Oleh:
Kelompok 17
1. M.Rois Gimnastiyar
2. Rizki Febriansyah
3. Bagas Aditiaikbal
4. Hendri Setiawan
5. Agung Prasetio
6. Beni Aprianto
7. Angga Khoirul Anam
Tim Penguji
Sekertaris Anggota
………………………… …………………………
NIP. NIP.
Ketua
…………………………
NIP.
Pada Ujian Karya Tulis di SMA Negeri 1 Sendang Agung dan dinyatakan :
………………………………..
Mengetahui
Kepala SMA Negeri 1 Sendang Agung
iii
MOTTO
”Manusia itu jika ilmunya luas,jika wawasannya luas, jika literasinya banyak maka akan
luas hatinya dan dia akan bijaksana. Dan jika dia sudah bijaksana, maka orang yang
banyak ilmunya dan bacaannya sedikit sekali dia akan ingkar kepada orang yang berbeda
dengannya.”
“Sebuah harapan dan cita-cita adalah sebuah keinginan yang tumbuh dalam hati tp
disertai dengan langkah dan gerakan untuk mencapai itu semua. Apapun cita-cita yang
kamu bangun tanpa kamu kemudian melangkah untuk meraih itu semu, memperjuangkan
itu semua hanya omong kosong”
iv
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Sekolah ini. Karya Tulis
ini disusun untuk memenuhi tugas Sekolah di SMA Negeri 1 Sendang Agung Lampung
Tengah. Selama penyusunan karya tulis ini penulis menyadari banyak pihak telah
memberikan bantuannya, karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
3. Bapak Endro Waluyo, M.Pd., selaku Wakahum & Sarpras SMAN 1 Sendang Agung
6. Ibu dan Bapak Guru dan Staff Tata Usaha SMAN 1 Sendang Agung
7. Orang Tua/Wali, Keluarga besar yang senantiasa berdo’a untuk kebaikan penulis
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa Karya Tulis ini masih jauh dari sempurna, Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi untuk
perbaikan dalam penulisan selanjutnya. Semoga Karya Tulis ini dapat memberikan
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................. iii
MOTTO ........................................................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ......................................................................................................................... 1
1.2.1 Tujuan Berstudi Wisata .............................................................................................. 1
1.2.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 1
1.3 Manfaat ....................................................................................................................... 1
1.3.1 Manfaat Studi Wisata ................................................................................................. 1
1.3.2 Manfaat Penulisan ...................................................................................................... 2
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Bersetudi Wisata
Kegiatan ini diadakan untuk menambah wawasan dan pengalaman serta membuasakan
siswa belajar secara langsung mengenal tempat – tempat bersejaran dan budaya
setempat dengan cara berinteraksi dengan lingkungan sekitar terutama daerah
kebumen dan yogyakarta
1.2.2 Tujuan Penulisan
1. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai sejarah Keraton Yogyakarta
danCandi Prambanan Yogyakarta.
2. Mengetahui hal apa saja yang telah terjadi di Keraton dan Candi Prambanan
Yogyakarta
3. Mengetahui sisi lain dari Keraton Yogyakarta dan Candi Prambanan Yogyakarta.
4. Penulis dapat menjelaskan tentang apa yang sebenarnya tersimpan dalam obyek
wisatatersebut
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Studi Wisata
Kegiatan ini mampu menyediakan sumber yang dapat memperkaya informasi faktal
selain itu juga dapat menyediakan pengalaman melalui objek, tempat, situasi, dan
1
hubungan antar manusia yang tidak dapat disediakan di kelas
1.3.2 Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dari Penulisan Karya Tulis ini sebagai berikut :
1. Lebih mengetahui sejarah Keraton Yogyakarta dan candi Prambanan Yogyakarta.
2. Dapat mengetahui arsitektur bangunan pada zaman dahulu
3. Lebih mengetahui potensi wisata disekitar objek Keraton Yogyakarta dan Candi
Prambanan Yogyakarta .
4. Menambah wawasan atau pengetahuan yang luas khususnya bagi penulis sendiri
danumum bagi para pembaca yang budiman.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta.
Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi
milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka
keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu
contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan
lapangan serta paviliun
yang luas.
Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan
pasca Perjanjian Giyanti di tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah
pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat
iring- iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan
dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah
mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati
Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar
Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.
Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti
Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri
Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan),
dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan)[4][5]. Selain itu Keraton Yogyakarta
memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda
kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga
3
adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika
nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi
Keraton Yogyakarta.
