Adapun spesifikasi jumlah bibit
yaitu :
1. Leprosula ada 15.030 cabutan
2. Akumina ada 14.010 cabutan
3. Majau ada 10.820 cabutan
4. Seminis ada 1.260 cabutan
5. Kapur ada 990 cabutan
6. Agathis ada 710 cabutan
7. Keruing ada 1500 cabutan
8. Tengkawang 236 cabutan
9. Jabon 173 cabutan
10. Cacao 1.370 cabutan
11. Semitiana 1420 cabutan
Dengan itu total keseluruhan pengadaan bibit ada 49289 cabutan. Untuk
pemeliharaan jumlah bibit siap tanam sebesar 12.279 dari total bibit keseluruhan.
Jumlah tenaga kerja di bagian persemaian sebanyak 6 orang dimana 2 orang
pekerja tetap dan 4 orang sebagai pekerja borongan. Media semai yang digunakan
dalam persemaian terdiri dari tiga jenis yaitu percampuran antara pasir dengan
tanah, percampuran antara gambut, sekam, dan pasir, percampuran antara tanah
dan topsoil. Untuk topsoil didapatkan dari endapan sungai Mahakam. Penyiraman

46

di persemaian dilakukan dengan menggunakan alat siram otomatis yang


memanfaatkan air sungai Dengan, kegiatan penyiram dilakukan sesuai dengan
kondisi cuaca dimana saat musim kemarau dilakukan selama satu kali dalam
rentang tiga hari sedangkan ntuk musim hujan tidak dilakukan penyiraman.

(a)

(b)

Gambar 11. (a) Media Persemaian, (b) Bedeng Sapih

4.2.3

Penanaman dan Pemeliharaan


Kegiatan penanaman dibagi kedalam dua bagian yakni penanaman

pengayaan dan kegiatan penanaman rehabilitasi dengan jumlah karyawan


ditambah pekerja borongan sebanyak 8-10 orang. Pengayaan dan rehabilitasi
dilakukan dengan melihat data ITT (inventarisasi tegakan tinggal) untuk ditanami
pada areal bekas TPn/TPK, bekas jalan sarad, bekas tebangan, dan sepanjang tepi
bekas jalan cabang setahun setelah kegiatan pada areal tersebut selesai. Pada PT.
ROMASTIKA unit II jalan cabang tidak dilakukan penanaman karena kondisi
tanah yang tidak memungkinkan (bebatu, tanah krisis hara). Jenis tanaman yang
ditanam diantaranya meranti, durian, majau, tengkawang, kapur, dan merbau.
Penanaman untuk areal rehabilitasi digunakan jarak tanam dengan ukuran
3x3m sedangkan penanaman untuk pengayaan digunakan jarak tanam dengan
ukuran 5x5m. Sebelum dilakukan penanaman dilakukan pembuatan jalur dan
pemasangan ajir tanpa mengganggu ataupun merusak tegakan tinggal yang ada
dan

tanaman yang menjadi makanan fauna. Jenis tanaman untuk kegiatan

penanaman pengayaan dan rehabilitasi dibedakan kedalam dua bagian yaitu:


1. Areal Terbuka
Jenis yang digunakan merupakan jenis tanaman setempat
yang cepat tumbuh

47

2. Areal kurang permudaan


Jenis tanaman komersil setempat
Penataan

waktu

dalam

kegiatan

penanaman

memiliki

berbagai

pertimbangan agar dapat berlangsung diantarnya membutuhkan data curah hujan,


volume pekerjaan, dan kapasitas/prestasi kerja. Data curah hujan dibutuhkan
karena kegiatannya hanya dapat dilakukan pada saat cuaca cerah saja melihat
akses ke areal lokasi cukup sulit. Untuk kapasitas/prestasi kerja memiliki
produltivitas kerja sebanyak 150-200 batang tanaman dengan asumsi cuaca dalam
keadaan cerah.

(a)

(b)

Gambar 12.(a) Kegiatan penanaman, (b) kegiatan pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan dilakukan setelah melaksanakan penanaman pada


areal bekas kegiatan produksi yang meliputi pembebasan dan penjarangan. Untuk
luasan 1ha dengan jarak tanam 5x5m diperlukan batang/tanaman pengaman
sebanyak 400 batang sedangkan untuk jarak tanam 3x3m diperlukan
batang/tanaman pengaman sebanyak 1100 batang.
Pada PT. ROMASTIKA kegaitan pemeliharaan yang terdiri dari
pendangiran dan penyulaman dilakukan 3 bulan setelah penanaman. Untuk
kegiatan pembebasan dilakukan dengan memberikan pembebasan tajuk pada
pohon binaan (pohon inti dan permudaan) dilakukan 2 tahun setelah penanaman
dengan banyak pohon minimal 200 batang/ha dan dilakukan pengulangan

48

seperlunya. Sedangkan untuk kegiatan penjarangan dilakukan penyingkiran pohon


pesaing yang dilakukan 10 tahun setelah penanaman ataupun saat pohon binaan
telah berdiameter lebih dari 10cm. kegiatan penjarangan terdiri dari peneresan,
peracunan, dan penebasan, namun dikarenakan penggunaan racun sudah tidak
diperbolehkan maka yang dilakukan dengan cara penebasan dan peneresan saja.
Untuk kegiatan penanaman dan pemeliharaan tanaman di lapangan
terdapat beberapa kendala yang menyebabkan kurang optimalnya kinerja. Adapun
kendala-kendala tersebut yakni penanaman tidak memperhatikan kondisi tanah
dan kondisi lapangan seperti tetap dilakukan penanaman meskipun kondisi tanah
yang kritis atau miskin hara, selain itu juga banyak terdapat sisa pohon tumbang
maupun ranting yang tidak di rapihkan terlebih dahulu pada areal penanaman.
Sedangkan untuk kegiatan pemeliharaan pun terdapat kendala berupa jarangnya
dilakukan kontrol pada tanaman yang telah ditanam sehingga cukup banyak
terdapat tanaman yang mati hal ini disebabkan terkendala dari segi jumlah pekerja
maupun akses ke lokasi.

4.3. SOSIAL, EKONOMI, LINGKUNGAN, DAN BUDAYA

4.3.1

Pengelolaan Daerah aliran Sungai (DAS) dan Rehabilitasi Lahan


Pengelolaan daerah sekitar sungai yang dilakukan oleh PT. Roda Mas

adalah berupa pembuatan rintisan yang lebarnya disesuaikan dengan lebar badan
sungai. Untuk sungai yang cenderung kecil di dalam hutan areal kerja PT Roda
Mas lebar rintisan yang dibuat adalah 1 m di sisi kiri-kanan badan sungai dengan
lebar sempadan 10 m. selain itu dilakukan pula penandaan pohon-pohon di
sepanjang batas sempadan sungai dengan cat warna merah. Hal ini dilaksanakan
untuk menandakan areal sekitar sungai yang tidak boleh dimanfaatkan baik oleh
perusahaan atau oleh masyarakat yang tinggal di sekitar.

49

(a)

(b)

Gambar 13. (a) Penandaan Batas Sempadan Sungai iman Blok RKT 2012, (b) Penandaan
Pohon-Pohon Sempanjang Sempadan Sungai

Tim pelaksana pengelola daerah aliran sungai ini terdiri dari lima orang
yang terdiri atas 1 orang ketua tim dan 4 orang anggota tim. Pada tahun 2012
dilaksanakan pemeliharaan daerah sempadan sungai kembali untuk sungai Iman
dan sungai Limau. Sungai Iman memiliki batas sempadan sepanjang 14 km
dengan melewati petak II.4, II.5 II.6 dan II.8 pada Blok RKT 2012. Sedangkan
sungai limau memiliki panjang batas sempadan sungai sepanjang 4 km melewati
petak II.1 Blok RKT 2012. Penandaan sempadan sungai juga telah dilakukan
untuk Blok tebangan 2013. Alat bantu yang digunakan dalam kegiatan penandaan
dan pemeliharaan batas sempadan sungai ini adalah GPS, Radio HT, kamera, alat
tulis menulis,parang/ mandu dan cat warna merah.

4.3.2 Perhitungan Laju Erosi dan Pengendaliaannya Sebagai Langkah


Rehabilitasi Lahan
Sejak tahun 2002 PT Roda Mas Timber Kalimantan mulai menerapkan
sistem pembalakan yang ramah lingkungan atau biasa disebut dengan RIL
(Reduced Impact Logging). Salah Satu tujuan pelaksanaan konvensional yang
mana menyebabkan hutan menjadi sangat terbuka, sehingga terjadi erosi dan
aliran permukaan (surface run off) sangat besar. Bila hal itu terus menerus terjadi
akan mengakibatkan degradasi hutan sehingga lahan yang ada menjadi kritis dan
kehilangan fungsinya sebagai fungsi buffer (zona penyangga) dalam siklus tata
air.

50

Erosi merupakan suatu proses pelepasan butir-butir tanah dan perpindahan


butir- butir tanah tersebut ke tempat yang lebih rendah. Hal ini dapat dikarenakan
oleh kecepatan laju air di permukaan tanah yang sangat dipengaruhi oleh keadaan
tutupan vegetasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya erosi adalah sifat
fisik tanah,topografi,vegetasi penutup tanah dan curah hujan. Sedangkan adanya
kegiatan manusia dapat memperbesar atau mengurangi terjadinya erosi,
khususnya pada kondisi hutan yang sudah terganggu maupun yang belum
terganggu.
Aliran permukaan (run off) adalah aliran air yang terjadi di permukaan dan
di dalam tanah sebagai akibat adanya hujan dan mengalir karena pengaruh gaya
berat menuju tempat yang rendah. Banyaknya aliran permukaan dipengaruhi oleh
kapasitas penyerapan air dan tubuh tanah, disamping permeabilitas, banyaknya
bahan organik, kapasitas lapangan, tekstur tanah, dan kepekaan terhadap dispersi.
Tujuan pengukuran laju erosi adalah mengetahui besarnya massa tanah
yang tererosi pada lokasi jalan sarad, tunggul bekas tebangan dan yang belum
terkena tebangan (hutan primer) pada petak tebangan yang menerapkan sistem
RIL dalam pembalakannya. Selanjutnya dari pengukuran tersebut hasilnya
diklasifikasikan menurut tabel tingkat bahaya erosi yang berdasarkan pada
pedoman penentuan laju erosi dari Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan
(1987).
Tabel 7. Klasifikasi tingkat laju erosi Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan
Solum

Laju erosi (ton/ha/tahun)

tanah

<2

2-5

5-10

(cm)

10-

15-60

60-180

180-480

>480

15

>90

SR

SR

SR

SR

SB

SR

SR

SR

SB

SB

SR

SR

SB

SB

SB

SB

SB

SB

SB

(dalam)
60-90
(sedang)
30-60
(dangkal)
<

30 SR

(sangat
dangkal)
Keterangan :

51

: Sangat Rendah

: Rendah

: Sedang

: Berat

SB : Sangat Berat

Pada praktek kegiatan perhitungan laju erosi, lokasi tersebut dibagi menjadi
5 plot contoh pengukuran yaitu plot pada sekitar jalan utama, plot pada sekitar
jalan cabang, plot pada sekitar jalan sarad, plot pada sekitar bekas
tebangan/tunggak bekas tebangan dan plot pada sekitar hutan primer. Pada plot
tersebut, dibutuhkan sebuah penadah hujan berbentuk balok dengan ukuran 22 m
x 2 m x 25 cm dan papan kayu yang berukuran 2,5 cm x 20 cm x 4 m, disusun
membentuk kotak. Setelah dibangun contoh plot tersebut, dipasang 24 togkattongkat erosi yang berbentuk seperti palang salib dengan ukuran jarak diantara
palang tesebut yaitu 0,75 m x 3 m dengan ukuran panjang tongkat harus seragam.
Dengan itu dapat dilihat pengikisan tanah dalam periode pengontrolan 1 bulan
sekali dengan mengukur panjang permukaan tanah dari permukaan tanah yang
terkikis tanah sampai pangkal tongkat tersebut

sehingga didapat data

perkembangan laju pengikisan tanah setiap bulannya. Pengukuran tersebut


dilakukan pada semua tongkat sehingga dirata-ratakan pada setiap plot contoh.
Perhitungan pada laju erosi tersebut dalam satuan ton/ha yaitu :
E = rata-rata tebal tanah yang hilang (cm/mm)x bobot isi tanah (g/cm3)
Dilihat dari pengukuran pada tahun 2012 untuk klasifikasi potensi erosi
tertinggi terdapat pada plot sekitar jalan utama dengan besar 7,23 ton/ha/tahun
dan potensi erosi terendah terdapat pada plot sekitar jalan sarad dengan besar 5,28
ton./ha/tahun sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat erosi tertinggi hingga
terendah pada PT Roda Mas Timber Kalimantan berkisar dari rendah sampai
sedang dengan selang rata-rata terendah samapi tertinggi 5,28-7,23 Ton/ha/tahun.
Untuk jalan utama memiliki potensi erosi tertinggi dikarenakan disekitar jalan
tersebut sering dilalui oleh kendaraan proyek maupun banyak dilalui untuk
pembukaan jalan sehingga lapisan tanahnya terganggu sehingga potensi erosi
cukup tinggi, selain itu tutupan lahan pada jalam utama sangat kurang sehingga
membuat potensi erosi tersebut termasuk tinggi. Tetapi pada hutan alam produksi

52

PT. Roda Mas Timber Kalimantan untuk potensi erosi tertinggi masih dalam taraf
sedang sehingga potensi erosi tidak terlalu berbahaya.

