Buku yang berjudul “Ayat –ayat konservasi: menghimpun dan menghidupkan khazanah Islam dalam
konservasi hutan Leuser” merupakan salah satu buku yang mencerminkan kekuatan fikiran dan
ilmu yang tinggi tentang sains dan agama. Penulisan tentang kawasan konservasi Leuser juga
menunjukkan kefahaman penulis tentang ilmu lingkungan yang berkait rapat dengan masalah
konservasi. Dengan ayat-ayat bukti yang kukuh berladaskan ayat-ayat al-Quran, buku ini telah
menunjukkan pentingnya pengetahuan al-Quran didalam sains. Dan juga pentingnya fahaman sains
untuk pergertian didalam al Qur’an.
Disini Bapak Onrizal cuba menjelaskan kepetingan konservasi terutama sekali di kawasan Leusar.
Saya percaya buku ini akan dapat mengisi kekosongan terutama sekali ilmu tentang sains dan
agama. Terlalu sedikit buku ilmiah seperti ini didalam pasaran. Buku ini bukan hanya akan dapat
menghibur para pembaca baik di Indonesia dan di Malaysia, malah akan dapat menimba banyak
ilmu.
Akhir kata, saya mengucapkan ‘syabas’ kepada penulis kerana dapat mengemukan isu-isu penting
pada masa sekarang terutama tentang masalah alam sekitar.
(Profesor Mashhor Mansor, PhD – Mantan Dekan School of Biological Sciences, Universiti Sains Malaysia, telah menerbitkan
puluhan buku dan mempublikasikan lebih dari seratus artikel ilmiah pada jurnal internasional terkait ekologi dan konservasi
sumberdaya alam)
“Semoga sumbangan ini berharga untuk kemajuan Aceh, Sumatera Utara dan Umat”
(Fachruddin M Mangunjaya – Penulis buku Konservasi Alam dalam Islam)
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) sebagai kawasan konservasi alam membutuhkan pendekatan
multidisiplin dan kerjasama multipihak dalam mencapai keberhasilan pengelolaannya. Islam sebagai
agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat di sekitar Leuser dan ajaran Islam mencakup
segala aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, upaya menggali ajaran Islam terkait konservasi
alam menjadi salah satu upaya yang sangat penting.
Buku yang ditulis oleh Onrizal, akademisi dari Universitas Sumatera Utara (USU), juga saya kenal
sebagai aktivis Islam dan lingkungan. Dengan demikian pendekatan akademis serta pengalaman
penulis akan memudahkan dalam menyimak dan mengaplikasikan kandungan buku ini dalam
aktivitas konservasi alam di lapangan.
(Gatot Pujo Nugroho, ST – Wakil Gubernur Sumatera Utara)
Kami sangat mendukung upaya penerbitan buku “Ayat-ayat Konservasi” dengan menghimpun khazanah
Islam dalam konservasi alam baik melalui penelusuran ajaran Islam berdasarkan al Quran dan praktik
yang dicontohkan oleh Rasulullah saw maupun kearifan masyarakat lokal di sekitar Leuser dalam
pengelolaan sumberdaya alam secara lestari. Harapan besar kami semoga kehadiran buku ini menjadi
salah satu kontribusi dalam menghidupkan nilai-nilai Islam dalam konservasi Leuser.
(Ir. Harijoko SP, MM. – Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser)
BAGIAN 1
Bumi, Rumah Kita
Bersama
Artinya: 23. Fir’aun bertanya: “Siapa Tuhan Tak lama kemudian terlihat Syaiful mengangkat
semesta alam itu?”, 24. Musa menjawab: tangan, lalu berkata: “Ayat-ayat tersebut pada
“Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa intinya menyatakan bahwa pencipta alam
yang di antara keduanya (itulah Tuhanmu), jika semesta adalah Rabb Semesta Alam, yaitu Rabb
kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-
yang sebenarnya, Rabb Yang Maha Esa.”
Nya”.
“Benar, tepat sekali Syaiful,” kata Ustad
Abdurrahman
photo: www.earth.google.com
P
“ ara santriku yang dimuliakan Allah,”
kata Ustad Abdurrahman seraya kemudian
Sejenak kemudian terdengar suara merdu Anwar
yang duduk di sebelah kanan Syaiful dengan
melantunkan QS al A’raf (7): 10
“M ari kita baca kalam Allah dalam QS al
Baqarah (2): 164” lanjut Ustad Abdurrahman,
segala kekayaan di dalamnya. Allah jadikan
air sebagai komponen penting bagi kehidupan
dan Allah kemudian sebarkan di muka bumi
melanjutkan, “Kita sudah tahu bagaimana Allah sambil meminta Ilham membacakan ayat berbagai jenis hewan”.
SWT menciptakan langit dan bumi beserta segala tersebut. Lalu, Ilham dengan suaranya yang
isinya. Ada lagi yang bertanya?” merdu membaca ayat tersebut. “Ustad,” kata seorang santri sambil mengangkat
tangannya dan bertanya, “Untuk apa kemudian
Tampak Teuku mengangkat tangan dan sejurus
Allah melengkapi bumi dengan air?”
kemudian bertanya, “Apa kegunaan bumi bagi Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu
manusia, Ustad?” sekalian di muka bumi dan Kami adakan “Pertanyaan yang bagus,” sahut sang Ustad.
bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. “Siapa yang bisa membantu menjawab?” kata
“Baik, pertanyaan yang sangat penting,” Amat sedikitlah kamu bersyukur. Ustad Abdurrahman sambil melihat para
kata Ustad Abdurrahman. “Mari kita lihat santrinya.
“Nah, sekarang jadi jelas bagi kita semua bahwa
kalam Allah dalam surat al A’raf (7): 10 untuk
menjawab pertanyaan tersebut,” lanjut Ustad
penciptaan bumi beserta segala isinya ditujukan Santri yang duduk di pojok mengangkat tangan
bagi kehidupan terbaik ummat manusia sambil berkata, “untuk minuman dan agar kita
Abdurrahman.
dan penghuninya yang lain,” kata Ustad bisa bersuci, misalnya mandi dan wudhu”.
Abdurrahman menjelaskan.
“Benar!” lalu dilanjutkannya, “Siapa yang bisa
“Demikian juga halnya dengan
menambahkan?”
segala apa-apa yang ada
di dalam dan di atas bumi Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan Ilham kemudian mengangkat tangan dan
menjadi sarana bagi kehidupan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan berkata, “Agar tumbuhan bisa tumbuh dengan
manusia. Ketika kita membaca siang, bahtera yang berlayar di laut membawa baik, Ustad”
ayat-ayat Allah SWT dalam apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang
Al Qur’an, akan banyak kita Allah turunkan dari langit berupa air, lalu “Ya, benar,” sahut Ustad, “Coba kita perhatikan
jumpai penjelasan Allah dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah ayat-ayat pada QS an Nahl (16): 10 dan
tentang kegunaan ciptaan-Nya, mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi al Mu’minun (23): 18-19,” kata Ustad
termasuk air, tanah, dan udara,” itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin Abdurrahman sambil mempersilahkan salah
lanjut Ustad Abdurrahman. dan awan yang dikendalikan antara langit seorang santri membacakan ayat-ayat tersebut.
dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda
Beruang Madu/Helarctos malayanus Malu-malu/Kukang/Nycticebus coucang
(keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum
(photo: Siew Te Wong) (photo: Mike O Griffiths)
yang memikirkan.
Ustad Abdurrahman lebih lanjut menerangkan,
“Allah menggariskan takdirnya atas bumi,
pertama kalinya dengan memberikan segala
fasilitas terbaik bagi semua penghuni bumi.
Diciptakanlah lautan yang maha luas dengan
P
keberadaan air dengan pertumbuhan tumbuhan
untuk berkembang banyak yang rusak karena
dan perkembangbiakan berbagai jenis binatang. “ ara santriku,” kata Ustad Abdurrahman. ulah manusia. Daftar ekosistem (sistem alam,
“Subhanallah,” seru para santri serentak Ayat-ayat tersebut antara lain dalam QS “Ayat-ayat Al Quran yang kita baca dan hadist misal hutan, sungai, danau, dan sebagainya)
merasakan keagungan Allah SWT. al Mu’minun (23): 20, al An’am (6): 141 dan Rasulullah serta pandangan fiqih yang tadi kita yang rusak karena manusia sudah panjang.
Luqman (31): 10. Semua yang Allah ciptakan di bahas telah menjelaskan kepada kita bahwa
“Apa arti hasil penelitian di atas?” tanya Ustad Sejumlah besar spesies (flora fauna) menghilang
bumi saling membutuhkan dan dalam keadaan kehidupan kita sangat tergantung pada bumi
Abdurrahman. dengan cepat (beberapa diantaranya telah punah
seimbang.” dan segala isinya yang diciptakan Allah. selamanya) karena perburuan, perusakan habitat
Sejenak kemudian Syaiful mengangkat tangan (rumah flora fauna), dan dampak negatif dari
“Subhanallah,” kata para santri mendengar Kita butuh air bersih, udara yang tidak tercemar
dan menjawab, “Udara sangat penting bagi pemangsa (predator) dan pesaing (kompetitor)
penjelasan Ustad Abdurrahman, sambil berjanji serta tanah yang subur yang kemudian tumbuh-
kehidupan, namun bukan sekedar udara biasa, yang diperkenalkan [5] serta pemanfaatan secara
dalam hatinya untuk melaksanakan apa yang tumbuhan bisa tumbuh dengan baik serta
tapi udara bersih yang mampu mendukung berlebihan dan perburuan dan perdagangan
dititahkan sang guru. berbagai satwa dapat hidup dan berkembang
kehidupan makhluk hidup di muka bumi. ilegal [6].”
biak sebagaimana mestinya, sehingga dapat
Kebutuhan terhadap udara bersih lebih besar
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Nah,
dibandingkan kebutuhan makanan dan
kalau bumi dan segala isinya rusak tentu akan
minuman, meskipun semuanya harus kita
“Siklus hidrologi dan kimia alami terganggu
sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia di
penuhi secara seimbang.” Para santri dan Ustad oleh pembukaan lahan yang menyebabkan
muka bumi.”
