Anda di halaman 1dari 12

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SMA Negeri 1 Tilamuta

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/Semester : X / Genap

Materi Pokok : Ekosistem

Alokasi Waktu : 2 x 30 menit

I. Kompetensi Inti
 KI-1 dan KI-2: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif
dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan,
keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan
regional, dan kawasan internasional”.
 KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
 KI4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian
3.1 Menerapkan prinsip klasifikasi 3.1.1. Mengidentifikasi ciri umum protista.
untuk menggolongkan protista 3.1.2. Mengidentifikasi ciri dan klasifikasi
berdasarkan ciri-ciri umum kelas protista mirip hewan, protista mirip
dan perannya dalam kehidupan jamur, dan protista mirip tumbuhan.
melalui pengamatan secara teliti 3.1.3. Menganalisis peranan dari protista.
dan sistematis.
4.1 Merencanakan dan melaksanakan 4.1.1 Melakukan pengamatan protista
pengamatan tentang ciri dan peran pada air selokan.
protista dalam kehidupan dan 4.1.2 Membuat gambar dari hasil
menyajikan hasil pengamatan pengamatan protista pada air
dalam bentuk model/charta/gambar. selokan.
II. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

III. Tujuan Pembelajaran


Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan mampu:
1. Menguraikan ciri umum protista.
2. Menguraikan ciri dan klasifikasi protista mirip hewan, protista mirip jamur, dan
protista mirip tumbuhan.
3. Membandingkan peranan positif dan negatif dari protista.

IV. Materi Pembelajaran


A. Ciri Umum
Protista adalah kelompok organisme yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Uniseluler atau multiseluler.
b. Inti sel bersifat eukariotik, yaitu memiliki membran inti.
c. Memiliki dinding sel atau tidak.
d. Cara hidup secara fotoautotrof atau heterotrof.
e. Bersifat aerob atau anaerob.
f. Hidup bebas atau bersimbiosis.
g. Reproduksi secara seksual dengan konjugasi dan aseksual dengan pembelahan
biner.
B. Ciri dan Klasifikasi Protista Mirip Hewan, Protista Mirip Jamur, dan Protista
Mirip Tumbuhan.
a. Protista Mirip Hewan
Protista yang mirip dengan hewan memiliki ciri – ciri tertentu, diantaranya
merupakan hewan yang bersel satu atau dikenal dengan Uniseluler dengan
ukuran tubuh hanya 10-200 µm, Tidak memiliki dinding sel, Pada umumnya
bersifat heterotrof, hanya sebagian kecil saja yang bersifat autotroph, Hidup
bebas atau sebagai parasit bagi organisme lain, Reproduksi secara seksual atau
aseksual, Pada umumnya memiliki alat gerak. Protozoa kemudian
diklasifikasikan berdasarkan alat geraknya ke dalam empat kelompok, yaitu:
1) Filum Rhizopoda (Sarcodina)
Pergerakan Rhizopoda dilakukan dengan menggunakan kaki semu
(pseudopodia). Rhizopoda tidak memiliki bentuk tetap karena selalu
berubah-ubah sesuai dengan pergerakannya. Selain berfungsi untuk
bergerak, kaki semu juga berfungsi untuk menangkap makanannya. Setelah
makanan tersebut dicerna, zat sisa hasil pencernaan akan memadat dan
menepi pada ujung tubuh kemudian keluar dari tubuh. Karena tidak dapat
menghasilkan makanan sendiri, maka rhizopoda termasuk organisme
heterotrof. Rhizopoda berkembangbiak dengan membelah diri secara
langsung (pembelahan biner). Contoh anggota filum rhizopoda adalah
Amoeba.
2) Filum Ciliata
Filum Ciliata (Ciliophora atau Infusiora): Sesuai dengan namanya,
Ciliata bergerak dengan menggunakan silia (bulu getar). Selain berfungsi
sebagai alat gerak, silia yang terdapat di seluruh bagian tubuhnya juga
berfungsi untuk menggerakan makanan agar dapat masuk melalui mulutnya.
Karena tidak dapat menghasilkan makanan sendiri, maka Ciliata termasuk
organisme heterotrof. Ciliata biasanya memiliki dua inti sel yang disebut
makronukleus (berukuran lebih besar) dan mikronukleus (berukuran lebih
kecil). Reproduksi aseksual dilakukan dengan membelah diri, dan seksual
dilakukan dengan konjugasi (saling menempelkan tubuh dan bertukar inti).
Contoh anggota filum ini adalah paramecium sp.
3) Filum Flagellata
Filum Flagellata (Mastigophora): Flagella berasal dari bahasa latin
yang artinya cambuk. Mastifophora berasal dari bahasa Yunani yaitu
“mastig) yang artinya cambuk, dan “phora” yang berarti gerakan. Sebagian
besar flagellata memiliki dua cambuk di bagian belakang tubuhnya,
sehingga saat bergerak terlihat seperti didorong dari belakang. Flagellata
dapat ditemukan di laut, air, tawar, juga bersimbiosis dengan makhluk hidup
lain, ataupun hidup menumpang atau secara parasite.
4) Filum Sporozoa
Sporozoa (Apicomplexa): Sporozoa (Sporo = biji, zoa = hewan)
merupakan organisme uniseluler yang tidak memiliki alat gerak. Organisme
ini bergerak dengan melakukan kontraksi seluruh sel. Seluruh Sporozoa
hidup secara parasit, dan makanan diserap langsung dari inangnya.
Reproduksi sporozoa dapat berlangsung secara seksual maupun aseksual.
Secara seksual terjadi dengan pertemuan mikrogamet dan makrogamet
dalam tubuh inang. Sedangkan aseksual dilakukan dengan pembelahan sel.
Contoh sporozoa adalah plasmodium vivax, malaria, dan ovale yang
merupakan penyebab penyakit malaria pada manusia.

b. Protista Mirip Jamur


Protista mirip jamur merupakan protista dengan ciri berikut: Bersifat
eukariotik, Tidak memiliki klorofil, Dapat menghasilkan spora, Bersifat
heterotrof. Protista mirip jamur bukan merupakan bagian dalam kingdom Fungi
karena struktur tubuh dan cara reproduksi yang berbeda dengan kelompok
Fungi. Protista mirip jamur diklasifikasikan ke dalam tiga filum, yaitu:
1) Myxomycota (Jamur Lendir)
Myxomycota disebut juga jamur lendir plasmodial. Semua anggota
Myxoycota bersifat heterotrof karena tidak bisa melakukan fotosintesis
sehingga tidak mampu menghasilkan makanan sendiri. Biasanya jamur
lendri plasmodium memiliki pigmen warna yang terang, dapat berwarna
kuning atau oranye.
Plasmodium dapat tumbuh hingga diameternya mencapai satuan
sentimeter (cm), namun demikian mereka merupakan organisme uniseluler,
ukuran tubuhnya besar karena kelompok ini dapat memiliki banyak nukleus.
Habitat myxomycota dapat ditemukan di hutan basah, kayu lapuk, dan tanah
lembab. Dalam siklus hidupnya terdapat kumpulan sel amoeboid yang
disebut plasmodium.
Sel amoeboid merupakan sel-sel yang dapat hidup bebas yang
dihasilkan oleh jamur lendir. Plasmodium dapat memakan bakteri, hama,
spora dan komponen organik lainnya, makanan kemudian dicerna dengan
mekanisme fagositosis. Ketika makanan kurang, maka sel – sel ini akan
bergabung membentuk sesuatu seperti lendir. Kemudian massa yang seperti
lendir ini akan mencari lingkungan baru yang lebih mendukung
kebutuhannya.
Pergerakan massa tersebut dilakukan dengan kontraksi dari masing-
masing sel yang bergabung tadi. Ketika habitatnya kering dan tidak dapat
memberikan makanan, maka plasmodium akan berhenti tumbuh dan
berkembang, serta akan berdiferensiasi menjadi suatu tahapan siklus hidup
yang berfungsi untuk reproduksi seksual.
2) Acrasiomycota
Acrasiomycota merupakan jamur lendiri seluler. Berbeda dengan
myxomycota yang merupakan jamur lendir plasmodium. Perbedaan dasar
keduanya adalah Acrasiomycota merupakan organisme haploid (hanya
memiliki satu set kromosom), hanya zigotnya saja yang bersifat diploid
(memiliki dua set kromosom). Sedangkan Myxomycota menjalani hidupnya
lebih dominan sebagai organisme diploid. Selain itu Acrasiomycota atau
jamur lendir seluler memiliki tubuh yang berfungsi untuk menghasilkan
spora saat reproduksi aseksual. Acrasiomycota tidak memiliki siklus hidup
berflagel.
3) Oomycota
Oomycota (jamur air): Sebenarnya nama jamur air untuk Oomycota
kurang tepat, karena itu merupakan salah satu spesies fillum ini.
“Oomycota” berasal dari kata “Oo” yang artinya telur dan “Mycota” yang
artinya jamur. Sebagian besar oomycota hidup sebagai pengurai dan
berperan penting di habitat perairan. Beberapa anggotanya juga hidup
sebagai parasit. Reproduksi Oomycota dapat terjadi secara aseksual maupun
seksual. Secara Aseksual mereka akan membentuk zoospora yang apabila
jatuh pada lingkungan yang sesuai akan menjadi organisme baru. Sedangkan
secara seksual dengan pertemuan gamet jantan dan gamet betina.
c. Protista Mirip Tumbuhan
Protista mirip tumbuhan yang uniseluler sering disebut fitoplankton,
sedangkan protista mirip tumbuhan multiseluler sering disebut alga. Sama
seperti namanya, protista mirip tumbuhan, baik alga maupun fitoplankton
mampu melakukan fotosintesis. Fitoplankton memiliki peranan penting dalam
memberikan oksigen ke atmosfer melalui proses fotosintesis yang dilakukan.
Ciri-ciri Algae diantaranya:
 Bersifat uniseluler atau multiseluler.
 Ukuran tubuh bervariasi, mulai dari algae mikroskropis dengan ukuran 8 µm
hingga algae makroskropis dengan ukuran 60 m.
 Bentuk tubuh tetap karena adanya dinding sel.
 Algae uniseluler dapat hidup soliter ataupun membentuk koloni.
 Memiliki beberapa jenis klorofil (klorofil a, klorofil b, klorofil c, dan klorofil
d) yang tersimpan dalam kloroplas.
 Memiliki pigmen fotosintetik selain klorofil (xantofil [kuning], fikosianin
[biru], fukosantin [cokelat], fikoeritrin [merah], dan karotenoid).
 Memiliki bentuk kloroplas yang bervariasi (spiral, cakram, jala, mangkung,
bulat, dan lainnya).
 Dapat hidup seperti plankton, neuston, atau bentos.
 Bereproduksi secara aseksual (dengan pembelahan biner, fragmentasi, dan
pembentukan spora vegetatif) atau seksual (dengan konjugasi, singami, dan
anisogami).
Protista mirip tumbuhan diklasifikasikan ke dalam tujuh filum, yaitu:
1) Euglenophyta
Filum Euglenophyta merupakan organisme uniseluler yang flagella
(bulu cambuk), Bintik mata yang dapat menangkap cahaya (disebut stigma),
dan kloroplas. Beberapa anggota filum Euglenophyta dapat hidup secara
autotrof (menghasilkan makanan sendiri) maupun heteretrof (memburu
makanan). Ketika cahaya cukup, maka mereka akan hidup secara autotrof,
sedangkan ketika cahaya melemah, mereka akan hidup secara heterotrof.
Biasanya ditemukan di perairan dan berkembangbiak dengan cara membelah
diri.
2) Chrysophyta
Chrysophyta (Alga Emas): Filum Chrysophyta merupakan organisme
yang anggotanya memiliki variasi bentuk dan struktur. Alga biasanya
berwarna cokelat-keemasan. Habitatnya banyak di air tawar dan tanah
lembab, juga dapat ditemukan di lautan. Pigmen warna yang dominan
terdapat pada tubuh Chrysophyta adalah karoten dan fikosantin sehingga
tubuhnya berwarna cokelat-keemasan. Namun juga dapat memiliki klorofil
yang memberikan warna hijau.
3) Pyrrophyta
Pyrrophyta atau Dinoflagellata (Ganggang Api), Penamaannya
ganggang api muncul karena beberapa ciri anggota protista mirip tumbuhan
kelompok ini, contohnya mereka tampak bersinar ketika malam hari.
Beberapa pyrrophyta jumlahnya akan meningkat pesat pada waktu tertentu,
misalnya ketika air hangat dan kaya nutrisi sehingga membuat lautan
tampak berwarna merah kecoktlatan (red tide). Ketika muncul red tide,
kondisi air akan miskin oksigen, juga kadang-kadang menjadi beracun
sehingga ketika fenomena ini terjadi banyak makhluk hidup lain yang mati.
Sebenarnya warna ganggang api dapat beranekaragam, hijau, kuning,
cokelat dan lainnya, warna ini tergantung kepada pigmen yang lebih
dominan dalam menyusun tubuhnya. Biasanya ganggang api memiliki
pigmen klorofil a dan c, santofil, dinosatin dan fikobilin. Spesies
dinoglagellata biasanya merupakan organisme uniseluler namun ada juga
yang multiseluler. Ganggang api ini memiliki dua flagellata yang dapat
membuat gerakan memutar sehingga sering juga disebut dinoflagellata (dino
= pusaran air). Ganggang api umumnya merupakan organisme fotoautotrof,
