Anda di halaman 1dari 13

‫‪PENGURUS CABANG NAHDLATUL ULAMA‬‬

‫‪LEMBAGA DAKWAH NAHDLATUL‬‬


‫‪ULAMA LDNU KABUPATEN‬‬
‫‪KEDIRI‬‬
‫‪Sekertariat: Jl. Imam Bonjol 38 Kediri 64122‬‬
‫=============================================================================‬
‫‪Keutamaan dan Adab‬‬
‫‪Berziarah ke Makam‬‬
‫وسلم عليه اهلل صلى ‪Nabi‬‬

‫‪Khutbah I‬‬
‫ول ْع َدنان‪،‬‬ ‫ى‬ ‫وال صل‪2‬ا ة و‪َ 2‬الس ع ل‬ ‫َ‬
‫الحمد الم هل‬
‫س‬ ‫ك‬
‫َ‬
‫َ هد‬ ‫َ‪َ 2‬‬ ‫الديَا َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫د د‬
‫ا لل وحده‬ ‫عي م هر ا‪2‬لز مان ‪ ،‬وأشهد أ‬ ‫وتاب‬ ‫ح‬
‫َا‬
‫َ َ ل‬ ‫ْ على‬ ‫ه‬ ‫وعلْ‬
‫لهَ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‪2َ 2‬‬ ‫َ‬ ‫ه‬ ‫هآ َ َ‬
‫ص‬
‫أن س‬ ‫جسمي وا ج والزمان والمكان‪ ،‬وأشهد‬ ‫شريك له المنـزه عن‬
‫ه يد ن ا‬ ‫ال‬
‫ة ل ة‬ ‫َ‬
‫رآن‪،‬‬
‫مح‪2‬مدا ع‪2‬ب ورسول ه ي كا خ ه‬
‫د ه الذ ن ل الق‬ ‫َ‬
‫ق‬
‫َ‬
‫ن‪،‬‬ ‫ب َتق وى لل ا‬ ‫ص‬ ‫ْ‬
‫و‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ال‬ ‫ب‬ ‫ع‬ ‫ع‬ ‫أما‬
‫ْ‬ ‫ه‪2‬‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫ف‬ ‫‪،‬‬‫ن‬
‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ه‬
‫م‬
‫َ الق ائه‪2‬ل‬ ‫ن َف‬ ‫ي‬ ‫د‪ ،‬ا ر د ْ‬
‫ن‬ ‫سي‬ ‫َ‬
‫َ‪2‬‬ ‫ي أو حم‬ ‫ْب‬
‫َ‬
‫ظلموا‬ ‫ذ هم‬ ‫ا ن ن و أ ول ‪ 2‬لل‬ ‫لا لي طاع به هإ ذ‬ ‫ر‬ ‫سول‬
‫‪1‬‬ ‫َ‬
َ :‫ن‬ َ ‫هف‬ ‫ي‬
‫وما أ من رسلنا‬ ‫ر آ لق ا ه‬ ‫كتابه‬
َ
‫ رحيم‬2ً 2َ َ ‫أنف سه جاء ك س غفروا َ واس‬
‫ا‬ ‫ا‬ ‫ب‬‫ا‬ ‫و‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫و‬‫د‬ ‫ج‬ ‫و‬‫ل‬ ‫ل‬ ‫و‬‫س‬ ‫ر‬‫ل‬‫ا‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫فر‬
‫غ‬
‫ا ل‬ ‫م‬ ‫ا ل ت‬ َ ‫و فا‬ ‫م‬
‫ت‬
‫ل‬ ‫ل‬
46) :‫(النساء‬
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Takwa adalah sebaik-baik bekal untuk meraih kebahagiaan
abadi di akhirat. Oleh karena itu, khatib mengawali khutbah yang
singkat ini dengan wasiat takwa. Marilah kita semua selalu
meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan
melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan segenap
larangan.
Saudara-saudara seiman,
Salah satu amaliah yang hampir pasti dilakukan oleh setiap
calon jamaah haji dan umrah adalah berziarah ke makam makhluk
yang paling dicintai Allah subhanahu wata’ala, yaitu baginda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Berziarah ke makam Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam adalah amalan sunnah yang mendekatkan
diri kita kepada Allah ta’ala. Ia

