MELENA + ANEMIA
Disusun oleh :
Pembimbing :
DPJP :
Program Internship
2023
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Usia : 56 tahun
Agama : Islam
II. ANAMNESIS
Diambil dari Autoanamnesis pada tanggal 02 Maret 2023 pada pukul 00.05 WITA
Keluhan Utama :
Keluhan Tambahan :
Mual (+)
Pasien datang ke IGD RSUD Batara siang dengan keluhan buang air besar cair sejak
± 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Buang air besar sebanyak 2 kali sehari berwarna
hitam. Pasien merasakan lemas, pusing, dan mual tetapi tidak muntah. Tidak ada
keluhan nyeri ulu hati, demam, batuk, dan sesak. Buang air kecil dalam batas normal.
Hipertensi : Disangkal
Diabetes : Disangkal
Operasi : Disangkal
Hepatitis : Disangkal
Hipertensi : Disangkal
Hepatitis : Disangkal
Alergi : Disangkal
Riwayat Pengobatan
Untuk keluhan saat ini, pasien belum pernah berobat.
Pasien sering mengkonsumsi obat china anti nyeri dan pegal pegal yang dibeli dari
temannya di enrekang. Pasien mengkonsumsi obat anti nyeri saat merasa pegal dan
nyeri pada badan saat setelah bekerja selama ± 1 tahun.
Riwayat Alergi
Pasien mengaku tidak ada riwayat alergi obat, makanan, debu, maupun cuaca.
Status Generalis
Pemeriksaan Sistem
Mulut : Mukosa bibir kering (+), sianosis (-), pucat (+), perdarahan gusi (-),
faring hiperemis (-)
Thorax :
Paru
Pa: Tidak tedapat benjolan, krepitasi (-), stem fremitus kanan dan kiri sama kuat
Jantung
Abdomen
Pe: Timpani
Status Neurologis
o Hb : 5,1 gr/dl ˇ
o Ht : 15,5 vol%ˇ
o Leukosit : 11,7/mm3ˆ
o Trombosit : 221/mm3
o Eritrosit : 1,61 juta/mm3ˇ
o MCV : 96,0 fL
o MCH : 31,7 pg
o MCHC : 33,0 gr/dl
o RDW : 15,3 %
o SGOT : 21 U/L
o SGPT : 15 U/L
o Ureum : 34 mg/dl
o Creatinin : 1,0 mg/dl
V. RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Batara siang dengan keluhan buang air besar
cair sejak ± 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Buang air besar sebanyak 2 kali sehari
berwarna hitam. Pasien merasakan lemas, pusing, dan mual tetapi tidak muntah.
Tidak ada keluhan nyeri ulu hati, demam, batuk, dan sesak. Buang air kecil dalam
batas normal. Untuk keluhan saat ini, pasien belum pernah berobat. Pasien sering
mengkonsumsi obat china anti nyeri dan pegal pegal yang dibeli dari temannya di
enrekang. Pasien mengkonsumsi obat anti nyeri saat merasa pegal dan nyeri pada
badan saat setelah bekerja selama ± 1 tahun. Pasien merupakan seorang pengrajin
kayu. Pasien sering melakukan pekerjaan berat seperti mengangkat kayu dan lain lain.
Pola makan pasien kurang teratur dan lebih sering mengkonsumsi kopi setiap pagi
dan saat setelah bekerja. Pasien merokok sejak usia 17 tahun sebanyak kurang lebih 5
batang sehari. Pasien juga mengatakan mengkonsumsi alkohol sejak usia 17 tahun
dengan frekuansi yang tidak terlalu sering dan telah berhenti kurang lebih 10 tahun
lalu.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang
dengan kesadaran compos mentis. Pada tanda vital tekanan darah 100/60 mmHg, nadi
100x/menit, penapasan 20x/ menit, suhu 36,2° C, dan saturasi oksigen 98%. Pada
VIII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
- IVFD RL 28 tpm
Nonmedikamentosa
02/03/23 S: Lemas, pusing, mual, masih BAB hitam tetapi tidak muntah.
