Anda di halaman 1dari 19

PUISI JALAN SALIB

Meski langkahMU tertatih-tatih


Namun KAU tak pernah merintih
Meski luka di tubuhMU terasa perih
Namun tak pernah KAU berucap pedih

Goresan-goresan luka kian ternganga


Menguliti tubuh yang penuh luka
Tetesan darahpun berceceran dimana-mana
Menyebabkan sakit yang luar biasa

KAU tetap bertahan,


hingga titik darah yang penghabisan
Tanpa sebuah pembelaan,
hanya suara-suara tangisan perempuan2 Yerusalem
Dan terdengar juga suara2 yang penuh kecaman
Musuh-musuh yang penuh kebencian,
mereka teriakkan dengan hujatan
Semua ini ENGKAU lakukan untuk sebuah kedamaian
Oleh karena penyaliban,
kami semua di selamatkan

Terima kasih TUHAN,


rasa syukur kami naikkan
Kami akan tetap terus beriman,
hingga akhir kehidupan
Amin.
Lagu2 Minggu Sengsara :
1. MENJULANG NYATA
Menjulang nyata atas bukit kala
Trang benderang salibMu Tuhanku
Dari sinar yang menyala-nyala
Memancar kasih agung dan restu
Seluruh umat insan menengadah kearah cahya kasih yang mesra
Bagai pelaut yang karam merindukan diufuk Timur pagi merekah

2. SAYA MAU IKUT YESUS


Saya mau ikut Yesus, saya mau ikut Yesus
Sampai slama-lamanya
Meskipun saya susah menderita dalam dunia
Saya mau ikut Yesus sampai slama-lamanya.

3. PADA KAKI SALIBMU


Pada kaki salibMu Yesusku berlindung
Air hayat Golgota pancaran yang agung
salibMu, salibMu yang kumuliakan
hingga dalam sorga klak ada perhentian.

4. INGINKAH KAU IKUT TUHAN


Inginkah kau ikut Tuhan, pikul salib
Jangan bimbang, jangan sungkan, ikut Tabib
Pikullah salibMu saja, ikut terus
Lihatlah mahkota raja agung kudus.