Pada saat itulah Susuhunan Kabanaran kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku
Buwana Senopati Ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah
Ingkang Jumeneng Kaping I. Setelah Perjanjian Giyanti ini, Sri Sultan Hamengku
Buwana mesanggrah di Ambarketawang sambil menunggui pembangunan fisik
kraton.
Pada hari Kamis Pon tanggal 3 sura 1681 atau bertepatan dengan tanggal 9 Oktober
1755, Sri Sultan Hamengku Buwana I memerintahkan untuk membangun Kraton
Ngayogyakarta di Desa Pacethokan dalam Hutan Beringan yang pada awalnya
bernama Garjitawati.
Pembangunan ibu kota Kasultanan Yogyakarta ini membutuhkan waktu satu tahun.
Pada hari Kamis pahing tanggal 13 Sura 1682 bertepatan dengan 7 Oktober 1756, Sri
Sultan Hamengku Buwana I beserta keluarganya pindah atau boyongan dari
Pesanggrahan Ambarketawan masuk ke dalam Kraton Ngayogyakarta.
4
Peristiwa perpindahan ini ditandai dengan candra sengkala memet Dwi Naga Rasa
Tunggal berupa dua ekor naga yang kedua ekornya saling melilit dan diukirkan di atas
banon atau renteng kelir baturana Kagungan Dalem Regol Kemagangan dan Regol
Gadhung Mlathi.
Momentum kepindahan inilah yang dipakai sebagai dasar penentuan Hari Jadi Kota
Yogyakarta karena mulai saat itu berbagai macam sarana dan bangunan pendukung
untuk mewadahi aktivitas pemerintahan baik kegiatan sosial, politik, ekonomi, budaya
maupun tempat tinggal mulai dibangun secara bertahap. Berdasarkan itu semua maka
Hari Jadi Kota Yogyakarta ditentukan pada tanggal 7 Oktober 2009 dan dikuatkan
dengan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2004.
Walaupun dengan fungsi yang terbatas pada sektor informal namun keraton
Yogyakarta tetap memiliki kharisma tersendiri di lingkungan masyarakat Jawa
khususnya di Prov. D.I. Yogyakarta. Selain itu keraton Yogyakarta juga memberikan gelar
kebangsawanan kehormatan (honoriscausa) pada mereka yang mempunyai perhatian
kepada budaya Jawa khususnya Yogyakarta disamping mereka yang berhak karena hubungan
5
darah maupun karena posisi mereka sebagai pegawai (abdi-Dalem) keraton.
Namun demikian ada perbedaan antara Keraton Yogyakarta dengan Keraton/Istana
kerajaan- kerajaan Nusantara yang lain. Sultan Yogyakarta selain sebagai Yang
Dipertuan Pemangku Takhta Adat /Kepala Keraton juga memiliki kedudukan yang
khusus dalam bidangpemerintahan sebagai bentuk keistimewaan daerah Yogyakarta.
Dari permulaan DIY berdiri (de facto 1946 dan de yure 1950) sampai tahun 1988
Sultan Yogyakarta secara otomatis diangkat sebagai Gubernur/Kepala Daerah
Istimewa yang tidak terikat dengan ketentuan masa jabatan, syarat, dan cara
pengangkatan Gubernur/Kepala Daerah lainnya (UU 22/1948;
Kraton Jogja merupakan daerah eksotis yang bernuansa Jawa tradisional di tengah-
tengah pesatnya modernisasi kota pelajar ini. Terletak segaris lurus dengan Laut
Selatan, Tugu Yogyakarta, dan Gunung Merapi. Banyak aspek kehidupan di dalam
Keraton Jogja yang masih tetap mempertahankan nilai-nilai kebudayaan dan spirit
Jawa dari zaman dahulu kala.
6
Kompleks Keraton Yogyakarta Mengandung Nilai Sakral
Kraton Jogja terdiri dari gedong-gedong (joglo yang berdinding) dan bangsal-bangsal
(joglo yang tidak berdinding), dibatasi oleh tembok tinggi, tebal dan kokoh dengan
regol-regol (pintu gerbang). Membentang lurus dari utara ke Selatan, mulai dari Alun-
Alun Utara hingga Alun-Alun Selatan. Setiap kompleks dan bangunan mengandung
nilai simbolis dan sakral.
Desain bangunan ini juga menunjukkan bahwa Kraton Jogja, Tugu Pal Putih,
Gunung Merapi, Panggung Krapyak dan Pantai Selatan berada dalam satu garis atau
poros imajiner yang dipercaya sebagai hal yang keramat.
Tiap-tiap bangunan memiliki kelas tergantung pada fungsi dan jabatan penggunanya.
Kelas utama atau tertinggi memiliki detail ornamen yang lebih rumit dan indah
dibandingkan dengan kelas dibawahnya. Semakin rendah kelas bangunan maka
ornamen semakin sederhana bahkan tidak memiliki ornamen sama sekali.
Praja Cihna dibuat oleh Sultan Hamengku Buwono I yang berasal dari bahasa
Sansekerta. Praja berarti abdi negara, sedang Cihna berarti sifat sejati. Secara harfiah
Praja Cihna bermakna sifat sejati seorang abdi negara.
7
Menyimpan Koleksi Benda Kesultanan Keraton Yogyakarta
Sebagian kompleks Kraton Yogyakarta kini beralih fungsi sebagai museum benda-benda
koleksi milik kesultanan. Kraton Jogja masih menjaga warisan budaya seperti kegiatan
upacara adat, dan benda-benda kuno lainnya. Nilai-nilai filosofi dan mitologi masih
melingkupi kehidupan di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat ini.
Koleksi benda-benda disimpan dalam kotak kaca yang tersebar di berbagai ruangan,
mulai dari keramik dan barang pecah belah, senjata, foto, miniatur dan replika, hingga
aneka jenis batik beserta diorama proses pembuatannya.
8
Hari Kamis : Wayang Kulit pukul 10:00-13:00
Hari Jumat : Mocopat (pembacaan puisi Jawa) pukul 10:00-
14:30 Hari Sabtu : Karawitan dan tarian pukul 10:30-13:00
Hari Minggu : Tarian pukul 10:30-13:00
Untuk memperingati hari-hari tertentu, diselenggarakan pula upacara adat di Bangsal Sri
Manganti ini.
9
2.2 Candi Prambanan Yogyakarta
2.2.1 A. Sejarah Candi Prambanan
Sejarah Candi Prambanan diawali dengan Rakai Pikatan sebagai tandingan candi
Buddha Borobudur dan juga candi Sewu yang terletak tak jauh dari
Prambanan. Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh
Rakai Pikatan dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja
Lokapala dan raja Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka
tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan dewa Siwa, dan nama
asli bangunan ini dalam bahasa Sanskerta adalah Siwagrha (Sanskerta:Shiva-grha
yang berarti: 'Rumah Siwa') atau Siwalaya (Sanskerta:Shiva- laya yang berarti:
'Ranah Siwa' atau 'Alam Siwa'). Kompleks bangunan ini secara berkala terus
disempurnakan oleh raja-raja Medang Mataram berikutnya, seperti raja Daksa dan
Tulodong. Sejarah Candi Prambanan ditinjau dari Pemugaran dimulai pada tahun
1918, akan tetapi upaya serius yang sesungguhnya dimulai pada tahun 1930-an.
Pada tahun 1902-1903, Theodoor van Erp memelihara bagian yang rawan runtuh.
Pada tahun 1918- 1926, oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah
P.J. Perquin dengan cara yang lebih sistematis sesuai kaidah arkeologi. Upaya
renovasi terus menerus dilakukan bahkan hingga kini. Pemugaran candi Siwa yaitu
candi utama kompleks ini dirampungkan pada tahun 1953 dan diresmikan oleh
Presiden pertama Republik IndonesiaSukarno. Kini Candi Prambanan termasuk
dalam situs warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO [7].
B. Latar Belakang Dan Fungsi Candi Prambanan
Latar belakang berdirinya Candi Prambanan karena Candi ini telah memenuhi
keinginan pembuatnya yaitu menunjukkan kejayaan Hindu di Tanah Jawa .
1. Sebagai Candi Pemujaan
Candi Hindu yang paling umum dibangun untuk memuja dewa, dewi, atau
bodhisatwa tertentu. Contoh candi: candi Prambanan, candi Canggal, candi
Sambisari, dan candi Ijo yang menyimpan lingga dan dipersembahkan utamanya
untuk Siwa, candi Kalasan dibangun untuk memuliakan Dewi Tara, sedangkan
candi Sewu untuk memuja Manjusri.
2. Sebagai Candi Pendharmaan
Candi yang dibangun untuk memuliakan arwah raja atau tokoh penting yang
telah meninggal. Fungsi candi ini terkadang sebagai candi pemujaan juga karena
arwah raja yang telah meninggal seringkali dianggap bersatu dengan dewa
10
perwujudannya, contoh: candi Belahan tempat Airlangga dicandikan, arca
perwujudannya adalah sebagai Wishnu menunggang Garuda. Candi Simping di
Blitar, tempat Raden Wijaya didharmakan sebagai dewa Harihara.
3. Sebagai Candi Stupa
Candi didirikan sebagai lambang Budha atau menyimpan relik buddhis, atau
sarana ziarah agama Buddha. Secara tradisional stupa digunakan untuk
menyimpan relikui
buddhis seperti abu jenazah, kerangka, potongan kuku, rambut, atau gigi
yang
dipercaya milik Buddha Gautama, atau bhiksu Buddha terkemuka, atau keluarga
kerajaan penganut Buddha. Beberapa stupa lainnya dibangun sebagai sarana
ziarah dan ritual, contoh: candi Borobudur, candi Sumberawan, dan candi
Muara Takus.
dari air. Tasbih menggambarkan waktu. Dasar kaki candi dikelilingi oleh
selasar yang dibatasi pagar langkan dimana pada dinding langkan sebelah
dalam terpahat relief yang merupakan kelanjutan dari cerita Ramayana. Candi
ini mengalami kerusakan paling parah di banding candi lainnya ketika gempa
bumi berkekuatan skala 5,9 melanda Yogyakarta. Luas dasar Candi Brahma 20
meter persegi dan tingginya 37 meter. Keempat wajahnya menggambarkan
keempat kitab suci Weda yang masing- masing menghadap ke arah mata angin.
Keempat lengannya menggambarkan keempat arah mata angin. Sebagai
Pencipta ia membawa air karena seluruh alam keluar dari air. Tasbih
menggambarkan waktu. Dasar kaki candi juga dikelilingi oleh selasar yang
dibatasi pagar langkan dimana pada dinding langkan sebelah dalam terpahat
relief lanjutan cerita Ramayana dan relief serupa pada Candi Siwa hingga tamat.
13
E. Seni Pertunjukan Tari Ramayana Di Candi Prambanan
Sendratari Ramayana di Indonesia pertama kali dipentaskan pada 26 Juli1961 di
panggung terbuka CandiPrambanan.Pertunjukan pertama kali ini digagas oleh Letjen
TNI (purn) GPH Djati Kusumo yang pada bulan April 1961 membentuk tim proyek
untuk membangun panggung terbuka di depan Candi Prambanan. Panggung terbuka
yang dirancang Harsoyo dari Universitas Gadjah Mada berukuran panjang 50 meter,
lebar 12 meter ini memiliki tempat duduk sampai 3.000 buah. Proyek Sendratari
Ramayana koreografinya ditangani oleh Soerjohamidjojo dan Soeharso, melibatkan
865 orang terdiri dari penari, penabuh gamelan, dan perancang busana. Sendratari
Ramayana merupakan sebuah pertunjukan yang menggabungkan tari dan drama tanpa
dialog yang mengangkat cerita Ramayana. Sendratari Ramayana menceritakan kisah
tentang usaha Rama untuk menyelamatkan Sinta yang diculik oleh Rahwana.
Sendratari Ramayana merupakan salah satu media dalam menyajikan wiracarita atau
epos Ramayana, media lain seperti seni sastra, seni rupa, dan bebagai seni
pertunjukan. Sendratari mengutamakan gerak-gerak penguat ekspresi sebagai
pengganti dialog, sehingga dengan sendratari diharapkan penyampaian wiracarita
Ramayana dapat lebih mudah dipahami dengan latar belakang budaya dan bahasa
penonton yang berbeda. Penampilan cerita Ramayana dalam bentuk seni pertunjukan
tari terdapat di berbagai negara antara lain Kamboja, Srilanka, Thailand, Laos,
Malaysia, Filipina, Singapura, Indonesia, dan India.
F. Jam Operasional Dan Harga Tiket Masuk
Candi Prambanan terletak di desa Prambanan yang secara administratif terbagi
menjadi dua bagian yaitu antara Kab.Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
dan Kab.Klaten Provinsi Jawa Tengah. Tiket masuk dibedakan antara wisatawan lokal
dan asing. Untuk wisatawan lokal tiket masuk seharga Rp.8.000 dan untuk
wisatawan mancaanegara sebesar 10 dollar. Objek wisata Candi Prambanan dibuka
setiap hari mulai pukul 08.00 – 17.00 WIB.
G. Pilar Pengembangan Pariwisata
Dalam ilmu kepariwisataan,tentu ada yang namanya pengembangan pariwisata. Di
indonesia, terdapat 3 pilar yang mendukung pengembangan pariwisata tersebut.
