Anda di halaman 1dari 40

MODUL AJAR

DASAR-DASAR TEKNIK KETENAGALISTRIKAN


KELAS X TEKNIK KETENAGALISTRIKAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN
HIDUP (K3LH) DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
Judul Elemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup
(K3LH) dan budaya kerja industri
Deskripsi Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain:
praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja,
prosedurprosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan
budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin).

Kelas X Teknik Ketenagalistrikan

Alokasi Waktu ........ menit

Jumlah Pertemuan 2

Fase Capaian E

Profil Pelajar Pancasila Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
berakhlak Mulia, Mandiri, Bernalar Kritis, dan Kreatif

Model Pembelajaran Dicovery Learning

Moda Pembelajaran Daring / Luring

Metode Pembelajaran Diskusi, presentasi, demonstrasi, simulasi praktik, kunjungan


industri
Bentuk Penilaian Asesmen Non Kognitif dan Kognitif
Sumbar Pembelajaran Buku Paket, Modul, Internet dan Lainnya

Bahan Pembelajaran Alat Tulis, Buku Catatan, Kertas Gambar.

Alat Praktik Pembelajaran Alat Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Media Pembelajaran LCD Projector, Video Pembelajaran, Internet, Buku Paket

Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mampu membuat ringkasan definisi K3LH


2. Siswa mampu mengidentifikasi praktik-praktik kerja yang
aman
3. Siswa mampu menentukan bahaya-bahaya di tempat kerja.
4. Siswa dapat menguraikan prosedur-prosedur dalam keadaan
darurat
5. Siswa dapat menerapan budaya kerja industri (Ringkas,
Rapi, Resik, Rawat, Rajin).
PERTEMUAN 1 DARING/LURING (6x30 menit)
Kegiatan Awal ( 30 Menit) Kegiatan Inti (135 Menit)
Peserta didik dan Guru memulai dengan Peserta didik mendapatkan pemaparan
berdoa bersama. secara umum tentang
1. Peserta didik disapa dan melakukan pengetahuan K3LH dan budaya kerja di
pemeriksaan kehadiran bersama dengan IDUKA
guru. 1. Dengan metode tanya jawab guru
2. Peserta didik bersama dengan guru memberikan pertanyaan mengenai:
membahas tentang kesepakatan yang akan a. Definisi K3LH
diterapkan dalam pembelajaran b. Jenis-jenis praktik kerja yang aman
3. Peserta didik dan guru berdiskusi melalui c. Macam-macam bahaya di tempat
pertanyaan pemantik:
kerja
a. Apakah kamu ingin bekerja di Industri?
2. Peserta didik diberikan kesempatan
b. Apa menurutmu yang disebut K3LH?
untuk melakukan studi pustaka
c. Apa harapanmu saat kamu mempelajari
(browsing dan/atau mengunjungi
tentang K3LH dan budaya kerja di
perpustakaan) guna mengeksplorasi
IDUKA?
a. Definisi K3LH
b. Jenis-jenis praktik kerja yang aman
c. Macam-macam bahaya di tempat
kerja
d. Prosedur dalam keadaan darurat
e. Penerapan K3LH di industri (Ringkas,
Rapi, Resik, Rawat, Rajin).
3. Peserta didik diminta melaporkan hasil
studinya dan kemudian bersama-sama
dengan dibimbing oleh guru
mendiskusikan hasil laporannya di depan
kelas
a. Untuk analisis Penerapan K3LH di
industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat,
Rajin). Guru membimbing diskusi.
4. Peserta didik diminta untuk mengerjakan
soal Latihan

Kegiatan Penutup (15 Menit) Referensi

1. Peserta didik dapat menanyakan hal yang • Buku-buku yang relevan


tidak dipahami pada guru • Link google yang terkait dan relevan
2. Peserta didik mengomunikasikan kendala dengan materi pelajaran.
yang dihadapi selama mengerjakan Bahaya ditempat kerja :
3. Peserta didik menerima apresiasi dan http://nusantaratraisser.co.id/
motivasi dari guru. responsiveweb/blog/2018/11/29/
jenis-bahaya-dalam-k3/
Refleksi Lembar Kegiatan
1. Apakah ada kendala pada kegiatan 1. Lembar tugas menjawab
pembelajaran ? pertanyaan tertulis
2. Apakah semua siswa aktif dalam 2. Lembar ceklist google form
kegiatan pembelajaran ? penerapan K3LH
3. Apa saja kesulitan siswa yang dapat
diidentifikasi pada kegiatan
pembelajaran
4. Apakah siswa yang memiliki kesulitan
ketika berkegiatan dapat teratasi dengan
baik ?
5. Apa level pencapaian rata-rata siswa
dalam kegiatan pembelajaran ini ?
6. Apakah seluruh siswadapat dianggap
tuntas dalam pelaksanaan pembelajaran
?
7. Apa strategi agar seluruh siswa dapat
menuntaskan komptensi ?

PERTEMUAN 2 DARING/LURING (6x30 MENIT)


Kegiatan Awal ( 30 Menit) Kegiatan Inti (135 Menit)
Peserta didik dan Guru memulai dengan berdoa Peserta didik mendapatkan pemaparan
bersama. secara umum tentang
1. Peserta didik disapa dan melakukan pengetahuan K3LH
pemeriksaan kehadiran bersama dengan 1. Peserta didik diberikan pertanyaan untuk
guru. diskusi yaitu:
2. Peserta didik bersama dengan guru a. Apakah kamu pernah menangani
membahas tentang kesepakatan yang akan kejadian keadaan darurat musibah
diterapkan dalam pembelajaran kecelakaan atau sejenisnya ?jika ya
3. Peserta didik dan guru berdiskusi melalui sebutkan kejadian apa!
pertanyaan pemantik: b. Berdasarkan
a. Bagaimana pendapatmu tentang pengamatan/pemahamanmu
Prosedur dalam keadaan darurat ? tindakan atau prosedur yang kamu
b. Apakah yang harus dilakukan pada lakukan saat itu?
Penerapan K3LH di industri (Ringkas,
c. Apakah yang harus dilakukan pada
Penerapan K3LH di industri (Ringkas,
Rapi, Resik, Rawat, Rajin) ?
Rapi, Resik, Rawat, Rajin) berikan
alasan kalian ?
2. Peserta didik diberikan tugas untuk
mengeksplorasi Materi K3LH
(lembar terlampir)
3. Peserta didik diberikan kesempatan
untuk melakukan studi pustaka
(browsing dan/atau mengunjungi
perpustakaan) guna mengonfirmasi
jawaban dari pertanyaan tersebut
4. Waktu eksplorasi dibatasi maksimal 30
menit. Setelah itu hasil eksplorasi
dikumpulkan
Peserta didik masing-masing menyampaikan
hasil eksplorasinya dan guru memfasilitasi
diskusinya

Kegiatan Penutup (15 Menit) Referensi

4. Peserta didik dapat menanyakan hal yang • Buku-buku yang relevan


tidak dipahami pada guru • Link google yang terkait dan relevan
5. Peserta didik mengomunikasikan kendala dengan materi pelajaran.
yang dihadapi selama mengerjakan Praktik yang aman :
6. Peserta didik menerima apresiasi dan https://surabaya.proxsisgroup.com/
motivasi dari guru. pengertian-definisi-bahaya-dan-5-faktor-
bahaya-k3-di-tempat-kerja/
Penanganan keadaan darurat ditempat
kerja :
https://www.safetysign.co.id/news/
296/10-Poin-Penting-yang-Harus-
Dipahami-Pekerja-Tentang-Perencanaan-
Tanggap-Darurat

https://sarprasling.unair.ac.id/
2021/02/26/pedoman-prosedur-
penanganan-keadaan-darurat/

Refleksi Lembar Kegiatan


1. Apakah ada kendala pada pembelajaran ? 3. Lembar tugas menjawab
2. Apakah semua siswa aktif dalam kegiatan pertanyaan tertulis
pembelajaran ? 4. Lembar ceklist google form
3. Apa saja kesulitan siswa yang dapat penerapan K3LH
diidentifikasi pada kegiatan pembelajaran
4. Apakah siswa yang memiliki kesulitan
ketika berkegiatan dapat teratasi ?
5. Apa level pencapaian rata-rata siswa
dalam kegiatan pembelajaran ini ?
6. Apakah seluruh siswadapat dianggap
tuntas dalam pelaksanaan pembelajaran ?
7. Apa strategi agar seluruh siswa dapat
menuntaskan komptensi ?
LAMPIRAN

RINGKASAN MATERI
A. JENIS BAHAYA DALAM K3

Hazard adalah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi menimbulkan


cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja (PAK).
Hazard dapat berupa bahan – bahan kimia, bagian – bagian mesin, bentuk energi, metode
kerja atau situasi kerja.

