Anda di halaman 1dari 18

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pengertian Rekam Medis
Definisi rekam medis sesuai Permenkes No.
269/MENKES/PER/III/2008 rekam medis adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil
pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Sesuai penjelasan
pasal 46 ayat (1) UU No. 28 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
disebutkan bahwa yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien,pemeriksaan ,pengobatan,tindakan, dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien. Rekam medis diartikan sebagai
“keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam tentang
identitas,anamneses, pemeriksaan fisik, laboratorium,diagnose serta
segala pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang
mendapatkan pelayanan gawat darurat.”
2. Tujuan Rekam Medis
Tujuan rekam medis adalah penunjang tercapainya tertib
administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di
rumah sakit, tanpa didukung suatu sistem pengolahan rekam medis
yang baik dan benar,tidak akan tercapai tertib administrasi rumah sakit
sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi
merupakan salah satu faktor yang menentukan upaya pelayanan
kesehatan di rumah sakit (Depkes RI 2006).

5
6

3. Kegunaan Rekam Medis


Kegunaan rekam medis menurut Depkes RI (2006) dapat dilihat
dari beberapa aspek,antara lain :
a. Aspek Administrasi
Di dalam berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi,
karena isinya menanyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan
tanggung jawab sebagai tenaga medis dan paramedik dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam
bidang teknologi informasi yang sudah memasuki bidang
kesehatan, maka penggunaannya didalam rekam medis saat ini
sangat diperlukan karena kita melihat proses pengobatan dan
tindakan yang diberikan atas diri seorang pasien dapat diakses
secara langsung oleh bagian yang berwenang atas pemeriksaan
tersebut. Kemudian pengolahan data-data medis secara
komputerisasi juga akan memudahkan semua pihak berwenang
dalam hal ini petugas administrasi di suatu instansi pelayanan
kesehatan dapat segera mengetahui rincian biaya yang harus
dikeluarkan oleh pasien selama pasien yang menjalani pengobatan
di rumah sakit.
b. Aspek Medis
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena catatan
tersebut di pergunakan sebagai dasar untuk merencanakan
pengobatan atau keperawatan yang diberikan kepada pasien dan
dalam rangka mempertahankan serta meningkatkan mutu
pelayanan melalui kegiatan audit medis,manajemen resiko klinis
serta keamanan atau keselamatan pasien dan kendali biaya.
c. Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya
menyangkut masalah adanya jaminanan kepastian atas dasar
keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta
7

penyediaan bahan sebagai bukti untuk menegakkan keadilan,


rekam medis adalah dalam milik dokter dan rumah sakit sedangkan
isinya yang terdiri dari identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
adalah sebagai informasi yang dapat dimiliki oleh pasien sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU praktek
kedokteran RI No 29 tahun 2014 pasal 6 ayat (1),penjelasan).
d. Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya
mengandung data/informasi yang dapat di pergunakan sebagai
aspek keuangan. Kaitannya rekam medis dengan aspek keuangan
sangat erat sekali dalam hal pengobatan, terapi serta tindakan-
tindakan apa saja yang diberikan kepada seorang pasien selama
menjalani perawatan di rumah sakit,oleh karena itu penggunaan
sistem teknologi computer didalam proses penyelenggaraan rekam
medis sangat diharapkan sekali untuk diterapkan pada setiap
instansi pelayanan kesehatan.
e. Aspek penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian karena
isinya menyangkut data dan informasi yang dapat dipergunakan
sebagai aspek pendukung penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dibidang kesehatan.
f. Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena
isinya menyangkut data atau informasi tentang perkembangan
kronologis dan kegiatan pelayanan medis dan di berikan kepada
pasien, informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan atau
referensi pengajaran dibidang profesi pendidikan kesehatan.
g. Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena
isinya menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan
8

dan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan


rumah sakit.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi dapat di aplikasikan penerpannya didalam
penyelenggaraan dan pengelolaan rekam medis yang cukup efektif
dan efisien.pendokumentasian data medis seorang pasien dapat
dilaksanakan dengan mudah dan efektif sesuai aturan serta
prosedur yang telah ditetapkan.
4. Rumah sakit

