Anda di halaman 1dari 10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Solidaritas Sosial

2.1.1 Pengertian Solidaritas Sosial

Solidaritas sosial adalah perasaan emosional dan moral yang terbentuk

pada hubungan antar individu atau kelompok berdasarkan rasa saling percaya,

kesamaan tujuan dan cita-cita serta adanya kesetiakawanan dan rasa

sepenanggungan. Menurut Durkheim(1858), solidaritas sosial adalah suatu

keadaan hubungan antara individu dan/atau kelompok yang didasarkan pada

perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh

pengalaman emosional bersama.

2.1.2 Teori Solidaritas

Menurut Emile Durkheim (dalam Halik,2019:25), teori solidaritas sosial

adalah "kesetiakawanan yang menunjuk pada satu keadaan hubungan antara

individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan

kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional

bersama". Solidaritas sosial menurutnya dibagi menjadi dua yaitu pertama,

mekanik adalah solidaritas sosial yang didasarkan pada suatu kesadaran kolektif

(collective consciousness) bersama yang menunjuk pada totalitas kepercayaan-

kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga

masyarakat yang sama itu. Yang ikatan utamanya adalah kepercayaan bersama,

cita-cita dan komitmen moral. Sedangkan, yang kedua adalah solidaritas organik

7
adalah solidaritas yang muncul dari ketergantungan antara individu atau kelompok

yang satu dengan yang lainnya akibat spesialisasi jabatan (pembagian kerja).

2.1.3 Faktor-Faktor Solidaritas Sosial

Faktor pengaruh solidaritas sosial sebagai berikut. Faktor lingkungan,

tempat di sekitar kita bisa mempengaruhi adanya rasa solidaritas atau

kekompakan. Hal tersebut terlihat bagaimana cara kita bergaul dan berteman di

dalam lingkungan tempat kita tinggal. Faktor keluarga, pendidikan yang di

berikan di dalam keluarga sejak kecil dapat memberikan dampak bagi positif

setelah kita dewasa jadi pendidikan yang di berikan bagi anak-anak kita sangat

berguna bagi perkembangan nya di kehidupan yang akan datang.

2.1.4 Macam-Macam Solidaritas Sosial

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa

solidaritas diambil dari kata Solider yang berarti mempunyai atau memperlihatkan

perasaan bersatu. Dengan demikian, bila dikaitkan dengan kelompok sosial dapat

disimpulkan bahwa Solidaritas adalah rasa kebersamaan dalam suatu kelompok

tertentu yang menyangkut tentang kesetiakawanan dalam mencapai tujuan dan

keinginan yang sama. Jadi Emile Durkheim (dalam Doyle, 1994) membagi

masyarakat berdasarkan bentuk dari solidaritas sosialnya, yaitu antara lain:

1. Solidaritas Organik

Adalah solidaritas yang didasarkan atas perbedaan-perbedaan, solidaritas ini

muncul akibat timbulnya pembagian kerja yang makin besar, solidaritas ini

didasarkan atas tingkat ketergantungan yang sangat tinggi. Perbedaan pola relasi-

8
relasi dapat membentuk ikatan sosial dan persatuan melalui pemikiran yang

membutuhkan kebersamaan serta diikat dengan kaidah moral, norma, undang-

undang, atau seperangkat nilai yang bersifat universal.

2. Solidaritas Mekanik

Adalah bahwa solidaritas ini didasarkan pada tingkat homogenitas yang tinggi

dalam kepercayaan, sentiment dan sebagainya. Model solidaritas seperti ini biasa

di temukan dalam masyarakat primitif atau masyarakat tradisional yang masih

sederhana. Dalam masyarakat seperti ini pembagian kerja hampir tidak terjadi.