Abdurrahman mengangguk, milyaran ton tanah subur mengalami erosi
tanda setuju dengan jawaban dan hanyut ke dalam sungai, danau, dan
“Seperti apa dampak kerusakan lingkungan
laut setiap tahun, sehingga sungai, danau,
Syaiful. yang telah terjadi itu, Ustad?” tanya Syaiful,
dan perairan pesisir pantai menjadi dangkal,
salah seorang santri yang dari tadi dengan tekun dimana potensi dan kejadian banjir semakin
“Oleh karena itu,” kata Ustad
mendengarkan penjelasan sang guru. sering terjadi dalam skala yang terus dan
Abdurrahman, “Sangat penting
semakin meningkat [5].”
bagi kita untuk menjaga “O ya, kemaren saya,” kata Ustad Abdurrahman
kebersihan udara kita dan “berdiskusi dan dibawakan beberapa buku
mencegah berbagai pencemaran dan makalah oleh seorang sahabat saya yang
yang dapat mengotori udara mengajar di universitas terbesar di Sumatera “Akibat berbagai kerusakan tersebut,” lanjut
kita, termasuk menjaga agar Utara jurusan kehutanan. Mudah-mudahan bisa Ustad Abdurrahman, dalam buku lain
pepohonan tetap tumbuh, membantu menjawab pertanyaan Syaiful”. dilaporkan hasil penilaian terhadap ekosistem
jangan menebang tanpa dunia saat ini, yakni:
kepentingan dan tujuan yang “Dalam sebuah buku tertulis begini,” kata Ustad
Abdurrahman sambil membalik halaman buku Lebih dari dua per tiga pelayanan ekosistem
baik, agar udara tetap bersih,”
yang dimaksud. dunia telah mengalami penurunan. Manfaat
seraya kemudian menekankan
yang diambil dari pembangunan infrastruktur
suaranya, Ustad Abdurrahman
Apakah kita sadari atau tidak, bahwa komunitas planet, justru mengakibatkan penurunan modal
berkata, “Karena hanya pohon
biologi (makhluk hidup/hayati) di seluruh dunia alam [7].”
dan tumbuhan hijau lainnya
Emisi gas mengotori udara kita yang membutuhkan waktu berjuta-juta tahun
yang dapat menghasilkan
T
Allah SWT berfirman, ”Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran, lalu
Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa
menghilangkannya.” (QS al Mu’minun [23]:18). Allah SWT memberikan nikmat kepada aujih K.H. Yusuf Supendi
hamba-Nya dengan beranekaragam nikmat yang sulit dihitung dan dikalkulasikan. dalam kolom hikmah
harian Republika itu sangat
Di antara nikmat-Nya adalah menurunkan air hujan sesuai dengan kebutuhan manusia yang berpengaruh bagi para
cukup dan memadai untuk mengairi pertanian, kebutuhan minum, dan kebutuhan lainnya. santri PAS. Mereka juga
Allah SWT menetapkan dan melestarikan air hujan melalui sungai-sungai, mata air, sawah, ingin tahu lebih banyak, dan
rawa, setu, gunung, bukit-bukit, dan air diserapkan ke daratan dan perut bumi serta menetap pada malam pengajian di
pondok, mereka bertanya
di bumi sebagai cadangan bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya.
kepada guru yang mengajar,
Allah SWT menurunkan air hujan sesuai dengan kebutuhan hidup manusia. Tidak terlalu yakni Ustad Luthfi. Sehingga
banyak yang berakibat banjir, dan tidak terlalu kurang yang berakibat kekeringan. Namun kajian hutan, hujan dan banjir
menjadi pembicaraan hangat
Allah SWT jualah yang berkuasa untuk menentukan lain — menghilangkan dan menyetop
pengajian malam itu. Banjir bandang Bukit Lawang 2003 menimbulkan kerugian material
air hujan sehingga terjadi kemarau panjang atau mencurahkan hujan lebat terus-menerus
dan jiwa (Photo: www.sumutcyber.com)
sehingga terjadi banjir. Pada akhir pengajian, Ustad
Luthfi menyampaikan bahwa
Allah SWT sangatlah berkuasa dan punya wewenang penuh menentukan sesuatu sesuai ia akan menulis kepada
kehendak-Nya, terutama bila manusia kurang bersyukur dan kufur nikmat. ”Maka rekannya yang menjadi
terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari dosen di perguruan tinggi di
awan ataukah Kami yang menurunkan? Kalau Kami kehendaki niscaya Kami jadikan dia asin, Medan untuk menanyakan
lalu mengapa kamu tidak bersyukur.” (QS al Waaqi’ah [56]: 68-70). pandangan ilmiah atau orang
kampus tentang kejadian banjir
Nah, ketika terjadi banjir, yang jadi pertanyaan, salahkah hujan? Pada dasarnya, banjir tersebut. Selang beberapa
dapat diantisipasi bila Pemerintah Pusat dan Pemda punya program jelas serta masyarakat waktu kemudian, datanglah
memiliki kesadaran dan peduli lingkungan. Firman Allah menyiratkan, ”Air hujan mestinya jawaban dari rekan Ustad
diserapkan ke bumi.” Namun yang terjadi, kantong-kantong penyangga seperti sawah, setu, Luthfi tersebut.
dan rawa banyak yang hilang serta berubah menjadi perumahan dan perkantoran megah. Surat jawaban itu kemudian
juga ditempel di papan tempat Banjir bandang Bukit Lawang 2003 (Photo: Sumut Pos)
Di hulu, pembalakan dan penggundulan hutan merupakan sumber utama datangnya banjir biasa koran ditempel.
di berbagai wilayah Indonesia. Curah hujan dengan intensitas tinggi, rendahnya kemampuan
tanah menyerap air berakibat rentannya terjadi banjir dan longsor. Salahkah hujan?
Petunjuk Allah dalam Al Quran sudah ada. Undang-undang sudah dibuat. Saatnya bagi
penyelenggara negara dan rakyat tidak berlaku sebagai ‘pemadam kebakaran’ semata, tapi
mengutamakan langkah antisipasi dan preventif. Belum terlambat untuk memulai.
* Bagian ini merupakan artikel kolom Hikmah Harian Republika oleh KH. Yusuf Supendi dengan judul “Jangan Salahkan Hujan”
Para pengasuh dan santri Pondok PAS yang mulia. Suatu kehormatan bagi kami mendapat Namun, jika hutan tersebut dikonversi menjadi areal non-hutan apalagi lahannya
surat dari Ustad Luthfi yang mewakili para penghuni pondok. Berikut penjelasan kami. dipadatkan, atau tanahnya dibeton, koefisiennya akan meningkat mendekati angka 1.
Artinya hampir 100% curah hujan yang ada menjadi aliran permukaan, sehingga potensi
Fenomena kejadian banjir dan tanah longsor yang meningkat seiring meningkatnya
banjir bandang sangat besar, apalagi areal demikian terdapat di daerah hulu dan
kerusakan hutan dan lahan, saya yakin kita semua tahu dan paham. Apalagi pejabat yang
topografinya curam. Sebaliknya, pada musim kemarau kekeringan akan melanda karena
mengurusi rakyat dengan tingkat pendidikannya yang di atas rata-rata. Dimana sejak SD
air hujan telah mengalir semua saat musim penghujan.
sampai SMA ada pelajaran IPA yang diantara materinya ada yang terkait dengan topik yang
sedang kita bicarakan ini. Jadi, apa mungkin pura-pura tidak tahu atau memang tidak tahu Kondisi yang sama juga terjadi saat banjir bandang melanda Bahorok tahun 2003 atau di
harus berbuat apa buat rakyatnya? Jember di awal tahun 2006. Kasus di Bahorok, karena hutan di hulunya di pergunungan
Leuser banyak yang gundul akibat penebangan haram atau yang lebih dikenal dengan
Contoh berikut bisa memberikan gambaran tentang peranan hutan dalam mencegah banjir.
illegal logging dan perambahan [21, 22, 23] – meskipun banyak yang memperdebatkan.
Pada tahun 1968 mulai dilakukan kegiatan reboisasi dan penghijauan di Daerah Aliran
Lalu, kayu gelondongan berserakan pasca banjir bandang itu berasal dari mana? [18]
Sungai (DAS) Citanduy, Jawa Barat dan berhasil.
Sementara di Jember dilaporkan hutan di pegunungan Argopuro yang merupakan daerah
Ketika dibandingkan perbandingan aliran air maksimum (Qmaks) dan aliran air minimum
hulu dengan kelerengan yang cukup tajam juga dalam kondisi rusak. Sehingga ketika
(Qmin) antara tahun 1968 saat mulai reboisasi dengan tahun 1983 diketahui bawa
musim hujan, sisa hutan yang ada yang telah rusak tidak sanggup lagi menyimpan air dan
perbandingan Qmaks dan Qmin menurun dari 813:1 pada tahun 1968 menjadi 27:1 pada
menahan tanah dari erosi dan longsor. Maka air banjirpun membawa lumpur tanah.
tahun 1983. Bersamaan dengan itu aliran air tahunan turun dengan drastis dari 9.300 juta
m3 (tahun 1968) menjadi 3.500 juta m3 (tahun 1983) [20]. Hasil penelitian Fakultas Kehutanan IPB dalam periode 1978 – 2004 [24] juga bisa
menjelaskan hal tersebut. Pada areal berhutan lebat, laju erosi tertingginya hanya 0,02
Arti dari data tersebut adalah ketika hutan rusak, maka saat musim hujan debit (volume)
ton/ha/th. Jika hutan lebat tersebut kemudian berubah menjadi semak belukar, maka
air yang mengalir, seperti di sungai sangat besar atau sungainya meluap, namun saat musim
laju erosinya meningkat menjadi 2,09 ton/ha/th atau meningkat hampir 105 kali lipat.
kemarau debit sungainya sangat kecil. Ini terjadi tahun 1968. Namun ketika reboisasi
Selanjutnya apabila menjadi lahan gundul tanpa vegetasi, maka laju erosinya meningkat
dan penghijauan di daerah tersebut berhasil, maka pada tahun 1983 ketika dilakukan
secara spektakuler, yakni mencapai 514,00 ton/ha/th atau meningkat 25.700 kali lipat
pengukuran ulang diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang besar antara debit
dari areal berhutan. Sangat bisa dibayangkan, betapa besar peluang banjir bandang
sungai di musim hujan dan di musim kemarau atau dalam arti kata aliran air sungai stabil
membawa lumpur ketika hutan digunduli saat musim hujan.
dan tidak fluktuatif antar kedua musim tersebut. Tentu hal ini menyebabkan saat musim
hujan potensi banjir sangat kecil, demikian pula dengan potensi kekeringan di musim Selanjutnya, pada tanah yang tidak stabil penebangan hutan menaikkan hampir lima
kemarau juga tidak terjadi. kali kejadian longsor dan volume tanah yang longsor meningkat tiga kalinya. Pembuatan
jalan untuk penebangan meningkatkan 50 kali pada kejadian longsor dan volume tanah
Hal sebaliknya terjadi di DAS Citarum, dalam periode 1919-1923 rata-rata 47% curah
yang longsor meningkat 30 kali [20]. Dengan demikian, hutan sangatlah penting untuk
hujan menjadi aliran air sedangkan pada periode 1970-1975 rata-rata tersebut meningkat
pengendalian tanah longsor.
menjadi 52%. Hal tersebut diakibatkan oleh luas hutan yang telah berkurang 33% di
kawasan tersebut [20], sehingga potensi banjir meningkat saat musim hujan dan potensi Dari berbagai fakta dan kejadian serta hasil penelitian ilmiah, sudah sangat jelas kaitan
kekeringan juga meningkat saat musim kemarau. kerusakan hutan dan lahan terhadap meningkatnya potensi banjir dan tanah longsor.
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa pada DAS yang berhutan resiko banjir menjadi Cukuplah bencana banjir dan tanah longsor tersebut sebagai penyadaran bagi kita
kecil karena mempunyai koefisien air larian yaitu 0,001-0,1 (rasio antara aliran air semua. Jadilah bagian dari solusi, bukan menjadi bagian masalah. Lingkungan adalah
permukaan dan aliran air dasar). Artinya pada DAS yang berhutan, sebagian besar air hujan milik bersama, mari jaga dan kelola lingkungan secara arif, bersama dan berkelanjutan
untuk kemakmuran umat manusia sebagaimana tujuan penciptaannya. Semoga!
S
dengan perhatian penuh serentak mengangguk 1. Kawasan yang memberikan perlindungan
pemeliharaannya, serta untuk mencegah tanda setuju dan paham apa yang disampaikan kawasan di bawahnya, yakni berupa:
etelah pekan lalu membahas hima, pada gangguan atau bahaya.” sang guru.
pengajian tematik malam Jumat pekan ini, Ustad a. Perlindungan terhadap kawasan hutan
Setelah Ustad Salman menjelaskan hal tersebut,
Salman menyampaikan topik tentang al-harim Kemudian Ustad Salman melanjutkan uraiannya, lindung dilakukan untuk mencegah
Syaiful kemudian bertanya “Ustad, bagaimana
atau zona larangan. “Dalam menetapkan batas-batas tentang zona terjadinya erosi, sedimentasi, dan menjaga
pencadangan al-harim, misalnya pada pesantren
larangan (harim), Islam menetapkan sebagai fungsi hidrologis tanah untuk menjamin
Ustad Salman mengawali kajiannya dengan kita?”
berikut: ketersediaan unsur hara tanah, air tanah,
mengatakan “dalam hukum Islam terdapat
“Pertanyaan yang bagus” kata Ustad Salman. dan air permukaan (pasal 7). Kriteria yang
berbagai zona larangan (al-harim) yang
“Dalam sebuah buku [32]” kata Ustad Salman, digunakan untuk kawasan hutan lindung
didalamnya pembangunan terlarang atau sangat 1. Kawasan terlarang (harim) untuk sebuah
dijelaskan begini: (pasal 8) adalah:
terbatas untuk mencegah terjadinya kerusakan sungai adalah meliputi ukuran setengah
“Harim sesungguhnya dapat dimiliki atau dari lebar sungai pada kedua tepinya. i. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng
atau menurunnya manfaat dan sumberdaya
dicadangkan oleh individu atau kelompok 2. Kawasan terlarang (harim) untuk lapangan, jenis tanah, curah hujan yang
alam. Beberapa bentuk al harim adalah [25]:
di sebuah daerah yang mereka miliki. Lokasi sebatang pohon meliputi jarak dua melebihi nilai skor 175, dan/atau;
1. Dalam hukum Islam, setiap kota atau
pesantren yang strategis untuk daerah tangkapan setengah hingga tiga meter di sekeliling ii. Kawasan hutan yang mempunyai lereng
perkampungan harus dikelilingi oleh
air, atau kawasan perumahan (kompleks) dalam pohon tersebut. lapangan 40% atau lebih dan/atau
zona larangan yang merupakan kawasan
skala yang lebih kecil, dapat disisakan untuk 3. Untuk sumur ditetapkan kawasan zona iii. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian
penyangga yang tidak boleh didirikan
zona larangan (harim). Jadi harim merupakan larangan sekurangnya sejauh 20 meter diatas permukaan laut 2.000 meter atau lebih
bangunan atau sangat terbatas. Lahan-
gabungan dua kawasan yaitu yang telah digarap keliling.
lahan tersebut umumnya dikelola bersama b. Perlindungan terhadap kawasan bergambut
(lahan ihya) dan yang tidak digarap (lahan 4. Kawasan terlarang (harim) untuk mata
oleh masyarakat yang bermukim dekat dimaksudkan untuk mengendalikan
mawaat). Sebagai muslim ketergantungan air didasarkan pada keadaan air dengan
kawasan tersebut untuk mendapatkan hidrologi wilayah, yang berfungsi sebagai
terhadap keberadaan dan ketersediaan air memberikan pertimbangan yang memadai
berbagai kebutuhan yang mereka perlukan penambat air dan pencegah banjir, serta
adalah sangat penting. Kata harim yang berarti tentang saluran, ukuran kolam yang akan
dalam jumlah terbatas, seperti makanan, dibuat, tempat yang dibutuhkan bagi
melindungi ekosistem yang khas di kawasan
terlarang. Biasanya harim terbentuk bersamaan
dan kayu bakar atau sejenisnya, dan untuk orang dan binatang untuk bergerak di yang bersangkutan (pasal 9). Kriteria kawasan
dengan keberadaan ladang dan persawahan,
menjamin kehidupan yang lebih kondusif sekitarnya dan tipe tanah dimana air itu bergambut adalah tanah bergambut dengan
tentu saja luasan kawasan ini berbeda-beda.
serta untuk mencapai kesejahteraan dalam mengalir [32].” ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat
Biasanya harim dalam ukuran lahan tidak terlalu
jangka panjang. dibagian hulu sungai dan rawa (pasal 10).
luas [32].”
2. Berdasarkan hukum Islam, sumber-sumber c. Perlindungan terhadap kawasan resapan
“Nah, pada daerah strategis di pesantren kita,” “Kalau kita perhatikan, negara kita
air, misalnya danau, laut, sungai, mata air dilakukan untuk memberikan ruang
kata Ustad Salman, “Kita telah mengatur daerah sesungguhnya juga punya aturan yang sangat
air, aliran air, dan sumur merupakan yang cukup bagi peresapan air hujan pada
sumber air, seperti daerah tangkapan air, mata mirip dengan al-harim. Peraturan tersebut
zona larangan (al-harim) agar manfaatnya daerah tertentu untuk keperluan penyediaan
air dan wilayah sekitar sumur menjadi daerah antara lain adalah Keppres No 32 tahun 1990
selalu didapatkan dalam jangka panjang. kebutuhan air tanah dan penanggulangan
terlarang untuk bangunan atau kegiatan lain tentang kawasan lindung, yang tidak boleh ada
Demikian juga dengan sarana umum seperti banjir, baik untuk kawasan bawahnya
yang merusak. Hal ini dimaksudkan agar sumber pembangunan di atasnya atau kegiatan lain yang
jalan dan perempatan juga merupakan maupun kawasan yang bersangkutan (pasal
air kita tidak rusak atau tercemar, sehingga mengurangi fungsi kawasan tersebut. Dalam
zona larangan untuk mencegah kerusakan, 11). Kriteria kawasan resapan air adalah
kita dapat memanfaatkan sebaik mungkin.” peraturan tersebut yang sangat mirip dengan
dan untuk menjamin pemanfaatan dan curah hujan yang tinggi, struktur tanah
al-harim berupa (a) kawasan yang memberikan
I
akan menguraikan, apa yang disebut dengan
Ulama berselisih paham ketika mendefinisikan tanah pribadinya. Orang yang telah melakukannya dapat ihya al mawaat atau menghidupkan lahan yang
“ slam adalah agama yang mengajarkan mawaat ini. Sebagian mereka mengatakan, bahwa yang memiliki lahan tersebut. Karena itu, orang lain terlantar berdasarkan beberapa rujukan berikut:
pemeluknya untuk selalu produktif, selalu dimaksud adalah tanah yang tidak ada pemiliknya. tidak dibenarkan untuk mengambil alihnya. Dalam
1. Environmental protection in Islam [25]
melakukan perbaikan (ishlah) dan menjauhkan Karena itu, tanah yang sudah lama ditinggalkan oleh masalah ini, terjadi perbedaan pendapat diantara pakar
diri dari perbuatan yang sia-sia,” demikian fiqih. Madzhab Syafi’i menyatakan siapapun berhak 2. Al-Ahkam As Sulthaniyyah [27]
pemiliknya, masih digolongkan tanah mawaat. Yang
pembukaan kajian tematik di malam Jum’at lain mengartikannya dengan tanah yang tidak pernah mengambil manfaat atau memilikinya, meskipun tidak 3. Fiqih Lingkungan [29]
yang dibawakan oleh Ustad Abdurrahman. dikelola oleh seorangpun. Tanah yang sudah pernah mendapat izin dari pemerintah. Beda halnya dengan 4. Konservasi Alam dalam Islam [30]
Kemudian Ilham bertanya, “Ustad, bagaimana dimanfaatkan, lalu ditinggalkan oleh pemiliknya, Imam Abu Hanifah. 5. Khazanah Alam: Menggali Tradisi Islam
dengan lahan-lahan yang terlantar? Ketika saya tidak disebut tanah mawaat. untuk Konservasi [32]”
pulang melewati tepian Danau Toba atau lahan Ibn Rif’ah membagi dua bentuk mawaat, yaitu: “Bagi yang ingin bertanya di ketika saya
Imam Abu Hanifah berpendapat, ihya’ boleh
yang tidak jauh dari pesantren kita banyak menjelaskan nantinya, silahkan mengangkat
1. Tanah yang tidak pernah dikelola oleh seseorang. dilakukan dengan catatan mendapat izin
sekali dijumpai lahan demikian. Lahan tersebut dari pemerintah yang sah. Imam Malik juga tangan dan mengajukan pertanyaanya. Sekarang
Ini adalah bentuk asal dan tanah mawaat.
ada pemiliknya, namun terlantar dan tidak berpendapat hampir sama dengan Imam Abu akan saya lanjutkan,” kata Ustad Abdurrahman.
2. Tanah yang pernah dimanfaatkan oleh orang
diolah sehingga menjadi semak belukar atau Hanifah.
kafir, kemudian ditinggalkan. “Ihya al mawaat dalam kajian fiqih Islam
padang alang-alang. Apakah ini juga termasuk
Al-Zarkasyi membagi lahan itu menjadi empat Cuma, beliau menengahi dua pendapat itu dengan berarti mengolah atau menggarap lahan
perbuatan sia-sia dengan menjadikan lahan gersang dan tandus karena diterlantarkan
macam, yaitu: cara membedakan dari Ietak daerahnya. Jika tanah
tersebut terlantar?” kemudian mengubahnya melalui pengolahan
tersebut berada di daerah yang tidak terlalu penting
1. Tanah yang dimiliki dengan cara pembelian, menjadi lahan subur, produktif yang dapat
Ustad Abdurrahman merasa kagum dengan bagi manusia, maka tidak perlu izin Imam. Misalnya
hibah, dan semacamnya. dimanfaatkan bercocok tanam, bertempat
pertanyaan santrinya tersebut: tajam dan sangat berada di daerah padang pasir yang tidak dihuni tinggal atau hunian, dan lainnya.
aktual. 2. Tanah yang digunakan untuk kepentingan
umum. Seperti lahan yang diwaqafkan untuk
“Pertanyaan dan analisa yang sangat baik
masjid, madrasah; dan juga lahan yang
Ilham,” kata Ustad Abdurrahman. “Insya Allah,
digunakan untuk kepentingan umum seperti
malam ini kita akan membahas hal tersebut
pasar, jalan, dan semacamnya.
dalam pengajian tematik kali ini.”
3. Tanah milik orang atau kelompok tertentu.
“Saya akan awali dengan pembahasan status
Misalnya waqaf khaissah (waqaf untuk
lahan kosong. Hal ini pernah diuraikan oleh
komunitas tertentu), tanah desa, dan
Ustad HM. Misbahus Salam, S. Ag dari Pondok
semacamnya.
Pesantren Nurul Islam, Jember pada pertemuan
4. Tanah yang tidak dimiliki baik oleh perorangan,
ulama dalam menggagas fiqih lingkungan
kelompok, ataupun umum. Inilah yang disebut
tahun 2004 lalu [37]. Beliau menguraikan setelah
dengan tanah mawaat. Beberapa definsi ini
mengkaji berbagai teks dalam kitab-kitab klasik.”
sebenarnya memiliki maksud yang hampir
Kemudian Ustad Abdurrahman menyampaikan,
sama, bahwa yang dimaksud adalah tanah yang
“Berikut di antara yang beliau sampaikan: dalam
tidak dikelola oleh seseorang.”
fiqh klasik, tanah kosong itu disebut dengan al-mawaat.
“Selanjutnya Ustad HM. Misbahus Salam, S. Ag
Hutan yang rusak menghilangkan banyak fungsi dan manfaat hutan bagi
ummat manusia dan makhluk lainnya. Kegiatan rehabilitasi hutan yang
rusak sebagai salah satu bentuk praktik ihya al mawaat perlu dilakukan
54 Ayat-ayat Konservasi untuk memulihkan fungsi dan manfaat hutan tersebut. (Photo: bDoel eSTe)
Konservasi Alam di Zaman Rasulullah 55
Oleh karena itu, Ihya al mawaat, merupakan Selanjutnya, secara khusus, Ihya al mawaat “Hamparan bumi dengan gunung-gunung, Akan tetapi salah satu dari dua unsur tersebut,
syariat dalam memakmurkan dan memanfaatkan memiliki pengertian luas mencakup penghijauan, jurang, lautan, dan daratan yang luas diserahkan sudah cukup untuk menjadi objek Ihya al mawaat.
bumi untuk kepentingan kemaslahatan manusia pemanfaatan, pemeliharaan dan penjagaan. sepenuhnya kepada manusia untuk dikelola, Untuk syarat pertama, yaitu ‘lahan terlantar’
baik secara individu maupun kolektif. Semangat dimanfaatkan, dipelihara kelestariannya, serta umumnya berada di wilayah perkotaan dan
ini tercermin dengan penguasaan dan upaya dijaga keseimbangannya. Hal ini sesuai dengan dimiliki oleh perseorangan, sekelompok orang
memberikan nilai pada sebuah kawasan yang Penghijauan yang dimaksud adalah usaha firman Allah, misalnya QS an Nahl (16) 10-15 (keluarga) dan atau perusahaan, sedangkan
memproduktifkan lahan dengan cara menanam
tadinya tidak mempunyai manfaat sama sekali [32],” urai Ustad Abdurrahman, dan kemudian ‘lahan tidur’, biasanya terletak di wilayah
bagi lahan subur sesuai karakternya (jenis
(lahan kosong) menjadi lahan produktif karena meneruskan, “Ayat-ayat al Qur’an tentang pedesaan atau pedalaman yang sulit dijangkau
tanah untuk tanaman atau pohon tertentu),
dijadikan ladang, ditanami buah-buahan, dan upaya pengolahan bagi lahan tandus pemakmuran bumi oleh manusia juga memiliki oleh kendaraan bermotor [32].”
sayuran dan tanaman yang lain. Semangat ihya tanpa mengubah karakter dasarnya. arti Ihya al mawaat dan didukung pula oleh Kemudian Ilham bertanya, “Ustad, kapan
(menghidupkan) al-mawaat (kawasan yang hadis Nabi SAW, yaitu: ‘Bagi siapa saja yang tanah terlantar itu boleh diambil, sebagai
tadinya tidak hidup atau mati, gersang, tandus menghidupkan lahan tidur (mati), maka ia berhak salah satu bentuk dari Ihya al mawaat?” Ustad
dan tidak produktif) merupakan anjuran kepada Kemudian, yang dimaksud pemanfaatan adalah atasnya’ (Riwayat Abu Daud, an Nasa’i dan Abdurrahman menebarkan pandangannya
setiap muslim untuk mengelola lahan supaya memanfaatkan lahan dan atau hasilnya sesuai at Turmudzi) [30, 32], serta hadist yang lain kepada seluruh santri, dan kemudian berkata,
tidak ada kawasan yang terlantar (tidak bertuan) kebutuhan secara seimbang, tidak berlebihan yaitu: ‘Bagi siapa saja yang menyuburkan lahan “Siapa yang bisa membantu saya untuk
dan tidak produktif [25, 30, 32] dan merupakan dan tidak pula kurang. Pemeliharaan yang tandus (menghidupkan lahan tidur), maka ia berhak menjawab pertanyaan tersebut.”
petunjuk syariat secara mutlak [30]. dimaksudkan adalah pemeliharaan lahan memperoleh pahala, dan apa saja yang dimakan
dan segala yang ada padanya termasuk hasil Syaiful yang dalam beberapa hari ini sering
“Kemudian Mangunjaya dan Abbas dalam binatang kecil dari lahan itu, merupakan sedekah
kandungan lahan itu sesuai aturan yang patut membaca buku di perpustakaan pesantren
bukunya [32] menjelaskan sebagai berikut: Ihya berpahala’ (HR. an Nasa’i dan Ibnu Hibban
dibenarkan oleh syari’at dan undang-undang. mengangkat tangan dan menjawab, “Khalifah
al mawaat secara umum maksudnya adalah bercocok mensahkannya) [32].”
Umar bin Khattab menetapkan untuk mengambil
tanam, yaitu memperlakukan lahan sesuai fitrahnya Selanjutnya, yang dimaksud penjagaan “Ustad, saya mau bertanya,” kata Teuku setelah alih tanah dari pemiliknya andai kata tanah
dengan cara menanaminya dengan jenis tanaman adalah jaminan atas lahan dan semua yang mengangkat tangan sebelumnya. Setelah tersebut dibiarkan terlantar selama tiga tahun [30,
yang bermanfaat bagi manusia. Bermanfaat disini, terkait berdasarkan peraturan perundang- dipersilahkan, Teuku kemudian mengungkapkan 32, 39, 40]. Dengan demikian, apabila terdapat
maksudnya dapat memenuhi kebutuhan manusia undangan yang diakui secara nasional maupun pertanyaanya, “Apa kriteria lahan yang dapat lahan-lahan yang berstatus tidak jelas dan
berupa makan, minum dan yang mendukung internasional” urai Ustad Abdurrahman sambil menjadi objek Ihya al mawaat?” tidak ada tanda-tanda kehidupan, masyarakat
keduanya, agar ia bertahan hidup. memegang buku Khazanah Alam: Menggali
“Pertanyaan yang bagus,” kata Ustad – pemerintah – dapat memproses lahan tersebut
Tradisi Islam untuk Konservasi.
Abdurrahman. “Jawabannya ada dalam kitab agar dialihkan kepemilikannya supaya dapat
Fikih Sunnah yang ditulis Syech Sayyid Sabiq dihidupkan dan menjadi produktif. Demikian
[38 ]. Dalam kitab tersebut dituliskan: pula, Islam melarang individu memiliki tanah
secara berlebihan, dan juga dilarang memungut
sewa atas tanah karena pada hakekatnya tanah
Kriteria lahan Ihya al mawaat sebagai itu adalah milik Allah [32].”
berikut:
“Benar sekali,” kata Ustad Abdurrahman.
(1) lahan terlantar perkotaan, dan
“Al Qurtuby menegaskan bahwa upaya
(2) lahan tidur atau mati yang berada di
pemakmuran lahan dengan cara bercocok tanam
kawasan pedalaman dan tertinggal oleh
atau lainnya berimplikasi hukum fardlu kifayah
kemajuan.
dan pemerintah berkewajiban menyeru secara
paksa terhadap masyarakat untuk melakukannya
Dua syarat di atas tidak bersifat kumulatif yang [32]. “Namun demikian” kata Ustad
Praktik ihya’ al mawaat dengan cara menanam kembali hutan sehingga kehidupan berarti harus dua-duanya ada secara bersamaan. Abdurrahman, “Semangat menghidupkan lahan
ekosistem hutan dapat terselamatkan. (Photo: Mustaqim)
P uraiannya, “Dalam kitab tarikh diriwayatkan (binatang), lakukanlah dengan baik dengan mengasah
hidupan liar, seperti burung dan sumberdaya
bahwa pribadi nabi berperangai sangat kasih tajam pisaunya, sehingga tidak menyiksa binatang
ondok PAS dilindungi banyak pohon- alam lainnya mempunyai hak dalam Islam.”
kepada satwa/hewan. Nabi melarang orang yang disembelih” (Riwayat Muslim).
pohon besar serta pohon-pohon pinang Demikian Ustad Salman mengawali ulasannya
yang membatasi lahan pesantren dengan menjawab pertanyaan Ilham, “Apakah boleh yang membebani binatang dengan muatan yang Dari Amru bin Syarid, ia berkata: “Aku mendengar
lahan masyarakat. Banyak burung bersarang menangkap anak burung?” berat. Nabi memerintahkan jika menunggang Rasulullah SAW. bersabda: ‘Siapa yang membunuh
diberbagai pohon besar tersebut. Kicauan merdu binatang dengan laku perbuatan yang baik, dan seekor burung dengan sia-sia (tanpa maksud tertentu),
Lalu, Ustad Salman membuka kitab Riyadhus
burung menyemarakkan suasana pagi dan sore binatang tersebut sedang dalam keadaan sehat. burung tersebut akan mengadukan kepada Allah di
Solihin. “Mari kita baca hadist Rasulullah pada
bagi penghuni Pondok PAS. Nabi menyuruh kepada orang yang kebetulan hari kiamat, seraya berkata: “Wahai Tuhan, si fulan
halaman 472,” kata Ustad Salman. Kemudian
memelihara binatang, supaya memeliharanya telah membunuhku dengan sia-sia dan aku dibunuh
Ilham teringat saat dia masih di kampung Ibrahim membaca terjemahannya setelah
dengan baik. Jika binatang itu hendak dimakan, tidak dengan tujuan yang bermanfaat” (Riwayat Ibn
asalnya sebelum masuk Pondok PAS. Saat itu diminta Ustad Salman. Berikut terjemahannya:
hendaklah ia dalam keadaan baik, tidak dalam Hibban).
sore hari di ujung kampung, dia bersama kawan-
Ibnu Mas’ud RA. berkata: Ketika kami bersama kesakitan. Nabi melarang orang membunuh
kawannya sedang asik menangkap anak burung Dalam kehidupan di zaman modern ini, masih
Rasulullah SAW dalam bepegian dan Rasulullah binatang kecuali hendak dimakan [44 ].”
di sarangnya dengan memanjat pohon tempat banyak manusia yang senang atau punya
sedang pergi berhajat, kami melihat seekor burung
sarang itu. Mereka sangat bersuka cita karena “Dalam Ensiklopedi Muhammad,” kata Ustad pengalaman dalam memelihara anak burung
yang mempunyai dua anak, maka kami ambil kedua
mendapatkan berbagai anak burung yang lucu- Salman dikatakan, “Rasulullah Muhammad yang diawali dengan mengambil anak burung
lucu dan menggemaskan. SAW amat penyayang pada binatang. Pada dari sarangnya dengan memanjat pohon tempat
masa sebelum kerasulannya, mayoritas bangsa sarang tersebut, apakah dilakukan sendiri atau
Kini, ketika mendengar kicauan burung di
Arab memperlakukan hewan-hewan mereka mendapatkan dari orang lain. Benar demikian,
pepohonan yang tumbuh di pekarangan Pondok
dengan buruk, misal menyayat sebagian daging bukan? Pemenuhan ego manusia, misalnya
PAS di sore hari, Ilham berkata dalam hatinya,
hewan yang masih hidup untuk dimasak dan kesenangannya adakalanya seperti kasus
“Boleh tidak ya menangkap anak burung, seperti
g
tersebut mengabaikan g tersebut.
hak burung
yang dulu aku lakukan bersama kawan-kawan dimakan, mencabuti bulu-bulu
kampung dahulu? Aku akan tanyakan kepada atau memotong ekor hewan-
Ustad nanti saat pengajian malam Jum’at.” hewan tersebut. Rasulullah
Malam Jumat itu sedang kajian kitab Riyadhus kemudian melarang semua
Sholihin yang dibawakan Ustad Salman. Kitab perbuatan tersebut. Kebiasaan
yang membicarakan kehidupan orang-orang lain bangsa Arab saat itu
sholeh. adalah mengadu hewan
dan Rasulullah mengatakan
“Rasulullah SAW diutus Allah SWT dengan perbuatan tersebut melanggar
membawa Islam adalah untuk memperbaiki hukum. Sebagian masyarakat
(ishlah) akhlah/perilaku manusia. Kehadiran ketika itu juga biasa mengikat
beliau sekaligus sebagai rahmat bagi sekalian hewan dan menjadikannya
alam (rahmatan lil ‘alamin), termasuk bagi objek untuk melatih memanah.
hidupan liar (wildlife). Dalam sejarah hidupnya, Praktek ini juga dilarang
Rasulullah SAW telah memberikan banyak Contoh pemeliharaan Julang jambul-hitam (Aceros Rasulullah [ 45].”
contoh tauladan langsung bagi ummatnya terkait corrugatos). Perilaku ini sangat menyengsarakan Perlakuan yang sangat menyengsarakan. Seekor elang-ular bido
hal tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. hewan yang mestinya hidup liar di alam lepas. Setelah itu, Ustad Salman (Spilornis cheela) yang mestinya hidup liar di alam lepas.
Rasulullah SAW memberikan contoh bagaimana (photo: Azhari) mengatakan, “Perhatikanlah (photo: Azhari)
S
menyiksa binatang dengan di lingkungan kamu semua,
kabut asap berkisar US$ 674-799 juta, biaya ini
membakarnya. Nah, jika masih misalnya terhadap burung
alah seorang santri Pondok PAS, Ilham kemungkinan lebih tinggi karena perkiraan
berlaku demikian (merampas atau satwa lainnya? Saatnya
berasal dari Aceh Selatan. Setiap pulang dampak ekonomi bagi kegiatan bisnis tidak
hak binatang), berhentilah! kita memberikan penerangan
liburan akhir tahun dari pesantren menuju tersedia. Penilaian ekonomi yang terkait dengan
atau ketika melihat orang bagi saudara kita yang belum
lain yang berbuat demikian, mengetahui dan masih kampungnya, yakni sekitar bulan Juni dan emisi karbon yang dilepaskan akibat kebakaran
cegahlah dan ingatkan serta jahil,” kata Ustad Salman kembali lagi ke pesantren pada akhir bulan Juni tersebut kemungkinan menelan biaya mencapai
beri pengertian! mengajak para santrinya untuk umumnya bertepatan dengan musim kemarau. US$ 2,8 milyar [46]. “Angka yang sangat besar
melakukan ‘amar ma’ruf nahi Dalam perjalanan itu, sudah sangat umum Ilham sekali,” kata Ilham dalam hati.
Bila menyiksa binatang saja
munkar. melihat lahan atau hutan terbakar atau ada yang
tidak boleh, apalagi merampas Ilham juga pernah membaca artikel di koran
hak manusia.” mengatakan hal itu sengaja dibakar.
yang menyatakan Greenomics Indonesia pada
Selain itu, berbagai berita tentang kebakaran tahun 2006 memperkirakan kerugian akibat
Beberapa temuan perlakuan masyarakat yang memelihara hutan dan lahan juga sering terjadi pada bulan- pembakaran hutan dan lahan mencapai Rp
hewan liar yang semestinya hidup di alam lepas. Perlakuan bulan musim kering tersebut dan asapnya 227,19 miliar per hari. Kerugian tersebut terdiri
ini hanya menciptakan kesengsaraan bagi hewan, karena sampai ke negeri tetangga. Ya, asap terbang tak atas kerugian yang diakibatkan pembakaran
kebebasannya telah direnggut. Siamang (Symphalangus
syndactylus) yang dipelihara dengan diikat, sangat menyedihkan
perlu passport dan visa, karena dia memang tak (fires) dan asap (haze). Kerugian yang diakibatkan
kondisinya. Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus), yang diikat di lewat port (pelabuhan laut atau bandar udara) pembakaran mencapati rata-rata Rp 170,92 miliar
Siamang /Symphalangus pagar, terlihat pula sangat memprihatinkan. Kukang (Nycticebus coucang) serta tidak ada petugas yang memeriksa passport per hari, yakni hilangnya nilai intrinsik dan fungsi
syndactylus (photo: Azhari) yang hidupnya terkurung. Ketiga hewan ini belakangan diketahui mati dan visa itu. ekosistem hutan dan lahan. Sementara kerugian
dalam keadaan memprihatinkan.(photo: Azhari)
Seringkali ketika kebakaran besar terjadi, yang diakibatkan asap diperkirakan mencapai
penyakit pernafasan yang sering dikenal 56,27 miliar per hari. Kerugian itu tidak hanya
dengan ISPA (infeksi saluran pernafasan atas) ditanggung masyarakat lokal, pelaku ekonomi,
menjangkiti penduduk di wilayah tersebut, lalu dan pemerintah Indonesia secara kolektif, tapi
lintas terganggu, dan malah banyak penerbangan juga menyebar ke Malaysia dan Singapura [47].
yang dibatalkan. Betapa besar kerugian yang Kerugian akibat asap didominasi kerugian-
dialami oleh kebakaran atau “pembakaran” kerugian yang menimbulkan dampak ekonomi
hutan dan lahan itu, tidak hanya kerugian tak langsung yang secara kolektif ditanggung
ekonomi, namun juga kerugian kesehatan dan masyarakat dan pelaku ekonomi. Dia
sosial serta kerugian ekologis. menjelaskan, kerugian dari dampak tak langsung
Kebakaran hutan pada bencana El Nino (ENSO) ini bisa mencapai angka rata-rata Rp 25,69
1997/1998 lalu menghanguskan 25 juta ha di miliar per hari atau 45,66% dari total kerugian
seluruh dunia dan kebakaran hutan di Indonesia asap. Kerugian terbesar kedua terjadi terhadap
pada waktu itu mencapai 11,7 juta ha. Kebakaran kesehatan masyarakat yang diperkirakan
yang mengakibatkan deforestasi dan degradasi mencapai Rp 16,39 miliar per hari atau sebesar
Lutung Kelabu / Trachypithecus cristatus Kukang / Nycticebus coucang hutan Indonesia menelan biaya ekonomi sebesar 29,12% dari total kerugian akibat asap [47].
(photo: Azhari) (photo: Azhari)
US$ 1,62-2,7 milyar. Biaya akibat pencemaran
Partisipasi masyarakat untuk menyelamatkan Hutan Leuser. Program Tabungan Konservasi YOSL-OIC di
Sekitar Taman Hutan Rakyat (Tahura), Sibolangit. (Photo: Mustaqim)
S
hutan larangan adalah agar sumber air bagi di pinggiran Sungai Indragiri dengan menghuni
Kemudian pimpinan pertemuan FORDALING seluruh kawasan hutan yang mengelilingi Sungai
penduduk tetap terjaga. Kawasan hutan larangan
alah satu agenda pertemuan Forum Dai menambahkan, “Aturan hutan larangan yang Indragiri [52]” kata sang pimpinan pertemuan.
tidak dibolehkan dirubah menjadi areal pertanian.
Peduli Lingkungan (FORDALING) adalah terdapat di Desa Ujung Bandar ini sesungguhnya
Penebangan pepohonan secara umum dilarang, Kemudian pimpinan pertemuan FORDALING
membicarakan kekayaan khazanah masyarakat juga banyak hidup dalam masyarakat muslim di
kecuali untuk kebutuhan pembangunan rumah mengatakan “Islam hadir untuk membentuk
dalam mengelola sumberdaya alam mereka. bumi nusantara. Misalnya masyarakat Minang
bagi masyarakat yang tinggal di Kampung manusia berperadapan tinggi dengan budaya
Pada salah satu pertemuan, Ust Abdul dengan pandangan hidup adat bersandi syarak
Deleng Payung. Pengambilan kayu untuk yang luhur. Menurut Jatna Supriatna, PhD
Kahar, salah seorang pengurus FORDALING (syariat Islam), syarak bersandi kitabullah
tujuan tersebut setelah melalui persetujuan salah seorang ahli konservasi menulis sebuah
menceritakan hasil silaturrahimnya dengan (al Quran dan Sunnah Rasulullah) punya
musyawarah kampung. Pengambilan kayu pengantar pada buku “Konservasi Alam dalam
masyarakat di sebuah kampung di tepi kawasan khazanah yang disebut rimbo larangan. Rimbo
untuk dijual dilarang. Sanksi moral yang Islam” [30] menyatakan:
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). artinya adalah hutan.
kuat menjadikan tidak ada masyarakat yang
Sesuai aturan adat, pepohonan di rimbo “Nah, jika kita melihat sejarah hutan larangan,
Tersebutlah Kampung Deleng Payung yang melanggar aturan tersebut, sehingga sampai
larangan tidak boleh ditebang karena fungsinya sesungguhnya sangat terkait dengan keyakinan
termasuk dalam wilayah Desa Ujung Bandar,
yang sangat vital sekali sebagai persediaan air para nenek moyang mereka yang beragama
Kecamatan Selapian, Kabupaten Langkat.
sepanjang waktu untuk keperluan masyarakat. Islam. Ajaran Islam telah memberi arahan bagi
Kampung tersebut berbatasan langsung dengan
Selain itu, kayu yang tumbuh di hutan juga mereka dalam mengelola sumberdaya alam
kawasan TNGL. Masyarakat hidup sederhana
dipandang sebagai perisai untuk melindungi mereka, misalnya berupa hutan larangan.
dan penuh kedamaian. Sumber air untuk
segenap masyarakat yang bermukim di sekitar Pertemuan ulama dalam menggagas fiqih
masyarakat desa berasal dari mata air yang
hutan dari bahaya tanah longsor. Apabila ada lingkungan antara lain mengutip salah satu
kemudian mengalir menjadi anak sungai sampai
terdapat di antara warga yang akan membuat hadist Rasulullah saw yang tercantum dalam
ke perkampungan di Desa Ujung Bandar.
rumah yang membutuhkan kayu, maka harus kitab al Targhib wa at Tarhib, Juz 1 hal 53 no
Dalam salah satu pertemuan FORDALING Ust 113. Yakni dari Anas berkata: “Rasulullah saw.
minta izin lebih dulu kepada aparat nagari
Abdul Kahar bercerita “saat silaturrahim saya bersabda: Ada tujuh macam orang yang pahalanya
melalui para pemangku adat untuk menebang
beberapa waktu lalu ke Desa Ujung Bandar, terus mengalir setelah mereka meninggal: (1) orang
kayu yang dibutuhkan dengan peralatan kapak
Ustad Syuhada, salah seorang ulama dan tokoh yang mengajarkan ilmu, (2) membuat sungai, (3)
dan gergaji tangan [51]. Tidak dibenarkan
masyarakat desa tersebut menginformasikan menggali sumur, (4) menanam pohon kurma, (5)
menebang dengan menggunakan gergaji mesin
bahwa Desa Ujung Bandar memiliki hutan mendirikan masjid, (6) mewariskan al Qur’an, (7)
(chain saw).”
larangan yang terletak di Kampung Deleng meninggalkan anak yang selalu mendoakannya [29]”
Payung. Hal yang sangat menarik, hutan “Contoh lain adalah hutan keramat yang kata pimpinan pertemuan.
larangan itu sudah ada dan ditetapkan oleh terdapat di sebagian masyarakat Melayu
para sesepuh kampung sejak kampung itu dulu di Propinsi Riau. Salah satu contoh hutan Islam adalah agama yang berperan dalam
dibuka.” keramat terkenang di propinsi itu adalah hutan membentuk kelompok-kelompok budaya,
keramat Talang Mamak di Desa Talang Pengi, misalnya budaya Melayu yang biasa
“Untuk apa hutan larangan itu dan bagaimana
Kecamatan Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri diidentikkan dengan Islam, begitu pula
aturannya?” tanya salah seorang peserta
Hulu, Riau. Hutan tersebut terdapat di daerah beberapa suku bangsa besar di Indonesia yang
pertemuan itu.
perbukitan yang berada pada daerah yang lebih mempunyai berbagai kearifan tradisional
Lalu Ustad Abdul Kahar menjawab, “Ustad Salah satu praktik hutan larangan di Desa Sulkam, tinggi dari perkampungan. Bagi masyarakat termasuk dalam cara pandang dan sikap
Syuhada menyampaikan tujuan utama adanya Kec. Kutambaru, Kab. Langkat (Photo: bDoel eSTe) desa itu, hutan itu adalah tempat mereka hidup, melestarikan alam”.
A
Bukhari Juz 5. hal 2239 no 5666). Kemudian dari Sahih kemarau, banjir di musim penghujan. Membuat menangkap ikan lainnya. Selain itu, daerah di
Muslim Juz 3 hal 1188 no hadits 1552: Rasulullah hutan larangan antara lain sama dengan membuat sekitar sungai juga dilarang dikonversi menjadi
sungai, yang menurut sabda Rasulullah saw “ pa itu lubuk larangan, Ustad?” tanya salah
bersabda: “Seorang muslim yang menanam pohon, areal kebun, misalnya sawit. Namun kini,
tersebut merupakan salah satu dari 7 amal yang seorang santri Pondok PAS pada salah satu
jika ada yang memakan (bagian) dari pohon itu, berbagai aturan itu telah dilanggar. Banyak
akan mengalirkan pahala, meskipun mereka pengajian tematik malam Jum’at di pondok
maka menjadi sedekah, jika dicuri, menjadi sedekah, orang menangkap ikan dengan cara diracun
telah meninggal dunia. tersebut. Pertanyaan itu muncul ketika pada
jika dimakan oleh burung, menjadi sedekah, dan jika atau disentrum. Akibatnya populasi ikan jauh
siang harinya sang santri yang bertanya tersebut
dirusak oleh seseorang, menjadi sedekah” [29]. Apalagi kemudian, menanam pohon dalam berkurang dan tidak bisa lagi diandalkan untuk
membaca berita di sebuah koran tentang lubuk
“Manusia untuk hidup juga butuh pohon untuk daerah yang luas atau lahan yang rusak, tentu menambah penghasilan rumah tangga [53]” kata
larangan.
menghasilkan kayu. Namun, yang utama adalah akan menjadi pahala yang terus mengalir. Ustad Abdurrahman menceritakan hasil temuan
bagaimana memanfaatkannya, dimana pohon Sesungguhnya menanam pohon dan pembuatan Ustad Abdurrahman yang menjadi pengasuh Ustad Irsan Halomoan.
yang boleh ditebang yang tidak akan memicu hutan larangan merupakan salah satu pengajian pada malam itu kemudian berkata
Sesaat kemudian, Teuku bertanya “Ustad,
bencana, berapa banyak yang boleh ditebang pengamalan perintah Rasulullah dalam hadist “Pertanyaan yang bagus. Lubuk larangan
apakah masih ada praktek lubuk larangan yang
dalam satu kawasan serta tentu yang sangat tersebut, dan juga sangat mirip dengan kawasan merupakan salah satu khazanah masyarakat
konservasi berupa hima yang juga diperkenalkan masih hidup dan terpelihara di masyarakat kita?
penting kemudian harus menanamnya kembali. dalam mengelola sungai dan hasil perikanan
Rasulullah saw” kata pimpinan pertemuan Kalau masih ada, bagaimana pengelolaannya?”