4.3.3

Perlindungan Hutan
Kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan menjadi sangat penting

ketika jasa-jasa ekologi penopang kehidupan mulai mengalami penurunan kualitas


akibat pemanfaatan yang dilakukan terhadapnya. Selain itu perlindungan terhadap
jasa ekologi ini berfungsi untuk menjaga nilai-nilai hakiki dan budaya dalam
masyarakat serta menjaga kesejahteraan dan melaksanakan pembangunan untuk
kemajuan masyarakat di masa mendatang.
Tujuan dari perlindungan dan pengamanan hutan di PT. Roda Mas Timber
Kalimantan adalah:
1. Menciptakan kondisi keamanan dan perlindungan hutan dari gangguan
yang dapat mengancam keberlangsungan kegiatan perusahaan
2. Menjaga agar fungsi lindung, fungsi konservasi, dan fungsi produksi dapat
tercapai secara optimal dan lestari.
3. Melaksanakan patroli perlindungan dan pencegahan aktifitas perburuan
satwa liar dan tumbuhan dilindungi serta perusakan habitat yang terjadi.
Berdasarkan hasil kegiatan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan
yang dilakukan selama tahun 2012, bentuk gangguan yang ditemukan di dalam
areal PT. Roda Mas Timber Kalimantan adalah adanya kegiatan perburuan liar
dan kegiatan penambangan emas menggunakan metode tradisional oleh
masyarakat kampung dan sekitarnya, kegiatan penambangan emas ini berlokasi di
sekitar sungai Iman. Masyarakat di sekitar PT. Roda Mas Timber Kalimantan
mempunyai tradisi berburu untuk memenuhi kebutuhan protein pada saat-saat
tertentu di mana persediaan terhadap lauk-pauk sudah mulai menipis atau saat
masyarakat adat akan mengadakan pesta.
Upaya yang dilakukan oleh tim pembinaan PT Roda mas dalam
menghadapi masalah perburuan dan penambangan emas secara illegal ini adalah
dengan sosialisasi terhadap pemburu untuk tidak melakukan kegiatan perburuan
terhadap jenis-jenis yang dilindungi oleh pemerintah maupun badan internasional
dan diarahkan untuk melakukan perburuan terhadap jenis-jenis satwa yang tidak

53

masuk golongan dilindungi. Pelarangan kegiatan perburuan tidak mungkin


dilakukan mengingat berburu merupakan tradisi masyarakat sekitar, sehingga
upaya yang dapat dilakukan adalah mengendalikan kegiatan perburuan agar tidak
berburu satwa dilindungi. Sedangkan untuk masalah penambangan emas,
penyelesaian msalah dilakukan dengan sosialisasi terhadap masyarakat untuk
tidak menambang emas menggunakan bahan-bahan kimia seperti mercury dan
lainnya.
Disamping itu, berdasarkan patroli diketahui bahwa bentuk-bentuk
gangguan seperti illegal logging, perambahan hutan, dan pengembalaan liar tidak
pernah terjadi di areal PT. Roda Mas Timber Kalimantan. Hal ini disebabkan oleh
letak pemukiman yang jauh dari areal kerja PT. Roda Mas Timber Kalimantan
unit II dan akses terhadap areal pemukiman tersebut terbatas hanya sebatas lewat
sungai. Masalah kebakaran hutan pernah terjadi di wilayah IUPHHK Roda Mas
unit I yang letaknya lebih dekat dengan pemukiman warga, kebakaran ini
mengakibatkan dampak yang cukup signifikan karena menghabiskan 70% dari
total areal unit I. Masalah kebakaan hutan ini memang tidak pernah terjadi di unit
II, tetapi pelatihan mengenai usaha penanganan kebakaran hutan tetap rutin
dilaksanakan. Pelatihan penanganan kebakaran yang dilaksanakan berupa usaha
pemadaman api menggunakan dry powder dan air. Air yang digunakan untuk
memadamkan api diambil dari sumber mata air alami yang ditarik ke darat
menggunakan genset.

(a)

(b)

54

(c)

(d)

Gambar 14. (a) Alat pemadam kebakaran, (b) kegiatan pemadaman dengan dry powder,
(c) kegiatan pemadaman dengan air , (d) kegiatan penyedotan air menggunakan genset

Berikut merupakan data yang menggambarkan kemajuan alat-alat


pemadaman kebakaran hutan, Kemajuan Regu/Satgas Pemadam Kebakaran Hutan,
dan usaha-usaha pencegahan kebakaran hutan yang telah dilakukan dan yang

terdapat di PT. Roda Mas Timber Kalimantan.


Tabel 8. Alat pemadam kebakaran PT.Roda Mas Timber Kalimantan
No

Jenis Peralatan

s/d yang lalu

Pengadaan

s/d saat ini

Peralatan Perorangan
1.

Pakaian tahan api

2. Tas punggung

16 buah

16 buah

3. Topi Pengaman (helm)

16 buah

16 buah

4. Sepatu

16 buah

16 buah

5.

Kaos Tangan

16 buah

16 buah

6.

Masker

16 buah

16 buah

Peralatan Kelompok
1.

Pengait semak

10 buah

10 buah

2.

Kapak

10 buah

10 buah

3.

Garu

5 buah

5 buah

4.

Sekop

10 buah

10 buah

5.

Pompa

2 buah

2 buah

6.

Pemukul api

10 buah

10 buah

7.

Pentungan

2 buah

2 buah

8.

Ember

10 buah

10 buah

9.

Arang

16 biji

16 biji

55

10. Gergaji tangan


11. Cangkul
12. Senter

5 unit

5 unit

5 buah

5 buah

10 buah

10 buah

Peralatan Teknik
1.

SSB

2 unit

2 unit

2.

HT

8 unit

8 unit

Peralatan Transportasi
1.
2.
3.
4.
5.

Mobil patroli hutan

5 unit

Sepeda motor

1 unit

Speed Boat

1 unit

Tug Boat

Perahu

2 unit

5 unit

1 unit

1 unit

2 unit

E. Peralatan Lain-Lain
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pos Jaga

2 unit

Menara api

2 unit

Portal

Radio Rekorder

1 buah

P3K

1 Kotak

Tenda

2 tenda

Mesin ketik

3 unit

GPS

1 Unit

2 unit

2 unit

1 buah

1 Kotak

2 tenda

3 unit

1 unit

Tabel 9. Kemajuan regu satgas pemadam kebakaran hutan


No

Satu regu/ personel

1
2

Regu I
Regu II

Bulan lalu
Regu/orang
8
8

Pengadaan

s/d saat ini

8
8

Patroli dan penjagaan :


a. Sasaran
rb. Frekuensi
c. Tujuan

: Masyarakat yang melintasi jalan IUPHHK


: Setiap hari
: Antisipasi Kebakaran Hutan

56

Penyuluhan:
Sasaran
Frekwensi
Tujuan

: Masyarakat sekitar IUPHHK


: (satu) kali
:Upaya tidak membakar hutan dengan cara pertanian menetap.

Selain perlindungan dan pengamanan hutan yang dilakukan pada poin-poin


di atas, juga dilakukan perlindungan terhadap embung air yang fungsi utamanya
sebagai sumber air ketika terjadi kebakaran hutan, selain itu embung air ini juga
menjadi sumber kehidupan bagi sebagian jenis hewan dan sarana pemeliharaan
ikan oleh karyawan perusahaan.

(a)
(b)
Gambar 15. (a) Plang lokasi embung air, (b) Lokasi embung air

4.3.4

Pegembangan Masyarakat Desa Hutan (PMDH)

A. Sebaran Lokasi Kampung Sekitar Areal Kerja


Terdapat 13 kampung yang berada di sekitar areal kerja IUPHHK-HA PT.
Roda Mas Timber Kalimantan. Kampung-kampung tersebut yaitu Batoq Kelo,
Liu Mulang, Long Tuyoq, Long Pahangai I, Long Pahangai II, Long Isun, Naha
Aruq, Lirung Ubing, Datah Naha, Long Pakak Baru, Delang Kerong, Long
Lunuk, dan Long Lunuk Baru. Kampung Batoq Kelo termasuk ke dalam
Kecamatan Long Bagun sedangkan kampung-kampung lain termasuk ke dalam
wilayah Kecamatan Long Pahangai. Kedua kecamatan tersebut termasuk dalam

57

wilayah Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Pemukiman penduduk


kampung-kampung tersebut seluruhnya terletak di luar areal IUPHHK- HA PT.
Roda Mas Timber Kalimantan Unit II. Berdasarkan fungsi hutan seluruhnya
terletak di luar kawasan hutan yakni di Areal Penggunaan Lain (APL) atau
menurut Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRW) Provinsi Kalimantan Timur
berada di kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK). Kampung-kampung
tersebut terletak di pinggir Sungai Mahakam, sebagian besar di sebelah kiri sungai
ke arah hulu (kiri mudik) yakni Kampung Batoq Kelo, Liu Mulang, Long
Tuyoq, Long Pahangai I, Long Pahangai II, Long Lunuk, Long Lunuk Baru, dan
sebagian kecil di sebelah kanan sungai ke arah hulu (kanan mudik), yakni
Kampung Long Isun, Naha Aruq, Lirung Ubing, dan Datah Naha.
Antar kampung memiliki batas administratif. Adapun pertanda batas
kampung yakni papan keterangan.

Gambar 16. Batas kampung Long Tuyoq dan Batoq Kelo

B. Jumlah Penduduk Kampung-Kampung di Sekitar Areal IUPHHK PT


RODA MAS UNIT II
Tabel 10. Jumlah Penduduk Kampung-Kampung di Sekitar Areal IUPHHK PT
RODA MAS UNIT II
No
A
1
B
1
2
3
4

Kecamatan/ kampung
Kec. Long Bagun
Batoq Kelo
Kec. Long Pahangai
Liu Mulang
Long Tuyoq
Long Pahangai I
Long Pahangai II

Jumlah penduduk (jiwa)


Laki-laki
Perempuan

Jumlah

Sex
ratio

Jumlah
KK

297

264

561

113

134

80
247
400
114

79
256
368
98

159
503
768
212

101
96
109
116

47
134
232
64

58

5
6
7
8
9
10

Long Isun
Naha Aruq
Lirung Ubing
Datah Naha
Long Lunuk
Long Lunuk Baru
Jumlah

209
114
100
128
182
219
2090

171
105
84
91
149
195
1860

380
219
184
219
331
414
3950

122
109
119
141
122
112
112

103
53
50
59
101
104
1081

Dengan membandingkan jumlah penduduk Kec. Long Bagun dan Kec.


Long Pahangai pada 2010 dengan 1990 (Studi Evaluasi Lingkungan HPH PT.
RODA MAS, 1996), yakni masing-masing 6036 jiwa dan 3358 jiwa, maka dapat
diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan penduduk di kedua kecamatan dalam dua
puluh tahun terakhir adalah 1,94% di Kec. Long Bagun 1,75% di Kec. Long
Pahangai. Dalam kampung-kampung ini, selain penduduk etnis Dayak, terdapat
pula etnis-etnis pendatang seperti Jawa, Bugis, Sunda, Flores, dan sebagainya.
Sebagian penduduk etnis pendatang tersebut sudah bermukim di daerah ini lebih
dari satu generasi , lahir di daerah ini, atau menikah dengan penduduk asli di
daerah ini.

C. Agama
Mayoritas penduduk di desa-desa sekitar areal IUPHHK PT RODA MAS
unit II menganut agama Katholik, yakni meliputi sekitar 86,9% dan selebihnya
Islam 12,2%, Kristen 0,4%, dan kepercayaan tradisional 0,5%. Pada hampir
seluruh kampung, proporsi penganut Katholik meliputi 95%, kecuali di Long
Pahangai II mayoritas penduduk menganut Islam dan di Batoq Kelo meskipun
tidak mayoritas tetapi persentasenya cukup besar.
D. Aktivitas Perekonomian
Kondisi potensi ekonomi masyarakat adalah pertanian menetap dengan
budidaya tanaman pangan. Sementara peningkatan ekonomi adalah dengan
pembinaan dan pengembangan PKK. Adapun kegiatan bina desa dikelompokkan
ke dalam 3 kelompok kegiatan yakni:
(i) Peningkatan pendapatan dan tumbuhnya ekonomi masyarakat pedesaan
yang berwawasan lingkungan
(ii) Penyediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi, dan

59

(iii) Peningkatan kesadaran dan perilaku positif dalam pelestarian sumberdaya


alam

E. Kalender Musim
Kalender musim merupakan alat kajian sosial menggunakan teknik PRA
yang menggambarkan kejadian musiman yang berulang dengan rentang waktu
tahunan dalam satu kurun waktu tertentu pada kehidupan suatu masyarakat.
Kalender musim ini digunakan untuk mengetahui potensi pengelolaan sumber
daya yang ada serta mengetahui daftar masalah yang sering terjadi di tempat
tersebut. Kalender musim Kampung Long Lunuk dan Long Lunuk Baru dapat
dilihat pada lampiran 1.

F. Kelola Sosial
Kegiatan kelola sosial yang dilakukan, yaitu:
Pembukaan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar, khususnya kampung
Long Tuyoq dan Batoq Kelo. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat di kampung sekitar areal kerja guna
peningkatan taraf hidup masyarakat. Rekruitmen tenaga kerja dari
masyarakat di desa sekitar mempertimbangkan volume pekerjaan, jenis
pekerjaan, dan ketersediaan tenaga kerja yang memenuhi syarat-syarat
ketenagakerjaan pendidikan dan keterampilan yang dimiliki.
Membangun dan menjalankan program Pengembangan Masyarakat Desa
Sekitar Hutan (PMDH) di kampung kampung sekitar areal kerja, terutama
Long Tuyoq, Batoq Kelo, dan Liu Mulang, melalui penyediaan sarana dan
prasarana kampung, seperti sarana air bersih, rumah, pemukiman, sarana
penerangan (listrik), perluasan kampung, pembangunan jalan kampung.
Kegiatan ini secara insidental juga dilakukan di Long Pahangai (ibukota
Kecamatan Long Pahangai). Bantuan diberikan baik

kepada Kantor

Kecamatan, Koramil, dan Polsek, juga Desa Long Pahangai I dan Log
Pahangai II.
Melakukan pengkajian Sosial Ekonomi dan Budaya Kampung-Kampung
sekitar areal IUPHHK atau Participatory Rural Appraisal (PRA) serta

60

pemetaan partisipatif batas kampung-kampung di wilayah Kecamatan Long


Pahangai yang berada di areal PT. RODA MAS. Kegiatan PRA dilakukan
untuk membuat peta potensi kampung yang meliputi sumber daya alam dan
sumberdaya manusia di dalam masyarakat tersebut. Untuk membina
hubungan dan memastikan batas wilayah kampung dilakukan pemetaan
partisipatif

yang

melibatkan

masyarakat

masing-masing

kampung,

pemerintah setempat, perusahaan dengan dukungan organisasi non


pemerintah, The Nature Conservancy (TNC).
Memberikan bantuan beasiswa dan buku pelajaran sekolah di kampung
Long Tuyoq (dan Liu Mulang) dan Batoq Kelo. Berikut contoh salah satu
Sekolah Dasar Inpres di kampung Long Tuyoq.