Seluruh kehidupan di pusatkan pada sosok kepala suku. Pengelolaan kepentingan

kehidupan sosial bersifat personal

2.2 Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata "remaja" berarti: pertama,

sudah dewasa, sudah sampai umur untuk kawin. Kedua, muda. Lebih lanjut lagi

penggunaan istilah remaja dapat dihubungkan dengan dua kata yaitu adolescence

dan puberty. Istilah adolesence berasal dari kata latin adolescere (kata

adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau menjadi dewasa.

Istilah adolesence seperti yang digunakan sekarang ini mempunyai arti yang

sangat luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan

ini diungkapkan oleh Jean Peiget (1980: 206)dengan menyatakan secara

psikologis bahwa remaja adalah usia di mana individu berinteraksi dengan

masyarakat dewasa, usia anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang - orang

yang lebih tua melainkan berasa dalam tingkat yang sama, sekurang - kurangnya

9
dalam masalah hak." Istilah Puberty (Inggris) atau puberteit (Belanda) berasal

dari bahasa latin Pubertas. Kata latin pubescere berarti mendapat pubes yang

berarti kelaki-lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sift dan tanda kelaki -

lakian." Pada umumnya masa pubertas terjadi antara 12-16 tahun pada laki - laki

dan 11-15 tahun pada anak perempuan, Pemaparaan mengenat batas Usia remaja

sangatlah beragam tergantung dari pemahaman masing-masing ahli.

2.2.2 Kebutuhan Dasar Remaja

Remaja memiliki beberapa jenis kebutuhan yang lebih menonjol untuk

mendapatkan perhatian dan pemenuhan dibanding dengan kebutuhan-kebutuhan

lainnya. Ini bukan berarti bahwa kebutuhan dasarnya lalu menjadi hilang.

Menurut Andi Mappiare (1982) ada dua jenis kebutuhan remaja, yaitu:

1. Kebutuhan Primer, menyangkut kebutuhan makan, minum, tidur, dan lain-

lain.

2. Kebutuhan Sekunder, berupa kebutuhan untuk dihargai, untuk mendapat

pujian, memperoleh kedudukan dalam kehidupan orang lain, menghasilkan

sesuatu, dan sebagainya.

Rumusan jenis kebutuhan remaja dikemukakan oleh Komisi Perencanaan

Pendidikan pada National Education Assosiation American (dikutip Andi

Mappiare: 1982) mengemukakan beberapa kebutuhan yang bersifat khas pada usia

remaja sebagai berikut:

1. Remaja merasa butuh untuk mengembangkan keterampilan yang dapat

digunakan sebagai bekal untuk bekerja (yang menghasilkan uang).

10
2. Remaja sangat memerlukan informasi untuk memelihara kesehatan dan

kesegaran fisiknya.

3. Remaja membutuhkan suatu informasi atau pengetahuan tentang hak dan

kewajiban seorang warga negara yang baik.

4. Memerlukan pengetahuan tentang masalah keluarga dan maknanya bagi

individu maupun masyarakat.

5. Perlu pengetahuan dan informasi bagaimana memperoleh dan memanfaatkan

fasilitas yang ada dan bagaimana cara pemeliharaannya.

2.2.3 Perkembangan Intelegensi Remaja

Laju perkembangan Inteligensi pada masa remaja-remaja berlangsung

sangat pesat. Terdapat variasi dalam saatnya dan laju kecepatan deklinasi menurut

jenis-jeniskecakapan khusus tertentu (Juntika N, 137-138). Karakteristik

Perkembangan Intelegensi Remaja. Intelegensi pada remaja tidak mudah diukur

karena tidak mudah terlihat perubahan kecepatan perkembangan kemampuan

tersebut. Pada umumnya tiga sampai empat tahun pertama menunjukkan

perkembangan kemampuan yang hebat, selanjutnya akan terjadi perkembangan

yang teratur. Pada masa remaja kemampuan untuk mengatasi masalah yang

majemuk bertambah. Pada masa awal remaja, kira-kira pada usia 12 tahun, anak

berada pada masayang disebut " Masa oerasi formal" (berfikir abstrak). Pada masa

ini remaja telah berfikirdengan mempertimbangkan hal yang mungkin; di samping

hal yang nyata (riil) (Gliedmen,1986 : 475-475). Pada usia remaja ini anak sudah

dapat berfikir abstrak dan hitotek. Dalam berpikir operasional formal, setidak-

tidaknya mempunyai dua sifat yang penting, yaitu:

11
1. Sifat Deduktif Hipotesis

Dalam menyelesaikan suatu masalah, seorang remaja akan

mengawalinya dengan pemikiranteoritik. Yang menganalisis masalah dan

mengajukan cara- cara penyelesaian hipotesis yangmungkin. Pada dasarnya

pengajuan hipotesis itu menggunakan cara berfikir induktif disamping deduktif.

Oleh sebab itu, dari sifat analisis yang ia lakukan, ia dapat membuatstrategi

penyelesaian. Analisis teoritik ini dapat dilakukan secara verbal. Anak lalu

mengajukan pendapat-pendapat atau prediksi tertentu, yang juga disebut proporsi-

proporsi. Kemudian mencari hubungan antra proporsi yang berbeda- beda tadi.

Berhubungan itu, berpikir operasional juga disebut proposisional.

2. Berpikir Operasional juga Berpikir Kombinatoris

Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan

dengan caramelakukan analis. Misalnya anak diberi lima buah gelas berisi cairan

tertentu.Suatu kombinasi ini membuat cairan tadi berubah warna.Anak diminta

untukmencari kombinasi ini.

Anak yang berpikir operasional formal lebih dulu secara teoritik

membuatmatriknya mengenai segala macam kombinasi yang mungkin, kemudian

secarasistematik mencoba mengisi setiap sel matriks tersebut secara empirik. Bila

iamencapai penyelesaian yang betul, maka ia juga akan segera

dapatmereproduksinya.Seorang remaja dengan kemampuan berpikir normal tetapi

hidup dalamlingkungan atau kebudayaan yang tidak merangsang cara berpikir,

misalnya tidakadanya kesempatan untuk menambah pengetahuan, pergi ke

sekolah tetapi tidakadanya pasilitas yang dibutuhka, maka remaja itu sampai

12
dewasa pun tidak akan sampai pada taraf berpikir abstrak. Adapun, contoh lain

dari perkembangan intelegensi remaja adalah:

1. Timbul kesadaran berfikir

2. Mulai adanya pemikiran tentang masa depan

3. Mampu memahami norma dan nilai

4. Bersifat kritis.

5. Mampu menggunakan teori-teori.

6. Mampu mengasimilasikan kata-kata.

7. Dapat membedakan mana yang penting.

8. Mampu mengambil manfaat dari pengalaman

9. Makin berkembangnya rasa toleransi

10. Mulai mampu berfikir tentang masalah yang tidak konkrit.

11. Mulai memiliki pertimbangan-pertimbangan yang rasional

2.2.4 Perkembangan Sosial Remaja

Pada jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala

interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup las. Dalam penyesuaian diri

terhadap lingkungannya, remaja telah mulai memperhatikan dan mengenai

berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya

di keluarganya.

Kchidupan sosial pada jenjang remaja ditandai dengan menonjolnya

fungi intelektual dan emosional. Tidak seperti pada masa anak-anak, masa remaja

perkembangan sosialnya semakin luas. Anak remaja tidak hanya berteman dengan

anak-anak sebaya disekitar rumahnya, tetapi ia sudah berhasrat untuk mencari

13
teman lain di lingkungan yang lebih luas. Tapa seleksi yang ketat, anak remaja

memilih temanbermain, teman berkumpul, teman berbicara, teman berbagi suka

dan duka, dan sebagainya.