Rasulullah telah melarang kita berbuat sesuatu sungai. Insya Allah, kita akan bahas pada
yang nantinya akan mendatangkan bencana, FORDALING menutup pertemuan di sore itu. pertemuan malam ini. Beberapa waktu lalu, topik “Baik” kata Ustad Abdurrahman. “Dalam
yakni hadits berbunyi: “La dlarara wala diraar” ini juga dibahas di pertemuan FORDALING.” pertemuan FORDALING yang lalu juga
(tidak boleh melakukan perbuatan bahaya bagi dibicarakan berbagai praktek lubuk larangan
Lalu, Ustad Abdurrahman melanjutkan, “Ustad
diri sendiri dan orang lain). Rasulullah saw. yang masih tetap terpelihara sampai saat ini,
Irsan Halomoan yang tinggal di dekat Stabat
Bersabda: “Tidak boleh malakukan perbuatan bahaya terutama di daerah Mandailing Natal yang
pernah mendapatkan informasi praktek Lubuk
bagi diri sendiri dan orang lain. Siapa yang membuat banyak memiliki pondok pesantren. Kearifan
Larangan ini pernah hidup pada masyarakat di
celaka orang lain, maka Allah akan mencelakakannya. atau khazanah itu sangat terkait dengan
Dusun Paya Redas dan Dusun Paya Kasih di
Siapa yang mempersulit orang lain, Allah akan pemahaman mereka bahwa hidup mereka
Desa Mekar Jaya, Dusun Paya Kasih dan Dusun
mempersulitnya” (Sunan al Baihaqi al Kubra Juz sangat terkait dengan air, sungai dan hutan
Bukit Gantung di Desa Sidorejo, Kecamatan
6 hal 69 no 11166) [29]. yang dilandasi oleh pemahaman religius mereka
Wampu, Kabupaten Langkat. Pada daerah
“Apa kaitan hadist-hadist tersebut dengan sebagai masyarakat muslim. Dalam sebuah
tersebut terdapat anak sungai yang terus
hutan larangan?” lanjut pimpinan pertemuan tulisan diungkapkan begini:
mengalir ke sungai Batang Serangan dan Sungai
seperti menarik perhatian peserta diskusi Besilam. Jenis ikan utama yang dihasilkan “Bagi masyarakat Mandailing penduduk asli Tapsel
FORDALING. dari sungai-sungai di daerah tersebut dahulu dan Madina, eksistensi air sungai maupun anak
“Hutan terdiri dari pepohonan sehingga terutama berupa belut dan berbagai jenis ikan sungai yang ada di sekitar pemukiman mereka
menungkinkan berbagai satwa lain hidup, baik sungai lainnya, seperti jurung.” berperan multi-fungsi, sebagai air minum dan
sebagai tempat hidup maupun sumber makanan. mandi cuci kakus (MCK), mengairi lahan pertanian,
“Dahulu pernah ada aturan larangan mengambil
Hutan sebagai pernah kita bahas antara lain mendukung fungsi sosial budaya (misalnya dalam
ikan dengan cara meracun. Untuk menangkap
berfungsi mengatur tata air, sehingga tersedia Hutan hujan tropis di Ketambe, Langkat, memberi ritus patuaekkon boru), religius (mendukung
keseimbangan udara di bumi dan memperlambat ikan hanya dibolehkan menggunakan bubu,
sepanjang tahun, tidak banjir saat musim hujan pelaksanaan ibadah), dan juga ekonomi (mencari
pemanasan global. (Photo: David Dellatore) jaring, bubu limbat, jaring atau pancing untuk
dan tidak kekeringan saat musim kemarau. Lalu, emas/manggore, ikan, bahan bangunan berupa pasir,
(i) kemampuan merajut atau membangun kekaguman mereka akan kekayaan khazanah
pranata dan norma-norma (crafting dan manfaat praktek pengelolaan sungai yang
institutions); dilakukan saudara mereka di sekitar Mandailing
Hitam, Kab. Langkat (Photo: bDoel eSTe)
(ii) kemampuan mengembangkan Natal dan Tapsel. Mereka kini memahami, jika
partisipasi yang setara dan adil (equal
sumberdaya alam sebagai karunia Allah yang
participation);
diberikan kepada manusia akan memberikan
(iii) kemampuan mengembangkan sikap saling
Praktik lubuk larangan menjaga kelestarian sumber air bagi percaya di antara warga suatu kelompok manfaat yang sangat besar bagi manusia.
masyarakat (Photo: OIC) sosial/trust [55].
B
Lalu, ust Salman melanjutkan “Di antara
berita duka yang mendera tersebut, kita
encana tsunami 26 Desember 2004
mendapatkan kabar jika saudara kita di Pulau
membawa duka mendalam bagi masyarakat
Simeulu sebagian besar selamat dari tsunami.
dunia. Gempa dahsyat dengan kekuatan 8,9 skala
Demikian juga dengan saudara kita yang tinggal
richter yang berpusat di Samudra Hindia dekat
di Lahewa, Nias bagian utara yang sebagian
Pulau Simeulu telah memicu gelombang tsunami Hutan cemara laut sebagai sabuk hijau di pantai Suaka Margasatwa Rawa Singkil, Aceh Singkil (Photo: Onrizal)
besar masyarakatnya beragama Islam. Mereka
dengan ketinggian mencapai 30 m melanda
mengenal tanda-tanda alam. Seketika terjadi
sebagian besar wilayah Sumatera bagian utara
gempa dahsyat dan melihat air laut surut dengan langsung berbatasan dengan laut di daerah kerusakan yang sedikit atau malah terlindung
dan belasan negara lainnya, mulai dari Asia
cepat, mereka paham bahwa bahaya besar bagian utara Pulau Nias. Sebagian besar rumah sama sekali dari tsunami. Pada daerah pantai
Tenggara sampai pantai timur Afrika. Sebuah
mengancam, yakni gelombang air laut akan penduduk berupa rumah panggung bertiangkan barat Aceh, terdapat kisah perkampungan yang
laporan dari pemerintah Indonesia mencatat
naik berikutnya dengan kecepatan yang tinggi. kayu, berdindingkan anyaman kulit dan bambu selamat dari terjangan tsunami di Aceh Selatan.
[61] setidaknya 120 ribu orang kehilangan
Tidak ada cara lain kecuali menyelamatkan diri atau kayu, dan beratapkan daun nipa atau Tersebutlah dua desa, yakni Desa Lhok Pawoh,
nyawa hanya di Aceh dan Sumatera Utara,
dengan mencari perlindungan di daerah yang rumbia. Sawang, dan Desa Ladang Tuha, Pasie Raja yang
sekitar setengah juta orang kehilangan tempat
lebih tinggi [63].” merupakan dua desa di pesisir pantai barat Aceh
tinggal dan 250 ribu rumah hancur. Belum lagi Sangat sedikit dijumpai rumah yang semi
yang termasuk dalam Kabupaten Aceh Selatan.
berbagai sarana dan prasarana umum yang “Seperti kata pepatah orang minang “alam permanen. Melihat kondisi tersebut, dapat
Kedua desa tersebut juga selamat dari tsunami,
rusak dan tidak bisa digunakan lagi. Lebih dari takambang jadi guru” yang lebih kurang dinyatakan sebagian besar mereka tergolong
sebagaimana dilaporkan [65]. Di daerah pesisir
900 km2 kawasan pesisir pantai Aceh tergenang artinya adalah alam semesta dengan segala ekonomi pra-sejahtera. Ketika penelitian
Desa Lhok Pawoh terdapat padang lamun,
air tsunami dan sebagian besar hancur dan rusak kejadian yang menyertainya merupakan sumber dilakukan di awal bulan Maret 2005 atau 2
pantai berbatu dan terumbu karang yang masih
berat [62]. Innalillahi wainna ilaihi rojiun. pelajaran dan pengetahuan (guru) atau tadabbur bulan setelah tsunami melanda, sangat sulit
baik, lalu di Desa Desa Ladang Tuha yang
alam dalam bahasa Al Quran. Demikianlah, melihat bekas atau dampak secara fisik dari
“Ya, bencana dahsyat itu” kata Ustad Salman memiliki hutan pantai yang rapat dan kompak
saudara kita di pesisir pantai utara Nias selamat tsunami pada kedua desa tersebut, kecuali bekas
“telah memberi pelajaran yang sangat berharga yang didominasi oleh pohon-pohon cemara laut
dari tsunami karena ketika tsunami datang dan tanda-tanda bekas air di dinding rumah-rumah
bagi kita akan kekuasaan Allah swt. Gempa (Casuarina equisetifolia)” kata Ustad Salman.
merendam rumah dan perkampungan, mereka penduduk yang merupakan batas tertinggi air
dan tsunami adalah kejadian alam diluar kuasa
sudah berada di daerah yang tinggi dan tidak tsunami. Hanya ada 1 rumah di pinggir sungai “Ada yang tahu jawabannya” tanya Ustad
manusia.”
terjangkau oleh tsunami. Tidak ada seorangpun di Desa Moawo yang hancur total sampai Salman kepada para santrinya. Suasana hening.
Sejenak kemudian Ilham bertanya “Ustad, lalu penduduk pesisir pantai di Kecamatan Lahewa fondasinya. Meskipun, sebagian desa tersebut Tidak ada santri yang menjawab dan mereka
apa yang bisa kita lakukan?” yang menjadi korban tsunami! [63, 64].” juga tenggelam saat tsunami datang, namun hanya saling pandang.
“Pertanyaan yang sangat bagus” kata Ustad mengapa tidak terlihat kerusakan rumah serta Lalu, Ustad Salman melanjutkan uraiannya
“Saya juga membaca hasil penelitian untuk
Salman. “Salah satu upaya yang bisa kita lakukan sarana dan prasarana lainnya di desa tersebut, “Permukiman penduduk di Desa Moawo
daerah Nias” lanjut Ustad Salman. “Ada dua
adalah mengurangi resiko atau dampak bencana kecuali hanya 1 rumah, seperti telah disebutkan dan Desa Pasar Lahewa berada pada daerah
desa di Kecamatan Lahewa yang selamat dari
tersebut. Bukankah banyak ayat dalam Al Quran di atas? [63, 64]” pasang surut. Hanya saja perumahan penduduk
tsunami 26 Desember 2004, yakni Desa Moawo
yang memerintahkan kita untuk mempelajari dan Desa Pasar Lahewa. Kedua desa tersebut “Penelitian lain juga melaporkan bagaimana tersebut tidak langsung berhadapan dengan
dan mentadabburi ayat-ayat Allah yang ada di daratannya berbatasan langsung dengan laut, daerah yang memiliki hutan mangrove dan laut, namun antara permukiman dengan laut
alam semesta?” termasuk Kecamatan Lahewa yang desanya hutan pantai yang masih baik hanya mengalami terdapat hutan mangrove dengan lebar sekitar
seorang Profesor Emeritus di Kyoto University, tumpangsari yang banyak dikenal di Jawa [78].
Jepang menyatakan bahwa : Hal yang sangat penting diperhatikan dalam
sistem tersebut adalah interkasi antara tanaman,
baik interaksi positif maupu negatif, sehingga
Agroforestry adalah sebuah metode
akan didapatkan hasil panen yang optimal serta
penghutanan kembali (reforestation) dengan
perlindungan kesuburan tanah dan pengaturan
menanam anakan pohon dan tanaman
I
khususnya jenis-jenis kera?” tanya pimpinan
[82]. Orangutan betina dewasa memiliki berat sehingga berperan penting dalam pemencaran diskusi itu.
ndonesia punya dua jenis orangutan, yakni badan berkisar 35-55 kg dan jantan dewasa 85- biji-biji tumbuhan yang dikonsumsinya. Untuk
orangutan Sumatera (Pongo abelii) dan orangutan Salah seorang ustadz yang hadir saat itu
110 kg dengan berat bayi yang baru lahir sekitar memenuhi kebutuhan hidupnya, artikel lain [85]
Kalimantan (Pongo pygmeus). Orangutan mengatakan “Para jumhur fuqaha berpendapat,
1-2 kg. Orangutan betina siap bereproduksi pada menginformasikan bahwa orangutan Sumatera
Kalimantan secara alami tersebar di Pulau usia 14 tahun dengan lama kehamilan antara seperti dinyatakan Ibn Rush dalam
Kalimantan yang meliputi Indonesia, Malaysia 8-9 bulan. Setiap kelahiran orangutan hanya Bidayat al-Mujtahid, bahwa kera dari
dan Brunei, sedangkan orangutan Sumatera menghasilkan satu bayi dengan jarak kelahiran kelompok primata tidak dimakan dan
hanya terdapat di pulau Sumatera bagian 6-9 tahun [83]. tidak pula diambil manfaatnya secara
utara. Saat ini orangutan Sumatera termasuk
Kerusakan habitat akibat penebangan dan langsung. Pendapat ini mempunyai
satwa dengan status kritis (Critically Endangered)
konversi hutan tropis Sumatera menjadi lahan dampak penting terhadap kelestarian
yang merupakan status ancaman kepunahan
pertanian, perkebunan, permukiman dan jenis-jenis kera, termasuk orangutan
tertinggi menurut IUCN Red List [79]. Selain
pertambangan merupakan ancaman terbesar [30].”
itu, orangutan Sumatera juga terdaftar dalam
kelangsungan hidup orangutan Sumatera [80, “Sebuah hasil penelitian disertasi
Appendix I CITES (Convention on International
81]. Kerusakan habitat diduga juga menyebabkan mahasiswa program doktor, yakni
Trade in Endangered of Wild Species of Fauna and
perubahan perilaku orangutan. Perilaku kanibal Birute Galdikas yang dikutip oleh
Flora atau Konvensi Perdagangan Internasional
pada dua induk orangutan betina semiliar di Mangunjaya [30] memberikan kesan
Satwa dan Tumbuhan Liar Terancam Punah).
