A. Identitas Modul
Nama Penyusun : RATNA UTAMI, S.Si
Nama Sekolah : SMKN 12 KOTA
BEKASI
Program Keahlian : Teknik Kimia Industri
Fase/Kelas : Fase E / Kelas X
Semester : gasal
Tahun Pelajaran : 2022/2023
Materi Pokok : K3LH dan budaya kerja industri
Alokasi Waktu : 3 x 6 jp
C. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan K3LH dan budaya
kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-
bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan
penerapan budaya kerja industri 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin),
termasuk K3LH pada pengendalian pencemaran air, pengendalian
pencemaran udara, pengelolaan limbah B3 dan non B3 dengan
menggunakan material safety data sheet (MSDS) /lembar data
keselamatan bahan (LDKB) atau panduan lain yang sesuai serta etika
kerja.
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu menerapkan K3LH dan budaya kerja industri yang
meliputi:
5.1 menerapkan praktik-praktik kerja yang aman, dan mengidentififkasi
bahaya-bahaya di tempat kerja
5.2 menerapkan prosedur-prosedur dalam keadaan darurat
5.3 menerapkan budaya kerja industri 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat,
Rajin),
5.4 menerapkan K3LH pada pengendalian pencemaran air, dan
menerapkan K3LH pada pengendalian pencemaran udara,
5.5 menerapkan pengelolaan limbah B3 dan non B3 dengan
menggunakan material safety data sheet (MSDS)/lembar data
keselamatan bahan (LDKB) atau panduan lain yang sesuai serta
etika kerja
E. Eviden
5.1.1 Peserta didik dapat menjalankan praktik-praktik kerja yang aman
5.1.2 Peserta didik dapat menerapkan penggunaan alat pelindung diri
5.1.3 peserta didik dapat menjalankan prosedur penggunaan alat pemadam
api ringan (APAR)
5.2 Peserta didik dapat menjalankan prosedur-prosedur dalam keadaan
darurat
5.3 Peserta didik dapat menjalankan budaya kerja industri 5R
5.4.1 Peserta didik dapat menjalankan K3LH pada pengendalian pencemaran
air
5.4.2 Peserta didik dapat menjalankan K3LH pada pengendalian pencemaran
udara
5.5 Peserta didik dapat menjalankan pengolahan limbah B3 dan non B3
dengan menggunakan material safety data sheet (MSDS) /lembar
data keselamatan bahan (LDKB) atau panduan lain yang sesuai
serta etika kerja
F. Kompetensi Awal
Kompetensi awal yang wajib dimiliki peserta didik sebelum mempelajari
materi K3LH adalah peserta didik memahami penggunaan simbol-simbol
bahan kimia, prinsip keamanan kerja dan penanganan bahaya
G. Profil Pelajar Pancasila: beriman bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa
dan berakhlak mulia, bernalar kritis, gotong royong
H. Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke .....
Pembelajaran elemen K3LH untuk tujuan pembelajaran menerapkan praktik-
praktik kerja yang aman, dan bahaya-bahaya di tempat kerja, juga
menerapkan prosedur-prosedur dalam keadaan darurat dilaksanakan dengan
metode praktikum, diskusi, demonstrasi. model pembelajaran Project Based Learning
(PJBL) dapat dilakukan di laboratorium kimia.
Pertemuan ke ----
Tujuan pembelajaran pada pertemuan ini adalah menerapkan budaya kerja
industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), dilaksanakan dengan metode
pembelajaran diskusi, presentasi, dan model pembelajaran discovery
learning.
TAHAP KEGIATAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pendahuluan
Mengawali Mengucap salam
Pembelajaran Berdoa sebelum pembelajaran
Tujuan 5.3 menerapkan budaya kerja industri 5R (Ringkas,
Pembelajaran Rapi, Resik, Rawat, Rajin)
Eviden 5.3 Peserta didik mampu menerapkan budaya kerja
industri 5R(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin)
Asesmen Awal mengetahui kesiapan non kognitif peserta didik (asesmen
Pembelajaran awal non kognitif) dan menjajagi tingkat pemahaman awal
peserta didik tentang penerapan budaya kerja 5R
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) di industri (asesmen
awal kognitif)
Kegiatan Inti
Orientasi memotivasi peserta didik dengan menyampaikan
peserta pentingnya penyajian dan penyelesaian masalah yang
didik berkaitan dengan penerapan budaya kerja 5R
kepada (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) di industri
masalah menjelaskan penyelesaian LKPD
Mengorganisas membentuk kelompok yang terdiri atas 3-4 orang.
ikan peserta Anggota kelompok dipilih dengan memperhatikan
didik sebaran kemampuan (heterogen)
menjelaskan cara kerja dalam kelompok belajar, yaitu
membaca sumber belajar yang diperlukan secara
individu (namun dalam situasi kerja kelompok),
dilanjutkan dengan berdiskusi untuk menyelesaikan
masalah dan menyiapkan laporan hasilnya
Membimbing mengidentifikasi kata kunci permasalahan dalam LKPD
penyelidikan dan merumuskan apa yang hendak diselidiki dan
individu dan dihasilkan dengan dibimbing guru
kelompok memilih dan melaksanakan strategi yang digunakan
dalam menganalisis penerapan budaya kerja 5R
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) di laboratorium
dengan dibimbing guru.