O:
Tampak sakit sedang, compos mentis
TD 140/90, HR 82x, RR 21x, SpO2 98%, suhu 36,2℃
Konjungtiva anemis (+/+), Sklera Ikterik (-/-)
VBS (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Suara jantung S1/S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen datar, BU (+) 32x/menit
Akral hangat, edema (-), pucat (-), CRT < 2 detik
RT :
Tidak ada benjolan di daerah anus, spingter kuat, permukaan rata,
pol atas teraba, prostat licin tidak membesar, terdapat darah
berwarna kecoklatan pada jari.
X. PROGNOSIS
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 MELENA
2.1.1 Definisi
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) yaitu perdarahan yang berasal dari
dalam lumen saluran cerna di atas (proksimal) ligamentum Treitz, mulai dari jejunum
proksimal, duodenum, gaster, dan esophagus. Hal tersebut mengakibatkan muntah
darah (hematemesis) dan berak darah berwarna hitam seperti aspal (melena).
Hematemesis adalah dimuntahkannya darah dari mulut, darah bisa dalam bentuk
segar (bekuan/ gumpalan/ cairan warna merah cerah) atau berubah karena enzim dan
asam lambung menjadi kecoklatan dan berbentuk seperti butiran kopi. Melena yaitu
keluarnya tinja atau feses hitam seperti aspal dengan bau khas, yang menunjukkan
perdarahan saluran cerna atas serta dicernanya darah pada usus halus.
2.1.2 Epidemiologi
Kasus-kasus yang terjadi di Indonesia sekitar 70% penyebab SCBA adalah
ruptur varises esofagus. Namun, dengan perbaikan manajemen penyakit hepar
kronik dan peningkatan populasi lanjut usia, proporsi perdarahan ulkus peptikum
diperkirakan bertambah. Kejadian perdarahan SCBA menunjukkan adanya variasi
geografis yang besar mulai dari 48-160 kasus per 100.000 penduduk, dengan
kejadian tertinggi pada laki-laki dan lanjut usia (Simandibrata et al, 2012).
2.1.3 Etiologi
Beberapa penyebab timbulnya perdarahan di saluran cerna atas yaitu :
1. Kelainan di esophagus
a. Pecahnya varises esophagus
Perdarahan varises secara khas terjadi mendadak dan masif, kehilangan darah
gastrointestinal kronik jarang ditemukan. Perdarahan varises esofagus atau lambung
biasanya disebabkan oleh hipertensi portal yang terjadi sekunder akibat sirosis
hepatis. Meskipun sirosis alkoholik merupakan penyebab varises esofagus yang
paling prevalen di Amerika Serikat, setiap keadaan yang menimbulkan hipertensi
portal dapat mengakibatkan perdarahan varises. Lebih lanjut, kendati adanya varises
berarti adanya hipertensi portal yang sudah berlangsung lama, penyakit hepatitis akut
atau infiltrasi lemak yang hebat pada hepar kadang-kadang menimbulkan varises
yang akan menghilang begitu abnormalitas hepar disembuhkan. Meskipun perdarahan
SCBA pada pasien sirosis umumnya berasal dari varises sebagai sumber perdarahan,
kurang lebih separuh dari pasien ini dapat mengalami perdarahan yang berasal dari
ulkus peptikum atau gastropati hipertensi portal. Keadaan yang disebut terakhir ini
terjadi akibat penggembungan vena-vena mukosa lambung. Sebagai konsekuensinya,
sangat penting menentukan penyebab perdarahan agar penanganan yang tepat dapat
dikerjakan. Angka kejadian pecahnya varises esophagus yang menyebabkan
perdarahan cukup tinggi yaitu 54,8%. Sifat perdarahan hematemesisnya mendadak
dan masif, tanpa didahului nyeri epigastrium. Darah berwarna kehitaman dan tidak
akan membeku karena sudah tercampur asam lambung. Setelah hematemesis selalu
disusul dengan melena.
b. Karsinoma esophagus
Karsinoma esophagus lebih sering menunjukkan keluhan melena daripada
hematemesis. Pasien juga mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis. Hanya
c. Sindrom Mallory-Weiss
Riwayat medis ditandai oleh gejala muntah tanpa isi (vomitus tanpa darah).
