Anda di halaman 1dari 2

Chikungunya: Kecil Tapi Menyakitkan

Suatu pagi, sekitar bulan Oktober tahun lalu, saya terbangun dengan seluruh persendian
badan terasa kaku dan linu seakan baru saja dipukuli orang. Pergelangan tangan terasa ngilu
ketika digerakkan, demikian juga sendi-sendi kaki yang ketika dipakai untuk berjalan. Tidak
hanya sampai di situ, selama dua hari, saya terkapar karena demam dan kepala berat bukan
main. Waktu itu, saya tak sendirian, karena ternyata banyak orang juga mengalami hal yang
sama.

Chikungunya, demikian nama penyakit ini. Nama yang terdengar asing. Karena sulit
menyebutkannya, banyak orang sering menyebutnya sebagai ‘kunyah-kunyah.’ Meski begitu,
penyakit ini sama sekali tak asing, karena penyakit ini sempat mewabah, menjangkiti ratusan
orang yang tersebar di berbagai daerah di Provinsi Jambi.

Istilah Chikungunya sendiri memang merupakan istilah asing, berasal dari negara yang
bernama Tanzania, sebuah negara yang terletak nun jauh di belahan benua Afrika, tempat
pertama kali penyakit ini ditemukan. Istilah Chikungunya sendiri berasal dari bahasa
setempat, Bahasa Swahili, yang artinya ‘yang berubah bentuk/bungkuk.’ Disebut demikian
karena penyakit ini menyebabkan penderitanya terbungkuk-bungkuk, akibat rasa nyeri yang
ditimbulkan di persendian kaki atau tangan. Konon 200-300 tahun yang lalu, chikungunya
merupakan virus pada primata (bangsa kera). Penelitian terhadap virus ini baru dilakukan
ketika terjadi wabah di Tanzania pada tahun 1952-1953.

Gejala penyakit ini ditandai dengan rasa nyeri atau ngilu di sendi-sendi tangan dan kaki, sakit
kepala dan juga demam tinggi. Tulang-tulang terasa pegal-pegal sehingga sering juga disebut
sebagai flu tulang atau demam tulang. Biasanya juga disusul bintik-bintik merah di badan
atau tangan mirip dengan gejala demam berdarah. Meski begitu, penyakit ini konon tidak
terlalu berbahaya karena belum ditemukan menyebabkan kematian. Demam tingginya saja
yang perlu diwaspadai. Biasanya berlangsung hingga 2-4 hari. Setelah itu, tinggal rasa
ngilunya yang tersisa. Rasa ngilu ini bisa bertahan untuk waktu yang lama, bahkan sampai
hitungan bulan. Hingga saat ini, belum ditemukan obat yang bisa menyembuhkannya. Obat
yang diberikan umumnya hanya untuk meredakan demam/nyeri. Biasanya, petugas kesehatan
akan menganjurkan penderita untuk beristirahat dan cukup makan yang sehat dan bergizi.
Cukup makan makanan yang mengandung karbohidrat (misalnya nasi), protein (seperti ikan
atau susu) dan juga buah-buahan segar bisa membantu mempercepat penyembuhan. Memijat
bagian yang terasa nyeri sebaiknya tidak dilakukan karena biasanya justru akan membuat rasa
ngilu bertambah parah.

Meski tidak berbahaya, tapi Chikungunya adalah penyakit yang sangat menular dan cukup
membuat penderitanya kesakitan. Penyebarnya adalah nyamuk yang sejenis dengan nyamuk
penyebar virus Demam Berdarah, Aedes Aegepty, demikian nama nyamuk ini. Virus
ditularkan dari satu penderita ke penderita lain melalui gigitan nyamuk. Nyamuk ini juga tak
kenal pilih kasih, menyerang segala usia, baik anak-anak maupun dewasa. Daya tahan tubuh
yang lemah akan mempermudah terjangkitnya penyakit.

Pencegahan terhadap penyakit ini bisa dilakukan dengan tak membiarkan nyamuk
berkembang biak. Jangan biarkan genangan air bersih dibiarkan terlalu lama, karena tempat
semacam itu merupakan tempat yang disenangi nyamuk. Pastikan menguras bak mandi
sedikitnya seminggu sekali. Bersihkan sekitar rumah dari benda-benda yang memungkinkan
menampung genangan air, seperti botol-botol kosong atau ember. Selain itu, nyamuk juga
senang hinggap pada benda-benda yang menggantung seperti gantungan-gantungan baju atau
tempat yang gelap dan pengap. Karenanya, usahakan untuk tak menggantung baju di
belakang pintu atau kamar. Buka jendela dan pintu setiap hari agar udara dan cahaya
matahari dapat masuk ke dalam rumah. Hal ini baik untuk terjadinya pertukaran udara dan
pencahayaan yang sehat. Pencegahan yang bersifat perorangan bisa dilakukan dengan rajin
menggunakan obat nyamuk yang dioleskan/disemprotkan di tubuh atau menggunakan
kelambu ketika tidur.

Hal yang paling mendasar yang sebenarnya harus kita lakukan adalah dengan meningkatkan
kepedulian kita terhadap lingkungan. Chikungunya, seperti yang sudah disebutkan di atas,
bukanlah penyakit baru. Meski begitu, akhir-akhir ini kemunculannya semakin sering. Tidak
hanya Chikungnya sebenarnya, tapi juga penyakit-penyakit lain, terutama yang disebabkan
oleh nyamuk seperti Malaria dan Demam Berdarah. Tingginya wabah penyakit, ternyata
terkait erat dengan perubahan lingkungan yang terjadi saat ini. Kerusakan lingkungan, seperti
terus menipisnya hutan menyebabkan suhu bumi memanas dan musim menjadi tak menentu.
Kenaikan suhu udara dan curah hujan menyebabkan nyamuk sangat mudah berkembang biak
dan menyebar dengan lebih cepat. Selama ini, nyamuk biasanya berkembang biak di daerah
bersuhu panas. Namun karena suhu di hampir semua tempat sekarang memanas, maka
nyamuk pun berkembang biak di hampir semua tempat. Jika keadaan semacam ini
berlangsung terus menerus, bukan tak mungkin, ke depan serangan penyakit, terutama yang
disebabkan oleh nyamuk akan semakin ganas. Karenanya, sebelum terlambat, ada baiknya
kita mulai berbuat. Tidak menambah kerusakan alam, tapi menjaga dan memperbaikinya agar
dunia yang kita tinggali menjadi lebih sehat dan nyaman.***

(Karlina, Penulis Lepas)

Anda mungkin juga menyukai