.
BERKAT
Arahkan hati dan pikiranmu kepada Tuhan dan terimalah berkat-Nya:....
TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau;
TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN
menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.
(Bilangan 6:24-26)
Amin, Amn, Amin.
Khotbah Minggu, 20 Oktober 2019.
Pembacaan Alkitab : ZEFANYA 3:9-20.
Nas. Alkitab : Perikop bacaan.
Tema Mingguan : “Umat Tuhan menjadi Kenamaan dan kepujian di bumi.”
Saudara jemaat yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus.
Perikop bacaan kita adalah ajakan untuk bersukacita dan bangkit kembali, setelah sekian lama umat Tuhan
berada dalam kondisi yang terpuruk, baik ekonomi, keadilan,dan spiritual. Keterpurukan ini semakin
menyedihkan ketika Tuhan menghukum umat-Nya sendiri yang sudah hidup jauh dari kehendak Tuhan.
Hukuman itu hendak mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menghindar dari hukuman Tuhan,
baik umat Allah maupun bangsa-bangsa lain. Tetapi, sekarang umat Tuhan diajak untuk bersukacita karena
masa-masa keterpurukan itu sudah berlalu. Tuhan sendiri berinisiatif untuk memulihkan, membebaskan, dan
menyelamatkan umat-Nya. Hal ini menegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi rencana
kasih Allah bagi umat-Nya, bahkan bagi siapa pun.
Saudara-saudara jemaat,
Lalu, kitapun mungkin bertanya apa yang Allah lakukan? Pemulihan seperti apa yang Tuhan lakukan sehingga
umat bersukacita?
Pertama :
Penghukuman digantikan dengan kehadiran dan pemerintahan Allah (ay. 15). Artinya, penghukuman yang
selama ini dialami oleh umat Tuhan dan dipahami sebagai ketidakhadiran Tuhan di antara mereka, sekarang
Allah sendiri membuktikan bahwa Dia tetap hadir dan memerintah umat-Nya itu. Kehadiran Allah ini
mendatangkan sukacita besar, mendatangkan rasa nyaman dan aman, dan membangkitkan kembali
kepercayaan diri umat Tuhan. Siapa yang tidak senang dan bersukacita kalau sang Pelindung dan Pengayom
hadir dalam hidupnya?
Kedua :
Malapetaka, musuh, ancaman, dan penindas digantikan dengan kemenangan (ay. 15, 16, 18, 19). Kalau
sebelumnya umat Tuhan mengalami penindasan, hidup di bawah ancaman musuh-musuh mereka, dan selalu
mengalami kekalahan, sekarang Allah mendatangkan kemenangan bagi mereka; dan kemenangan ini
merupakan suatu sukacita besar yang tidak dapat diberikan oleh siapa pun.
Ketiga :
Rasa malu digantikan dengan kenamaan dan pujian (ay. 18, 19). Secara psikologis, kekalahan dan pembuangan
yang dialami oleh umat Tuhan mendatangkan rasa malu yang luar biasa, apalagi kalau diperhadapkan dengan
status mereka sebagai bangsa pilihan Tuhan. Betapa malunya mereka! Sekarang, dengan kehadiran dan
pemerintahan Allah, rasa malu itu digantikan dengan kenamaan dan pujian; status mereka sebagai umat Tuhan
yang sempat pudar/redup, kini dipulihkan seperti sedia kala ketika bangsa itu terkenal di mana-mana.
Mereka menjadi bangsa yang terkenal, keturunannyapun sampai sekarang menguasai dunia. Keturunan
Yahudi/Israel menguasai dunia teknologi, sebut saja : SERGEY BRIN, dia pendiri Google ayahnya Yahudi,
MARK ZUCKERBERG, dia pendiri Facebook, dia keturunan Yahudi, ada lagi MICHAEL DELL, dia pendiri
Dell (komputer), dan salah satu tokoh dunia mantan Presiden Amerika Barack Obama adalah keturunan
Yahudi. Jadi sampai sekarang setelah mengalami pemulihan dari Tuhan umat Israel/bangsa Yahudi menjadi
amat terkenal dan terpuji, semua ini bukan karena kehebatan mereka, tapi oleh karena Anugerah TUHAN.
Mereka telah berbuat sesuatu demi kepentingan banyak orang karena TUHAN.
Keempat :
Ketakutan dan kelesuan digantikan dengan pembaharuan dan pemulihan meneluruh: menyelamatkan yang
pincang, mengumpulkan yang terpencar, dan pemulangan ke tanah perjanjian, ay. 16, 17, 19). Sungguh tidak
enak hidup di bawah ancaman orang lain, atau ancaman siapapun, sungguh tidak enak hidup dalam ketakutan;
tetapi itulah yang dialami oleh umat Tuhan ketika mereka mendapat hukuman Tuhan. Siapa yang tidak
merindukan kebebasan dari rasa takut? Dan Tuhan tahu situasi ini; karenanya Dia melakukan pembaharuan dan
pemulihan. Kalau Tuhan sendiri hadir dan memerintah mereka, tentu rasa takut tidak ada lagi; kalau Pelindung
yang sejati sudah ada, apa lagi yang perlu ditakuti? Kalau Penyelamat itu datang mengumpulkan dan