Muntah hebat mengakibatkan ruptur mukosa dan submukosa daerah kardia atau
esophagus bawah sehingga muncul perdarahan. Karena laserasi aktif disertai ulserasi,
maka timbul perdarahan. Laserasi muncul akibat terlalu sering muntah sehingga
tekanan intraabdominal naik menyebabkan pecahnya arteri di submukosa esophagus/
kardia. Sifat perdarahan hematemesis tidak masif, timbul setelah pasien berulangkali
muntah hebat, lalu disusul rasa nyeri di epigastrium. Misalnya pada hiperemesis
gravidarum.
d. Esofagogastritis korosiva
Pernah ditemukan penderita wanita dan pria yang muntah darah setelah tidak
sengaja meminum air keras. Air keras tersebut mengandung asam sitrat dan asam HCl
yang bersifat korosif untuk mukosa mulut, esophagus dan lambung. Penderita juga
mengeluh nyeri dan panas seperti terbakar di mulut, dada dan epigastrium.
2. Kelainan di gaster
a. Gastritis erosiva hemoragika
Penyebab terbanyak adalah akibat obat-obatan yang mengiritasi mukosa
lambung atau obat yang merangsang timbulnya tukak (ulcerogenic drugs). Misalnya
b. Ulkus Gaster
Ulkus gaster lebih sering menimbulkan perdarahan terutama di angulus dan
prepilorus bila dibandingkan dengan tukak duodeni. Tukak lambung akut biasanya
bersifat dangkal dan multipel yang dapat digolongkan sebagai erosi. Biasanya
sebelum hematemesis dan melena, pasien mengeluh nyeri dan pedih di ulu hati
selama berbulan- bulan atau bertahun-tahun. Sesaat sebelum hematemesis rasa nyeri
dan pedih dirasakan bertambah hebat, namun setelah muntah darah rasa nyeri dan
pedih tersebut berkurang. Sifat hematemesis tidak begitu masif, lalu disusul melena.
c. Karsinoma lambung
a. Ulkus duodeni
2.1.3 Patofisiologi
Perdarahan tersamar intermiten (hanya terdeteksi dalam feces atau adanya anemia
defisiensi Fe+)
1. Perdarahan masif
Untuk mencari penyebab perdarahan saluran cerna dapat dikembalikan pada faktor-
faktor penyebab perdarahan, yaitu :
2.1.5 Diagnosis
1. Anamnesis
a. Sejak kapan terjadi perdarahan, perkiraan jumlah, durasi dan frekuensi
perdarahan
2. Pemeriksaan fisik
Langkah awal adalah menentukan berat perdarahan dengan fokus pada status
hemodinamik, pemeriksaannya meliputi :
a. Tekanan darah dan nadi posisi baring
b. Perubahan ortostatik tekanan darah dan nadi
c. Ada tidaknya vasokonstriksi perifer (akral dingin)
d. Kelayakan napas dan tingkat kesadaran
e. Produksi urin
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Tatalaksana Umum
Tindakan umum terhadap pasien diutamakan airway-breathingcirculation
(ABC). Terhadap pasien yang stabil setelah pemeriksaan memadai, segera dirawat
untuk terapi lanjutan atau persiapan endoskopi
2.2.3 Etiologi
OAINS dan alkohol: OAINS dan alkohol merupakan zat yang dapat merusak
mukosa lambung dengan merubah permeabilitas sawar epitel, sehingga
memungkinkan difus balik asam klorida yang mengakibatkan kerusakan jaringan
terutama pembuluh darah. Zat ini menyebabkan perubahan kualitatif mukosa
lambung yang dapat mempermudah terjadinya degradasi mucus oleh pepsin. Mukosa
menjadi edem, dan sejumlah besar protein plasma dapat menghilang. Mukosa kapiler
dapat rusak mengakibatkan perdarahan interstitial. Mukosa antrum lebih rentan
terhadap difus balik dibanding fundus sehingga erosiva sering terjadi di antrum. Difus
balik ion H akan merangsang histamin untuk lebih banyak mengeluarkan asam
lambung, timbul dilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler, kerusaka
mukosa lambung.
