Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KELOMPOK DOSEN PEMBIMBING

HUKUM LINGKUNGAN ASRIL, SHI.,SH.MH

PERIZINAN LINGKUNGAN

Disusun Oleh :

Antalya Wellington 11920724114


M. Bani Pratama 11920714411
M. Galih

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

JURUSAN ILMU HUKUM

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Izin lingkungan berdasarkan Pasal 1 angka 35 UU No. 32 Tahun 2009 Tentang
Pengelolaan dan Perlindungan Lingungan Hidup (Selanjutnya disingkat dengan UUPPLH)
adalah “izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/ataukegiatan.”Terjadinya
pencemaran lingkungan tidak lepas dari pembangunan yang berkembang pesat, perindustrian,
asap kendaraan yang semakin meningkat dan mencemari udara serta masyarakat yang tidak
berupaya melindungi dan menjaga kebersihan lingkungan.

Untuk mengurangi pencemaran lingkungan tersebut, selain kesadaran dari masyarakat,


perlu juga dilakukan pengaturan dan pembatasan dalam pembangunan yang mana hal tersebut
dapat dilakukan oleh pemerintah. Oleh karena itu izin lingkungan sangat diperlukan dan perlu
kita diketahui bagaimana system perizinan hukum lingkungan serta factor-faktor yang
menyebabkan dicabutnya Izin tersebut. Berdasarkan pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah
Nomor 27 tahun 2012 tentang izin lingkungan yang mulai diberlakukan sejak tanggal 23
februari 2012 disebutkan bahwa izin lingkungan diberikan kepada setiap orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL-UPL dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai syarat untuk memperoleh izin usaha
dan/atau kegiatan

Pasal 40 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa izin lingkungan merupakan persyaratan
mendapatkan izin usaha dan/atau kegiatan.Dalam hal perizinan, yang berwenang
mengeluarkan izin adalah pejabat pemerintah sesuai dengan kewenangannya untuk memberi
pelayanan umum kepada masyarakat/pelaku usaha yang membutuhkannya.
Adapun fungsi dari perizinan itu sendiri adalah selain dijadikan alat control bagi
pemerintah/instansi pemberi izin, juga dapat dijadikan dasar pemerintah dalam melakukan
pengawasan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sebagaimana yang
tercantum dalam dokumen lingkungan (AMDAL/UKL-UPL) yang telah disepakati,
ketaatanterhadap ketentuan yang tercantum dalam perizinan dan mencegah terjadinya
pelanggaran terhadap terlampaunya baku mutu lingkungan hidup dan baku mutu kerusakan
lingkungan hidup.

A. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian perizinan Lingkungan
2. Tujuan Perizinan Lingkungan
3. Ruang lingkup perizinan lingkungan Hidup
4. Konsep Lingkungan Hidup Dalam Sistem Perizinan Lingkungan Di Indonesia
5. Sistem Perizinan Lingkungan
B. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui Pengertian Perizinan Lingkungan
2. Mengetahui tujuan perizinan lingkungan
3. Mengetahui ruang lingkup perizinan
4. Mengetahui konsep lingkungan hidup
5. Mengetahui system Perizinan lingkungan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perizinan

Menurut Sjahran Basah : izin merupakan perbuatan hukum negara yang bersegi satu yang
mengaplikasikan peraturan dalam hal konkreto berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana
ditetapkan oleh ketentuan perundang-undangan.

Menurut Ten Berge izin dibagi menjadi dua yaitu :

a) Izin dalam arti luas yaitu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang;
b) Dalam arti sempit yaitu Dispensasi, Lisensi dan Konsensi

Pengertian perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi peraturan dan bersifat
pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat. Perizinan dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi, penentuan kuota dan
izin untuk melakukan sesuatu usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu organisasi
perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau
tindakan.

B. Tujuan Perizinan

Tujuan izin dalam arti luas yaitu untuk mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti keinginan
pemerintah.

a) Mengarahkan aktifitas tertentu. Contoh : IMB


b) Mencegah bahaya bagi lingkungan yang dapat ditimbulkan oleh aktivitas tertentu. Contoh :
izin pengusahaan hutan
c) Keinginan melindungi objek objek tertentu. Contoh : izin pemugaran benda cagar budaya
d) Hendak membagi benda-benda yang sedikit (mengatur distribusi benda). Contoh : izin
penggalian tambang
e) Mengarahkan dengan menyeleksi orang-orang dan akivitas-aktivitas (menyeleksi orang
dan/atau ktivitas tertentu). Contoh : surat izin praktek (SIP).
Tujuan perizinan itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu :

a.Dari sisi pemerintah


1) Untuk melaksanakan peraturan
2) Sebagai sumber pendapatan daerah

b.Dari sisi masyarakat

1) Untuk adanya kepastian hukum


2) Untuk adanya kepastian hak
3) Untuk memudahkan mendapatkan fasilitas.\

C. Ruang Lingkup Perizinan Lingkungan Hidup


izin lingkungan merupakan salah satu syarat memperoleh izin usaha atau kegiatan.
Izin usaha atau kegiatan yang wajib izin lingkungan tersebut adalah aktivitas atau kegiatan
usaha yang wajib Amdal ataupun waji UKL dan UPL. Pasal 1 angka 35, “Izin lingkungan
adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang
wajib amdal atau UKLUPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan”. Untuk izin usaha atau
kegiatan, Pasal 1 angka 36, “Izin usaha dan/atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh
instansi teknis untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan”.

Berdasarkan Pasal 123 UU-PPLH, “Segala izin di bidang pengelolaan lingkungan


hidup yang telah dikeluarkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya wajib diintegrasikan ke dalam izin lingkungan paling lama 1 (satu) tahun
sejak Undang-Undang ini ditetapkan”. Penjelasan pasal 123, “Izin dalam ketentuan ini,
misalnya, izin pengelolaan limbah B3, izin pembuangan air limbah ke laut, dan izin
pembuangan air limbah ke sumber air”.
Sementara pada beberapa tulisan mengenai izin lingkungan, menyatakan bahwa studi
kelayakan lingkungan juga termasuk izin lingkungan. Kemudian Siti Sundari Rangkuti
menyatakan,14 perizinan lingkungan antara lain sebagai berikut:
a. Izin HO (Hinder Ordonnantie, Stb. 1926 No. 226, Pasal 1)
b. Izin Usaha Industri
c. Izin Pembuangan Limbah
d. Izin operasi penyimpanan, pengumpulan, pamantauan, pengolahan dan atau
penimbunan limbah B3
e. Izin pengangkutan limbah B3
f. Izin pemanfaatan limbah B3
g. Izin operasi alat pengolahan limbah B3
h. Izin lokasi pengolahan dan penimbunan limbah B3
i. Izin melakukan dumping
j. Izin melakukan usaha atau kegiatan yang menimbulkan emisi
k. Izin lokasi

D. Konsep Lingkungan Hidup Dalam Sistem Perizinan Lingkungan Di Indonesia


Sistem perizinan di Indonesia sebelum terbitnya UU-PPLH, lebih bersifat fragmented
scheme, yakni izin yang satu seolah tidak terkait dengan izin lainnya. Misalnya, jika salah
satu izin sudah dilanggar oleh suatu perusahaan maka izin lainnya masih dapat dijadikan alat
untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Suatu perusahaan pertambangan yang dinyatakan
oleh pejabat yang berwenang telah melanggar izin pengelolaan limbah, namun masih tetap
melakukan aktivitas berdasarkan izin atau kuasa pertambangan yang dimiliki.

Pola perizinan di Indonesia berbeda jauh dengan di Belanda, yang sistem perizinannya
interdependen dan terpadu, atau disebut dengan multi media licence. Berbeda dengan sistem
di Indonesia, izin lingkungan (milievergunning) di Belanda diberlakukan dengan sistem
terpadu. Misalnya, hinderwet yang terakhir direvisi berdasarkan Staatsblad 1981 No. 409,
yang berlaku tanggal 1 November 1981, dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tahun 1993. Sejak
tahun 1993, di Belanda telah diberlakukan sistem pengelolaan lingkungan dengan perizinan
terpadu. Hinderwet tersebut telah disatukan dalam satu milieuvergunning melalui Wet
Milieubeheer, berdasarkan staatsblad 1992

Sejak itu, di Belanda semua perizinan mengenai pengelolaan lingkungan dilakukan


secara terpadu. Jadi, izin lingkungan yang dikeluarkan untuk mengatur sekaligus media
udara, air, tanah maupun limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dilakukan dalam satu
kesatuan (integral dan interdependen). Jika dari berbagai izin, salah satu dinyatakan telah
dicabut maka aktivitas perusahaan yang bersangkutan tidak dapat lagi beroperasi, karena
salah satu izin tidak lagi berlaku
E. SISTEM PERIZINAN LINGKUNGAN
Sistem perizinan lingkungan hidupIzin lingkungan merupakan syarat untuk
mendapatkan izin usaha atau kegiatan pengelolaan lingkungan hidup dan untuk mendapatkan
izin lingkungan, pelaku usaha atau kegiatan diwajibkan membuat Amdal atau UKL (Usaha
Kegiatan Lingkungan)-UPL (Usaha Pengelolaan Lingkungan). Yang berwenang dalam
menerbitkan Izin lingkungan adalah Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangan surat keputusan kelayakan lingkungannya atau rekomendasi UKL-UPLnya
(Pasal 36 angka (2) UUPPLH). Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dapat
mendelegasikan keputusan kelayakan lingkungan atau rekomendasi UKL-UPL kepada
pejabat yang ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota.
Proses dalam memperoleh Izin Lingkungan adalah:
1. Penyusunan Amdal dan UKL-UPL;
2. Penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL; dan
3. Permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan.
4. Permohonan Izin Lingkungan diajukan secara tertulis kepada Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota.
5. Permohonan Izin Lingkungan disampaikan bersamaan dengan pengajuan penilaian
Andal dan RKL-RPL atau pemeriksaan UKL- UPL.

