Anda di halaman 1dari 13

Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2020 / 2021

PENETAPAN KADAR BETA KAROTEN PADA BERBAGAI


TINGKAT PERKEMBANGAN DAUN PEPAYA PENANG (Carica
papaya L.) DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

ARTIKEL ILMIAH

Oleh :

MIKELWAGUCI
1704039

PROGRAM STUDI SI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2021
Page 1
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2020 / 2021
PENETAPAN KADAR BETA KAROTEN PADA BERBAGAI TINGKAT
PERKEMBANGAN DAUN PEPAYA PENANG (Carica papaya L.) DENGAN
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
Mikel Waguci, Hazli Nurdin dan Dedi Nofiandi
Program Studi S1 Farmasi, Fakultas Farmasi
Universitas Perintis Indonesia
Email: wagucimikel@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang penetapan kadar beta karoten pada berbagai tingkat
perkembangan daun pepaya penang (Carica papaya L.) yaitu daun muda, daun tua dan daun sangat
tua dengan spektrofotometer UV-Vis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar
beta karoten pada ketiga tingkat perkembangan daun pepaya penang (Carica papaya L.)
Masingmasing daun pepaya penang diekstrak dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut
aseton. Selanjutnya, ekstrak aseton diberikan perlakuan saponifikasi dengan KOH 15 % dan
diekstrak kembali dengan pelarut petroleum eter. Ekstrak yang diperoleh kemudian dilakukan uji
kualitatif dengan menggunakan metoda kromatografi lapis tipis, selanjutnya dilakukan uji kuantitatif
dengan menggunakan metoda spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang serapan maksimum
477,0 nm. Hasil uji kualitatif menunjukkan bahwa daun pepaya penang muda, daun tua dan daun
sangat tua teridentifikasi mengandung senyawa beta karoten dengan nilai Rf 0,6. Hasil uji kuantitatif
menunjukkan bahwa kadar rata-rata beta karoten pada daun pepaya penang muda daun tua dan daun
sangat tua masing-masing 21,5413 mg;32,1979 mg;13,3206 mg/100g. Kadar beta karoten tertinggi
terdapat pada daun pepaya tua, diikuti oleh daun pepaya muda dan daun pepaya sangat tua. Hasil
analisa data menggunakan Anova satu arah dilanjutkan dengan uji duncan (SPSS 24.0) menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan pada masing-masing tingkat perkembangan daun pepaya penang
(p<0,05).
Kata Kunci: Daun pepaya penang muda (Carica papaya L.), daun pepaya penang tua (Carica
papaya L.), daun pepaya penang sangat tua (Carica papaya L.), beta karoten dan
spektrofotometri UV-Vis.
ABSTRACT

