Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN STUDI WISATA

DESTINASI JAWA TENGAH DAN YOGYAKARTA

Karya Tulis Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Sekolah Di SMA Negeri 1 Sendang Agung

Oleh:
Kelompok 17

1. M.Rois Gimnastiyar
2. Rizki Febriansyah
3. Bagas Aditiaikbal
4. Hendri Setiawan
5. Agung Prasetio
6. Beni Aprianto
7. Angga Khoirul Anam

SMA NEGERI 1 SENDANG AGUNG


LAMPUNG TENGAH
2022
PERSETUJUAN KARYA TULIS

JUDUL : LAPORAN STUDY WISATA DESTINASI


JAWA TENGAH DAN YOGYAKARTA
JURUSAN : IPA 3
KELOMPOK : 17 ( Tujuh Belas )
KETUA : M.Rois Gimnastiyar

SEKRETARIS : Agung Prasetio


ANGGOTA : 1. Rizki Febriansyah
2. Bagas Aditiaikbal
3. Hendri Setiawan
4. Beni Aprianto
5. Angga Khoirul Anam

Tim Penguji
Sekertaris Anggota

………………………… …………………………
NIP. NIP.
Ketua

…………………………
NIP.

Tanggal Lulus : ....................................


ii
PENGESAHAN KARYA TULIS

Karya Tulis ini telah diuji dan disetujui

Pada Ujian Karya Tulis di SMA Negeri 1 Sendang Agung dan dinyatakan :

………………………………..

Sendang Agung, ….…………


Mengetahui dan Mengesahkan

Pembimbing Ketua Kegiatan

ISMADI DEWI PRASETYOWATI,S.Sos


NIP. NIP. 197809072014102001

Mengetahui
Kepala SMA Negeri 1 Sendang Agung

RENNY LIESTIAWATI, M.Pd


NIP.198106012008012016

iii
MOTTO

”Manusia itu jika ilmunya luas,jika wawasannya luas, jika literasinya banyak maka akan
luas hatinya dan dia akan bijaksana. Dan jika dia sudah bijaksana, maka orang yang
banyak ilmunya dan bacaannya sedikit sekali dia akan ingkar kepada orang yang berbeda
dengannya.”

“Sebuah harapan dan cita-cita adalah sebuah keinginan yang tumbuh dalam hati tp
disertai dengan langkah dan gerakan untuk mencapai itu semua. Apapun cita-cita yang
kamu bangun tanpa kamu kemudian melangkah untuk meraih itu semu, memperjuangkan
itu semua hanya omong kosong”

iv
KATA
PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat

serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Sekolah ini. Karya Tulis

ini disusun untuk memenuhi tugas Sekolah di SMA Negeri 1 Sendang Agung Lampung

Tengah. Selama penyusunan karya tulis ini penulis menyadari banyak pihak telah

memberikan bantuannya, karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih yangtulus kepada :

1. Renny Liestiawati, M.Pd., selaku Kepala SMAN 1 Sendang Agung

2. Bapak Supriyanto, S.Pd., selaku Wakakur SMAN 1 Sendang Agung

3. Bapak Endro Waluyo, M.Pd., selaku Wakahum & Sarpras SMAN 1 Sendang Agung

4. Ibu Dewi Prasetyowati, S.Sos., selaku Wakasis SMAN 1 Sendang Agung

5. Ibu/Bapak (Ismadi), selaku Pembimbing Karya Tulis

6. Ibu dan Bapak Guru dan Staff Tata Usaha SMAN 1 Sendang Agung

7. Orang Tua/Wali, Keluarga besar yang senantiasa berdo’a untuk kebaikan penulis

8. Rekan-rekan peserta didik SMAN 1 Sendang Agung

9. Almamater SMAN 1 Sendang Agung tercinta

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa Karya Tulis ini masih jauh dari sempurna, Untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi untuk

perbaikan dalam penulisan selanjutnya. Semoga Karya Tulis ini dapat memberikan

penambahan khasanah ilmu pengetahuan yang baru.

Sendang Agung, Juli 2022


Kelompok 17

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................. iii
MOTTO ........................................................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ......................................................................................................................... 1
1.2.1 Tujuan Berstudi Wisata .............................................................................................. 1
1.2.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 1
1.3 Manfaat ....................................................................................................................... 1
1.3.1 Manfaat Studi Wisata ................................................................................................. 1
1.3.2 Manfaat Penulisan ...................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Keraton Kesultanan Yogyakarta ................................................................................. 3
2.1.1 Sejarah Berdirinya Keraton Kesultanan Yogyakarta.................................................. 3
2.1.2 Pemangku Adat Keraton Kesultanan Yogyakarta ...................................................... 5
2.1.3 Warisan Budaya Keraton Kesultanan Yogyakarta ..................................................... 6
2.2 Candi Prambanan........................................................................................................ 10
2.2.1 Sejarah Candi Prambanan........................................................................................... 10
2.2.2 Warisan Budaya Candi Prambanan ............................................................................ 17

BAB III HASIL KUNJUNGAN STUDI WISATA


3.1 Keraton Kesultanan Yogyakarta .................................................................................... 16
3.2 Candi Prambanan........................................................................................................... 22

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 23
4.2 Saran ............................................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 24

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Luas Wilayah Keraton Kesultanan Yogyakarta ............................................... 25


Tabel 2.2 Raja-Raja Keraton Kesultanan Yogyakarta ..................................................... 25
Tabel 2.3 Luas Candi Prambanan .................................................................................... 26

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tampilan Keraton Yogyakarta ..................................................................... 27


Gambar 2.2 Lambang Keraton Yogyakarta ..................................................................... 27
Gambar 2.3 Pusaka Keraton Yogyakarta ......................................................................... 27
Gambar 2.4 Alat Musik Keraton Yogyakarta .................................................................. 28
Gambar 2.5 Candi Prambanan ......................................................................................... 28
Gambar 2.6 Relief Candi Prambanan .............................................................................. 28

viii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian
tengah,dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia. Daerah
Istimewa.Yogyakarta memiliki satu kota dan empat kabupaten yaitu Kota
Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan
Kabupaten GunungKidul. Pariwisata merupakan sektor utama bagi DIY. Banyaknya
objek, dan daya tarik wisatawan di DIY telah menyerap kunjungan wisatawan, baik
wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. Bentuk wisata di DIY meliputi
wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition), wisata budaya, wisata
alam, wisata minat khusus dan berbagai fasilitas wisata lainnya seperti resort, hotel, dan
restoran. Yogyakarta dikenal dengan julukan Kota Budaya, karena Yogyakarta
memiliki banyak ragam budaya. Selain itu Yogyakarta pun memiliki banyak destinasi
wisata Alam, Budaya, Minat Khusus. Salah satu hal yang menjadi minat wisatawan
mendatangi Yogyakarta mempunyai banyak tempat wisata bersejarah.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Bersetudi Wisata
Kegiatan ini diadakan untuk menambah wawasan dan pengalaman serta membuasakan
siswa belajar secara langsung mengenal tempat – tempat bersejaran dan budaya
setempat dengan cara berinteraksi dengan lingkungan sekitar terutama daerah
kebumen dan yogyakarta
1.2.2 Tujuan Penulisan
1. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai sejarah Keraton Yogyakarta
danCandi Prambanan Yogyakarta.
2. Mengetahui hal apa saja yang telah terjadi di Keraton dan Candi Prambanan
Yogyakarta
3. Mengetahui sisi lain dari Keraton Yogyakarta dan Candi Prambanan Yogyakarta.
4. Penulis dapat menjelaskan tentang apa yang sebenarnya tersimpan dalam obyek
wisatatersebut
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Studi Wisata
Kegiatan ini mampu menyediakan sumber yang dapat memperkaya informasi faktal
selain itu juga dapat menyediakan pengalaman melalui objek, tempat, situasi, dan
1
hubungan antar manusia yang tidak dapat disediakan di kelas
1.3.2 Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dari Penulisan Karya Tulis ini sebagai berikut :
1. Lebih mengetahui sejarah Keraton Yogyakarta dan candi Prambanan Yogyakarta.
2. Dapat mengetahui arsitektur bangunan pada zaman dahulu
3. Lebih mengetahui potensi wisata disekitar objek Keraton Yogyakarta dan Candi
Prambanan Yogyakarta .
4. Menambah wawasan atau pengetahuan yang luas khususnya bagi penulis sendiri
danumum bagi para pembaca yang budiman.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keraton Kesultanan Yogyakarta


2.1.1 Sejarah Keraton Yogyakarta
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi
Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta,
Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan tersebut secara resmi
telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan
keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya
yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini.

Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta.
Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi
milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka
keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu
contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan
lapangan serta paviliun
yang luas.

Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan
pasca Perjanjian Giyanti di tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah
pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat
iring- iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan
dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah
mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati
Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar
Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.

Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti
Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri
Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan),
dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan)[4][5]. Selain itu Keraton Yogyakarta
memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda
kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga

3
adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika
nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi
Keraton Yogyakarta.

Keberadaan Kota Yogyakarta tidak bisa lepas dari keberadaan Kasultanan


Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi yang memperjuangkan kedaulatan Kerajaan
Mataram dari pengaruh Belanda, merupakan adik dari Sunan Paku Buwana II. Setelah
melalui perjuangan yang panjang, pada hari Kamis Kliwon tanggal 29 Rabiulakhir
1680 atau bertepatan dengan 13 Februari 1755, Pangeran Mangkubumi yang
telah bergelar Susuhunan Kabanaran menandatangani Perjanjian Giyanti atau
sering disebut dengan Palihan Nagari. Palihan Nagari inilah yang menjadi titik awal
keberadaan Kasultanan Yogyakarta.

Pada saat itulah Susuhunan Kabanaran kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku
Buwana Senopati Ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah
Ingkang Jumeneng Kaping I. Setelah Perjanjian Giyanti ini, Sri Sultan Hamengku
Buwana mesanggrah di Ambarketawang sambil menunggui pembangunan fisik
kraton.

Sebulan setelah ditandatanganinya Perjanjian Giyanti tepatnya hari Kamis Pon


tanggal 29 Jumadil awal 1680 atau 13 Maret 1755, Sultan Hamengku Buwana I
memproklamirkan berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan ibukota
Ngayogyakarta dan memiliki separuh dari wilayah Kerajaan Mataram. Proklamasi ini
terjadi di Pesanggrahan Ambar ketawang dan dikenal dengan peristiwa Hadeging
Nagari Dalem Kasultanan Mataram – Ngayogyakarta.

Pada hari Kamis Pon tanggal 3 sura 1681 atau bertepatan dengan tanggal 9 Oktober
1755, Sri Sultan Hamengku Buwana I memerintahkan untuk membangun Kraton
Ngayogyakarta di Desa Pacethokan dalam Hutan Beringan yang pada awalnya
bernama Garjitawati.

Pembangunan ibu kota Kasultanan Yogyakarta ini membutuhkan waktu satu tahun.
Pada hari Kamis pahing tanggal 13 Sura 1682 bertepatan dengan 7 Oktober 1756, Sri
Sultan Hamengku Buwana I beserta keluarganya pindah atau boyongan dari
Pesanggrahan Ambarketawan masuk ke dalam Kraton Ngayogyakarta.
4
Peristiwa perpindahan ini ditandai dengan candra sengkala memet Dwi Naga Rasa
Tunggal berupa dua ekor naga yang kedua ekornya saling melilit dan diukirkan di atas
banon atau renteng kelir baturana Kagungan Dalem Regol Kemagangan dan Regol
Gadhung Mlathi.

Momentum kepindahan inilah yang dipakai sebagai dasar penentuan Hari Jadi Kota
Yogyakarta karena mulai saat itu berbagai macam sarana dan bangunan pendukung
untuk mewadahi aktivitas pemerintahan baik kegiatan sosial, politik, ekonomi, budaya
maupun tempat tinggal mulai dibangun secara bertahap. Berdasarkan itu semua maka
Hari Jadi Kota Yogyakarta ditentukan pada tanggal 7 Oktober 2009 dan dikuatkan
dengan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2004.

2.1.2 Pemangku adat Keraton kesultanan Yogyakarta


Pada mulanya Keraton Yogyakarta merupakan sebuah Lembaga Istana Kerajaan (The
Imperial House) dari Kesultanan Yogyakarta. Secara tradisi lembaga ini disebut
Parentah Lebet (harfiah=Pemerintahan Dalam) yang berpusat di Istana (keraton) dan
bertugas mengurus Sultan dan Kerabat Kerajaan (Royal Family). Dalam
penyelenggaraan pemerintahan Kesultanan Yogyakarta disamping lembaga Parentah
Lebet terdapat Parentah nJawi/Parentah Nagari (harfiah=Pemerintahan
Luar/Pemerintahan Negara) yang berpusat di ndalem Kepatihan dan bertugas
mengurus seluruh negara.

Sekitar setahun setelah Kesultanan Yogyakarta (khususnya Parentah nJawi) bersama-


sama Kadipaten Paku Alaman diubah statusnya dari negara (state) menjadi Daerah
Istimewa setingkat Provinsi secara resmi pada 1950, Keraton mulai dipisahkan dari
Pemerintahan Daerah Istimewa dan di-depolitisasi sehingga hanya menjadi sebuah
Lembaga Pemangku Adat Jawa khususnya garis/gaya Yogyakarta. Fungsi Keraton
berubah menjadi pelindung dan penjaga identitas budaya Jawa khususnya gaya
Yogyakarta.

Walaupun dengan fungsi yang terbatas pada sektor informal namun keraton
Yogyakarta tetap memiliki kharisma tersendiri di lingkungan masyarakat Jawa
khususnya di Prov. D.I. Yogyakarta. Selain itu keraton Yogyakarta juga memberikan gelar
kebangsawanan kehormatan (honoriscausa) pada mereka yang mempunyai perhatian
kepada budaya Jawa khususnya Yogyakarta disamping mereka yang berhak karena hubungan

5
darah maupun karena posisi mereka sebagai pegawai (abdi-Dalem) keraton.
Namun demikian ada perbedaan antara Keraton Yogyakarta dengan Keraton/Istana
kerajaan- kerajaan Nusantara yang lain. Sultan Yogyakarta selain sebagai Yang
Dipertuan Pemangku Takhta Adat /Kepala Keraton juga memiliki kedudukan yang
khusus dalam bidangpemerintahan sebagai bentuk keistimewaan daerah Yogyakarta.
Dari permulaan DIY berdiri (de facto 1946 dan de yure 1950) sampai tahun 1988
Sultan Yogyakarta secara otomatis diangkat sebagai Gubernur/Kepala Daerah
Istimewa yang tidak terikat dengan ketentuan masa jabatan, syarat, dan cara
pengangkatan Gubernur/Kepala Daerah lainnya (UU 22/1948;

UU 1/1957; Pen Pres 6/1959; UU 18/1965; UU 5/1974). Antara 1988-1998


Gubernur/Kepala Daerah Istimewa dijabat oleh Wakil Gubernur/Wakil Kepala Daerah
Istimewa yang juga Penguasa Paku Alaman. Setelah 1999 keturunan Sultan
Yogyakarta tersebut yang memenuhi syarat mendapat prioritas untuk diangkat
menjadi Gubernur/Kepala Daerah Istimewa (UU 22/1999; UU 32/2004). Saat ini
yang menjadi Yang Dipertuan Pemangku Takhta adalah Sultan Hamengku Buwono
X2.
2.1.3 Warisan Budaya Keraton Yogyakarta
Kraton Jogja dengan arsitektur Jawa yang agung dan elegan ini adalah sebuah istana
sebagai tempat tinggal para Sultan, serta pusat pemerintahan dan pusat kebudayaan kota
Yogyakarta.

