4. Pada saat volume transaksi sangat tinggi dan proses akuntansi sarat dengan
penggunakan TI, pendekatan audit yang lebih tepat adalah:
Memperbesar porsi pemahaman dan pengujian TI.
Memperbesar porsi pengujian analitis.
5. Berikut ini adalah fungsi-fungsi organisasi (fungsi transaksi) yang secara umum
ada dalam siklus pendapatan:
Fungsi penjualan
Fungsi penagihan
Fungsi otorisasi kredit
Fungsi pengiriman barang
Fungsi penerimaan kas
8. Berikut ini adalah tujuan pemahaman industri dan bisnis dalam audit siklus
pendapatan:
Memahami praktik bisnis (praktik industri) yang bersifat khusus yang harus
dikenali oleh auditor.
Mamahami karakteristik transaksi dan volume transaksi serta dampaknya
terhadap laporan keuangan
Memahami kondisi pertumbuhan industri/bisnis serta dampaknya terhadap
laporan keuangan
Memahami potensi kesalahan (error) maupun kecurangan (fraud) serta
dampaknya terhadap laporan keuangan
10. Nama risiko audit yang disebabkan oleh kesalahan kesimpulan audit berdasarkan
uji analitis disebut RISIKO ANALITIS
11. Tujuan pengukuran tingkat risiko dalam pelaksanaan audit, baik risiko bawaan
maupun risiko pengendalian adalah:
Untuk menentukan sifat, saat, dan luas audit
12. Berikut ini transaksi-transaksi yang menjadi objek audit siklus pendapatan:
Penjualan kredit
Pencadangan kerugian piutang
Penjualan tunai
Pelunasan piutang
Penghapusan piutang
Pelunasan kembali piutang yang telah dihapus.
Penjualan piutang
Konversi piutang dagang ke piutang wesel
Penyesuaian penjualan (retur dan potongan penjualan)
13. Risiko yang berhubungan dengan transaksi siklus pendapatan antara lain adalah
sebagai berikut:
Kesalahan pisah batas transaksi, dalam kasus FOB shipping
point/destination
Tidak dilakukan penagihan/pengiriman faktur penjualan atas barang yang
dijual.
14. Pengujian asersi “hak dan kewajiban” atas saldo akun piutang dilakukan
melalui:
Pengujian ketepatan periode pencatatan transaksi atau pengujian pisah
batas (cut-off) transaksi. H/K
15. Untuk menguji asersi “eksistensi atau terjadinya” saldo piutang dagang, langkah
yang ditempuh auditor antara lain:
Mengirim surat konfirmasi piutang ke sejumlah debitur yang dipilih
16. Berikut ini adalah pengujian asersi “penilaian atau alokasi” untuk transaksi siklus
pendapatan:
Jumlah kerugian piutang dihitung dan dibukukan dengan tepat. P/A
17. Dalam audit transaksi penjualan kredit dapat diyakini bahwa sistem pengendalian
yang ada cukup terpercaya, maka teknik audit yang sebaiknya ditempuh
adalah:
Memfokuskan audit terhadap sistem pengendalian transaksi demi efisiensi
pelaksanaan audit (pendekatan pengujian SPI).