Yaitu:
a. Pemerintah
Candi Prambanan Yogyakarta telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya. yang berarti
Candi Prambanan Yogyakarta merupakan suatu tempat yang dilindungi oleh
14
Pemerintah [8]. Pemerintah akan menindak tegas apabila ada yang merusak,
mengambil, memindahkan, mengubah bentuk/warna, memisahkan benda Cagar
Budaya tanpa seizin Pemerintah. Pemerintah akan menidak tegas hal tersebut dengan
pidana penjara selama – lamanya 10 tahun atau denda sebesar Rp. 100.000.000,- .
Selain menidak tegas orang yang melakukan pelanggaran, Pemerintah juga
membantu membiayai dalam perbaikan bangunan Candi Prambanan Yogyakarta.
Pemerintah juga sangat menjaga kebersihan dan keutuhan bangunan di Candi
Prambanan Yogyakarta. Disamping konservasi objek wisata Candi Prambanan
Yogyakarta, pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwsata DIY juga berperan serta
dalam promosi objek wisata Candi Prambanan Yogyakarta, peran ini juga yang
menjadi dukungan dalam peningkatan wisatawan baik manca maupun lokal.
Terlebih Undang-Undang
Keistimewaan mencakup aspek budaya yang merupakan salah satu warisan para
leluhur patut untuk dijaga dan dilestarikan. Selain konservasi dan promosi
pemerintah juga memberikan dana bantuan untuk warga sekitar dalam bentuk
peminjaman dan pnpm mandiri untuk menambah modal dan memperbesar usaha
kecil menengah di kawasan sekitar Candi Prambanan Yogyakarta.
b. Industri
Apabila dalam suatu objek wisata, maka akan ditemukan juga peran industri di
dalamnya [9]. Dan itu pun yang terjadi di Candi Prambanan Yogyakarta. Peran
industri sudah terlihat sebelum wisatawan memasuki area objek wisata Candi
Prambanan Yogyakarta. Wisatawan dapat menemukan hotel dan juga homestay
yang akan memudahkan wisatawan dalam mencari penginapan di sekitar Candi
Prambanan Yogyakarta. Diseberang area pintu masuk Candi Prambanan
Yogyakarta, wisatawan dapat menemukan berbagai makanan yang dijual. Seperti,
warung yang menjual snack dan juga minuman, bakso, kupat tahu, rujak, cilok,
angkringan. Di dalam kawasan Candi Prambanan Yogyakarta juga banyak toko
yang menjual makanan dan minuman. Selain itu juga wisatawan dapat
menemukan toko – toko yang menjual souvenir, menjual kaos batik lukis dan juga
cara pembuatannya. Selain itu, Industri tour maupun biro perjalanan pun
menjadikan tamansari salah satu objek destinasi mereka. Peran biro perjalanan atau
pun tour and travel memiliki andil yang besar mengingat merekalah yang
membawa para wisatawan baik asing maupun lokal agar berkunjung ke objek
wisata Candi Prambanan Yogyakarta.
15
c. Masyarakat
Masyarakat sekitar juga berperan dalam pengembangan pariwisata, mereka
sudah sadar akan potensi wisata suatu daerah wisata [10]. Ini sangat mendukung
karena terdapat tourism awareness atau kesadaran masyarakat aka npotensi wiat di
daerahnya. Peran masyarakat di Candi Prambanan Yogayakarta sudah terlihat
ketika wisatawan memarkirkan kendaraannya. Masyarakat sekitar ikut membantu
dalam keamanan sekitar objek wisata Candi Prambanan Yogyakarta, salah satunya
dengan membantu menjaga dan memarkirkan kendaraan wisatawan. Selain itu,
masyarakat sekitar juga berprofesi sebagai pemandu wisata di Candi Prambanan
Yogyakarta, ketika wisatawan memasuki pintu masuk Kawasan.
CandiPrambanan Yogyakarta, masyarakat menawarkan jasanya sebagai pemandu
wisata apabila wisatawan ingin melihat bangunan di Candi Prambanan Yogyakarta
sekaligus mengetahui sejarah tempat tersebut. Dan jika wisatawan tidak ingin
meggunakan jasa pemandu wisata, masyarakat di kawasan Candi Prambanan
Yogyakarta dapat membantu menujukan objek wisata Candi Prambanan
Yogyakarta. Selain itu masyarakat sekitar juga menjual aneka minuman dan
snack kering disamping mereka beraktifitas seperti biasa. Tak hanya menjual
makanan atau minuman ,masyarakat sekitar juga membuat hasil karya souvenir
beruap kaos lukisan dan aneka souvenir yang dijajakan di depan rumah maupun
kios sebelah rumah mereka.