2
bukanlah bid’ah yang sesat, baik bagi penduduk Madinah ataupun
bagi orang yang jauh dari Madinah. Perjalanan dari tempat yang jauh
menuju Kota Madinah dengan niat berziarah ke Makam Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bukanlah perjalanan maksiat seperti
diklaim sebagian kalangan. Untuk lebih jelasnya, kita simak khutbah
Jumat siang ini dengan tema “Keutamaan dan Adab Berziarah ke
Makam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam”.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Surat an-Nisa’: 64 yang kami baca di awal khutbah menjelaskan
kepada kita bahwa orang yang menzalimi dirinya dengan melakukan
kemusyrikan, kekufuran atau dosa apa pun di bawah kekufuran dan
syirik, kemudian mendatangi Rasulullah dalam keadaan bertaubat
dan memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang telah
dilakukannya, maka sungguh Allah akan menerima taubatnya dan
menghapus dosanya. Firman Allah yang artinya: “mereka datang
kepadamu” adalah ditujukan (khithab) kepada Nabi. “Mendatangi
Nabi” yang dimaksud dalam ayat tersebut tidak terbatas pada saat
beliau masih hidup namun mencakup juga mendatangi Nabi setelah
beliau meninggal dunia atau berziarah ke makam Nabi.
Imam an-Nawawi dalam al-Idhah fi Manasik al-Hajj wa
al-‘Umrah
meriwayatkan bahwa ada seorang Arab pedalaman datang ke makam
Na i h u ‘alaihi dan berucap:
b shallalla ْ َ َ ْ َ َ
‫ ولو أنهم ذ ظلموا أنفسهم َ جاءو‬:‫السلامَْ علي ك يا رسول ل قال ا لل تعالى‬
‫ك‬ َ
‫ْا ل‬
َ
َ
،
‫) وق‬46 :‫ا رحيما (النساء‬2ً‫فا ْستَغفر وا َ وا ْسَتغفر ل ه الرسول لو جدوا لل تواب‬
‫د‬ َ ْ ‫ل‬ َ َ
‫ا‬ 2َ ‫ا‬
‫م‬ ‫ل‬
ْ
2‫ظلم ت نفسي وجئت مستَغ فر من ذن هبي‬
‫ا‬ ‫ك‬
“Salam untukmu, Wahai Utusan Allah. Allah ta’ala berfirman yang
maknanya: “Sesungguhnya jikalau mereka ketika menzalimi dirinya
datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul
3
pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka
mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS.
an-Nisa’: 64). Maka aku telah menzalimi diriku dan aku mendatangimu
dalam keadaan memohon ampun atas dosa-dosaku kepada Tuhanku.”
Lalu orang Arab pedalaman itu berlalu. Saat kejadian itu ada
seseorang di dekat makam Nabi yang mendengar perkataan orang
Arab pedalaman tersebut. Orang ini tertidur setelah Arab pedalaman
itu pergi.