memulangkan mereka ke tanah perjanjian, apa lagi yang perlu dikuatirkan? Begitu besar kasih Allah kepada
umatNya.
Saudara-saudara kekasih Tuhan,
Itulah gambaran pemulihan yang dilakukan oleh Tuhan bagi umat-Nya!
Jadi, siapakah yang tidak bersyukur dan bersukacita atas pemulihan tersebut? Siapakah yang tidak akan
bersorak-sorai kalau keadaannya yang terpuruk dipulihkan secara luar biasa oleh Tuhan?
Dalam rangka sukacita karena pemulihan seperti inilah Zefanya mengajak kita untuk bersukacita.
Saudara2 kekasih Tuhan,
Saya percaya bahwa kita pernah mengalami masa-masa krisis. Kita mungkin pernah mengalami krisis
keluarga, krisis kepercayaan, krisis iman, krisis keuangan, dan dan kesulitan2 hidup lainnya. Di saat-saat
seperti itu kita tentunya merindukan pemulihan; kita merindukan perubahan dalam kehidupan kita. Tuhan mau
dan mampu memulihkan keadaan kita, sebaliknya kita harus siap dan mau dipulihkan oleh Tuhan dengan
segala konsekuensinya. Pemulihan itu juga hendak mengajak kita untuk tetap SETIA KEPADA TUHAN, setia
beribadah, bibir kita harus bersih artinya apa yang keluar dari mulut kiita adalah kata2 yang membangun orang,
bukan kata yang menyepelekan, memfitnah, membenci sesama. Atau kata2 yang menggambarkan
kesombongan, ingin menang sendiri. Pasti torang ingin menjadi orang ternama, terkenal, terpuji dll, marilah
kita berusaha mendapatkannya dengan cara2 yang benar yang sesuai dengan kehendak Tuhan, Sebab seringkali
terjadi ada orang ingin menjadi ternama, terkenal dan terpuji dengan cara mengorbankan orang lain. Menjadi
ternama, terkenal dan terpuji sebagai orang percaya kita harus selalu pahami adalah karena Tuhan, bukan
karena kehebatan kita. Dan biarlah kita menjadi ternama, terkenal, terpuji dimuka bumi ini karena TUHAN.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan
Firman Tuhan mengajak kita, untuk menjadi alat pemulihan Tuhan kemanapun kita pergi dan berada.
Diamana ada ketidakdamaian, kita menjadi pembawa damai
Dimana terjadi kebencian, kita menjadi pembawa cinta kasih.
Dimana terjadi penghinaan, kita menjadi pembawa pengampunan.
Dimana terjadi perselisihan, kita menjadi pembawa kerukunan.
Dimana terjadi kesesatan, kita menjadi pembawa kebenaran.
Dimana terjadi kebimbangan, kita menjadi pembawa kepastian.
Dimana terjadi keputus-asaan, kita menjadi pembawa harapan.
Dimana terjadi kegelapan, kita menjadipembawa terang.
Dimana terjadi kesedihan, kita menjadi pembawa sukacita.
Dalam kerangka itulah pemulihan kita dapat menjadi sukacita besar dalam hidup kita masing-masing,
kehidupan sesama, lingkungan, dan Tuhan sendiri.
AMIN.

Berpikir Hati-hati
Nats : Beginilah firman Tuhan semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu! (Hagai 1:7)
Bacaan : Hagai 1
.Pernahkah Anda mengunci mobil dan meninggalkan kunci di dalamnya? Mengeposkan amplop tanpa
menempelkan perangko di atasnya? Memasak sebuah resep makanan tanpa memasukkan salah satu bumbu
utama?
Hal-hal seperti itulah yang kita lakukan bila kita tidak betul-betul memerhatikan apa yang sedang kita kerjakan.
Melakukan sesuatu yang seharusnya tidak kita lakukan atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya kita
lakukan adalah pikiran yang ceroboh. Tindakan yang keliru atau kelalaian yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan, dapat menjadi gangguan kecil 窶蚤 tau dapat menimbulkan akibat serius yang
berlangsung lama.
Anda dapat berpikir bahwa orang-orang pada zaman Hagai tidak mungkin melakukan kesalahan-kesalahan
yang ceroboh. Dua puluh tahun sebelumnya, mereka hidup dalam pembuangan di Babilonia karena tidak
menaati Allah. Sekarang mereka telah kembali ke Yerusalem, akan tetapi hidup mereka seolah-olah
menunjukkan tidak pernah mengalami pembuangan.
Maka, melalui Nabi Hagai, Allah memberi tahu mereka, "Perhatikanlah keadaanmu!" (Hagai 1:7). Lalu Dia
memberi tahu kesalahan mereka: Mereka hidup angkuh dalam kemewahan dan tidak menyelesaikan
pembangunan Bait Allah. Pikiran yang ceroboh telah menghasilkan kelalaian dan keputusan yang keliru.
Allah ingin supaya kita berpikir hati-hati terhadap tindakan, perkataan, dan hubungan kita, serta membuat
keputusan yang membawa kemuliaan bagi-Nya. Apa pun yang Anda lakukan hari ini, pikirkanlah dengan
sungguh-sungguh.
Amin.