a. PengertianRumahSakit
Rumah sakit adalah organisasi atau institusi yang
menyelenggarakan pelayanan medis (rawat jalan dan rawat inap),
penunjang medis, dan non medis kepada individu dan masyarakat
”secara menyeluruh (preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif)”
dan menyelenggarakan sistem rujukan.
Disebut rumah sakit pemerintah apabila rumah sakit tersebut
milik pemerintah pusat atau pemerintah daerah, dan juga disebut
rumah sakit swasta apabila rumah sakit tersebut milik perorangan atau
organisasi swasta/sosial/keagamaan.
Sedangkan rumah sakit pendidikan atau Teaching Hospital
adalah rumah sakit yang digunakan sebagai tempat pelayanan dan
pendidikan profesi kedokteran secara berkelanjutan (Widayat R,
2009 : 20).
b. Fungsi Rumah Sakit
Rumah sakit mempunyai fungsi yang sangat vital.Fungsi rumah
sakit adalah sebagai tempat pelayanan medis terpadu. Menurut
Undang-Undang (UU) Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, rumah sakit didefinisikan sebagai institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.
9

Rumah sakit merupakan tempat kerja yang padat modal, padat


teknologi dan padat karya namun keberadaan rumah sakit juga
memiliki dampak negatif terhadap timbulnya penyakit terutama bila
rumah sakit tersebut tidak melaksanakan prosedur keselamatan dan
kesehatan kerja.Kesehatan pekerja di rumah sakit sangat tergantung
pada adanya keserasian antara beban kerja, kapasitas kerja dan kondisi
lingkungan kerja (Depkes RI, 2006).
Organisasi rumah sakit disusun dengan tujuan untuk mencapai
visi dan misi menjalankan tata kelola rumah sakit yang baik (Good
Hospital Governance) dan tata kelola klinis yang baik (Good Clinical
Governance). Tata kelola klinis yang baik (Good Clinical
Governance) adalah penerapan fungsi manajemen klinis yang meliputi
kepemimpinan klinik, audit klinis, data klinis, risiko klinis berbasis
bukti, peningkatan kinerja, pengelolaan keluhan, mekanisme monitor
hasil pelayanan, pengembangan profesional, dan akreditasi rumah
sakit.
Rumah sakit umum mempunyai misi memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan.
Menurut UU No. 44 tahun 2009, fungsi rumah sakit adalah:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis. 
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan. 
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan
10

pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu


pengetahan bidang kesehatan.
5. Ergonomi
a. Pengertian ergonomi
Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani : ergon artinya
kerja dan namos artinya peraturan atau hukum. Menurut
Notoadmodjo ergonomi adalah ilmu penyesuaian peralatan dan
perlengkapan kerja dengan kondisi dan kemampuan manusia,
sehingga tercapainya kesehatan tenaga kerja dan produktivitas
kerja yang optimal.
Ahli lainyaitu Budiono mengatakan bahwa ergonomi
adalah ilmu serta penerapan yang berusaha menyerasikan
pekerjaan dan lingkungan terhadap orang / sebaliknya dengan
tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-
tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal mungkin.
Berdasarkan definisi lain menurut Suma’murtentang
ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia
bersama-sama dengan ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai
penyesuaian satu sama lainnya secara optimal dari manusia
terhadap pekerjaannya yang bermanfaat dari padanya diukur
dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja (Suma’mur, 2013 : 331)
b. Ruang Lingkup Ergonomi
Menurut Suhardi dalam lapangan kerja, ergonomi
mempunyai peranan yang cukup besar. Semua bidang
pekerjaan selalu menggunakan ergonomi.Ergonomi ini
diterapkan pada dunia kerja supaya pekerja merasa aman,
nyaman dalam melakukan pekerjaannya.Dengan adanya
rasa nyaman tersebut maka produktivitas kerja diharapkan
menjadi meningkat. Secara garis besar egonomi dalam
dunia kerja akan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Bagaimana orang mengerjakan pekerjaannya
11

2) Bagaimana posisi dan gerakan tubuh yang digunakan ketika


bekerja
3) Peralatan apa yang mereka gunakan
4) Apa efek dari faktor-faktor tersebut bagi kesehatan dan
kenyamanan kerja