4
Dalam mimpinya, ia melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
datang
dan berkata kepadanya:
2َ َ ‫ل‬ 2ْ َ
‫قد غفر ل ك‬ ‫أدرك الأ عراب‬
‫و‬
‫ا لل‬ ‫ل ه‬ ‫ي‬
‫ق‬
“Susullah orang Arab pedalaman itu dan katakan kepadanya, Allah telah
mengampuni dosa-dosamu.”
Saudara-saudaraku para pecinta Rasulullah,
Dengan demikian, orang yang pergi menyengaja menuju makam
Nabi shallallau ‘alaihi wasallam dengan tujuan berziarah, mengucapkan
salam kepadanya, bertawassul dan bertabarruk (mencari berkah)
dengannya, maka hal itu adalah kebaikan yang bernilai pahala.
Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari Malik ad-Dar yang
merupakan bendahara ‘Umar bin Khatthab bahwa seorang sahabat
yang bernama Bilal bin Harits al-Muzani menyengaja mendatangi
makam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di masa pemerintahan
Sayyidina ‘Umar
radhiyallahu ‘anhu dan
berkata: ‫َ د‬ ‫ك‬ َ 2َ
‫ك‬ ‫كف‬ ‫يا أ هلل‬
َ
‫هل وا‬ َ ‫ه أم ت‬ َ
‫هإ‬ ‫ا ل رسو ر‬
‫نه م‬
‫د‬
“Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah untuk keselamatan
ummatmu, karena mereka benar-benar binasa (karena lama tidak
turun hujan).” Maka Rasulullah mendatanginya dalam mimpi dan
berkata kepadanya: “Akan diturunkan hujan untuk mereka.” Ketika
bangun tidur, ia mendatangi Sayyidina ‘Umar lalu memberitahukan
kepadanya, maka ‘Umar pun menangis.
Hadits ini dinilai shahih oleh para ulama hadits.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
S edangka n sabda Nabi u ‘alaihi wasallam:
ْ
shallallah
َ َ َ
‫والمسجد الأقصى‬ ‫هم الحرا‬ ‫المسجد‬ ‫ثلاث‬ ‫إلى ساجد ة‬
‫م‬
5
‫هإلا‬ ‫الرح‬ ‫ال‬
َ
‫ل ا ت شد‬
َ ‫ومس جد هذا‬
‫ي‬
“Tidaklah dianjurkan melakukan perjalanan kecuali ke tiga masjid: Masjidil
Haram, Masjidil Aqsha dan Masjidku (Masjid Nabawi)”
Hadits ini sama sekali tidak mengharamkan perjalanan dengan
tujuan berziarah ke Makam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Tidak ada
seorang pun ulama muktabar yang memahami seperti itu. Makna
hadits tersebut bahwa kita tidak perlu melakukan perjalanan ke
sebuah masjid dalam rangka melakukan shalat di sana kecuali
masjid yang dituju adalah

6
salah satu dari tiga masjid tersebut, karena shalat tidak dilipatgandakan
pahalanya di masjid mana pun kecuali di salah satu dari tiga masjid itu.
Pahala shalat di Masjidil Haram dilipatgandakan sebanyak 100.000 kali
lipat. Di Masjid Nabawi sebanyak 1000 kali lipat. Dan di Masjidil Aqsha
sebanyak 500 kali lipat. Adapun shalat di masjid-masjid yang lain,
di daerah manapun, pahalanya sama.
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Talkhish al-Habir
mengutip dari sebagian ulama yang menegaskan bahwa tiga masjid
tersebut sebetulnya sama dengan masjid-masjid yang lain dalam
statusnya sebagai masjid. Tidak ada yang membuat ketiganya
berbeda dan istimewa dari masjid-masjid yang lain sehingga dianjurkan
untuk bepergian ke sana dan berkunjung ke sana untuk beribadah di
dalamnya kecuali karena masjid- masjid tersebut adalah bangunan
para nabi, pusat-pusat dakwah mereka dan tempat yang paling
sering digunakan oleh mereka untuk beribadah dan membimbing
ummat. Jika berkunjung ke masjid-masjid tersebut dianjurkan
berdasarkan hadits ini, maka mengunjungi para nabi yang
membangunnya dan beribadah serta berdakwah di sana lebih
dianjurkan dan lebih layak dilakukan perjalanan ke sana. Ini adalah
pengambilan dalil dengan mafhum al-aula seperti ditegaskan oleh
para ulama ushul fikih.
Pemahaman dan penafsiran seperti ini sangat terang benderang
bagi orang yang Allah terangi hatinya. Sedangkan orang yang
memahami dari hadits ini larangan untuk melakukan perjalanan
dalam rangka berziarah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
atau ziarah kubur secara umum, maka ia telah terjatuh ke dalam
kesalahpahaman yang parah.
Pemahaman tersebut berdasarkan hadits lain riwayat Imam
Ahmad
yang d ja tn y a sebagai berikut:
era ْ hasan
َ َ
ْ ‫م‬
‫ط تشد‬
َ
‫فيه الصلاة غير المسجد‬ ‫جد يـبتغى‬ ‫حا هإلى‬ ‫ينبغ‬
‫س‬ َ ‫َلم يأن‬
2‫له‬
َ ‫َهر‬ ‫ي‬
7
‫َ‬
‫لا‬
‫جدي هذا (رواه أحمد وحسنه الحافظ ابن حج ْر‬ ‫جد الأقصى‬ ‫الح ه والم‬
‫ومس‬ ‫م س‬
‫را‬
‫والهيثمي)‬

