Anda di halaman 1dari 3

Template-1:

ANALISIS MATERI UNTUK PROBLEM BASED LEARNING

Nama Mahasiswa : ARI GUNAWAN


Kelompok Mapel : PAI-6
Judul Modul : Al Qur’ an Hadist (KB. 1 Al Qur‘an dan Metode Memahaminya)

Judul Masalah : Minimnya Rumusan Metode Pembelajaran Tafsir Di Sekolah

No Komponen Deskripsi

1. Identifikasi Masalah 1. Pembelajaran berfokus pada teks-teks al-qur’an, yakni pada tatacara
(berbasismasalah dan tuntunan membaca al-qur’an. Tujuan pembelajaran ini adalah
yang ditemukan di agar para siswa, murid, dan santri dapat membaca al-qur’an secara
benar sesuai kaidah dalam ilmu tajwid
lapangan)
2. Pembelajaran bacatulis al-qur’an di sekolah yang notabene sekolah
islam lebih menjadi prioritas dibandingkan pembelajaran makna
ayat-ayat al-qur’an

3. Sejauh ini sangat banyak rumusan metode


Dalam mempelajari cara membaca al-qur’an. Sebut
Saja misalnya metode iqro’, qiro’ati, al-barqi,
Yanbu’a tidak seperti metode pembelajaran tafsir al-qur’an yang
lebih menerima apa adanya dengan mengacu pada buku yang
disediakan oleh lembaga terkait

2. Penyebab Masalah 1. Sampai saat ini kajian tafsir al-Qur’an lebih banyak dilakukan oleh
lembaga-lembaga pendidikan khusus seperti perguruan tinggi dan
(dianalisis apa pondok pesantren, sehingga memberikan kesan bahwa mempelajari
yang menjadiakar tafsir al-Qur’an hanya untuk para orang dewasa. Akibatnya
masalah yang pembelajaran alQur’an yang menyentuh tataran maknanya
menjadi pilihan (substantif) tidak dapat dijadikan tradisi sejak dinidi kalangan
siswa baik di tingkatan dasar ataupunmenengah
masalah)
2. Dari beberapa model pembelajaran tafsir yang ada sekarang ini,
hanya dapat dikonsumsi oleh orang dewasa dari kalangan
mahasiswa, dosen, ataupun cendekiawan dan belum menyentuh
dunia siswa atau anak-anak

3. Solusi 1. Dalam proses pembelajaran tafsir hendaknya seorang pendidik


memfokuskan pada menjelaskan petunjuk yang terdapat dalam ayat
a. Dikaitkan yang dibahas, bukan pada hafalan terjemah kosakata ayat. Ketika
dengan peserta didik diarahkan untuk menghafal dan mengucapkan kembali
teori/dalil kosakata ayat beserta terjemahannya seperti yang terlihat dari buku-
yang relevan buku pelajaran al-Qur’an Hadis siswa yang diterbitkan oleh
b. Sesuaikan Kementerian Agama Hal di atas menjadikan peserta didik tidak
dengan focus pada petunjuk yang terkandung dari ayat yang dibahas, karena
langkah/prose beban peserta didik bertambah, tidak hanya berusaha memahami
dur yang makna ayat-ayat al-Qur’an, tetapi membaca al-Qur’an sesuai tajwid
sesuai dan menghafalkannya
dengan
masalah yang 2. Pembelajaran tafsir juga harus dilakukan secara bertahap, mulai dari
akan sekolah dasar, menengah menengah atas sampai perguruan tinggi,
dipecahkan yang pada tiap jenjangnya perlu dirumuskan sesuai karakter dari
subyek (peserta didik). Materi tafsir yang bisa diberikan kepada
siswa,maka dapat diberikan terlebih dahulu. Adapun materi yang
tafsir yang membutuhkan penalaran lebih dan mendalam disiapkan
untuk diberikan ketika sudah di perguruan tinggi.

3. Tidak memberatkan para peserta didik. Landasan ini juga merupakan


kontekstualisasi dari hikmah turunnya al-Qur’an secara bertahap
yang salah satu tujuannya agar tidak memberatkan umat dalam
menerapkan ajaran agama. Demikian juga para peserta didik, ketika
mereka diberikan materi tafsir yang tidak sesuai dengan usia dan
kecenderungan dunianya, maka akan berat bagi mereka untuk
memahami petunjuk al-Qur’an yang terdapat dalam ayat yang
dibahas. Di sini peran penting pendidik dalam memilihkan materi
tafsir yang sesuai dengan kondisi peserta didik. Sehingga tafsir bisa
juga dipelajari oleh siswa, tidak hanya para mahasiswa dan pakar.

4. Menurut saya , perserta didik di sekolah adalah individu yang baru


belajar tafsir, sehingga akan merasa berat dan kesulitan jika harus
mengkaji makna al-Qur’an secara detail seperti metode tahlili,
ataupun membandingkan antar penafsiran ayat seperti metode
muqaran. Metode maudhu’i pun jika harus diterapkan di sekolah
akan memberatkan peserta didik, karena sebagai pemula mereka
harus memahami penjelasan ayat terkait segala aspek dari tema yang
dikaji.

5. Maka tujuan pembelajaran tafsir bagi peserta didik di sekolah


difokuskan pada upaya mengungkapkan makna yang mudah dan
ringkas berupa petunjuk atau pelajaran bagi peserta didik, bukan
untuk tujuan pendalaman dan kajian akademik seperti di perguruan
tinggi yang biasa menggunakan metode tahlili, maudhu’i maupun
muqaran

6. Pada praktiknya pendidik bisa mulai dengan membacakan teks ayat


dan terjemahannya, kemudian mengajak para peserta didik untuk
membacanya kembali. Setelah itu pendidik menjelaskan kandungan
makna secara singkat dengan memfokuskan pada poin-poin yang
dapat dijadikan pelajaran ataupun tuntunan bagi peserta didik.
Pendidik juga dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran
yang sesuai dengan materi tafsir yang sedang dibahas.

Anda mungkin juga menyukai