KONSEP BAHAYA DALAM K3


Secara umum terdapat 5 (lima) faktor bahaya K3 di tempat kerja, antara lain : faktor bahaya
biologi(s), faktor bahaya kimia, faktor bahaya fisik / mekanik, faktor bahaya biomekanik serta
faktor bahaya social – psikologis.

1. Biomechanical Hazard ( Bahaya Ergonomi )


Jenis bahaya ini berasal dari ketidak sesuaian desain layout kerja /  mesin, gerakan
yang berulang serta postur / posisi kerja yang dapat mengakibatkan adanya gangguan
kesehatan seperti musculoskeletal disorders (MSDs), carpal turner syndrome (CTS), badan
menjadi mudah pegah dan lelah serta gangguan lainnya
.
2. Physical Hazard ( Bahaya Fisik )
Bahaya fisik merupakan potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan –
gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar secara terus menerus oleh
faktor fisik.
Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara lain kebisingan,
penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan sinar ultra ungu. Faktor – faktor
ini mungkin berasal dari bagian tertentu yang dihasilkan dari proses produksi atau produk
samping yang tidak diinginkan.
Contoh kasusnya adalah mesin las, speaker, atau suara kendaraan yang sudah di
modifikasi sehingga mengeluarkan suara yang terlalu bising diatas nilai ambang batas
yang memekakan telinga. Jika terlalu lama terpapar oleh bising, pekerja dapat mengalami
gangguan pendengaran seperti penurunan pendengaran hingga tuli.
Contoh kasus kedua adalah memegang peralatan yang bergetar sering
mempengaruhi tangan dan lengan pengguna sehingga dapat menyebabkan kerusakan
pada pembuluh darah dan sirkulasi di tangan. Sebaliknya, mengemudi traktor di jalan
bergelombang dengan kursi yang dirancang tidak sesuai dengan antoprometri pekerja
sehingga menimbulkan getaran ke seluruh tubuh dapat mengakibatkan nyeri punggung
bagian bawah.
3. Chemical Hazard ( Bahaya Kimia )
Bahaya kimia adalah bahaya yang berasal dari bahan bahan kimia dari mulai yang ber
substansi cair, padat, ataupun juga gas yang berada di tempat kerja.
Risiko kesehatan timbul dari pajanan berbagai bahan kimia. Banyak bahan kimia yang
memiliki sifat beracun dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan kerusakan pada
sistem tubuh dan organ lainnya yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara utama
yaitu :
 Inhalasi (menghirup) : Dengan bernapas melalui mulut atau hidung, zat beracun dapat
masuk ke dalam paru-paru. Seorang dewasa saat istirahat menghirup sekitar lima liter
udara per menit yang mengandung debu, asap, gas atau uap. Beberapa zat, seperti
fiber / serat, dapat langsung melukai paru – paru. Lainnya diserap ke dalam aliran
darah dan mengalir ke bagian lain dari tubuh.
 Pencernaan (menelan) : Bahan kimia dapat memasuki tubuh jika makan makanan yang
terkontaminasi, makan dengan tangan yang terkontaminasi atau makan di lingkungan
yang terkontaminasi. Zat di udara juga dapat tertelan saat dihirup, karena bercampur
dengan lendir dari mulut, hidung atau tenggorokan.
 Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif : beberapa diantaranya adalat zat yang
melewati kulit dan masuk ke pembuluh darah, biasanya melalui tangan dan wajah.
 
 
4. Biological Hazard ( Bahaya Biologi )
Bahaya biologi adalah bahaya yang berasal dari tanaman, binatang, organisme atau
mikro organisme yang kemudian masuk kedalam tubuh kita yang dapat mengancam
kesehatan serta dapat juga dari pekerja yang menderita penyakit tertentu yang dapat
menularkan virusnya kepada pekerja lain seperti TBC, Hepatitis A/B.
 
5. Psychosocial Hazard ( Bahaya psikologi )
Jenis bahaya ini dari beberapa ahli menyebutnya sebagai bahaya dalam
pengorganisasian pekerjaan, merupakan bahaya yang berasal dari konflik batin dengan
lingkungan yang ada di tempat kerja, baik itu dengan rekan kerja maupun dengan fasilitas
yang ada di lingkungan kerja dimana kemudian dapat menganggu aspek psikologis pekerja
sehingga dapat menyebabkan produktivitas pekerja menurun.
Contohnya: aksi bullying, kekerasan, pelecehan, pengucilan, tekanan dan himpitan
pekerjaan, tuntutan deadline pekerjaan, persaingan kerja tidak sehat, pekerjaan yang
monoton, jenjang karir tidak bagus, alat bantu kerja yang tidak memadai dan lainnya.

29 November 2018
By Marketing
Posted In News Info
B. Pengertian (Definisi) Bahaya dan 5 Faktor Bahaya K3 di Tempat Kerja

Pengertian (definisi) bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang
berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja (PAK)
– definisi berdasarkan OHSAS 18001:2007.

Secara umum terdapat 5 (lima) faktor bahaya K3 di tempat kerja, antara lain : faktor
bahaya biologi(s), faktor bahaya kimia, faktor bahaya fisik/mekanik, faktor bahaya
biomekanik serta faktor bahaya sosial-psikologis. Tabel di bawah merupakan daftar singkat
bahaya dari faktor-faktor bahaya di atas :
Ilustrasi
Faktor Bahaya Biologi 1. Jamur.
2. Virus.
3. Bakteri.
4. Tanaman.
5. Binatang.
Faktor Bahaya Kimia 1. Bahan/Material/Cairan/Gas/Debu/Uap Berbahaya
2. Beracun.
3. Reaktif.
4. Radioaktif.
5. Mudah Meledak.
6. Mudah Terbakar/Menyala.
7. Iritan.
8. Korosif.
Faktor Bahaya Fisik/Mekanik 1. Ketinggian.
2. Konstruksi (Infrastruktur).
3. Mesin/Alat/Kendaraan/Alat Berat.
4. Ruangan Terbatas (Terkurung).
5. Tekanan.
6. Kebisingan.
7. Suhu.
8. Cahaya.
9. Listrik.
10. Getaran.
11. Radiasi.
Faktor Bahaya Biomekanik 1. Gerakan Berulang.
2. Postur/Posisi Kerja.
3. Pengangkutan Manual.
4. Desain tempat kerja/alat/mesin.
Faktor Bahaya Sosial-Psikologis 1. Stress.
2. Kekerasan.
3. Pelecehan.
4. Pengucilan.
5. Intimidasi.
6. Emosi Negatif.
 
Sumber: http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.co.id/
Artikel Safety
November 25, 2015
C. 10 Poin Penting Yang Harus Dipahami Pekerja Tentang Perencanaan
Tanggap Darurat

Organisasi atau perusahaan harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara


prosedur untuk mengidentifikasi kondisi darurat serta potensi kecelakaan. Organisasi
harus merespons kondisi darurat serta kecelakaan yang terjadi. − ISO 14001, klausa
elemen 4.4.7

Setiap industri dengan lingkungan kerja yang kompleks tentunya tidak dapat
terhindarkan dari segala bentuk risiko bahaya, baik disebabkan bencana alam atau
kegiatan manusia. Hal ini dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan, terganggunya
kestabilan keamanan, keselamatan, dan kesehatan kerja.
 
Kondisi inilah yang pada akhirnya akan berdampak pada munculnya situasi yang
tidak normal (keadaan darurat). Untuk itu, dalam rangka meminimalisasi kerugian, baik
materi maupun nonmateri, maka diperlukan adanya langkah pencegahan dan
pengendalian bahaya. Salah satunya dengan membuat perencanaan tanggap darurat.
Sistem konkret ini merupakan bentuk persiapan awal dalam rangka menghadapi
keadaan darurat.
Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau
bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keandalan pada saat kejadian
yang sebenarnya. − PERMENAKER No. PER. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Persiapan keadaan darurat merupakan tanggung jawab semua tenaga kerja.
Perencanaan dan persiapan keadaan darurat, tidak bisa terlepas dari peran manajemen
puncak dalam perencanaan dan penetapan kebijakan dan komitmen tinggi dalam
mencegah dan menanggulangi keadaan darurat. Dengan membuat perencanaan
tanggap darurat, maka secara tidak langsung perusahaan telah terlibat aktif dan peduli
pada terciptanya stabilitas keamanan dan keselamatan kerja perusahaan.
 