Khotbah Minggu, 1 Oktober 2017.


Dalam rangka HUT ke 83 GMIM Bersinode dan Hari Perjaamuan Kudus se Dunia GMIM
Betlehem Baru Oarai
Bacaan Alkitab : Kisah  Para Rasul 6:1-7
Saudara Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Para penulis Alkitab memberikan kesaksian bahwa dalam melaksanakan pelayanan-
Nya di dunia, Yesus tidak bekerja seorang diri melainkan dibantu oleh orang-orang lain.
Ia memanggil siapa saja yang dikehendaki-Nya dan memilih mereka dengan bebas,
tanpa melihat latar belakang atau pun status sosial dari orang yang dipanggil dan
dipilih-Nya. Diantaranya, Yesus pun memilih murid-murid-Nya secara khusus dari sekian
banyak orang yang percaya dan mengikut Dia (Mat. 4:18-22; Mrk. 1:16-20; Luk. 5:1-
11). Pemilihan para murid inilah yang terus diberlakukan oleh orang-orang percaya di
segala tempat dan masa.
Saudara-saudara,
Pada dasarnya, semua orang percaya dipanggil dan diberi tanggung jawab untuk
melayani Tuhan dan sesama sesuai dengan karunia yang diberikan Allah (band. Rm.
12:6-8; I Ptr. 4:10). Walaupun demikian, ada orang-orang yang dipilih secara khusus
untuk menjadi pelayan, yang bertanggung jawab mengatur dan menata pelayanan yang
dilakukan agar dapat berjalan dengan baik dan teratur. Mereka yang menerima ‘jabatan
pelayanan’dipilih pertama-tama atas prakarsa Allah. Pemilihan ini didasarkan pada
pemanggilan Allah dan karenanya tugas pelayanan yang dilakukan harus
dipertanggungjawabkan kepada Allah.
Saudara,
Alkitab juga menyaksikan bahwa ada saatnya dilakukan pemilihan kembali untuk
menggantikan ‘pelayan’ yang telah dipilih. Pemilihan dan penggantian pejabat
pelayanan ini telah dilakukan sejak jemaat Kristen mula-mula. Hal ini sangat menarik
untuk ditelusuri lebih mendalam karena dapat menimbulkan berbagai pertanyaan,
seperti: mengapa harus ada penggantian pelayan? Apa tujuan diadakannya pemilihan
itu? Selanjutnya, tentu akan dipertanyakan pula tentang siapa yang akan dipilih, apakah
ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi atau tidak dan cara apakah yang dipakai
dalam proses pemilihan tersebut?
Dalam Kisah Para Rasul 1:15-26 kita sudah membahas penggantian pejabat pelayanan
dan dalam bacaan kita saat ini Kisah Para Rasul 6, mengedepankan tentang
penambahan pejabat pelayanan, dalam hal ini mereka yang bertugas untuk pelayanan
meja perjamuan.
Saudara-saudara
Para Rasul sendiri sadar bahwa tanggungjawab dan kerja mereka semakin besar seiring
dengan bertambahnya jumlah pengikut Kristus. Para Rasul ingin memusatkan
pelayanan mereka pada doa dan firman (lih. ay.4). Karena itu, dipilihlah 7 orang yang
ditugaskan khusus melayani meja, terlebih menaruh perhatian besar kepada orang
miskin. Mereka adalah Stefanus, Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan
Nikolaus.
Saudara-saudara kekasih Tuhan,
Mengenai jabatan pelayanan ternyata tidak hanya dibicarakan dan menjadi perhatian
gereja mula-mula, karena dalam gereja sekarang pun pembicaraan tentang jabatan
pelayanan hangat dibicarakan baik di lingkungan gereja maupun di tengah masyarakat.
Karenanya, tidak heran apabila terdapat berbagai pemikiran serta pemahaman yang pro
dan kontra sehubungan dengan hal ini. Ada pemikiran dan pemahaman yang dapat
dipertanggungjawabkan secara teologis, tetapi ada juga yang tidak. Dalam pengertian,
masih ada yang memiliki pemikiran dan pemahaman yang sempit sehubungan dengan
hal tersebut.

Apabila kita mencermati pelayanan gereja dewasa ini, maka kita akan mendapati
adanya fenomena-fenomena yang muncul, yang mempertanyakan apakah pemilihan
pejabat pelayanan (dalam hal ini yang dimaksudkan adalah para pelayan khusus
penatua dan diaken) yang dilakukan masih sesuai dengan tujuan, atau telah bermuatan
‘kepentingan’? Apakah para ‘pejabat gereja’ telah memahami apa tugas dan
tanggungjawabnya?
Pembacaan Alkitab saat ini, kembali mengingatkan para pelayan Tuhan: Pendeta,
Penatua, Diaken, Pengurus Pelka/Pelsus, semuanya adalah dipilih atas kehendak Tuhan.
Maka seharusnya jabatan pelayanan itu dipakai untuk melayani dan memuliakan
Tuhan. Menjangkau semua umat Tuhan, tanpa membeda-bedakan status, jabatan,
harta benda dan sebagainya.