Kraton Jogja merupakan daerah eksotis yang bernuansa Jawa tradisional di tengah-
tengah pesatnya modernisasi kota pelajar ini. Terletak segaris lurus dengan Laut
Selatan, Tugu Yogyakarta, dan Gunung Merapi. Banyak aspek kehidupan di dalam
Keraton Jogja yang masih tetap mempertahankan nilai-nilai kebudayaan dan spirit
Jawa dari zaman dahulu kala.

Arsitektur Kompleks Keraton Yogyakarta Sangat Menawan


Kraton Jogja dibangun 200 tahun silam, tepatnya pada tahun 1755 hasil karya Sri
Sultan Hamengku Buwono I yang saat masa muda beliau bernama Pangeran
Mangkubumi Sukowati. Kemampuan beliau dalam bidang arsitek telah diakui oleh
ilmuwan dari bangsa Belanda. Kompleks Kraton Yogyakarta menjadi salah satu
contoh arsitektur istana Jawaterbaik.

6
Kompleks Keraton Yogyakarta Mengandung Nilai Sakral
Kraton Jogja terdiri dari gedong-gedong (joglo yang berdinding) dan bangsal-bangsal
(joglo yang tidak berdinding), dibatasi oleh tembok tinggi, tebal dan kokoh dengan
regol-regol (pintu gerbang). Membentang lurus dari utara ke Selatan, mulai dari Alun-
Alun Utara hingga Alun-Alun Selatan. Setiap kompleks dan bangunan mengandung
nilai simbolis dan sakral.
Desain bangunan ini juga menunjukkan bahwa Kraton Jogja, Tugu Pal Putih,
Gunung Merapi, Panggung Krapyak dan Pantai Selatan berada dalam satu garis atau
poros imajiner yang dipercaya sebagai hal yang keramat.

Bangunan Keraton Yogyakarta Bernilai Seni Tinggi


Bangunan-bangunan Kraton Yogyakarta yang bergaya arsitektur Jawa tradisional
berseni memang menjadi daya pikat tiada dua. Di beberapa bagian tertentu terlihat
sentuhan dari budaya asing seperti Portugis, Belanda, bahkan Tiongkok.

Bangunan di setiap kompleks Kraton Yogyakarta umumnya berbentuk Joglo.


Permukaan atap joglo berupa trapesium dengan warna keemasan, ditopang oleh tiang
utama di tengah bangunan (Soko Guru) serta tiang-tiang lainnya. Tiang bangunan
berwarna hijau gelap atau hitam khas warna cat Kraton Jogja, berhias ornamen indah.

Tiap-tiap bangunan memiliki kelas tergantung pada fungsi dan jabatan penggunanya.
Kelas utama atau tertinggi memiliki detail ornamen yang lebih rumit dan indah
dibandingkan dengan kelas dibawahnya. Semakin rendah kelas bangunan maka
ornamen semakin sederhana bahkan tidak memiliki ornamen sama sekali.

Lambang Keraton Yogyakarta Memiliki Makna Filosofis


Di berbagai bangunan Kraton Jogja Anda pasti akan melihat simbol Kraton Jogja
berwarna keemasan ini. Lambang atau simbol kerajaan yang dijunjung tinggi
masyarakat Mataram. Simbol Kraton Jogja tersebut mempunyai arti serta filosofi yang
membawa pada kesejahteraan dan kejayaan Keraton. Simbol atau logo Kraton Jogja
tersebut dikenal dengan nama Praja Cihna.

Praja Cihna dibuat oleh Sultan Hamengku Buwono I yang berasal dari bahasa
Sansekerta. Praja berarti abdi negara, sedang Cihna berarti sifat sejati. Secara harfiah
Praja Cihna bermakna sifat sejati seorang abdi negara.

7
Menyimpan Koleksi Benda Kesultanan Keraton Yogyakarta
Sebagian kompleks Kraton Yogyakarta kini beralih fungsi sebagai museum benda-benda
koleksi milik kesultanan. Kraton Jogja masih menjaga warisan budaya seperti kegiatan
upacara adat, dan benda-benda kuno lainnya. Nilai-nilai filosofi dan mitologi masih
melingkupi kehidupan di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat ini.

Koleksi benda-benda disimpan dalam kotak kaca yang tersebar di berbagai ruangan,
mulai dari keramik dan barang pecah belah, senjata, foto, miniatur dan replika, hingga
aneka jenis batik beserta diorama proses pembuatannya.

Kraton Jogja Berfungsi Sebagai Benteng Pertahanan


Keraton Yogyakarta dibangun dengan luas 1,5 km dikelilingi tembok benteng. Dahulu,
Kraton Yogyakarta berfungsi sebagai benteng pertahanan. Benteng tersebut memiliki
tebal 3- 4 m dan tinggi 3.5 m. Di dalam benteng terdapat lorong sebagai tempat
menyimpan senjata amunisi. Pada keempat sudut benteng terdapat bastion dengan lubang
kecil sebagai tempat mengintai musuh. Selain itu, di sisi luar benteng juga dibuat parit
yang mengelilingi guna menghadang musuh saat peperangan.
Benteng keliling tersebut mempunyai lima gerbang atau plengkung.
Plengkung Tarunasura atau Wijilan di sebelah timur laut
Plengkung Madyasura atau Plengkung Gondomanan di sebelah timur
Plengkung Nirbaya atau Plengkung Gading di sebelah selatan
Plengkung Jayabaya atau Plengkung Tamansari di sebelah barat
Plengkung Jagasura atau Plengkung Ngasem di sebelah barat laut
Keberadaan benteng dan gapura tersebut di beberapa bagian mengalami kerusakan dan
perubahan.

Pertunjukan Seni Tradisional di Kraton Jogja


Selain berkeliling menyusuri bangunan-bangunan dan menyaksikan koleksi benda milik
kesultanan Keraton Yogyakarta, Anda juga bisa menyaksikan beberapa pertunjukan yang
digelar di Bangsal Sri Manganti. Pertunjukan ini rutin dipentaskan dengan jam dan hari
yang telah ditentukan. Berikut jadwal pertunjukan Kraton Jogja setiap harinya :

Hari Selasa : Gamelan (uyon-uyon) pukul 10:00-12:00 dan 12:30-


14:30 Hari Rabu : Wayang Golek pukul 10:00-13:00

8
Hari Kamis : Wayang Kulit pukul 10:00-13:00
Hari Jumat : Mocopat (pembacaan puisi Jawa) pukul 10:00-
14:30 Hari Sabtu : Karawitan dan tarian pukul 10:30-13:00
Hari Minggu : Tarian pukul 10:30-13:00
Untuk memperingati hari-hari tertentu, diselenggarakan pula upacara adat di Bangsal Sri
Manganti ini.