Meski akhimya tapa disadari temannya itu menggiringnya pada perilaku-

perilaku tertentu, Kalau perilaku mereka itu positif tidak jadi soal, tetapi perilaku

mereka yang negatif seperti mengganggu ketenteraman masyarakat, berkelahi,

minum-minuman keras, terlibat narkoba, dan sebagainya. Itulah yang sangat tidak

disenangi semua pihak, guru, orang tua, dan masyarakat. Pergaulan dengan

sesama remaja lawan jenis dirasakan yang paling penting, tetapi cukup sulit,

karenba disamping harus memperhatikan norma pergaulan sesama remaja, juga

terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup.

Kehidupan sosial pada jenjang remaja ditandai dengan menonjolnya

fungsi intelektual dan emosional. Seorang remaja dapat mengalami sikap

hubungan sosial yang bersifat tertutup sehubungan dengan masalah yang dialami

remaja. Keadaan atau peristiwa ini oleh Erik Erickson dinyatakan bahwa anak

telah dapat mengalami krisis identitas. Proses pembentukan identitas diridan

konsep diri seorang remaja adalah sesuatu yang kompleks.

Konsep diri anak tidak hanya terbentuk dari bagaimana anak percaya

tentang keberadaan dirinya sendiri, tetapi juga terbentuk dari bagaimana orang

lain percaya tentang keberadaan dirinya. Perkembangan remaja adalah suatu

masa, dimana anak ingin menentukan jati dirinya dan memilih kawan akrabnya.

Seringkali anak menemukan jati dirinya sesuai dengan atau berdasarkanpada

14
situasi kehidupan yang mereka alami banyak remaja yang amat percaya pada

kelompok mereka dalam menemukan jati dirinya.

Dalam hal ini Erickson berpendapat bahwa bahwa penemuan jati diri

sesorang didorong oleh pengaruh sosiokultural. Tidak seperti pandangan Freud

yang mengatakan bahwa kehidupan sosial remaja (pergaulan dengan sesame

remaja, terutama dengan lawan jenis) didorong oleh dan berorientasi pada

kepentingan seksual. Semua perilaku sosial didorong oleh kepentingan seksual.

Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok, baik kelompok

kecil maupun kelompok bear.

Dalam menetapkan pilihan kelompok yang diikuti, didasari oleh berbagai

pertimbangan, seperti moral, sosial ekonomi, minat, dan kesamaan bakat, dan

kemampuan. Baik di dalam kelompok kecil maupun kelompok besar, masalah

yang umum dihadapi remaja dan paling rumit adalah faktor "penyesuaian diri” di

dalam kelompok bear akan terjadi persaingan yang berat, masing-masing remaja

bersaing untuk tampil menonjol, memperlihatkan akunya. Oleh karena itu, sering

terjadi perpecahan dalam kelompok tersebut, yang disebabkan oleh menonjolnya

kepentingan pribadi setiap seseorang. Tetapi, sebaliknya didalam itu terbentuk

suatu persatuan yang kokoh, yang diikat oleh norma kelompok yang telah

disepakati.

Nilai positif dalam kehidupan kelompok adalah tiap anggota kelompok

belajar berorganisasi, memilih pemimpin, dan mematuhi aturan kelompok. Di

dalam proses penyesuaian diri, kemampuan intelektual dan emosional mempunyai

pengaruh yang kuat. Saling pengertian akan kekurangan masing-masing dan

15
upaya menahan sikap menonjolkan diri atau tindakan dominasi terhadap

pasangannya, diperlukan tindakan intelektual yang tepat dan kemampuan

menyeimbangkan pengendalian emosional. Dalam hal hubungan sosial yang lebih

khusus, yang mengarah ke pemilihan pasangan hidup, pertimbangan faktor agama

dan suku sering menjadi masalah yang rumit.

Pertimbangan masalah agama dan suku ini bukan saja menjadi

kepentingan masing-masing remaja yang bersangkutan, tetapi dapat menyangkut

kepentingan keluarga dan kelompok yang lebih besar ( sesama agama atau sesama

suku ).

16

Anda mungkin juga menyukai