Bukit Lawang, Sumatera Utara. Perilaku ini yang sangat mendalam pada mahasiswa
Hal ini berarti orangutan Sumatera, termasuk
sebelumnya belum pernah dilaporkan pada program doktor tersebut karena
bagian tubuhnya tidak boleh diperdagangkan
orangutan Sumatera maupun orangutan menemukan banyak orangutan hidup
[80].
Kalimantan [84]. Selain itu perburuan dan di pesisir Taman Nasional Tanjung
Mengapa mereka orangutan Sumatera dan perdagangan juga terus mengancam kelestarian Puting, Kalimantan Tengah dimana
orangutan Kalimantan terancam punah? populasi orangutan meskipun kegiatan tersebut penduduknya memiliki kebudayaan
Ancaman utamanya adalah kerusakan habitat, terlarang menurut peraturan internasional. dan agama Islam yang berakar sangat
perburuan dan perdagangan liar, sementara
“Dalam ilmu ekologi, orangutan dalam suatu kuat dan penduduknya berpantangan
tingkat kelahirannya sangat rendah. Demikian
kawasan hutan berperan sangat penting dalam memakan daging primata dan babi.
kalimat pembuka dalam salah satu pertemuan
penyebaran tumbuhan atau pohon berbuah. Oleh Nah, oleh karena itu, pendekatan
FORDALING.
karena itu, keberadaannya sangat penting bagi melalui ajaran agama terbukti mampu
Orangutan Sumatera hidup di hutan-hutan regenerasi hutan itu sendiri, sehingga manusia melestarikan populasi orangutan.
Sumatera bagian utara yang mencakup Propinsi dapat memperoleh manfaat dari hutan tersebut. Kenapa tidak dicoba pada masyarakat
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Propinsi Berbagai hasil penelitian yang dihimpun oleh yang hidup pada daerah yang juga
Sumatera Utara (Sumut) [81], terutama hidup sebuah artikel [82] diketahui bahwa orangutan habitat orangutan Sumatera?” ungkap
di hutan Leuser dan hutan-hutan disekitarnya. termasuk frugivora (pemakan buah), walaupun pimpinan diskusi sambil mengajak para
Selain itu, orangutan di Borneo/Kalimantan satwa ini juga memakan daun, liana, kulit kayu, da’i yang hadir untuk mensosialisasikan
sebagian besar (90%) dijumpai di Indonesia dan Induk orangutan sumatera (Pongo abelii) dan
serangga dan kadang-kadang memakan tanah informasi yang tadi dibahas kepada
anaknya di Bukit Lawang (Photo: M. Kurnia Indra)
sebagian kecil lainnya termasuk wilayah Malaysia dan vertebrata kecil. Hingga saat ini tercatat para jama’ahnya.
Daftar Pustaka 19. Supendi, Y.. 2007. Jangan Salahkan Hujan. Rubrik Hikmah Harian Republika
20. Soemarwoto, O. 1991. Indonesia dalam Kancah Isu Lingkungan Global. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
21. Ridho, P.G. 2003. Walhi: Banjir Bahorok Akibat Degradasi Lingkungan. [http://www.
1. Yafie, Ali. 2006. Merintis Fiqh Lingkungan Hidup. Jakarta: Ufuk Press. Jakarta
tempointeraktif.com/hg/nasional/2003/11/04/brk,20031104-80,id.html]
2. Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi: Studi tentang Ekosistem Air Daratan. USU Press. Medan:
22. Julianty. 2006. Menengok Kembali Peristiwa Banjir Bandang Bahorok – Apa Yang Harus
Universitas Sumatera Utara.
Diperbaiki? Buletin Planolog 1: 12-17
3. DeSanto, R.S. 1978. Concepts of Applied Ecology. New York: Springer-Verlag. New York.
23. BAPPENAS dan BAKORNAS PB. 2006. Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana
4. Odum, E. P. (1971). Fundamental Ecology 3rd ed. Phildelphia: W. B. Saunders Company. 2006-2009. Kerjasama antara Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dengan
Phildelphia Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (BAKORNAS PB)
5. Primack, R.B., J. Supriyatna, M. Indrawan, & P. Kramadibrata. 1998. Biologi Konservasi. Yayasan 24. Kusmana, C., Istomo, S. Wilarso, E.N. Dahlan, & Onrizal. 2004. Upaya Rehabilitasi Hutan
Obor Indonesia. Jakarta dan Lahan dalam Pemulihan Kualitas Lingkungan. Makalah utama pada seminar nasional
6. Santosa, A. (Ed) 2008. Konservasi Indonesia, Sebuah Potret dan Kebijakan. Pokja Kebijakan lingkungan hidup dan kemanusiaan, pada 4 Juni 2004 di Klub Rasuna, Ahmad Bakrie Hall,
Konservasi. Jakarta Jakarta
7. MEA (Millennium Ecosystem Assessment). 2005. Ecosystems and Human Well-being: General 25. Bagader, A.A., A.T.El-C. El-Sabbagh, M.Al-S. Al-Glayand, & M.Y.I-D. Samarrai. 1994.
Synthesis. Washington, DC: Island Press and World Resources Institute. Washington, DC. Environmental Protection in Islam. IUCN Environmental Policy and Law Paper No 20 Second
8. Eijk, P. van & R. Kumar. 2009. Bio-rights dalam Teori dan Praktek. Sebuah Mekanisme Revised Edition. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK.
Pembiayaan Pendanaan untuk Pengentasan Kemiskinan dan Konservasi Lingkungan. Wetlands 26. Kilani, H., A. Serhal, & O. Llewlyn. 2007. Al-Hima: A Way of Life. IUCN West Asia regional
International, Wstafingen, the Netherlands. Office, Amman Jordan – SPNL Beirut, Lebanon.
9. Bishop, J., S. Kapila, F. Hicks, P. Mitchell, and & F. Vorhies. 2008. Building Biodiversity Business. 27. Al-Mawardi, I. 2000. Al Ahkam as Sulthaniyyah. (Penerjemah: Fadhil Bahri). Darul Falah.
Shell International Limited and the International Union for Conservation of Nature: . London, Jakarta
UK, and Gland, Switzerland. 164 pp. 28. Gari, L. 2006. A History of the Hima Conservation System. Environment and History 12 (2): 213-
10. Wiratno. 2007. Leuser, Warisan Dunia. Balai Taman Nasional Gunung Leuser 228
11. Wiratno, A. Kartikasari, D. Indriyo, dan & A. Syarifudin. 2002. Berkaca di Cermin Retak: Refleksi 29. Muhammad, A.S., H. Mumammad, R. Mabrur, A.S. Abbas, A. Firman, F.M. Mangunjaya, K.I.B.
Konservasi dan Implikasinya bagi Pengelolaan Taman Nasional. The Gibbon Foundation Pasha, & M. Andriana (Editor). 2004. Fiqih Lingkungan (Fiqh al-Biah). Laporan Indonesia Forest
Indonesia, dan PILI – NGO Movement. Jakarta and Media Campaign (INFORM): Pertemuan Menggagas Fikih Lingkungan (Fiqh al-Bi’ah) oleh
12. Wiratno. 2005. Seperempat Abad Leuser. Balai Taman Nasional Gunung Leuser. Ulama Pesantren di Lido, Sukabumi, 9-12 Mei 2004
13. LIF. 2008. Leuser International Foundation. [www.leuserfoundation.org] 30. Mangunjaya, F.M. 2005. Konservasi Alam dalam Islam. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
14. YOSL-OIC. 2009. Guidebook to the Gunung Leuser National Park. Orangutan Information 31. Khalid, F., & F. Mangunjaya. 2007. Proceeding Colloqium on Islamic Environmental Law. KLH,
Centre. Medan. Indonesia CI Indonesia, WWF Indonesia. Jakarta
15. Gardner, T., & R. Engelman. 1999. Forest Future: Population, Consumption and Wood Resources. 32. Mangunjaya, F.M., & A.S. Abbas. 2009. Khazanah Alam: Menggali Tradisi Islam untuk
Population Action International. Washington D.C. Konservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
16. van Beukering, P.J.H., H.S.J. Cesar, & M.A. Janssen. 2003. Economic Valuation of The Leuser 33. Royyani, M.F. 2009. Islam dan Konservasi: Penjelajahan Sekilas. [http://buntetpesantren.org]
National Park on Sumatra, Indonesia. Ecological Economics 44: 43-62 34. Mangunjaya, F.M. 2006. Beberapa Prinsip Konservasi Alam dalam Perspektif Islam. Paper
17. Brahmantyo, B. 2009. Mengenang Kembali Banjir Bandang Bukit Lawang Bahorok 2003-2009. pengantar disampaikan dalam Lokakarya Islam dan Konservasi Alam di Panyabungan,
Ekspedisi Geografi Indonesia 2009 Sumatera Utara. Bakosurtanal, Bogor, Hal. 88 – 89 Mandailing Natal 1-2 Februari 2006 dan Banda Aceh, 7-9 Februari 2006
Hutan hujan tropis di Uru Gedang Desa Kaperas, Kab. Langkat. (Photo: bDoel eSTe)