tetapi ada juga spesies yang hidup sebagai parasit.
4) Phaeophyta
Phaeophyta (ganggang cokelat) adalah kelompok protista mirip
tumbuhan yang memiliki pigmen dominan berupa karoten, yaitu fukosantin,
sehingga memberikan warna cokelat pada tubuhnya. Penamaan ganggang ini
sesuai dengan ciri-cirinya, “phaeophyta” berasal dari “phaeios” bahasa
Yunani yang artinya cokelat. Selain fukosatin, ganggang cokelat juga
memiliki pigmen klorofil a, c, dan santofil.
Anggota dari Phaeophyta yang telah dikenali lebih dari 1000 spesies.
Hampir semua ganggang cokelat hidup di pinggir pantai, mereka
kebanyakan merupakan organisme multiseluler yang berbentuk seperti
benang. Struktur phaeophyta sangat mirip dengan tumbuhan seutuhnya
karena memiliki akar, batang dan daun. Reproduksinya secara aseksual
dengan membelah diri menghasilkan zoospora atau secara fragmentasi.
Sedangkan secara seksual dengan menghasilkan gamet jantan dan betina.
5) Bacillariophyta
Bacillariophyta (Diatom) Filum ini merupakan filum yang memiliki
anggota paling banyak dibandingkan kelompok lain pada protista mirip
tumbuhan. Spesiesnya yang telah dikenali berjumlah sekitar 10.000. Secara
umum Bacillariophyta merupakan organisme uniseluler yang tidak begerak
dan hidup sebagai plankton. Diatom dapat berbentuk seperti benang, bulat,
atau segitiga. Diatom memiliki struktur tubuh yang sangat khas, yaitu bagian
tubuhnya terdiri atas kotak (hipoteka) dan tutup (epiteka), antara kotak dan
tutup tersebut terdapat celah yang disebut rafe. Dinding selnya mengandung
pektin dan silikat, apabila organisme ini mati, maka cangkang tersebut akan
membentuk tanah. Diatom memiliki harga jual lumayan karena dapat
dimanfaatkan untuk berbagai hal.
6) Rhodophyta
Rhodophyta (Alga Merah) merupakan filum yang memiliki pigmen
dominan fikobilin yaitu fikoeitrin sehingga memberikan warna merah pada
tubuhnya, namun rhodophyta juga memiliki pigmen fikosianin yang
memberikan warna biru (tidak dominan). Anggota filum ini yang telah
dikenali berkisar sekitar 4000 spesies yang umumnya merupakan organisme
multiseluler. Kebanyakan rhodophyta hidup di laut, dan sebagian kecil dapat
ditemukan di air tawar. Reproduksinya dapat berlangsung secara aseksual
dan seksual. Secara aseksual rhodophyta dengan membentuk tetraspora.
Sedangkan secara seksual langsung dengan gamet jantan dan betina.
7) Chlorophyta
Chlorophyta (Alga Hijau) Sesuai dengan namanya, Chlorophyta
memiliki tubuh berwarna kehijauan. Pigmen dominan penyusun tubuhnya
adalah klorofil, selain itu mereka juga memiliki sedikit karotin (pigmen
kuning). Dalam tubuh alga hijau klorofil berkumpul dalam suatu tempat
yang disebut kloroplas. Bentuk kloroplas pada masing – masing anggotanya
bervariasi, ada yang berbentuk bulat, bentuk spiral, seperti bintang, dan lain-
lain. Chlorophyta merupakan organisme uniseluler yang dapat berkoloni
membentuk organisme multiseller sederhana. Mereka sering ditemukan
hidup pada habitat yang berair. Karena memiliki klorofil, alga hijau
merupakan makhluk hidup autotrof yang menghasilkan makanan melalui
proses fotosintesis. Reproduksi dapat terjadi secara aseksual (melalui
pembelahan biner) maupun secara seksual (melalui Konjugasi).

