Anda di halaman 1dari 3

Endapan Porfiri Grasberg

Tambang Grasberg adalah tambang emas terbesar di dunia dan tambang tembaga ketiga terbesar di
dunia. Tubuh-tubuh bijih terdapat pada dan di sekitar dua tubuh-tubuh instrusi utama batuan beku
yaitu monzodiorit Grasberg dan diorit Ertsberg. Batuan-batuan induk untuk tubuh-tubuh bijih
tersebut terdiri dari batuan-batuan karbonatan maupun klastik yang diterobos oleh batuan beku
berkomposisi monzonitik dan dioritik yang membentuk punggungan bukit dan sisi atas rangkaian
Pegunungan Sudirman.

Fase magmatisme tertua terdiri dari terobosan gabroik sampai dioritik, diperkirakan berumur
Oligosen dan terdapat dalam lingkungan metamorfik Derewo. Fase kedua magmatisme berupa diorit
berkomposisi alkalin terlokalisir dalam Kelompok Kembelangan pada sisi selatan Patahan orogenesa
Melanesia Derewo yang berumur Miosen akhir sampai Miosen awal. Magmatisme termuda dan
terpenting berupa instrusi dioritik sampai monzonitik yang dikontrol oleh suatu patahan yang aktif
mulai Pliosen Tengah sampai kini. Batuan-batuan intrusi tersebut menerobos hingga mencapai
Kelompok batugamping New Guinea, dimana endapan porphiri Cu-Au dapat terbentuk seperti
Tembagapura dan OK Tedi di Papua Nugini.

Tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik yang terus berlangsung hingga sekarang
menyebabkan deformasi batuan dalam cekungan molase.

Batuan terobosan di Tembagapura berumur 3 juta tahun, sedangkan batuan terobosan OK Tedi
berumur Pliosen akhir pada kisaran 2,6 sampai 1,1 juta tahun. Selama Pliosen jalur lipatan papua
dipengaruhi oleh tipe magma 1, suatu tipe magma yang kaya akan komposisi potasium kalk alkali
yang menjadi sumber mineralisasi Cu-Au yang bernilai ekonomi di Ersberg dan Ok Tedi.

Menurut Smith (1990), sebagai akibat benturan lempeng Australia dan Pasifik adalah terjadinya
penerobosan batuan beku dengan komposisi sedang kedalam batuan sedimen diatasnya yang
sebelumnya telah mengalami patahan dan perlipatan. Hasil penerobosan itu selanjutnya mengubah
batuan sedimen dan mineralisasi dengan tembaga yang berasosiasi dengan emas dan perak.
Tempat-tempat konsentrasi cebakan logam yang berkadar tinggi diperkirakan terdapat pada lajur
Pegunungan Tengah Papua mulai dari komplek Tembagapura (Erstberg, Grasberg , DOM, Mata
Kucing, dll), Setakwa, Mamoa, Wabu, Komopa, memungkinkan terdapatnya logam emas dalam
bentuk nugget.

Endapan Mineral Grassberg

Tubuh-tubuh bijih terdapat pada dan di sekitar dua tubuh instrusi utama batuan beku yaitu
monzodiorit Grasberg dan diorit Ertsberg. Batuan-batuan induk untuk tubuh bijih tersebut terdiri
dari batuan karbonatan maupun klastik yang diterobos oleh batuan beku berkomposisi monzonitik
dan dioritik yang membentuk punggungan bukit dan sisi atas rangkaian Pegunungan Sudirman.
Tubuh-tubuh bijih Grasberg dan ESZ, terdapat pada batuan beku sebagai batuan induk, hadir dalam
bentuk urat-urat (vein stockworks) dan diseminasi sulfida tembaga yang didominasi oleh mineral
chalcopirit dan sejumlah kecil berupa bornit. Tubuh-tubuh bijih yang berinduk pada batuan sedimen
terjadi pada batuan ubahan skarn yang kaya akan unsur magnetit dan magnesium serta kalsium,
yang mana lokasi keterdapatannya dan orientasinya sangat dikontrol oleh patahan-patahan besar
(major faults) dan oleh komposisi kimia batuan-batuan karbonat di sekitar tubuh-tubuh instrusi
tersebut. Mineralisasi tembaga pada batuan ubahan skarntersebut didominasi oleh mineral
chalcopirit, akan tetapi konsentrasi setempat dari mineral sulfida bornit yang cukup banyak juga
kadang terjadi. Mineral emas terdapat secara merata disemua tubuh bijih dalam jumlah yang
beragam. Di beberapa tempat konsentrasinya cukup banyak, kehadirannya jarang bisa dilihat
dengan mata telanjang. Konsentrasi emas tersebut lazim terjadi sebagai inklusi di dalam mineral
sulfida tembaga, sedangkan pada beberapa tubuh bijih konsentrasi emas berkaitan erat dengan
keterdapatan mineral pirit.

Pada penelitian endapan bijih di daerah Grasberg Tembagapura Irian Jaya yang didasarkan pada
analisa petrografi dan mikroskopi bijih menunjukan bahwa endapan bijih yang terbentuk menyebar
dan mengisi rongga batuan berupa jalinan urat kuarsa membentuk struktur stockwork. Mineralisasi
terutama terbentuk pada batuan induk diorit dengan zonasi ubahan kuarsa – K felspar - biotit
(ubahan potasik), epidot-karbonat-serisit (ubahan propilitik) dan gipsum-anhidrit ( ubahan argilik).
Paragenesa mineral bijih terdiri dari magnetik, hematit, arsenopirit, sfalerit, pirit, emas,kalkopirit,
digenit, bornit, kalkosit dan kovelit dengan kadar yang berkurang dari bagian tengah ke arah luar
dari bor inti. Atas dasar asosiasi mineral tekstur dan struktur bijih serta zonasi ubahan dan data
literatur diperkirakan endapan bijih di daerah tersebut merupakan endapan bijih tipe tembaga
porfiri yang membawa emas yang terjadi karena pengaruh larutan hidrotermal.

Cebakan porfiri Cu-Au memiliki dimensi besar dengan kadar relatif rendah sehingga penambangan
dilakukan secara open pit atas dasar pertimbangan keekonomian. Penambangan bijih dilakukan
dengan sistem berjenjang dengan pengelupasan lapisan penutup yang ditujukan agar dapat
menahan batuan yang berhamburan saat ada peledakan serta bisa menyediakan ruang gerak yang
memadai utuk excavator dan unit pemuat. Penambangan dilakukan dengan cara menggali dan
memindahkan material dalam jumlah besar, teknologi yang digunakan juga berteknologi tinggi dan
berdaya angkut besar sehingga diperlukan lahan untuk penampungan bijih, limbah tambang, serta
ampas pengolahan berupa cebakan yang berdimensi sangat besar dengan kedalaman penambangan
disesuaikan dengan sebaran bijih ekonomis yang dapat diambil.

Saat ini Grasberg ditambang dengan metode tambang terbuka, namun karena bukaan yang semakin
dalam, sekitar tahun 2015, cara penambangan akan diubah menjadi tambang bawah tanah. Jika
semua terwujud, tambang bawah tanah Grasberg akan menjadi salah satu yang terbesar.

Anda mungkin juga menyukai