Kita baru saja memasuki pertengahan masa pelayanan kita, karena itu kita didorong


untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab pelayanan dengan baik. GMIM
sebagai sebuah institusi memiliki aturannya dalam penentuan, tugas dan
tanggungjawab sebuah jabatan pelayanan. Ketaatan kepada lembaga pun menjadi
bentuk ketaatan kepada Tuhan. Sebagai lembaga GMIM, sama halnya dengan
organisasi kecil Para Rasul, yang senantiasa memohon tuntunan Tuhan dalam setiap
pengambilan keputusannya, termasuk dalam penetapan pejabat pelayanan.

Di samping itu, peran serta seluruh warga jemaat pun diharapkan berperan aktif dalam
setiap persekutuan orang percaya, dalam membangun hubungan yang baik dengan
sesama dan dalam menopang setiap kegiatan pelayanan. Niscaya apa yang sudah
dirintis oleh para Rasul, diteruskan oleh para misionaris/zending, akan senantiasa
berakar dalam persekutuan hidup jemaat. Berbagai jabatan pun menjadi komitmen
untuk melayani dan membawa banyak orang untuk masuk dalam persekutuan dengan
Yesus. (vcls)

Khotbah Minggu, 1 Oktober 2017.


Dalam Rangka HUT ke 83 GMIM Bersinode dan Hari Perjamuan Kudus sedunia.
GMIM Betlehem Baru Oarai Japan.
Bacaan Alkitab : Galatia 6:1-10
Saudara-saudara jemaat yang diberkati dan dikasihi Tuhan,
Kemarin, tgl 30 September 2017 adalah hari yang penuh sukacita bagi Gereja TUHAN yakni
Gereja Masehi Injili di Minahasa yang merayakan HUT ke 83 Tahun Bersinode. Dan Hari ini
sebagai salah satu jemaat GMIM di luar negeri kita merayakannya bersamaan dengan Hari
Perjamuan Kudus sedunia, tentu kita pun turut bersukacita, bergembira. Usia 83 tahun, adalah
usia yang sudah tua, so lansia, usia yang tidak muda lagi. Perjalanan untuk mencapai usia ini
tentu tidaklah mudah, pasti GMIM dalam perjalanannya banyak mengalami tantangan,
pergumulan, suka-duka, baik dari luar maupun dari dalam. Banyak warga GMIM yang telah
bersama-sama dalam pelayanan persekutuan, kesaksian dan melayani. Tapi banyak juga yang
telah pergi meninggalkan kita, termasuk para pendiri Gereja.
Saudara, diusia yang ke 83 tahun ini kita diajak untuk merenungkan Surat Paulus kepada
jemaat Galatia yakni Galatia 6:1-10. Jemaat Galatia adalah jemaat yang dilayani langsung oleh
Paulus. Perkembangan jemaatnya sangat baik sampai Paulus mengabarkan Injili ketempat yang
lain. Tetapi tidak lama setelah Paulus pergi mereka disesatkan dengan ajaran-ajaran yang
menyesatkan, tentang injili yang lain, yang menunjuk pada pengajaran tentang Sunat. Bagi
Paulus sunat tidak diwajibkan bagi orang kristen non Yahudi, karena kasih karunia didalam
Yesus Kristus lebih utama, lebih penting dari Sunat. Pengajar2 sesat dalam hal ini pengajar2
Yahudi lebih menekankan pada pentingnya perbuatan dalam memperoleh keselamatan,
sementara bagi Paulus keselamatan diperoleh melalui Iman. Paulus mengatakan hal ini untuk
menentang kaum legalis orang-orang Yahudi yang cenderung mementingkan aturan dan hukum
taurat dari pada iman kepada Kristus.
Saudara-saudara.
Menghadapi kenyataan ini Paulus menulis suratnya kepada jemaat Galatia

A MINGGUAN : “Kriteria Pelayan Khusus”


