Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia lama
Dosen pengampu : Prof. Dr. H. Budi Sulistiono, M. Hum.
Disusun oleh :
Sarah Athifah - 11220150000022
Sarah Athifah
BAB II
PEMBAHASAN
Tafsir
(Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris
tafsir Universitas Islam Madinah)
Tafsir
(Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris
tafsir Universitas Islam Madinah)
. َّرَّبَنآ ِإِّنٓى َأْسَك نُت ِم ن ُذ ِّرَّيِتى
(Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku)
Yakni Ismail dan anaknya.
(Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat)
Yakni aku menempatkan mereka di samping Masjidil Haram agar mereka mendirikan shalat
disana.
(Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah)
Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku menempatkan Ismail dan Ibunya, Hajar di lembah yang
tidak ada timbuhan di sana, yaitu lembah Mekah di sisi rumahMu Ka’bah yang mana
pandangan remeh tentangnya diharamkan, begitu juga pelanggaran. Aku menempatkan
mereka disana dan aku berdoa kepadamu supaya mereka mendirikan shalat di sana.
Jadikanlah hati manusia condong kepada mereka, dan bergegas kepada mereka karena
rindu dan cinta. Dan berilah mereka rejeki berupa buah-buahan yang beragam dengan
menumbuhkannya dan mengirimnya, supaya mereka mensyukuri nikmat yang engkau
berikan kepada mereka.
(Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi)
Makna kata :
( )ِم ن ُذ ِّرَّيِتيmin dzurriyyatii : “dari keluargaku.” Dari sebagian keluargaku, yaitu Ismail ‘alaihis
salam dan ibunya Hajar.
( )ِبَو اٍد َغ ۡي ِر ِذ ي َز ۡر ٍعbi waadin ghairi dzii zar’in : “di sebuah lembah yang tidak memiliki
pepohonan.” Mekah, karena kala itu tidak ada tetumbuhan di sekitarnya.
( )َتۡه ِو ٓي ِإَلۡي ِه ۡمtahwii ilaihim : “rindu kepada mereka” merasa kengen dan selalu ingin
melaksanakan haji dan umrah.
Makna ayat :
Firman-Nya : (“ )َّرَّبَنٓا ِإِّنٓي َأۡس َك نُت ِم ن ُذ ِّرَّيِتيWahai Rabb kami, sungguh aku telah meninggalkan
sebagian dari keluargaku” yaitu: sebagian dari keturunanku, Ismail bersama ibunda beliau
Hajar (“ )ِبَو اٍد َغ ۡي ِر ِذ ي َز ۡر ٍعdi sebuah lembah yang tidak memiliki tetumbuhan” yaitu Mekah,
karena kala itu tidak ada di sana atau sekitarnya tetumbuhan untuk waktu yang sangat lama
( “ )ِع نَد َبۡي ِتَك ٱۡل ُمَح َّر ِمdi sisi rumah-Mu yang mulia.” Ia mengatakan hal ini berdasarkan
pemberitahuan dari Allah ta’ala bahwa suatu saat di sana akan ada rumah milik-Nya, di
lembah ini. Dan makna muharram adalah, Allah ta’ala telah mengharamkan kota Mekah
untuk diburu hewan yang ada di sana, tidak dicabut rumputnya, dan tidak boleh
mengalirkan dara di dalamnya, begitu juga membunuh. Firman-Nya : ( َر َّبَنا ِلُيِقيُم وْا ٱلَّص َلٰو َة َفٱۡج َع ۡل َأِٔۡف
“ )َد ٗة ِّم َن ٱلَّناِس َتۡه ِو ٓي ِإَلۡي ِهۡمWahai Rabb kami, agar mereka menegakkan salat, dan jadikanlah hati
manusia tertuju kepada mereka.” Ini adalah do’a agar Allah ta’ala memudahkan kehidupan
penduduk Mekah , agar mereka menyembah Allah ta’ala di dalamnya dengan mendirikan
salat. Hati manusia ketika ia rindu akan kota Mekah dan ingin melakukan haji atau umrah,
maka ini akan menjadi sebab datangnya rezeki dan kebaikan untuk kota Mekah. Firman-Nya
: ( “ )َو ٱۡر ُز ۡق ُهم ِّم َن ٱلَّثَم َٰر ِت َلَع َّلُهۡم َيۡش ُك ُروَنdan berilah mereka rizki berupa buah-buahan, agar mereka
bersyukur.” Do’a yang lain, agar Allah memberikan mereka rizki kepada keturunannya
berupa buah-buahan, agar mereka bersyukur kepada Allah ta’ala atas hal tersebut. Oleh
karena itu, adanya rezeki dan buah-buahan adalah sebab yang mewajibkan untuk
bersyukur, karena kenikmatan melazimkan syukur.
Pelajaran dari ayat :
• Ikatan iman dan tauhid lebih kuat dari ikatan rahim dan nasab.
• Urgensi salat, dan barangsiapa enggan melaksanakan salat, ia tidak berhak mendapatkan
bagian, dan dibunuh jika ia terus menerus melakukannya.
(Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah
bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah)
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku} sebagian
keturunanku {di lembah yang tidak ada tanamannya} tidak ada tanaman di dalamnya {di sisi
rumahMu yang dihormati. Ya Tuhan kami, agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah
hati sebagian manusia cenderung kepada mereka} membuat rindu dan terpikat untuk
mengunjungi tempat ini {dan anugerahkanlah kepada mereka rezeki dari buah-buahan agar
mereka bersyukur
ُيۢن ِبُت َلُك م ِبِه ٱلَّز ْر َع َو ٱلَّز ْيُتوَن َو ٱلَّنِخ يَل َو ٱَأْلْع َٰن َب َوِم ن ُك ِّل ٱلَّثَم َٰر ِتۗ ِإَّن ِفى َٰذ ِلَك َل َء اَيًة ِّلَقْو ٍم َيَتَفَّك ُروَن
Artinya: “Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma,
anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.”
Tafsir
(Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia)
Dia mengeluarkan bagi kalian dari bumi dengan satu jenis air ini berbagai tanaman yang
bermacam-macam, dan Dia mengeluarkan dengannya zaitun, pohon kurma dan anggur, dan
mengeluarkan dengannya beragam hasil panen gan buah-buahan. Sesungguhnya pada
kejadian munculnya berbagai macam buah-buahan terdapat pentunjuk yang jelas bagi kaum
yang merenungi dan mau mengambil pelajaran.
(Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin
Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram)
Allah menumbuhkan dengan air hujan tanaman-tanaman, sumber makanan kalian. Allah
juga menumbuhkan zaitun, kurma dan anggur. Allah menumbuhkan segala bentuk buah-
buahan. Sesungguhnya air hujan dan apa yang ditumbuhkannya mengandung petunjuk atas
kekuasaan Allah bagi kaum yang memikirkan ciptaan-Nya, lalu mereka menjadikannya
sebagai bukti kemahaagungan Allah -Subḥānahu-.
(Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris
tafsir Universitas Islam Madinah)
11. ۗ َوِم ن ُك ِّل الَّثَم ٰر ِت
(dan segala macam buah-buahan)
Yakni seluruh jenis buah-buahan.
(Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof.
Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah)
{Kemudian makanlah dari segala (macam) buah-buahan lalu tempuhlah}
masukilah {jalan-jalan} jalan-jalan {Tuhanmu yang telah dimudahkan} yang
dibuat mudah untuk dilewati” {Dari perutnya itu keluar minuman} madu {yang
beragam warnanya. Di dalamnya} di dalam madu {terdapat obat bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi kaum
yang berpikir
(Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I)
Surat An-Nahl ayat 69: Oleh karena itu, kamu (yakni lebah) tidak merasa sulit
mencari padang rumput meskipun sukar dilalui, dan kamu tidak akan tersesat
jika pulang kembali meskipun perjalananmu jauh karena telah dimudahkan
Allah. Hal ini menunjukkan sempurnanya perhatian dan kelembutan Allah
Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya. Oleh karena itu, tidak ada yang berhak
diberikan kecintaan dan ibadah selain Dia. Untuk memikirkan ciptaan Allah,
seperti memikirkan lebah yang kecil tersebut.
(Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat An-Nahl Ayat 69)
Melanjutkan ilhamnya kepada lebah, Allah berfirman, kemudian makanlah,
yakni isaplah, dari segala macam bunga dari buah-buahan pada pepohonan
yang besar maupun kecil, lalu tempuhlah jalan yang telah ditentukan oleh
tuhan pencipta dan pemelihara-Mu, yang telah dimudahkan bagimu. Dengan
izin dan kekuasaan Allah, dari perut lebah itu keluar sejenis minuman yang
amat lezat berupa madu yang bermacammacam warna dan rasa-Nya. Di
dalamnya terdapat kandungan yang bermanfaat bagi daya tahan tubuh dan
obat yang dapat menyembuhkan bagi beberapa penyakit manusia. Sungguh,
pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan dan
kebesaran Allah bagi orang yang berpikir. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan
Allah adalah bahwa dia telah menciptakan kamu, wahai manusia, dari sumber
yang satu yaitu tanah sehingga kamu ada dan dapat hidup di dunia ini.
Kemudian dengan kekuasaan-Nya pula dia mewafatkanmu dengan berbagai
cara dan dalam usia yang berbeda sesuai waktu yang telah ditentukan-Nya. Di
antara kamu ada yang dimatikan pada usia muda dan ada pula yang
dikembalikan kepada usia yang tua renta, pikun, dan lemah kembali bagaikan
bayi, sehingga pada usia itu dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang dulu
pernah diketahuinya. Sungguh, Allah maha mengetahui segala sesuatu dan
rahasia dari ciptaan-Nya, mahakuasa melakukan apa saja yang dikehendaki-
Nya.
(Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir
negeri Suriah)
69. Dan lebah itu diberi ilham agar memakan sari bunga dan buah-buahan
seraya berjalan keluar masuk melalui jalan menuju sarang dengan tunduk
kepada kemudahan yang diberikan Allah untuk mengisap sari bunga dan buah
dan mengubah nektar menjadi madu yang baik dengan kuasa Allah. Dari perut
lebah itu keluar madu dengan warna yang berbeda-beda, yaitu putih, kuning
dan merah sesuai jenis bunganya. Di dalamnya terdapat obat penyakit bagi
manusia sesuai izin Allah, seperti penyakit pencernaan. Sesungguhnya di dalam
hal yang disebutkan itu, berupa perkara lebah dan proses pembuatan madu
dan sarang-sarang itu merupakan petunjuk yang jelas atas kekuasaan Allah
bagi kaum yang merenungi keajaiban makhluk-makhluk Allah SWT
(Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris
tafsir Universitas Islam Madinah)
57. َو َقاُلٓو ۟ا ِإن َّنَّتِبِع اْلُهَد ٰى َم َع َك ُنَتَخ َّطْف ِم ْن َأْر ِض َنآ
(Dan mereka berkata: “Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan
diusir dari negeri kami”)
Yakni orang-orang musyrik Quraisy dan pengikutnya mengatakan: hai Muhammad, jika kami
masuk agamamu, niscaya orang-orang arab yang lain akan merampas tanah kami (yakni
tanah Makkah), dan kami tidak memiliki kekuatan untuk melawan mereka.
َأَو َلْم ُنَم ِّك ن َّلُهْم َح َرًم ا َء اِم ًنا
(Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram (tanah suci)
yang aman)
Bukankah Kami telah menjadikan tanah ini aman bagi mereka, tidak ada seorangpun yang
menzalimi keluarganya, sehingga kalian sangat aman dari serangan orang arab yang lain.
(Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah)
Orang-orang musyrik Quraisy berkata: “Jika kami masuk agamamu wahai Muhammad,
maka bangsa Arab akan menawan kami dari tanah kami yaitu Mekah, dengan menjauhkan
kami dari negeri kami.” Kemudian Allah menanggapi mereka: “Bukankah Kami telah
menjadikan Mekah aman.” Buah-buahan dan rejeki-rejeki dibawa ke dalamnya dari
berbagai tempat sebagai bentuk rejeki dari Kami bagi mereka. Akan tetapi kebanyakan
mereka tidak mengetahui bahwa yang Kami firmankan itu benar. Mereka itu tidak tahu dan
tidak mau berpikir tentang hakikat perkara-perkara itu. Maknanya jika ini adalah keadaan
mereka, yaitu penyembah berhala, lalu bagaimana bisa Kami membuat mereka ketakutan
dan keluar dari rumah, jika mereka telah melekatkan diri untuk mensucikan Ka’bah dan
menyatu dengannya. Ibnu Abbas berkata: “Sesungguhnya orang-orang dari suku Quraisy
berkata kepada Nabi SAW: “Jika kami mengikutimu, maka orang-orang akan menawan
kami” kemudian turunlah ayat ini”
(Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah
bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah)
Mereka berkata,“Jika mengikuti petunjuk bersamamu, niscaya kami akan diusir} maka kami
akan diusir dalam keadaan dibunuh dan ditawan {dari negeri kami” “Bukankah Kami telah
mengukuhkan kedudukan mereka di tanah haram yang aman, yang didatangkan} dibawa
dan dikumpulkan {ke tempat itu buah-buahan dari setiap jenis sebagai rezeki dari sisi Kami”}
sisi Kami {Akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
(Tafsir as-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H)
Allah mengabarkan bahwasanya orang-orang yang mendustakan dari kaum Quraisy dan
penduduk Makkah berkata kepada Rasulullah, “Jika kami mengikuti petunjuk bersama
kamu, niscaya kami akan diserang dari negeri kami,” dengan pembunuhan, penawanan, dan
perampasan harta benda. Sebab semua orang telah memusuhimu dan menyalahimu. Maka
kalau kami mengikkutimu, niscaya kami menghadapi permusuhan semua orang, sedangkan
kami tidak mempunyai daya untuk menghadapi mereka. Perkataan ini menunjukkan sikap
buruk sangka terhadap Allah, bahwa Allah tidak akan menolong agamaNya, tidak akan
meninggikan kalimatNya. Bahkan, akan membuat manusia mengalahkan para penganut
agamaNya, lalu mereka menimpakan siksaan terhadap mereka. Mereka mengira bahwa
kebatilan akan mengungguli kebenaran.
Maka Allah berfirman seraya menjelaskan keadaan mereka yang terlindungi dari masyarakat
luar dan bahwasanya Allah telah mengistimewakan mereka dengannya, seraya berfirman,
“Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram yang aman,
yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) untuk
menjadi rizki (bagimu) dari sisi Kami?” maksudnya, tidakkah Kami telah menjadikan mereka
berkuasa dan bertempat tinggal dengan teguh di tanah haram yang banyak didatangi oleh
para delegasi dan menjadi tempat tujuan para peziarah?
Ia telah diharamkan oleh orang yang dekat dan yang jauh, maka penduduknya tidak akan
diganggu, dan mereka pun tidak akan dilecehkan sedikit ataupun banyak. Padahal
kondisinya, semua daerah yang ada di sekitarnya telah diliputi rasa takut dari segala
penjuru, penduduknya tidak merasa aman dan tidak pula merasa tentram. Maka hendaklah
mereka (penduduk Makkah) memuji Allah Rabb mereka atas rasa aman yang menyeluruh
ini, yang tidak dimiliki oleh selain mereka, dan atas rizki yang berlimpah ruah yang dibawa
kepada mereka dari segala tempat, berupa berbagai buah-buahan, makanan, dan barang-
barang lainnya yang dengannya mereka dapat mengambil keuntungan dan bersenang-
senang; dan hendaklah mereka mengikuti Rasul yang mulia ini agar rasa aman dan
kesejahteraan menjadi sempurna. Dan jangan sampai mereka mendustakannya dan kufur
terhadap nikmat Allah, sehingga mereka merubah keadaan aman mereka menjadi rasa
takut, kemuliaan mereka akan berubah menjadi kehinaan, dan kekayaan mereka menjadi
kefakiran.
Artinya: “Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami
hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara
gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan
ada (pula) yang hitam pekat.”
Tafsir
(Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris
tafsir Universitas Islam Madinah)
ۚ َفَأْخ َر ْج َنا ِبِهۦ َثَم ٰر ٍت ُّم ْخ َتِلًفا َأْلٰو ُنَها
(lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya)
Sebagiannya berwarna putih, merah, kuning, hijau, atau hitam.
َوِم َن اْلِج َباِل ُجَد ٌۢد
(Putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat)
Makna ( )الغرابيبadalah hitam pekat seperti warna yang terdapat pada burung gagak.
(Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah)
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa hanya dengan kekuasaan dan hikmahNya Dia
menurunkan hujan dari awan. Kemudian melalui hujan itu, Kami mengeluarkan (berpaling
dari objek orang ketiga menjadi subjek yang berbicara) buah-buahan yang berbeda-beda
jenis dan warnanya. Dia juga menciptakan gunung-gunung yang berbeda warnanya. Di
dalamnya terdapat jalan dan garis-garis warna yang terbentuk seperti pembuluh darah, ada
yang putih, merah dan hitam. Kepekatan warna hitam itu menyerupai warna gagak.
(Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah
bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah)
Apakah kamu tidak melihat bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, lalu
dengan air itu Kami mengeluarkan hasil tanaman yang beragam warnanya. Di antara
gunung-gunung itu ada bergaris-garis} jalur-jalur dan garis-garis {putih dan merah yang
beragam warnanya dan ada yang hitam pekat} jalur yang sangat gelap seperti warna gagak.
(Tafsir as-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H)
Allah mengingatkan bahwa Dia menciptakan segala sesuatu yang berlawanan yang asalnya
adalah satu dan materinya pun satu (sama), namun terdapat perbedaan yang sangat jauh
sebagaimana dapat kita lihat dan kita saksikan, untuk membuktikan kepada hamba-
hambaNya kesempurnaan KuasaNya dan keindahan HikmahNya:
27. Di antaranya adalah bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air (hujan) dari langit,
kemudian dengan air hujan itu Dia menumbuhkan berbagai jenis buah-buahan dan tumbuh-
tumbuhan yang beragam seperti yang disaksikan oleh orang-orang yang
memperhatikannya. Padahal airnya sama dan tanahnya pun sama. Dan di antaranya juga
adalah gunung-gunung yang dijadikan sebagai pasak bumi oleh Allah, Anda menjumpainya
sebagai gunung-gunung yang menyatu, bahkan satu gunung, dan padanya terdapat banyak
warna, ada “garis-garis putih,” maksudnya, jalan-jalan putih, da nada pula “yang hitam
pekat,” maksudnya, sangat hitam sekali.
(Tafsir Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I)
Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan ciptaan-Nya yang beraneka macam di mana
asalnya adalah satu dan materinya juga satu, namun terjadi perbedaan yang mencolok
sebagaimana yang kita saksikan, untuk menunjukkan kepada hamba-hamba-Nya betapa
sempurnanya kekuasaan-Nya dan betapa indah kebijaksanaan-Nya. Contoh dalam hal ini
adalah, Allah Subhaanahu wa Ta’aala menurunkan air dari langit, lalu Dia mengeluarkan
daripadanya tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang beraneka macam sebagaimana yang
kita saksikan, padahal airnya satu macam dan tanahnya juga satu macam. Termasuk pula
gunung-gunung yang Allah jadikan sebagai pasak di bumi, kita dapat melihat gunung-gunung
yang yang berbeda-beda, bahkan satu gunung saja ada beberapa warna pada jalannya; ada
jalan yang berwarna putih, ada yang berwarna kuning dan merah, bahkan ada yang
berwarna hitam pekat. Termasuk pula manusia, hewan melata dan hewan ternak
sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya, yakni pada mereka juga terdapat
keanekaragaman warna, sifat, suara, dan rupa sebagaimana yang kita lihat, padahal
semuanya dari asal dan materi yang satu. Perbedaan itu merupakan dalil ‘aqli (akal) yang
menunjukkan kepada kehendak Allah Subhaanahu wa Ta’aala yang mengkhususkan masing-
masingnya dengan warna tertentu dan sifat tertentu. Demikian pula menunjukkan qudrat
(kekuasaan) Allah Subhaanahu wa Ta’aala yang mengadakan hal itu, dan menunjukkan
hikmah dan rahmat-Nya, di mana adanya perbedaan itu terdapat berbagai maslahat dan
manfaat, dapat mengenal jalan dan mengenal antara yang satu dengan yang lain, berbeda
jika sama tentu sulit dikenali. Yang demikian juga menunjukkan luasnya ilmu Allah
Subhaanahu wa Ta’aala, dan bahwa Dia akan membangkitkan manusia yang berada dalam
kubur, akan tetapi orang yang lalai melihat hal itu dengan pandangan yang lalai, tidak
membuatnya sadar. Oleh karena itulah hanya orang-orang yang takut kepada Allah-lah yang
dapat mengambil manfaat darinya, dan dengan pikirannya yang lurus dapat membuatnya
mengetahui hikmahnya sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya. Judad di ayat
tersebut bisa diartikan jalan di pegunungan.
(Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah)
Disuguhkan buah-buahan yang bermacam-macam untuk mereka. Selain itu, bagi mereka
juga segala sesuatu yang mereka dambakan dan inginkan, berupa sesuatu yang diinginkan
jiwa dan nikmat dipandang.
(Tafsir as-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H)
“di dalamnya mereka memperoleh buah-buahan,” yang sangat banyak dari berbagai jenis
buah-buahan yang sangat lezat, seperti anggur, thin, delima, dan lain-lain. “dan
memperoleh apa yang mereka minta,” apa yang mereka cari. Kapan saja mereka mencari
dan mendambakannya , maka mereka pasti mendapatkannya.
(Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin
Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram)
57. Di Surga mereka menikmati berbagai macam buah-buahan yang lezat, ada anggur, buah
tin dan delima, mereka juga mendapatkan segala bentuk kesenangan dan kenikmatan. Apa
yang mereka minta akan mereka dapatkan.
(Tafsir as-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H)
41-42. “Mereka itu memperoleh rizki yang tertentu,” artinya, tidak semu, melainkan ia
adalah rizki yang sangat agung lagi besar yang tidak semu keadaannya dan tidak dapat
dibayangkan hakikatnya.
Lalu Allah memperjelasnya dengan FirmanNya, “Yaitu buah-buahan,” dari semua jenis buah-
buahan yang sangat disenangi oleh jiwa karena kelezatan, warna, dan rasanya.
“Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan,” bukan dihinakan lagi dicela, melainkan
diagungkan, dimuliakan dan dihormati. Satu sama lain memuliakan dan mereka pun
dimuliakan oleh para malaikat yang mulia, mereka masuk menjumpainya dari semua pintu,
dan para malaikat juga mengucapkan selamat atas diraihnya pahala yang paling
menyenangkan, dan mengaruniakan kepada mereka berbagai macam karamah berupa
kenikmatan hati, ruh, dan badan.
(Tafsir Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I)
Buah-buahan itu dimakan untuk bersenang-senang bukan untuk menjaga kesehatan, karena
penghuni surga tidak perlu menjaga kesehatannya, di mana jasad mereka diciptakan untuk
kekekalan.