Mengembangkan merumuskan jawaban masalah pada lembar jawaban
dan menyajikan dan dibuat ppt untuk presentasi
hasil karya menyampaikan hasil penyelesaian masalah
penerapan budaya kerja 5R (Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, Rajin) di laboratorium dan memberi
kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi
dan memberi
pendapat terhadap presentasinya
Menganalisa menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah
dan penerapan budaya kerja 5R (Ringkas, Rapi, Resik,
mengevaluasi Rawat, Rajin) yang telah dilakukan.
proses penguatan pemahaman materi penerapan budaya
pemecahan kerja 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin)
masalah
Penutup
Refleksi merefleksi proses penerapan budaya kerja 5R
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) di laboratorium
Penutup Doa penutup
Diakhiri salam
Pertemuan ke ----
Tujuan pembelajaran pada pertemuan ini adalah menjalankan K3LH pada
pengendalian pencemaran air dan pada pengendalian pencemaran udara, juga
menjalankan pengolahan limbah B3 dan non B3 dengan menggunakan material
safety data sheet (MSDS) atau panduan lain yang sesuai dilaksanakan
dengan metode pembelajaran diskusi, presentasi dan model pembelajaran
problem base learning
oleh nomor....
a. 1,2,3,4
b. 2,3,4,5
c. 2,4,5,6
d. 1,3,4,6
e. 1,3,5,6
7. Pernyataan bahwa “Setiap barang yang berada di tempat kerja memiliki tempatyang pasti
merupakan prinsip 5R Ringkas adalah ....
a. benar
b. salah
8. Upaya pengendalian pencemaran air secara teknologi dapat dilakukan dengan cara upaya
penerapan produksi bersih, yaitu dengan cara membuat strategi pengelolaan lingkungan yang
bersifat preventif, proaktif, terpadu dan diterapkan secara kontinyu pada setiap kegiatan
mulai dari hulu sampai ke hilir yang terkait dengan proses produksi terhadap suatu produk
barang atau jasa. Pertanyaan tersebut adalah ....
benar
a.
salah
b.
9. Bahan kimia cair yang menyebabkan iritasi dan dapat terdekomposisi dalam kondisi
panas menghasilkan uap beracun. Dapat bereaksi dengan air melepaskan panas dan oksigen.
Penggunaan yang benar ketika membuat larutan tersebut adalah ....
a. Dilakukan didalam lemari asam dan dituang langsung pada labu yang sudah berisi aquadest
b. Dilakukan didalam lemari asam dan dituang perlahan melalui dinding labu yang sudah berisi
sebagian aquadest
c. Dilakukan dimeja praktik dan dituang langsung pada labu yang sudah berisi sebagian
aquadest
d. Dilakukan dimeja praktik dan dituang perlahan melalui dinding labu yang sudah berisi sebagian
aquadest
e. Dilakukan didalam lemari asam dan dituang perlahan melalui dinding labu, kemudian
terakhir ditambahkan aquadest
10. sifat dan penanganan bahan kimia dengan simbol bahan di bawah ini adalah….
a. Bahan kimia yang mudah meledak dengan adanya panas atau percikan bunga api, gesekan atau
benturan. Penanganannya Hindari pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber
nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik
b. Bahan kimia bersifat pengoksidasi, dapat menyebabkan kebakaran dengan menghasilkan
panas saat kontak dengan bahan organik dan bahan pereduksi. Penanganannya
hindarkan dari panas dan reduktor
c. Bahan yang bersifat korosif, dapat merusak jaringan hidup, dapat menyebabkan iritasi pada
kulit, gatal-gatal dan dapat membuat kulit mengelupas dan dapat menyebabkan luka bakar
pada kulit. Penanganannya hindari kontak langsung dengan kulit dan hindari dari benda-
benda yang bersifat logam
d. Bahan yang dapat menyebabkan iritasi, gatal-gatal dan dapat menyebabkan luka bakar pada
kulit. Penanganannya hindari kontak langsung dengan kulit.