10 Poin Penting Tentang Perencanaan Tanggap Darurat
 
1. Apa yang dimaksud dengan keadaan darurat?

Sumber: wkmi.com
Keadaan darurat adalah kejadian atau insiden tidak terduga atau tidak direncanakan
yang berakibat membahayakan manusia; mengganggu kelancaran operasi; atau
mengakibatkan kerusakan fisik atau lingkungan, yang harus dicegah dan
ditanggulangi secara cepat dan tepat agar akibat yang ditimbulkannya dapat ditekan
sekecil mungkin. Contoh keadaan darurat meliputi:
 
 Ledakan pada tangki, bin, silo, dll.
 Gangguan keamanan sipil (ancaman
 Bencana alam (banjir, gempa bumi,
bom, perampokan, demonstrasi,
badai, gunung meletus, dll.)
huru-hara)
 Kebakaran
 Kekerasan di tempat kerja yang
 Kebocoran gas beracun
menimbulkan cedera fisik dan
 Tumpahan bahan kimia
trauma
 Kecelakaan/ keracunan massal.
 
2. Bagaimana cara melindungi diri sendiri, karyawan dan kegiatan bisnis saat terjadi
keadaan darurat?
Cara terbaik adalah dengan membuat perencanaan tanggap darurat sebagai langkah
persiapan dan penanggulangan keadaan darurat. Hanya sedikit orang yang dapat
berpikir secara jernih dan logis saat keadaan darurat terjadi, maka sangat penting
bagi manajemen dan seluruh pekerja untuk merencanakan dan menerapkan
prosedur tanggap darurat di perusahaan.
Dapat Anda bayangkan jika Anda sebagai pengusaha menjalankan sebuah bisnis dan
tidak memiliki perencanaan tanggap darurat, hal ini terlalu berisiko jika Anda
kehilangan segalanya hanya dalam semalam.
 
3. Apa itu perencanaan tanggap darurat?
Perencanaan atau rencana tanggap darurat merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan tim manajemen dan pekerja yang bertujuan untuk mengantisipasi
datangnya keadaan darurat sehingga semua orang di tempat kerja mengetahui hal-
hal apa saja yang harus dilakukan untuk selamat.
Tujuan perencanaan tanggap darurat ini adalah untuk membimbing setiap individu
yang berada pada situasi kecelakaan atau keadaan darurat guna mencegah atau
meminimalkan cedera, kerusakan aset serta kerugian material. Dapat juga mencegah
atau meminimalkan dampak lingkungan akibat kecelakaan atau keadaan darurat
tersebut.
 
4. Hal apa saja yang harus ada dalam perencanaan tanggap darurat?
Ketika Anda mengembangkan perencanaan tanggap darurat di perusahaan, hal
pertama yang harus Anda lakukan adalah mengidentifikasi potensi bahaya yang
kemungkinan terjadi di tempat kerja, yang dapat menimbulkan keadaan darurat. Jika
Anda memiliki lebih dari satu area kerja dengan kegiatan berbeda-beda, maka setiap
lokasi harus memiliki rencana tanggap darurat.
Menurut OSHA, perencanaan tanggap darurat minimal harus mencakup hal-hal
sebagai berikut:
 Prosedur pelaporan kecelakaan, kebakaran, atau keadaan darurat lainnya
 Kebijakan dan prosedur evakuasi, mencakup jalur evakuasi,  tim evakuasi (floor
warden) di setiap lantai, denah evakuasi atau sarana evakuasi lainnya.
 Skema atau daftar nomor telepon penting yang harus dihubungi saat keadaan
darurat
 Prosedur tindakan darurat mulai dari pra kejadian, saat terjadi keadaan darurat,
dan pasca kejadian.  Prosedur juga mencakup pembahasan tentang peralatan
darurat, peralatan pemadam kebakaran, alarm, peralatan P3K, hingga
prosedur emergency shutdown. Sistem emergency shutdown adalah suatu
sistem yang digunakan dalam industri perminyakan sebagai sistem pelindung
(safety) dari bahaya-bahaya seperti kebakaran, dan tekanan berlebih yang dapat
menyebabkan ledakan. Biasanya sistem ini beroperasi apabila keadaan darurat
dengan mematikan sistem proses.
 Susunan tim tanggap darurat mencakup koordinator, tim evakuasi, petugas P3k,
dan petugas lain yang diperlukan.
Penentuan lokasi tempat berkumpul (assembly point) dan prosedur pelaporan yang
menyatakan bahwa semua pekerja sudah dievakuasi juga perlu dipertimbangkan.
 
5. Bagaimana cara memberitahu atau mengingatkan pekerja dan penghuni bangunan
lain saat terjadi keadaan darurat?
 
POSTER K3 NADA DARURAT
 
Perencanaan tanggap darurat yang dibuat harus mencakup cara memperingatkan
atau memberitahu seluruh pekerja, tamu dan pihak yang berada di dalam gedung
tentang terjadinya keadaan darurat. Langkah-langkah yang sebaiknya Anda lakukan
antara lain:
 Memasang alarm sebagai tanda terjadinya keadaan darurat dan pastikan seluruh
pekerja mengetahui sinyal alarm keadaan darurat
 Merancang sistem komunikasi darurat untuk menyampaikan informasi keadaan
darurat dan menghindari kesimpangsiuran informasi
 Memastikan bahwa alarm dapat didengar dan kotak alarm dalam keadaan baik
dan lokasinya bebas hambatan. Pastikan pekerja yang menemukan keadaan
darurat harus membunyikan alarm.
 
6. Apa saja langkah dalam menyiapkan perencanaan tanggap darurat?
Menyiapkan perencanaan tanggap darurat harus disesuaikan dengan kondisi serta
kebutuhan yang ada di tempat kerja Anda. Secara umum, langkah-langkah
menyiapkan rencana tanggap darurat terbagi menjadi lima, diantaranya:
 Identifikasi bahaya yang berpotensi menimbulkan keadaan darurat − Anda harus
mengidentifikasi secara spesifik akan potensi bahaya berdasarkan tipe
kegiatannya. Sebagai contoh, jika Anda bekerja di perkantoran, maka kebakaran
merupakan potensi risiko yang bisa terjadi.
 Langkah-langkah pencegahan − Tindakan pencegahan harus dirancang secara
detail dan jelas untuk setiap jenis potensi bahaya. Misalnya membuat langkah
pencegahan kebakaran, ledakan, atau tumpahan bahan kimia.
 Perencanaan tanggap darurat − Perusahaan harus menentukan satu atau lebih
perencanaan darurat yang didasarkan pada kompleksitas serta kebutuhan.
Pastikan semua pekerja mengetahui perencanaan tanggap darurat ini. Penting
bagi mereka untuk mengetahui tindakan pencegahan dan apa yang harus
dilakukan saat keadaan darurat terjadi.
 Pelatihan dan uji coba − Perusahaan harus melatih para pekerjanya tentang
langkah-langkah pencegahan dan perencanaan tanggap darurat. Pelatihan secara
berkala harus dilakukan untuk memastikan pekerja melakukan tindakan sesuai
dengan perencanaan darurat yang ditetapkan.
 Evaluasi dan perbaikan − Anda harus memperhitungkan kesenjangan antara
perencanaan tanggap darurat dan hasil uji coba yang telah dilakukan. Bila dalam
perencanaan tanggap darurat masih terdapat kekurangan atau tidak sesuai yang
diharapkan, maka perbaikan dalam perencanaan tanggap darurat perlu dilakukan.
 
7. Bagaimana cara membuat prosedur dan menentukan jalur evakuasi?
Sebuah prosedur evakuasi yang tidak jelas dapat menimbulkan kebingungan, cedera,
dan kerusakan aset perusahaan. Itulah sebabnya ketika mengembangkan
perencanaan tanggap darurat, penting bagi Anda untuk menentukan hal-hal sebagai
berikut:

 
 Menentukan kondisi apa saja yang memerlukan evakuasi
 Menentukan tim evakuasi / floor warden (kapten lantai) untuk membantu
proses evakuasi berjalan lancar dan aman
 Prosedur evakuasi yang jelas dan rinci, termasuk penentuan jalur  dan jalan
keluar menuju tempat berkumpul. Jalur evakuasi harus mudah dipahami, tidak
rumit, dan mudah diakses. Jalur evakuasi yang digunakan harus memuat tanda
petunjuk arah keluar dan dilengkapi sarana pendukung lainnya.
 Prosedur evakuasi harus membantu penyandang disabilitas
 Mempertimbangkan kebutuhan transportasi untuk evakuasi banyak pekerja.
 