Tujuan ergonomi adalah bagaimana mengatur kerja agar tenaga


kerja dapat melakukan pekerjaannya dengan rasa aman,
nyaman, selamat, efisien, efektif dan produktif, disamping juga
rasa “nyaman” serta terhindar dari bahaya yang mungkin
timbuk ditempat kerja.(Budiono, 2003 :76)

c. Aspek- Aspek Ergonomi


Ergonomi sebagai ilmu yang terus berkembang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, menjadi sangat penting
dan dibutuhkan dalam meningkatkan produktivitas kerja.
Menurut Budiono (2003:76) ada beberapa aspek dalam
penerapan ergonomi yang perlu diperhatikan, antara lain :
1) Faktor Manusia
a) Faktor dari dalam (internal factors)
Dalam faktor ini adalah yang berasal dari dalam diri
manusia, seperti : umur, jenis kelamin, kekuatan otot,
bentuk dan ukuran tubuh dan lainnya.
b) Faktor dari luar (external factors)
Banyak faktor dari luar yang dapat mempengaruhi kerja
atau berasal dari luar manusia, seperti : penyakit, gizi,
lingkungan kerja, sosial ekonomi, adat istiadat dan lain
sebagainya.
2) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap
kesehatan, keselamatan dan efisiensi serta produktivitas kerja
yaitu :
12

a) Faktor fisik : pengaruh kebisingan, peenerangan, iklim


kerja dan getaran
b) Faktor kimia : pengaruh bahan kimia, gas, uap dan debu
c) Faktor fisiologis : sikap dan cara kerja, penentuan jam
kerja dan istirahat, kerja gilir, kerja lembur
d) Faktor psikologi : suasana tempat kerja, hubungan antar
pekerja
e) Faktor biologis : infeksi karena bakteri, jamur, virus dan
cacing
3) Sikap Tubuh dalam Bekerja
Menurut Budiono (2003:80) sikap tubuh dalam bekerja
yang dikatakan secara ergonomi adalah yang memberikan rasa
nyaman, aman, sehat dan selamat dalam bekerja, yang dapat
dilakukan antara lain dengan cara :
a) Menghindarkan sikap yang tidak alamiah dalam bekerja
b) Diusahakan beban statis menjadi sekecil-kecilnya
c) Perlu dibuat dan ditentukan kriteria dan ukuran baku
tetang peralatan kerja yang sesuai dengan ukuran
antropometri tenaga kerja penggunanya
d) Agar diupayakan bekerja dengan sikap duduk dan berdiri
secara bergantian

Menurut Suhardi (2008:10), berikut ini adalah posisi


kerja atau sikap tubuh tidak baik :

a) Gambar 2.1 menggambarkan sikap tubuh yang tidak baik.


Karena tangan dipaksa untuk menjangkau benda yang
berada di ketinggian.
13

Gambar 2.1 Sikap Tubuh yang tidak baik

b) Gambar 2.2 menggambarkan seorang pekerja yang bekerja


dengan posisi kepala mendongak. Cara kerja seperti pada
gambar diperbolehkan dengan syarat waktu kerja tidak
melebihi 2 jam perharinya. Kondisi kerja ini bias
mengakibatkan rasa sakit pada leher, tangan dan bahu

Gambar 2.2 Posisi Kerja Mendongak


c) Gambar 2.3 bekerja menundukkan leher atau
membukukkan punggung melebihi sudut 30o
diperbolehkan asal jam kerja tidak lebih dari 2 jam
perharinya. Cara kerja ini akan mengakibatkan rasa sakit
pada leher dan tulang belakang.
14

Gambar 2.3 Posisi Kerja Menunduk dan


Membungkuk
d) Gambar 2.4 Posisi kerja dengan cara jongkok rasa tidak
aman dan nyaman pada diri pekerja

Gambar 2.4 Posisi dengan Jongkok


6. Anthropometri
Anthropometri adalah pengetahuan yang menyangkut
pengukuran tubuh manusia khususnya dimensi tubuh. Manusia pada
umumnya berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran
tubuhnya (Suhadi, 2008 : 16)
Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia,
yaitu:
a. Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai
sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita.
15

Pertumbuhan pada umur 40 tahunan cendrung akan mengalami


penurunan ataupun penyusutan.
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin pria umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih
besar kecuali dada dan pinggul
c. Suku Bangsa (etnik)
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik tertentu akan memiliki
karekteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya.
d. Sosial Ekonomi
Pada negara-negara maju dengan tingkat sosial ekonomi tinggi,
penduduknya mempunyai dimensi tubuh yang besar dibandingkan
dengan negara-negara berkembang

e. Posisi tubuh (posture)


Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran
tubuh oleh karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan
untuk survei pengukuran.
1) Pedoman kerja posisi berdiri
Kerja posisi berdiri lebih melelahkan dari pada posisi
duduk dan energi yang dikeluarkan lebih banyak 10% - 15%
dibandingkan posisi duduk.
Ketinggian landasan kerja posisi berdiri sebagai berikut :
a) Pekerjaan dengan ketelitian, tinggi landasan adalah 5 – 10
cm diatas tinggi siku berdiri
b) Pekerjaan ringan, tinggi landasan adalah 10 – 15 cm di
bawah tinggi siku berdiri.
c) Pekerjaan dengan penekanan, tinggi landasan adalah 15 –
40 cm dibawah tinggi siku berdiri.
2) Posisi duduk – berdiri mempunyai keuntungan secara
biomekanis dimana tekanan pada tulang belakang dan
16

pinggang 30% lebih rendah dibandingkan dengan posisi


duduk maupun berdiri terus-menerus

7. Ergonomi di Unit Rekam Medis


Para ahli lain mengatakan ergonomi adalah ilmu serta
penerapan yang berusaha menyerasikan pekerjaan dan lingkungan
terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya
produktivitas dan efesiensi yang tertinggi-tingginya melalui
pemanfaatan manusia seoptimal mungkin (Budiono 2003 : 2)
Kurangnya perhatian ergonomi di Unit Rekam Medis akan
menyebabkan kurang mendukung kenyamanan dan kesehatan
dilingkungan kerja maka dari itu ergonomi sangatlah penting untuk
kita ketahui.
8. Desain Ruang Kerja
Ruang kerja yang baik adalah ruang kerja yang nyaman dan
memenuhi persyaratan ergonomi. Desain yang baik untuk ruang kerja
yang paling banyak digunakan adalah model terbuka dengan penyekat.
Antara pekerja dibatasi oleh dinding pemisah yang tidak terlalu
tinggi, sehingga pekerja masih tetap dapat berinteraksi dengan sesama
rekan kerja yang lain. Namun kekurangan dari bentuk model ruang
kerja ini adalah pekerja tidak lagi memiliki privasi, mengalami
gangguan konsentrasi ketika rekan disebelahnya berbicara dengan
keras ditelepon.
9. Ruang Penyimpanan
Work space atau area kerja dibagian filing seharusnya dekat
dengan unit kerja rekam medis, agar supaya dalam mencari dan
pendistribusian dokumen rekam medis lebih cepat. Ruang
penyimpanan dokumen rekam medis sebaiknya terpusat menjadi
satu ruangan, baik rawat jalan maupun rawat inap maupun gawat
darurat. Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam ruangan
penyimpanan dokumen rekam medis yaitu antara lain :
17

a. Suhu
Untuk suhu udara di ruang penyimpanan atau filing
berkisar 18-28 oC sedangkan untuk kelembaban 40% -
60%, karena negara kita negara tropis, untuk perawatan
dokumen rekam medis tidak begitu merepotkan, berbeda
dengan negara – negara eropa dimana suhu disana begitu
dingin, maka didalam perawatan dokumen rekam medis
juga harus lebih ekstra hati-hati agara supaya dokumen
rekam medis tidak begitu lembab, maka kita bisa
menambahkan alat pengatur suhu ruangan agar ruangan
penyimpanan dokumen rekam medis tidak begitu lembab
sehingga akan mempengaruhi kualitas dari bahan atau
fomulir rekam medis yang disimpan akan tidak cepat rusak
b. Luas ruangan filing
Luas ruang penyimpanan harus memadai (baik untuk rak
dokumen rekam medis aktif dan inaktif). Ruangan
penyimpanan dokumen rekam medis aktif dan inaktif
sebaiknya disendirikan, karena hal ini akan lebih
memudahkan petugas didalam mengambil dokumen rekam
medis yang masih aktif dan akan lebih mudah dalam
melaksankan pemusnahan dokumen rekam medis.
Persyaratan ruangan khususnya dibagian filing yaitu :
1) Struktur bangunan harus kuat, terpelihara, bersih dan
tidak memungkinkan terjadinya gangguan kesehatan
dan kecelakaan bagi petugas filing
2) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air,
permukaan rata, tidak licin dan bersih
3) Setiap petugas filing mendapatkan ruang udara minimal
10 m3 / petugas
18