Bacaan Alkitab : 1 Timotius 3:1-13
Saudara-saudara yang diberkati Tuhan Yesus.
Menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah, membu-tuhkan suatu proses
dan memenuhi kriteria yang dipersyaratkan serta harus melalui pemilihan
secara demokratis.Proses berde-mokrasi yang gereja gunakan dalam
pemilihan Pelayan Tuhan didasarkan pada petunjuk Firman Tuhan dalam
Alkitab. Realitas masa kini ada cukup banyak Pelayan Tuhan yang
menjalankan kepelayanannya tidak sesuai dengan petunjuk Firman Tuhan.
Akibatnya menimbulkan kekecewaan bagi jemaat dan kekacauan di jemaat.
Saudara,
Pelayan Tuhan adalah pekerjaan yang indah dan mulia. Oleh sebab itu untuk
memilih mereka, harus menggunakan kriteria Pelayan Tuhan seperti
terungkap dalam 1 Timotius 3:1-13 (band. Titus 1:5-16). Pemilihan adalah
anugerah dan kedaulatan TUHAN Allah sebagai tindakan Kristus. Oleh sebab
itu pemilihan ini harus ditempatkan sebagai pekerjaan Roh Kudus. Dengan
demikian untuk memilih Pelayan Tuhan harus dijauhkan dari praktek-praktek
antara lain: Money Politic (Politik uang), faktor kekeluargaan, balas jasa dan
status sosial. Untuk itu diangkatlah tema minggu ini: “Kriteria Pelayan
Tuhan”.
Saudara-saudara jemaat,
Surat 1 Timotius adalah surat penggembalaan dari Paulus yang ditujukan
kepada Timotius. Ia adalah seorang Kristen yang masih muda di Asia Kecil,
yang telah menjadi kawan dan pembantu Paulus dalam pekerjaan
pelayanan. Ayah Timotius seorang Yunani dan ibunya Yahudi. Surat ini ditulis
antara tahun 50-60 Masehi dengan tujuan pertama-tama peringatan kepada
Timotius terhadap ajaran-ajaran salah yang terdapat dalam jemaat, yaitu
campuran paham Yahudi dan paham non-Yahudi berdasar kepercayaan
bahwa alam semesta sudah jahat dan keselamatan hanya dapat diperoleh
kalau orang mempunyai pengetahuan tentang rahasia tertentu, dan menaati
peraturan-peraturan seperti misalnya peraturan tidak boleh kawin, pantang
makanan-makanan tertentu dan lain sebagainya. Kedua, ialah petunjuk-
petunjuk kepada Timotius bagaimana meng-urus jemaat dan ibadah.
Ketiga, Timotius diajar mengenai bagaimana ia dapat menjadi seorang
hamba Yesus Kristus yang baik dan mengenai tanggung jawabnya terhadap
setiap golongan orang yang menjadi anggota jemaat.
     Perikop 1 Timotius 3:1-13, berbicara soal tanggung jawab mereka yang
menjadi pemimpin jemaat Kristen perdana agar mampu mengelola jemaat-
jemaat yang baru berkembang. Khususnya tentang kriteria orang yang
pantas untuk menjadi pemimpin jemaat atau syarat-syarat untuk Pelayan
Tuhan.
     Pertama, syarat penilik jemaat (Yunani episkopos) dan Penatua
(Yunani presbyteros) dalam zaman PB adalah perkataan-perkataan yang
sama dalam Titus 1:5, 7; Kis 20:17, 28. Baik Penatua maupun Penilik
Jemaat adalah orang yang sama. Kata Presbyteros menggambarkan
orangnya, sedangkan episkopos menggambarkan tugasnya. Dalam Gereja
Perdana para pemegang jabatan mempunyai fungsi ganda. Ia adalah
pemimpin Gereja, namun juga pelayan Gereja. Ayat 1-7, disebutkan
mengenai kriteria Pelayan Tuhan atau Penatua: Seorang yang tak bercacat.
Harus hidup dalam kekudusan. Suami dari satu isteri, yang dimaksud
sebenarnya adalah menjaga kekudusan per-kawinan (holiness of
marriage) termasuk kekudusan seksual (sexual holiness) suami-isteri (band.
Ibr. 13:4), dan tidak ada perceraian (Mrk. 10:11-12; 1 Kor. 7:10-11). Dapat
menahan diri. Harus menolak berbagai godaan yang menjatuhkannya.
Bijaksana, memiliki pikiran yang sehat dan hati yang sepenuhnya dikuasai
Kristus. Sopan, artinya tidak hanya memiliki tingkah laku yang baik tetapi di
dalam kepri-badiannya segala sesuatu menyatu. Suka memberi tum-pangan,
orang yang pintu hatinya membantu bagi yang dalam kesulitan hidup.
Seorang Pelayan Tuhan tidak hanya berkhotbah tetapi juga cakap mengajar
(Yun. Didaktikos). Bukan peminum (Bhs. Manado, “pang mabo”). Seorang
peminum tidak akan dihormati dalam kehidupan jemaat dan masyarakat.
Bukan pemarah melainkan peramah. Tidak melakukan kekerasan (Bhs.
Manado, “pangbakalae”), tetapi menjadi orang yang baik. Pendamai, orang
yang tidak menyulut pertengkaran. Bukan hamba uang, tidak mencari
keuntungan demi kepentingan diri sendiri. Kepala keluarga yang baik,
seorang  yang harus benar-benar bertanggung jawab dalam rumah
tangganya. Disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. Memiliki kewibawaan
dan berhasil membina anak-anaknya. Jangan yang baru bertobat, mengingat
bahaya kesombongan. Sebab kalau menjadi sombong maka memberi
kesempatan kepada Iblis untuk memper-malukannya sehingga jemaat
Tuhan mendapat fitnahan. Punya nama baik di luar jemaat agar orang-orang
tidak akan mempersalahkannya dan jatuh dalam dosa.
     Ayat 8-13, berisi syarat menjadi diaken atau syamas (Istilah yang
digunakan GMIM). Syamas berasal dari bahasa Ibrani: Shemas, yang artinya
melakukan pekerjaan shamar, yaitu pekerjaan untuk memelihara
taman/bumi seperti dimaksudkan Kejadian 2:15. Dalam bahasa Yunani
disebut “diakonos” yang sama artinya dengan diaken (Pelayan Jemaat). Para
Syamas haruslah orang yang terhormat, kelakuannya baik sehingga ia
dihormati jemaat. Tidak bercabang lidah atau tidak dapat dipercaya kata-
katanya. Tidak penggemar anggur atau pemabuk dan tidak serakah. Mereka
itu harus hidup dengan hati yang bersih dan menjaga rahasia iman. Iman
dapat dipelihara dengan sehat hanya dengan ketaatan yang aktif dan teliti.
Sebelum mereka dipilih sebagai Syamas, Jemaat harus mengenal jati diri
mereka terlebih dahulu. Demikian juga dengan isteri-isteri para pemimpin
jemaat hendaklah memiliki kelakuan yang sesuai dengan kehendak Tuhan,
sebaliknya bila syamas seorang perempuan, suaminya haruslah seorang
yang prilaku sesuai kehendak Tuhan.  Tidak merusak nama baik orang dan
harus menahan diri agar dapat dipercaya dalam segala hal. Syamas harus
memiliki seorang isteri, mengurus dengan baik anak-anaknya serta
keluarganya. Dengan demikian, ketika para Syamas melayani jemaat
dengan baik, pasti mereka akan dihormati dan memiliki keberanian untuk
menyaksikan kepada banyak orang iman di dalam Yesus Kristus.
Saudara-saudara jemaat yang di berkati Tuhan Yesus
Pada Bulan Oktober yang akan dating, torang somo ba pilih pelayan
Khusus : syamas deng penatua untuk periode panjang yakni 4 tahun. Dalam
rangka pemilihan ini, Tuhan memakai siapapun yang dikehendaki-Nya untuk
menjadi Pelayan Tuhan.
Sesuai dengan kriteria Pelayan Tuhan adalah petunjuk-petunjuk yang
diberikan-Nya agar dapat memilih para Penatua dan Syamas yang akan
melayani jemaat. Kita juga harus mengenal secara utuh seseorang yang
akan kita pilih sebagai Penatua atau Syamas dan janganlah terjebak pada
kehebatan seseorang yang imannya belum teruji dalam persekutuan jemaat.
Menjadi Pelayan Tuhan adalah melaksanakan tugas yang indah ketika
dilaksanakan dengan baik dan benar. Harus hidup kudus dari Pelayan Tuhan
akan menjadi berkat bagi kehidupan keluarga, jemaat dan masyarakat.
Keberhasilan Pelayan Tuhan karena ia hidup dalam pertobatan dan
pemberian diri dengan hati yang tulus dan murni melaksanakan tugas
pelayanan Gereja.
Tuhan menghendaki agar tugas pelayanan Penatua dan Syamas harus
ditopang oleh keluarga dalam melayani jemaat.
Keteladan keluarga Pelayan Tuhan menjadi kesaksian dan berkat bagi semua
orang.
AMIN.