16
2.2.2 Warisan Budaya candi Prambanan Yogyakarta
Satuan ruang geografis Prambanan diperkirakan merupakan salah satu pusat
pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno yang berkembang pada abad VIII-X dan
menjadi daerah penting sejak Raja Panangkaran. Candi tertua yang diketahui
pendiriannya adalah Candi Kalasan yang bercorak Budhis dan didirikan pada
tahun 700 Saka (778 M) oleh Raja Panangkaran, anak pendiri Dinasti Sanjaya.
Candi ini didirikan untuk memuja Dewi Tara. Sementara itu, Candi Sari yang
berada tidak jauh dari situ merupakan wihara bagi para pendetanya.
Selain itu, Rakai Panangkaran juga mendirikan Candi Sewu dan Plaosan yang
berlatar belakang agama Buddha. Candi Sewu diresmikan pada tahun 714 Saka
(792 M) sebagaimana disebut dalam Prasasti Manjusrigrha. Nama Candi Sewu atau
Manjusrigrha disebut juga dalam prasasti Kelurak tahun 782 terkait dengan
penghormatan terhadap Tri Ratna dan Tri Murti.
Setelah Rakai Panangkaran mengundurkan diri sebagai raja, dia mendirikan wihara
di atas bukit Boko yang disebut dengan abhayagiriwihara (kini dikenal sebagai
Kompleks Kraton Ratu Boko) yang pernah menjadi benteng pertahanan ketika
terjadi peperangan di antara putra-putra Rakai Panangkaran. Pada masa selanjutnya
tempat ini berubah menjadi suatu tempat kediaman seorang bangsawan yang
beragama Hindu, yaitu Rakai Walaing Pu Khumbayoni.
Kompleks percandian Roro Jonggrang (Candi Prambanan) didirikan tahun 856 M
oleh Rakai Pikatan, salah satu putra Rakai Panangkaran. Sementara itu, Candi
Sojiwan didirikan oleh Rakai Balitung untuk persembahan kepada neneknya
Rakryan Sanjiwana.
Candi-candi lain tidak diketahui pasti pendiriannya, namun dari seni hias
maupun langgam arsitekturnya, hampir semua candi di Prambanan berasal dari
masa yang sama dengan candi- candi yang diketahui tahun pendiriannya. Menurut
beberapa pakar arkeologi dan sejarah kuno, candi-candi di Prambanan mulai
ditinggalkan pada pertengahan abad X, ketika pusat pemerintahan kerajaan
Mataram Kuno pindah ke Jawa Timur (sekitar Jombang). Perpindahan ini mungkin
disebabkan oleh aktivitas Gunung Merapi yang sering erupsi dan menyulitkan
kehidupan masyarakat.
Candi-candi di Prambanan pertama kali muncul kembali dalam catatan C.A. Lons
yang berkunjung ke reruntuhan Candi Prambanan pada tahun 1733. Sejak itu,
17
beberapa candi lainnya menarik perhatian para peminat dan ahli sejarah dan
purbakala, sehingga banyak dilaporkan keberadaanya, diteliti, dan dikunjungi
sebagai tempat wisata.
Pemugaran selanjutnya dilakukan terhadap Candi Brahma pada bulan April 1987
dan diresmikan pada tanggal 27 April 1991. Setelah candi-candi utama selesai
dipugar, pada bulan Mei 1991 tiga candi wahana yaitu Candi Nandi, Candi
Garuda, dan Candi Angsa mulai dipugar. Candi-candi tersebut diresmikan
bersamaan dengan purna pugar Candi Sewu (Jawa Tengah) pada tahun 1993 oleh
Presiden Soeharto.
Pada tahun 1991, UNESCO menetapkan kompleks Candi Prambanan dan Candi
Sewu menjadi warisan budaya dunia dengan nomor C-642, karena dianggap
merupakan karya adiluhung manusia yang kreatif dan jenius, khususnya karya
arsitektur yang luar biasa.
Pemugaran candi-candi yang lain juga diupayakan oleh pemerintah Belanda dan
dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia, di antaranya Candi Sewu (selesai tahun
1993), Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul (selesai tahun 1994).