4) Dinding bersih dan berwarna terang, langit-langit kuat,


bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 2,5- 3 m
dari lantai
5) Atap kuat dan tidak bocor
6) Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk
masuknya cahaya minimal 1/6 kali luas lantai.
c. Jarak
Jarak antara rak filling yang satu dengan yang lain harus
kita perhitungkan jangan sampai terlalu sempit atau terlalu
lebar, sehingga akan memakan ruangan yang banyak. Jarak
ideal untuk akses jalan petugas antara almari satu dengan
almari yang lain kurang lebih 1.80-200 cm, sedangkan
lorong dibagian sub rak lebih kurang 80-100 cm.
d. Pencahayaan
Faktor pencahayaan dalam ruangan filing sangat penting
dan akan sangat mendukung kinerja dalam bekerja di
lingkungan ruang kerja yang sehat dan nyaman. Instensitas
cahaya diruang kerja minimal 100 lux. Pencahayaan dibagi
menjadi dua, yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan
buatan
1) Pencahayaan alami
Pencahayaan alami di ruangan filing sebaiknya
dioptimalkan ke dalam bangunan atau ruang kerja
filing, sehingga akan mendapatkan banyak manfaat
dari adanya pencahayaan ini.
2) Pencahayaan buatan
Cara yang paling bagus dan sesuai untuk diterapkan
ke dalam sistem pencahayaan ini adalah dengan
memberikan pencahayaan diffuse atau pencahayaan
tidak langsung ke dalam ruangan.
Agar
19

e. Debu
Menurut Rustiyanto (2011 : 54) agar kandungan debu
didalam udara ruang filing memenuhi persyaratan kesehatan
maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :
1) Kegiatan membersihkan runagan filing dilakukan
pada pagi dan sore haari menggunakan kain pel basah
atau pompa hampa (vacum pump).
2) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik 2
kali/tahun dan dicat ulang 1 kali setahun.
3) Sistem ventilasi yang memenuhi syarat.

10. Evaluasi dan Analisa Resiko Ergonomi


Sebelum memilih program intervensi ergonomi diperlukan
proses evaluasi dan analisis ergonomi untuk mengidentifikasi
permasalahan ergonomi di suatu lingkungan kerja. Evaluasi ergonomi
mencangkup beberapa hal yang meliputi analisis lingkungan kerja,
postur kerja, jenis tugas/pekerjaan, pengangkatan dan pengangkutan,
faktor-faktor resiko bahaya, derajat tingkat resiko bahaya,
prioritas/fokus program peningkatan, tindakan koreksi. Hal-hal yang
dievaluasi dalam ergonomi mencangkup lingkungan kerja fisik, kimia,
biologi, maupun faktor ergonomi.
Tujuan dilakukannya evaluasi dalam ergonomi adalah untuk
mengetahui faktor-faktor potensi tidak aman dan tidak sehat,
melakukan koreksi terhadap faktor-faktor yang menyebabkan tidak
aman dan tidak sehat, serta menentukan faktor-faktor yang memiliki
resiko tinggi sebagai prioritas untuk dilakukan koreksi.
Menurut Neuman (2006) dalam suatu artikel tentang ergonomi
Noor Fitrihana, menyatakan ada 8 (delapan) jenis tool yang dapat
digunakan untuk melakukan evaluasi ergonomi yaitu :
a. Tool untuk pengambilan keputusan strategis
b. Tool untuk sistem kerja dan desain produk
20

c. Peralatan uji yang digunakan untuk mengevaluasi lingkungan kerja


d. Tool evaluasi yang berbasis komputer
e. Checklist untuk evaluasi lingkungan kerja
f. Kuesioner untuk mengetahui persepsi faktor-faktor yang
menimbulkan resiko
g. Kuesioner untuk mengetahui kesehatan dan kenyamanan
h. Model ekonomi
21

B. Kerangka Teori

1. Ergonomi
2. Anthropometri
Penerapan Aspek
3. Desain Ruang Kerja
Ergonomi Rekam
4. Ruang Penyimpanan Medis
5. Evaluasi dan Analisa Resiko
Ergonomi

Gambar 2.5 Kerangka Teori


22

C. Kerangka Konsep
Menurut Notoatmodjo kerangka konsep adalah kerangka hubungan
antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-
penelitian yang akan dilakukan.

Variabel Indenpenden

a. Ukuran
ruangan dan
fasilita (rak
penyimpanan, Variabel Dependen
tangga, meja,
dan kursi) Penerapan Aspek
b. antropometri Ergonomi di Unit
(tinggi badan Rekam Medis
berdiri, tinggi
bahu, tinggi
siku dan
jangkauan ke
atas)
c. Mengetahui
jarak antar
rak
penyimpanan
di ruangan
Unit Rekam
Medis
d. Sikap tubuh,
kelelahan dan

Gambar 2.6 Kerangka Konsep

Anda mungkin juga menyukai