BAB II
LANDASAN TEORITIS
Strategi pembelajaran berasal dari dua suku kata yakni strategi dan
pembelajaran.
ajar, belajar dan pembelajaran yaitu petunjuk yang diberikan kepada orang
1
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002) h.
1-2
2
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Pustaka Setia,
2005), h. 11
18
19
makhluk hidup belajar.3 Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan
oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan
3
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2012), h. 23
4
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2009), h. 35
5
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 158
6
Ibid, h. 11
20
siswa menguasai penuh materi yang diajarkan oleh guru agar tujuan dalam
7
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta :
Bumi Aksara, 2007), h. 183
8
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 153
9
Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari, Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep, &
Implementasi), (Yogyakarta: Familia Group Relasi Inti Media, 2012), h. 142
21
agar memudahkan siswa memahami isi kandungan materi dan apa yang
10
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta : Bumi Aksara,
2009), h. 184
11
Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar (SBM), (Bandung : Pustaka Setia, 2005), h.156
12
Ibid., h. 156-157
13
Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo
Offset, 2007), h. 95
22
siswa terhadap seluruh bahan materi yang dipelajari atau diajarkan oleh
guru. Bertolak dari pengertian ini, pertanyaan kita adalah, tolok ukur apa
merupakan titik tolak pembahasan tentang ide belajar tuntas atau Mastery
akan terlaksana apabila: (1) siswa menguasai semua bahan pelajaran yang
semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh
hasil belajar secara maksimal terhadap seluruh bahan yang dipelajari. Agar
dipelajari dikuasai penuh oleh murid. Ini sering disebut “belajar tuntas”,
artinya penguasaan penuh. Dalam artian luas adalah agar bahan yang
bukan hanya oleh beberapa orang saja yang diberikan angka tertinggi atau
setengah atau seperempat saja, tapi seluruh dan tuntas sesuai dengan
menguasai seluruh mata pelajaran secara tuntas, (2) penilaian akhir hasil
siswa yang mengalami kesulitan atau belum tuntas dalam belajar maka
siswa.
menyelesaikannya.
mencapai skor unjuk kerja antara 85% - 90% dalam tahap latihan
B. Hasil Belajar
mengubah tingkah laku peserta didik. Tingkah laku yang diharapkan itu
didik dapat mengubah tingkah lakunya dan perubahan itu dinamakan hasil
19
Zakiah Derajat dkk, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta; Bumi Aksara,
2001), h. 197
27
pelajara, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan
diartikan secara umum bahwa orang mengerti akan apa yang disebut
ke dalam raport sebagai bukti hasil laporan pendidikan. Setiap nilai yang
atau mudah. Untuk mencapai suatu hasil belajar yang optimal bagi seorang
20
Trisno Yuwono dan Silvita.I.S, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya; Arkola,
2000), h. 553
21
Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ke Dua,
(Jakarta; Balai Pustaka, 2000) h. 789
28
peserta didik maka cara belajar yang baik haruslah dapat dilakukan dengan
telah dicapai dari usaha belajar. Dengan demikian hasil belajar yang
a. Ranah koginitif
Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar
berikutnya. Pada tipe hasil belajar ini responden hanya diminta untuk
dan yang bukan pokok, (3) Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat
23
Ibid
30
dalam gambar, denah, diagram atau grafik. Dalam tes objektif, tipe
pemahaman.
akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi proses
24
M. Ngalim, Purwanto , Psikologi Pendidikan.( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000),
h. 44
25
Wina Sanjaya ,Op. Cit, h.126
31
rangkuman sejumlah hal khusus yang dapat dikenakan pada hal khusus
pemisahan.
26
Ibid, h. 127
27
Sinuraya, J.B, Pendistribusian Aspek Kognitif, Psikomotorir dan Afektif
Dalam Pembuatan Tes IPA untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA,( Jurnal
Pendidikan Science, 01 (25) : 76-78, 2001), h. 77
32
secara jelas, (3) dapat meramalkan kualitas, asumsi atau kondisi yang
dikenalnya.
divergen.
simbol ilmiah, atau lainnya, (2) kecakapan sintesis yang kedua adalah
dan menyimpulkan.
