Anda di halaman 1dari 10

Pengantar Saintek Islam :

Menjelaskan ilmu agronomi dalam Al-Qur’an

Anggota Kelompok 7 :

T. Sarah Awalin Husna (190701078)


Basyaasyah Fitri Novizar (190701088)

Fakultas Sains dan Teknologi


Jurusan Arsitektur
Uin Ar-Raniry
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
AL-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. Melalui perantara malaikat Jibril. Setiap kata dan huruf yang
terdapat dalam al-Qur’an memiliki makna yang mendalam. penggunaan kata
dan huruf dalam al-Qur’an memiliki perbedaan dengan huruf dan kata yang
biasanya digunakan oleh manusia. Al-Qur’an juga mengajarkan kepada kita
cara lain untuk mendekati Tuhan, yaitu dengan cara merenungi tanda-tanda
Nya.

Dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menjelaskan tentang alam


semesta, seperti bumi, geografi, agronomi, botani, dan lain sebagainya. Seperti
yang telah kita ketahui al-Qur’an bukanlah kitab sains, tetapi di dalam al-Qur’an
terdapat ayat-ayat yang berkaitan dengan sains. Allah tidak menjelskan secara
detail segala seseuatu di dalam al-Qur’an, tetapi Allah memberikan gambaran
besar dan petunjuk kepada manusia untuk menggunakan akal yang mereka
miliki.

Al-Qur’an sering menggunakan pertanian dan tumbuhan sebagai bukti


kekuasaan Allah. Ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang pertanian dan
tumbuhan tidak hanya satu, atau du ayat saja, melainkan sangat banyak ayat
yang menjelaskan tentang pertanian dan, tumbuhan. Seperti yang terdapat
dalam Qs. Al-Baqarah : 265, Al-Baqarah : 61, Yasiin : 33, dan lain sebagainya.

Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia (muslim), telah memberikan


contoh dan langkah-langkah untuk memahami dan mengaplikasikan makna
ayat-ayat yang mengandung didalamnya tentang pertanian dan tumbuhan.
Dalam kesempatan ini dan di dalam makalah ini akan membahas hal-hal diatas,
khususnya tentang agronomi dan botani.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari ilmu pertanian (agronomi) ?

2. Ayat dan tafsir Al-Qur’an yang membahas tentang pertanian ?


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Pertanian (Agronomi)

1. Pengertian Pertanian (Agronomi)

Menurut Lipps (1070) pertanian atau Agronomy adalah the study of


applied of the science of soil management and of the production of crops (studi
tentang aplikasi ilmu pengelolaan tanah dan produksi tanaman). Sedangkan
menurut Menurut Samsu’ud Sadjad, agronomy menurut bahasa berasal dari kata
agros yang berarti lapang, dan nomos yang berarti pengelolaan, sehingga
agronomi berarti pengelolaan lapang produksi dengan sasaran produksi fisik
yang maksimum. Menurut Sri Setyati Harjadi, agronomi adalah ilmu yang
mempelajari cara pengelolaan tanaman pertanian dan lingkungannya untuk
memperoleh produksi yang maksimum.

Dari beberapa pendapat diatas dapat kami simpulkan secara garis besar
bahwa Agronomi adalah cabang ilmu pertanian yang berkenaan dengan teori
dan praktek produksi tanaman dan pengelolaan tanah secara ilmiah. Ilmu
agronomi sangat cocok untuk memahami konsep pertanian, dari pemiihan tanah
hingga proses penanaman bibit tumbuhan.

B. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang pertanian (Agronomi)

1.Teori Pertanian tentang Tanah yang Lebih Tinggi dari Permukaan Air

‫ت ۡٱبتِغَا ٓ َء أَمۡ َٰ َولَهم ين ِفقونَ ٱلَّذِينَ َو َمثَل‬


ِ ‫ضا‬ َّ ‫ِوت َۡثب‬
َ ‫ٱّللِ َم ۡر‬ َ ِ ‫صابَ َها بِ َر ۡب َوة َجنَّ ِة َك َمث َ ِل أَنف ِس ِه ۡم ِم ۡن يتًا‬
َ َ ‫فَأت َۡت َوابِل أ‬
ِ ‫ص ۡب َها لَّ ۡم فَإِن‬
‫ضعۡ فَ ۡي ِن أكلَ َها‬ ِ ‫طل َوابِل ي‬ َ َ‫ٱّلل ۗ ف‬
َّ ‫صير ت َعۡ َملونَ بِ َما َو‬ ِ َ‫ ب‬٢٦٥

“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari


keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang
terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu
menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya,
maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu
perbuat.” (Qs. Al-Baqarah : 265).