Gambar 17. SDN Inpres Long Tuyoq

Pembangunan/ pemeliharaan jembatan bagi pejalan kaki di Riam Udang dan


bantuan transportasi ketika air sungai surut untuk masyarakat di hulu riam.
Riam udang adalah salah satu riam di Sungai Mahakam yang rawan
terjadinya kecelakaan lalu lintas air, khususnya pada saat kondisi air tinnggi.
Berikut contoh alat transportasi menuju camp Sei Boh yang melewati riam
udang.

61

Gambar 18. Transportasi utama hulu Mahakam

Memberikan pelayanan kesehatan di Camp Sei Boh bagi masyarakat di


sekitar IUPHHK. Bila kesehatan masyarakat melalui bantuan dana kegiatan
posyandu di Batoq Kelo, Long Tuyoq, dan Liu Mulang.
Pembayaran dana kompensasi kepada masyarakat adalah Rp. 10.000,00 per
m kayu produksi, lebih tinggi dari standar yang ditetapkan dalam SK
Gubernur yakni Rp. 3.000,00/ m untuk jenis meranti dan kayu indah dan
Rp. 2.000,00/ m untuk jenis kayu rimba campuran, selain itu perusahaan
diwajibkan membayar dana bantuan pembangunan.

G. Konflik Sosial
Pada tahun 2011 PT Roda Mas Timber Kalimantan memberikan
kontribusi terhadap penyelesaian konflik tata batas antar kampung di sekitar area
kerja PT Roda Mas. Penyelesaian konflik ini dilakukan melalui mediasi dan
bantuan pihak ketiga yaitu The Nature Conservancy, dan dilaksanakan di
Kampung Long Pahangai. Melalui jalan ini maka batas antar kampung telah
mencapai kata mufakat. Berikut gambar ketika sedang melakukan penyelesaian
konflik dengan melibatkan pihak ketiga; TNC.

62

Gambar 19. Deklarasi antara IUPHHK-HA PT. RODA MAS TIMBER KALIMANTAN dan
masyarakat dengan melibatkan TNC sebagai pihak ketiga

H. Persepsi Masyarakat dan Dampak Sosial


Pada parameter persepsi masyarakat, kegiatan perusahaan menimbulkan
dampak positif dan dampak negatif. Persepsi positif lebih dominan dibanding
persepsi negatif. Persepsi ini terjadi pada kampung-kampung yang telah ada
kegiatan pengelolaan hutan dan pengelolaan sosial, yakni Batoq kelo, Long
Tuyoq, Liu Mulang, dan Long Pahangai.
Kegiatan perusahaan yang menjadi sumber dampak sosial yang penting
terutama adalah penataan areal kerja, PWH, penebangan, penerimaan tenaga kerja
lokal, kerja sama perakitan, pembayaran dana kompensasi, bantuan sarana dan
prasarana, serta pemetaan batas partisipatif. Lokasi terjadinya dampak sosial yang
cukup penting adalah Kampung Long Tuyoq, Batoq Kelo, dan Liu Mulang,
disusul Long Pahangai I dan Long Pahangai II dengan intensitas dan tingkat
kepentingan yang lebih kecil. Sementara itu, kampung Long Isun, Naha Aruq,
Lirung Ubing, Datah Naha, Long Lunuk dan Long Lunuk Baru, belum menerima
dampak sosial yang penting.
Penilaian dampak sosial telah dilakukan pada perusahaan ini. Penilaian
dampak sosial ini bertujuan untuk mengetahui dampak sosial baik positif maupun
negatif yang terjadi akibat kegiatan perusahaan pada masyarakat sekitar areal
kerja

dan

merumuskan

arahan

perbaikan

kegiatan

pengelolaan

guna

mengoptimalkan dampak positif dan mencegah atau menanggulangi dampak

63

negatif. Obyek penilaian dampak sosial difokuskan pada parameter lingkungan


yang tercantum dalam dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) PT. RODA MAS (2009), yaitu:
1. Kesempatan kerja
2. Kesempatan berusaha
3. Perekonomian masyarakat (sarana-prasarana ekonomi)
4. Pendapatan masyarakat
5. Sarana-prasarana umum desa
6. Kualitas sumber daya manusia
7. Keselamatan dan kesehatan kerja
8. Kesehatan masyarakat
9. Kecelakaan/ gangguan lalu lintas
10. Konflik (dan kerja sama)
11. Persepsi masyarakat
Data primer menggunakan metode penilaian partisipatif, yakni melalui
FGD (Focus Group Discussion) dengan tokoh dan warga masyarakat kampung
sekitar areal kerja, dilengkapi dengan wawancara dengan narasumber terpilih serta
pengamatan lapangan terbatas. Data sekunder dari kantor statistik, kantor
kecamatan, kantor kampung, puskesmas, sekolah, lembaga adat, lembaga
ekonomi masyarakat, posyandu, dan lain-lain. Pengumpulan data lapangan
dilaksanakan pada 14-23 januari 2011 dan melibatkan 348 tokoh dan warga
masyarakat dari 11 kampung di sekitar areal kerja, yakni kampung Batoq Kelo,
Liu Mulang, Long Tuyoq, Long Pahangai I, Loang Pahangai II, Long Isun, Naha
Aruq, Lirug Ubing, Datah Naha, Long Lunuk, dan Long Baru.
Berdasarkan analisis dampak positif yaitu:

Peningkatan kesempatan areal kerja yakni 18 orang tenaga kerja dari


kampung sekitar atau 10% dari total karyawan, serta 89 orang (51,5%)
dari kampung-kampung di kecamatan sekitar areal kerja.

Kesempatan berusaha yakni yang cukup penting adalah kerjasama


pelaksanaan perakitan kayu, sedangkan bahan kebutuhan camp, sayur, dan
ikan dari masyarakat sekitar sangat kecil.

64

Peningkatan sarana-prasana perekonomian, tetapi relatif kecil yakni


berupa bantuan pembangunan dermaga di kampung Batoq Kelo

Peningkatan pendapatan masyarakat, terutama pada kelompok masyarakat


yang menjadi karyawan lokal (18 orang), perakitan kayu (25 orang),
penerima dana kompensasi (264 kk), serta penerima bantuan BBM untuk
penerangan kampung (181 kk)

Peningkatan sarana prasarana umum kampung, terutama berupa perluasan


kampung, bantuan sarana penerangan (BBM untuk listrik, bantuan dam
dan pipa air, serta bantuan pembangunan/ renovasi balai adat, tempat
ibadah, dan sekolah. Berikut contoh tempat ibadah di Kampung Long
Lunuk.

Gambar 20. Gereja kampung Long Lunuk

Pendidikan masyarakat dan karyawan dalam bentuk beasiswa, bantuan


buku paket, bantuan bahan kayu material pembuatan bangku dan meja
belajar sekolah, serta pelatihan kepada karyawan; kerjasama sosial.

Dampak negatif pada masyarakat yakni:

Kecelakaan kerja pada karyawan PT Roda Mas yang berasal dari


karyawan masyarakat sekitar, namun proporsinya secara kuantitatif
relatif kecil

I. Perbaikan Pengelolaan Dampak Sosial


Berdasarkan hasil penilaian dampak sosial, efektivitas dan permasalahan
kegiatan pengelolaan dampak sosial selama ini, kepentingan pencapaian

65

sertifikasi pengelolaan hutan lestari FSC, serta persepsi dan aspirasi masyarakat,
maka dapat disusun arahan tindakan perbaikan pengelolaan dampak sosial.
Arahan tindakan dampak sosial dikelompokkan menjadi dua, yakni arahan umum
perbaikan pengelolaan dampak sosial; memperbaiki rencana pengelolaan sosial,
menyusun indikator atau standar keberhasilan setiap jenis kegiatan pengelolaan
sosial yang direncanakan, memperbaiki mekanisme pelaksanaan kegiatan
pengelolaan sosial agar lebih sistematis, melaksanakan pemantauan terhadap
proses dan hasil kegiatan sosial secara periodik, bekerjasama dengan pihak-pihak
lain yang terkait agar kegiatan lebih efisien dan efektif serta tepat sasaran, seperti
PT. Kemakmuran Berkah Timber, serta membuat laporan dan dokumentasi yang
lengkap dan sistematis tentang proses dan hasil perencanaan, pelaksanaan, dan
monev. Sementara itu yang kedua adalah arahan perbaikan setiap parameter
dampak sosial; kesempatan kerja, menumbuhkembangkan kesempatan berusaha,
penguatan perekonomian masyarakat, mengintegrasikan sarana dan prasarana
umum, peningkatan kualitas SDM, membangun sistem keselamatan dan kesehatan
kerja, meningkatkan kualitas dan kuantias fasilitas kesehatan masyarakat, dan
perbaikan persepsi masyarakat agar tetap baik.

4.3.5

Sosial Budaya
Bahasa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat dalam komunikasi

sehari-hari antar mereka adalah bahasa Bahau, sedangkan komunikasi dengan


orang luar atau etnis lain yang tidak paham bahasa setempat dan komunikasi di
sekolah-sekolah menggunakan bahasa Indonesia. Pada komunitas penduduk asli,
khususnya etnis Bahau, terdapat stratifikasi sosial secara adat. Yakni terdapat
golongan keturunan bangsawan yang disebut hipui dan golongan masyarakat
biasa yang disebut payin. Keturunan ini mengikuti jalur ayah atau patrilinear.
Petinggi maupun kepala adat biasanya dipilih dari golongan hipui, meskipun
dengan perkembangnya era demokrasi warga masyarakat dari golongan payin
memiliki kesempatan pula untuk dipilih sebagai petinggi atau kepala adat, jika
memang warga kampung setempat menghendaki. Pada masing-masing kampung
kampung terdapat rumah adat Lamin Adat (Gambar 4) digunakan untuk
berbagai keperluan, terutama upacara-upacara adat seperti tari hudoq yang

66

dipentaskan saat masa panen tiba (gambar 6), Erau, pernikahan adat (gambar 7),
musyawarah warga masyarakat, tarian menerima tamu kehormatan (gambar 8),
dan sebagainya.

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 21. (a) Lamin Adat di Kampung Datah Naha, (b) Tari Hudoq, (c) Pernikahan Adat,
(d) Tarian penyambut tamu kehormatan

Terdapat pula tugu-tugu yang menjadi pertanda bahwa kawasan tersebut


sudah termasuk ke dalam wilayah kampung tertentu dan tugu ini pun menandakan
bahwa kampung tersebut sudah berusia lebih dari 100 tahun, misalnya adalah
Tugu Peringatan Kampung Long Pahangai (a) dan adapula Tugu Peringatan Hari
Kelahiran Kampung, misalnya adalah di Kampung Long Tuyoq (b).

67

(a)

(b)

Gambar 22. (a) Tugu Peringatan Kampung Long Pahangai, (b) Tugu Peringatan Hari Kelahiran
Kampung Long Tuyoq

Kesenian pun berkempang pada masyarakat di kampung ini, salah satunya


adalah serawung (a), motif ukiran bahau (b), perhiasan manik-manik (c)

(a)

(b)

(c)

Gambar 23. Kesenian Tradisional Dayak Bahau

Adapun salah satu budaya yang sangat erat kaitannya dengan perusahaan
yakni pesta RKT. Pesta ini dilakukan beberapa lama setelah RKT perusahaan
disahkan. Terdapat ritual pengusiran roh jahat dimana bertujuan melancarkan
proses pemanenan pada blok RKT tersebut. Pada rangkaian acaranya adalah
upacara pada blok RKT dan dilanjutkan dengan acara makan-makan bersama di
area kantor.

68

Gambar 24. Upacara ritual adat pada blok RKT

4.4. PRODUKSI

4.4.1

Rencana dan Pelaksanaan PWH

A. Pertimbangan Mengenai Lokasi TPN, TPK, Base Camp, Trase Jalan,


Culvert, dan Jembatan
Pembangunan jalan merupakan bagian yang memberikan dampak tebesar
dalam kegiatan pembukaan wilayah hutan. Pembangunan jalan tanpa perencanaan
yang memadai akan berimplikasi pada besarnya biaya konstruksi dan biaya
perawatan jalan serta tingginya biaya pengangkutan kayu. Untuk memastikan
lokasi trase jalan yang akurat, maka perlu dilakukan survei lapangan, selain itu
survey lapangan diperlukan untuk mengumpulkan informasi untuk perhitungan
biaya, dan mempersiapkan rencana teknis jalan. Orientasi lapangan yang

69

dilakukan berdasarkan Peta Kerja Rencana Trase jalan Utama yang diproyeksikan
pada Peta Sebaran Pohon dan Peta Kontur, dengan mempertimbangkan :
- Posisi trase jalan utama diusahakan berada pada punggung bukit / pematang
- Kemiringan lereng tidak lebih dari 30 %
- Dapat menjangkau seluruh petak dalam Blok Tebangan
- Lebar trase jalan utama yang akan dibuka yaitu 12 m
- Kawasan sempadan sungai dan rawa
- Kawasan yang memiliki nilai ekologis dan keanekaragaman hayati yang unik.
Sedangkan untuk trase jalan cabang hal- hal yang perlu diperhatikan
adalah: posisi trase jalan cabang diusahakan berada pada punggung bukit /
pematang, posisi trase jalan utama, kemiringan lereng tidak lebih dari 30 %, dapat
menjangkau pohon tebang dalam petak tebangan, lebar trase jalan cabang yang
akan dibuka yaitu 10 m, mengurangi perlintasan sungai dan anak sungai, volume
potensial yang dapat diambil, kawasan sempadan sungai, rawa dan non hutan,
kawasan yang memiliki nilai ekologis dan keanekaragaman hayati yang unik, dan
dengan mempertimbangkan rencana lokasi TPn dan TPK hutan. Pada pembuatan
trase jalan sarad kemiringan lereng yang digunakan adalah tidak lebih dari 40 %
dan lebar jalan sarad yang digunakan oleh PT. Roda mas Timber Kalimantan
adalah 4 m. Pembangunan

egara jalan hutan di PT. Roda Mas Timber

Kalimantan menggunakan bulldozer dan excavator. Menurut Klassen (2006),


banyak

egara dengan permukaan tanah yang berbukit sering menggunakan alat

excavator, mesin ini memiliki fleksibilitas untuk menggali dan menempatkan


materi dengan efisien.
Pertimbangan yang diambil oleh PT. Roda Mas Timber Kalimantan saat
menentukan lokasi TPN dan TPK di dalam blok tebangan adalah: Lokasi yang
dapat membantu membuka kawasan hutan, yaitu lokasi dengan aksesibilitas yang
baik; lereng yang tidak begitu curam; drainase yang baik; sebaiknya pada
punggung bukit; luas TPn/TPK; tidak berada pada zona penyangga (berada
setidaknya 50 m dari tepi sungai); memastikan aliran air tidak langsung mengalir
dari TPn ke sungai, tetapi dialirkan kearah hutan di sekitar TPn; ukuran TPn tidak
lebih dari 900 M2. Ukuran dari TPN , TPK antara,dan TPK dipengaruhi oleh
banyaknya potensi kayu yang akan diangkut ke tempat pengumpulan tersebut.