18
BAB III
HASIL KUNJUNGAN STUDI WISATA
Banyak benda peninggalan dalam keraton yang menyimpan cerita sejarah yang
berguna untuk tujuan penelitian dan referensi yang berguna pengetahuan generasi
penerus bangsa. Benda-benda tersebut seperti perpustakaan yang menyimpan naskah
kuno, pusaka kerajaan dan museum foto yang menyimpan koleksi foto raja-raja di
Yogyakarta, keluarga dan kerabatanya. Upacara tradisional pun secara rutin
dilaksanakan untuk melestarikan kebudayaan leluhur seperti jamasan (memandikan
pusaka dan kereta kerajaan) dan Grebeg Maulud.
Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama
Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-
raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi
lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan,
yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan
Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang
termasuk wilayah Kecamatan Gamping
Kabupaten Sleman. Keraton Yogyakarta didirikan dan menjadi garis imajiner yang
merupakan garis lurus yang menghubungkan Gunung Merapi dan Pantai Parangtritis.
Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara
maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Hampir diseluruh bagian keraton
digunakan sebagai tempat menyimpan benda-benda bernilai budaya dan termasuk
replikanya. Selain benda- benda dan arsitektur,pengunjung juga dapat melihat
pertunjukan seperti macapat,kerawitan,wayang kulit,serta wayang orang yang
dipentaskan di bangsal Sri Manganti.
Kraton merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik karena
memiliki balairung-balairung mewah serta lapangan paviliun yang luas. Kepala
arsitek istana ini adalah Sultan Hamengku Buwono I dan kemudian di bugar dan
direstorasi oleh Sultan Hamengku Buwana VII. Keraton Yogyakarta juga merupakan
suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah
mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton
Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
Museum ini dibuka untuk umum setiap hari kecuali pada saat terdapat upacara.
Museum buka mulai jam 08.30 hingga 14.00 wib, kecuali hari Jumat yang buka
hingga pukul 13.00 wib.
Kompleks utama keraton terdiri dari halaman yang ditutupi pasir dari pantai
20
selatan,bagunan utama serta pendamping dan ditanami pohon sawo kecik yang
melambangkan kebaikan (sarwa becik). Komplek satu dengan yang lain dipisahkan
dengan tembok yang cukup tinggi dan terhubung dengan Regol yang biasanya
bergaya semar tinandu. Daun pintu terbuat dari kayu jati tebal. Disetiap gerbang
terdapat dinding penyekat yang memiliki ornamen-ornamen khas.
Untuk batu alas tiang, Ompak, berwarna hitam dipadu dengan ornamen berwarna
emas. Warna putih mendominasi dinding bangunan maupun dinding pemisah
kompleks. Lantai biasanya terbuat dari batu pualam putih atau dari ubin bermotif.
Lantai dibuat lebih tinggi dari halaman berpasir. Pada bangunan tertentu memiliki
lantai utama yang lebih tinggi. Pada bangunan tertentu dilengkapi dengan batu
persegi yang disebut Selo Gilang tempat menempatkan singgasana Sultan.
Bangunan utama adalah Bangsal Pagelaran yang dahulu dikenal dengan nama Tratag
Rambat. Pada zamannya Pagelaran merupakan tempat para punggawa kesultanan
menghadap Sultan pada upacara resmi. Sekarang sering digunakan untuk even-even
pariwisata, religi, dan lain-lain disamping untuk upacara adat keraton. Sepasang
Bangsal Pemandengan terletak di sisi jauh sebelah timur dan barat Pagelaran. Dahulu
tempat ini digunakan oleh Sultan untuk menyaksikan latihan perang di Alun-alun Lor.
Sepasang Bangsal Pasewakan/ Pengapit terletak tepat di sisi luar sayap timur dan
barat Pagelaran. Dahulu digunakan para panglima Kesultanan menerima perintah dari
21
Sultan atau menunggu giliran melapor kepada dia kemudian juga digunakan sebagai
tempat jaga Bupati Anom Jaba. Sekarang digunakan untuk kepentingan pariwisata
(semacam diorama yang menggambarkan prosesi adat, prajurit keraton dan lainnya).
Bangsal Pengrawit yang terletak di dalam sayap timur bagian selatan Tratag Pagelaran
dahulu digunakan oleh Sultan untuk melantik Pepatih Dalem.
3.2. CANDI PRAMBANAN
Perjalanan menuju Candi Prambanan ditempuh selama 1 jam dari hotel Kami sampai
disana pukul 12.00 WIB. Sama seperti Candi Borobudur, di sini banyak orang yang
menyewakan payung dan topi karena cuaca yang amat terik. Candi Prambanan
merupakan candi Hindu yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan 2
raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Terletak 17 km dari pusat kota Yogyakarta.