Evaluasi:
31
Purwanto, Op. Cit, h. 46-47
34
menaksir.
32
Sudjana, Metoda statistika, (Bandung: Tarsito, 2002), h.28
33
Sinuraya, Op. Cit, h. 78
34
Purwato, Op. Cit, h. 48
35
b. Ranah Afektif
belajar afektif tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku
sosial.
didik dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Dalam tipe
atau seleksi gejala atau rangsangan dari luar, (b) responding atau
yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan,
dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai, dll,
36
c. Ranah Psikomotoris
dari empat faktor keberhasilan belajar yaitu faktor guru, faktor peserta
didik, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan,
seorang guru.37
35
Suparman, Keterampilan Evaluasi Belajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 30
36
Ibid
37
Wina Sanjaya, Op. Cit, h.15
37
C. Pembelajaran Fiqih
adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi.
proses penyampaian pesan pelajaran fiqih dari sumber pesan atau pengirim
atau guru melalui saluran atau media tertentu kepada penerima pesan
(siswa).
akademis.
a. Tujuan
b. Fungsi
Islam di kalangan peserta didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai
41
Dokumen Kurikulum 2013 Madrasah Tsanawiyah Mata Pelajaran Fiqih, 2014, h. 3
42
Ibid., h. 4
40
a. Fiqih Ibadah
b. Fiqih Muamalah
c. Fiqih Jinayah
d. Fiqih Siyasah.43
dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang harus
zakat, haji dan umrah, makanan minuman yang halal dan haram,
sosial.44
kemampuan dasar tiap kelas yang tercantum dalam Standar Nasional juga
sebagai berikut:
a. Fiqih Ibadah
b. Fiqih Muamalah
kubur.
d. Fiqih Siyasah
1) Pendekatan
sumber kehidupan.
ulama.
luas.
44
pembelajaran fiqih.46
2) Komponen Pendukung
a) Pengorganisasian Materi
46
Ibid., h. 6
47
Ibid., h. 7
45
materi Fiqih. Oleh karena itu guru dapat memanfaatkan TV, film,
(afektif).48
d) Aspek Sikap
melihat aspek sah dan tidaknya shalat yang dilakukan, tetapi juga
kehidupan itu tidak abadi dan hanya ridha Allah-lah tujuan akhir
e) Ekstrakurikuler
f) Keterpaduan
pembinaannya.
49
Ibid., h. 8-9
47
guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari
proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji
secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru,
satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
50
Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfa Beta, 2005), h. 72
48
pembelajar
a. Kegiatan Pendahuluan
yang diketahui dan dipahami peserta didik; (b) motivasi peserta didik
51
Ibid., h. 76
52
Ibid., h. 80
49
peserta didik; dan (c) peserta didik didorong agar tertarik untuk
b. Kegiatan Inti
53
Masnur Muslich, Kurikulum; Dasar Pemahaman dan Pengembangan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), h. 120
50
yang paling tepat agar terjadi perubahan sikap dan perilaku peserta
didik.54
akhir; (c) tindak lanjut; (d) mengemukakan topik yang akan dibahas
pada waktu yang akan datang; dan (e) menutup kegiatan pembelajaran.
pemberian tugas dan (b) post tes. Sementara itu, Depdiknas (2003)
cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik; (b) gunakan hasil
metodologi yang paling tepat yang sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.55
54
Masnur Muslich, KTSP; Dasar Pemahaman dan Pengembangan, (Jakarta : Bumi Aksara,
2008), h. 68
55
Abdul Madjid, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), h. 129
51
8. Evaluasi
Hal ini yang perlu diperhatikan dalam penilaian Fiqih adalah prinsip
(1) Perhatian terhadap peserta didik ketika duduk, berbicara, dan bersikap
Dari berbagai pengamatan itu ada yang perlu dicatat secara tertulis
56
Ibid., h. 6-7