Stres ulkus: Istilah stres digunakan untuk menjelaskan erosi lambung yang
terjadi akibat stres psikologis atau fisiologis yang berlangsung lama. Bentuk stres
Laporan Kasus Melena
Program Dokter Internsip Periode 2022– 2023
RSUD Batara Siang Pangkep
dapat
2.2.4 Patofisiologi
NSAID merusak mukosa lambung melalui 2 mekanisme yaitu topikal dan
sistemik. Kerusakan mukosa secara tropikal terjadi karena NSAID bersifat asam dan
lipofili, sehingga mempermudah trapping ion hidrogen masuk mukosa dan
menimbulkan kerusakan. Efek sistemik NSAID lebih penting yaitu kerusakan
mukosa terjadi akibat produksi prostaglandin menurun secara bermakna. Seperti
diketahui prostaglandin merupakan substansi sitoprotektif yang amat penting bagi
mukosa lambung. Efek sitoproteksi itu dilakukan dengan cara menjaga aliran darah
mukosa, meningkatkan sekresi mukosa dan ion bikarbonat dan meningkakan epitel
defensif. Ia memperkuat sawar mukosa lambung duodenum dengan meningkatkan
kadar fosfolipid mukosa sehingga meningkatkan hidrofobisitas permukaan mukosa,
dengan demikian mengurangi difusi balik ion hidrogen.
Selain itu, prostaglandin juga menyebabkan hiperplasia mukosa lambung
duodenum (terutama di antara antrum lambung), dengan memperpanjang daur hidup
sel-sel epitel yang sehat (terutama sel-sel di permukaan yang memproduksi mukus),
tanpa meningkatkan aktivitas proliferasi. Elemen kompleks yang melindungi mukosa
gastroduodenal merupakan prostaglandin endogenous yang disintesis di mukosa
traktus gastrointestinal bagian atas. COX (siklooksigenase)
Pada dyspepsia akibat refluks, keluhan yang menonjol berupa nyeri ulu hati
dan rasa terbakar, harus disingkirkan adanya pasien kardiologis. Pasien tukak
memberikan ciri seperti nyeri ulu hati, rasa tidak nyaman disertai muntah. Rasa sakit
gastritis erosiva timbul setelah makan, berbeda dengan ulkus duodenum yang lebih
enak setelah makan. Walaupun demikian, rasa nyeri saja tidak cukup menegakkan
gastritis erosiva, selain itu juga dapat terjadi juga perdarahan atau perforasi.
2.2.7 Diagnosis
Diagnosis gastropati NSAID dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis manifestasi klinis
gastritis bervariasi dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering yaitu
heartburn, dispepsia, abdominal discomfort dan nausea, hingga gejala berat seperti
tukak peptik, perdarahan, dan perforasi. Manifestasi klinis lain yang biasa dirasakan
pasien adalah mengalami gangguan pada saluran pencernaan atas berupa nafsu makan
menurun, perut kembung dan perasaan penuh di perut, muntah, mual dan bersendawa.
Jika terdapat pendarahan aktif, dapat terjadi hematemesis dan melena. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pada daerah epigastrium dan dapat
ditemukan distensi abdomen pada gejala yang berat.
Untuk pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan EGD
(Esofagogastroduedenoscopy) dan pemeriksaan histopatologi. Tes ini dilakukan
dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui
mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Pada
EGD dapat dijumpai kongesti mukosa, erosi-erosi kecil dan kadang-kadang disertai
pendarahan kecil. Lesi seperi ini dapat sembuh sendiri. Lesi yang lebih berat dapat
berupa erosi dan tukak multiple, pendarahan luas dan perforasi saluran cerna.
Untuk mengevaluasi gangguan mukosa dapat menggunakan Modified Lanza
Skor (MLS) kriteria. Sistem grading ini menurut MLS adalah sebagai berikut:
Feces dapat diambil setiap hari sampai laporan laboratorium adalah negatif
terhadap darah samar. Pemeriksaan sekretori lambung merupakan nilai yang
menentukan dalam mendiagnosis aklorhidria (tidak terdapat asam hdroklorida dalam
getah lambung) dan sindrom zollinger-ellison. Nyeri yang hilang dengan makanan
atau antasida, dan tidak adanya nyeri yang timbul juga mengidentifikasikan adanya
ulkus. Selain itu, adanya H. Pylory dapat ditentukan dengan biopsy dan histology
melalui kultur, meskipun hal ini merupakan tes laboratorium khusus serta tes
serologis terhadap antibody pada antigen H. Pylori
2.2.8 Penatalaksanaan
Non-medikamentosa
Pada terapi non-medikametosa, yakni berupa istirahat, diet dan jika memungkinkan,
penghentian penggunaan NSAID. Secara umum, pasien dapat dianjurkan pengobatan
rawat jalan, bila kurang berhasil atau ada komplikasi baru dianjurkan rawat inap di
rumah sakit. Pada pasien dengan disertai tukak, dapat diberikan diet lambung yang
bertujuan untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak
memberatkan lambung, mencegah dan menetralkan asam lambung yang berlebihan
serta mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin. Adapun syarat diet lambung
yakni:
1. Mudah cerna, porsi kecil, dan sering diberikan.
2. Energi dan protein cukup, sesuai dengan kemampuan pasien untuk menerima
3. Rendah lemak, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan secara
bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
Medikamentosa
Penanganan perlukaan mukosa karena NSAID terdiri dari penanganan terhadap ulkus
aktif dan pencegahan primer terhadap perlukaan dikemudian hari. Idealnya, NSAID
dihentikan sebagai langkah pertama terapi ulkus. Selanjutnya, pada penderita
diberikan obat penghambat sekresi asam (penghambat H2, PPIs). Evaluasi sangat
penting karena sebagian besar gastropati NSAID ringan
dapat sembuh sendiri walaupun NSAID tetap diteruskan. Antagonis reseptor H2
(ARH2) atau PPI dapat mengatasi rasa sakit dengan baik. Pasien yang dapat
menghentikan NSAID, obat-obat tukak seperti golongan sitoproteksi, ARH2 dan PPI
dapat diberikan dengan hasil yang baik. Sedangkan pasien yang tidak mungkin
menghentikan NSAID dengan berbagai pertimbangan sebaiknya menggunakan PPI.
Mereka yang mempunyai faktor risiko untuk mendapat komplikasi berat, sebaiknya
dberikan terapi pencegahan mengunakan PPI atau analog prostaglandin.
Misoprostol
Misoprostol adalah analog prostaglandin yang digunakan untuk menggantikan secara
lokal pembentukan prostaglandin yang dihambat oleh NSAID. Dalam studi aplikasi
mukosa misoprostol 200 mg empat kali sehari terbukti mengurangi tingkat
keseluruhan komplikasi NSAID sekitar 40%. Namun, penggunaan misoprostol dosis
tinggi dibatasi karena efek samping terhadap GI. Selain itu, penggunaan misoprostol
tidak berhubungan dengan pengurangan gejala dispepsia.
H2-reseptor antagonis
H 2 reseptor antagonis (H2RA) merupakan standar pengobatan ulkus sampai
pengembangan PPI. Dengan struktur serupa dengan histamin, antagonis reseptor H2
tersedia dalam empat macam obat yaitu simetidin, ranitidin, famotidin, dan nizatidin.
Dua kali sehari dengan dosis standard dapat menurunkan angka kejadian ulkus gaster.
Selain itu obat ini dapat menurunkan risiko tukak duodenum tetapi perlindungan
terhadap tukak lambung rendah. Dosis malam yang sesuai adalah ranitidin 300 mg,
famotidin 40mg dan nizatidin 300mg.
Proton-pump inhibitor
Merupakan pilihan komedikasi untuk mencegah gastropati NSAID. Obat ini efektif
untuk penyembuhan ulkus melalui mekanisme penghambatan HCl, menghambat
pengasaman fagolisosom dari aktivasi neutrofil, dan melindungi sel epitel serta
endotel dari stress oksidatif melalui induksi haem oxygenase-1 (HO-1). Enzim HO-1
adalah enzim pelindung jaringan dengan fungsi vasodilatasi, anti inflamasi, dan
antioksidan. Jika diberikan dalam dosis yang cukup, produksi asam harian dapat
Pembedahan
Tindakan operasi saat ini frekuensinya menurun akibat keberhasilan
terapimedikamentosa. Indikasi operasi terbagi 3 yaitu :
Elektip (tukakak refrakter/gagal pengobatan)
Darurat ( komplikasi : perdarahan massif, perforasi, senosis polorik)
Tukak gaster dengan sangkutan keganasan.
2.2.9. Komplikasi
Jika tidak tertangani dengan baik, komplikasi gastropati NSAID dapat muncul pada
penderita. Komplikasi tersebut meliputi perdarahan gastrointestinal (hematemesis,
melena), perforasi, striktura, syok hipovolemik, dan kematian.