C. Peranan Protista
1. Peranan Positif
 Entamoeba coli di dalam usus besar mamalia ikut berperan dalam proses
pembusukan sisa makanan.
 Foraminifera mempunyai kerangka luar dari zat kapur dan fosilnya dalam
jumlah tertentu dapat membentuk endapan tanah globigerina yang dapat
digunakan sebagai petunjuk adanya minyak bumi.
 Radiolaria mempunyai kerangka dari zat kersik. Radiolaria yang mati akan
meninggalkan cangkangnya dan membentuk tanah radiolaria yang dapat
digunakan sebagai bahan penggosok.
 Paramaecium dapat juga digunakan sebagai organisme indikator terjadinya
pencemaran air oleh zat organik.
 Chlorella selain berperan sebagai produsen di ekosistem perairan, juga dapat
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan protein sel tunggal (PST).
2. Peranan Negatif
 Entamoeba histolytica hidup di dalam liang usus manusia, menyebabkan
kerusakan jaringan pada usus dan diare.
 Entamoeba hartmani hidup di dalam liang usus manusia, penyebab disentri
tetapi efeknya tidak lebih parah dari Entamoeba histolytica.
 Entamoeba gingivalis hidup di dalam rongga mulut manusia, ada disela-sela
gigi atau di leher gigi, tenggorokan, dan tonsil. Tidak bersifat patotenik akan
tetapi dapat memperparah terjadinya radang gusi.
 Trypanosoma gambiense menyebabkan penyakit tidur pada manusia
(sleeping sickness atau trypanosomiasis). Protista ini hidup di dalam darah
manusia. Vektor perantaranya adalah lalat tse-tse dari jenis Glossina
tachionides.
 Trypanosoma evansi menyebabkan penyakit surrah pada ternak sapi, kuda,
dan kerbau. Banyak berjangkit di daerah tropis termasuk Indonesia. Vektor
perantaranya adalah lalat dari genus Tabanus.
 Leishmaania donovani menyebabkan penyakit kala azar pada manusia.
Penderita biasanya demam berkepanjangan, hati, dan limfa membesar, serta
terjadinya ulcers atau luka pada ususnya.