8. Apa peran koordinator tanggap darurat dan tim evakuasi dalam keadaan darurat?
Ketika menyusun perencanaan tanggap darurat, Anda mungkin memilih individu
yang bertanggung jawab untuk memimpin dan mengkoordinasikan rencana tanggap
darurat dan evakuasi. Sangat penting bagi pekerja untuk mengetahui siapa yang
menjadi koordinator dan memahami bahwa petugas tersebut memiliki wewenang
untuk membuat keputusan selama keadaan darurat.
Koodinator rencana tanggap darurat bertanggung jawab untuk:
 Menilai situasi untuk menentukan apakah keadaan darurat membutuhkan
aktivasi prosedur darurat
 Mengawasi semua upaya penanggulangan keadaan darurat di seluruh area,
termasuk kegiatan evakuasi
 Mengkoordinasikan layanan darurat dengan pihak luar, seperti bantuan medis
dan departemen pemadam kebakaran setempat dan memastikan bahwa mereka
tersedia dan diberitahu bila diperlukan
 Mengarahkan penutupan operasional pabrik apabila diperlukan.
Selain koordinator rencana tanggap darurat, mungkin Anda juga perlu menentukan
tim evakuasi atau floor warden untuk membantu evakuasi para pekerja, tamu dan
pihak lain yang ada di lingkungan perusahaan ke tempat yang lebih aman (assembly
point). Umumnya, setiap satu floor warden (kapten lantai) disediakan untuk
mengevakuasi 20 orang dan mereka harus selalu siap setiap saat selama jam kerja.
Pastikan kapten lantai memahami tugas dan tanggung jawabnya dalam proses
evakuasi.
 
9. Pertolongan medis seperti apa yang harus dipersiapkan saat keadaan darurat?
Jika perusahaan Anda tidak memiliki program kesehatan formal, Anda tetap perlu
merancang cara-cara untuk memberikan pelayanan medis dan pertolongan pertama
saat keadaan darurat terjadi. Jika fasilitas medis tersedia dekat tempat kerja Anda
(pihak ketiga di luar perusahaan), Anda dapat bekerja sama dengan mereka untuk
menangani kasus-kasus darurat.
Bila hal tersebut tidak memungkinkan, pastikan pekerja yang Anda tunjuk sebagai tim
P3K telah melakukan pelatihan P3K yang memadai. Konsultasikan dengan ahli P3K
atau petugas medis tentang sarana dan prasarana P3K apa saja yang sebaiknya ada di
lingkungan perusahaan untuk persiapan keadaan darurat.
 
9. Jenis pelatihan tanggap darurat seperti apa yang dibutuhkan pekerja? Seberapa
sering pelatihan diberikan?
Perencanaan dan penyusunan program pelatihan merupakan kunci keberhasilan
dalam pelaksanaan ke depannya. Pertama, Anda harus mengidentifikasi kebutuhan
pelatihan. Untuk menentukan kebutuhan pelatihan, ada beberapa hal yang perlu
Anda pertimbangkan antara lain ukuran tempat kerja, jumlah tenaga kerja, aktivitas
kerja, material yang ditangani, dan ketersediaan sumber daya di dalam atau di luar
tempat kerja.
Umumnya, pelatihan tanggap darurat bagi pekerja mencakup hal-hal sebagai berikut:
 Peran dan tanggung jawab individu/ pekerja yang ditunjuk jadi tim tanggap
darurat
 Ancaman, bahaya, dan tindakan protektif yang harus dilakukan
 Prosedur pemberitahuan, peringatan, dan komunikasi
 Prosedur tanggap darurat
 Prosedur evakuasi
 Lokasi dan penggunaan alat pemadam kebakaran, kotak alarm, pintu darurat,
alat bantu pernapasan, tempat membilas mata, dan semua peralatan darurat
lain
 Prosedur emergency shutdown.
Anda juga bisa menambahkan pelatihan pertolongan pertama, termasuk resusitasi
jantung paru, tindakan pertolongan pada gangguan kesadaran, gangguan
pernapasan, syok dan pingsan, keracunan, dll.
Setelah semua pekerja mendapatkan pelatihan tanggap darurat yang memadai, Anda
bisa mengadakan pelatihan secara berkala tergantung besaran risiko yang ada di
perusahaan Anda. Melalui pelatihan tersebut, Anda dapat mengukur efektivitas
rencana tanggap darurat yang telah Anda buat dan melakukan perbaikan
berkelanjutan.
Seluruh prosedur tanggap darurat mencakup pra kejadian, saat terjadi keadaan
darurat hingga pasca kejadian harus dikomunikasikan penuh dan dipahami oleh
seluruh pekerja sehingga dapat diperoleh pencapaian kondisi terkendali dan aman.
Bagaimana dengan perencanaan tanggap darurat di perusahaan Anda, sobat
pro safety?
 
 Semoga Bermanfaat, Salam Safety!
Sumber: www.SafetySign.co.id
16 Maret 2017

D. PP PENANGANAN KEADAAN DARURAT


1. TUJUAN  :     Pedoman    Prosedur    ini    disusun    untuk    menjelaskan mengenai
prosedur penanganan keadaan darurat di lingkungan Universitas Airlangga
 
 
2. RUANG LINGKUP  :     Pedoman   Prosedur   ini   meliputi   tindakan   penanganan
keadaan  darurat  yang  bersumber  dari dalam atau lingkungan sekitar Universitas
Airlangga diantaranya kebakaran, peledakan, kegagalan tenaga listrik, huru-hara,
keracunan makanan, bencana alam atau bahaya-bahaya lainnya
 
 
3. TARGET MUTU  :     Menyelamatkan    sebagian    atau    seluruh    harta-benda
(investasi vital), pimpinan, pegawai, dan orang lain yang berada  di  lingkungan
lokasi  terjadinya  keadaan  darurat, oleh karenanya harus diatasi dalam waktu
sesingkat- singkatnya  dengan  cara  terpadu  dan  pedoman  ini hanya
diberlakukan pada saat terjadi keadaan darurat.
 
 
4. DEFINISI                       :     Pedoman Prosedur penanganan keadaan darurat adalah
tata cara atau pedoman kerja dalam menangani keadaan darurat dengan tujuan
mencegah dan mengurangi kerugian yang lebih besar.
 
 
5. REFERENSI                  :
a. UU 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. UU  No.   24  Tahun  2007  tentang  Penanggulangan Bencana
c. Peraturan  Pemerintah  No.  50  Tahun  2012  tentang SMK3
d. Permenkes  No.   48   Tahun   2016   tentang   Standar Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Perkantoran
e. Kepmenaker.    Kep-186/MEN/1999  tentang  Unit Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja
f.   Statuta Universitas Airlangga
g. Keputusan Rektor No.  501/H3/PR/2012  tentang Pembentukan Sub Direktorat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Direktorat Sumberdaya Universitas
Airlangga
 
 
6. DIDISTRIBUSIKAN  : KEPADA
 Semua pemegang controlled copy atau unit  yang berhak memiliki dokumen
sistem mutu
 
7. PROSEDUR                   :
 7.1      Umum
7.1.1 Prosedur  ini  berlaku  sejak  tanggal  ditetapkan.  Setiap  perubahan  atas
langkah  dalam prosedur dan formulir yang digunakan harus dibahas dalam
forum yang ditentukan dan kemudian disahkan oleh Rektor
7.1.2 Penyusun prosedur dan pemeriksa prosedur bertanggung jawab untuk
memastikan :
 
1. a. semua personel yang terlibat dalam prosedur ini mengerti dan
memahami setiap langkah dan ketentuan dalam prosedur ini.
2. b. semua  personel  yang  terlibat  dalam  prosedur  ini  harus  memiliki
kompetensi  yang dipersyaratkan dalam dokumen wewenang dan
tanggungjawab.
7.2     Pengertian
 7.2.1. Pengertian Keadaan Darurat
 “Keadaan Darurat” (emergency) diartikan suatu kejadian yang tidak
diinginkan di dalam laboratorium, ruang kelas perkuliahan, perkantoran dan
fasilitas pendukung yang disebabkan oleh suatu kejadian dari dalam/luar
(seperti kebakaran, peledakan, kegagalan tenaga listrik, huru-hara,
keracunan  makanan,  bencana  alam  atau  bahaya-bahaya  lainnya)  dimana
sumber  tenaga  dan sarana dari fasilitas di tempat kerja mampu untuk
menanggulangi akibat dari suatu kondisi yang tidak normal.
7.2.2. Penanganan Keadaan Darurat
 Penanganan keadaan darurat yaitu pemberian bantuan sementara sebelum
memperoleh perawatan medis dari seorang ahli yang berwenang.
Pertolongan ini juga dimaksudkan untuk memberikan ketenangan pada
korban, mengurangi rasa takut dan kegelisahan, dan mengurangi
kemungkinan terjadinya bahaya yang lebih serius. Ketepatan tindakan
pertolongan pertama sangat mempengaruhi penyembuhan, cepatnya
penyembuhan bahkan dapat menyelamatkan jiwa korban.

7.3.   Pelaksanaan
 7.3.1. Penanganan Kejadian Bahaya Kebakaran Atau Ledakan
 
1. Jangan Panik, Usahakan  tetap  tenang
 
1. a. Ingat setiap kepanikan  akan  mengurangi daya  fikir  dan  gerak  anda b.
Pastikan  lokasi kebakaran
2. c. Keluarlah menuju titik kumpul (assembly point)
 
1. Jangan menggunakan lift
 
2. Bunyikan alarm
 
1. a. Alarm dibunyikan guna memberitahukan  kebakaran  dan  melakukan
tindakan pengamanan.
2. b. Usahakan melokalisir / membatasi daerah  kebakaran  guna  mencegah
menjalarnya  api lebih  luas.
  
3. Pergunakan alat pemadam  api  ringan  ( APAR )
 
1. a. Kecepatan, keamanan dan  ketepatan  menggunakan  APAR  akan 
berpengaruh  dalam pemadam  kebakaran.
2. b. Jika api masih berkobar / membesar,  segera  usahakan  pemadam api
dengan  peralatan yang  lebih  memadai.
3. c. Hindari menjadi korban yang  sia – sia  akibat  kecerobohan  diri sendiri
sehingga terjebak  dalam  kebakaran  api.

4. Matikan aliran listrik,  gas  dan  aliran  bahan  bakar


 
1. a. Dalam kebakarn kita  harus  berusaha  mengurangi segal kemugkinan
dapat membesarkan  api dan  jatuhkan  korban  bahaya  lainnya.
2. b. Segera putuskan / matikan  aliran  listrik  pada  saklar  induk  dan 
disegel,  pastikan sekring  tidak  dipegang

5. Beritahukan dinas kebakaran


Untuk  menanggulangi  bahaya  kebakaran  yang  besar   dibutuhkan  bantuan
dari dinas kebakaran  jika  dibutuhkan.

6. Melaporkan kejadian tersebut  pada  Pimpinan  dan Koordinator  untuk


ditindak lanjuti.

7. Hubungi pihak kepolisian  setempat


 
1. a. Usahakan orang – orang yang  tidak  berkepentingan  dilarang  keluar
atau  masuk area  kerja.
2. b. Dilarang keluar atau masuk area  kebakaran  guna  penyelidikan  dari
pihak kepolisian.
3. c. Melokalisir, membatasi area kebakaran,  gunakan  iota  polisi  (police line)
 
8.  Segala tindakan agar tidak terlepas dari petunjuk atasan dan pihak
manajemen area kerja
 
7.3.2. Penanganan Kejadian Huru Hara
 Tindakan Umum:
 
1. Kepala Satpam mengkoordinir  para  anggotanya  dan  bekerjasama  dengan
Koordinator Tanggap Darurat untuk menyiapkan regu tanggap darurat untuk
stand by bilamana diperlukan.
2. Satpam bekerjasama dengan protokoler untuk mengisolasi tempat-tempat
berkumpulnya karyawan dan massa melalui penutupan pintu-pintu yang
diperlukan.
3.  Satpam akan menghubungi kantor Kepolisian terdekat untuk minta bantuan
pengamanan bila diperlukan.
4. Satpam mengamankan aset perusahaan, anggota  manajemen  dan  karyawan
perusahaan saat terjadinya huru hara.

Indikasi Penyimpangan Unjuk Rasa:


 
1. Tidak mematuhi ketentuan
2.  Tidak membawa alat/senjata penyerang namun melakukan tindakan
memancing keributan
3.  Tidak bersedia mengikuti arahan himbauan petugas perusahaan
4.  Peserta unjuk rasa yang terorganisir dan bergerak mengganggu operasi pabrik
 
  Koordinasi
 
1. Perkiraan taktis situasi yang dihadapi.
2.  Tindakan anggota satpam dan petugas tanggap darurat
3.  Pembagian tugas tiap anggota (tim) yang ikut dalam penanganan huru-hara
4.  Meminta batuan anggota kepolisian.
5.  Melaporkan hasil negosiasi kepada wakil manajemen untuk tindak lanjut
6.  Memberi kesempatan pimpinan unjuk rasa menertibkan massanya
7.  Bila ada anggota kepolisian lakukan penertiban bersama.
 
 Penertiban
 
1. Bila gagal penertiban melalui negosiasi, maka komandan regu mempersiapkan
tindakan penertiban.
2. Pasukan membentuk formasi bersaf merapat dengan lengan saling mengunci.
3.  Komandan regu memberi seruan peringatan kepada pihak yang melakukan
unjuk rasa.
4.  Perlengkapan: tongkat dan gas air mata untuk digunakan, bila perlu
5. Upaya penertiban dilakukan sedapat mungkin tanpa kekerasan
 
 Konsolidasi
 
1. Setelah massa bubar, adakan apel/rapat konsolidasi untuk mengantisipasi
kemungkinan adanya aksi lagi atau kegiatan lainnya.
2. Patroli untuk mencegah massa berhimpun kembali. Usahakan patroli dalam
berkelompok dalam jumlah tertentu.
 
7.3.3. Penanganan Kejadian Kegagalan Tenaga Listrik
 
1. Kasubdit Pengelolaan Sarana Prasarana mengkoordinir tindakan untuk
menormalkan kembali kegagalan tenaga listrik dan air.
2. Pengkoordinasian pengguna tenaga untuk mesin-mesin AC, penerangan dan
sarana penunjang lain harus dilakukan bersama untuk menjamin tidak
terganggunya operasional Universitas.
3. Bila terjadi kegagalan tenaga (Total Power Failure), pada keadaan ini semua
tenaga listrik terputus dan mungkin akan timbul kebakaran misalnya karena
kehilangan air pemadam, maka Kasi Perlengkapan diinstruksikan untuk
menghidupkan mesin pembangkit tenaga listrik untuk mengisi pipa Air
Pemadam Kebakaran.
 
 7.3.4. Penanganan Kejadian Keracunan Makanan
 
1. Pasien yang mengalami keracunan makanan akan disarankan beristirahat ,
dikirmkan ke PLK Universitas Airlangga untuk dilakukan beberapa hal berikut :
2. a. Cek tensi, nadi dan kesadaran pasien b. Memberikan obat sementara
3. Untuk bahan pemeriksaan
 
1. a. Memberikan tempat khusus  untuk  menampung  muntahan/feses  dari tiap
pasien  dan dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan bakteriologi dan
toksikologi
2. b. Mengumpulkan sample makanan  dari  catering  dan  dikirm  ke
laboratorium  untuk pemeriksaan bakteriologi dan toksikologi
3. Apabila yang dialami semakin parah maka disarankan untuk dikirmkan ke
RSUA atau RSU Dr. Soetomo Surabaya
 
 
7.3.5 Penanganan Kejadian Bencana Alam
 
1. Penanggulangan banjir
 
1. a. Koordinasi yang baik antara pihak Universitas Airlangga dengan tim SAR,
PMI dan juga pemerintah kota Surabaya untuk melakukan pencarian dan
penyelamatan korban banjir
2. b. Mengamati kondisi lingkungan termasuk pond/kolam yang ada di dalam
lokasi perusahaan serta sungai/kali sekitar perusahaan
3. c. Pendataan korban dan pendataan logistik
 
1. Melakukan analisis terhadap kerusakan yang terjadi, membangun kembali
infrastruktur dan meminta dukungan dari lembaga lain untuk membantu
korban pasca banjir.
2. e. Peralatan dan instalasi listrik dimatikan agar tidak menimbulkan bahaya
tersengat listrik
 
1. f. Jika terjadi penghentian kegiatan atau aktifitas di lingkungan Universitas
Airlangga, maka perlu dilakukan pengamanan.
 
1. Melakukan pemulihan kondisi
 
2. Penanggulangan gempa bumi
 
1. a. Ketika pertama kali terjadi getaran gempa, usahakan untuk tetap tenan
 
1. b. Jika berada di dalam bangunan, maka carilah pintu darurat untuk
menyelamatkan diri atau berlindunglah di bawah meja yang kokoh.
2. c. Jika sedang berada di luar bangunan, segera cari tanah lapang, jangan
berlindung di bawah pohon atau di bawah jembatan, serta usahakan dalam
posisi
3. Setelah terjadi  gempa   segera   periksakan   diri   ke   posko   kesehatan 
terdekat   untuk mendapatkan pengobatan apabila mengalami luka.
4. e. Carilah informasi dari radio atau televisi. Jika masih dimungkinkan gempa
susulan yang kuat.