e. Bahan kimia yang mempunyai titik nyala rendah, mudah terbakar dengan api bunsen,
permukaan metal panas atau loncatan bunga api. Penanganannya hindari dari benda - benda
yang berpotensi mengeluarkan api
Pedoman Penskoran
Kunci jawaban Skor
1. C 0 jika pilihan jawaban salah
2. E 10 jika pilihan jawaban benar
3. C
4. D
5. E
6. D
7. B
8. A
9. B
10. A
Nilai = Skor yang diperoleh
1) Aspek Menanya
Skor 4 : Jika pertanyaan yang diajukan sesuai dengan permasalahan
yang sedang dibahas
Skor 3 : Jika pertanyaan yang diajukan cukup sesuai dengan
permasalahan yang sedang dibahas
Skor 2 : Jika pertanyaan yang diajukan kurang sesuai dengan permasalahan
yang sedang dibahas
Skor 1 : Tidak menanya
2) Aspek Mengamati
Skor 4 : Terlibat dalam pengamatan dan aktif dalam memberikan
pendapat Skor 3 : Terlibat dalam pengamatan
Skor 2 : Berusaha terlibat dalam
pengamatan Skor 1 : Diam tidak
aktif
3) Aspek Menalar
Skor 4 : Jika menalar dengan benar
Skor 3 : Jika menalar hanya sebagian yang benar
Skor 2 : Mencoba bernalar walau masih salah
Skor 1 : Diam tidak menalar
5) Aspek Menyimpulkan
Skor 4 : jika kesimpulan yang dibuat seluruhnya
benar Skor 3 : jika kesimpulan yang dibuat
seluruhnya benar Skor 2 : kesimpulan yang dibuat
sebagian kecil benar Skor 1 : Jika kesimpulan yang
dibuat seluruhnya salah
6) Aspek Menyajikan
Skor 4 : jika laporan disajikan secara baik dan dapat
menjawabsemua petanyaan dengan benar
Skor 3 : Jika laporan disajikan secara baik dan hanya dapat
menjawab sebagian pertanyaan
Skor 2 : Jika laporan disajikan secara cukup baik dan hanya sebagian
kecil pertanyaan yang dapat di jawab
Skor 1 : Jika laporan disajikan secara kurang baik dan tidak dapat
menjawab pertanyaan
b. Rubrik Penilaian Diskusi
SKOR
No Aspek
1. Terlibat Penuh
2. Bertanya
3. Menjawab
4. Memberikan
5. Gagasan/Ide
6. Kerja Sama
2) Aspek Bertanya
Skor 4 : Memberikan pertanyaan dalam kelompok dengan bahasa yang
jelas Skor 3: Memberikan pertanyaan dalam kelompok dengan bahasa
yang
kurang jelas
Skor 2 : Kadang-kadang memberikan
pertanyaan Skor 1: Sama sekali tidak
bertanya
3) Aspek Menjawab
Skor 4 : Memberikan jawaban dari pertanyaan dalam kelompok
dengan bahasa yang jelas
Skor 3 : Memberikan jawaban dari pertanyaan dalam kelompok
dengan bahasa yang kurang jelas
Skor 2 : Kadang-kadang memberikan jawaban dari pertanyaan
kelompoknya Skor 1 : Diam tidak pernah menjawab pertanyaan
5) Aspek Kerjasama
Skor 4 : Dalam diskusi kelompok terlibat aktif, tanggung jawab dalam
tugas, dan membuat teman-temannya nyaman dengan
keberadaannya
Skor 3 : Dalam diskusi kelompok terlibat aktif tapi kadang-kadang
membuat teman-temannya kurang nyaman dengan
keberadaannya
Skor 2 : Dalam diskusi kelompok kurang terlibat
aktif Skor 1 : Diam tidak aktif
6) Aspek Tertib
Skor 4 : Dalam diskusi kelompok aktif, santun, sabar mendengarkan
pendapat teman-temannya
Skor 3 : Dalam diskusi kelompok tampak aktif tapi kurang santun
Skor 2 : Dalam diskusi kelompok suka menyela pendapat orang
lain
Skor 1 : Selama terjadi diskusi sibuk sendiri dengan cara berjalan kesana
kemari
c. Rubrik Presentasi
Skor
No Aspek
1 Kejelasan Presentasi
2 Pengetahuan
3 Penampilan
Kriteria:
1) Kejelasan Presentasi
Skor 4 : Sistematika penjelasan logis dengan bahasa dan suara yang
sangat jelas
Skor 3 : Sistematika penjelasan logis dan bahasa sangat jelas tetapi
suara kurang jelas
Skor 2 : Sistematika penjelasan tidak logis meskipun menggunakan
bahasa dan suara cukup jelas
Skor 1 : Sistematika penjelasan tidak logis meskipun menggunakan
bahasa dan suara cukup jelas
2) Pengetahuan
Skor 4 : Menguasai materi presentasi dan dapat menjawab
pertanyaan dengan baik dan kesimpulan mendukung topik
yang dibahas
Skor 3 : Menguasai materi presentasi dan dapat menjawab
pertanyaan dengan baik dan kesimpulan mendukung topik
yang dibahas
Skor 2 : Penguasaan materi kurang meskipun bisa menjawab seluruh
pertanyaan dan kesimpulan tidak berhubungan dengan topik
yang dibahas
Skor 1 : Materi kurang dikuasai serta tidak bisa menjawab seluruh
pertanyaan dan kesimpulan tidak mendukung topik
3) Penampilan
Skor 4 : Penampilan menarik, sopan dan rapi, dengan penuh percaya
diri serta menggunakan alat bantu
Skor 3 : Penampilan cukup menarik, sopan, rapih dan percaya
diri menggunakan alat bantu
Skor 2 : Penampilan kurang menarik, sopan, rapi tetapi kurang percaya
diri serta menggunakan alat bantu
Skor 1 : Penampilan kurang menarik, sopan, rapi tetapi tidak
percaya diri dan tidak menggunakan alat bantu
1.2 Perangkat Penilaian Kompetensi Keterampilan :
a. Instrumen Penilaian Praktik (observasi unjuk kerja)
NO TUGAS Sangat Baik Cukup Kurang
Baik (3) (2) (1)
(4)
1 Penggunaan alat laboratorium gelas
Penggunaan alat laboratorium non gelas
2 Penggunaan alat pelindung diri
3 Penggunaan APAR
4 Penerapan budaya kerja 5R (Ringkas,
Rapi, Resik, Rawat, Rajin)
5 Penangan limbah larutan
J. Remedial
Kegiatan pembelajaran remedial diperuntukkan bagi peserta didik yang belum
mencapai ketuntasan belajar sesuai hasil analisis penilaian pengetahuan, sikap
dan ketrampilan. Pembelajaran remedial yang direncanakan adalah sebagai
berikut:
a. pembelajaran ulang, jika peserta didik yang tidak tuntas lebih dari 85%.
b. belajar kelompok, jika peserta didik yang belum tuntas 25- 85%.
c. bimbingan perorangan, jika yang belum tuntas kurang dari 25%.
d. pemanfaatan tutor sebaya untuk menambah capaian pembelajaran untuk
seluruh kriteria ketidaktuntasan peserta didik
K. Pengayaan
Pengayaan dilaksanakan kepada peserta didik yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan
Tujuan Pembelajaran (KKTP). Bentuk pengayaan tergantung hasil yang peserta didik.
Adapun bentuk pengayaan yaitu
a. Kegiatan eksplorasi bagi peserta didik yang nilai ketuntasan mendekati KKTP (75 - 85)
b. Keterampilan proses jika nilai peserta didik baik ( 86-90)
c. Pemecahan masalah jika nilai peserta didik sangat baik > 90
PROGRAM PENGAYAAN
Mata Pelajaran : Dasar Teknik Kimia
Industri Kelas : X Teknik Kimia
Industri Capaian Pembelajaran : ......
Nilai Hasil
NO NAMA Bentuk Pengayaan
Awal Pengayaan
1
2
3
L. Media Pembelajaran
(bahan bacaan yang digunakan, lembar kegiatan, video, atau tautan situs web yang
perlu dipelajari peserta didik)
Prosedur terkait aspek K3LH merupakan salah satu implementasi dari prosedur kerja
yang aman. Prosedur kerja yang aman merupakan sebuah prosedur wajib yang harus
dijalankan oleh semua perusahaan di segala bidang. Dengan adanya prosedur tersebut
diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan dalam proses berjalannya sebuah bisnis, baik
kerugiandalam bentuk fisik, materi, ataupun jiwa. Prosedur aman yang harus diterapkan
saat karyawan sedang bekerja biasa disebut prosedur keselamatan dan kesehatan kerja
(K3).
Berdasarkan pengertiannya, prosedur keselamatan dan kesehatan kerja adalah
rangkaian proses yang dijalankan dalam sebuah pekerjaan dimulai dengan penilaian
mengenai risiko terkait pekerjaan tersebut. Penilaian risiko berguna untuk menjamin
keselamatan dan kesehatan seluruh karyawan selamamereka sedang menyelesaikan tugas
di dalam ruang lingkup pekerjaan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
prosedurK3 antara lain adalah pertimbangan tentang adanya risiko baik cidera
maupun sakit yang disebabkan oleh pekerjaan tersebut. Selain risiko sumber daya
manusia, risiko kerusakan alat maupunlingkungan sekitar juga termasuk ke dalam
cakupan prosedur K3. Prosedur K3 muncul sejak manusia mulai mengenal pekerjaan.