‫س َبإ َكانَ لَ َقد‬ ِ ‫عن َجنَّت‬


َ ‫َان ۖ آيَة َمس َكنِ ِهم فِي ِل‬ ِ ‫طيِ َبة دَةِ َبل ۚ لَه َواشكروا َر ِبكم ِرز‬
َ ‫ق ِمن كلوا ۖ َو ِش َمال َي ِمين‬ َ ‫َو َرب‬
‫غَفور‬
“Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat
kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah
kiri. (kepada mereka dikatakan), "Makanlah olehmu dari rezeki
yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-
Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang
Maha Pengampun.” (QS Saba : 15)

‫ط ِ َخ م أ ك ل ذ َ َو ا ت َي َج ن َّ ت َي ِن ن َّ ت َي ِه م َِ ب ِ ج َو ب َ د َّل ن َاه م ال ع َ ِر ِم سَ ي َل عَ ل َ ي ِه م ف َ أ َر سَ ل ن َا ف َ أ َع َر ض وا‬


‫ق َ لِ يل ِس د ر ِم ن َو شَي ء َو أ َث ل‬

“Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang
besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang
ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon asl, dan sedikit dari pohon
sidr.” (QS Saba : 16)

Dataran tinggi yang terdapat dalam ayat diatas memiliki hikmah yang
penting, karena tumbuhan yang ditanam di atas tanah yang lebih tinggi dari air
tanah, maka pepohonannya lebih banyak tumbuh dan akarnya tumbuh lebih
dalam dan panjang ke dalam tanah. Oleh sebab itu, berlipat ganda jumlah
pembuluh kapiler yang menghisap ke dalam tanah, maka semakin banyak
mineral yang dihisapnya untuk menyuburkan batang dan daun-daunnya secara
umum.

Tumbuhan yang ditanam di tanah yang sejajar dengan air tanah, maka ia
tidak akan mendapat peredaran udara yang mencukupi dilahan pertanian. Hal
tersebut dapat menyebabkan banyak akarnya yang mati sehingga melemahkan
pepohonan dan tidak mampu menyebar dengan bebas didalam tanah.

Telah terbukti ketika air tanah meninggi, maka penyakit-penyakit akan


timbul pada tumbuhan. Kemudian daun-daunnya menjadi kekuning-kuningan,
dan kadang-kadang tumbuhan tersebut mati secara tiba-tiba. Jika air tanah lebih
tinggi dari permukaan bumi, atau dekat darinya, maka tumbuhan tersebut akan
mati dalam waktu dua bulan.

2. Jenis-jenis tumbuhan
‫س َٰى ق ۡلت ۡم َو ِإ ۡذ‬َ ‫علَ َٰى نَّصۡ بِ َر لَن َٰيَمو‬
َ ‫طعَام‬ َ ‫ِرب لَنَا فَ ۡٱدع َٰ َو ِحد‬ َ َِ َ‫ۡق ِل َها َِب ِمن ۡٱۡل َ ۡرض تنبِت ِم َّما لَنَا ي ۡخ ِر ۡج ك‬
‫وم َها َوقِثَّآئِ َها‬ِ ‫عدَ ِس َها َوف‬َ ‫ص ِل َه ۖا َو‬
َ َ‫ٱهبِطوا خ َۡي ۚر ه َو بِٱلَّذِي أ َ ۡدن ََٰى ه َو ٱلَّ ِذي أَت َۡست َۡبدِلونَ قَا َل َوب‬
ۡ ‫َّما لَكم فَإ ِ َّن ِمصۡ ًرا‬
‫سأ َۡلت ۡۗم‬
َ ……………….٦١

“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan)
dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada
Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi,
yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan
bawang merahnya”. Musa berkata: “Maukah kamu mengambil yang rendah
sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu
memperoleh apa yang kamu minta”. (Qs. Al-Baqarah : 61).