The Research on beta carotene of penang papaya has been carried out. The purpose of the
research was to determine the content of beta carotene in a few levels of penang papaya leaves
(Carica papaya L.) green, dark green and yellowish green leaves, the method used was UV-Vis
Spectrophotometry. The research was also aimed to see difference of beta carotene contents on the
three levels of the leaves. The papaya leaves were extracted by using maceration method using
aceton as a solvent. Aceton extract was saponified by 15 % KOH in methanol. The saponified matter
was re-extracted by petroleum eter. The extract obtaind was tested qualitatively by using thin layer
chromatography (TLC) the results was tested quantitatively by UV-Vis spectrophotometry method
using maximum wavelength of 477.0 nm. The qualitative test showed that green, dark green and
yellowish green leaves contained beta carotene wish Rf 0.6. Thequantitative test showed that beta
carotene in green, dark green and yellowish green leaves were 21.5413, 32.1979 and 13.3206 mg/100
g respectively. The highist beta carotene content was in dark green leaves followed by green and
yellowish green leaves respectively. Analysis method using one way ANOVA followed by Duncan
test (SPSS 24.0) showed the significant difference among the levels of papaya leaves (p<0.05).
Keywords : Penang papaya leaves green (Carica papaya L.), penang papaya leaves dark green
(Carica papaya L.) penang papaya leaves yellowish green (Carica papaya L.), beta
carotene and UV-Vis Spectrophotometry.
Page 2
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2020 / 2021
PENDAHULUAN pencernaan dan meningkatkan kesehatan tubuh
Indonesia mempunyai berbagai kekayaan (Murhalien dan Ani, 2015). Selain itu Enzim
keanekaragaman hayati yang luar biasa, terdapat papain pada daun pepaya sebagai antimikroba
sekitar 40.000 jenis tumbuhan dan sekitar 1300 dan beta karoten pada daun pepaya dapat
diantaranya digunakan sebagai obat tradisional berfungsi sebagai antioksidan (Sutarpa dan
yang berkhasiat dan dapat dikembangkan secara Sutama, 2008). Daun pepaya juga memiliki
luas (Rustam dan Yanwirasti 2007). Salah satu aktivitas anti kanker dengan cara apoptosis di
nya ialah tanaman pepaya. Pepaya merupakan induksikan pada sel kanker (Otsuki,et al.,2010).
salah satu buah lokal unggulan Indonesia baik Daun pepaya penang mempunyai tingkat
konsumsi dalam negeri maupun ekspor keluar perkembangan daun, diantaranya daun pepaya
negeri (Paramastri dan Anindha, 2011). Produksi muda, daun pepaya tua dan daun pepaya sangat
buah pepaya di Indonesia tahun 2014 mencapai tua yang ditunjukkan dengan perubahan warna
830.491 ton dengan sentra produksi di Jawa daun yang mulai menguning. Adanya perbedaan
Timur, Jawa Barat Jawa Tengah dan Lampung warna pada daun menunjukkan terdapatnya
(Kementan, 2015). perbedaan kandungan pigmen daun termasuk
Tanaman pepaya memiliki berbagai macam karotenoid (Hasidah, 2017).
varietas yang terdiri dari pepaya semangka, Perbedaan kandungan komponen kimia
pepaya jinggo, pepaya mas, pepaya item, pepaya dipengaruhi oleh gejala metabolisme daun pada
ijo, pepaya cibinong, dan pepaya Bangkok (Baga masing-masing tingkat perkembangan daun yang
Kalie, 1996). Berdasarkan hasil survei dilapangan berhubungan dengan proses fotosintesis. Salah
yang dilakukan di beberapa kebun pepaya di kota satu faktor yang mempengaruhi kemampuan daun
Padang, ditemukan berbagai macam varietas dalam berfotosintesis ialah klorofil. Klorofil
pepaya lainnya yaitu pepaya california, pepaya merupakan pigmen daun yang berperan penting
merah delima dan pepaya penang. Dari ketiga dalam proses fotosintesis yang dapat menyerap
pepaya tersebut yang paling banyak ditanam dan cahaya matahari. Meningkatnya kadar klorofil
mendominasi perkebunan pepaya ialah pepaya seiring dengan bertambahnya umur daun hingga
penang. Pepaya penang memiliki panjang buah daun berkembang penuh dan kemudian menurun
sekitar 20 cm bagian tengah buah agak berlekuk ketika daun semakin tua (Setiawati,et al., 2016).
tangkai daun bewarna hijau kemerahan dan Kandungan klorofil yang banyak akan
pertulangan daunnya terlihat jelas. meningkatkan kemampuan daun dalam
Daun pepaya megandung berbagai macam melakukan fotosintesis sehingga meningkatkan
senyawa antara lain alfa tokoferol, asam askorbat metabolisme daun yang tentunya mempengaruhi
flavonoid dan beta karoten (Maisarah,et komponen kimia pada masing-masing tingkat
al.,2013). Daun pepaya dengan berat 100 g perkembangan daun, seperti karotenoid
mengandug vitamin E:136 mg, vitamin C:140 (Richardson,et al.,2002). Karotenoid ialah salah
mg, vitamin B1:0,15 g kalsium 35 g, fosfor 63 satu kandungan fitokimia yang terdapat pada
mg dan zat besi 0,80 mg, niasin 2,1 mg dan Beta tanaman. Kandungan fitokimia dipengaruhi oleh
karoten sebesar 11.565 μg (USDA, 2001). faktor internal seperti gen dan faktor eksternal
Semua vitamin dan mineral yang terdapat seperti cahaya (Laily,2012).
pada daun pepaya tentunya berguna bagi Menurut penelitian yang telah dilakukan