‫‪8‬‬
Maknanya: “Tidak selayaknya bepergian jauh ke sebuah masjid
untuk tujuan shalat di sana selain ke Masjidil Haram, Masjidil Aqsha
dan Masjidku ini” (HR. Ahmad dan dihasankan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar
dan al-Hafizh al Haytsami)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Setelah penjelasan ini, tampak nyata bagi kita bahwa berziarah
ke makam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah salah satu
bentuk ketaatan kepada Allah yang sangat agung dan hal ini tidaklah
diingkari kecuali oleh orang yang terhalang dan dijauhkan dari
kebaikan. Baginda
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
)‫من زار قبري وجبت له شفاع هتي (رواه الدارقطني‬
Maknanya: “Barang siapa berziarah ke makamku, maka ia akan
mendapatkan syafa’atku.” (HR. ad-Daraquthni)
Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi asall a m juga ber sa bda:
w َ
َ َ َ َ َ َ
)‫من حج فزار قبري بعد وفاتهي فكأنما زار هن ي حياتهي (رواه الطبراني والبيهقي‬
Maknanya: “Orang yang berhaji, lalu berziarah ke makamku
setelah aku meninggal, maka seakan ia telah mengunjungiku saat
aku masih hidup.” (HR. ath-Thabarani dan al-Baihaqi)
Hadirin jamaah shalat Jum’at yang berbahagia,
Di antara perkara yang disunnahkan bagi peziarah agar ia
meniatkan bersamaan dengan ziarah Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, juga niat mendekatkan diri kepada Allah dengan
melakukan perjalanan ke Masjid Nabawi dan mengerjakan shalat di
sana.
Disunnahkan pula bagi peziarah untuk mandi sebelum berziarah
dan memakai pakaian yang paling bersih. Kemudian melakukan
shalat tahiyyatul Masjid di Raudlah atau bagian lain dari Masjid
Nabawi. Lalu hendaklah bersyukur kepada Allah atas nikmat yang
agung ini dan memohon kepada Allah agar menyempurnakan tujuannya
dan menerima ziarahnya. Kemudian ia mendatangi makam Nabi,
menghadap dinding makam, berdiri memandang ke arah bawah
dinding makam yang ada di hadapannya, sambil menahan
pandangannya dalam suasana khidmat dan pengagungan,
mengosongkan hati dari semua urusan duniawi, menghadirkan di hati
keagungan Nabi Muhammad yang ia ziarahi, kemudian mengucapkan
9
salam dan tidak mengeraskan suara, melainkan dengan suara yang
sedang dan berucap:

1
0
َ
َ َ
‫ظلموا أنفسهم ذ‬ َ َ َ 2َ
‫ل يقو ول نهم‬2‫لل ت أن ال‬ ‫ك يا رسو‬ ‫ال سلا عل‬
َ ْ ‫سمع‬ َ
‫ و‬:‫ل‬ ‫لا‬ ‫ي‬ ‫م‬
‫أ‬
46) :‫رحيما (النساء‬ 2َ َ َ
‫ رسو ل ل ت واب‬2‫ال‬ ‫ا لل واستغفر ل ه‬ ‫جاءوك است‬
‫َوجدوا ا م َلل ا‬ ‫غفروا‬
َ 2َ 2ْ َ ْ
‫ْب‬ ‫ه‬ ‫ر‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ك‬ ‫ه‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ع‬ ‫ف‬‫ش‬ ‫ت‬ ‫س‬ ‫م‬ ‫ي‬‫ب‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫ذ‬ ‫ن‬‫م‬ ‫ا‬ ‫ر‬‫ف‬‫غ‬ ‫ت‬‫س‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫ئ‬ ‫ج‬
َ
‫و قد‬
“Salam untukmu, Wahai utusan Allah. Aku telah mendengar Allah
ta’ala berfirman yang maknanya: “Sesungguhnya jikalau mereka
ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun
kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka,
tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.” (QS. an- Nisa’: 64). Maka aku mendatangimu dalam
keadaan memohon ampun atas dosa-dosaku kepada Tuhanku dengan
bertawassul denganmu kepada- Nya.”.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Akhirnya, kita berdoa semoga Allah memuliakan kita dengan
anugerah melihatnya dalam mimpi dan dalam keadaan jaga
menjelang berakhirnya usia kita, memampukan kita berziarah ke
makamnya dan
َ
memperoleh syafaatny a . Amin ya lamin.
ْ ْ
Rabbal ‘A
َ َ
،‫مين‬ ‫ت ي ا رب‬ ‫ي المنا هم وعند‬ ‫زيار و فاعته ورؤيته‬ ‫ا ل ل م ار‬
‫هذا‬ ‫العال‬ ‫مما‬2 ‫ال‬ ‫تش‬ ْ َ
َ َْ َ
َ ‫ه‬
. ‫وأستغ فر الل لي ولكم‬