9
2.2 Candi Prambanan Yogyakarta
2.2.1 A. Sejarah Candi Prambanan
Sejarah Candi Prambanan diawali dengan Rakai Pikatan sebagai tandingan candi
Buddha Borobudur dan juga candi Sewu yang terletak tak jauh dari
Prambanan. Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh
Rakai Pikatan dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja
Lokapala dan raja Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka
tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan dewa Siwa, dan nama
asli bangunan ini dalam bahasa Sanskerta adalah Siwagrha (Sanskerta:Shiva-grha
yang berarti: 'Rumah Siwa') atau Siwalaya (Sanskerta:Shiva- laya yang berarti:
'Ranah Siwa' atau 'Alam Siwa'). Kompleks bangunan ini secara berkala terus
disempurnakan oleh raja-raja Medang Mataram berikutnya, seperti raja Daksa dan
Tulodong. Sejarah Candi Prambanan ditinjau dari Pemugaran dimulai pada tahun
1918, akan tetapi upaya serius yang sesungguhnya dimulai pada tahun 1930-an.
Pada tahun 1902-1903, Theodoor van Erp memelihara bagian yang rawan runtuh.
Pada tahun 1918- 1926, oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah
P.J. Perquin dengan cara yang lebih sistematis sesuai kaidah arkeologi. Upaya
renovasi terus menerus dilakukan bahkan hingga kini. Pemugaran candi Siwa yaitu
candi utama kompleks ini dirampungkan pada tahun 1953 dan diresmikan oleh
Presiden pertama Republik IndonesiaSukarno. Kini Candi Prambanan termasuk
dalam situs warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO [7].
B. Latar Belakang Dan Fungsi Candi Prambanan
Latar belakang berdirinya Candi Prambanan karena Candi ini telah memenuhi
keinginan pembuatnya yaitu menunjukkan kejayaan Hindu di Tanah Jawa .
1. Sebagai Candi Pemujaan
Candi Hindu yang paling umum dibangun untuk memuja dewa, dewi, atau
bodhisatwa tertentu. Contoh candi: candi Prambanan, candi Canggal, candi
Sambisari, dan candi Ijo yang menyimpan lingga dan dipersembahkan utamanya
untuk Siwa, candi Kalasan dibangun untuk memuliakan Dewi Tara, sedangkan
candi Sewu untuk memuja Manjusri.
2. Sebagai Candi Pendharmaan
Candi yang dibangun untuk memuliakan arwah raja atau tokoh penting yang
telah meninggal. Fungsi candi ini terkadang sebagai candi pemujaan juga karena
arwah raja yang telah meninggal seringkali dianggap bersatu dengan dewa

10
perwujudannya, contoh: candi Belahan tempat Airlangga dicandikan, arca
perwujudannya adalah sebagai Wishnu menunggang Garuda. Candi Simping di
Blitar, tempat Raden Wijaya didharmakan sebagai dewa Harihara.
3. Sebagai Candi Stupa
Candi didirikan sebagai lambang Budha atau menyimpan relik buddhis, atau
sarana ziarah agama Buddha. Secara tradisional stupa digunakan untuk
menyimpan relikui
buddhis seperti abu jenazah, kerangka, potongan kuku, rambut, atau gigi
yang
dipercaya milik Buddha Gautama, atau bhiksu Buddha terkemuka, atau keluarga
kerajaan penganut Buddha. Beberapa stupa lainnya dibangun sebagai sarana
ziarah dan ritual, contoh: candi Borobudur, candi Sumberawan, dan candi
Muara Takus.

C. Bagian – Bagian Dari Candi Prambanan Yogyakarta


1. Bagian pertama adalah Candi Siwa
Candi Siwa sebagai candi utama adalah bangunan terbesar sekaligus tetinggi
di kompleks candi Rara Jonggrang, berukuran tinggi 47 meter dan lebar 34
meter. Puncak mastaka atau kemuncak candi ini dimahkotai modifikasi bentuk wajra
yang melambangkan intan atau halilintar. Candi Siwa dikelilingi lorong galeri yang
dihiasi relief yang menceritakan kisah Ramayana terukir di dinding dalam
pada pagar langkan. Di atas pagar langkan ini dipagari jajaran kemuncak yang juga
berbentuk wajra. Untuk mengikuti kisah sesuai urutannya, pengunjung harus
masuk dari sisi timur, lalu melakukan pradakshina yakni berputar mengelilingi candi
sesuai arah jarum jam. Kisah Ramayana ini dilanjutkan ke Candi Brahma. Candi
Siwa di tengah- tengah, memuat lima ruangan, satu ruangan di setiap arah mata
angin dan satu garbagriha, yaitu ruangan utama dan terbesar yang terletak di tengah
candi. Ruangan timur terhubung dengan ruangan utama tempat bersemayam
sebuah arcaSiwa Mahadewa (Perwujudan Siwa sebagai Dewa Tertinggi)
setinggi tiga meter. Arca ini memiliki Lakçana (atribut atau simbol) Siwa, yaitu
chandrakapala (tengkorak di atas bulan sabit), jatamakuta (mahkota keagungan), dan
trinetra (mata ketiga) di dahinya. Arca Siwa Mahadewa berdiri di atas lapik bunga
padma di atas landasan persegi berbentuk yoni yang pada sisi utaranya terukir
ular Nāga (kobra). Ada tiga ryuangan yang menyimpan arca – arca kecil dari
Dewa Siwa , di ruang selatan ada Resi Agastya, Ganesha Putra Siwa,
diruang barat ada arca sakti atau istri Siwa yaitu DurgaMahisasuramardini.
11
2. Bagian Kedua adalah Candi Brahma
Candi Brahma merupakan bagian dari Taman Wisata Candi Prambanan,
letaknya di dukuh Tlogo, desa Tlogo, kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten,
Prop. Jawa Tengah. Ukuran candi 20 X 20 meter dengan ketinggian 37 meter.
Di sini hanya ada satu ruangan tempat arca Bramha berdiri. Brahma mempunyai
empat kepala dan empat tangan. Ia dianggap sebagai dewa pencipta dunia.
Salah satu tangannya memegang tasbih, tangan lainnya memegang
“kamandalu” tempat air. Keempat wajahnya menggambarkan keempat kitab
suci Weda, masing-masing menghadap ke empat arah mata angina. Dia
membawa air melambangkan bahwa seluruh alam keluar

dari air. Tasbih menggambarkan waktu. Dasar kaki candi dikelilingi oleh
selasar yang dibatasi pagar langkan dimana pada dinding langkan sebelah
dalam terpahat relief yang merupakan kelanjutan dari cerita Ramayana. Candi
ini mengalami kerusakan paling parah di banding candi lainnya ketika gempa
bumi berkekuatan skala 5,9 melanda Yogyakarta. Luas dasar Candi Brahma 20
meter persegi dan tingginya 37 meter. Keempat wajahnya menggambarkan
keempat kitab suci Weda yang masing- masing menghadap ke arah mata angin.
Keempat lengannya menggambarkan keempat arah mata angin. Sebagai
Pencipta ia membawa air karena seluruh alam keluar dari air. Tasbih
menggambarkan waktu. Dasar kaki candi juga dikelilingi oleh selasar yang
dibatasi pagar langkan dimana pada dinding langkan sebelah dalam terpahat
relief lanjutan cerita Ramayana dan relief serupa pada Candi Siwa hingga tamat.