18. Dalam jawaban konfirmasi piutang debitur tidak mengakui piutang dagang
sebesar Rp10.000.000,00, karena piutang tersebut berhubungan dengan
pembelian yang telah mereka kembalikan karena barang tidak sesuai
pesanan. Setelah diusut diperoleh bukti bahwa pernyataan debitur tersebut
adalah benar. Usulan jurnal penyesuaian atas temuan ini adalah:
Debit: Retur Penjualan, Kredit: Piutang Dagang, masing-masing
Rp10.000.000,00
20. Dalam audit kerugian piutang Jumlah kerugian piutang menurut klien
Rp40.000.000,00, dan saldo cadangan kerugian piutang awal sebesar
Rp30.000.000,00 (kredit). Berdasarkan hasil audit, jumlah cadangan kerugian
Seharusnya:
Cadangan kerugian piutang awal (kredit) 30.000.000
Kerugian piutang 10.000.000
Cadangan kerugian piutang akhir (kredit) 40.000.000
Koreksi auditor:
Kerugian piutang (debit) 40.000.000
Penyesuaian (kredit) 30.000.000
Kerugian piutang (debit) 10.000.000
Cadangan kerugian piutang akhir (kredit) 70.000.000
Penyesuaian (debit) 30.000.000
Cadangan kerugian piutang akhir (kredit) 40.000.000
Usulan penyesuaian:
Debit: CKP, Kredit: Kerugian Piutang, masing-masing Rp30.000.000,00
23. Berikut ini beberapa dokumen atau bukti transaksi yang sering digunakan dalam
pelaksanaan transaksi penjualan kredit:
Pesanan pelanggan
Faktur penjualan
Pesanan pelanggan diotorisasi
Bukti pengiriman barang
Halaman 4 dari 10 halaman
Bukti pelunasan piutang
Memo retur penjualan
Memo potongan tunai
Memo pencadangan kerugian piutang
Memo penghapusan piutang
Memo pelunasan kembali piutang yang telah dihapus
24. Berikut ini adalah potensi kesalahan dalam pelaksanaan transaksi penjualan
kredit:
Penjualan dilakukan tanpa persetujuan kredit.
Barang dikeluarkan dari gudang untuk pesanan yang tidak
disetujui/diotorisasi.
Barang yang dikirim tidak sesuai dengan pesanan.
Terjadi duplikasi penagihan.
Kesalahan pencatatan nilai transaksi
Kesalahan posting jurnal penjualan
Kesalahan pengukuran kerugian piutang
Kesalahan pencadangan kerugian piutang
Dst……
26. Berikut ini beberapa potensi kesalahan dalam transaksi penerimaan kas:
Hasil penjualan tunai tidak dibukukan
Uang tunai dan cek tidak sesuai dengan daftar perhitungan penerimaan
kas
Terjadi kesalahan di dalam rekonsiliasi bank
Penerimaan kas harian tidak disetorkan ke bank secara penuh
28. Tujuan prosedur analitis dalam audit akun piutang adalah sebagai berikut:
Menguji asersi eksistensi atau terjadinya piutang dagang
Menguji asersi kelengkapan piutang dagang
Menguji asersi penilaian atau alokasi piutang dagang
Menguji kewajaran saldo piutang
29. Berikut ini adalah prosedur audit untuk melakukan “pengujian transaksi” piutang
dagang:
Penelusuran atas sampel catatan piutang ke dokumen pendukungnya
Penelusuran debit piutang dagang ke faktur penjualan dan dokumen
pendukungnya
Penelusuran kredit piutang dagang ke bukti pembayaran dan dokumen
pendukungnya serta bukti otorisasi transaksi penyesuaian penjualan
Pengujian ketepatan pisah batas (cut-off) transaksi penjualan dan
penyesuaian penjualan
31. Jika konfirmasi piutang bentuk positif ternyata tidak dijawab, maka prosedur
alternatif yang ditempuh adalah sebagai berikut:
Memeriksa transaksi penerimaan kas setelah tanggal neraca.
Menelusur debit piutang dagang ke dokumen pendukungnya
Menelusur kredit piutang dagang ke bukti pembayaran piutang
Menelusur kredit piutang dagang ke memo retur penjualan
Menelusur kredit piutang dagang ke memo penghapusan piutang
35. Dalam audit saldo utang dagang dan transaksinya, dengan volume transaksi
relatif besar, pendekatan audit yang lebih layak untuk digunakan adalah:
Pendekatan risiko pengendalian rendah (lower assessed level of control
risk)
36. Dalam setiap pelaksanaan audit, prosedur vouching dan tracing hampir tidak
mungkin ditinggalkan, oleh sebab itu pemahaman terhadap bukti transaksi
(dokumen transaksi) dan dokumen pembukuan menjadi penting. Bukti-bukti
transaksi yang umum digunakan dalam transaksi pembelian adalah sebagai
berikut:
Permintaan pembelian
Voucher
Pesanan pembelian
Faktur pembelian
Bukti pengeluaran kas (CDV = Cash Disbursement Voucher)
37. Berikut ini berbagai potensi kesalahan dalam transaksi pembelian barang
dagangan:
Pembelian dilakukan tanpa otorisasi.
