Anda di halaman 1dari 5

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN

Julaeha

Ellaselvy12@gmail.com

Universitas Esa Unggul

Jl. Arjuna Utara No.09, RT.01,/RW.02, Duri Kepa, Kec.Kebun Jeruk, Kota Jakarta Barat,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11510

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Pancasila sebagai System filsafat negara
dalam Pendidikan di Indonesia melalui pendekatan intisari dari keberadaan Indonesia
sebagai suatu negara. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang memandang pendidikan
sebagai proses memanusiakan peserta didik sehingga mampu berkembang dan
beraktualisasi diri dengan segenap potensi asli yang ada dalam dirinyaPancasila berfungsi
sebagai dasar negara, ideologi, filsafat, dan juga sebagai perwujudan dari prinsip dasar
untuk Indonesia yang mandiri. Oleh karena itu, revitalisasi/kebangkitan kembali Pancasila
seharusnya menjadi fokus utama dari program pemerintah, agar nilai Pancasila dapat dijiwai
oleh setiap bangsa Indonesia..Karena Pancasila merupakan dasar negara atau ideologi
negara, maka Pancasila berfungsi memberi arah pada tindakan dan pembentukan struktur
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Konsekuensinya seluruh aspek dalam
penyelenggaraan Negara didasarkan dan diliputi oleh nilai-nilai Pancasila.

Kata kunci: filsafat pendidikan, Pancasila, Ideologi.

PENDAHULUAN

Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain, untuk tujuan
tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh  mempunyai
beberapa inti sila, nilai, dan landasan yang mendasar. Sedangkan pancasila merupakan
dasar pandangan hidup bagi rakyat Indonesia yang di dalamnya memiliki lima dasar yang
isinya merupakan jati diri bangsa Indonesia. Sebuah falsafah dan sebuah ideologi bagi
bangsa Indonesia, Pancasila adalah dasar dari pelaksanaan segala aspek kehidupan bagi
bangsa Indonesia. Salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Dalam UU No.12 Tahun
2012 Pasal 1 tentang Pendidikan Tinggi disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Dari Undang-undang di atas dapat dimaknai bahwa pendidikan di Indonesia adalah


sebuah proses pembelajaran yang berupaya untuk tujuan pengembangan potensi diri dan
karakter bagi peserta didik. Disini Sila-sila Pancasila mencerminkan bagaimana seharusnya
pendidikan harus dihayati dan diamalkan menurut sila-sila dalam Pancasila. Sila-sila dalam
Pancasila menggambarkan tentang pedoman hidup yang melandasi semua aspek hidup dan
kehidupan bangsa, tanpa terkecuali aspek pendidikan berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan prinsip konstitusionlisme menurut Andrews (1968) pada umumnya ada tiga
elemen kesepakatan, yaitu sebagai berikut

1. kesepakatan tentang tujuan dan cita-cita bersama ( the general goal of society or
general acceptance of the same philosophy of goerment ),
2. Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau
penyelenggaraan pemerintahan negara (the basis of goverment),
3. Kesepakatan tentang bentuk insitusiinstitusi dan prosedur ketatanegaraan ( the form
of institutions and procedures).
Sebagai sebuah bangsa Indonesia berdasarkan pada konsep konstitusionalisme
sebagaimana dinyatakan di atas. Dalam sudut pandang Pancasila sebagai jati diri bangsa
yang akan mencerminkan visi, misi dan landasan filsafat Negara. Dari pandangan hidup ini
maka dapat diketahui cita-cita yang ingin dicapai bangsa, gasan-gagasan kejiwaan apakah
yang hendak diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ketika
para pendiri negara Indonesia menyiapkan negara Indonesia yang merdeka, mereka sadar
sepenuhnya untuk menjawab suatu pertanyaan dasar, “… di atas dasar apakah negara
Indonesia merdeka didirikan?...”. Dengan jawaban yang mengandung makna hidup bagi
bangsa Indonesia sendiri yang merupakan perwujudan dan pengejawantahan nilai-nilai yang
dimiliki diyakini dan dihayati kebbenarannya oleh masyarakat sepanjang masa dan sejarah
perkembangan dan pertumbuhan bangsa (Kaelan, 2013).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah Penelitian kualitatif, penelitian kualitatif menurut Wikipedia adalah
penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna
lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu
agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan yang berkaitan dengan filsafat
Pancasila.

PEMBAHASAN

Hakikat Filsafat Pancasila

Filsafat berasal dari kata Arab yang berhubungan rapat dengan kata Yunani, bahkan
asalnya memang dari kata Yunani. Kata filsafat dalam bahasa Yunani adalah philoshophia.
Kata philoshophia dalam bahasa Yunani merupakan kata majemuk yang terdiridari atas
philo dan shopia, philo artinya cinta dalam arti luas, yaitu ingin, dan karena itu untuk
mencapai yang diinginkan, shopia artinya kebijakan yang artinya andai, pengertian yang
mendalam. Berdasarkan asal katanya, filsafat boleh diartikan ingin mencapai pandai, cinta
pada kebijakan (Tasir, 2000).

