DENGUE FEVER
Oleh
Preseptor
2022
BAB 1
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.AO
No MR : 07-36-08
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 32 tahun 9 bulan
Nama Ibu Kandung : Ny.ES
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Sungai Langsek
Tanggal Masuk : 8 Juli 2022
Tanggal Pemeriksaan : 11 Juli 2022
ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki, 32 tahun datang ke RSUD Sungai Dareh pada
tanggal 8 Juli 2022, dengan keluhan :
Keluhan Utama:
Demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan naik turun,
suhu saat diperiksa pada 3 hari sebelum rumah sakit 380C.
Nyeri kepala sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Disertai nyeri di area
sekitar mata.
Mual dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, tanpa disertai muntah.
Pasien merasa letih, lemah dan lesu sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Nafsu makan pasien berkurang sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien mersakan nyeri perut sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Buang air besar seperti berminyak, keluhan BAK (-).
Riwayat mudah perdarahan (-), riwayat perdarahan kecil berlangsung lama (-).
Nyeri sendi (-).
Riwayat berpergian ke daerah endemis malaria (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan Darah : 106/65 mmHg
Frekuensi Nadi : 82 kali/menit, regular, lemah.
Frekuensi Napas : 20 kali/menit, tipe pernapasan abdominothorakal
Suhu : 36,70C
Tinggi Badan : 175 cm
Berat Badan : 75 kg
Pemeriksaan Sistemik
Kulit
Warna sawo matang, efloresensi (-), scar (-), pigmentasi normal, ikterus (-),
sianosis (-), telapak tangan dan kaki pucat (-), pertumbuhan rambut normal.
Kelenjar Getah Bening
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening di leher, submandibula,
supraklavikula, infraklavikula, aksila, inguinalis.
Kepala
Bentuk normochepal, simetris, deformasi (-), rambut hitam, lurus, tidak
mudah dicabut.
Mata
Edema palpebra (-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
Hidung
Bagian luar tidak ada kelainan, septum tidak deviasi dan tulang-tulang dalam
perabaan baik, tidak ditemukan penyumbatan maupun perdarahan, pernapasan cuping
hidung (-), sekret (-).
Telinga
Kedua meatus acusticus eksternus normal, cairan (-), nyeri tekan processus
mastoideus (-), pendengaran baik.
Mulut
Pembesaran tonsil (-), pucat pada lidah (-), atrofi papil (-), gusi berdarah (-),
stomatitis (-), bau pernafasan khas (-).
Leher
Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, pembesaran kelenjar KGB tidak ada,
JVP (5-2) cmH2O, kaku kuduk (-).
Thoraks
Bentuk dada simetris.
Paru-paru
Inspeksi : Dada simetris sisi kanan dan kiri, pergerakan dada sisi kanan dan kiri
sama
Palpasi : Fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Paru kanan sonor dan paru kiri sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : batas atas RIC II, batas jantung kanan linea parasternalis dextra, batas
jantung kiri RIC V linea midclavikula sinistra
Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Supel
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar, lien tidak teraba
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Alat kelamin
Tidak dilakukan pemeriksaan.
Ekstremitas atas : nyeri sendi (-), gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-),
pigmentasi normal, telapak tangan pucat (-), jari tabuh (-), turgor kembali lambat (-),
eritema palmaris (-), sianosis (-).
Ekstremitas bawah : nyeri sendi (-), gerakan terbatas, edema (-) pada kedua
tungkai, jaringan parut (-), pigmentasi normal, jari tabuh (-), turgor kembali lambat
(-), akral pucat (-), sianosis (-).
Hematokrit 42,6%
Leukosit 3.290/mm3
Trombosit 96.000/mm3
Kesan : Trombositopenia
Diagnosis Kerja
DHF Grade I
Diagnosis Banding
Demam tifoid
Malaria
Pemeriksaan Anjuran
Serologi Dengue
Rencana Terapi
IVFD RL 20 tpm
Inj. Omeprazole 2x40 mg (IV)
Inj. Ondansentron 2x80 mg (IV)
Paracetamol 3x500 mg (PO)
Psidii 3x500 mg (PO)
Sucralfat syr 3x1
Follow up
Pasien laki-laki usia 32 tahun dengan datang dengan keluhan utama demam
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam tinggi, terus naik turun, dan tidak
berkeringat malam. Manifestasi DHF dimulai dengan demam tinggi, 2-7 hari serta
gejala klinik yang tidak spesifik seperti anoreksia, lemah, nyeri kepala. Demam
sebagai gejala utama pada semua kasus.