Kepada Yang Terhormat,


Badan Pekerja Majelis Sinode GMIM
Di –
Tempat.

Salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus


Terhitung sejak tanggal 15 Agustus 2020 saya diberhentkan dengan hormat sebagai Pekerja
GMIM dengan hak pensiun. Namun ada hak pensiun yang belum saya terima yakni
Jamsostek.
Karene itu saya memohon kiranya Badan Pekerja Majelis Sinode dapat merealisasikan hak
saya seperti teman2 Pendeta yang lebih dulu pensiun dari saya, yang menerima Jamsostek.
Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya.
Imanuel.

Oarai, 5 Pebuari 2021


Salam dan hormat saya

Pdt, Em, Djonnie. H. Toreh, STh


Khotbah Minggu, 14 Pebuari 2021
Pembacaan Alkitab : i Yohanes 1:1-10
Tema : “Persekutuan dengan Kristus menuntun hidup dalam terang”
Saudara-saudara yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus Kristus.
Syaloom........damai dihati.
Sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, tentu kita harus memiliki
pengenalan akan siapa itu Allah kita dan bagaimana kita harus hidup di dalam Dia. Hal itu
membawa kita memahami bagaimana kita harus hidup sesuai kehendak Tuhan. Sebagai
anak-anak Tuhan tentu kita harus hidup di dalam terang dan menjauh dari pebuatan-
pebuatan gelap. Karena terang itu membawa kita kepada hidup sedangkan kegelapan
membawa kita kedalam maut.
Saudara-saudara,
Surat I Yohanes merupakan surat yang di tuliskan oleh Rasul Yohanes untuk
mengingatkan pembacanya akan adanya pengajaran-pengajaran sesat. Surat ini juga
membangun jemaat untuk memiliki semangat persekutuan. Pembacanya di dorong untuk
saling mengasihi dan hidup dalam persekutuan dengan Kristus. Yang disaksikan dalam
persekutuan hidup yang erat dan teguh. Melalui surat ini Yohanes menyebutkan bahwa
orang yang beriman harus mengetahui akan perbedaan dari gelap dan terang. Setiap orang
yang hidup dalam persekutuan dengan Kristus haruslah hidup dalam terang. Hal ini di
saksikan Rasul Yohanes dalam nats khotbah kita yang terdiri dari dua bagian:
Pertama :
Ayat 1-4  Kesaksian Firman Yang Hidup. Merupakan kesaksian yang diberitakan
Yohanes* akan apa yang ia dengar dan apa yang ia lihat tentang Firman yang hidup, yaitu
Yesus Kristus**. Firman yang hidup itu menyatakan diri dan memberi pengertian akan hidup
yang kekal yang ada di dalam Bapa. Dan itu jugalah yang ingin Yohanes sampaikan. Dengan
tujuan supaya setiap pembaca suratnya juga mendapatkan pengertian dan hidup bergaul
dengan Allah. Karena hubungan yang baik dengan Allah-lah yang harus menjadi dasar dalam
sebuah persekutuan. Karena persekutuan orang-orang percaya itu adalah persekutuan
dengan Bapa dan AnakNya, Yesus Kristus.
2. Ayat 5-10  Yesus adalah terang/kebenaran dunia.Pada ayat 5-10, rasul Yohanes
menjelaskan akan pemberitaan yang ia saksikan dari ayat 1-4. Bagian ini menjelaskan
kesaksian yang menyatakan bahwa Allah adalah terang. Karena Allah adalah terang maka di
dalam Dia tidak akan pernah ada kegelapan. Terang itu tidak mungkin bersatu dengan
kegelapan. Dan kegelapan tidak mungkin ada di dalam terang. Dan didalam terang Allah
manusia mendapatkan hidup. Terang Allah itu akan menerangi jalan manusia untuk tidak
hidup dalam kegelapan. Dengan demikian audara-saudara :
Setiap orang yang hidup di dalam persekutuan dengan Allah, maka ia juga harus hidup
dalam terang. Kehidupannya tidak lagi melakukan perbuatan-perbuatan gelap (perbuatan-
perbuatan dosa). Jika ada yang menyatakan dirinya hidup bersekutu dengan Tuhan tetapi
melakukan perbuatan-perbuatan kegelapan maka ia adalah pendusta.setiap orang yang
mengaku tidak berdosa maka ia menipu dirinya sendiri dan menjadikan Allah sebagai
pendusta (bnd. Rm. 3:10-12).setiap orang yang mengaku dosanya maka ia akan diampuni.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kehadiran Yesus sebagai terang membuat manusia kembali menemukan pengenalan
akan Allah. Yesus memberi penerangan, sehingga manusia kembali hidup seperti yang Allah
kehendaki. Setiap orang yang di dalam Dia memiliki kualitas hidup yang berintegritas, setia
dan tunduk kepada Allah.
Sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus tentunya kita harus hidup di dalam
terang. Kita harus mengakui keberdosaan kita, sehingga kita mendapatkan pengampunan
dari Allah, yang menjadikan kita lahir baru . Dan setiap orang yang mendapatkan
pengampunan Allah akan hidup bersekutu dengan orang-orang yang percaya kepadaNya.
Melalui Terang Allah(Yesus) inilah kita semua dipersatukan. Tema khotbah hari ini adalah :
“Persekutuan dengan Kristus menuntun hidup dalam Terang”. Melalui tema ini terlihat
bahwa yang menjadi dasar bagi kita untuk bersekutu dengan Kristus menuntun hidup kita
dalam terang, artinya kita akan menjadi terang juga untuk sesama kita yang mash hidup
didalam kegelapan. Melalui pengenalan dan hubungan yang baik dengan Allah maka setiap
pribadi kita akan diterangi oleh Allah. Karena orang yang mengasihi Allah (bergaul dan
bersekutu dengan Allah) akan mengasihi sesamanya/ persekutuannya, menjadi terang bagi
sesamanya dan persekutuannya yakni persekutuan jemaat GMIM Getsmani yang kita cintai.
Saudara-saudara jemaat,
Marilah kita hidup di dalam terang Tuhan, dengan tidak lagi melakukan perbuatan-
perbuatan dosa (Ef. 5:1-21). Sebagaimana Tuhan Yesus berdoa dalam Yohanes 17:20-21,
supaya setiap orang percaya kepadaNya hidup menjadi satu. Marilah kita menjaga kesatuan
kita dalam Kristus. Dan tetaplah terang itu tinggal di dalam diri kita, sehingga kita mampu
memancarkan cahaya-cahaya kadamaian bagi orang lain. Tuhan Yesus memberkati.
Amin.
______________________
Releksi Firman Tuhan dari Ezra 7:1-28
Situasi yang dihadapi Ezra adalah situasi yang sangat sulit. Secara politik, bangsanya sedang dijajah oleh
bangsa lain. Secara spiritual, bangsanya sedang dalam kekeringan rohani. Secara fisik, ia dan sebagian
besar rekan sebangsanya sedang hidup di tempat pembuangan. Tuhan mengijinkan hal itu karena umat
Isreal telah berbuat dosa dan tidak setia kepada TUHAN Allah.
Ezra tidak saja dapat kuat menghadapi situasi yang sulit itu, tetapi juga bisa mengalami keberhasilan di
dalam pelayanannya.
Bagaimana ia dapat berhasil dalam situasi yang serba sulit itu?
Pertama, Ezra senantiasa bersandar pada tangan Allah. Ia menyadari bahwa keberhasilannya adalah
karena “tangan TUHAN, Allahnya, melindungi dia” (Ezr. 7:6,9,28). Oleh karena tangan Tuhan, raja
memberikan kepadanya segala yang diinginannya (Ezr. 7:6). Ia selamat dalam perjalanan dan tiba tepat
waktu di Yerusalem, karena tangan murah Allah yang melindunginya (Ezr. 7:9). Ia beroleh kekuatan
untuk mengerjakan pelayananannya, karena tangan Tuhan yang melindunginya (Ezr. 7:28).
Kedua, Ezra mencintai firman Allah. Hal itu diwujudkannya dangan “tekad untuk meneliti Taurat TUHAN
dan melakukannya serta mengajarkan ketetapan dan peraturan di antara orang Israel” (Ezr. 7:10). Ia
bukan hanya setia mempelajari firman Tuhan, tetapi ia juga berusaha menghidupi firman Tuhan yang
dipelajarinya itu serta berusaha mengajarkannya kepada umat Israel.
Ketiga, Ezra memiliki hati yang besar untuk melayani umat Allah. Hal ini tampak dalam kehidupan doa
maupun kehidupan praktisnya. Ia tidak hanya setia mendoakan umat Israel yang sedang hidup di dalam
keadaan yang memprihatinkan, tetapi ia pun selalu siap sedia ketika diberi kesempatan untuk melayani
umat Allah. Ia bersedia diutus ke Yerusalem untuk mengajarkan firman Tuhan dan membenahi
kehidupan umat di sana, meskipun untuk itu ia harus menempuh perjalanan yang jauh dan penuh resiko.
Marilah kita belajar dari kehidupan Ezra. Belajarnya untuk senantiasa bersandar pada Allah, mencintai
firman-Nya, dan memiliki hati untuk melayani umat-Nya.
Selamat pagi dan Tuhan memberkati.

TEMA MINGGUAN : “Kemandirian Gereja”