3. Penanggulangan tanah longsor


 
1. a. Menjauhi dan menyelamatkan diri dari daerah longsoran b. Membantu
tim SAR menuju lokasi longsor
2. c. Membantu civitas akdemika yang tertimpa longsor
 
1. Melaporkan fasilitas apa saja yang rusak akibat longsor.
 
1. e. Pencarian korban longsor  dan  memperbaiki  kembali  infrastruktur  yang
rusak  akibat longsor.

7.4 Nomor yang bisa dihubungi saat terjadi keadaan darurat


 
Nomor yang bisa dihubungi saat terjadi keadaan darurat di lingkungan Universitas
Airlangga yaitu 112.

February 26, 2021 admin

TUGAS MANDIRI
1. Apa yang Anda lakukan jika terjadi keadaan darurat di kantor Anda seperti
kebakarankandas ?
2. Peralatan apa saja yang anda bisa gunakan jika terjadi kebakaran di ruangan
praktekkapal ?
3. Siapa yang dihubungi jika ada masalah kegagalan listrik di kantor ?
E. Pengertian 5R: Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin dan Manfaat
Pengertian 5R: Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin dan Manfaat – Seringkali kita
mendapati ketidakteraturan dalam lingkungan dimana kita berada saat ini melihat
ketidakteraturan tersebut, yang kita rasakan adalah ketidaknyamanan, hal ini
tentulah sangat menganggu konsentrasi kita dalam melakukan suatu pekerjaan,
ketika ketidakteraturan tersebut berubah menjadi suatu kebiasaan, maka hal
tersebut mempengaruhi budaya kerja kita ke depannya. Solusi untuk masalah
ketidakteraturan ini adalah dengan menerapkan Konsep 5R.

Pengertia 5R

5R merupakan kebiasaan tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat


kerjanya secara benar, jika tempat kerja rapi, bersih, dan tertib maka kemudahan
bekerja perorangan dapat diciptakan serta dengan begitu 4 bidang sasaran pokok
industri, yaitu efisiensi, produktivitas, kualitas, dan keselamatan kerja dapat lebih
mudah dicapai.

Ringkas
Ringkas adalah memisahkan segala sesuatu yang diperlukan dan menyingkirkan yang
tidak diperlukan dari tempat kerja, mengetahui benda mana yang tidak digunakanlagi
dan mana yang akan disimpan, serta bagaimana cara menyimpannya supaya dapat
mudah diakses terbukti sangat berguna bagi perusahaan.
 Manfaat yang Didapat Dalam Penerapan Ringkas
1. Mengetahui Jumlah Fisik Barang yang Terdapat di Lingkungan Kerja
Dengan melakukan aktifitas ringkas secara tidak langsung seseorang atau
karyawan akan selalu melakukan cek dan ricek akan barang-barang yang ada
di lingkungan kerja. Hal ini juga dapat digunakan sebagai acuan dalam
permintaan barang dan meminimalisir kehilangan atau kerusakan akan
suatu barang.

2. Tidak Ada Barang yang Berlebihan di Tempat Kerja


Pemilahan terhadap barang yang diperlukan dan tidak diperlukan dapat
menimbulkan dampak positif bagi karyawan di lingkungan kerjanya dimana
seseorang rutin melakukan pemilahan dan tidak adanya penumpukan
barang yang tidak diperlukan lagi di area kerja

 Bagaimana Standart Ringkas Dapat Terjaga?


1. Pastikan Barang-barang yang Terdapat di Area Kerja
Sebelum karyawan melakukan aktifitas pemilahan alangkah baiknya
karyawan dapat membuat daftar nama barang yang terdapat di area kerja.
Hal ini dimaksudkan agar karyawan mengerti barang-barang yang ada
beserta jumlahnya.

2. Penetapan Kategori dengan Menggunakan Tanda


Tanda dapat digunakan untuk mempermudah karyawan dalam melakukan
pemilahan. Misalnya menggunakan tanda merah untuk barang yang tidak
diperlukan, menggunakan hijau untuk barang-barang yang masih
diperlukan.

3. Penjadwalan Aktifitas Ringkas


Rutin melakukan aktifitas ringkas dapat memudahkan karyawan dalam
melakukan pemilahan secara tidak langsung juga akan mendorong karyawan
dalam berpartisipasi mendukung aktifitas ini.

 Langkah Mudah Dalam Menerapkan Ringkas


1. Daftar Barang dan Jumlahnya
Karyawan memastikan ketersediaan barang-barang yang terdapat di area
kerja, hal ini dimaksudkan agar karyawan ikut menjaga dan peduli terhadap
barang-barang yang ada di area kerja. Selain itu karyawan dapat mengetahui
stock dan memiliki perencanaan dalam pengajuan permintaan terhadap
barang yang dapat membantu proses kerja.

2. Pemberian Tanda Khusus Dengan Rriteria Pemilahan


Tanda Barang yang masih diperlukan dan tidak diperlukan. Untuk barang-
barang yang diperlukan diberi tanda warna hijau dan untuk barang-barang
yang tidak diperlukan diberi tanda merah. Barang yang telah diberi tanda
merah dapat disingkirkan atau dimusnahkan, sedangkan barang dengan
tanda hijau dapat disimpan pada tempat yang telah disediakan.

3. Pembuatan Jadwal Ringkas


Pembuatan jadwal ringkas dapat membuat karyawan berpartisipasi di
lingkungan kerja serta menjadikan karyawan lebih peduli tempat kerja.

Rapi
Prinsip rapi adalah menyimpan barang sesuai dengan tempatnya. Kerapian adalah hal
mengenai sebagaimana cepat kita meletakkan barang dan mendapatkannya kembali
pada saat diperlukan dengan mudah. Perusahaan tidak boleh asal-asalan dalam
memutuskan dimana benda-benda harus diletakkan untuk mempercepat waktu dalam
memperoleh barang tersebut.

 Manfaat yang Didapat Dalam Penerapan Rapi


1. Lingkungan Kerja Menjadi Tertata
Sebagai industri pangan sangat diperlukan lingkungan yang tertata hal ini
membuat lingkungan menjadi lebih indah dilihat dan menimbulkan rasa
nyaman bagi karyawan yang terdapat di dalamnya.

2. Terciptanya Kemudahan, Kecepatan Pengambilan Barang Ketika Dibutuhkan


Dengan adanya pemberian label pada masing-masing alat maupun lokasi
memudahkan seseorang dalam mengenali dan mempermudah dalam mencari
apabila barang tersebut diperlukan dalam proses kerja.

 Standart yang Mesti Dijaga Dalam Penerapan Rapi


1. Layout
Hal ini dimaksudkan agar mempermudah seseorang dalam merencanakan
penempatan barang yang ada di lingkungan kerja.

2. Label
Pemberian label-label terhadap barang-barang yang digunakan dalam proses
kerja. Hal tersebut memberikan manfaat terhadap karyawan untuk mengenali
dan mempermudah dalam mencari sebuah barang yang akan digunakan.

3. Garis-garis Batas
Adanya garis batas di tempat kerja agar barang-barang yang ada tidak
berpindah tempat serta membuat semua karyawan yang ada di tempat kerja
menjadi taat akan aturan rapih.

 Langkah-langkah yang Dapat Dilakukan Dalam Menerapkan Rapi


1. Melakukan Pembuatan Desaign Layout Ruangan
Layout adalah cara utama untuk membuat tanda. Ini dimaksudkan agar kita
dapat memanfaatkan ruang yang ada sesuai dengan kapasitasnya. Dalam
pembuatan layout sangat diperlukan perhitungan jumlah barang dengan
kapasitas ruangan.

2. Pemberian Label Terhadap Semua Barang yang Ada di Tempat Kerja


Pada setiap barang yang ada dalam tempat kerja wajib diberikan penanda
untuk mempermudah karyawan mengenali barang-barang di tempat kerja.
Label-label yang digunakan boleh hanya dengan tulisan maupun dengan
pemberian warna-warna khusus untuk mengingatkan setiap karyawan akan
keberadaan sebuah barang.

3. Membuat Garis Batas di Tempat Kerja


Garis-garis dibuat dengan menyesuaikan layout yang telah digambar.
Pembuatan garis dapat dengan menggunakan cat atau stiker warna, adanya
garis-garis pembatas diharapkan karyawan pada tempat kerja tersebut
mematuhi aturan rapi dan tidak sembarang dalam menempatkan barang.

4. Instruksi
Trainer memberikan intruksi kepada peserta untuk melakukan ringkas atau
mendata barang yang diperlukan untuk alat tulis (5 Menit).