Yakni tidak dihinakan dan direndahkan, bahkan dimuliakan, dibesarkan dan dihormati baik
antara sesama mereka maupun oleh malaikat, di mana para malaikat masuk menemui
mereka dari setiap pintu serta mengucapkan salam. Demikian juga Tuhan mereka
memuliakan mereka dan melimpahkan berbagai kemuliaan, berupa kenikmatan bagi hati,
ruh maupun badan.
َو َش َر اٍب
(Dan minuman)
Dan jenis minuman yang banyak.
(Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin
Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram)
51. Mereka duduk bersandar di atas ranjang-ranjang yang indah. Mereka meminta para
pelayan untuk datang membawa apa yang mereka inginkan berupa buah-buahan yang
banyak dan beraneka macam, dan minuman yang mereka inginkan berupa khamar dan
lainnya.
(Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah)
51. Di dalamnya mereka bersandar (di atas papan-papan), sambil meminta buah-buahan
yang bermacam-macam dan minum-minuman.
(Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah
bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah)
Mereka bersandar di dalamnya sambil meminta} meminta {buah-buahan dan minuman
yang banyak.
(Tafsir as-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad 14 H)
51. “Di dalamnya mereka bersandar” pada dipan-dipan yang berhias dan tempat-tempat
duduk yang berukiran indah, “sambil meminta,” maksudnya, mereka menyuruh para
pembantu untuk menghidangkan “buah-buahan yang banyak dan minuman di surge itu,”
dari segala yang diinginkan oleh nafsu mereka dan yang lezat diapndang mata mereka. Ini
menunjukkan pada kesempurnaan nikmat, kesempurnaan kesenangan dan ketenangan,
serta kesempurnaan kelezatan.
(An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi)
Surat Shad ayat 51: (Di dalamnya mereka bertelekan) di atas dipan-dipan (sambil meminta
buah-buahan yang banyak dan minuman di surga itu.)
(Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I)
Yaitu di atas dipan-dipan yang diberi hiasan dan di atas tempat-tempat yang indah.
Mereka menyuruh para pelayan untuk membawakan buah-buahan dan minuman yang
mereka inginkan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memperoleh kenikmatan, istirahat,
ketenteraman serta kelezatan secara sempurna.
(Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Shad Ayat 51)
49-52. Setelah menjelaskan kisah para nabi penyampai risalah, Allah beralih menguraikan
imbalan bagi orang-orang yang mengikuti risalah mereka. Al-qur’an ini adalah kehormatan
bagi mereka yang berharap petunjuk-Nya. Dan sungguh, Allah meyediakan bagi orang-orang
yang bertakwa kepada-Nya tempat kembali yang terbaik di akhirat. Itulah surga ‘adn,
tempat tinggal yang kekal yang pintu-pintunya terbuka lebar bagi mereka, menyambut
kedatangan mereka. Di dalamnya mereka bersandar di atas dipan-dipan sambil meminta
suguhan berupa buah-buahan yang banyak dan minuman dengan berbagai jenis dan rasa.
Dan di sam-ping mereka ada bidadari-bidadari cantik dan sopan yang redup pandang-annya,
setia pada pasangannya, dan mereka semua sebaya umurnya
REFRENSI
1. https://tafsirweb.com/4078-surat-ibrahim-ayat-32.html
2. https://tafsirweb.com/4083-surat-ibrahim-ayat-37.html
3. https://tafsirweb.com/4359-surat-an-nahl-ayat-11.html
4. https://tafsirweb.com/4417-surat-an-nahl-ayat-69.html
5. https://tafsirweb.com/5911-surat-al-muminun-ayat-19.html
6. https://tafsirweb.com/7107-surat-al-qashash-ayat-57.html
7. https://tafsirweb.com/7893-surat-fatir-ayat-27.html
8. https://tafsirweb.com/8013-surat-yasin-ayat-57.html
9. https://tafsirweb.com/8164-surat-as-saffat-ayat-42.html
10. https://tafsirweb.com/8537-surat-shad-ayat-51.html