70

Luasan TPN di PT. Roda Mas cenderung berkisar antara 50 M2 hingga 900 M2.
Selain TPN tersebut pada implementasinya di lapang terdapat TPN besar yang
juga digunakan sebagai tempat pelabelan kayu untuk Laporan Hasil Pemanenan
(LHP), TPN ini dibuat dengan luasan 0,15 Ha.
Berdasarkan RKT tahun 2013 yang telah disyahkan, diketahui luas blok
tebangan adalah 898 Ha dengan jumlah TPN sebanyak 36 buah,dan jumlah TPK
sebesar 2 buah. Luas TPK yang dibuat di lapangan adalah sebesar 2 Ha dan 1 Ha
dengan kapasitas TPK 10.000 m3 dan 7500 m3. Sebuah TPN adalah muara dari
jalan sarad, sehingga dalam mempertimbangkan lokasi dan luas TPN juga perlu
dipertimbangkan kerapatan jalan sarad yang ditumpunya. Berikut merupakan
gambar dari perencanaan dan realisasi lokasi TPN dari PT. Roda Mas untuk blok
tebangan 2013 yang saat ini tengah dilakukan pemanenan di dalamnya.

Gambar 25. Lokasi TPN di petak II.12 RKT 2013

Sarana prasarana lain yang juga penting bagi sebuah perusahaan kayu
adalah base camp, sebagai pusat bagi perencanaan pengelolaan dan pemanfaatan
hutan yang akan dilakukan. Pertimbangan dalam perencanaan lokasi base camp
adalah logistik dan di tempatkan pada daerah yang cenderung datar. Lokasi base
camp harus memudahkan dalam pengangkutan logistik ke tempat yang
dibutuhkan. Selain itu pertimbangan lain yang diambil adalah banyaknya sarana
prasarana yang akan dibangun di base camp sehingga hal ini berimplikasi pada
luasan dari base camp itu sendiri.

71

B. Rencana Jaringan Jalan Angkutan, Pembuatan Jalan Angkutan dan


Klasifikasi Jalan Angkutan
Perencanaan jalan hutan dan PWH (Pembukaan Wilayah Hutan)
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk merencanakan penentuan dan
pembuatan jalan untuk akses keluar dan masuk hutan yang tujuannya untuk
memberikan kemudahan dan kesiapan dalam mengangkut kayu dan hasil hutan
dari petak tebangan. Jalan yang dibuat meliputi jalan koridor , jalan utama, jalan
cabang, jalan sarad, jembatan dan akses jalan lainnya. jalan utama digunakan
untuk akses jalan utama yang menghubungkan jalan-jalan cabang . Kegiatan
perencanaan jalan angkut meliputi perencanaan pembuatan jalan utama, jalan
cabang, dan jalan ranting. Dari perencanaan ini perlu dilakukan beberapa
pertimbangan dan penentuan rencana lokasi petak tebang, TPn, TPK antara, TPK,
Log Pond, Base Camp, dan lain sebagainya sehingga didapatkan hasil yang
optimal.
Dalam kegiatannya terdapat

berbagai langkah yang sistematis yakni

dilakukan persiapan Peta Rencana Kerja Trase Jalan yang berisikan rencana trase
jalan utama, jalan cabang, dan jalan sarad sesuai dengan rencana trase jalan yang
telah dibuat pada peta sebaran pohon dan peta kontur dengan mempertimbangkan
Standar operasional RIL. Selain itu juga dilakukan penetapan titik ikat dan titik
awal pengukuran trase jalan juga dilakukan rencana penetapan lokasi TPn dan
TPK pada petak-petak yang akan dilakukan PWH berdasarkan hasil pembuatan
trase jalan berupa Peta Rencana Jaringan Jalan Angkut oleh kaur PAK dan PWH
untuk dilakukan pembuatan trase jalan.
Pelaksanaan pembuatan trase jalan dilakukan oleh regu yang telah
ditunjuk Kaur PAK dan PWH. Kegiatan pembuatan trase jalan utama meliputi
pembuatan titik ikat dan titik awal untuk pembuatan dan pengukuran trase jalan
dengan menggunakan GPS. Setelah itu dilakukan pengukuran azimuth, jarak
lapangan dan kelerengan, serta rintisan dengan lebar 2 meter sepanjang trayek
trase jalan utama dan dilanjutkan dengan pembuatan trase jalan utama dengan
dilakukan penandaan berupa pewarnaan menggunakan cat berwarna merah strip
miring 3 (III) dan penandaan patok setiap jarak pengukuran 20 m. Kemudian
dilakukan inventarisasi pohon berdiameter 10 cm up dan berjarak 12 m dari kanan

72

dan kiri dari batas trase jalan utama serta dibuat penandaan lokasi-lokasi seperti
sungai sebagai dasar pembuatan jembatan, culvert, dan sleeper.
Untuk pelaksanaan pembuatan trase jalan cabang berorientasikan pada
Peta Rencana Trase Jalan Cabang dengan penentuan pembuatan titik awal dan
pengukuran trase jalan cabang berdasarkan posisi petak tebangan. Lalu dilakukan
pengukuran azimuth, jarak lapangan dan kelerengan, serta rintisan dengan lebar 1
meter sepanjang trayek trase jalan cabang serta penandaan trase jalan cabang
dengan cat berwarna merah strip miring 2 (II) dan penandaan patok setiap jarak
pengukuran 20 m. Kemudian pohon tebang berdiameter 10 cm up diinventarisasi
dengan jarak 10 m dari kiri dan kanan as trase jalan cabang. Setelah dilakukan
inventarisasi pohon, dilakukan penandaan lokasi-lokasi untuk pembuatan
TPn/TPK.
Dalam pembuatan jalan sarad pelaksanaannya berdasarkan Peta Kerja
Rencana Trase jalan Sarad dan penentukan titik awal pembuatan dan pengukuran
trase jalan cabang dengan menggunakan GPS. Untuk pengukuran azimuth, jarak
lapangan, dan kelerengan serta rintisan dengan lebar 1 m sepanjang trayek jalan
sarad sedangkan untuk penandaan trase jalan cabang dengan menggunakan cat
berwarna merah dengan tanda plus (+) dan penandaan patok setiap jarak
pengukuran 20 m.
Pada Rencana Kerja Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam
(RKUPHHK-HA) PT Roda Mas Timber Kalimantan, kegiatan perencanaan PWH
dilakukan dalam jangka waktu 1 tahun kegiatan dan difokuskan kepada
perencanaan pembangunan jalan dengan mempertimbangkan aspek topografi agar
mudah dilalui. Pada pembuatan jalan utana lebar jalan 8 dengan daerah milik jalan
12 m dan tebal lapisan 0,2 m serta kerapatan jalan utama dalam areal TPTI relatif
datar yaitu sebesar 4 m/ha. Pada pembuatan jalan cabang daerah milik jalan yaitu
selebar 8 m, lebar badan jalan 6 m dengan tebal jalan 0,2 meter atau tanpa
pengerasan dan kerapatan jalan cabang direncanakan sebesar 6 m/ha. Pada
pembuatan jalan ranting daerah milik jalan mempunyai lebar 6 meter, lebar jalan 4
meter dan kerapatan jalan cabang yang direncanakan yaitu 10 m/ha.

73

Tabel 11. Rencana Pembuatan Jalan IUPHHK PT. Roda Mas Timber Kalimatan
Unit I Periode Tahun 2011-2020
No

Tahun

Kode/Blok

Pembuatan Jalan (Km)

Kegiatan

RKT

Utama

Cabang

Ranting

Jumlah

2011

2012

III

2.46

3.44

4.92

10.82

2013

IV & V

4.03

5.64

8.05

17.71

2014

VI

2.28

3.19

4.55

10.01

2015

VII

1.98

2.77

3.96

8.71

2016

VIII

2.30

3.22

4.60

10.12

2017

IX

2.17

3.04

4.35

9.57

2018

1.98

2.77

3.95

8.69

2019

XI

2.04

2.86

4.08

8.98

10

2020

XII

2.01

2.81

4.02

8.84

21.24

29.74

42.48

93.46

JUMLAH

Tabel 12. Rencana Pembuatan Jalan IUPHHK PT. Roda Mas Timber Kalimantan
Unit II Periode Tahun 2011-2020
No

Tahun

Kode/Blok

Pembuatan Jalan (Km)

Kegiatan

RKT

Utama

Cabang

Ranting

Jumlah

2011

II

8.88

12.43

17.76

39.07

2012

III

9.21

12.89

18.41

40.50

2013

IV

8.48

11.88

16.97

37.33

2014

8.60

12.04

17.20

37.84

2015

VI

8.61

12.05

17.21

37.86

2016

VII

8.48

11.87

16.96

37.31

2017

VIII

8.40

11.77

16.81

36.98

2018

IX

10.56

14.79

21.13

46.49

2019

10.66

14.92

21.32

46.90

10

2020

XI

11.40

15.95

22.79

50.14

103.78

145.30

207.57

456.65

JUMLAH

74

Tabel 13. Realisasi PWH Tahun 2012 berupa Pembuatan Jalan Angkutan Kayu
s/d Desember 2012 Unit II Sei Boh
No

Uraian

Rencana

Realisasi

Keterangan

Surat

Jalan

Jalan

Jalan

Jumlah

Jalan

Jalan

Jalan

Jumlah

Jalan

Koridor

Utama

Cabang

(meter)

koridor

utama

cabang

(meter)

(meter)

(meter)

(meter)

(meter)

(meter)

(meter)

Diperkeras

Tidak

10716

16394

27110

10716

10389

21105

diperkeras
3

Rel

Kanal

10716

16394

27110

10716

1038

21105

sungai
Jumlah

Terdapat pula realisasi yang dilakukan untuk jalan koridor melalui izin
kawasan budidaya non-kehutanan/ areal penggunaan lain (KBNK/APL) sesuai SK
Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan dan Perkebunan Provinsi
Kalimantan Timur Nomor: 235/ Kpts/ KWL/ PTGH-2/ 1998 tanggal 12 agustus
1998 sepanjang 3165,72 m.

C. Sistem Logging; Teknik RIL; dan Pemeliharaan Jalan Angkutan


Penetapan teknik pemanenan kayu di PT. Roda Mas dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek ramah lingkungan sehingga digunakan sistem
pengelolaan hutan lestari (sustainable forest management) melalui sertifikasi
pengelolaan hutan lestari standar FSC dengan sistem silvikulturnya berupa
Tebang Pilih Tananam Indonesia (TPTI) dan Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ).
Teknik Reduced Impact Logging (RIL) yang diimplementasikan di PT Roda Mas
Timber Kalimantan prosesnya dimulai pada tahun 2001, setelah tahun tersebut
kemudian mulai dicoba pengimplementasian teknik RIL pada beberapa petak,dan
akhirnya pada tahun 2008 seluruh petak kerja di PT Roda Mas menggunakan
pengelolaan dan pemanfaatan hutan yang berdampak rendah. Pada 25 Mei 2012
teknik RIL di PT Roda Mas diverifikasi oleh lembaga Tropical Forest
Foundation. Teknik RIL sendiri menekankan pada perencanaan yang rinci,

75

pelaksanaan pemanenan dilakukan dengan meminimalkan kerusakan dan dengan


pengawasan/controlling yang baik.
Teknik penebangan yang dilakukan di PT. Roda Mas ini menggunakan
Chainsaw sebagai alat penebangan dan teknik penyaradan yang digunakan yakni
Ground skidding yang merupakan teknik penyaradan menggunakan traktor. Lebar
jalan yang dibuka untuk penyaradan disesuaikan dengan syarat berlakunya RIL
yaitu sebesar 4m. Sesuai dengan implementasi teknik RIL, maka dalam
pelaksanaannya PT Roda Mas memiliki rencana pembalakan yang spesifik, yaitu
peta kontur yang berada dalam peta rencana pembalakan berskala operasional
yang didalamnya terdapat lokasi pohon komersil yang layak tebang, sehingga
penebang tidak akan sembarangan dalam menebang pohon yang mereka anggap
layak tebang. Berikut merupakan peta rencana pembalakan PT. RMTK yang
berlandaskan RIL.