kesehatan tubuh manusia. Daun pepaya sebelumnya oleh Marelli,et al.,(2008) buah
mempunyai banyak manfaat seperti pepaya mengandung beta karoten sebesar 20,722
meningkatkan nafsu makan, memperbaiki saluran µg/100 g berat pepaya. Sedangkan menurut
Page 3
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2020 / 2021
penelitian yang dilakukan oleh Sutarpa dan
Sutama (2008). daun pepaya mengandung beta C. Prosedur Kerja
karoten sebesar 11,565 µg/100 g. Dan menurut 1. Penyiapan Sampel
penelitian yang dilakukan oleh Mahmud (2009) a. Pengambilan Sampel
kadar beta karoten pada daun pepaya sebesar Sampel yang digunakan pada
18,250 µg/100 g. penelitian ini ialah daun pepaya penang
Penelitian mengenai penentuan kadar beta yang terdiri dari daun muda, daun tua dan
karoten pada berbagai tingkat perkembangan daun sangat tua. Sampel daun pepaya
daun pepaya belum pernah dilakukan, oleh diperoleh dari salah satu perkebunan
karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian pepaya warga di kabupaten Padang
penentuan kadar beta karoten pada berbagai Pariaman.
tingkat perkembangan daun pepaya Penang b. Identifikasi Sampel
(Carica papaya L.) yaitu daun muda, daun tua Identifikasi seluruh bagian tanaman
dan daun sangat tua. Hal ini berguna untuk pepaya dilakukan di Herbarium Jurusan
mengetahui apakah terdapat perbedaan Biologi Universitas Andalas (UNAND)
kandungan beta karoten pada berbagai tingkat Padang.
perkembangan daun pepaya penang (Carica c. Preparasi Sampel Daun Pepaya
papaya L.). Kadar beta karoten ditentukan Masing-masing sampel daun papaya
menggunakan instrumen spektrofotometer UV- penang yang diperoleh dibersihkan dan
Vis. Kadar beta karoten yang diperoleh kemudian pisahkan daun dari tangkainnya. Kemudian
diolah dengan analisa statistik ANOVA satu arah. masing-masing sampel daun pepaya
METODOLOGI PENELITIAN penang dipotong kecil-kecil. Selanjutnya
A. Waktu Dan Tempat Penelitian sampel ditimbang sebanyak 250 g
Penelitian ini dilaksanakan ± 6 bulan di (Syarif,2013).
Laboratorium Kimia Farmasi dan Laboratorium 2. Penyiapan Larutan Pereaksi
Kimia Bahan Alam Fakultas Farmasi, Universitas a. Pembuatan Larutan Fase Gerak
Perintis Indonesia. N-heksan : aseton (7:3) dibuat
B. Alat dan Bahan sebanyak 10 mL, dengan cara
Alat-alat yang digunakan : mencampurkan 7 mL n-heksan dengan 3
Spektrofotometer UV-Vis (T92+), corong pisah mL aseton dalam botol eluen lalu dikocok
(Pyrex), corong (Pyrex) gelas ukur (Pyrex), labu hingga homogen.
Erlenmeyer (pyrex), labu ukur (Pyrex), b. Pembuatan Larutan KOH 15% b/v
Kromatografi lapis tipis Rotary evaporator, oven, dalam methanol
timbangan analitik, pipet tetes, spatel, batang Ditimbang 7,5 g KOH, dilarutkan
pengaduk kertas saring, aluminium foil, dan alat- dalam 25 mL metanol hingga larut.
alat gelas yang menunjang penelitian. Kemudian cukupkan volumenya hingga 50
Bahan-bahan yang digunakan : Daun Pepaya mL dengan metanol (Syarif,2013).
Penang, Aseton, Petroleum eter, Beta Karoten 3. Ekstraksi Sampel
murni, N-heksan, Metanol, Natrium Kalium a. Daun pepaya yang sudah diberi perlakuan
hidroksida (KOH), sulfat anhidrat (Na2SO4 ditimbang sebanyak 250 g masukkan ke
anhidrat), Plat KLT Silika gel 60 F254, dan dalam wadah maserasi dan ditambahkan
Aquadest. 800 mL aseton 6 jam pertama diaduk
sesekali kemudian dimaserasi selama 24
Page 4
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2020 / 2021
jam, lalu disaring untuk memisahkan ampas (Depkes RI, 2008).
dan ekstrak. Ampasnya kemudian di c. Pemeriksaan Susut Pengeringan
maserasi kembali dengan aseton. Proses Timbang krus porselen yang
ekstraksi ini diulangi sebanyak 3 kali sebelumnya telah dikeringkan selama 30
hingga filtrat terakhir tidak berwarna lagi. menit di dalam oven pada suhu 105oC dan
b. Hasil dari ekstrak aseton yang diperoleh di didinginkan dalam desikator (A). Timbang
uapkan dengan Rotary evaporator sampai ekstrak sebanyak 1 g, masukkan ke dalam
kental dan hitung persentase (%) rendemen krus dan timbang (B). Kemudian perlahan-
ekstrak. lahan krus digoyang agar ekstrak merata.
c. 5 g esktrak aseton yang telah di uapkan Masukkan ke dalam oven, buka tutupnya
kemudian dilakukan saponifikasi dengan dan biarkan tutup ini berada dalam oven.
menambahkan KOH 15% dalam metanol Panaskan selama 1 jam pada suhu 105oC,
1:1 yaitu sebanyak 5 mL masukan ke dalam dinginkan dan masukkan ke dalam
labu gelap, dikocok dan diamkan selama 1 desikator, timbang kembali. Ulangi
malam. perlakuan seperti di atas hingga bobot tetap.
d. Hasil dari saponifikasi tersebut diekstrak Hitung susut pengeringan dengan rumus:
kembali dengan petroleum eter sebanyak 3 ( B−A )−(C− A)
% Susut Pengeringan = x
x 25 mL, lalu dicuci dengan air suling ( B−A )
sampai bebas basa dilakukan dalam corong 100%
pemisah, dikocok searah selama ± 20 menit Keterangan :
dengan sesekali tutup corong pemisah A = berat krus kosong (g)
dibuka, kemudian diamkan sampai B = berat krus + sampel sebelum di oven
terbentuk dua lapisan, lapisan bawah (g)
(larutan aseton) dibuang dan lapisan atas C = berat krus + sampel setelah di oven (g)
(larutan petroelum eter) disimpan untuk d. Penetapan Kadar Abu
perlakuan lebih lanjut. Ekstrak daun pepaya penang (Carica
e. Larutan petroleum eter yang sudah papaya L.) ditimbang 2g dimasukkan
diperoleh kemudian disaring dengan kedalam krus porselen yang telah ditara
penaburan Na2SO4 anhidrat diatas kertas dipijarkan dalam furnes. Kemudian
saring untuk menyerap sisa air. Hasil dinaikkan secara bertahap hingga 600 ±
ekstraksi dimasukan ke dalam labu ukur 25oC sampai bebas karbon dan dinginkan di
100 mL dan dicukupkan dengan petroleum dalam desikator dan ditimbang berat abu.
eter hingga tanda batas. Kadar abu ditentukan dalam persen
4. Karakteristik Ekstrak Sampel terhadap berat sampel yang digunakan
a. Organoleptis (Depkes RI, 2002).
Pemeriksaan organoleptis meliputi C−A
% Kadar Abu = x 100%
bentuk, warna, bau dan rasa (Depkes RI, B− A
2008). Keterangan :
b. Rendemen A = Berat Krus Kosong (g)
Hitung rendemen dengan rumus : B = Berat Krus + Sampel Sebelum
Rendemen (%) = Pemijaran (g)
Berat ekstrak yang diperoleh C = Berat Krus + Sampel Setelah
x 100 %
Berat Sampel Pemijaran (g)
Page 5
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2020 / 2021
5. Analisa Kualitatif Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan
Pembanding Beta Karoten murni dan dicukupkan volumenya dengan petroleum
sampel ditotolkan bersama-sama pada eter hingga hingga tanda batas Diperoleh
lempeng KLT. Setelah kering lempeng larutan baku dengan konsentrasi 40 ppm,
KLT dimasukan ke dalam Chamber 80 ppm, 120 ppm, 160 ppm, dan 200 ppm.
kemudian dielusi dengan menggunakan Setelah itu diukur absorbansinya dengan
cairan pengelusi n-heksan : aseton (7:3) Spektrofotometer UV-Vis pada panjang
selanjutnya lempeng KLT dikeluarkan dari gelombang 477,0 nm. Kemudian buat kurva
Chamber kemudian amati noda dengan kalibrasi beta karoten dan tentukan
lampu UV 366 nm. persamaan regresi linearnya (Syarif,2013).
6. Analisa Kuantitatif d. Pengukuran Kadar Beta Karoten pada
a. Pembuatan Larutan Induk Beta Karoten Sampel
1000 ppm Untuk penetapan kadar beta karoten
Ditimbang teliti 50 mg beta karoten dipipet dengan teliti 2 ml dari 100 mL
murni, dilarutkan dengan petroleumeter larutan sampel masing-masing daun
hingga volume 50 mL pada labu ukur. pepaya, masukkan ke dalam labu ukur 10
Diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 ml dan ditambahkan larutan petrolum eter
ppm. Larutan induk diencerkan menjadi hingga tanda batas, ukur serapannya pada
500 ppm dengan mengambil 25 mL dari panjang gelombang maksimum beta
larutan induk beta karoten lalu masukan ke karoten 477,0 nm. Untuk blanko digunakan
labu 50 mL cukupkan volumenya dengan petroleum eter kemudian diukur
petroleum eter hingga tanda batas. Labu absorbannya dengan Spektrofotometer UV-
ditutup dengan aluminum foil karena beta Vis pada panjang gelombang maksimum
karoten mudah teroksidasi dan tidak stabil 477,0 nm (Syarif,2013). Kadar beta karoten
apabila terkena cahaya (Syarif,2013). dihitung berdasarkan persamaan regresi
b. Penentuan Panjang Gelombang Serapan linear dar kurva kalibrasi y= a + bX.
Maksimum Beta Karoten 7. Analisis Data
Untuk penentuan panjang gelombang a. Uji Linearitas
serapan maksimum beta karoten dilakukan Uji linearitas dan kurva kalibrasi
pada konsentrasi 120 ppm dengan cara dibuat dengan menggunakan persamaan
dipipet 2,4 mL larutan beta karoten 500 garis regresi linear (y = a + bx) antara
ppm, masukkan ke dalam labu ukur 10 mL. konsentrasi beta karoten dengan serapan.
Tambahkan petroleum eter hingga tanda Persamaan linier ini dapat digunakan jika
batas, homogenkan. Lapisi labu ukur faktor korelasinya 0,98 < r < 1 (Harmita,
dengan aluminium foil. Kemudian diukur 2006).
panjang gelombang serapan maksimum b. Simpangan Baku Residual, Batas deteksi
beta karoten dengan Spektrofotometer UV (BD) dan Batas Kuantitasi (BK)
Visibel pada rentang 400-800 nm ( y− yi)2
SBr = √ ∑
(Syarif,2013). n−2
c. Pembuatan Kurva Kalibrasi Beta 3 x SBr
BD =
Karoten Slope(b)
Dari konsentrasi 500 ppm dipipet 0,8 10 X SBr
BK =
mL, 1,6 mL, 2,4 mL, 3,2 mL dan 4 mL. slope(b)
Page 6
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2020 / 2021
Keterangan : Andalas (UNAND) padang, guna untuk
SBr : Simpangan Baku Residual mengetahui spesies dari sampel yang digunakan
BD : Batas Deteksi (µg/mL) dengan no surat 096/KID/ANDA/II/2021.
BK : Batas Kuantitasi (µg/mL) Penetapan kadar beta karoten masing-
Y : Nilai absorban terbaca masing sampel diawali dengan cara
Yi : Nilai absorban perhitungan mengekstraksi sampel daun pepaya secara
(y-yi) : Selisih nilai absorban maserasi selama 24 jam didalam botol gelap
perhitungan dengan absorban menggunakan pelarut aseton, dikarenakan sampel
terbaca yang digunakan dalam keadaan segar. Beta
n : Jumlah data karoten ialah senyawa yang tidak stabil terhadap
cahaya dan panas, maka dari itu sampel tidak
c. Perhitungan Kadar Beta Karoten boleh diekstraksi dalam keadaan kering. Sampel
Cu x Fp x Vu yang di ekstraksi dalam keadaan basah akan lebih
Kadar = mudah untuk didapatkan kandungan beta
Bs


X−X 2 karotennya. Kemudian hasil ekstraksi aseton
SD = selanjutnya diuapkan di rotary evaporator.
n−1
Keterangan : Masing-masing hasil ekstrak aseton yang
Cu = Konsentrasi Sampel (µg/mL) telah diuapkan diberikan perlakuan
Fp = Faktor Pengenceran Baku (mL/mL) saponifikasi/penyabunan dengan menambahkan
Vu = Volume Sampel (mL) KOH 15% dalam metanol. Saponifikasi bertujuan
Bs = Berat Sampel (g) untuk membuang klorofil yang terdapat dalam
X = Absorban yang terbaca sampel dan juga membuang lemak yang mungkin
X = Absorban rata-rata terdapat dalam sampel. (Widayanto, 2007).
Selanjutnya pada sampel daun pepaya yang
SD = Standar Deviasi
sudah disaponifikasi dilakukan fraksinasi di
d. Uji Anova Satu Arah
dalam corong pisah dengan menambahkan
Data kadar Beta Karoten daun muda,
petroleum eter 3x25 mL sehingga nantinya akan
daun setengah tua dan daun tua dari pepaya
terbentuk 2 fase. Fase lapisan atas merupakan
penang diolah dengan menggunakan analisa
petroleum eter dan beta karoten sedangkan fase
ANOVA satu arah, uji dilanjutkan dengan
lapisan bawah merupakan klorofil. Kemudian
uji Duncan yang terdapat perbedaan.
dicuci dengan aquadest. Tujuan ekstraksi kembali
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan petroleum eter agar beta karoten yang
Pada penelitian ini dilakukan penetapan
terkandung di dalam sampel di tarik oleh
kadar beta karoten dari esktrak daun pepaya
petroleum eter sedangkan penambahan aquadest
Penang (Carica papaya L.) yaitu daun pepaya
dilakukan untuk membuang zat-zat polar (Idris,
penang muda, daun pepaya penang tua dan daun
2011).
pepaya penang sangat tua dengan menggunakan
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Daun
Spketrofotometri UV-Vis. Sampel daun pepaya
Pepaya Penang
penang (Carica papaya L.) diperoleh di salah
No Jenis Bau Warna Bentuk
satu perkebunan pepaya warga di kabupaten
. Daun
Padang Pariaman. Sebelumnya sampel daun 1. Daun Khas Hijau Kental
pepeya telah diidentifikasi di Herbarium ANDA Muda Kecoklatan
jurusan Biologi Fakultas FMIPA Universitas 2. Daun Khas Hijau Kental

Page 7
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2020 / 2021
Tua Kecoklatan diperoleh susut pengeringan dan kadar abu: 10,19
3. Daun Khas Hijau Kental %, dan 3,07 %; daun pepaya tua: 6,22 % dan3,08
Sangat Kecoklatan %; daun pepaya sangat tua: 9,08% dan 3,09%.
Tua Persyaratan kadar abu pada ekstrak daun pepaya
Dari hasil pemeriksaan Organoleptis
berdasarkan Materia Medika Indonesia Edisi V
ekstrak daun pepaya penang (Carica papaya L.)
adalah tidak lebih dari 12 % (Depkes RI, 1989)
yang telah dilakukan memiliki bau khas daun
maka masing-masing kadar abu ekstrak daun
pepaya dengan bentuk cairan kental yang
pepaya memenuhi persyaratan. Sedangkan untuk
bewarna hijau kecoklatan.
susut pengeringan kurang dari 30,00% hal ini
menunjukan ekstrak yang digunakan adalah
ekstrak kental (Pankhurst,et al.,2003).

Tabel 4. Hasil Uji Analisa Kualitatif


Tabel 2. Hasil Rendemen Dari Ekstrak Daun
Pepaya Penang No. Jenis Nilai Rf Nilai Rf
sampel pembanding
No. Jenis Rendemen (%)
1. Daun muda 0,6 0,6
1. Daun muda 4,52 2. Daun tua 0,6 0,6
2. Daun tua 6,15 3. Daun sangat 0,6 0,6
3. Daun sangat tua 6,84 tua
Masing-masing ekstrak dari daun pepaya Analisa kualitatif dilakukan dengan
dilakukan perhitungan rendemen. Ekstrak daun menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis
pepaya penang muda diperoleh rendemen: 4,52 (KLT). Hal ini berguna untuk mengidentifikasi
%; daun pepaya tua: 6,15 %;daun pepaya sangat dan membuktikan apakah masing-masing sampel
tua: 6,84%. Rendemen ialah perbandingan jumlah daun pepaya mengandung beta karoten atau tidak
ekstrak yang diperoleh dengan berat sampel dengan melihat nilai Rf nya. Nilai Rf adalah
segar. Nilai rendemen berkaitan dengan perbandingan jarak yang ditempuh oleh senyawa
banyaknya kandungan bioaktif yang terkandung. dari titik asal dengan jarak yang ditempuh oleh
Semakin tinggi nilai rendemen maka semakin pelarut dari titik asal (Alegantina, 2010). Eluen
tinggi kandungan zat yang tertarik pada suatu yang digunakan pada penelitian ini adalah N-
sampel (Budiyanto, 2015). heksan : Aseton (7:3). Masing-masing sampel
Tabel 3. Hasil Susut Pengeringan dan Kadar Abu daun pepaya penang (Carica papaya L.) dan
ekstrak Daun Pepaya penang pembanding beta karoten murni, diperoleh noda
No. Jenis Susut Kadar pada plat KLT dibawah lampu UV 366 nm
Pengeringan Abu (%) dengan nilai Rf 0,6. Jika zat uji yang
(%) diidentifikasi dan baku pembanding sama, maka
1. Daun muda 10,19 3,07 terdapat kesesuaian dalam warna dan harga Rf
2. Daun tua 6,22 3,08 (Depkes RI, 2008). Hasil analisa yang diperoleh
3. Daun sangat 9,08 3,09
menunjukan bahwa masingmasing sampel daun
tua
Selanjutnya masing-masing ekstrak kental pepaya penang (Carica papaya L.) dan
dari daun pepaya (Carica papaya L.) penang pembanding memiliki nilai Rf yang sama, hal ini
yang sudah di uapkan kemudian dilakukan menyimpulkan masing-masing sampel daun
karakterisasi susut pengeringan dan kadar abu. pepaya penang (Carica papaya L.) mengandung
Dimana ekstrak daun pepaya penang muda senyawa beta karoten.
Page 8
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2020 / 2021
Selanjutnya dilakukan penentuan batas
deteksi (BD) dan batas kuantitasi (BK). Batas
5 cm deteksi merupakan konsentrasi terkecil analit
dalam sampel yang dapat di deteksi yang masih
memberikan respon signifikan dibandingkan
blangko. Sedangkan Batas kuantitasi merupakan
3 cm kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih
dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama
(Harmita, 2006). Hasil perhitungan diperoleh
nilai batas deteksi sebesar 0,554466 µg/mL,
sedangkan nilai batas kuantitasi sebesar 1,848220
Gambar 1. Analisa Kualitatif Lampu UV 366nm
µg/mL.

Analisa Kuantitatif beta karoten dengan


menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Dimana
digunakan beta karoten murni sebagai Tabel 5. Hasil Kadar Beta Karoten Pada Masing-
pembanding dan dibuat 5 deret konsentrasi yaitu masing Perkembangan Daun
40 ppm, 80 ppm, 120 ppm, 160 ppm dan 200
No. Jenis Kadar beta
ppm. Diukur masing-masing serapan konsentrasi karoten(mg/100 g)
dengan spektrofotometri UV-Vis pada panjang
1. Daun muda 21,5413
gelombang serapan maksimum beta karoten
2. Daun tua 32,1979
3. Daun sangat tua
477,0 nm, dan diperoleh persamaan regresi linear 13,3206
Selanjutnya perhitungan kadar beta karoten
y = 0,173 + 0,0026275 x dengan nilai koefisien
pada berbagai tingkat perkembangan daun pepaya
korelasi 0,9997. Nilai koefisien korelasi yang
penang (Carica papaya L.) yaitu daun pepaya
baik hampir mendekati 1 (Harmita, 2014). Hal ini
penang muda daun pepaya penang tua dan daun
berarti parameter yang diukur sesuai dengan deret
pepaya penang sangat tua dengan menggunakan
konsentrasi yang dibuat karena memiliki
linearitas yang baik. spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang serapan maksimum 477,0 nm dengan
3 kali replikasi. Diperoleh kadar rata-rata beta
karoten masing-masing tingkat perkembangan
daun pepaya penang diantaranya daun pepaya
muda 21,5413 mg/100g; daun pepaya tua
32,1979 mg/100g; daun pepaya sangat tua
13,3206 mg/100g. Kadar tertinggi beta karoten
terdapat pada sampel daun pepaya tua, kemudian
diikuti oleh daun pepaya muda. Sedangkan daun
pepaya sangat tua menempati posisi terendah
untuk kadar beta karotennya. Perbedaan
Gambar 2. Spektrum Panjang Gelombang kandungan komponen kimia ini terjadi karena
Serapan Maksimum Beta adanya perbedaan gejala
Karoten metabolisme daun pada masing-masing

