Anda di halaman 1dari 2

Ipk, 05 Ags 2022

Potensi Badai

Mengapa kelihatannya Tuhan tidak sejalan dengan hidup kita? Kita akan menghargai lautan tenang yang
bening, terima kasih banyak!

Kita menyukai kenyamanan. Kita menginginkan hari-hari tanpa masalah. Kita menginginkan pasangan
dan anak-anak yang tidak bertengkar, mitra kerja yang tidak menyebalkan, dan peralatan dan kendaraan
yang tidak pernah rusak. Kita melihat gangguan apapun terhadap jadwal atau agenda kita sebagai
sebuah masalah yang besar. Kita, atau mereka yang dekat dengan kita, pasti melakukan sesuatu yang
salah. Sesuatu harus berubah!

Tetapi, ironisnya, tanpa badai dan kesukaran, kita tidak membutuhkan kedamaian!

Badai dan kesukaran memiliki potensi besar untuk menghancurkan kita, mencabut kita, menyingkirkan
kita dari tujuan kita, atau paling sedikit, mengubah fokus kita. Musuh kita yang pantang menyerah tidak
pernah melewatkan kesempatan untuk membawa kebohongan dan tuduhannya dengan tujuan
merampas kedamaian kita, menghilangkan kepercayaan kita, dan pada ujungnya menghancurkan iman
kita.

Namun badai juga mempunyai kesempatan untuk membangun diri kita. Di dalam badai kita melatih
iman dan rasa percaya kita kepada Tuhan dan kasih kita bagi sesama. Yang mengagumkan, tidak
diperlukan iman untuk menyetujui dan mempercayai tuduhan musuh: Ini terlalu sulit. Tidak penting apa
yang kamu pilih. Pikirkan dirimu sendiri! Ini tidak layak diperjuangkan. Melawan rasa cemas dan
khawatir membutuhkan tekad akan iman dan percaya akan apa yang Tuhan katakan dan sanggup
lakukan. Saya memutuskan untuk percaya kepada-Mu! Saya menunggu Engkau datang. Saya percaya
Engkau melihat saya dan entah bagaimana caranya, Engkau sedang bekerja untuk kebaikan saya.

Apa yang mungkin terjadi jika alih-alih kita berusaha menghindari badai kehidupan, malah kita menemui
situasi sulit kita secara langsung? Bagaimana jika kita melawan rasa takut kita dan melepaskan kendali?
Bagaimana jika kita melihat masa-masa sulit ini sebagai kesempatan untuk bertumbuh secara rohani dan
semakin berbesar hati? Bagaimana jika kesediaan kita untuk melangkah masuk dalam kesulitan
mengajar anak-anak kita dan mereka yang ada di sekitar kita tentang hal-hal yang tidak pernah mereka
pelajari?

Pada suatu musim panas beberapa waktu yang lalu, 21 anggota keluarga kami, berusia antara 5 sampai
65 tahun, pergi mendaki Gunung Uncompahgre, sebuah gunung setinggi 14.308 kaki di Colorado.
Beberapa bagian dari pendakian ini sangatlah sulit dan menghabiskan banyak waktu yang melelahkan.
Sering kali kami ingin menyerah, bahkan mempertanyakan apa yang kami lakukan. Puncak gunung
kelihatannya semakin jauh. Udaranya tipis dan sulit untuk bernapas. Ada banyak air mata dan keluhan.
Ini terlalu sulit! Bagaimana jika kita jatuh? Apakah kita akan mati? Kita saling memberi semangat dengan
teriakan-teriakan, Saya bisa dan saya mau! Pada akhirnya kami melangkah ke permukaan luas, yang
indah yang kelihatannya seperti puncak dunia! Girang, lega, sukacita, damai! Kami berhasil! Anak-anak
kami dan bahkan cucu-cucu kecil kami menyelesaikan salah satu hal tersulit yang pernah mereka
lakukan. Diubahkan selamanya oleh kesukaran yang kami tanggung, perubahan ini melekat pada kami
sampai dengan hari ini.

Persiapkan hati Anda untuk badai dan kesukaran supaya Anda tidak lengah ketika itu terjadi. Dari
kedamaian dan hadirat-Nya, Anda sepenuhnya diperlengkapi dengan kekuatan dan keberanian untuk
melewatinya. Saat Anda bersedia melangkah ke dalam situasi yang sulit dan memilih untuk melihatnya
sebagai kesempatan untuk bertumbuh, Anda akan mendapatkan keyakinan dan kekuatan batin dari
hadirat-Nya yang tak terlihat. Kemampuan Anda akan meningkat melebihi apa yang Anda pikirkan. Yang
terpenting, Anda akan mampu berkata kepada mereka yang ada di belakang Anda bahwa mereka akan
berhasil melewati badai mereka, bukan karena diri mereka, melainkan dengan Damai dalam hati
mereka.

Setiap badai yang kita hadapi memiliki potensi untuk menghancurkan kita namun Damai berjanji untuk
menjaga hati dan pikiran kita. Ketika kita dengan berani menghadapi badai itu secara langsung,
bergandengan tangan bersama-Nya, kita hanya akan kehilangan hal-hal yang perlu dilenyapkan: dosa,
kesombongan, pikiran negatif, suka mengkritik, egoisme, kebencian. Hal-hal yang menawan kita dengan
erat dan menghalangi kita menjadi orang yang Tuhan kehendaki. Hal-hal yang perlu dimatikan agar kita
bisa sepenuhnya hidup di dalam Dia.

Saya membayangkan kepercayaan kita di dalam Yesus membawa sebuah senyuman pada wajah-Nya
saat Dia membimbing kita menuju kebebasan di sisi seberang. Ketika mata kita tetap tertuju kepada-Nya
di dalam badai yang terdalam dan tergelap, kita akan memiliki kedamaian, karena Damai adalah
Seseorang.

Anda mungkin juga menyukai