Gambar 26. Peta rencana pembalakan peta II.12 blok RKT 2013

Penonaktivan jalan sarad yang sudah tidak digunakan secara operasional


dilakukan dengan menutup dan menanami kembali seluruh jalan sarad yang sudah
tidak digunakan. Selain hal- hal di atas implementasi teknik RIL yang ada di PT.
Roda Mas juga mencakup perencanaan jalan utama, jalan sarad, serta TPn guna
memberikan akses menuju areal penebangan dan pohon- pohon yang telah
dijadwalkan untuk ditebang dengan mengurangi kerusakan pada lapisan tanah
serta melindungi daerah aliran sungai.
Kendala yang seringkali dihadapi di lapangan adalah pelaksanaan
pembuatan jalan sarad yang tidak sesuai dengan rencana awal. Kendala pada jalan

76

sarad biasanya diakibatkan oleh topografi yang berat, sehingga operator traktor
tidak menyanggupi medan yang diminta dan lokasi jalan bergeser sedikit dari
rencana. Selain itu terkadang pada lokasi jalan sarad terdapat mata air yang
berdampak pada masa pakai jalan sarad yang lebih pendek akibat jalan tergenang
air, sehingga akhirnya dibuatlah jalan sarad lain untuk mengeluarkan kayu dari
dalam petak tebangan. Dalam kasus ini diperlukan perencanaan yang terkoordiasi
dengan baik dengan survey lapangan untuk perencanaan jalan, sehingga potensi
alam seperti mata air tidak akan terganggu dan keberadaannya tetap terjaga.
Penebangan terarah juga telah diterapkan di PT. Roda Mas, penebangan terarah
ini dilakukan dengan bucking sebelum penyaradan, sehingga dampak dari
penyaradan dapat diminimalisir. Selain itu tanda-tanda jalan sebagai arah
penyaradan bagi operator juga telah diadakan dan terlihat dengan cukup jelas.
Pemeliharaan jalan angkutan secara teratur dilakukan di PT. Roda Mas
Timber kalimantan, pemeliharaan ini terdiri atas perataan jalan dan pengisian
kembali jalan yang berlubang dengan tanah lalu dilakukan pemadatan jalan
kembali. Saluran drainase di kiri dan kanan jalan dibuat untuk mengalirkan air
dari badan jalan sehingga tidak akan tergenang dan merusak struktur jalan, selain
itu diadakan pula pemeliharaan untuk saluran drainase berupa pembersihan dari
komponen- komponen penyumbat aliran air. Berikut merupakan gambar salah
satu parit yang dibuat di kiri badan jalan untuk mencegah tergenangnya air di
badan jalan.

Gambar 27. parit di jalan utama PT. RMTK

Pemeliharaan ini dilakukan tanpa jadwal yang pasti, melainkan apabila


mandor jalan yang bertugas memonitor melihat kerusakan atau gangguan pada
jalan, maka kegiatan pemeliharaan akan segera dilakukan. Hal ini diterapkan

77

untuk mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah dan akan berimplikasi
pada biaya perbaikan yang melonjak. Pembersihan dan perataan jalan sebaiknya
dilakukan saat tanah sedikit basah, karena akan mempermudah proses pemadatan
pada tanah, namun pada kenyataannya PT. Roda Mas tidak memperhatikan waktu
pembersihan dan perataan tanah, sehingga terkadang setelah beberapa waktu jalan
kembali membutuhkan perbaikan. Pemeliharaan jalan juga diakukan terhadap
jalan koridor antara PT. Roda Mas dengan PT. RKR karena jalan ini turut pula
dipergunakan oleh PT. RKR dan PT. RKR juga membayar biaya kompensasi pada
PT. Roda Mas. Selain itu deaktivasi terhadap jalan angkutan seperti jalan cabang
juga dilakukan apabila jalan tersebut sudah tidak dipergunakan secara operasional.
Kendala yang seringkali dihadapi dalam pemeliharaan jalan ini adalah rusaknya
alat bantu dalam perawatan jalan yaitu dump truck, sehingga perawatan terhadap
alat berat perlu lebih diperhatikan agar ke depannya tidak menjadi hambatan.

4.4.2

Teknik Pemanenan Kayu

A. Teknik dan Produktivitas Penebangan


Penebangan

merupakan

proses

awal

dalam

pemanenan,

yaitu

pemotongan batang pohon yang masih berdiri dan nantinya akan menjadi
potongan kayu bulat dan menjadi kunci utama dalam kegiatan produksi. Teknik
penebangan yang digunakan adalah dengan menggunakan chainsaw sesuai pada
kriteria sistem silvikultur TPTI (Tebang Pilih Tanam Indonesia). Proses
penebangan

diawali

dengan

pengadaan

pekerja

yang

mengisi

bagian

chainsawman dan satu orang asisten chainsawman yang disebut helper. Helper
dibutuhkan dalam hal kesiapan alat dan bahan yang akan digunakan sebelum
penebangan salah satunya ialah mengenai ketersediaan bensin dan oli. Kebutuhan
bensin yang dibutuhkan yaitu untuk 1,5 liter untuk perkubik kayu. Sebelum
penebangan dilakukan operator chainsaw harus mempunyai peta kerja dan peta
kontur yang berupa peta rencana pembalakan hasil cruising divisi perencanaan.
Pada proses penebangan juga dibantu oleh bloker yang mengetahui posisi pohon
untuk memastikan pohon yang ditebang dengan pohon yang tidak ditebang.
Pada saat kegiatan penebangan perlu dipastikan operator mengikuti
prosedur kerja yang benar untuk memakai alat pelindung diri sehingga dapat

78

menjalankan kerja dengan baik dan aman, pada kondisi sebnarnya di lapangan
seringkali terdapat pekerja nakal yang tidak menggunakan APD dengan alasan
alat- alat tersebut kurang nyaman saat digunakan, masalah ini akan dibahas lebih
lanjut pada bagian keselamatan dan keamanan kerja. Setelah itu

operator

chainsaw menentukan pohon yang ditebang dengan melihat kondisi pohon


tersebut yang bebas oleh cacat kayu dan gangguan seperti liana dan strangler,
kemudian ditentukan arah rebah pada pohon tersebut dengan melihat peta kerja
yang telah disiapkan. Melalui mekanisme penentuan tersebut, operator chainsaw
akan lebih mudah menentukan takik balas dan takik rebah.
Kendala pada saat menentukan arah rebah yaitu pada saat pohon yang
akan ditebang berliana atau berada dekat dengan pohon berliana lainnya, karena
potensi kayu untuk tersangkut akan semakin besar. Begitu pula dengan faktor
topografi yang dapat mengganggu proses perebahan pohon, karena itu diusahakan
pohon rebah tidak searah dengan arah lereng tetapi menghadap keatas sehingga
kemungkinan kayu untuk pecah akan diminimalisir. Sebelum penebangan batang
pohon, dipastikan bloker dapat memberikan arahan kepada operator chainsaw
agar tidak salah dalam menentukan arah rebah dan operator chainsaw harus
mengambil label pada pohon layak tebang yang nantinya akan diisi oleh nomor
pohon dan jenis pohon. Label tersebut dibuat 3 rangkap dengan pembagian 1 label
untuk chainsawman,1 label untuk dilekatkan pada bontos pohon dan 1 label untuk
dilekatkan pada tunggak pohon. Chainsawman mempunyi 1 label sebagai
pendataan yang nantinya akan menjadi laporan untuk scaller. Tunggak yang
ditinggalkan idealnya tidak boleh dari 20-50 cm dari atas banir pohon, namun
pada pelaksanaannya di lapangan pohon cenderung ditebang dibagian tersilindris,
sehingga apabila terdapat boggol kayu bagian tersebut ditinggalkan ditunggak, hal
ini dilakukan untuk mengejar mutu produk log kayu.
Setelah penebangan dilaksanakan, pohon dengan keadaan diameter yang
besar dan terlalu panjang harus dibagi batang. Bucking dilakukan dengan minimal
panjang 6 meter dari panjang maksimal 21 meter (disesuaikan dengan volume,
panjang, diameter batang terhadap kemampuan penyaradan dari traktor yang
digunakan). Bucking dilakukan di tunggak pohon, hal tersebut dilakukan untuk
mempermudah dalam proses pengangkutan dan penyaradan kayu.Terkadang

79

pembagian batang dilakukan di Tpn apabila kondisi di tunggak tidak


memungkinkan. Setelah dibagi batang kayu akan diberi tanda jika pohon itu
bagian dari pohon yang lain akan diberi tanda dengan nomor yang saman namun
huruf yang berbeda, contohnya pohon nomor 147 A dan 147 B.
Berdasarkan hasil borongan bulan Januari dan Februari 2013, jumlah
kayu yang di produksi yaitu 7216,71 m3 dan 3346,19 m3. Untuk penebangan
dengan spesifikasi 5 standby dan 3 beroperasi sehingga didapat data
produktivitasnya selama bulan januari yaitu 29,09 m3/unit/hari .Untuk chainsaw
yang dipakai spesifikasinya yaitu 5 standby dan 3 beroperasi sehingga didapat
data produktivitasnya selama bulan februari yaitu 39,83 m3/unit/hari.

B. Teknik dan Produktivitas Penyaradan


Teknik penyaradan di PT. Roda Mas berdasarkan RIL (Reduce Impact
Logging) dengan menggunakan traktor dimana dalam pembuatan jalan sarad
disesuaikan dengan penyebaran posisi pohon serta jalan sarad utama dibuat
berdeketan dengan tempat dimulainya kegiatan penebangan. Selama penyaradan
pisau atau bilah traktor diangkat. Untuk proses penyaradan choker dipasangkan
pada bagian pangkal batang lalu kabel sling yang berukuran 15-30 m dengan
diameter kabel 18-28 mm diulurkan sampai hook dapat dikaitkan pada choker,
setelah terkait digunakan winch untuk menarik log dari tunggul sampai jalan sarad
utama. Setelah sampai di TPn kabel sling dilepas dari choker lalu digulung hingga
hook sampai pada winch. Lalu kayu diletakkan di TPN searah dengan jalan dan
dirapihkan agar log dapat diukur dan diuji sebelum diangkut ke TPK.
Dalam proses penyaradan dari jalan sarad utama menuju jalan cabang
ataupun TPn apabila jalan dalam kondisi mendatar maka ujung log yang telah
terkait ditarik mendekati towing winch sehingga bagian yang diikat terangkat
sedikit kemudian ditarik menuju TPn, sedangkan apabila kondisi jalan menurun
penyaradan ditarik dari arah samping (tegak lurus terhadap log). Untuk kondisi
jalan menaik, log disarad dengan ujung batang yang berada paling atas ditarik
namun bila traktor tidak mampu menarik maka log ditarik dengan winch dengan
posisi truck dalam keadaan diam.

80

Berdasarkan hasil borongan bulan Januari dan Februari 2013,jumlah


kayu yang di produksi yaitu 7216,71 m3 dan 3346,19 m3. Untuk traktor yang
dipakai pada penyaradan dengan spesifikasi 3 unit traktor CAT D76 dan 4 unit
Komatsu D85E-SS-2 dalam keadaan beroperasi sehingga didapat data
produktivitasnya selama bulan januari yaitu 33,25 m3/unit/hari . Untuk traktor
yang dipakai pada penyaradan dengan spesifikasi 3 unit traktor CAT D76 dan 4
unit Komatsu D85E-SS-2 dalam keadaan beroperasi sehingga didapat data
produktivitasnya selama bulan februari yaitu 17,07 m3/unit/hari

C. Scaling dan Grading


Kegiatan scaling (pengukuran) dan grading (pengujian kayu) di PT. Roda
Mas Timber Kalimantan dilakukan di TPn dengan tujuan mendapatkan standar
mutu kayu bulat yang dibutuhkan berdasarkan jenis, ukuran atau dimensi batang
kayu yang meliputi ukuran diameter ujung pangkal, panjang, dan volumenya.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh kaur pengujian dan pengukuran yang meliputi
persiapan, pelaksanaan dan pelaporan tata usaha kayu. Persiapan pelaksanaan
pengukuran dan pengujian kayu dilaksanakan dengan mehubungi kaur
pembalakan dalam menentukan stock kayu yang siap diukur di TPn. Kemudian
kaur pengujian dan pengukuran menyiapkan bahan dan peralatan kerja serta
tenaga pengukur kayu.
Asisten Manajer TUK dan Pengawasan Produksi membuat Rencana
Operasional tahunan sesuai form RMA-II/FL/446.09.11, Rencana Aktivitas
Bulanan sesuai form RMA-II/FL/441.02.01, diajukan kepada Camp Manager
melalui Deputy Camp Manager untuk diverifikasi. Camp Manager memeriksa dan
mengesahkan Rencana Operasional Tahunan, bersama Kepala Tata Usaha
membuat Usulan Rencana Kerja dan Biaya sesuai form RMA-II/FL/441.02.02
dan Usulan Rencana Pengeluaran Kas sesuai form RMA-II/FL/441.02.05
selanjutnya disampaikan kepada Direktur Produksi untuk diverifikasi
Kegiatan pelaksanaan pengujian dan pengukuran kayu dilakukan oleh
Kaur Pengujian Kayu berkoordinasi dengan Kaur Pembalakan yang dibantu oleh
petugas grader/PKBRI dan scaler (pembantu PKBRI) dengan menguji kayu bulat
dengan memastikan ujung dan pangkal bontos kayu terpotong rata dan bersih,

81

kayu bebas dari cacat kayu (mata kayu busuk), kayu bulat bebas dari lubang
tembus, gerowong, atau busuk hati pada kayu bulat tidak lebih dari 35 %.
Pengukuran kayu bulat dilakukan dengan mengukur panjang kayu bulat minimal 6
m dan maksimal 21 m, setiap bontos kayu diukur diameternya dua kali (diameter
terpanjang dan diameter terpendek), pengukuran diameter pada bontos pangkal
dan bontos ujung kayu, mencatat hasil pengukuran diameter, panjang, jenis pohon
dan nomor batang berdasarkan label yang ditempel oleh operator traktor pada
kayu bulat tersebut, penandaan letak pengukuran diameter kayu dan nomor
produksi dengan cat, serta tempelkan label merah yang diberi tulisan nomor
produksi kayu, memberi tanda cat pada kayu yang akan ditriming karena cacat
atau terlalu panjang sehingga perlu dibagi menjadi beberapa potongan,
menempelkan barcode pada kayu bulat setelah mendapat pengesahan LHP oleh
Pejabat Pengesah Laporan Hasil Hutan. Kegiatan pengujian dan pengukuran kayu
di laksanakan di TPn atau di TPk Hutan bilamana kayu tersebut belum sempat
terukur di TPn akan tetapi sudah terangkut ke TPK hutan. Kemudian Buku Ukur
hasil pengukuran harian diserahkan kepada Kaur TUK.

