Oleh : M. Busyra
NIM : 21913094
Pernikahan dalam Islam memiliki tata cara formil yang disebut dengan
rukun nikah. Apabila tata cara pernikahan tersebut tidak memenuhi rukun
nikah tersebut, maka akan berakibat kepada status keabsahan pernikahan itu
sendiri. Muslim Indonesia mayoritas bermadzhab Syafi’I sehingga rukun nikah
yang dipakai menggunakan hasil Ijtihad dari Imam Syafi’I ataupun ulama-ulama
Syafi’iyyah dan bahkan hasil ijtihad tersebut telah menjadi hokum Positif di
Indonesia diantaranya adalah: adanya calon mempelai a) laki-laki dan b)
perempuan, c) adanya wali nikah, d) adanya 2 (dua) orang saksi nikah, dan e)
adanya ijab dan kabul.
B. Metodologi
Abdus Sami’ Ahmad Imam, dalam bukunya berjudul Kitab Mujaz Fil- Fiqh
Al-Islamy Al-Muqarin yang telah dikutip oleh H. Maradingin menyebutkan:
3 Ibid, h.16
4 H. Hasbiyallah, Perbandingan Mazhab, (Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama
Tahun 2012), h.6
5 H. Syaikhu dan Norwili, Perbandingan Madzhab Fiqih, (Yogyakarta: K. Media, 2019) h.6
baik dari segi dalil ataupun metode ijtihad yang dipakai oleh para ulama
tersebut. Ketiga, Penulis berusaha menentukan mana pendapat yang terkuat.
C. Pembahasan
1. Pengertian Wali Dalam Islam
Sebelum membicarakan wali nikah dalam islam, penting kiranya
dalam makalah ini menerangan perwalian dalam Islam secara singkat.
Perwalian dalam istilah bahasa juga memiliki beberapa arti, diantaranya
adalah kata perwalian berasal dari kata wali, dan jamak dari awliya. Kata
ini berasal dari bahasa Arab yang berarti teman, klien, sanak atau
pelindung. Dalam literatur fiqih Islam, perwalian disebut dengan al-
walayah (alwilayah), (orang yang mengurus atau yang mengusai sesuatu),
seperti kata ad-dalalah yang juga bisa disebut dengan ad-dilalah. Secara
etimologis, dia memiliki beberapa arti, di antaranya adalah cinta (al-
mahabbah) dan pertolongan (an-nashrah) dan juga berarti kekuasaan
atau otoritas (as-saltah wa-alqudrah) seperti dalam ungkapan al-wali,
yakni “orang yang mempunyai kekuasaan”. Hakikat dari al-walayah (al-
wilayah) adalah “tawalliy alamr”, (mengurus atau menguasai sesuatu) 6.
6 Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005), h. 134-135.
7 Soemiyati, Hukum Perkawinan dan Undang-Undang Perkawinan, (Undang-undang No. 1 tahun 1974
8 Muhammad Abu Zahra, Al-Ahwal Al-Syakhsiyah, (Mesir : Daar al-Fikrh, 1957) h.107
9 Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, h.135
10 Abdurrahman Al-Jaziri, Kitaab al-Fiqhi ‘Ala al-Mazaahib al-Arba’ah, Beirut: Darul Kutub al-Ilmiah,
12 Ibid.
13 Ibid.
14 Ibid.
15 Ibid
hal tersebut hanya sebagai syarat, bukan rukun. Di sana tidak disebutkan
shighad (akad) dan mahar. Ini boleh jadi menurut mereka sebagai rukun,
bukan syarat.16
16 Ibid, h.23
Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada
mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberian-
Nya), Maha Mengetahui.17
b. Q.s. al-Baqarah [2]: 221, sebagai berikut;
ات َح ََّّت يُ ْؤِم َّن َوأل ََمةٌ ُّم ْؤِمنَةٌ َخ ْْيٌ ِمن ُّم ْش ِرَك ٍة َولَ ْو أَ ْع َجبَ ْت ُك ْمِ والَ تَ ْن ِكحواْ الْم ْش ِرَك
ُ ُ َ
ني َح ََّّت يُ ْؤِمنُواْ َولَ َع ْب ٌد ُّم ْؤِم ٌن َخ ْْيٌ ِمن ُّم ْش ِر ٍك َولَ ْو أَ ْع َجبَ ُك ْم ِ ِ ِ
َ َوالَ تُ ْنك ُحواْ ال ُْمش ِرك
ِ آَيتِِه لِلن
َّاس َ ني
ِ ِِ ِ
ُ َِاَّللُ يَ ْدعُواْ إِ ََل ا ْْلَنَّة َوال َْمغْف َرة ِبِِ ْذنِه َويُب
َّ ك يَ ْدعُو َن إِ ََل النَّا ِر َو َ ِأ ُْوَالئ
.لَ َعلَّ ُه ْم يَتَ َذَّك ُرو َن
Artinya: Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik,
sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya yang
beriman lebih baik dari pada perempuan musyrik, meskipun dia
menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan (laki-laki)
musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka
beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih
baik dari perempuan musyrik, walaupun dia menarik hatimu.
Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga
dan ampunan dengan izin-Nya. Allah menerangkan ayat_ayat-
Nya kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.18
17 _____________ Al-Mujib Alquran dan terjemahnya, Bandung: Al-Mizan Publishing House, Cetakan ke-3,
Tahun 2012, h. 355.
18 _____________ Al-Mujib Alquran dan terjemahnya, Bandung: Al-Mizan Publishing House, Cetakan ke-3,
19 Muhammad Ali al-Shabuni, Rawaihu Al-Bayaan : Tafsiiru Aayati Al-Ahkam, (Beirut: Daaru Al-Fikr)
tahun 2001, Jilid 2, hal. 151 (
20 Abdurrahman Al-Jaziri, Kitaab al-Fiqhi ‘Ala al-Mazaahib al-Arba’ah, hal. 47.
21 _____________ Al-Mujib Alquran dan terjemahnya, Bandung: Al-Mizan Publishing House, Cetakan ke-3,
Hadits.
Di samping ayat-ayat Alquran di atas ulama Syafi’îyah juga
beralasan dengan hadist, diantaranya:
a. Hadits Ikrimah dan Ibn Abbas yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmâd al-Tirmidzi, Ibn Majah, dan Abi Dawud.
ويف حدي عائشة.قال رسول اللم صلى هللا عليه وسلم ال نكاح اال بويل
.والسلطان ويل من ال ويل له
Artinya: Nabi saw bersabda: “Tidak sah nikah me_lainkan
dengan wali” dan dalam hadis dari Aisyah ra bahwa sultan
merupakan wali bagi seseorang yang tidak memiliki wali. (Ibn
Majah)
22 Abi Al-Hasan Aliyyi Ibni Muhammad bin Habib al-Mawardi Al-Bashri, Al-Haawi Al-Kabiir Fi Fiqhi
Madzhabi Al-Imam Al-Syafi’I Radhiya Allau ‘Anhu, Beirut: Daar Al-Kutub Al-Ilmiyah, Cet. Pertama
Tahun 1994. Hal. 37
23 Abû Dawud, Sunan Abi Dawud, Juz V, (Bayrût: Dâr al-Fikr, 2003), h. 477.
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ْ أَُُّّيَا ْام َرأ ٍَة نُ ِك َح
اح َها
ُ اح َها ََبط ٌل فَن َك ُ ت بِغَ ٍْْي إِ ْذن َم َوال َيها فَن َك
ُ اح َها ََبط ٌل فَن َك
… ََب ِط ٌل
Artinya: Dari Aisyah berkata, berkata Rasulullah saw: Siapa saja
perempuan yang menikah tanpa seiizin walinya maka
pernikahannya batal, pernikahannya batal, pernikahannya
batal.
Dasar hokum dalil yang dipakai dalam hal wali nikah, hamper
sama dengan dasar hokum atau dalil yang digunakan oleh madzhab
Syafi’I dan Madzhab Maliki.25 Namun Madzhab ini memasukkan wali
sebagai syarat sah nikah. Sedangkan rukun nikah telah dicukupkan
dengan adanya ijab dan kabul.
26 Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami Wa Adillatuh, (Syiria: Dâr al-Fikr, 2004), h. 6699.
27 Ibid. hal.6698
28 Abdul Aziz Asy-Syinawi, Biografi Empat Imam Mazhab, (Jakarta: Ummu Qura, 2013), hlm. 162
ِ َّ فَِإن طَلََّقها فَالَ ََِت ُّل لَهُ ِمن ب ْع ُد ح
َ ََّت تَنك َح َزْو ًجا غَ َْْيهُ فَِإن طَلَّ َق َها فَالَ ُجن
اح َ َ َ َ
ٍاَّلل ي ب يِن ها لِ َقوم
ِ ُ ْك ح ُد ِ َِّ ود ِ
ْ َ ُ َُ َّ ود ُ َ اَّلل َوتل َ اج َعا إِن ظَنَّا أَن يُق
َ يما ُح ُد َ َعلَْي ِه َما أَن يَ َََت
.يَ ْعلَ ُمو َن
Artinya: Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak
yang kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya
hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami
yang lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi
keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin
kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan
hukum-hukum Allah. Itulah hokum-hukum Allah, diterangkan-
Nya kepada kaum yang (mau) Mengetahui.
32Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, Al-Qahirah: Maktabah Al-Da’wah Al-Islamiyah, tahun 1956, h.
119.
1 Malikiyah 1. Wali dari wanita Masing-masing rukun ada
2. Mahar syaratnya-syaratnya. Saksi
3. Suami tidak sedang ihram
4. Isteri tidak sedang ihram
dan tidak sedang
5. Shighat
2 Syafi’iyah 1. Suami Sebagian syarat-syarat
2. Isteri berhubungan dengan sighat,
3. Wali wali, suami, isteri dan saksi.
4. Dua saksi
5. Sighat
3 Hanabilah 1. Tertentu suami dan isteri Dalam shighat harus
2. Kemauan sendiri dan menyebutkan siapa anak
ridha siapa. Dan syarat yang lain
3. Wali terdapat ketentuan tersendiri.
4. Saksi
4. Hanafiyah 1. Shighat Syarat-syarat sebagiannya
2. Dua pihak yang berakad berhubungan dengan shighat,
(wali dan suami) dua pihak yang berakad, dan
3. Saksi saksi.
D. Penutup.