Adanya prosedur ini merupakan bentuk pemenuhan hak asasi manusia, termasuk saat
berada di tempat kerja. Contoh prosedur standar penerapan K3LH di laboratorium dapat
kamu akses di link berikut: http://k3.ft.undip.ac.id/wp-content/uploads/2020/12/SOP-
KESELAMATAN-_-KESEHATAN- KERJA-DI-LABORATORIUM.pdf.
2. Alternatif Bahan Bacaan peserta didik tentang budaya kerja Ringkas, Rapi Resik,
Rawat dan Rajin 5R
Setiap perusahaan pasti mengharapkan suatu lingkungan kerja yang selalu bersih, rapi,
dan masing-masing orang mempunyai konsistensi dan disiplin diri, sehingga mampu
mendukung terciptanya tingkat efisiensi dan produktifitas yang tinggi di perusahaan. Namun
pada kenyataannya kondisi ini sulit terjadi di setiap perusahaan. Banyak perusahaan yang
seringkali
mengeluh begitu sulitnya dan banyak membuang waktu hanya untuk mencari data dan atau
sarana yang lupa penempatannya. Tidak hanya itu, seringkalinya kita kurang nyaman
dengan kondisi berkas kerja yang berantakan dan tidak jarang memicu kondisi emosional
kita.
Beberapa permasalahan tersebut diatas dapat kita atasi dengan melakukan penerapan
program 5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) yang merupakan adaptasi program 5S (Seiri,
Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke) yang dikembangkan di Jepang dan sudah digunakan
oleh banyak Negara di seluruh penjuru dunia. Ini merupakan suatu metode sederhana untuk
melakukan penataan dan pembersihan tempat kerja yang dikembangkan dan diterapkan di
Jepang, 5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat
kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih dan tertib, maka kemudahan
bekerja perorangan dapat diciptakan dan dengan demikian efisiensi, produktifitas, kualitas
dan keselamatan kerja dapat lebih mudah dicapai.
1) Ringkas
Prinsip ringkas adalah memisahkan segala sesuatu yang diperlukan dan menyingkirkan
yang tidak diperlukan dari tempat kerja. Mengetahui benda mana yang tidak digunakan,
mana yang akan disimpan, serta bagaimana cara menyimpannya supaya dapat mudah
diakses terbukti sangat berguna bagi sekolah.
2) Rapi
Prinsip rapi adalah menyimpan barang sesuai dengan tempatnya. Kerapian adalah hal
mengenai sebagaimana cepat kita meletakkan barang dan mendapatkannya kembali pada
saat diperlukan dengan mudah.
3) Resik
Prinsip resik adalah membersihkan tempat/lingkungan sekolah, mesin/peralatan, dan
barang-barang agar tidak terdapat debu, kotoran dan bau. Kebersihan harus dilaksanakan
dan dibiasakan oleh setiap orang mulai dari pimpinan hingga pelaksana yang ada.
4) Rajin
Prinsip rajin adalah terciptanya kebiasaan pribadi guru dan karyawan serta siswa untuk
menjaga dan meningkatkan apa yang sudah dicapai. Rajin di lingkungan sekolah berarti
pengembangan kebiasaan positif di lingkungan sekolah. Apa yang sudah baik harus selalu
dalam keadaan prima setiap saat. Prinsip rajin di lingkungan sekolah adalah “lakukan apa
yang harus dilakukan dan jangan melakukan apa yang tidak boleh dilakukan”.
5) Rawat
Prinsip rawat adalah mempertahankan hasil yang telah dicapai pada (Ringkas, Rapi,
Resik) sebelumnya dengan membakukannya (Standarisasi). Prinsip ini dapat berjalan apabila
dilaksanakan bersama-sama yang ada di lingkungan sekolah.
3. Alternatif Bahan Bacaan Peserta Didik tentang Pengendalian Pencemaran air dapat
dilihat pada link berikut: https://dlhk.sidoarjokab.go.id/downloads/MATERI
%201.pdf
Menurut Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2021, Pencemaran Lingkungan Hidup adalah
masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkunganhidup
yang telah ditetapkan. Kerusakan lingkungan hidup merupakan perubahan langsung atau tidak
langsungterhadap sifat fisik, kimia, atau hayati lingkungan hidup yangmelampaui kriteria baku
mutu kerusakan lingkungan hidup.