Gambar 28. proses pengukuran dan bagian bontos kayu yang telah di scaling

Kegiatan terakhir adalah pelaporan tata usaha kayu yang dibantu oleh
kaur TUK (Tata Usaha Kayu) dalam pembuatan Usulan Laporan Hasil
Penebangan (ULHP).Kaur Penguji mengevaluasi tentang kondisi kayu dari hasil
kegiatan untuk perbaikan kualitas kayu yang akan datang dan disampaikan kepada
Kaur Pembalakan. Setiap hari Kaur Penguji dan Pengukuran membuat daftar
Kerja Harian dan pada akhir bulan diserahkan kepada Asistem Manager TUK
untuk dijadikan dasar pembayaran upah pekerja. Camp Manager bersama Asisten

82

Manajer TUK dan Pengawasan Produksi setiap bulan membuat laporan kepada
instansi kehutanan.

D. Teknik dan Produktivitas Muat Bongkar


Sebelum melakukan muat bongkar terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan berkaitan dengan kondisi kayu berupa log/kayu telah melalui proses
pengujian dan pengukuran (scaling dan grading), log/kayu telah diberi nomor,
dan sudah dicatat dalam buku ukur. Kegiatan muat dilakukan di TPn dan kegiatan
bongkar dilakukan di TPK antara atau log yard dengan menggunakan wheel
loader dan logging truck. Dalam satu trip logging truck mampu mengangkut log
sebanyak 30 m.
Teknik muat di PT. Roda Mas ialah dengan memilih log berdasarkan yang
paling panjang kemudian diletakkan pada bagian bawah dan paling pinggir
dengan letak arah pangkal kayu di depan sehingga saat logging truk melakukan
proses pengangkutan, log tidak mudah goyang ataupun jatuh. Sedangkan untuk
teknik bongkar dilakukan dengan mengambil log yang telah tersusun di atas
logging truck dari bagian yang paling atas terlebih dahulu. Pengambilan log
menggunakan wheel loader dimana penjepit diatur sedemikian rupa sampai log
tepat berada di tengah penjepit agar log tidak mudah jatuh. Log yang telah
dibongkar disusun dengan jarak 1m agar memudahkan proses pengupasan kulit.
Berdasarkan hasil borongan bulan Januari dan Februari 2013,jumlah kayu
yang di produksi yaitu 7216,71 m3 dan 3346,19 m3. Untuk Wheel Loader yang
dipakai pada muat bongkar dengan spesifikasi 2 unit Wheel Loader CAT 966D
dalam keadaan beroperasi sehingga didapat data produktivitasnya selama bulan
januari yaitu 116 ,39 m3/unit/hari. Untuk Wheel Loader yang dipakai pada muat
bongkar dengan spesifikasi 2 unit Wheel Loader CAT

966D dalam keadaan

beroperasi sehingga didapat data produktivitasnya selama bulan februari yaitu


53,97 m3/unit/hari.

83

E. Teknik dan Produktivitas Pengangkutan


Pengangkutan dengan menggunakan logging truck, sementara trailer dari
logging truck diturunkan dengan bantuan wheel loader setelah sampai di TPn.
Volume kayu maksimal adalah 30 m dimana diharuskan memiliki daftar kayu
bulat dan bon trip dan telah disahkan dan masuk dalam daftar LHP (Laporan Hasil
Penebangan).
Berdasarkan hasil borongan bulan Januari dan Februari 2013,jumlah kayu
yang di produksi yaitu 7216,71 m3 dan 3346,19 m3. Untuk Logging Truck Nissan
TA 520 PPN yang dipakai pada pengangkutan dengan spesifikasi 4 unit dalam
keadaan beroperasi sehingga didapat data produktivitasnya selama bulan januari
dengan 24 hari kerja yaitu 75,17 m3/unit/hari . Untuk Logging Truck Nissan TA
520 PPN yang dipakai pengangkutan dengan spesifikasi 4 unit dalam keadaan
beroperasi sehingga didapat data produktivitasnya selama bulan Februari dengan
11 hari kerja yaitu 76,049 m3/unit/hari.

F. Kapasitas dan Kegiatan di TPn dan TPK


Luas TPn adalah 20 m x 30 m atau maksimal yakni 900 m. Pada
Februari 2013, kapasitas di TPn adalah nihil, sementara itu, pada Februari 2013,
kegiatan di TPn, yakni muat bongkar dengan produktivitas sebesar 281 pcs pada
siang hari sementara logging menghasilkan 1252 pcs/ 10259,33 m. Selain
kegiatan pencatatan yang dijelaskan di atas turut pula dilakukan pemasangan paku
S di Tpn. Pemasangan paku ini dilakukan sebelum batang dibucking. Paku S
dipasang pada bagian bontos yang mengalami retak. Banyaknya paku S yang
dipasang pada setiap bontos tidak dibatasi, hanya bergantung pada banyaknya
retak yang terjadi saja.

Gambar 29. kegiatan pemasangan paku es

84

Adapula berdasarkan laporan hasil borongan Februari 2013, kupasan kayu


produksi, pahatan LHP, dan pemasangan paku S sebesar 424 pcs/ 3346,19 m
dengan pekerja berjumlah satu orang. Sementara pada Januari 2013, kupasan kayu
produksi, pahatan LHP, dan pemasangan paku S sebesar 874 pcs/ 7216,71 m
dengan pekerja berjumlah satu orang.

G. Teknik dan Produktivitas Perakitan Kayu dan Kendala pada


Perakitan Kayu
Kegiatan perakitan kayu di PT. Roda Mas Timber Kalimantan Timur
dilakukan di TPK atau Logpond Awal yang berada di base camp induk sei boh
yang kemudian hasil perakitan kayu ini dihanyutkan ke logpond antara batu
dinding yang berada di long bagun kemudian dihanyutkan hingga logpond antara
long iram dan terakhir di logpond akhir di samarinda. Kegiatan ini dilakukan
berdasarkan keadaan kondisi alam dimana sesuai dengan keadaan debit air sungai
Mahakam yang memungkinkan untuk mengalirkan kayu hingga hilir.
Perakitan kayu dilakukan dengan dua metode yaitu metode floater dan
metode sinker. Metode floater merupakan metode perakitan yang menggunakan
prinsip perakitan sejajar dengan berat kayu yang relatif ringan dimana kayu
dipilih yang dapat terapung di air serta jenisnya dominan. Jumlah batang kayu
yang dilakukan perakitan ini berkisar antara 31-35 batang. Sistem floater ini
dibuat dengan merakit kayu secara sejajar sebanyak 10-13 batang dan disebut satu
saft dan kumpulan saft tersebut dikumpulkan hingga mencapai 3-4 saft dan
kumpulan satu saft tersebut dinamakan satu raft yang nantinya dkumpulan raft
tersebut disatukan menjadi beberapa rakit.
Untuk kayu yang tenggelam dilakukan perakitan yang menggunakan
metode sinker dimana proses perakitan dikombinasikan dengan kayu-kayu yang
ringan dan berbeda-beda jenisnya. Pada sistem sinker yang menbedakan selain
kayu-kayu yang di rakit adalah campuran antara kayu terapung dan kayu
tenggelam, kayu tersebut diberikan kayu balance untuk menyangga dan tempat
mengikat kabel besi berwarna silver untuk mengikat kayu-kayu tenggelam.
Kapasitas perakitan kayu sinker lebih banyak dibandingkan kayu floater dan
pembuatan perakitan kayu sinker lebih lama dibandingkan dengan floater karena

85

pada proses pembongkaran kayu di rakit butuh ditahan oleh loader khusus kayu
tenggelam sehingga loader butuh menaruh kayu sampai masuk sungai sehingga
roda wheel loader cenderung licin dan sulit untuk berbalik arah. Pada rakit sinker
dibutuhkan ketelitian dalam menandakan pohon sehingga kayu yang tenggelam
dan kayu mengapung dapat dibedakan.
Kegiatan perakitan ini memiliki kapasitas minimal tersedia di logpond
awal yaitu sebesar 3500 batang pohon dan proses pemindahan dari TPK dilakukan
oleh wheel loader. Pendataan kayu (log list ) yang akan dirakit dilakukan dengan
mencatat data label kayu berupa nomer produksi kayu, jenis kayu, nomer petak,
nomer batang, panjang dan diameter kayu serta volume kayu. Jumlah pekerja
dalam perakitan kayu ada 10 orang dimana 3 orang tenaga tetap dan 7 orang
sebagai tenaga borongan. Untuk borongan bertugas untuk mengatur rakit yang
akan disusun sehingga tertata dengan baik, untuk pekerja tetap dibagi menjadi 3
orang yang pertama bertugas sebagai mandor atau penanggungjawab rakit yang
mengawasi seluruh kegiatan perkitan dan merekap data pohon yang nantinya
nomor pohon berubah menjadi nomor produksi dan direkap dengan tally sheet
yang tersedia. Untuk orang yang kedua berfungsi sebagai orang yang melihat
nomor pohon sehingga dapat membuat label baru dengan melihat tally sheet
Laporan Hasil Penebangan (LHP) yang berisi nomor pohon,nama perusaahan
dengan singkatan,nomor produksi, petak tebang, volume kayu bersih dan jenis
pohon. Untuk orang yang ketiga bertugas sebagai penempel label baru, dan
mengecat kayu yang sudah dirakit dengan nomor produksi dan nama perusahaan
yang akan dituju.
Berdasarkan data Surat Keterangan Sah Kayu Bulat (SKSKB) dan yang
telah disahkan pada tanggal 06 maret tahun 2013, pada raft 7 dan raft 8 dengan
jenis kayu meranti jumlah kayu yang diangkut keduanya berjumlah 35 buah atau
289,03 m3 dan 235,08 m3 dengan pekerja borongan perakit yaitu 10 orang
sehingga asumsi jika kayu floater bisa mendapat 2 rakit dalam sehari sehingga
produktivitasnya yaitu untuk raft 7 dan raft 8 yaitu 52,411 m3/orang/hari dan
rrata-rata rakit yang diankut berkisar antara 200-350 m3 /raft untuk kayu floater
selangnya berkisar antara 40-70 m3/orang/hari dan jika untuk kayu sinker bisa

86

mendapat 1 raft/hari sehingga produktivitasnya berkisar antara 20 -30 m3


/orang/hari
Kendala yang dialami dalam proses perakitan yaitu seperti jalan yang
rusak pada jalur wheel loader karena sering dilalui sehingga dibutuhkan
monitoring dan pembenaran jalur wheel loader setiap sehari sebelum kegiatan dan
pada saat intensitas hujan tinggi dengan menimbun jalan dan pemadatan jalan
oleh bulldozer, mendata curah hujan setiap 1 bulan sekali sehingga dapat
mengetahui data curah hujan bulanan memudahkan dalam merencanakan target
rakit per bulannya sehingga dapat memantau perkiraan pasang dan surut air
sungai, pelatihan bagi operator wheel loader agar dapat melakukan kegiatan
loading dan unloading dengan efektif dan efisien, pencatat label sering salah
dalam mencatat pelabelan kayu sehingga pekerja yang melabelkan perlu
mengetahui data pohon yang dimulai dari LHP dan hasil scalling sehingga
kesalahannya dapat diminimalisir, pada proses pembawaan kayu ke tempat
pengumpulan akhir sebelum sampai ke industri kayu,sering adanya kehilangan
rakit karena arus air sungai yang terlalu deras dan terbentur batu sehingga
diperlukan pengawasan pada saat rakit dihanyutkan pada sungai dan memberikan
sarana konsumsi di lapang untuk para pekerja agar menambah semangat dalam
bekerja.

(a)

(b)

Gambar 30. (a) pemindahan kayu ke air, (b) proses perakitan floater

87

4.4.3

Manajemen Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

A. Pembuatan Jalan Sarad


Pembuatan jalan sarad merupakan komponen penting dalam proses
perencanaan penebangan sehingga perlu persiapan matang dan sesuai dengan
tata kelola pengeloaan hutan yang berbasis RIL. Hal ini dapat memberikan
dampak minimal kerusakan pada kawasan hutan terutama untuk daerah
kawasan lindung seperti jalan kanan kiri sungai, jalan yang melalui kawasan
dengan keanekaragaman yang tinggi serta yang melalui situs budaya
masyarakat setempat. Dalam hal ini kegiatan pada jalan sarad merupakan jalan
vital pertama yang dilalui oleh kayu setelah penebangan sehingga harus dibuat
dengan baik dan tidak memperluas pembukaaan hutan.
Pada PT Roda Mas Timber Kalimantan, perencanaan pembuatan jalan
sarad berawal dari penyusunan Standar Operasinal Prosedur pembuatan trase
jalan yang disusun oleh divisi perencanaan dan diawasi oleh Kaur Kurpet
(Pengukuran dan Pemetaan) atau Asisten Manajer Perencanaan. Setelah itu
pembuatan trase jalan diawali oleh persiapan dengan telah menyiapkan peta
kontur dan sebaran tegakan pada petak yang akan dituju. Setelah itu PT Roda
Mas Timber Kalimantan sudah menerapkan RIL pada kegiatan ini sehingga
mempertimbangkan beberapa hal seperti :
1.

Posisi trase jalan sarad diusahakan berada pada punggung bukit /


pematang

2.

Posisi trase jalan cabang

3.

Kemiringan lereng tidak lebih dari 40 %

4.

Dapat menjangkau seluruh pohon tebang dalam petak tebangan

5.

Lebar trase jalan sarad yang akan dibuka yaitu 4 m

6.

Mengurangi perlintasan sungai dan anak sungai

7.

Volume potensial yang dapat diambil

8.

Kawasan sempadan sungai, rawa, dan non hutan

9.

Kawasan yang memiliki nilai ekologis dan keanekaragaman hayati


yang unik

10.

Rencana lokasi TPn dan TPK hutan

88

Dengan pertimbangan ini dan mengacu pada pedoman RIL pembuatan


jalan sarad dapat dioptimalkan. Setelah melakukan pertimbangan tersebut jalan
sarad yang dipilih ditandai sehingga traktor dapat mudah mengakses jalan tersebut
dan tidak terjadi kelasalahan di lapangan. Masalah yang sering terjadi dilapangan
yaitu ketikan rencana pembuatan jalan sarad telah dilakukan,pada pelaksanaannya
banyak penyimpangan terutama pengalihan jalan sarad yang tidak sama dengan
rencana

yang

awal

dikarenakan

kurangnya

kordinasi

dari

bagian

perencanaanhutan, operator traktor, dan pengawas lapang. Hal ini menunjukan


diperlukan pengawasan yang lebih intensif pada tahap pelaksanaan dan
perencanaan yang terkoordinasi sehingga jalan sarad dapat digunakan secara
permanen dan bekerlanjutan.