3. Bagian Ketiga adalah Candi Wisnu


Candi Wisnu terletak di bagian sebelah utara candi Siwa anda hanya akan
menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga Candi Brahma
yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya akan
menemukan saturuangan berisi arca Brahma.
D. Candi – candi kecil yang ada di Prambanan Yogyakarta
a. Candi Wahana
Candi Wahana terletak tepat didepan tiga patung Trimurti . Candi-candi wahana ini
terletak tepat di depan dewa penunggangnya. Di depan candi Siwa terdapat candi
Nandi, di dalamnya terdapat arca lembu Nandi. Pada dinding di belakang arca Nandi ini
di kiri dan kanannya mengapit arca Chandra dewa bulan dan Surya dewa matahari.
12
Chandra digambarkan berdiri di atas kereta yang ditarik 10 kuda, sedangkan Surya
berdiri di atas kereta yang ditarik 7 kuda.Tepat di depan candi Brahma terdapat candi
Angsa. Candi ini kosong dan tidak ada arca Angsa di dalamnya. Mungkin dulu pernah
bersemayam arca Angsa sebagai kendaraan Brahma di dalamnya. Di depan candi
Wishnu terdapat candi yang dipersembahkan untuk Garuda, akan tetapi sama seperti
candi Angsa, di dalam candi ini tidak ditemukan arca Garuda. Mungkin dulu arca
Garuda pernah ada di dalam candi ini. Hingga kini Garuda menjadi lambang penting
di Indonesia, yaitu sebagai lambang negara Garuda Pancasila.
b. Candi Apit , Kelir , dan Pathok
Di antara baris keenam candi-candi utama ini terdapat Candi Apit. Ukuran
Candi Apithampir sama dengan ukuran candi perwara, yaitu tinggi 14 meter dengan
tapak denah 6 x 6 meter. Disamping 8 candi utama ini terdapat candi kecil berupa
kuil kecil yang mungkin fungsinya menyerupai pelinggihan dalam Pura Hindu
Bali tempat meletakan canang atau sesaji, sekaligus sebagai aling-aling di depan
pintu masuk. Candi-candi kecil ini yaitu; 4 Candi Kelir pada empat penjuru mata
angin di muka pintu masuk, dan 4 Candi Patok di setiap sudutnya. Candi Kelir dan
Candi Patok berbentuk miniatur candi tanpa tangga dengantinggi sekitar 2 meter.
c. Candi Perwara
Candi Perwara merupakan dua dinding berdenah bujur sangkar yang
mengurung dua halaman dalam, tersusun dengan orientasi sesuai empat penjuru mata
angin. Dinding kedua berukuran panjang 225 meter di tiap sisinya.Candi-candi ini
dibangun di atas empat undakan teras-teras yang makin ke tengah sedikit makin
tinggi. Empat baris candi-candi ini berukuran lebih kecil daripada candi utama. Candi-
candi ini disebut "Candi Perwara" yaitu candi pengawal atau candi pelengkap. Candi-
candi perwara disusun dalam empat baris konsentris baris terdalam terdiri atas 44
candi, baris kedua 52 candi, baris ketiga 60 candi, dan baris keempat sekaligus baris
terluar terdiri atas 68 candi. Uniknya dalam candi ini hanya orang-orang anggota kasta
itu yang boleh memasuki dan beribadah di dalamnya; baris paling dalam hanya oleh
dimasuki kasta Brahmana, berikutnya hingga baris terluar adalah barisan candi
untuk Ksatriya, Waisya, dan Sudra.

13
E. Seni Pertunjukan Tari Ramayana Di Candi Prambanan
Sendratari Ramayana di Indonesia pertama kali dipentaskan pada 26 Juli1961 di
panggung terbuka CandiPrambanan.Pertunjukan pertama kali ini digagas oleh Letjen
TNI (purn) GPH Djati Kusumo yang pada bulan April 1961 membentuk tim proyek
untuk membangun panggung terbuka di depan Candi Prambanan. Panggung terbuka
yang dirancang Harsoyo dari Universitas Gadjah Mada berukuran panjang 50 meter,
lebar 12 meter ini memiliki tempat duduk sampai 3.000 buah. Proyek Sendratari
Ramayana koreografinya ditangani oleh Soerjohamidjojo dan Soeharso, melibatkan
865 orang terdiri dari penari, penabuh gamelan, dan perancang busana. Sendratari
Ramayana merupakan sebuah pertunjukan yang menggabungkan tari dan drama tanpa
dialog yang mengangkat cerita Ramayana. Sendratari Ramayana menceritakan kisah
tentang usaha Rama untuk menyelamatkan Sinta yang diculik oleh Rahwana.
Sendratari Ramayana merupakan salah satu media dalam menyajikan wiracarita atau
epos Ramayana, media lain seperti seni sastra, seni rupa, dan bebagai seni
pertunjukan. Sendratari mengutamakan gerak-gerak penguat ekspresi sebagai
pengganti dialog, sehingga dengan sendratari diharapkan penyampaian wiracarita
Ramayana dapat lebih mudah dipahami dengan latar belakang budaya dan bahasa
penonton yang berbeda. Penampilan cerita Ramayana dalam bentuk seni pertunjukan
tari terdapat di berbagai negara antara lain Kamboja, Srilanka, Thailand, Laos,
Malaysia, Filipina, Singapura, Indonesia, dan India.
F. Jam Operasional Dan Harga Tiket Masuk
Candi Prambanan terletak di desa Prambanan yang secara administratif terbagi
menjadi dua bagian yaitu antara Kab.Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
dan Kab.Klaten Provinsi Jawa Tengah. Tiket masuk dibedakan antara wisatawan lokal
dan asing. Untuk wisatawan lokal tiket masuk seharga Rp.8.000 dan untuk
wisatawan mancaanegara sebesar 10 dollar. Objek wisata Candi Prambanan dibuka
setiap hari mulai pukul 08.00 – 17.00 WIB.
G. Pilar Pengembangan Pariwisata
Dalam ilmu kepariwisataan,tentu ada yang namanya pengembangan pariwisata. Di
indonesia, terdapat 3 pilar yang mendukung pengembangan pariwisata tersebut.
Yaitu:
a. Pemerintah
Candi Prambanan Yogyakarta telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya. yang berarti
Candi Prambanan Yogyakarta merupakan suatu tempat yang dilindungi oleh

14
Pemerintah [8]. Pemerintah akan menindak tegas apabila ada yang merusak,
mengambil, memindahkan, mengubah bentuk/warna, memisahkan benda Cagar
Budaya tanpa seizin Pemerintah. Pemerintah akan menidak tegas hal tersebut dengan
pidana penjara selama – lamanya 10 tahun atau denda sebesar Rp. 100.000.000,- .
Selain menidak tegas orang yang melakukan pelanggaran, Pemerintah juga
membantu membiayai dalam perbaikan bangunan Candi Prambanan Yogyakarta.
Pemerintah juga sangat menjaga kebersihan dan keutuhan bangunan di Candi
Prambanan Yogyakarta. Disamping konservasi objek wisata Candi Prambanan
Yogyakarta, pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwsata DIY juga berperan serta
dalam promosi objek wisata Candi Prambanan Yogyakarta, peran ini juga yang
menjadi dukungan dalam peningkatan wisatawan baik manca maupun lokal.
Terlebih Undang-Undang

Keistimewaan mencakup aspek budaya yang merupakan salah satu warisan para
leluhur patut untuk dijaga dan dilestarikan. Selain konservasi dan promosi
pemerintah juga memberikan dana bantuan untuk warga sekitar dalam bentuk
peminjaman dan pnpm mandiri untuk menambah modal dan memperbesar usaha
kecil menengah di kawasan sekitar Candi Prambanan Yogyakarta.
b. Industri
Apabila dalam suatu objek wisata, maka akan ditemukan juga peran industri di
dalamnya [9]. Dan itu pun yang terjadi di Candi Prambanan Yogyakarta. Peran
industri sudah terlihat sebelum wisatawan memasuki area objek wisata Candi
Prambanan Yogyakarta. Wisatawan dapat menemukan hotel dan juga homestay
yang akan memudahkan wisatawan dalam mencari penginapan di sekitar Candi
Prambanan Yogyakarta. Diseberang area pintu masuk Candi Prambanan
Yogyakarta, wisatawan dapat menemukan berbagai makanan yang dijual. Seperti,
warung yang menjual snack dan juga minuman, bakso, kupat tahu, rujak, cilok,
angkringan. Di dalam kawasan Candi Prambanan Yogyakarta juga banyak toko
yang menjual makanan dan minuman. Selain itu juga wisatawan dapat
menemukan toko – toko yang menjual souvenir, menjual kaos batik lukis dan juga
cara pembuatannya. Selain itu, Industri tour maupun biro perjalanan pun
menjadikan tamansari salah satu objek destinasi mereka. Peran biro perjalanan atau
pun tour and travel memiliki andil yang besar mengingat merekalah yang
membawa para wisatawan baik asing maupun lokal agar berkunjung ke objek
wisata Candi Prambanan Yogyakarta.
15
c. Masyarakat
Masyarakat sekitar juga berperan dalam pengembangan pariwisata, mereka
sudah sadar akan potensi wisata suatu daerah wisata [10]. Ini sangat mendukung
karena terdapat tourism awareness atau kesadaran masyarakat aka npotensi wiat di
daerahnya. Peran masyarakat di Candi Prambanan Yogayakarta sudah terlihat
ketika wisatawan memarkirkan kendaraannya. Masyarakat sekitar ikut membantu
dalam keamanan sekitar objek wisata Candi Prambanan Yogyakarta, salah satunya
dengan membantu menjaga dan memarkirkan kendaraan wisatawan. Selain itu,
masyarakat sekitar juga berprofesi sebagai pemandu wisata di Candi Prambanan
Yogyakarta, ketika wisatawan memasuki pintu masuk Kawasan.
CandiPrambanan Yogyakarta, masyarakat menawarkan jasanya sebagai pemandu
wisata apabila wisatawan ingin melihat bangunan di Candi Prambanan Yogyakarta
sekaligus mengetahui sejarah tempat tersebut. Dan jika wisatawan tidak ingin
meggunakan jasa pemandu wisata, masyarakat di kawasan Candi Prambanan
Yogyakarta dapat membantu menujukan objek wisata Candi Prambanan
Yogyakarta. Selain itu masyarakat sekitar juga menjual aneka minuman dan
snack kering disamping mereka beraktifitas seperti biasa. Tak hanya menjual
makanan atau minuman ,masyarakat sekitar juga membuat hasil karya souvenir
beruap kaos lukisan dan aneka souvenir yang dijajakan di depan rumah maupun
kios sebelah rumah mereka.

H. Keterkaitan Tema Seminar Dengan Pembahasan


Para wisatawan manca negara yang berkunjung dapat belajar sejarah yang ada di
Candi Prambanan mereka dapat mengenal situs Candi Hindu terbesar dan masuk di
kategori UNESCO. Arsitektur yang ada di Candi Prambanan pun menyuguhkan
keindahan dan keunikan yang menarik para wisatawan untuk datang berkunjung di
Candi Prambanan itu sendiri. Banyak wisatawan asing seperti wisatawan dari Jepang
mengunjungi Candi Prambanan untuk tujuan edukasi , hal ini sudah menjadi nilai
tambahan untuk Candi Prambanan itu sendiri karena begitu diminati oleh para
wisatawan mancanegara untuk menambah wawasan yang mereka punya . Yang secara
otomatis warga lokal terdorong untuk mempelajari bahasa Jepang agar lebih mudah
berkomunikasi dengan mereka.

16
2.2.2 Warisan Budaya candi Prambanan Yogyakarta
Satuan ruang geografis Prambanan diperkirakan merupakan salah satu pusat
pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno yang berkembang pada abad VIII-X dan
menjadi daerah penting sejak Raja Panangkaran. Candi tertua yang diketahui
pendiriannya adalah Candi Kalasan yang bercorak Budhis dan didirikan pada
tahun 700 Saka (778 M) oleh Raja Panangkaran, anak pendiri Dinasti Sanjaya.
Candi ini didirikan untuk memuja Dewi Tara. Sementara itu, Candi Sari yang
berada tidak jauh dari situ merupakan wihara bagi para pendetanya.

Selain itu, Rakai Panangkaran juga mendirikan Candi Sewu dan Plaosan yang
berlatar belakang agama Buddha. Candi Sewu diresmikan pada tahun 714 Saka
(792 M) sebagaimana disebut dalam Prasasti Manjusrigrha. Nama Candi Sewu atau
Manjusrigrha disebut juga dalam prasasti Kelurak tahun 782 terkait dengan
penghormatan terhadap Tri Ratna dan Tri Murti.

Setelah Rakai Panangkaran mengundurkan diri sebagai raja, dia mendirikan wihara
di atas bukit Boko yang disebut dengan abhayagiriwihara (kini dikenal sebagai
Kompleks Kraton Ratu Boko) yang pernah menjadi benteng pertahanan ketika
terjadi peperangan di antara putra-putra Rakai Panangkaran. Pada masa selanjutnya
tempat ini berubah menjadi suatu tempat kediaman seorang bangsawan yang
beragama Hindu, yaitu Rakai Walaing Pu Khumbayoni.
Kompleks percandian Roro Jonggrang (Candi Prambanan) didirikan tahun 856 M
oleh Rakai Pikatan, salah satu putra Rakai Panangkaran. Sementara itu, Candi
Sojiwan didirikan oleh Rakai Balitung untuk persembahan kepada neneknya
Rakryan Sanjiwana.
Candi-candi lain tidak diketahui pasti pendiriannya, namun dari seni hias
maupun langgam arsitekturnya, hampir semua candi di Prambanan berasal dari
masa yang sama dengan candi- candi yang diketahui tahun pendiriannya. Menurut
beberapa pakar arkeologi dan sejarah kuno, candi-candi di Prambanan mulai
ditinggalkan pada pertengahan abad X, ketika pusat pemerintahan kerajaan
Mataram Kuno pindah ke Jawa Timur (sekitar Jombang). Perpindahan ini mungkin
disebabkan oleh aktivitas Gunung Merapi yang sering erupsi dan menyulitkan
kehidupan masyarakat.
Candi-candi di Prambanan pertama kali muncul kembali dalam catatan C.A. Lons
yang berkunjung ke reruntuhan Candi Prambanan pada tahun 1733. Sejak itu,

17
beberapa candi lainnya menarik perhatian para peminat dan ahli sejarah dan
purbakala, sehingga banyak dilaporkan keberadaanya, diteliti, dan dikunjungi
sebagai tempat wisata.

Upaya pemugaran kompleks Candi Prambanan di bawah pengawasan Ir. Van


Romondt sejak masa pemerintahan Hindia Belanda, tetapi baru berhasil setelah
NKRI berdiri. Tahap pertama, Candi Siwa dan dua Candi Apit selesai dipugar
tahun 1953, dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pertama, Ir.
Soekarno. Pada tahun 1979 telah dilakukan studi zonasi oleh Japan International
Cooperation Agency (JICA) yang membagi kawasan Prambanan dalam 5 (lima)
zona pelestarian. Studi yang dilakukan oleh JICA mengacu pada pelestarian candi
dan situs yang ada, serta berusaha untuk mempertahankan unsur panorama dengan
berpedoman pada Gunung Merapi yang ada pada sisi utara, namun batas-batasya
sudah tidak sesuai dengan kondisi sekarang.

Pemugaran selanjutnya dilakukan terhadap Candi Brahma pada bulan April 1987
dan diresmikan pada tanggal 27 April 1991. Setelah candi-candi utama selesai
dipugar, pada bulan Mei 1991 tiga candi wahana yaitu Candi Nandi, Candi
Garuda, dan Candi Angsa mulai dipugar. Candi-candi tersebut diresmikan
bersamaan dengan purna pugar Candi Sewu (Jawa Tengah) pada tahun 1993 oleh
Presiden Soeharto.

Pada tahun 1991, UNESCO menetapkan kompleks Candi Prambanan dan Candi
Sewu menjadi warisan budaya dunia dengan nomor C-642, karena dianggap
merupakan karya adiluhung manusia yang kreatif dan jenius, khususnya karya
arsitektur yang luar biasa.

Pemugaran candi-candi yang lain juga diupayakan oleh pemerintah Belanda dan
dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia, di antaranya Candi Sewu (selesai tahun
1993), Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul (selesai tahun 1994).

18
BAB III
HASIL KUNJUNGAN STUDI WISATA

1.1 .KERATON KESULTANAN YOGYAKARTA


Museum Kraton Yogyakarta merupakan tujuan pertama kami pada kegiatan wajib
kunjung museum. Pukul 10.00 kami tiba di depan Kantor Pos Besar Yogyakarta
untuk parkir bus terlebih dahulu. Kami berjalan menuju Kraton Yogyakarta melewati
Alun-alun Utara. Alun- alun Utara adalah sebuah lapangan berumput di bagian utara
Keraton Yogyakarta. Dahulu tanah lapang yang berbentuk persegi ini dikelilingi oleh
dinding pagar yang cukup tinggi. Sekarang dinding ini tidak terlihat lagi kecuali di
sisi timur bagian selatan. Saat ini alun-alun dipersempit dan hanya bagian tengahnya
saja yang tampak. Di bagian pinggir sudah dibuat jalan beraspal yang dibuka untuk
umum.Gerbang utama untuk masuk ke dalam kompleks Keraton Yogyakarta dari
arah utara adalah Gapura Gladhag dan Gapura Pangurakan yang terletak persis
beberapa meter di sebelah selatannya. Kedua gerbang ini tampak seperti pertahanan
yang berlapis. Pada zamannya konon Pangurakan merupakan tempat penyerahan
suatu daftar jaga atau tempat pengusiran dari kota bagi mereka yang mendapat
hukuman pengasingan /pembuangan.Kami berfoto di depan Kraton Yogyakarta
terlebih dahulu kemudian memasuki Kraton lewat Tepas Pariwisata. Setelah
memasuki Kraton terlihat aktivitas beberapa abdi dalem yang bertugas di dalam
keraton. Ada beberapa koleksi barang- barang peninggalan dari Keraton yang
disimpan dalam kotak kaca di berbagai ruangan dalam Keraton seperti : keramik dan
pecah belah, miniatur atau replika, foto, senjata dan beberapa jenis batik dan diorama
dari proses pembuatannya.

Banyak benda peninggalan dalam keraton yang menyimpan cerita sejarah yang
berguna untuk tujuan penelitian dan referensi yang berguna pengetahuan generasi
penerus bangsa. Benda-benda tersebut seperti perpustakaan yang menyimpan naskah
kuno, pusaka kerajaan dan museum foto yang menyimpan koleksi foto raja-raja di
Yogyakarta, keluarga dan kerabatanya. Upacara tradisional pun secara rutin
dilaksanakan untuk melestarikan kebudayaan leluhur seperti jamasan (memandikan
pusaka dan kereta kerajaan) dan Grebeg Maulud.

Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang lebih dikenal dengan nama


Keraton Yogyakarta merupakan museum hidup bagi kebudayaan Jawa yang berada
19
di Yogyakarta dan menjadi pusat perkembangan kebudayaan Jawa. Keraton
Yogyakarta dibangun Pangeran Mangkubumi pada tahun 1755, beberapa bulan
setelah penandatanganan Perjanjian Giyanti.

Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama
Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-
raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi
lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan,
yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan
Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang
termasuk wilayah Kecamatan Gamping

Kabupaten Sleman. Keraton Yogyakarta didirikan dan menjadi garis imajiner yang
merupakan garis lurus yang menghubungkan Gunung Merapi dan Pantai Parangtritis.

Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara
maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Hampir diseluruh bagian keraton
digunakan sebagai tempat menyimpan benda-benda bernilai budaya dan termasuk
replikanya. Selain benda- benda dan arsitektur,pengunjung juga dapat melihat
pertunjukan seperti macapat,kerawitan,wayang kulit,serta wayang orang yang
dipentaskan di bangsal Sri Manganti.

Kraton merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik karena
memiliki balairung-balairung mewah serta lapangan paviliun yang luas. Kepala
arsitek istana ini adalah Sultan Hamengku Buwono I dan kemudian di bugar dan
direstorasi oleh Sultan Hamengku Buwana VII. Keraton Yogyakarta juga merupakan
suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah
mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton
Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.

Museum ini dibuka untuk umum setiap hari kecuali pada saat terdapat upacara.
Museum buka mulai jam 08.30 hingga 14.00 wib, kecuali hari Jumat yang buka
hingga pukul 13.00 wib.
Kompleks utama keraton terdiri dari halaman yang ditutupi pasir dari pantai
20
selatan,bagunan utama serta pendamping dan ditanami pohon sawo kecik yang
melambangkan kebaikan (sarwa becik). Komplek satu dengan yang lain dipisahkan
dengan tembok yang cukup tinggi dan terhubung dengan Regol yang biasanya
bergaya semar tinandu. Daun pintu terbuat dari kayu jati tebal. Disetiap gerbang
terdapat dinding penyekat yang memiliki ornamen-ornamen khas.

Bangunan di tiap kompleks biasanya berbentuk/berkonstruksi Joglo atau


derivasi/turunan konstruksinya. Joglo terbuka tanpa dinding disebut dengan Bangsal
sedangkan joglo tertutup dinding dinamakan Gedhong (gedung). Selain itu ada
bangunan yang berupa kanopi beratap bambu dan bertiang bambu yang disebut
Tratag. Pada perkembangannya bangunan ini beratap seng dan bertiang besi.

Tiap-tiap bangunan memiliki kelas tergantung pada fungsinya termasuk


kedekatannya dengan jabatan penggunanya. Kelas utama misalnya, bangunan yang
dipergunakan oleh Sultan dalam kapasitas jabatannya, memiliki detail ornamen
yang lebih rumit dan indah dibandingkan dengan kelas dibawahnya. Semakin rendah
kelas bangunan maka ornamen semakin sederhana bahkan tidak memiliki ornamen
sama sekali. Selain ornamen, kelas bangunan juga dapat dilihat dari bahan serta
bentuk bagian atau keseluruhan dari bangunanitu sendiri.

Untuk batu alas tiang, Ompak, berwarna hitam dipadu dengan ornamen berwarna
emas. Warna putih mendominasi dinding bangunan maupun dinding pemisah
kompleks. Lantai biasanya terbuat dari batu pualam putih atau dari ubin bermotif.
Lantai dibuat lebih tinggi dari halaman berpasir. Pada bangunan tertentu memiliki
lantai utama yang lebih tinggi. Pada bangunan tertentu dilengkapi dengan batu
persegi yang disebut Selo Gilang tempat menempatkan singgasana Sultan.

Bangunan utama adalah Bangsal Pagelaran yang dahulu dikenal dengan nama Tratag
Rambat. Pada zamannya Pagelaran merupakan tempat para punggawa kesultanan
menghadap Sultan pada upacara resmi. Sekarang sering digunakan untuk even-even
pariwisata, religi, dan lain-lain disamping untuk upacara adat keraton. Sepasang
Bangsal Pemandengan terletak di sisi jauh sebelah timur dan barat Pagelaran. Dahulu
tempat ini digunakan oleh Sultan untuk menyaksikan latihan perang di Alun-alun Lor.
Sepasang Bangsal Pasewakan/ Pengapit terletak tepat di sisi luar sayap timur dan
barat Pagelaran. Dahulu digunakan para panglima Kesultanan menerima perintah dari
21
Sultan atau menunggu giliran melapor kepada dia kemudian juga digunakan sebagai
tempat jaga Bupati Anom Jaba. Sekarang digunakan untuk kepentingan pariwisata
(semacam diorama yang menggambarkan prosesi adat, prajurit keraton dan lainnya).
Bangsal Pengrawit yang terletak di dalam sayap timur bagian selatan Tratag Pagelaran
dahulu digunakan oleh Sultan untuk melantik Pepatih Dalem.
3.2. CANDI PRAMBANAN
Perjalanan menuju Candi Prambanan ditempuh selama 1 jam dari hotel Kami sampai
disana pukul 12.00 WIB. Sama seperti Candi Borobudur, di sini banyak orang yang
menyewakan payung dan topi karena cuaca yang amat terik. Candi Prambanan
merupakan candi Hindu yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan 2
raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Terletak 17 km dari pusat kota Yogyakarta.
Candi ini 5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur, yaitu 47 meter. Di halaman
utama Candi Prambanan, terdapat 3 candi:
1. Candi Wisnu
2. Candi Siwa
3. Candi Brahma

Ketiga candi tersebut menghadap kearah timur. Candi tersebut merupakan lambang
dari Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Masing-masing candi memiliki candi
pendamping yang menghadap barat, yaitu Garuda (C. Wisnu), Nandini/kerbau (C.
Siwa), dan Angsa (C. Brahma).
Candi Pendamping Siwa
Di Candi Prambanan juga dapat ditemukan relief yang menceritakan kisah
Ramayana dan Khrisna. Selain 3 candi Trimurti, ada Candi Ratu Boko. Dipercaya
candi ini merupakan bekasreruntuhan Istana Kerajaan Mataram Hindu.
Kami berada di Candi Prambanan selama 2 jam. Kami tidak ke Candi Ratu Boko
karena waktu yang tidak memungkinkan dan jarak yang jauh.

22
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
Dalam penulisan laporan ini dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang perjalanan
kegiatan kunjungan yakni :
a) Dengan adanya kegiatan kunjungan siswa/siswi dapat memperoleh pengalaman
belajar diluar sekolah.
b) Kegiatan kunjungan sebagai kegiatan untuk menempatkan kesadaran siswa/siswi
dalam mengimbangi perkembangan zaman yang serba modern guna berkompetisi
menghadapi globalisasi.
c) Ternyata banyak sekali metode pembelajaran yang lebih baik.

B. Saran
Didalam pembuatan laopran ini, penulis sebagai manusia biasa pastilah banyak sekali
kesalahan untuk itu demi menyempurnakan laporan ini kritik dan saran yang berifat
membangun akan selalu penulis harapkan.
Adapun saran-saran yang bisa penulis berikan untuk teman-teman semua yang
mengikuti kegiatan ini :
a) Para siswa/siswi seharusnya bersifat kretif lagi dalam mencari informasi dan ilmu
pengetahuan yang baru.
b) Dengan diadaknnya kegiatan kunjungan ini harunya bisa diambil manfaatnya.
c) Kegatan kunjungan hendaknya dijadikan sebagai pengembangan potensi diri bukan
untuk ajang bersenang-senang saja.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. https://ig.m.wikipedia.org/wiki/keraton_Ngayogyakarta_Hadiningrat
2. https://karyatulisilmiyah.com/karya-tulis-keraton-yogyakarta/
3. https://osf.io/ud9n2/download
4. http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/P02015071300004/pramb
ana n
5. https://borobudurtour.co.id/kraton-yogyakarta/

24
DAFTAR TABEL

2.1. luas wilayah keraton kesultanan Yogyakarta


Luas Kraton Yogyakarta adalah 14.000 meter
persegi.
2.2.Raja-raja keraton kesultanan Yogyakarta
1. Hamengkubuwana I
Pangeran Mangkubumi
Bendara Raden Mas Sujono
6 Agustus 1717 – 4 Maret 1792 (umur 74) 1755 -1792
Amangkurat IV, ayah
Mas Ayu Tejawati, ibu
2. Hamengkubuwana II
Sultan Sepuh
Gusti Raden Mas Sundoro
7 Maret 1750 – 3 Januari 1828 (umur 77) 1792 - 1810
Hamengkubuwana I, ayah
Gusti Kanjeng Ratu Kadipaten, ibu

3. Hamengkubuwana III
Gusti Raden Mas Surojo
20 Februari 1769 – 3 November 1814 (umur 45 ) 1810-1811
Hamengkubuwana II, ayah
Gusti Kanjeng Ratu Kedhaton, ibu

4. Hamengkubuwana IV
Sinuhun Seda Besiyar
Gusti Raden Mas Ibnu Jarot
3 April 1804 – 6 Desember 1823 (umur 19) 1814-1822
Hamengkubuwana III, ayah
Gusti Kanjeng Ratu Kencana, ibu

5. Hamengkubuwana V
Gusti Raden Mas Gathot Menol
24 Januari 1820 – 5 Juni 1855 (umur 35) 1822-1826
Hamengkubuwana IV, ayah
25
Gusti Kanjeng Ratu Kencana, ibu

6. Hamengkubuwana VI
Sinuhun Mangkubumi
Gusti Raden Mas Mustojo
10 Agustus 1821 – 20 Juli 1877 (umur 55) 1855-1877
Hamengkubuwana V, Ayah
Gusti Kanjeng Ratu Kedhaton, Ibu
7. Hamengkubuwana VII
Sultan Sugih
Gusti Raden Mas Murtejo
4 Februari 1839 – 30 Desember 1931 (umur 92) 1877-1921
Hamengkubuwana VI, ayah
Gusti Kanjeng Ratu Sultan, ibu

8. Hamengkubuwana VIII
Gusti Raden Mas Sujadi
3 Maret 1880 – 22 Oktober 1939 (umur 59) 1921-1939
Hamengkubuwana VII, ayah
Gusti Kanjeng Ratu Hemas, ibu

9. Hamengkubuwana IX
Gusti Raden Mas Dorojatun
12 Agustus 1912 – 2 Oktober 1988 (umur 76) 1939-1988
Hamengkubuwana VIII, ayah
Kanjeng Raden Ayu Adipati Anom Hamengkunegara, ibu

10. Hamengkubawana X
Bendara Raden Mas Herjuno Darpito
2 April 1946 (umur 76)
Hamengkubuwono IX, ayah
RA. Siti Kustina, ibu

2.3.luas Candi Prambanan


Prambanan yang luasnya hampir 80 ha.
26
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tampilan Keraton Yogyakarta

Gambar 2.2 Lambang Keraton Yogyakarta.

Gambar 2.3 Pusaka Keraton Yogyakarta.

27
Gambar 2.4 Alat Musik Keraton Yogyakarta.

Gambar 2.5 Candi Prambanan Yogyakarta.

Gambar 2.6 Relief Candi Prambana

28

Anda mungkin juga menyukai