Candi ini 5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur, yaitu 47 meter. Di halaman
utama Candi Prambanan, terdapat 3 candi:
1. Candi Wisnu
2. Candi Siwa
3. Candi Brahma
Ketiga candi tersebut menghadap kearah timur. Candi tersebut merupakan lambang
dari Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Masing-masing candi memiliki candi
pendamping yang menghadap barat, yaitu Garuda (C. Wisnu), Nandini/kerbau (C.
Siwa), dan Angsa (C. Brahma).
Candi Pendamping Siwa
Di Candi Prambanan juga dapat ditemukan relief yang menceritakan kisah
Ramayana dan Khrisna. Selain 3 candi Trimurti, ada Candi Ratu Boko. Dipercaya
candi ini merupakan bekasreruntuhan Istana Kerajaan Mataram Hindu.
Kami berada di Candi Prambanan selama 2 jam. Kami tidak ke Candi Ratu Boko
karena waktu yang tidak memungkinkan dan jarak yang jauh.
22
BAB IV
B. Saran
Didalam pembuatan laopran ini, penulis sebagai manusia biasa pastilah banyak sekali
kesalahan untuk itu demi menyempurnakan laporan ini kritik dan saran yang berifat
membangun akan selalu penulis harapkan.
Adapun saran-saran yang bisa penulis berikan untuk teman-teman semua yang
mengikuti kegiatan ini :
a) Para siswa/siswi seharusnya bersifat kretif lagi dalam mencari informasi dan ilmu
pengetahuan yang baru.
b) Dengan diadaknnya kegiatan kunjungan ini harunya bisa diambil manfaatnya.
c) Kegatan kunjungan hendaknya dijadikan sebagai pengembangan potensi diri bukan
untuk ajang bersenang-senang saja.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. https://ig.m.wikipedia.org/wiki/keraton_Ngayogyakarta_Hadiningrat
2. https://karyatulisilmiyah.com/karya-tulis-keraton-yogyakarta/
3. https://osf.io/ud9n2/download
4. http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/P02015071300004/pramb
ana n
5. https://borobudurtour.co.id/kraton-yogyakarta/
24
DAFTAR TABEL
3. Hamengkubuwana III
Gusti Raden Mas Surojo
20 Februari 1769 – 3 November 1814 (umur 45 ) 1810-1811
Hamengkubuwana II, ayah
Gusti Kanjeng Ratu Kedhaton, ibu
4. Hamengkubuwana IV
Sinuhun Seda Besiyar
Gusti Raden Mas Ibnu Jarot
3 April 1804 – 6 Desember 1823 (umur 19) 1814-1822
Hamengkubuwana III, ayah
Gusti Kanjeng Ratu Kencana, ibu
5. Hamengkubuwana V
Gusti Raden Mas Gathot Menol
24 Januari 1820 – 5 Juni 1855 (umur 35) 1822-1826
Hamengkubuwana IV, ayah
25
Gusti Kanjeng Ratu Kencana, ibu
6. Hamengkubuwana VI
Sinuhun Mangkubumi
Gusti Raden Mas Mustojo
10 Agustus 1821 – 20 Juli 1877 (umur 55) 1855-1877
Hamengkubuwana V, Ayah
Gusti Kanjeng Ratu Kedhaton, Ibu
7. Hamengkubuwana VII
Sultan Sugih
Gusti Raden Mas Murtejo
4 Februari 1839 – 30 Desember 1931 (umur 92) 1877-1921
Hamengkubuwana VI, ayah
Gusti Kanjeng Ratu Sultan, ibu
8. Hamengkubuwana VIII
Gusti Raden Mas Sujadi
3 Maret 1880 – 22 Oktober 1939 (umur 59) 1921-1939
Hamengkubuwana VII, ayah
Gusti Kanjeng Ratu Hemas, ibu
9. Hamengkubuwana IX
Gusti Raden Mas Dorojatun
12 Agustus 1912 – 2 Oktober 1988 (umur 76) 1939-1988
Hamengkubuwana VIII, ayah
Kanjeng Raden Ayu Adipati Anom Hamengkunegara, ibu
10. Hamengkubawana X
Bendara Raden Mas Herjuno Darpito
2 April 1946 (umur 76)
Hamengkubuwono IX, ayah
RA. Siti Kustina, ibu
27
Gambar 2.4 Alat Musik Keraton Yogyakarta.
28