B. Kebutuhan Peralatan Logging; Alat Tebang; Alat Sarad; Alat Muat


Bongkar; Alat Angkut; Alat Pembukaan Jalan
Pada kegiatan mengeluarkan kayu dari dalam hutan keberadaan alat berat
merupakan salah satu poin tergenting, karena proses ini membutuhkan alat- alat
berat dengan nilai beli dan nilai perawatan yang tinggi sehingga jumlah alat yang
disediakan perlu disesuaikan dengan target volume kayu yang akan dikeluarkan
agar tingkat produktivitas yang distandarkan dapat tercapai. Berikut merupakan
tabel yang menggambarkan penyediaan alat- alat berat di PT. Roda Mas berikut
kondisi alat, banyaknya unit, spesifikasi alat dan produktivitasnya.

Tabel 14. TABEL ALSIN/ ALBERT LOGGING


No. Aktivitas

Tebang

Jenis Alat

Kondisi

Jumlah Spesifikasi Produktivitas

dan Merk

Alat

(unit)

Chainsaw

3 unit

STIHL 70

(m/hari/alat)
Kapasitas

Bulan

dalam

mesin 2

januari =

keadaan

tak - 6,4

29,09 dan

baik

HP 8

Bulan

dan 5

KW.

Februari =

unit

Tanki

39,83

dalam

bensin 1,2

89

keadaan

liter, dan

standby

kapasitas
tanki oli
sebesar
0,53 iter

Penyaradan

Traktor

3 baik

CAT D76

200 HP-

Bulan

dan 1

149,1 KW

januari =

rusak

full

33,25 dan

capacity

bulan

435,32

Februari =

Length

17,07

with blade
5,28 m
Komatsu
D85ESS-

Rusak

Rusak

4 baik

Fuel

2C/ W
Winch

Komatsu
D85ESS2C/ W
Winch

Komatsu
D85E-SS2

capacity
407 L
operating
weight
15620 kg
length
with blade

90

4,135
3

Muat-

Wheel

2 baik

bongkar

loader
caterpillar

Fuel

Bulan

dan 1

capacity

Januari =

rusak

304 L

116,39 dan

215,9 HP-

Bulan

161 KW

Februari =

raise time

53,97

966 D

7,1 second
dump time
2 second
4

Pengangkutan Logging

Baik

Bulan

trailer

Januari =

nissan TA

75,17 dan

520 PPN

Bulan
Februari =
76,049

Perakitan

Wheel

Baik

Fuel cap

loader

304 L 215

caterpilar

HP-161

966 E

KW

Long boat

Baik

200-350

C. Logistik dan Perawatan


Bagian logistik dan perawatan alat merupakan dua bagian berbeda yang
terdapat pada satu manajemen yang sama. Sejak tahun 2000 PT Roda Mas
bekerjasama dengan mitra yang menyediakan seluruh tenaga kerja borongan
untuk perusahaan, sehingga bagian logistik dan perawatan juga masih dalam
tanggung jawab mitra dalam hal tenaga kerja. Penyediaan seluruh alat logistik dan
perawatan tetap dibiayai oleh PT Roda Mas, sehingga walaupun menggunakan
tenaga kerja dari mitra pengeluaran dan pemasukan barang- barang dari
warehouse tetap dikontrol oleh perusahaan. Bagian logistik yang berada di

91

warehouse melaksanakan proses pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian


seluruh barang-barang untuk keperluan operasional perusahaan, sedangkan bagian
perawatan peralatan memiliki tugas melakukan perawatan dan perbaikan semua
alat utama produksi. Tugas perawatan dan perbaikan alat dilaksanakan oleh
bengkel yang dibantu oleh para mekanik.

Gambar 31. Warehouse PT. RMTK

Prosedur pengadaan barang dilakukan dengan melakukan pengajuan ke


kantor pusat PT Roda Mas di Samarinda, surat pengadaan ini dilakukan melalui
email. Kemudian pihak Samarinda akan melakukan order barang yang
dibutuhkan, sehingga barang dapat segera dikirim ke area kerja unit II. Barang
yang sampai kemudian akan dicatatat pada stock card. Sedangkan untuk prosedur
permintaan barang dilakukan langsung di

warehouse, kemudian dilakukan

pengecekan stock card untuk menunjukkan apakah barang yang diminta ada
persediaan di gudang atau tidak. Permintaan barang atau spare part di PT Roda
Mas cenderung dilakukan langsung oleh operator alat yang bersangkutan.
Terdapat pula pemesanan yang tidak menunggu sampai barang tersebut
diperlukan, biasanya pemesanan dengan model ini dilakukan untuk barang urgent
dan pemesanan rutinan. Pemesanan rutinan ini yang menjadi upaya pencegahan
hambatan bekerjanya suatu alat terutama alat produksi karena tidak tersedianya
suku cabang di gudang. Biasanya merupakan barang yang digunakan pada alat
berat yang sering mengalami kerusakan misalnya pecah ban dan transmisi pada
logging trailer truck dan kaki pada bulldozer. Selain pengadaan macam-macam
spare parts, warehouse PT Roda Mas juga melakukan pengadaan Alat Pelindung
Diri.

92

Bagian perawatan peralatan pada PT Roda Mas dibagi- bagi menurut


keahlian spesifikasi keahlian teknisi atau mekanik yang ada. Pada bagian alat
berat, spesifikasi keahlian tenaga kerja contohnya dibagi menjadi mekanik mobil
LT yang berbeda dengan mekanik traktor dan loader. Tidak ada pembagian
tenaga kerja mekanik yang khusus berada di warehouse dengan yang mobile,
sehingga apabila terjadi kejadian kerusakan yang perlu diperhatikan hanya
lokasinya, apabila dekat dengan warehouse maka dilakukan di bengkel, namun
apabila terjadi kerusakan di areal yang jauh maka perbaikan dan perawatan akan
dilakukan di dalam hutan. PT Roda Mas mempekerjakan 10 tenaga mekanik.
Keahlian tenaga kerja khususnya dibidang mekanik rata-rata tidak memiliki
riwayat pendidikan tentang mesin dan cenderung memiliki keahlian karena
bimbingan dan pelatihan dari yang sudah berpengalaman,

namun beberapa

mekanik juga berasal dari STM (Sekolah Teknik Mesin). Spesifikasi tenaga kerja
memang masih dikatakan belum baik karena hampir semua bidang dilakukan
serampangan sesuai dengan kondisi dilapangan.
Permintaan untuk pengadaan Bahan Bakar Minyak di PT. Roda Mas
Timber Kalimantan dilakukan dengan menggunakan sistem surat jalan, dimana
kebutuhan bahan bakar minyak tersebut di kontrol 2 kali dalam setiap minggu
yaitu pada hari senin dan jumat. Pengangkutan dilakukan dengan longboat yang
dapat menampung hingga 21-30 drum yang didapatkan dari Kec.Long Bagun.
Bahan bakar minyak yang dibutuhkan terdiri dari 10 macam, yitu oli 10, oli 30,
oli 40, oli 15w_40, oli 90, oli 140, oli 2P, oli 68, minyak solar, dan minyak
bensin. Kebutuhan oli setiap bulannya mencapai 2-3 drum sedangkan minyak
solar mencapai 50.000 liter dan minyak bensin dapat mencapai 12.000-13.000
liter.
Minyak solar sangat dibutuhkan karena kegunaannya yang bersifat
menyeluruh dimana digunakan untuk penerangan, trasportasi hingga pengunaan
alat-alat berat. Penggunaan untuk penerangan menggunakan mesin engkel dimana
kebutuhannya dapat mencapai 30 liter solar perhari. Untuk alat berat
penggunaannya sesuai dengan kegiatan dan biasanya menghabiskan solar hingga
52.000 selama 1 kali kegiatan. Untuk bahan bakar minyak bensin digunakan

93

hanya untuk trasportasi air, penggunaan 2 unit longboat dapat menghabiskan


bensin hingga 4.000-5.000 liter setiap bulannya.
Kendala di lapangan yang dihadapi oleh perusahaan dalam masalah
logistik adalah jumlah tenaga kerja yang kurang dan kurangnya kompetensi
pekerja. Jumlah karyawan yang ada di warehouse hanya 1 orang sehingga
karyawan tersebut mengaku kewalahan dalam melakukan semua pembukuan dan
pengisian stock card, hal ini berakibat pada terhentinya pengisian stock card.
D. Tata Usaha Kayu
Tata usaha kayu adalah suatu tatanan atau tata usaha dalam bentuk
pencatatan, penerbitan dokumen dan pelaporan yang meliputi kegiatan
perencanaan produksi, pemanenan, pengolahan dan peredaran kayu. Tata usaha
kayu juga merupakan sarana administrasi dalam pengawasan dan pembinaan,
sehingga sumber daya alam yang berupa hutan dapat dijaga kelestarian dan dapat
memberikan manfaat secara optimal. Dalam tata usaha kayu ada beberapa
kegiatan yang dilakukan diantaranya meliputi :
a.

Pemberian pelabelan nomor tanda pada kedua bontos oleh scaller di


TPn dengan cara memberikan label dan cat berwarna putih pada kedua
bontos kayu bulat yang telah diberi tanda kemudian dicatat pada buku
ukur.

b.

Laporan Hasil Produksi (LHP) dimuat dari data buku ukur yang
diterima dari pengawas lapangan tebang per blok tebangan. Laporan
Hasil Produksi (LHP) memuat informasi mengenai nomor batang,
jenis kayu, kelompok jenis, ukuran kayu, dan volume kayu bulat yang
diproduksi. Selain itu, Laporan Hasil Produksi (LHP) juga di
lampirkan Daftar Kayu Bulat (DKB). Laporan Hasil Produksi (LHP)
diterbitkan paling lambat enam hari sekali (per periode). Scaller akan
mengusulkan ke Pejabat Pengesah Laporan Hasil Pengukuran
(P2LHP) untuk di sahkan. Kemudian P2LHP akan mengambil sample
sebesar 10% dari LHP yang di usulkan untuk di periksa. Apabilla
kesalahan kurang dari 5% maka LHP di anggap sah. Namun, apabila
kesalahan lebih dari 5%, maka LHP dianggap tidak sah dan scaller

94

harus melakukan pengecekan ulang. LHP dibuat enam rangkap yang


akan didistribusikan kepada :

c.

Barcode

Kepala Dinas Provinsi Kalimantan Tengah

Kepala Balai

P2SKSKB

P2LHP

Arsip Perusahaan

BPPHP

merupakan

alat

dari

SI-PUHH

(Sistem

Informasi

Penatausahaan Hasil Hutan) secara online dimana sesuai dengan


Peraturan Menteri Kehutanan no. P.8/Menhut-II/2009 Pasal 55,
dimana pemegang IUPHHK-HA yang mempunyai AAC sekurangkurangnya 60.000 m3 per tahun wajiacb melaksanakan Sistem
Informasi Penatausahaan Hasil Hutan (SI-PUHH) online.
d.

Pajak Sumber Daya Hutan dan Dana Reboisasi (PSDH-DR)


merupakan pajak yang harus dibayarkan oleh pemegang IUPHHK-HA
kepada pejabat penagih. Setelah PSDH-DR sudah dibayarkan
selanjutnya

LHP

disahkan

oleh

P2LHP.

Kemudian

P2LHP

mengupload LHP yang telah disahkan. Apabila LHP sudah upload


dari P2LHP sudah mengesahkan selanjutnya pejabat penagih
menerbitkan surat yang disebut SPB PSDH-DR. Setelah dibayar, bukti
pembayaran diberikan kembali kepada pejabat penagih sebagai
dokumen.
e.

Surat Keterangan Sah Kayu Bulat (SKSKB) adalah dokumen


dokumen angkutan yang diterbitkan oleh Pejabat yang Berwenang,
dipergunakan dalam pengangkutan, penguasaan atau pemilikan hasil
hutan berupa kayu bulat yang diangkut secara langsung dari areal ijin
yang sah pada hutan alam negara dan telah melalui proses verifikasi
legalitas, termasuk telah dilunasi PSDH dan atau DR. SKSKB
diterbitkan secara self assessment setelah ada bukti pelunasan Dana
Reboisasi (DR) dan Pajak Sumber Daya Hutan (PSDH). Setelah
SKSKB telah disahkan kemudian didistribusikan kepada :

95

Kepala Dinas Kabupaten/Kota tujuan kemudian dikirim ke Dinas


Kehutanan Provinsi Tujuan

Sebagai arsip penerima atau perusahaan

Kepala BPPHP asal hasil hutan

Kepala Dinas Provinsi tujuan hasil hutan

Pejabat penerbit SKSKB

Sebagai arsip pemilik hasil hutan

Kepala Dinas Provinsi asal hasil hutan

Gambar 32. SKSKB dan attachment nya berupa Daftar Kayu Bulat

f. FA-KB (Faktur Angkutan Kayu Bulat) adalah dokumen angkutan


yang diterbitkan oleh Penerbit FA-KB yang merupakan Petugas
Perusahaan, dipergunakan dalam pengangkutan hasil hutan berupa
kayu bulat atau kayu bulat kecil yang berasal dari perizinan yang sah
pada hutan alam negara atau hutan tanaman di kawasan hutan
produksi, dan untuk pengangkutan lanjutan kayu bulat atau kayu bulat
kecil yang berasal dari kawasan hutan negara yang berada di luar
kawasan. FA-KB diterima oleh pihak logpond ataupun industri
kemudian dimatikan oleh pihak dinas kehutanan. Dalam FA-KB
dimuat kelompok jenis kayu, jumlah batang dan volume batang serta

96

di lampirkan daftar kayu bulat (DKB). FA-KB yang telah disahkan


didistribusikan kepada :

Kepala Dinas Kabupaten/Kota tujuan

Sebagai arsip penerima

Kepala Dinas Kabupaten/Kota tempat asal hasil hutan

Kepala BPPHP asal hasil hutan

Sebagai arsip pejabat penerbit

E. Sistem Pengupahan dan Sistem Pemasaran Kayu


Upah Mimimum Karyawan yang ditetapkan di PT.Roda Mas Timber
Kalimantan adalah sebesar Rp 1.720.000,00 namun upah terendah yang selama ini
dibayarkan oleh perusahaan kepada karyawan tetapnya adalah sebesar Rp
1.800.000,00. Sistem pengupahan minimum ini tidak berlaku untuk karyawan
borongan di PT. Roda Mas Timber Kalimatan, karena sistem upah yang
digunakan berdasarkan banyaknya hasil yang didapat. Upah kegiatan penebangan
oleh chainsawman dan helper dihitung berdasarkan kubik kayu yang dihasilkan,
untuk penebangan biasa upah yang didapat oleh chainsawman dan helper adalah
Rp 7.100,00/ kubik. Sedangkan untuk penebangan kayu untuk gorong- gorong
dan slipper harga yang ditetapkan lebih rendah. Harga tebangan akan lebih tinggi
saat penebangan yang dilakukan dengan tujuan pembuatan jalan, atau yang
disebut dengan tebang matahari jalan.
Kegiatan penyaradan dan pengangkutan juga dihargai sesuai dengan
hasil

yang

didapatkan

oleh

pekerja.