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun, dibakar atau
dibuang ke lingkungan, karena mengandung bahan yang dapat membahayakanmanusia dan
makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara penanganan yang lebih khusus dibanding
limbah yang bukan B3. Limbah B3 perlu diolah, baik secara fisik, biologi, maupun kimia
sehingga menjadi tidak berbahaya atau berkurang daya racunnya. Setelah diolah limbah B3
masih memerlukan metode pembuangan yang khusus untukmencegah resiko terjadi
pencemaran
Menurut Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, pengelolaan limbahB3 merupakan kegiatan yang meliputi pengurangan,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan
limbah B3
Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara kimia, fisik, atau biologi. Proses
pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisik yang umumnya dilakukan adalah stabilisasi/
solidifikasi. Stabilisasi/ solidifikasi adalah proses pengubahanbentuk fisik dan sifat kimia dengan
menambahkan bahan peningkat atau senyawa pereaksi tertentu untuk memperkecil atau
membatasipelarutan,pergerakan,ataupenyebarandayaracun limbah, sebelum dibuang. Contoh
bahan yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen,kapur (CaOH 2),
dan bahan termoplastik. Metode insinerasi (pembakaran) dapat diterapkan untuk
memperkecil
volume B3 namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengontrolan ketat agar gas
beracun hasil pembakaran tidakmencemari udara.
Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah cukupberkembang saat ini dikenal
dengan istilah bioremediasi dan vitoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan bakteri dan
mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbahB3, sedangkan vitoremediasi adalah
penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari
tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan
biaya yang diperlukan dan lebih murah dibandingkan denganmetode kimia atau fisika. Namun,
proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses bioremediasi dan vitoremediasi merupakan
proses alami sehingga membutuhkan waktuyang relatif lama untuk membersihkan limbah B3,
terutama dalam skala besar. Selain itu, karena menggunakan makhluk hidup, proses ini
dikhawatirkan dapat membawa senyawa- senyawa beracun ke dalam rantai makanan di
ekosistem
Perusahaan memiliki kewajiban untuk membuang limbah berbahaya hasil produksi mereka
melalui perusahaan pengolah limbah yang telah mendapatkan izin untuk mengolah limbah.
Perusahaan pengolah limbah dapat menerima izin hanya jika perusahaan tersebut dapat
mematuhi semua peraturan yang diterapkan. Pengolah limbah harus melaporkan setiap
pengiriman limbah berbahaya ke pihak yang berwenang sehingga pihak berwenang dapat
memonitor apa yang terjadi pada limbah berbahaya tersebut.
5. Alternatif bahan bacaan peserta didik tentang material safety data sheet
(https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/article- pdf/Material%20safety%20data
%20sheet.pdf)
MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) atau LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN (LDKB)
Material safety data sheet (MSDS) atau dalam SK Menteri Perindustrian No 87/M-
IND/PER/9/2009 dinamakan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) adalah lembar
petunjuk yang berisi informasi bahan kimia meliputi sifat fisika, kimia, jenis bahaya yang
ditimbulkan, cara penanganan, tindakkan khusus dalam keadaan darurat, pembuangan
dan informasi lain yang diperlukan.
Sebuah Material Safety Data Sheet (MSDS) atau disebut Lembar Data Keselamatan
Bahan (LDKB) adalah dokumen yang berisi informasi mengenai potensi bahaya (kesehatan,
kebakaran, reaktifitas dan lingkungan) dan cara bekerja yang aman dengan produk kimia.
Ini adalah titik awal yang penting untuk pengembangan program keselamatan dan
kesehatan yang lengkap.
MSDS juga berisi informasi tentang penggunaan, penyimpanan, penanganan dan
prosedur darurat semua yang terkait dengan material. MSDS berisi lebih banyak informasi
tentang materi daripada label. MSDS dipersiapkan oleh pemasok atau produsen bahan. Hal
ini dimaksudkan untuk memberi tahu apa bahaya dari produk, cara menggunakan produk
dengan aman, apa yang akan terjadi jika rekomendasi tidak diikuti, apa yang harus
dilakukan
jika terjadi kecelakaan, bagaimana mengenali gejala overexposure, dan apa yang harus
dilakukan jika insiden terjadi.
Material Safety Data Sheet (MSDS) atau disebut Lembar Data Keselamatan Bahan
(LDKB) dimaksudkan untuk dibaca oleh hygienists dan profesional K3. Sekarang MSDS
dibaca juga oleh pengusaha, pekerja, supervisor, perawat, dokter, petugas darurat. Untuk
memastikan bahwa pengguna MSDS dapat dengan cepat menemukan informasi yang
mereka butuhkan, informasi dalam MSDS harus mudah dibaca dan ditulis dalamformat
yang jelas, tepat dan dapat dimengerti.
Bagi kebanyakan orang yang bekerja dengan produk dikendalikan, ada beberapa
bagian dalam MSDS yang lebih penting daripada yang lain. Anda harus selalu membaca
nama kimia, tahu bahayanya, memahami penanganan dan penyimpanan yang aman
petunjuk, serta memahami apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat. Berdasarkan
peraturan pemerintah no.74 tahun 2001 tentang pengelolaan B3 pasal 11 yang berbunyi
setiap orang yang memproduksi B3 wajib menyediakan MSDS.
Pada pasal 12 menyatakan setiap penanggung jawab pengangkutan, penyimpanan,
dan pengedaran B3 wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety
Data Sheet). Selalu ketahui bahaya dari suatu produk sebelum anda mulai
menggunakannya. Anda harus melihat pada MSDS, cocokkan nama kimia pada wadah
dengan nama bahan yang ada di MSDS, ketahui bahayanya, pahami petunjuk penanganan
dan penyimpanan yang aman, serta memahami apa yang harus dilakukan dalam keadaan
darurat.
Isi dari sebuah MSDS menurut Kepmenaker No.187/MEN/1999 tentang
pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja yaitu ;
1. Identitas bahan dan nama perusahaan;
2. Komposisi bahan;
3. Identifikasi bahaya
4. Tindakan P3K
5. Tindakan penanggulangan kebakaran
6. Tindakan mengatasi tumpahan dan kebocoran
7. Penyimpanan dan penanganan bahan
8. Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri
9. Sifat fisika dan kimia
10. Stabiliatas dan reaktifitas bahan
11. Informasi toksikologi
12. Informasi ekologi
13. Pembuangan limbah
14. Pengangkutan bahan
15. Informasi peraturan perundangan yang berlaku
16. Informasi lain yang diperlukan
Semua bahan kimia berbahaya diwajibkan memiliki MSDS, hal ini diatur dalam
berbagai peraturan seperti keputusan menteri Kesehatan nomor 472 tahun 1996,
keputusan menteri tenaga kerja nomor 187 tahun 1999, PP 74 tahun 2001 tentang B3 dan
keputusan menteri perindustrian no 87 tahun 2009 tentang global harmonize system
(GHS). Didalam OSHA Hazard Communication 29 CFR 1919.1200 juga dinyatakan
bahwa pihak manufaktur bahan kimia harus memastikan bahwa semua bahaya bahan
kimia yang diproduksi sudah dievaluasi dan memastikan bahwa bahaya tersebut
diinformasikan
kepengguna bahan kimia tersebut melalui MSDS.
Menurut OSHA, yang bertanggung jawab membuat MSDS adalah pihak manufaktur
yang memproduksi bahan kimia tersebut. Dan semua pihak-pihak yang berkaitan dengan
aliran distribusi bahan kimia tersebut bertanggung jawab menyampaikan MSDS tersebut
sampai kepengguna. Bahkan Material Safety Data Sheet (MSDS) atau disebut Lembar Data
Keselamatan Bahan (LDKB) tersebut harus selalu menyertai bahan kimia tersebut
sepanjang pendistribusiannya.
Pembuatan MSDS adalah kewajiban pembuat bahan kimia dan pengguna bahan
kimia memiliki hak untuk memperoleh MSDS dari pihak pemasok, meskipun pihak
pemasok bukan pembuat atau manufaktur bahan kimia tersebut, namun pihak pemasok
berkewajiban menyediakan MSDS dari bahan kimia yang didistribusikan yang dia peroleh
dari pihak manufaktur. Pihak perusahaan sebagai pengguna berkewajiban menyediakan
MSDS ditempat kerja atau area yang mudah dijangkau atau diketahui oleh pekerja. Pihak
perusahaan juga berkewajiban memberikan training mengenai MSDS kepada pekerja agar
mereka dapat membaca dan memahami MSDS tersebut.
Material Safety Data Sheet (MSDS) atau disebut Lembar Data Keselamatan Bahan
(LDKB) merupakan sumber informasi yang sangat penting mengenai sifat-sifat bahaya
bahan kimia yang diggunakan, misalnya sifat mudah terbakar, beracun, korosive, mudah
meledak, bersifat reaktif, bahan sensitive dan lain-lain.
Material Safety Data Sheet (MSDS) atau disebut Lembar Data Keselamatan Bahan
(LDKB) juga merupakan sumber informasi cara penanganan jika terjadi kecelakaan dengan
bahan kimia tersebut seperti tumpah, keracunan, terkena pada tubuh pekerja dan terhisap
serta informasi alat pelindung diri (APD) yang diperlukan saat penanganan atau
penggunaan bahan kimia tersebut seperti kacamata safety, respirator dan sarung tangan
(glove). Semua informasi tersebut sangatlah penting bagi pengguna untuk menghindari
terjadi kecelakaan bahan kimia yang bisa berakibat fatal bagi pengguna.
Material Safety Data Sheet (MSDS) atau disebut Lembar Data Keselamatan Bahan
(LDKB) harus mengandung informasi semua sifat bahaya yang terkandung didalam bahan
kimia tersebut, tidak boleh menyembunyikan dengan sengaja salah satu atau lebih sifat
bahaya yang terkandung didalamnya. Bahkan Material Safety Data Sheet (MSDS) atau
disebut Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) juga harus mencantumkan ingredient
pembentuk produk tersebut, meskipun diijinkan untuk menyembunyikan salah satu atau
lebih ingredient (trade secret) yang dianggap penting untuk melindungi kepentingan bisnis
perusahaan.
Namun pihak perusahaan harus membuka trade secret tersebut kepada pihak
pengguna jika dalam keadaan emergency, seperti ada pekerja yang kerancunan dan perlu
diketahui bahan apa yang merancuninya berdasarkan permintaan dari dokter yang
menanganinya. Identitas semua ingredient yang terkandung nakan internet. Berikut
beberapa contoh MSDS sebagai berikut:
http://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_HYDROCHLORIC_ACID_0.5_N_in_Demin_(INDO)_.
pdf
Lembar Kegiatan Peserta Didik
1. Lembar Kegiatan Peserta Didik praktik-praktik kerja yang aman
dan prosedur keadaan darurat
Prosedur Kerja:
1) Amati video tentang teori K3LH pada industri melalui link berikut:
https://www.youtube.com/watch?v=m-nLeXY_oqg , selanjutnya membuat
catatan terkait dengan penerapan K3LH pada industri.
2) perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasil pengamatan terkait gambaran
umum penerapan K3LH pada industri.
3) Peserta didik melakukan pengamatan praktik kerja yang aman juga prosedur
mengatasi keadaan darurat di laboratorium, sesuai tabel berikut:
Tabel Pengamatan
Gambar Aman/Tidak Alasan
Aman
4) melakukan simulasi sesuai LKPD unjuk kerja tentang penerapan praktik kerja
yang aman juga prosedur mengatasi keadaan darurat di laboratorium
Tabel simulasi
Hal yang tidak
Aktifitas Prosedur yang benar
diperbolehkan
Penggunaan APD di
laboratorium
Penggunaan pemanas
listrik (hot plate, heating
mantel)
2. Pada saat Start up
3. Pada saat Shut down
Penggunaan alat
laboratorium gelas
Penggunaan alat
laboratorium non gelas
Penggunaan APAR
5) mewakili kelompoknya mensimulasikan praktik kerja yang aman dan prosedur
mengatasi keadaan darurat di laboratorium di depan kelas secara bergantian,
termasuk penggunaan APD dan penggunaan APAR
6) catat hasil pengamatan dan aktifitas simulasi sesuai tabel, lalu buat kesimpulan
7) post tes secara lisan
2. Lembar Kegiatan Peserta Didik budaya kerja industri 5R
Topik : budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin)
Alokasi Waktu : 6 x 45 menit (6JP)
Tujuan Pembelajaran : Setelah melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran secara
teliti dan jujur melalui tayangan, kajian referensi, diskusi, dan
observasi dengan pendekatan saintifik peserta didik dapat
menerapkan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi,
Resik, Rawat, Rajin)
Alat Dan Bahan :
1. Smartphone
2. Laptop
3. Blangko Lembar Kerja Peserta Didik
4. Peralatan tulis menulis
Prosedur Kerja:
1) Peserta didik mempelajari budaya kerja 5R secara teoritis
2) melaksanakan pembelajaran dengan mengamati penerapan budaya kerja 5R di
laboratorium sekolah, selanjutnya membuat catatan pengamatan dan pelaksanaan
LKPD terkait yaitu dengan mengisi lembar observasi sebagai berikut:
Kriteria 5R
No Pengamatan Tidak Saran
sesuai
sesuai
1. Kondisi lantai
2. Kondisi atap / langit langit ruangan
3 Kebersihan kaca jendela
4 Penataan alat kebersihan
5 Penataan alat-alat praktikum
6 Penataan bahan kimia
7 Penataan berkas laporan
8 Pengolahan limbah
Prosedur Kerja:
1) Peserta didik mempelajari K3LH penegendalian pencemaran air dan
udara secara teoritis
2) melaksanakan pengamatan penerapan budaya kerja 5R di laboratorium
sekolah atau di lingkungan sekitar sekolah atau rumah kalian, selanjutnya
membuat catatan pengamatan dan pelaksanaan LKPD terkait yaitu dengan
mengisi lembar observasi sebagai berikut:
Pengolahan limbah B3
No Pengamatan berdasarkan MSDS Saran
sesuai Tidak sesuai
Pengolahan limbah
1 bahan kimia B3 (sisa
larutan)
Pengolahan limbah
2 bahan kimia B3 (larutan
expired)
Pengolahan limbah
3 bahan kimia B3
(kemasan bahan kimia)