Bahan Alkitab : Efesus 4:1-16
Saudara-saudara yang diberkati dan dikasihi Tuhan YK,
Dulu pada tanggal, 21-30 Oktober 1994, dilaksanakan Sidang Raya DGI
yang ke 12 di Irian Jaya (Papua), saya kebetulan hadir pada waktu itu di
jaman Ketua Sinode, Pdt. K.H.Rondo, MTh. Disidang itu dibicarakan 5
Dokumen keesaan Gereja dan point ke 5 tentang Kemandirian Theologi,
Dana dan Daya. Diberi penekanan bahwa Gereja2 Anggota DGI/PGI harus
sudah mandiri dalam teologia, dana dan daya, dan harus menghentikan
menerima bantuan dari Gereja2 di luar negeri.
Kemandirian secara umum adalah suatu keadaan dimana satu lembaga
dapat berdiri sendiri tanpa keter-gantungan pada pihak lain. Khususnnya
kemandirian gereja adalah suatu usaha bersama terus-menerus
mengembangkan semua potensi pemberian Tuhan secara bebas dan
bertanggung jawab bagi persekutuan, pelayanan dan kesaksian yang
berpusat pada Yesus Kristus sebagai Kepala gereja.
Saudara-saudara jemaat
Efesus adalah sebuah kota Yunani kuno di pesisir barat Asia Kecil, Provinsi
Izmir di Turki. Kota Efesus terkenal dengan kuil dewi Artemisnya, tempat
para pedagang menjual hasil karya seni seperti lukisan dan patung dewi
Artemis dan di situ ditemui adanya praktek pelacuran. Paulus mengunjungi
Efesus (Kisah Para Rasul 18:18–19) dan dia tinggal selama dua tahun.
Sepertinya Paulus menulis surat kepada jemaat di Efesus ketika berada di
penjara (Efesus 3:1, 4:1, 6:20). Keadaan jemaat Efesus waktu itu dalam
perkembangan kemandiriannya mengalami tantangan karena ada kelompok
yang berusaha menciptakan perseteruan yang memecah belah kesatuan
jemaat. Dua kelompok itu adalah mereka yang bersunat dan yang tidak
bersunat (Efesus 2:11-14).
Berkaitan dengan kondisi jemaat maka Paulus berupaya menyadarkan
jemaat dengan menasehati mereka tentang pentingnya panggilan hidup
bersama sebagai orang percaya kepada Tuhan Yesus. Paulus menjelaskan
bahwa panggilan itu menyangkut ajakan kepada jemaat untuk memiliki :
sikap rendah hati, lemah lembut, sabar. lihat (ayat 2).
Paulus pun memandang betapa penting bagi jemaat untuk memelihara
kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera, yang menempatkan
kemahakuasaan Kristus di atas segala-galanya.
Pemahaman lebih lanjut mengenai kesatuan Roh yang diikat oleh damai
sejahtera adalah :
satu tubuh; satu Roh; satu pengharapan; satu Tuhan; satu iman; dan
satu baptisan; satu Allah dan Bapa dari semua. Maksud “Bapa dari
semua” adalah di atas semua; oleh semua dan di dalam semua, menyatakan
tentang kemahakuasaan Bapa lebih tinggi dari pada semua, yang
memerintah semua dan mempersatukan semua anggota gereja di bawah
pemerintahan-Nya, dan memberikan kasih karunia kepada setiap orang
dalam Kristus Yesus.
Saudara-saudara,
Dalam proses kemandirian gereja, Paulus menegaskan tentang peran
penting para hamba Tuhan (rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita Injil, gembala
dan pengajar) untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi mereka masing-
masing dengan baik, yaitu memperlengkapi orang-orang kudus. Untuk apa?
Untuk Pekerjaan pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus. (11-12)
Pembangunan Tubuh Kristus menunjuk pada gereja yang terus bergerak
maju, dimana semua potensi dan tugas pelayan Tuhan diarahkan untuk
memperlengkapi jemaat bagi pekerjaan pelayanan, sehingga “semua jemaat
berjalan bersama” mencapai tujuan; yaitu:
1) kesatuan iman,
2) pengetahuan yang benar tentang Anak Allah,
3) kedewasaan penuh, dengan tingkat pertumbuhan sesuai dengan
kepenuhan Kristus.
Paulus menggambarkan bahwa gereja bukan lagi seperti “anak-anak”, yang
diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, permainan palsu
manusia, kelicikan yang menyesatkan. Tetapi suatu gereja yang teguh
berpegang kepada kebenaran; bertumbuh dalam kasih ke arah Kristus yang
adalah Kepala Gereja. Paulus tegaskan dalam ayat 16 bahwa gereja itu
bersumber dari Kristus dan harus rapi tersusun dalam ikatan kesatuan
pelayanan  dari semua bagian, dimana tiap-tiap anggota terus bertumbuh
dan membangun dirinya dalam kasih.
Saudara2 jemaat, kepada kita diingatkan bahwa :
Kemandirian adalah suatu keberadaan dimana semua kasih “karunia”
(kharis) potensi pemberian Tuhan yang dimiliki oleh tiap-tiap anggota
jemaat difungsikan dalam pekerjaan pelayanan dan pembangunan gereja.
Saudara-saudara jemaat,
Ciri-ciri kemandirian gereja diantaranya adalah memiliki sikap rendah hati,
lemah lembut, sabar dan memegang teguh prinsip kesatuan jemaat di dalam
Tuhan Yesus sebagai Kepala Gerja.
Kemandirian gereja efektifnya dengan memperhatikan langkah strategis
yaitu:
Membangun kesatuan jemaat. Ibarat belalang. Satu ekor belalang saja
tampak tidaklah terlalu berarti tatkala ia melompat-lompat sendiri di padang
rumput. Namun ketika satu ekor belalang itu menggabungkan kekuatan
dengan belalang-belalang lainnya, gerombolan belalang yang terbentuk itu
dapat melahap seluruh tumbuhan dalam satu wilayah dengan sangat cepat.
Belalang-belalang itu menunjukkan kekuatan dari persatuan yang
mereka galang. Apa yang tidak dapat mereka lakukan secara
sendiri-sendiri, dapat mereka tangani secara bersama-sama. Dalam kitab
Amsal, Agur yang bijak dengan cermat mengamati bahwa, "belalang tidak
mempunyi raja, namun semuanya berbaris dengan teratur" (Ibrani 30:27).
Kita dapat menarik suatu pelajaran dari gambaran tentang
belalang tersebut. Orang-orang Kristen dapat melakukan hal yang :lebih
baik bagi Kristus tatkala mereka bertindak dan berdoa bersama-sama
daripada melakukannya secara sendiri-sendiri.
Kesatuan itu sungguh indah dan menyenangkan. Dimana ada kesatuan disitu
ada kekuatan dan berkat. Karena itu saudara2 :
Ketika orang-orang Kristen bersatu dalam pelayanan bagi Tuhan, mereka
dapat menjadi kekuatan yang hebat bagi kemuliaan Allah.
Menghormati dan memperkembangkan kasih karunia Allah yang berbeda-
beda termasuk dalam fungsi kepelbagaian jabatan pelayanan dengan tujuan
yang sama.
Memperjelas tugas pokok dan fungsi hamba-hamba Tuhan yaitu
memperlengkapi jemaat untuk mengem-bangkan potensi bagi kerja
pelayanan.
Amin.
========

Anda mungkin juga menyukai