Buang air besar dan buang air kecil normal. Demam disertai gejala lain yang
sering ditemukan pada demam dengue seperti anoreksia, nyeri retroorbital, dan nyeri
kepala. Ini merupakan gejala khas yang dapat ditemukan pada demam yang
disebabkan oleh virus. Gejala lain dapat berupa nyeri epigastrik, mual, muntah, nyeri
di daerah subcostal kanan atau nyeri abdomen difus, kadang disertai sakit tenggorok.
Pada keluarga, ada anggota keluarga yang menderita DHF. Saat nyamuk
menghisap darah manusia yang sedang mengalami viremia, virus masuk ke dalam
tubuh nyamuk, yaitu dua hari sebelum timbul demam sampai 5 – 7 hari fase demam.
Nyamuk kemudian menularkan virus ke manusia lain. Kerentanan untuk timbulnya
penyakit pada individu antara lain ditentukan oleh status imun dan factor genetic
pejamu.
Pada pasien ini didapatkan hasil pemeriksaan hematokrit yang normal. Hasil
yang normal/ turun dapat disebabkan oleh berbagai sebab, seperti hemokonsentrasi
yang terjadi masih minimal, sehingga hasil lab yang didapatkan masih dalam batas
normal. Hal ini juga dapat terjadi jika sudah terdapat perdarahan di organ dalam,
seperti di dalam saluran cerna. Jika terjadi perdarahan maka sebanyak apapun
perdarahan yang terjadi hematokrit hasilnya akan tetap normal, karena darah yang
keluar saat perdarahan adalah whole blood, berbeda jika yang terjadi kebocoran
plasma, jika plasma bocor, maka konsentrasi darah akan meningkat, terjadilah
hemokonsentrasi. Penyebab lain hematokrit pada pasien DBD normal bisa jadi
karena pasien tersebut sudah mendapat penanganan awal sebelumnya berupa terapi
cairan sebelum dirujuk. Pada pasien DHF hal yang ditakutkan adalah terjadinya
hemokonsentrasi, dimana terjadi kebocoran plasma/ plasma leakage dari pembuluh
darah ke ruang intersisial yang dapat mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik.
Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini antara lain terapi cairan agar
mencegah terjadinya gangguan sirkulasi dan perfusi jaringan dengan pemberian
cairan infus RL, serta dianjurkan untuk banyak minum air putih. Selain itu
penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah terapi simptomatis, karena DHF
merupakan infeksi virus /self limited disease, maka terapi spesifik untuk DHF ini
tidak ada. Demam pada pasien diatasi dengan pemberian paracetamol 3x500mg.
Pemberian ondansentron bertujuan untuk mengatasi mual yang terjadi pada pasien.
Pemberian ondansentron dan sukrafat untuk mengatasi keluhan nyeri perut pada
pasien ini.
Hal yang terpenting dalam penatalaksanaan pasien DBD adalah terapi cairan.
Penyebab kematian pada DBD adalah terjadinya Dengue Shock Syndrome/ DSS,
akibat terjadinya kebocoran plasma tersebut. Kematian karena DBD banyak terjadi
pada anak. DSS sebenarnya dapat dicegah dengan pemberian cairan
Hal lain yang harus diperhatikan pada pasien dengan DBD adalah edukasi
mengenai penyakit DBD itu sendiri. Mulai dari penyebabnya, bagaimana dapat
terjadinya DBD, apa saja gejala dan tanda yang dapat muncul, serta tanda bahaya
sehingga dapat dibawa ke dokter segera untuk penanganan lebih lanjut. Pencegahan
terjadinya DBD juga seharusnya diterangkan kepada pasien, seperti dengan
melakukan 3M (menguras bak mandi, mengubur barang2 bekas, dan menutup tempat
penampungan air). Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan
pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur,
memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang
obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.