Berdasarkan objek kajiannya, filsafat dibagi dalam tiga bidang permasalahan;


metafisika, epistemologi, dan aksiologi. Atau dengan kata lain, objek kajiannya adalah
Tuhan, alam dan manusia. Pemikiran filsafat dalam bidang aksiologi mengacu pada
persoalan nilai, baik dalam konteks estetika, moral maupun agama. Dengan mengkaji dan
menggali hakikat nilai, apakah nilai itu absolut atau relatif, bagaimana menentukan nilai,
serta apakah sumber nilai itu. Sehingga dapat dikatakan bahwa akhir dari filsafat metafisika
dan epistimologi ialah terwujudnya tingkah laku dan perbuatan-perbuatan manusia yang
mengandung nilai. Atau dengan kata lain, apabila telaah filsafat hanya untuk mencari
pemecahan masalah hakikat dan kebenaran dalam suatu realitas yang ada, maka kajiannya
termasuk dalam filsafat metafisik.

Jika seseorang berupaya memberikan jawaban atas persoalan-persoalan


pengetahuan, baik hakikat, kriteria, validitas, sumber-sumber, prosedur maupun klasifikasi
dan jenis-jenis ilmu, maka dalam hal ini telaah filsafat berada dalam wilayah kajian
epistemologi. Sedang jika yang menjadi fokus telaah menyangkut problem nilai atau
mencari nilai-nilai yang diperlukan dan dikehendaki manusia sebagai dasar pijakan dan
pegangan dalam hidup dan kehidupannya, maka kajiannya berada dalam lingkup aksiologi,
yang mencakup tentang nilai kebenaran, nilai kebaikan, dan nilai keindahan. Dengan
menggunakan dua pendekatan berdasarkan objek kajiannya yaitu, pertama ialah filsafat
teoritis yang menekankan pada problem konseptual secara universal, dan kedua ialah
filsafat teoritis yang problem penekanannya menyangkut tentang tata kehidupan serta
perilaku manusia.

Filsafat teorites adalah pendekatan filsafat yang ditujukan pada persoalan-persoalan


yang umum, baik tentang hakikat maupun pengetahuan. Misalnya pada bidang ontologi,
kosmogoni, antropologi, epistemologi, logika, teologi, dan lain sebagainya. Kemudian filsafat
praktis adalah pendekatan filsafat yang ditujukan untuk menemukan kewajiban-kewajiban,
kebutuhan-kebutuhan, dan keinginan-keinginan humanitas, misalnya etika, sosiologi, filsafat
sejarah, estetika, psikologi, psikologi agama, filsafat politik, dan lain-lain. Kajian ini lebih
fokus pada satu objek yakni menyangkut tentang nilai-nilai yang baik dan buruk (aksiologi),
atau pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan
manusia, kemudian nilai-nilai tersebut ditanamkan dalam kepribadian anak.

Filsafat, jika dilihat dari fungsinya secara praktis adalah sebagai sarana bagi manusia
untuk dapat memecahkan berbagai problematika kehidupan yang dihadapinya, termasuk
dalam problematika di bidang Pendidikan. Oleh karena itu dengan persoalan Pendidikan
secara luas,dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan arah dan pedoman atau pijakan
dasar bagi pelaksanaan dan tujuan Pendidikan filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada
hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan yang
merupakan penerapan analisis filosofi dalam lapangan pendidikan (Jalaluddin, 2012).

Terminologi Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan terdiri dari dua frase kata, yaitu filsafat dan Pendidikan, Filsafat
membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran
filsafat adalah kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau
dari segi yang biasa diamati hanya sebagian kecil. filsafat dapat diartikan sebagai cinta yang
sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijaksanaan. Lebih jauh dijelaskan bahwa
filsafat sering digunakan secara popular dalam kehidupan sehari-hari baik secara sadar
maupun tidak sadar (Sadulloh, 2012).

Sedangkan pendidikan dilakukan oleh manusia melalui kegiatan pembelajaran.


Dalam praktik pendidikan yang universal banyak ditemukan beragam komunitas dari
manusia yang memberikan makna yang beragam dari pendidikan. Di Indonesia, pendidikan
ditekankan pada penguasaan landasan terbentuknya masyarakat meritorik, artinya
memberikan waktu jam pelajaran yang luas dalam penguasaan mata pelajaran tertentu.
Pendidikan berdasarkan terminologi merupakan terjemahan dari istilah Pedagogi. Istilah ini
berasal dari bahasa Yunani, yaitu Paidos dan Agoo. Paidos artinya budak dan Agoo artinya
membimbing. Pedagogi dapat diartikan sebagai budak yang mengantarkan anak majikan
untuk belajar. Pendidikan adalah kegiatan yang melibatkan guru, murid, kurikulum, evaluasi,
administrasi yang secara simultan memproses peserta didik menjadi lebih lebih bertambah
pengetahuan, skill, dan nilai kepribadiannya dalam suatu keteraturan kalender akademik
(jumali,2004).