Berikut

merupakan

tabel

yang

menggambarkan penilaian upah bagi pekerja sarad dan angkut di PT. Roda Mas
Tabel 15. Pengupahan pekerja sarad dan angkut

97

Dikarenakan PT. Roda Mas hanya dapat dicapai dengan melewati sungai
Mahakam maka jasa motoris kapal dan helper (hockman) adalah

hal yang

penting. Upah yang ditetapkan untuk motoris kapal dan hockman dihitung per trip
atau

per drum bahan bakar. Berikut merupakan tabel yang menggambarkan

kondisi sistem pengupahan bagi motoris dan hockman nya.


Tabel 16. Pengupahan motoris dan hockman

Pada sistem pemasaran kayu hasil produksi di PT. Roda Mas seluruh
kayu dijual dalam bentuk log kepada PT. Tirta Mahakam. PT. Tirta Mahakam
berada dalam satu manajemen grup dengan PT. Roda Mas. Log kayu tersebut
sebagian diolah menjadi ply wood , moulding, block board, lantai kayu, dan fancy
wood dengan produk unggulan berupa ply wood dan kayu hardwood untuk
flooring. Produk jadi hasil pengolahan PT. Tirta Mahakam ini kemudian di ekspor
ke Jepang, China, Australia dan United States.

F. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


PT. Roda Mas Timber Kalimantan dalam menjalankan kegiatan
pengusahaan hutan tengah berupaya mengutamakan keselamatan dan kesehatan
kerja melalui pembentukan pengesahan Panitia Pembina Keselamatan dan

98

Kesehatan Kerja (P2K3) yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala


Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Kutai Barat Nomor : KEP.560/224/IDTK/III/2012. Struktur lembaga panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja
(P2K3) yang terbentuk ini terdiri dari Ir Suherianto sebagai ketua, Syawal
ribuanto sebagai sekretaris, M Faisal, S.Hut.,M.Si di bagian perencanaan hutan,
Dading. H,S.Hut bagian pembinaan, Ir Basuki Rachmat bagian produksi, Suparno
di bagian bengkel, Dwi Wahono bagian umum, Andreas Tomy bagian kelola
sosial, dan Winardi bagian gudang.
Pada prakteknya, pelaksanaan K3 dilakukan salah satunya melalui
pengadaan alat- alat keselamatan diri (APD). Monitoring dan evaluasi terhadap
penggunaan APD telah dilakukan oleh PT.Roda Mas Timber Kalimantan. Dari
hasil monitoring dan evaluasi pada tahun 2012 terlihat bahwa untuk pemakaian
helmed dan apar, semua pekerja telah menggunakan helmed saat bertugas. Namun
pada kenyataannya di lapangan masih terdapat pekerja yang tidak menggunakan
helmed. Sedangkan untuk penggunaan rompi, ear plug bagi motoris boat, masker,
dan pelampung diketahui bahwa sebagian pekerja masih tidak menggunakannya
saat bertugas, alasan dari kelalaian ini merupakan pengadaan APD tersebut yang
jumlahnya masih kurang mencukupi sehingga dibutuhkan tindak lanjut dari
manajemen perusahaan. Sedangkan untuk penggunaan kaca mata las, sepatu safty
operator chainsaw, dan kaca mata operator chainsaw masih belum dilaksanakan
akibat APD yang disediakan menyebabkan ketidaknyamanan saat digunakan,
sehingga dibutuhkan pengadaan alat yang memenuhi standar ergonomis.
Pengadaan kotak P3K juga memerlukan perhatian lebih untuk PT. Roda Mas
karena pengadaan dari kotak P3K memang telah dilakukan tetapi untuk
redistribusi atau pengisian kembali isi kotak P3K yang telah terpakai belum
dilakukan.
Mekanisme penanggulangan kecelakaan yang terjadi di PT. Roda Mas
dapat terlihat dari berita kronologis kecelakaan kerja. Tersurat bahwa seorang
chainsaw helper mengalami kecelakaan di petak tebangan akibat ranting yang
jatuh dan mengenai kepalanya saat kebetulan yang bersangkutan tengah melepas
helmednya. Korban langsung dibawa ke Pos Pelayanan Medis di Km 0 untuk
mendapatkan perawatan, kemudian karena dirasa luka yang diderita cukup parah

99

korban langsung dibawa ke daerah Long Bagun (hilir Mahakam) untuk


mendapatkan bantuan medis lanjutan, keesokan harinya korban dirujuk untuk
dirawat di Rumah Sakit Samarinda. Untuk masalah pembiayaan, saat terjadi
kecelakaan perusahaan menanggung seluruh biaya pengobatan higga korban pulih
seluruhnya, atau apabila korban meninggal dunia maka perusahaan akan
membiayai biaya hingga jenazah dapat bertemu dengan keluarganya.
Potensi bahaya kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada PT.Roda Mas
lebih diakibatkan oleh kelalaian dari para pekerja di lapang yang tidak
menggunakan APD ataupun kurang memperhatikan kondisi lingkungan tempat
kerjanya. Sebagian besar kelalaian menggunakan APD yang dilakukan oleh
pekerja berada pada para pekerja borongan yang melaksanakan kegiatan utama
produksi. Pada tahun 2009 hingga tahun 2011 tercatat 8 kejadian kecelakaan kerja
terjadi di wilayah PT. Roda Mas yang 90% diakibatkan oleh kelalaian pekerja di
lapangan yang terdiri atas 2 kecelakaan berat dan 6 kecelakaan ringan. Sedangkan
untuk tahun 2012 terjadi 5 kejadian kecelakaan kerja, yang terdiri dari 1
kecelakaan mobil, 1 kecelakaan saat melakukan timber cruising, 1 kecelakan
chainsaw helper, 1 kecelakaan helper traktor, dan 1 kecelakaan akibat tidak
menggunakan sepatu safety. Total korban meninggal dari tahun 2009 hingga 2012
adalah 2 orang.
Data di atas menggambarkan bahwa sesungguhnya keteledoran saat
bekerja harus dihindari baik terhadap fokus saat bekerja dan ketaatan
menggunakan APD, maka itu hal kunci yang selanjutnya perlu dilakukan oleh
manajemen K3 perusahaan adalah komunikasi. Komunikasi tentang pentingnya
K3 dan perlunya memantapkan komitmen atas pelaksanaan K3 di lapangan perlu
dilakukan melalui sarana- sarana penunjang seperti safety talk, daily meeting,
spanduk, leaflet dan safety induction sehingga pekerja akan memiliki pengetahuan
yang memadai tentang K3 minimal di unit kerja masing- masing.

100

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. PT. Roda Mas Timber Kalimantan telah melakukan tugas dan tanggung
jawabnya dalam sistem pengelolaan hutan yang lestari sesuai dengan
ketentuan serta peraturan pemerintah dalam IUPHHK-HA yang telah
diberikan walaupun dalam prakteknya tidak semuanya tercapai sesuai dengan
rencana yang diharapkan. Dalam pencapaiannya, pengelolaan yang dilakukan
berfokus dengan mengintegrasikan aspek-aspek kelola produksi, kelola
lingkungan dan kelola sosial.
2. Dengan adanya PKL di PT. Roda Mas Timber Kalimatan ini mahasiswa
menjadikan perusahaan tersebut sebagai tempat dalam penerapan teori-teori
mengenai pengelolaan hutan yang selama ini diterima di bangku perkuliahan.
3. Pemahaman akan pengelolaan hutan menjadi bertambah seiring diadakannya
Praktek Kerja Lapang ini.
4. Mahasiswa telah melihat dan merasakan mengenai sistem kerja dari
pengelolaan hutan serta dapat belajar mengenali permasalahan-permasalahan
yang ada berikut cara penyelesaian permasalahan tersebut.
5. Mahasiswa telah melakukan pengamatan, simulasi, dan wawancara pada
setiap materi PKL yang meliputi aspek perencanaan, pembinaan hutan,
perlindungan hutan, konservasi sumberdaya hutan, pemanenan hasil hutan,
pengembangan masyarakat desa hutan, serta pengeloaan DAS.
6. Kedisiplinan, kreatifitas, dan produktifitas dalam bekerja menjadi hal yang
didapatkan ketika melakukan magang di PT. Roda Mas Timber Kalimantan,
sehingga menumbuhkan jiwa rimbawan.
7. Mahasiswa mendapatkan wawasan tentang dunia kerja di IUPHHK-HA
khususnya di PT. Roda Mas Timber Kalimantan.

101

5.2 Saran
1. Kegiatan PKL menjadi hal penting bagi perkembangan mahasiswa dalam
pengelolaan hutan, karena itu persiapan tentang pembekalan materi penting
dilaksanakan agar kegiatan mahasiswa dilapangan menjadi lebih optimal
dengan pembekalan mengenai ilmu-ilmu dasar kehutanan yang pasti akan
ditemui di suatu areal hutan atau IUPHHK-HA.
2. Tidak semua materi berjalan di suatu IUPHHK atau pada suatu pengelolaan
hutan, sehingga penilaian kinerja praktikan tidak dilihat dari kelengkapan
suatu materi.
3. Adanya keberlanjutan PKL di perusahaan yang sama untuk meningkatkan
pandangan terhadap IPB pada dunia kerja khususnya bidang kehutanan.
4. Diadakannya penelitian atau studi banding mengenai permasalahan yang
terjadi dalam suatu perusahaan hutan sehingga sebagai calon rimbawan dapat
memberikan kontribusi bagi perusahaan dan juga kemajuan pengusahaan
hutan.

102

DAFTAR PUSTAKA
PT. RODA MAS TIMBER KALIMANTAN. 2010. Rencana Kerja Inventarisasi
Hutan Menyeluruh Berkala Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Dalam Hutan Alam (IUPHHK-HA). Kabupaten Kutai Barat. Kalimantan
Timur.
. 2011. Laporan Hasil Cruising Rencana Kerja
Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam
Pada Hutan Produksi Tahun 2012. Kabupaten Kutai Barat. Kalimantan
Timur.
. 2012. Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam Pada Hutan Produksi Tahun
2013. Kabupaten Kutai Barat. Kalimantan Timur.
. 2011. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu Dalam Hutan Alam Pada Hutan Produksi Berbasis
Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) Periode 2011 s/d 2020.
Kabupaten Kutai Barat. Kalimantan Timur.

LAMPIRAN

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kalender Musim Kampng Long Lunuk dan Long Lunuk Baru
No
1

Bulan
Kegiatan
Berladang dan adat
Buka lahan
Bakar ladang
Menugal/
tanam
padi
Merumput
Buat Hudoq
Main gasing
Perayaan natal dan
tahun baru
Laliq Ataq
Panen
Nebukoq
Masa paskah
Pesta anak dan
kawin adat
Kegiatan hari-hari
Kebun kakau, karet,
sayur-sayuran,
gaharu,
meranti,
dan
kayu
lain
seperti buah-buahan
Tebas
lahan/
persiapan lahan
Bakar lahan

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agust

Sept

Okt

Nov

Des

Keterangan

Disesuaikan dengan jadwal menugal dan cuaca

Makan emping hasl panen muda


Potong padi
Pesta hasil panen sebelum perayaan paskah
Setelah panen dan sebelum buka lahan

Gaharu dan meranti masih dalam perawatan

Persiapan lahan tidak tentu pada masa bulan 5-7


tergantung program dari pemerintah maupun
pribadi namun umumnya dilakukan

Pasang
ajir/
membuat
lubang
tanam
Penanaman
Pemupukan
dan
perawatan
Panen kakau
Panen karet

Panen sayur
Panen buah
Ternak babi, anjing,
ayam
(unggas),
sapi, dan kolam
ikan

4
5

Berburu
Gotong royong

Pertemuan
kampung
Pertemuan
kelompok RT/ Tani

Bakti umum/ bakti


sosial

Sebelum menugal

Setelah menugal
Tergantung dari kesuburan dan kebersihan kebun
Setelah umur 3 tahun baru bisa panen setiap 3
hari sekali (tergantung besar kecil lahan)
Setiap hari tergantung cuaca setelah umur 7
tahun
Tergantung jenis bibit sayuran
Tergantung musim buah
Babi setiap hari memberi makan pagi dan sore,
ayam pagi dilepas sore dikurung, kolam ikan ada
tetapi kolamnya belum ada karena bibit sulit,
sapi pagi digembalakan sore dimasukkan
kandang dan diberi makan
Dilakukan 3 hari sekali
Dilakukan setiap hari kamis dan sabtu tergantung
program pembangunan di kampung
Setiap 3 bulan sekali kalau ada informasi baru
atau ada knjungan dari pemerintah
Pertemuan tergantung prgram maupun informasi
bisa berupa program kegiatan kampung maupun
pemerintah
Pada awal bulan

Anda mungkin juga menyukai