Khu tba
II
َ h َ ْ
‫ه‬ ‫م‬ ‫د ال‬
‫آ‬ ‫وعل هه ى ل‬ ‫ ف‬،‫ى‬ ‫ص ط‬
َ َ 1 َ ََ
1
‫س هي م م ا‬
‫هد‬
‫م‬ ‫وأس‬ ‫َ‬
‫ي‬ ‫ى وأص‬ ‫ح م د ا هلل‬
‫َ‬ ‫َ َ‬‫ل‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫لَ‬ ‫َ‬
‫َ ن‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫وكف‬
‫وأصحابه ه ل الوفا ‪ .‬أ‪2‬شهد له إهلا الل وحده لا ريك له‪ ،‬وأشهد أن س‬
‫ه يد ن ا‬ ‫ش‬ ‫أ ن لا‬ ‫َأه‬
‫محمدا عب د ورسوله‪.‬‬

‫ه‬
‫ْ‬ ‫أ‬
‫ي َو لل ي ا لع ظي‬ ‫كم و‬ ‫أم ا بعد‪ ،‬ي ف ها ا سلم ن‪ ،‬أ ص‬
‫ال عل‬ ‫َ‬ ‫و ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ْ ه‬ ‫به ت ى ا‬ ‫نفس‬ ‫ي‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ي‬
‫َ‬
‫َق‬
‫َ‬
‫ْ‬
‫و سلا عل‪ 2‬ه ه ري‬ ‫ه‬ ‫ر‬‫م‬‫أ‬ ‫ظ‬ ‫ع‬ ‫لل أ‬ ‫َ ع م أن ا‬
‫ال هم ى ي الك َ‬ ‫به‪2‬أم يْ م‪ ،‬ك به‪2‬ال َ‬ ‫مَرك‬
‫َ‬ ‫وا‬
‫م صلا‬ ‫ر‪ 2‬م‬ ‫وا‬
‫ه‬ ‫َل‬
‫ه‬ ‫َ‬
‫م‬
‫ب‬
‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫صل ع‬ ‫َي‪2‬اَ أيها الذي آ من‬ ‫عل الن‬ ‫صل‬ ‫كت‬ ‫م‬ ‫فقا ل‪:‬‬
‫ْ‪2‬‬ ‫ي‬ ‫ون‬
‫وا ن وا ل‪2‬ي ‪2‬ه‬ ‫ى هب‬ ‫هي َ‬ ‫إه‪ 2‬ن َ‬
‫‪،‬‬ ‫لو‬
‫ا‬
‫ْ‪2‬‬ ‫عل ه دن محم وعلى آ‪2‬ل‪ 2‬ه دن‬
‫َصليت‬ ‫محمد‬ ‫وس موا سل‪2‬ي ما‪ ،‬ص‬
‫كما‬ ‫ي ا‬ ‫د‬ ‫ى ي ا‬
‫اللهم ل‬ ‫ه َل ت‬
‫س‬ ‫س‬
‫وعلى آل‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ْ‪ 2‬ه‬
‫عل دن محم‬ ‫على ه دن برا ْ‪ 2‬وعلى آل ه‬
‫د‬ ‫ى ه‬ ‫ْ‪َ 2‬‬
‫ي ا‬ ‫ي ‪2‬م بارك‬ ‫ْ‪2‬‬ ‫ي ‪2‬م‬ ‫ي ا‬
‫ي هإبرا‬
‫س‬ ‫َ‬
‫س دن ا‬ ‫س‬