Tujuan pendidikan merupakan gambaran dari filsafat atau pandangan hidup manusia,
baik secara perseorangan maupun kelompok. Tujuan pendidikan itu sendiri menyangkut
sistem nilai dan norma-norma dalam suatu konteks kebudayaan, baik dalam mitos,
kepercayaan dan religi, filsafat, idiologi, dan sebagainya (Sadulloh, 2003).

Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas arah tujuannya, relevan isi
kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode atau cara-cara pelaksanaannya hanya apabila
dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum
melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan
pendidikannya (Suyitno, 2009).

Filsafat pendidikan Indonesia berakar pada nilai-nilai budaya yang terkandung pada
Pancasila. Nilai Pancasila tersebut harus ditanamkan pada peserta didik melalui
penyelenggaraan pendidikan nasional dalam semua level dan jenis Pendidikan Ada dua
pandangan yang perlu dipertimbangkan dalam menetukan landasan filosofis dalam
pendidikan Indonesia. Pertama, pandangan tentang manusia Indonesia. Filosofis pendidikan
nasional memandang bahwa manusia Indonesia sebagai:

a. makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan segala fitrahnya;


b. makhluk individu dengan segala hak dan kewajibannya;
c. makhluk sosial dengan segala tanggung jawab hidup dalam masyarakat yang
pluralistik, baik dari segi lingkungan sosial budaya, lingkungan hidup, dan segi
kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia di tengah-tengah masyarakat global
yang senantiasa berkembang dengan segala tantangannya (Jumali, 2004).

Kedua, Pandangan tentang pendidikan nasional itu sendiri. Dalam pandangan filosofis
pendidikan nasional dipandang sebagai pranata sosial yang selalu berinteraksi dengan
kelembagaan sosial lainnya dalam masyarakat.Falsafah pendidikan yang baik haruslah
memberi pedoman kepada perancang-perancang dan orang-orang yang bekerja dalam
bidang pendidikan dan pengajaran. Hal itu akan mewarnai segala perbuatan mereka dengan
hikmah, menautkan usaha-usaha pendidikan mereka dengan falsafah umum untuk negara
dan bangsanya.

Selain itu juga dapat mejauhkan mereka dari sifat meraba-raba dan mencari
penyelesaian cepat yang bersifat sementara dalam menyelesaikan masalah-masalah
pendidikan. Sehingga, setiap pihak yang terlibat dalam program sekolah, metode mengajar,
alat mengajar, pelayanan sekolah, pelaksanaan administratif, dan rencana pengajaran dapat
diukur keberhasilan dan nilainya dari sejauh mana ia selaras dengan filsafat pendidikan
tertentu dan tujuan-tujuan pendidikan yang direncanakan. Dengan demikian, maka filsafat
pendidikan dapat berperan sebagai tolak-ukur serta tendensi keberhasilan dan pencapaian
tujuan-tujuan pendidikan.

Kesimpulan
Pancasila merupakan sebuah filsafat karena pancasila merupakan acuan intelektual
kognitif bagi cara berpikir bangsa yang dalam usaha-usaha keilmuan dapat terbangun ke
dalam sistem filsafat yang kredibel. Pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis
mengikuti ideologi suatu bangsa yang dianutnya. Filsafat pendidikan adalah pemikiran yang
mendalam tentang pendidikan berdasarkan filsafat. Apabila kita hubungkan fungsi Pancasila
dengan sistem pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan, maka Pancasila merupakan
pandangan hidup bangsa yang menjiwai dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter
memang seharusnya diambil dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Agar tercipta
manusia Indonesia yang cerdas, berperilaku baik, mampu hidup secara individu dan
sosial, memenuhi hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik

Daftar Pustaka

Jalaluddin & Abdullah Idi, (2012). Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat, dan Pendidikan,
Jakarta: Raja Grafindo Persada

Jumali, dkk. (2004). Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University Press

Kaelan, (2013). Negara Kebangsaan Pancasila Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis dan
Aktualisasinya, Yogyakarta: Paradigma.

Sadulloh, Uyoh. (2012). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sadulloh, Uyoh. (2003). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung. Alfabeta

Suyitno, Y. (2009). Landasan Filosofis Pendidikan. Bandung. UPI Bandung.

Sutrisno, Slamet. (2006). Filsafat dan Ideologi Pancasila. Yogyakarta: Andi

Tafsir, Ahmad. (2000). Filsafat Umum akal dan Hati Sejak Thales Sampai James, Bandung:
PT Rosdakarya Bandung

William G. Andrews, (1968). Constitutions and Constitutionalism, New Jersey: Van Nostran
Company.

Anda mungkin juga menyukai