V. Metode dan Model Pembelajaran


1. Metode Pembelajaran : Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
2. Model Pembelajaran : Discovery Learning

VI. Media dan Sumber Pembelajaran


1. Media: Gambar dan Video Materi Protista
2. Sumber Belajar: Modul Pembelajaran Biologi Kelas X, Internet.

VII. Kegiatan Pembelajaran


Langkah Sintaks Model Alokasi
Deskripsi
Pembelajaran Pembelajaran Waktu
Kegiatan  Guru mengucapkan salam dan meminta 15 menit
Pendahuluan ketua kelas untuk memimpin berdoa
sebelum memulai KBM sebagai
penanaman sikap religius.
 Guru melakukan presensi kehadiran
peserta didik untuk membiasakan sikap
disiplin.
 Guru memberikan apersepsi dengan
bertanya tentang: “apakah kalian pernah
melihat organisme yang mirip hewan
tetapi juga mirip tumbuhan?”
 Guru memaparkan topic pembahasan dan
menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
Kegiatan Inti Stimulation  Guru menampilkan video ciri dan 105 menit
(Stimulasi) klasifikasi protista
 Siswa mengamati video tersebut

Problem  Guru memberikan kesempatan bertanya


Statemen kepada siswa misanya:
(Pernyataan/  “Kenapa disebut protista mirip jamur,
identifikasi protista mirip tumbuhan, dan protista
masalah) mirip hewan?”
Data collection  Guru membimbing peserta didik untuk
(pengumpulan duduk berkelompok untuk pengamatan
data) tentang ciri dan klasifikasi protista
 Sebelum mengamati, guru membagikan
lembar LKPD.
Data Siswa mencatat hasil diskusi pada lembar
Processing LKPD
(Pengolahan
Data)
Verification  Guru menunjuk salah satu kelompok
(pembuktian) untuk mempresentasikan hasil diskusi
 Siswa mempresentasikan hasil diskusi di
depan kelas
 Guru memberikan kesempatan bagi
kelompok yang tidak presentasi untuk
bertanya atau menanggapi hasil
presentasi.
Generalization Konfirmasi dari guru tentang hasil diskusi
(menarik dan presentasi siswa
kesimpulan)
Kegiatan  Guru dan peserta didik merefleksi hasil 15 menit
Penutup pembelajaran
 Memberi penugasan kepada siswa untuk
membuat laporan tertulis dari hasil
pengamatan dan diskusi.
 Guru menutup pelajaran dengan salam.
VIII. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik penilaian, Instrumen penilaian dan Pedoman penskoran
Aspek yang Teknik Jenis Instrumen
No Keterangan
dinilai Penilaian Penilaian Penilaian

1. Sikap Observasi Proses Lembar Observasi Instrumen Terlampir

Presentasi,
2. Kognitif Hasil Lembar observasi Instrumen terlampir
tes tertulis

3. Keterampilan observasi proses Lembar observasi Instrumen Terlampir

2. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan


a. Pembelajaran Remedial
Pembelajaran remedial dilakukan setelah kegiatan penilaian bagi peserta
didik yang tidak memenuhi KKM.Strategi pembelajaran remedial dilaksanakan
dengan penugasan, tutor sebaya berdasarkan indikator pencapaian yang belum
dicapai oleh peserta didik.
b. Pengayaan
Peserta didik yang mendapat nilai melebihi KKM diberikan tugas mengkaji
materi penerapan konsep jaringan parenkim padatumbuhan.

Anda mungkin juga menyukai