Page 9
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2020 / 2021
perkembangan daun yang berhubungan dengan sebesar daun pepaya tua, hal ini terjadi karena
proses fotosintesis (Kurniawan, et al.,2010). ukuran luas daun pepaya muda tidak seluas daun
Karotenoid merupakan pigmen aksesoris pepaya tua. Menurut penelitian yang telah di
yang membantu dalam proses fotosintesis. lakukan oleh (Kurniawan,et al.,2010) Serapan
Menurut (Hopkins, 2008) peran karotenoid dalam energi cahaya dapat dipengaruhi oleh morfologi
fotosintesis adalah membantu mengabsorbsi daunnya. Daun pepaya muda memiliki morfologi
cahaya sehingga cahaya yang dipakai untuk daun yang lebih kecil dari daun pepaya tua,
proses fotosintesis menjadi lebih besar. Energi sehingga energi cahaya yang diserap kurang
yang diserap oleh karotenoid diteruskan pada optimal. Sehingga kadar beta karoten daun
klorofil yang kemudian digunakan dalam pepaya muda lebih kecil dari kadar beta karoten
fotosintesis. daun pepaya tua.
Semakin banyak kandungan klorofil akan Kadar beta karoten terendah terjadi pada
meningkatkan kemampuan daun untuk daun sangat tua, hal ini disebabkan terganggunya
melakukan fotosintesis yang tentunya akan proses fotosintesis sehingga berkurangnya
mempengaruhi metabolisme daun. Kandungan penyerapan sinar matahari dan biosintesis
klorofil tertinggi terdapat pada daun pepaya tua, pembentukan karotenoid juga terganggu.
hal ini bisa dilihat secara fisik daun tua memiliki Menurut (Ajiningrum, 2018) Kemampuan daun
warna yang lebih hijau di bandingkan dengan untuk melakukan fotosintesis semakin lama
daun pepaya muda maupun dengan daun pepaya semakin meningkat sampai daun berkembang
sangat tua. Menurut (Richardson,et al.,2002) penuh dan kemudian mulai menurun secara
kandungan klorofil pada daun dipengaruhi oleh perlahan. Daun tua yang hampir mati kemudian
umur daun, kadar klorofil akan meningkat seiring berubah warnanya menjadi kuning dan tidak
bertambahnya umur daun sampai daun mampu berfotosintesis karena klorofil rusak dan
berkembang penuh dan kemudian menurun ketika fungsi kloroplas hilang.
daun semakin tua yang mengakibatkan Tabel 6. Hasil Uji Analisa Statistik Anova Satu
melemahnya kemampuan daun dalam Arah
berfotosintesis pun mulai menurun secara Sum of Mean
perlahan. Squares Df Square F Sig.
Dalam proses fotosintesis dan biosintesis Between 602,711 2 301,356 536,250 0,000
karotenoid memerlukan cahaya matahari untuk Groups
keberlangsungannya. Menurut (Johnson dan An, Within 3,372 6 0,562
1991) Cahaya merupakan salah satu faktor Groups
penting dalam biosintesis karotenoid. Menurut
Total 606,083 8
(Bramley, 2002) peran cahaya tersebut adalah Dari data analisa statistik untuk penetapan
untuk meningkatkan aktivitas enzim yang kadar beta karoten pada berbagai tingkat
berperan dalam biosintesis karotenoid. Daun perkembangan daun pepaya penang dilakukan
pepaya tua memiliki kandungan karotenoid tinggi dengan uji Anova satu arah didapatkan nilai
karena mampu mengoptimalkan cahaya dalam signifikan 0,000 (P<0,05), maka untuk itu H0
berlangsungnya biosintesis karotenoid. ditolak dan H1 diterima, yaitu adanya perbedaan
Kadar beta karoten daun pepaya muda yang signifikan dari hasil pemeriksaan kadar
berada di posisi nomor dua tertinggi setelah daun pada berbagai tingkat perkembangan daun pepaya
pepaya tua. Kemampuan menyerap cahaya untuk penang yaitu daun muda daun tua dan daun
keberlangsungan biosintesis karotenoid tidak sangat tua.
Page
10
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2020 / 2021
Tabel 7. Hasil Uji Analisa Statistik Duncan Ajiningrum, P. . (2018). Kadar Total Pikmen
Klorofil Tanaman Avicennia Marina Pada
Duncan Tingakat Perkembangan Daun Yang
Subset for alpha = 0.05 Berbeda. Staf Pengajar Prodi Biologi
Pengulangan N 1 2 3 F.MIPA Universitas PGRI Adi Buana
daun pepaya 3 13,320600 Surabaya, 11(2), 52–59.
sangat tua
Alegantina, S. dan A. I. (2010). Identifikasi dan
daun pepaya 3 21,541333 Penetapan Kadar Senyawa Kumarin Dalam
muda Ekstrak Metanol (Artemisia anna L.) Secara
daun pepaya 3 33,263533 Kromatografi Lapis Tipis-Densitometri.
tua Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Sig. 1,000 1,000 1,000 Biomedis Dan Farmasi, 38, 17–28.
Hasil dari uji lanjutan Duncan terlihat
Baga Kalie, M. (1996). Bertanam Pepaya.
bahwa berbeda secara nyata padasetiap tingkat Penebar Swadaya.
perkembangan daun pepaya penang. Kadar beta
karoten tertinggi terdapat pada daun pepaya Bramley, P. . (2002). Regulation of Carotenoid
penang tua, kemudian daun pepaya muda dan Formation During Tomato Fruit Ripening
kadar beta karoten terendah terdapat pada daun and Development. Journal of Experimental
pepaya sangat tua. Botany, 377 (53), 2107–2113.

Budiyanto,A.(2015). Potensi
KESIMPULAN Antioksidan,inhibitor Tirosinase dan Nilai
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh Toksisitas dari Beberapa Spesies Tanaman
maka dapat disimpulkan bahwa: Mangrove di Indonesia. Institute Pertanian
1. Uji kuantitatif beta karoten pada masing- Bogor.
masing sampel daun pepaya penang (Carica
papaya L.)dengan spektrofotometri UV-Vis Depkes RI. (1989). Materia Medika (5th ed.).
Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan.
didapatkan kandungan beta karoten yaitu:
Daun pepaya muda 21,5413 mg/100g, Daun Depkes RI. (2002). Parameter Standar Umum
pepaya tua 32,1979 mg/100g, dan daun pepaya Ekstrak Tumbuhan Obat. Depkes RI.
sangat tua 13,3206 mg/100g.
2. Berdasarkan Uji Analisis Anova satu arah Depkes RI. (2008). Farmakope Herbal Indonesia
didapatkan nilai signifikan 0,000 (p<0,05) (1st ed.). Depkes RI.
adanya perbedaan yang signifikan dari hasil
Harmita. (2006). Analisa Fisikokimia. UI Press.
pemeriksaan kadar beta karoten pada tingkat
perkembangan daun pepaya penang Harmita. (2014). Analisa Fisikokimia
SARAN (Kromatografi). EGC.
Disarankan kepada peneliti selanjutnya
untuk melakukan penelitian kandungan beta Hasidah, M. D. W. (2017). Kandungan Pigmen
karoten terhadap daun pepaya dengan varietas Klorofil,Karotenoid dan Antosianin Daun
Caldium. Protobiont, 6(2), 29–37.
yang berbeda, guna melihat apakah terdapat
perbedaan kadar yang disebab kan karena Hopkins, W. dan H. N. (2008). Introduction to
perbedaan varietas. Plant Physiology (4th ed.). John Wiley dan
DAFTAR PUSTAKA Son.
Page
11
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2020 / 2021
, 127(3), 760–767.
Idris, N. (2011). Analisis Kandungan Beta
Karoten dan Penentuan Aktivitas Pankhurst QA,Connoly J,Jones SK, D. J. (2003).
Antioksidan dari Buah Melon (Cucumis Applications of magnetic nanoparticles in
melo L.) Secara Spektrofotometri UV-Vis. biomedicine. 36, 167–181.
Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Alauddin. Paramastri dan Anindha. (2011). Pepaya Yang
Tak Busuk Saat Distribusi.
Johnson,E.A dan An, G. . (1991). Astaxantin http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789
from Microbial Source. Critical Rev /52408
Biotechnol, 11(4), 297--326.
Richardson,A.D,Dugan,S.P,Berlyn, G. . (2002).
Kementan. (2015). Data Produksi dan Luas An Evaluation of Noninvasive Mehtods to
PanenTahun2014.http://aplikasi.pertanian.g Estimate Foliar Chlorophyll Content. USA
o.id/bdsp/newkom.asp Jurnal Phytologist, 153(1), 20–24.

Kurniawan,Madha, M. I. dan Y. N. (2010). Rustam,Atmasari, Y. (2007). Efek Antiinflamasi


Kandungan Klorofil,Karotenoid dan Ekstrak Etanol Kunyit (Curcuma domestica
Vitamin C pada Berbagai Spesies Tumbuhan Val). Sains Dan Teknologi Farmasi, 12(2)
Akuatik. Buletin Anatomi Dan Fisiologi, 28. 112–115.

Laily AN,Suranto, S. (2012). Characteristices of Setiawati,T,Saragih, N. dan M. (2016). Analisis


Carica pubescens of Dieng Plateau Central Kadar Klorofil dan Luas Daun Lampeni
Java according to its (Ardisia humilis Thunbergh) Pada tingkat
morphology,antioxidant and protein pattern. perkembangan yang berbeda di Cagar Alam
In Nusantara Bioscience. Pengandaran. Prosiding Seminar MIPA
Mahmud, M. dan H. (2009). Tabel Komposisi Peran Penelitian Ilmu Dasar dalam
Pangan Indonesia. Persagi. Menunjang Pembangunan
Berkelanjutan,Universitas Padjajaran.
Maisarah, Nurul, Asma, F. (2013). Antioxidant
Analysis of Different Parts of Carica Sutarpa dan Sutama. (2008). Daun Pepaya
papaya. IFRJ, 20(3), 1043–1048. Dalam Ransum Menurunkan Kolesterol
pada Serum dan Telur Ayam. Jurnal
Marelli de souza,L,ferrira,K.S,Chaves,J.B.P dan Veteriner, 9(3), 152–156.
Teixeira, S. . (2008). Lascorbic Acid,Beta Syarif,S.Flaning, M. (n.d.). Analisis Kandungan
Carotene and Lycopen Content in Papaya Beta Karoten Pada Jenis Sawi Putih
Fruit (Carica papaya L.). Journal Sci.Agri. (Brassica pekinensia L.) dan jenis Sawi
(Peracicaba,Braz), 65(3). Hijau (Brassica juncea L.) Secara
Spektrofotometri UV-Vis. As-Syifaa, 05(01),
Murhalien dan Ani Nurgiartiningsih. (2015). 55–61.
Pemanfaatan Limbah Daun Pepaya dalam
bentuk tepung dan jus utuk meningkatkan USDA. (2001). Treating Livestock Medical Plant
performans produk ayam arab. Research or Toxis Carica papaya. Available on
Journal of Life Science, 02(2). Lineat.
http://www.probe.nalusda.gov:8300/ogibin/b
Otsuki dang, Kumagai kondo, I. M. (2010). rowse/phytochemdb
Aqueous extract of Carica papaya leaves
exhibits anti tumor activity and Widayanto, E. (2007). Optimasi Pemekatan
immunomodulatoryeffects.J.Ethnopharmacol Karotenoid pada metil ester kasar (crude
Page
12
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2020 / 2021
methyl ester) Minyak Sawit dengan metode
Kromatografi Kolom Adsorpsi. Skripsi IPB.

Page
13

Anda mungkin juga menyukai