Diakui dan dicatat tagihan atas pembelian barang yang tidak dipesan.
Kesalahan pisah batas (cut-off) transaksi pembelian.
Dibuat voucher untuk barang yang tidak dibeli, tidak diterima, atau
terjadi kesalahan pembuatan voucher.
38. Pada saat melakukan pengujian Utang Dagang, auditor harus memperhatikan
kemungkinan sebagai berikut:
Pembelian dengan syarat FOB Shipping Point tidak dicatat karena barang
belum diterima.
39. Dalam audit utang dagang, ditemukan saldo akun utang dagang terlampau
rendah Rp40.000.000,00, karena adanya transaksi pembelian dengan syarat
FOB Shipping Point, yang pada akhir tahun barang belum diterima. Usulan
jurnal penyesuaian atas temuan ini adalah:
Halaman 7 dari 10 halaman
Debit: Persediaan Barang Dagangan, Kredit: Utang Dagang, masing-
masing Rp40.000.000,00
40. Dalam audit akun utang dagang, ditemukan kesalalahan utang dilaporkan
terlampau rendah Rp40.000.000,00. Temuan kesalahan ini dipandang
sebagai kesalahan material. Langkah yang ditempuh auditor adalah:
Melakukan tambahan pengujian audit untuk memastikan kewajaran
saldo akun utang dagang dan akun-akun lain yang terpengaruh, untuk
memastikan kewajaran pelaporan utang dagang.
42. Berikut ini adalah alternatif prosedur “pengujian saldo utang dagang”:
Konfirmasi utang dan rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi dengan
laporan bulanan dari pemasok.
43. Salah satu prosedur audit untuk menguji kemungkinan adanya utang yang tidak
dicatat adalah sebagai berikut:
Memeriksa pembayaran utang yang terjadi satu minggu setelah tanggal
neraca.
44. Alternatif prosedur audit untuk menguji ketepatan pisah batas “transaksi pembelian”
adalah:
Menguji kesesuaian tanggal pencatatan transaksi dengan syarat pembelian (FOB Shipping
Point/Destination), serta laporan penerimaan barang.
45. Berikut ini adalah potensi kesalahan dalam akun Gaji dan Upah:
Terdapat gaji fiktif untuk karyawan yang telah keluar atau telah
meninggal, terutama pada perusahaan dengan jumlah karyawan yang
sangat banyak.
Terdapat kesalahan perhitungan gaji, utamanya untuk gaji yang
dikaitkan dengan produktifitas karyawan.
Terdapat kesalahan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak
atas gaji.
Terdapat kesalahan pisah batas (cut-off) pengakuan atas beban gaji
atau utang gaji.
46. Jumlah gaji antar periode biasanya sama, prosedur perhitungan dan pembayaran
gaji secara umum telah distandarisasikan dengan sangat baik, maka
pendekatan audit yang sebaiknya digunakan adalah:
Pendekatan risiko pengendalian rendah (the lower assessed level of
control risk approach), yaitu pengujian audit yang lebih menekankan
pada pengujian efektifitas sistem pengendalian internal.
48. Berikut ini prosedur analitis yang bisa ditempuh untuk menguji saldo gaji:
Membandingkan beban gaji dengan beban gaji tahun lalu serta beban gaji
menurut anggaran
Membandingkan utang gaji dengan utang gaji tahun sebelumnya
Membandingkan rasio beban gaji-penjualan dengan rasio tahun
sebelumnya
Menguji rasio pajak atas gaji dengan rasio tahun sebelumnya
49. Dalam audit beban gaji dan upah, ditemukan kesalahan penginputan beban gaji
dan upah dari jumlah yang seharusnya Rp15.000.000,00 menjadi
Rp10.000.000,00, Gaji dan Upah tersebut telah dibayarkan tunai dengan
jumlah yang benar. Usulan penyesuaian atas temuan ini adalah:
Debit: Beban Gaji dan Upah, Kredit: Kas, masing-masing
Rp5.000.000,00
50. Pengujian ketepatan pisah batas (cut-off) beban gaji dan upah adalah:
Menguji ketepatan pengakuan beban gaji dan upah pada akhir periode
akuntansi, misalnya tentang kemungkinan adanya utang gaji dan upah.