5. Barang yang Biberikan :


Koran, teh, gula, pensil, pulpen, obeng, baut, kertas A4, gunting, gergaji, lem
kertas, kabel gulung.

 Tugas Rapi
Trainer memberikan instruksi kepada peserta untuk mengelompokkan benda-
benda sesuai dengan fungsinya untuk kebersihan, makan, dan alat tulis (7 Menit)
Sapu,piring, pengki/serokan, gunting, pulpen, pel, sendok, garpu, buku, penggaris,
pensil, ember, gelas, tissue, kemoceng.

Resik
Prinsip resik adalah membersihkan tempat/ lingkungan kerja, mesin/ peralatan, dan
barang-barang agar tidak terdapat debu, kotoran dan bau. Kebersihan harus
dilaksanakan dan dibiasakan oleh setiap orang mulai dari pimpinan hingga pelaksana/
operator yang ada.

 Manfaat yang  Didapat Ketika Menerapkan Resik


1. Menciptakan Lingkungan yang Bersih
Dengan adanya kegiatan pembersihan yang rutin dapat menciptakan tempat
kerja bebas dari debu, kotoran dan bau. Lingkungan juga dapat terbebas dari
sumber-sumber penyakit atau virus yang dibawa kotoran.
2. Menghindarkan Produk Dari Kontaminasi
Di industry pangan debu, kotoran dan bau merupakan isu utama dalam
pencemaran pangan. Ketika lingkungan sudah menjadi bersih diharapkan
sudah dapat meminimalisir atau menghilangkan sumber kontaminasi pangan.

3. Menumbuhkan Rasa Nyaman Untuk Pekerja


Jika lingkungan kerja bersih dapat menumbuhkan rasa nyaman karyawan yang
ada di dalammnya. Selain itu juga dapat meminimalisir stress dikarenakan
penumpukan kotoran yang ada di sekitar lingkungan pekerja.
 Standart yang Harus Dijaga Dalam Menerapkan Resik
1. Alat Kebersihan Terpenuhi
Alat-alat kebersihan yang ada di lingkungan kerja baiknya dapat terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan atau fungsinya
Alat-alat kebersihan sesuai tempatnya (yang boleh dan yang tidak boleh di
tempat tertentu).

2. Penanggung Jawab
Dengan adanya penanggung jawab membuat karyawan menjadi berkomitmen
terhadap apa yang ditugaskan (khususnya kegiatan resik).

3. Kegiatan Resik Terjadwal


Jadwal tentang kegiatan resik sebagai bentuk pengingat karyawan dalam
melaksanakan tugas dan menumbuhkan kepedulian karyawan terhadap
kebersihan lingkungan kerja.

 Langkah Mudah Dalam Menerapkan Resik di Lingkungan Kerja


1. Membuat List Daftar Alat Kebersihan
Langkah pertama dalam melakukan aktifitas resik adalah mencatat semua
kebutuhan alat-alat kebersihan yang dapat digunakan di lingkungan kerja. Hal
ini dimaksudkan untuk memudahkan karyawan dalam melakukan aktifitas
kebersihan dan alat-alat kebersihan yang digunakan menjadi lebih efektif.

2. Adanya Penanggung Jawab Kebersihan


Menunjuk salah satu karyawan yang ada di lingkungan kerja untuk menjadi
penanggung jawab kebersihan. Tugas penanggung jawab kebersihan adalah
sebagai penghubung atau sebagai fasilitator untuk menyampaikan aktifitas
kebersihan yang sudah dilakukan dan mengevaluasi bagaimana kebersihan di
lingkungan kerja.

3. Pembuatan Jadwal Kebersihan


Jadwal kebersihan dapat dibuat dengan menyesuaikan jumlah orang yang ada
di lingkungan kerja. Pembagian jadwal kebersihan dimaksudkan sebagai alat
control terhadap kebersihan ruangan. Pelaksanaan jadwal kebersihan dapat
dibuat dengan mempertimbagkan kapan harus dibersihkan, bagaimana proses
pembersihan.
Rawat
Prinsip rawat adalah mempertahankan hasil yang telah dicapai pada (Ringkas, Rapi,
Resik) sebelumnya dengan membakukannya (Standarisasi). Prinsip ini dapat berjalan
apabila dilaksanakan oleh semua karyawan yang ada di lingkungan kerja.

 Manfaat Dari Penerapan Rawat di Lingkungan Kerja


1. Peralatan Menjadi Berumur Lebih Lama
Dengan merawat karyawan akan dibiasakan untuk peduli pada peralatan-
peralatan yang ada di lingkungan kerja. Hal ini dapat menjadikan peralatan
yang dipakai menjadi awet dan lama umurnya.

2. Perusahaan Dapat Berkompetisi Dengan Perusahaan Lain


Peralatan-peralatan atau mesin-mesin yang senantiasa dilakukan perawatan
tentunya membuat peralatan tersebut awet atau tidak mudah rusak. Dengan
peralatan yang tidak mudah rusak perusahaan dapat menghemat pengeluaran
yang ada, dan pada akhirnya dana yang digunakan untuk perbaikan dapat
digunakan dalam mengembangkan produk yang dihasilkan.

 Standarisasi yang Dapat Dijaga Untuk Aktifitas Rawat


1. Pembakuan atau Standarisasi
Pembuatan standarisasi setiap pekerjaan rawat (Ringkas, Rapi, Resik) membuat
para karyawan menjalankan kegiatan-kegiatannya secara seragam atau terjadi
kesamaan antara karyawan yang satu dengan yang lain.

 Langkah-langkah Dalam Menerapkan Rawat di Lingkungan Kerja


1. Pembuatan Standarisasi Pekerjaan 3R (Ringkas, Rapi, Resik)
Pekerjaan yang telah dilakukan dalam 3R (Ringkas, Rapi, Resik) dibakukan
dalam aturan tertulis (standart operational prosedur). Dalam membuat
standart ditentukan berdasar kesepakatan bersama juga dengan
dicantumkannya hasil-hasil yang telah didapat.

2. Mengkomunikasikan Standart yang Ada Kepada Karyawan


Langkah berikutnya setelah dibuatkannya standart tentang 3 R (Ringkas, Rapi,
Resik) adalah mengkomunikasikan kepada karyawan yang bekerja di lingkungan
kerja. Bentuk komunikasi dapat berupa aktifitas training standar 5R, koordinasi
di masing-masing bagian saat lentera hati/ briefing sebelum bekerja, adanya
poster atau spanduk di area kerja.

Rajin
Rajin terciptany adari kebiasaan pribadi karyawan untuk menjaga dan meningkatkan
apa yang sudah dicapai, rajin di tempat kerja berarti kebiasaan positif di tempat kerja.
Apa yang sudah baik harus selalu dalam keadaan prima setiap saat, prinsip rajin di
tempat kerja adalah kerjakan apa yang harus dikerjakan serta jangan melakukan apa
yang tidak boleh dilakukan.

 Manfaat Penerapan Rajin


1. Pribadi-pribadi yang Berdisiplin
Dengan menggunakan prinsip rajin maka dapat menjadikan karyawan menjadi
lebih disiplin diri tentang aturan-aturan dalam 5R(ringkas, rapi, resik, rawat,
rajin). Tingkah laku karyawan menjadi lebih terarah dan menjadikan lingkungan
kerja menjadi lebih tertata serta bersih.

2. Menjadikan 5R Sebagai Budaya


Kebiasaan-kebiasaan yang sudah melekat pada diri karyawan menjadikan
karyawan lebih peduli terhadap lingkungannya. Dengan kepedulian yang ada
dapat membuat karyawan saling mengingatkan antar karyawan untuk mentaati
aturan-aturan yang ada dalam 5 R(ringkas, rapi, resik, rawat, rajin).

 Apa yang  Menjadi Standart Dalam Rajin


1. Komitmen
Penerapan rajin dapat menjadi terhambat apabila tidak ada tindak lanjut dari
managemen. Tindak lanjut ini dapat berupa bentuk teladan dari atasan untuk
bersama-sama melaksanakan standart-standart yang telah dibuat juga dapat
berupa bentuk penghargaan terhadap karyawan yang menjadi teladan 5R
(ringkas, rapi, resik, rawat, rajin).

 Langkah-langkah yang Diterapkan Dalam Rajin


1. Komitmen Bersama
5 R (ringkas, rapi, resik, rawat,rajin) dapat berjalan apabila terdapat komitmen
dari masing-masing karyawan dengan mematuhi segala aturan di lingkungan
kerja dan saling mengingatkan apabila terjadi kesalahan maupun kekurangan
dalam penerapannya.

2. Teladan Atasan
Hal yang paling mendasar dalam penerapan rajin adalah contoh dari atasan. Ini
berdasarkan apa yang dapat dilihat dalam lingkungan dimana seorang anak
balita mampu melakukan pergerakan setelah mendapat contoh dari orang
tuanya. Apabila atasan tidak mampu memberikan contoh yang baik juga
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan kerjanya. Oleh karena itu
dibutuhkan contoh yang baik dari atasan agar mampu mendorong karyawan
berbuat lebih baik.

3. Komunikasi di Lingkungan Kerja


Dengan adanya evaluasi 5R, hal ini sebagai alat kontrol terhadap hambatan dan
bentuk perbaikan, evaluasi dapat diadakan setiap minggu agar lebih berjalan
efektif dan tidak terlalu lama untuk perbaikan sehingga lingkungan kerja
menjadi tertata, nyaman, dan bersih. Dalam evaluasi selain bentuk perbaikan
juga dapat diberikan bentuk penghargaan terhadap karyawan maupun
lingkungan yang senantiasa menerapkan 5R(ringkas, rapi, resik, rawat, rajin),
penghargaan tersebut sebagai dorongan karyawan meningkatkan kinerjanya
dalam kerja khususnya dalam menerapkan 5 R(ringkas, rapi, resik, rawat, rajin).

Manfaat Menerapkan 5R:


 Membuat area kerja jadi lebih bersih, rapi, aman, dan menyenangkan.
 Meningkatkan pemanfaatan lantai kerja sebagai ruang penyimpanan.
 Meminimalisasi waktu yang terbuang untuk mencari alat kerja, material dan
dokumen.
 Mengurangi kerusakan mesin karena peralatan selalu bersih dan terawat, sehingga
membuat peralatan jadi lebih awet dan tahan lama.
 Menumbuhkan tanggung jawab karyawan dan rasa memiliki di area kerja.
 Mengurangi bahkan menghilangkan potensi bahaya atau apa saja yang menjadi
penyebab umum terjadinya kecelakaan kerja.
 Meningkatkan produktivitas kerja. Dengan penataan material dan peralatan kerja
yang baik, karyawan pun bisa bekerja lebih efektif dan efisien.

https://fungsi.co.id/pengertian-5r/
2021

SOAL LATIHAN PERTEMUAN 1

1. Menurut pendapatmu apa yang dimaksud dengan K3LH?


2. Apa saja Berdasarkan OSHA Compliance, beberapa tips mengenai
peningkatan keselamatan di tempat kerja yang dapat diaplikasikan oleh
perusahaan ada 5? Maka menurut pendapatmu mengapa 5 hal tersebut di terapkan
di perusahaan , sebutkan dan jelaskan disertai alasanmu!
3. Jelaskan beberapa bahaya yang ada di perusahaan atau tempat kerja?
4. Uraikanlah prosedur penangana keadaan darurat di tempat kerja?
5. Apa itu 5 R , dan mengapa harus diterapkan ditempat kerja atau perusahaan berikan
alasan mu ?
LEMBAR AKTIVITAS PRAKTIK 1 dan 2

Instruksi Tugas :
Kerjakan secara mandiri dengan memanfaatkan fasilitas internet, carilah minimal 1 (satu)
foto/gambar Praktik bekerja yang aman,bahaya bahaya ditempat kerja, prosedur
penanganan keadaan darurat ditempat kerja, dan penerapan 5 R ditempat kerja atau
dikehidupan sehari-hari, jangan lupa cantumkan sumber informasi internetnya!

Nama Siswa : ...............................................


Kelas : ...............

N0 Praktik Kerja yang aman Gambar dan keterangannya


1

Sumber : ...............
2

Sumber : ...............
3

Sumber : ...............
No Bahaya-bahaya ditempat kerja Gambar dan Keterangannya
4

Sumber : ...............
5

Sumber : ...............
6

Sumber : ...............
7

Sumber : ...............
8
Sumber : ...............
9

Sumber : ...............
10

Sumber : ...............
No Prosedur keadaan darurat Gambar dan Keterangannya
ditempat kerja

11

Sumber : ...............
12

Sumber : ...............
13
Sumber : ...............
No Penerapan 5 R di tempat kerja Gambar dan Keterangannya
atau dikehidupan sehari-hari

Sumber : ...............

Sumber : ...............

Sumber : ...............

Sumber : ...............
Sumber : ...............
RUBRIK ASESMEN PRESENTASI HASIL AKTIVITAS PRAKTIK 1
INSTRUMEN PENILAIAN: PROSES DAN PRODUK
ASPEK Belum Kompeten (0-6) Cukup Kompeten (6-7) Kompeten (8-9) Sangat Kompeten (10)

Proses presentasi Peserta didik tidak mampu Peserta didik mampu Peserta didik mampu Peserta didik mampu
hasil mempresentasikan hasil mempresentasikan hasil observasi mempresentasikan hasil observasi mempresentasikan hasil
observasi namun dengan sikap yang kurang dengan sikap yang baik namun observasi dengan sikap yang
baik tidak mampu berdiskusi baik dan mampu berdiskusi

Hasil pencarian Peserta didik mampu Peserta didik mampu Peserta didik mampu Peserta didik mampu
informasi terkait mendapatkan informasi kurang mendapatkan informasi 2 jenis mendapatkan informasi 3 jenis mendapatkan informasi 4 jenis
K3LH dari 2 tentang K3LH K3LH dengan tepat K3LH dengan tepat K3LH dengan tepat

Keterangan :
Siswa yang belum kompeten maka harus mengikuti pembelajaran remediasi.
Siswa yang cukup kompeten diperbolehkan untuk memperbaiki pekerjaannya sehingga mencapai level kompeten
FORM ANALISIS PENERAPAN 5 R DIKEHIDUPAN SEHARI-HARI ATAU
DITEMPAT KERJA

PENERAPAN 5 R Dampak YANG TERJADI

1. Ringkas, merupakan kegiatan


menyingkirkan barang-barang
yang tidak diperlukan sehingga
segala barang yang ada di lokasi
kerja hanya barang yang benar-
benar dibutuhkan dalam
aktivitas kerja

2. Rapi, segala sesuatu harus


diletakkan sesuai posisi yang
ditetapkan sehingga siap
digunakan pada saat diperlukan

3. Resik, merupakan kegiatan


membersihkan peralatan dan
daerah kerja sehingga segala
peralatan kerja tetap terjaga
dalam kondisi yang baik
4. Rawat, merupakan kegiatan
menjaga kebersihan pribadi
sekaligus mematuhi tahap
sebelumnya (3 S/ 3 R)

5. Rajin, pemeliharaan
kedisiplinan pribadi masing-
masing pekerja dalam
menjalankan seluruh tahapan
5S/ 5R

Keterangan : dapat dilakukan melalui respon tertulis oleh masing-masing siswa atau
dituliskan di papan tulis

LEMBAR AKTIVITAS PRAKTIK 2


Carilah sebuah petunjuk PERUSAHAAN ATAU TEMPAT KERJA yang sudah menerapkan 5R,
melalui brosing di internet, jangan lupa link dituliskan
Data sumber Link :

Ringkasan yang kalian peroleh, mengapa perusahaan atau tempat kerja tersebut sudah
menerapkan 5 R
RUBRIK ASESMEN PRESENTASI HASIL AKTIVITAS PRAKTIK 2
INSTRUMEN PENILAIAN: PROSES DAN PRODUK
ASPEK Belum Kompeten (0-6) Cukup Kompeten (6-7) Kompeten (8-9) Sangat Kompeten (10)

Proses presentasi Peserta didik tidak mampu Peserta didik mampu Peserta didik mampu Peserta didik mampu
hasil mempresentasikan hasil mempresentasikan hasil observasi mempresentasikan hasil mempresentasikan hasil
observasi namun dengan sikap yang kurang observasi dengan sikap yang baik observasi dengan sikap yang
baik namun tidak mampu berdiskusi baik dan mampu berdiskusi

ringkasan Peserta didik tidak mampu Peserta didik mampu Peserta didik mampu Peserta didik mampu
menemukan petunjuk 5 R menemukan petunjuk menemukan petunjuk 5R dan menyajikan seluruh petujuk 5
5 R dan memberikan ringkasannya memberikan ringkasannya R lengkap ringkasan rapid an
dilengkapi alasannya alasannya tepat

Keterangan :
Siswa yang belum kompeten maka harus mengikuti pembelajaran remediasi.
Siswa yang cukup kompeten diperbolehkan untuk memperbaiki pekerjaannya sehingga mencapai level kompeten
PEMBELAJARAN REMEDIASI
Siswa melakukan

• Penerapan 5 R
• Membuat uraian penerapan 5 R dikehidupan sehari-hari

Anda mungkin juga menyukai