Dalam mengajukan permohonan Izin Lingkungan harus dilengkapi dengan


dokumen AMDAL atau formulir UKL-UPL, dokumen pendirian usaha dan/atau
kegiatan, serta profil usaha dan/atau kegiatan. Karena terkait dengan Amdal, UKP-UPL,
usaha dan /atau kegiatan pengelolaan lingkungan hidup, izin lingkungan hidup juga
harus memperhatikan ketentuan pasal 14 UUPPLH, yakni beberapa instrumen
pencegahan pencemaran atau kerusakan lingkungan. Instrument-instrumen yang
dimaksud adalah Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), tata ruang, baku mutu
lingkungan hidup, Amdal, UKL-UPL, instrument ekonomi lingkungan hidup, dan
peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup. Izin lingkungan hidup juga
harus didasarkan pada Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup (pasal
19). Jika seperti itu maka Sistem perizinan lingkungan hidup haruslah terpadu
F. FAKTOR PENCABUTAN IZIN LINGKUNGAN
Factor-faktor penyebab dicabutnya izin lingkungan
Dalam UUPLLH (Undang-undangg Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup) pasal 37 ayat (2) ditentukan, izin lingkungan dapat dibatalkan apabila :
a) Persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung cacat hukum,
kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran dan/atau pemalsuan data,
dokumen, dan informasi;
b) Penerbitnya tanpa memenuhi syarat sebagaimana tercantum dalam keputusan komisi
tentang kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL;
c) Kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen amdal atau UKL-UPL, tidak
dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.

Selain dalam pasal 37 ayat (2) UUPPLH, izin lingkungan juga dapat dibatalkan melalui
keputusan (pasal 38 UUPPLH). Tindakan pencabutan izin lingkungan ini bertujuan untuk
mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran serta menanggulangi akibat yang
ditimbulkan oleh suatu pelanggaran, melakukan tindakan penyelamatan dan penanggulangan.
Dalam hal izin usaha/atau kegiatan, jika seseorang berbuat tidak sesuai dengan izin maka
diberikan “pemeliharaan hukum” dapat berupa larangan untuk meneruskan suatu kegiatan,
dapat diperingati agar berbuat sesuai dengan izin. Dan apabila hal tersebut tidak dilakukan
maka akan dilakukan pencabutan izin usaha /atau kegiatan, yang akan secara otomatis
mempengaruhi pencabutan terhadap izin lingkungan hidup, jadi dalam hal ini izin lingkungan
sangat erat hubungannya dengan izin usaha /atau kegiatan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengertian perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi peraturan dan
bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh masyarakat. Perizinan dapat berbentuk pendaftaran,
rekomendasi, sertifikasi, penentuan kuota dan izin untuk melakukan sesuatu usaha
yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau
seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau
tindakan.
Sistem perizinan lingkungan hidupIzin lingkungan merupakan syarat untuk
mendapatkan izin usaha atau kegiatan pengelolaan lingkungan hidup dan untuk
mendapatkan izin lingkungan, pelaku usaha atau kegiatan diwajibkan membuat
Amdal atau UKL (Usaha Kegiatan Lingkungan)-UPL (Usaha Pengelolaan
Lingkungan). Yang berwenang dalam menerbitkan Izin lingkungan adalah Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangan surat keputusan
kelayakan lingkungannya
DAFTAR PUSTAKA

Helmi, Hukum Lingkungan dan Perizinan Bidang Lingkungan Hidup Dalam Negara
Hukum Kesejahteraan, Unpad Press, Bandung, 2010.
I Made Arya Utama, Sistem Hukum Perizinan Berwawasan Lingkungan Hidup Dalam
Mewujudkan Pembangunan Daerah yang Berkelanjutan (Studi Terhadap
Pemerintahan di Wilayah Pemerintah Daerah Provinsi Bali), Disertasi, Program
Pascasarjana Unpad, Bandung, 2006.
Takdir Rahmadi, 2011, Hukum Lingkungan diIndonesia, Jakarta, Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai