DOSEN MUDA
Oleh :
Sitti Saleha, M.Si
Dra. Murniana, M.Si
dapat menyebabkan perubahan flavour dan tekstur bahan makanan. Oleh karena itu,
Dewasa ini dikembangkan penelitian untuk mencari senyawa alami yang memiliki
aktivitas antioksidan.
kerusakan membran yang berakibat pada inaktivasi sel. DNA juga dapat mengalami
larutan KOH jenuh bertujuan untuk memperoleh astaxanthin dalam bentuk bebasnya.
sebesar 88%.
SUMMARY
changes of flavour and texture. Therefore, prevention of lipid oxidation has been of
concern in the food industry. The use of synthetic antioxidants is an old practice and
their safety could be questioned by the consumer. The alternative natural compounds
Free radicals attack the saturated fatty acids in biomembrane. They cause
potassium chloride solution were added to chloroform extract. Free astaxanthin form
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
Limbah Kulit Udang” pada waktu yang telah ditetapkan. Kegiatan penelitian
merupakan salah satu Tri Darma Perguruan Tinggi yang harus dilaksanakan oleh staf
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada
2. Dekan FMIPA Universitas Syiah Kuala yang telah memberikan izin untuk
4. Para staf pengajar, teman sejawat, mahasiswa dan laboran yang telah banyak
ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... i
PRAKATA.................................................................................................. iv
LAMPIRAN................................................................................................ 16
PENDAHULUAN
dalam bentuk beku. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor udang
terbesar di dunia. Dari proses pembekuan udang (cold storage) dalam bentuk udang
beku headless atau peeled untuk ekspor, 60-70 % dari berat udang menjadi limbah.
Limbah sebanyak ini, jika tidak ditangani secara tepat, akan menimbulkan dampak
Selama ini pemanfaatan limbah kulit udang hanya terbatas untuk campuran
pakan ternak serta sumber khitin dan khitosan. Salah satu alasan pemanfaatan limbah
kulit udang sebagai pakan ternak adalah kandungan pigmen astaxanthin pada kulit
udang yang dapat meningkatkan warna kuning telur ayam dan itik serta memelihara
radikal bebas sebagai penyebab penuaan dini dan pencetus aneka penyakit
astaxanthin
Astaxanthin alami terdapat dalam bentuk mono- dan di- ester dari asam lemak,
tentang aktivitas antioksidan lebih difokuskan pada tiga jenis antioksidan, yaitu
vitamin E, vitamin C dan karotenoid, karena berperan penting sebagai nutrien yang
pemberi warna merah pada crustaceae (kepiting, udang, lobster). Pada penelitian ini
udang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Udang
Udang adalah hewan yang hidup di perairan, khususnya sungai maupun laut
atau danau. Udang dapat ditemukan di hampir semua genangan air yang berukuran
besar, baik air tawar, air payau, maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari
Malacostraca dan Ordo Decapoda. Udang biasa dijadikan makanan laut (seafood).
Sama seperti seafood lainnya, udang mengandung sejumlah besar kalsium dan
protein, tetapi rendah kalori. Makanan dengan bahan utama udang merupakan
sumber kolesterol.
Dewasa ini budi daya udang tambak telah berkembang dengan pesat, karena
ekspor non migas dan merupakan salah satu jenis biota laut yang bernilai ekonomis
tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor udang terbesar di dunia
dengan nilai ekspor antara 850 juta sampai 1 miliar dollar AS per tahun (Departemen
Udang di Indonesia pada umumnya diekspor dalam bentuk udang beku yang
telah dibuang bagian kepala, kulit, dan ekornya. Limbah udang yang dihasilkan dari
berkisar antara 60-70 % dari berat udang. Dengan demikian, jumlah bagian yang
terbuang dari usaha pengolahan udang cukup tinggi. Limbah kulit udang
mengandung konstituen utama yang terdiri dari protein, kalsium karbonat, khitin,
Di Indonesia saat ini ada sekitar 170 industri pengolahan udang dengan
kapasitas produksi sekitar 500.000 ton per tahun. Diperkirakan, dari proses
pengolahan oleh seluruh unit pengolahan yang ada, akan dihasilkan limbah sebesar
325.000 ton per tahun (Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia,
2006). Limbah sebanyak itu, jika tidak ditangani secara tepat, akan menimbulkan
biological oxygen demand dan chemical oxygen demand. Sebagian kecil dari limbah
udang sudah termanfaatkan dalam hal pembuatan kerupuk udang, petis, terasi, dan
Pemanfaatan limbah udang tidak hanya memberikan nilai tambah pada usaha
yang ditimbulkan, terutama masalah bau yang dikeluarkan serta estetika lingkungan
2.2 Astaxanthin
yang jauh lebih tinggi dibandingkan antioksidan lain yang sudah dikenal seperti
vitamin E dan C. Dalam mengikat oksigen, astaxanthin lebih kuat 550 kali
E.
Astaxanthin dapat ditemukan pada mikroalga yang hidup di perairan seluruh
dunia, mulai dari danau tropis sampai padang salju Antartika atau pada hewan laut
seperti salmon segar, udang dan lobster. Astaxanthin memberikan warna merah
bahan penting dalam pertumbuhan dan kesehatan ikan peliharaan (Torrissen and
Christiansen, 1995).
aktivitas menetralkan singlet oksigen dan peroksida lipid. Astaxanthin memiliki efek
antiinflamasi dengan menghambat sitokin dan chemokin. Dari sisi kesehatan mata,
pylori. Di kedokteran olahraga, astaxanthin dapat meningkatkan daya tahan otot dan
untuk kesehatan kulit, astaxanthin dapat mencegah kerut (Kurashige et. al., 1990).
2.3 Antioksidan
memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti khusus, antioksidan
adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal
didukung oleh nutrisi pendukung atau mineral yang disebut juga ko-faktor.
1. Superoksida dismutase
Antioksidan ini merupakan enzim yang bekerja bila ada pembantunya yaitu
suplemen mineral tetapi bagi orang yang hidupnya sedang-sedang saja lebih
baik mengkonsumsi mineral dari tanaman karena banyak juga tanaman yang
dapat menghasilkan SOD antara lain brokoli, bayam, sawi dan juga hasil-
2. Glutathione peroksidase
Adalah enzim yang berperan aktif dalam menghilangkan H2O2 dalam tubuh
enzim katalase dan menjaga konsentrasi oksigen akhir agar stabil dan tidak
• Copper (Cu)
• Zinc (Zn)
• Selenium (Se)
• Manganese (Mn)
• Besi (Fe)
menjadi dua kelompok, yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintesis reaksi kimia) dan antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan
antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen makanan, (b) senyawa
antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses pengolahan, (c) senyawa
antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan ditambahkan ke makanan sebagai
kapasitas antioksidan dalam tubuh menurun. Terdapat banyak sekali jenis makanan
tidak bisa disintesis oleh tubuh, karena itu antioksidan jenis ini diperoleh dari asupan
makanan. Terdapat dua kelas antioksidan dari kelompok karotenoid, yaitu xantofil
dan karoten. Dari kelas karoten misalnya β-karoten dan likopen, sedangkan dari kelas
1. Antioksidan primer
karena antioksidan ini dapat merubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang
ada dalam tubuh adalah enzim superoksida dismutase. Enzim ini sangat penting
karena dapat melindungi sel-sel tubuh dari serangan radikal bebas. Kerja enzim ini
sangat dipengaruhi oleh mineral seperti mangan, seng, tembaga dan selenium yang
2. Antioksidan sekunder
bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan
yang lebih besar. Contoh antioksidan sekunder adalah vitamin E, vitamin C dan
3. Antioksidan tersier
jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas. Biasanya yang termasuk
kelompok ini adalah jenis enzim, misalnya metionin sulfoksidan reduktase yang
dapat memperbaiki DNA dalam inti sel. Enzim ini bermanfaat untuk perbaikan DNA
4. Oxygen scavenger
5. Chelator / sesquesstrant
lemak. Oksidasi lemak terdiri dari tiga tahap utama, yaitu inisiasi, propagasi, dan
terminasi. Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal asam lemak, yaitu suatu
senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif akibat dari
hilangnya satu atom hidrogen. Pada tahap propagasi, radikal asam lemak akan
menyerang asam lemak menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam lemak baru.
Hidroperoksida yang terbentuk bersifat tidak stabil dan akan terdegradasi lebih lanjut
dan tekanan darah tinggi serta terganggunya sistem imun tubuh dapat disebabkan
oleh stress oksidatif. Stress oksidatif adalah keadaan tidak seimbangnya jumlah
oksidan dan prooksidan dalam tubuh. Pada kondisi ini, aktivitas molekul radikal
bebas atau reactive oxygen species (ROS) dapat menimbulkan kerusakan seluler dan
genetika. Kekurangan zat gizi dan adanya senyawa xenobiotik dari makanan atau
memiliki masalah dengan berbagai penyakit degeneratif. Hal ini disebabkan oleh
menu sehat tradisionalnya yang kaya zat gizi dan komponen bioaktif. Zat-zat ini
menghambat reaksi kimia oksidasi yang dapat merusak makromolekul dan dapat
lipoprotein densitas rendah (LDL) dan sangat rendah (VLDL) dari reaksi oksidasi.
Untuk kanker dan tumor, banyak ilmuwan spesialis setuju bahwa penyakit ini
berawal dari mutasi gen atau DNA sel. Perubahan pada mutasi gen dapat terjadi
melalui mekanisme kesalahan replikasi dan kesalahan genetika yang berkisar antara
10-15 %, atau faktor dari luar yang merubah struktur DNA seperti virus, polusi,
radiasi, dan senyawa xenobiotik dari konsumsi pangan sebesar 80-85 %. Radikal
bebas dan reaksi oksidasi berantai yang dihasilkan berperan pada proses mutasi ini.
Resiko ini dapat dikurangi dengan mengkonsumsi antioksidan dalam jumlah yang
cukup.
BAB III
METODE PENELITIAN
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh sejak bulan Juni hingga Nopember 2009.
4.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah limbah kulit udang yang diperoleh dari
aquades, glass wool, aluminium foil, KMnO4, -karoten, asam linoleat dan
astaxanthin murni.
4.4 Prosedur
dibungkus dengan aluminium foil dan disimpan selama 24 jam. Pemisahan sabun
dilakukan dengan penyaringan menggunakan glass wool. Filtrat ditempatkan dalam
corong pemisah, dicuci dengan metanol dan dipekatkan dengan vacuum rotary
evaporator.
dan segera diukur absorbansinya pada 470 nm. Kemudian tabung reaksi yang berisi
larutan tersebut ditempatkan dalam penangas air pada suhu 50oC dan diukur
Karotenoid bersifat lipofilik, yaitu tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut organik berupa aseton, alkohol, eter, heksan, toluen, kloroform dan etil asetat.
(dihidroksikarotena), sehingga memiliki sifat lebih larut di dalam metanol dan etanol.
karotenoid alami terdapat dalam bentuk ester dari berbagai jenis asam lemak, berupa
metil ester atau dimetil ester (Rodriquez, 2001). Penambahan larutan KOH jenuh
berdasarkan reaksi oksidasi astaxanthin oleh KMnO4. Secara visual, reaksi ini
mirip dengan -karoten, sehingga reaksi oksidasi astaxanthin oleh KMnO4 mengikuti
-karoten
bleaching terhadap -karoten. Pada metode ini, -karoten mengalami destruksi oleh
asam linoleat dan -karoten. Dalam sistem aqueous, asam linoleat membentuk misel-
misel yang memiliki sifat koloidal, sehingga mempengaruhi sifat senyawa inisiator
karoten. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak astaxanthin memiliki kapasitas yang
baik untuk mengurangi jumlah radikal yang dihasilkan pada oksidasi asam linoleat.
BAB VI
6.1 Kesimpulan
kloroform dan metanol berturut-turut. Pada saponifikasi dengan larutan KOH jenuh,
6.2 Saran
antioksidan dengan metode DPPH untuk antioksidan hidrofobik dan metode ABTS
Binsan, W., Benjakul, S., Visessanguan, W., Roytrakul, S., Tanaka, M. and
Kishimura, H. 2008. Antioxidative Activity of Mungoong, an Extract Paste,
from the Cephalothorax of White Shrimp (Litopenaeus vannamei). Food
Chemistry 106: 185-193.
Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2006, Industri Kitin: Dari
Limbah Menjadi Bernilai Tambah, Jakarta.
Frankel, E.N. dan Meyer, A.S. 2000. Review: The Problems of Using One-
dimensional Methods to Evaluate Multifunctional Food and Biological
Antioxidants. The Science of Food and Agriculture 80: 1925-1941.
Gorinstein, S., Huang, D., Leontowicz, H., Leontowicz, M., Yamamoto, K., Soliva-
Fortuny, R., Belosso, O.M., Ayala, A.L.M. and Trakhtenberg, S. 2006.
Determination of Naringin and Hesperidin in Citrus Fruit by High
Performance Liquid Chromatography. The Antioxidant Potential of Citrus
Fruit. Acta Chromatographica 17.
Han, J., Weng, X. and Bi, K. 2008. Antioxidants from a Chinese Medical Herb
Lithospermum erythrorhizon. Food Chemistry 106: 2-10.
Kurashige, M., Okimasu, E., Inoue, M. and Utsumi, K. 1990. Inhibition of Oxidative
Injury of Biological Membranes by Astaxanthin. Physiol. Chem. Pys. &
Med. 22: 27-38.
Manjang, Y. 1993. Analisa Ekstrak Berbagai Jenis Kulit Udang Terhadap Mutu
Khitosan. Jurnal Penelitian Andalas. 12 (V) : 138 – 143.
Pratt, D.E. 1992. Natural Antioxidants from Plant Material. di dalam : M.T. Huang,
C.T. Ho, dan C.Y. Lee, editor. Phenolic Compounds in Food and Their
Effects on Health H. American Society, Washington DC.
Rodriquez, D.B. 2001. A Guide to Carotenoid Analysis in Food. ILSI Press.
Washington.
Souza, J.N.S., Silva, E.M., Loir, A., Rees, J.-F., Rogez, H. and Larondelle, Y. 2008.
Antioxidant Capacity of Four Poliphenol-Rich Amazonian Plant Extract:
A Correlation Study using Chemical and Biological in vitro Assays. Food
Chemistry 106: 331-339.