‫‪1‬‬
‫‪2‬‬
‫م‪،‬‬ ‫َ‬
‫دن بْ‪2‬را ه ي‬ ‫ْ‪2‬‬
‫س دن محم كم بَ‪2‬ا ر عل ه دن برا ه‬
‫وعلى آل ه‬ ‫ْ‪2‬‬ ‫د ا ْ‬
‫ي‬ ‫يس ا‬ ‫ي ‪2‬م‬ ‫ي‬
‫كت ى َ‪ 2‬س ا‬ ‫هي ا‬
‫ْ‪2‬‬ ‫هم الدل‪.‬‬
‫ت والْ هنين‬
‫ْ سلما‬ ‫اغفر له‪2‬ل‬ ‫ال همي َ ك حمي مج ْ َ‬
‫سلمي ‪ 2‬وال‬ ‫ن ْ‬
‫م‬ ‫ْ‬
‫مؤ‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫د‬ ‫ن‬
‫م‬ ‫َ‬
‫ْ‬
‫ْ‪ 2‬عال‬
‫ْ‪َ َ 2‬‬ ‫َ ََ‬ ‫ْ‪2‬‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫موات‪ ،‬ادفع عن ال ‪2‬بلاء وا وال و ب َاء‬ ‫وال منا ال ‪2‬أحياء منه وال ‪2‬‬
‫غ الء‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫امهلل‬ ‫م أ‬ ‫مؤ ت‬
‫ما ظهر‬ ‫ْ‬ ‫ْ‪2‬‬ ‫َْ‬ ‫ْ‪2‬‬
‫ْ‪2‬‬ ‫وال‬ ‫وال ‪2‬شدائهد‬ ‫وف ا ل‬ ‫ل بغي‬ ‫وال ‪2‬ف حشا‬
‫من ه ا‬ ‫ل فة‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ء‬
‫همحن‬ ‫مخت سي‬ ‫وال وا‬ ‫منكر‬
‫‪،‬‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‪2‬‬ ‫ْ‪2‬‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫من بَ‪2‬لد َنا خاص ب لدان ال مسلميْ‪2‬ن عامة‪ ،‬ن ك على ك هل‬ ‫طن‬ ‫ب‬ ‫ما‬ ‫و‬
‫شيء‬ ‫ومن‬ ‫ة‬ ‫هذا‬ ‫َقديْ‪2‬ر ‪،‬‬
‫ْ‬
‫َ ْ‪2‬‬ ‫َ‬
‫و ينهى عن‬ ‫وال َ و هإ يتاء ذي ا‬ ‫يأمر‬
‫َ‬
‫لل‪ ،‬إن‬
‫َ‬
‫عبا‬
‫ل حسان‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫د‬
‫قرب‬ ‫َ َ‬ ‫به ا ل‬
‫ع دل‬
‫ْ‪2‬‬ ‫وال‪ 2‬بَ َ‪2‬‬
‫كم َتذكرون‪ .‬روا الل العظيم‬ ‫كم‬ ‫ي عظ‬
‫ْ‪2‬‬
‫ال ْ ف شا وا منك‪2‬‬
‫ل ‪2‬عل‬ ‫َ‬ ‫ء‬ ‫ْح‬
‫فاذك‬ ‫ْ ر‬

‫َ‬ ‫َ‪2‬‬
‫لل أكبر‪.‬‬ ‫كم‬ ‫يذكر‬
‫ول ‪2‬ذكر ا‬
‫‪Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa‬‬
‫‪Timur, Ketua Komite Dakwah Khusus MUI Kab. Mojokerto dan Dosen‬‬
‫‪STAI Al- Azhar, Gresik‬‬

‫‪1‬‬
‫‪3‬‬

Anda mungkin juga menyukai