Ayat diatas menelaskan tentang Bani Isra’il yang mana Allah sudah
menganugerahkan kepada mereka makanan yang terus turun dari langit, yaitu
manna dan salwa, tetapi mereka tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikan,
bahkan mereka meminta untuk digantikan dengan makanan-makanan yang
tumbuh dari bumi seperti sayur-sayuran, kacang dal, timun, bawang merah dan
bawang putih. Kemudian Nabi Musa a.s berkata kepada mereka “Adakah kamu
hendak menukar sesuatu yang baik dengan yang hina?”. Menurut Hamka, Nabi
Musa a.s berkata demikian karena mereka masih teringat dengan makanan
mereka sewaktu berada di mesir, dimana adanya timun, bawang putih, bawang
merah dan kacang.

‫ت َِِٱلث ك ِل ِمن فِي َها لَهۥ ۡٱۡل َ ۡن َٰ َهر ت َۡحتِ َها ِمن ت َۡج ِري َّوأ َ ۡعنَاب نَّ ِخيل ِمن َجنَّة َلهۥ ت َكونَ أَن أ َ َحدك ۡم أ َ َي َود‬ ِ ‫َم َٰ َر‬
‫صابَه‬ ۡ
َ َ ‫صا َب َها ٓ ضعَفَآء ذ ِريَّة َولَهۥ ٱل ِك َبر َوأ‬
َ َ ‫صار فَأ‬ ۗ
َ ‫ٱحت ََرقَ ۡت نَار ِفي ِه ِإ ۡع‬ َٰ
ۡ َ‫ٱّلل ي َب ِين َكذَلِكَ ف‬ َّ ‫ت لَكم‬ِ ‫تَتَفَ َّكرونَ لَ َعلَّك ۡم ۡٱۡل ٓ َٰ َي‬
٢٦٦

“Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma
dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam
kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang
itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu
ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya” (Qs.
Al-Baqarah : 266).

Pada permulaan ayat ini menggambarkan suasana sebuah kebun yang


disukai oleh peladang dan petani di tanah Arab dan seluruh Timur Tengah, yaitu
kebun kurma dan anggur yang didalamnya terdapat sungai-sungai yang
mengalir. Menurut Al-Razi, sifat kebun ini memiliki tiga perkara yang
diterangkan, yaitu:

1. Terdiri dari kurma dan anggur


2. Mempunyai sungai
3. Mempunyai buah-buahan lain didalamnya.

Ibnu Katsir dalam kitab Tafsirnya mengambil hadits yang diriwayatkan


oleh Imam al-Bukhari. Yaitu Imam Bukhori meriwayatkan dari Ibn Abbas, dia
bercerita: “Pada suatu hari, Umar Ibn al-Khattab berkata pada sahabat Nabi
s.a.w “Menurut kalian, berkenaan dengan siapakah ayat ini diturunkan?
“Apakah ada salah seorang diantara kalian yang mempunyai kebun kurma dan
anggur yang dibawahnya mengalir sungai-sungai?” Mereka menjawab “Allahu
a’lam (Allah lebih mengetahui).” Mendengar jawaban itu, Umar al-Khattab
marah seraya berkata “Jawablah, kami mengetahui atau kami tidak
mengetahui”. Maka Ibn Abbas berkata “Aku sedikit ragu mengenai tafsir ayat
itu, ya Amirul Mukminin”. Lalu, Umar berkata, “Wahai anak saudaraku,
katakanlah dan janganlah engkau merendahkan dirimu”. Kemudian Ibn Abbas
berkata “Ayat ini memberikan perumpamaan dengan sebuah amal.” “Amal
(perbuatan) apa?” tanya Umar. Ibn Abbas menjawab, “Seorang kaya yang
beramal dengan ketaatan kepada Allah s.w.t, kemudian Allah mengirimkan
syaitan kepadanya, maka dia berbuat banyak maksiat sehingga semua amalnya
terhapus”.

Kesimpulan dari dua ayat diatas adalah, jenis tumbuhan yang dinyatakan
dalam ayat tersebut dal, timun, bawang putih, bawang merah, anggur dan
kurma. Selain itu ayat tersebut juga menerangkan mengenai perkaitan
tumbuhan-tumbuhan tersebut dengan sesuatu kaum.

Kaum Nabi Musa, yaitu Bani Israil menggemari sayur-sayuran seperti


dal, timun, bawang putih dan bawang merah. Justeru, perkataan “hina” dalam
ayat tersebut bukanlah bererti makanan-makanan tersebut hina, tetapi yang
menjadi fokus dalam ayat ini adalah sikap Bani Israil yang walaupun diberi
makanan dari syurga, yaitu manna (makanan yang manis seperti madu) dan
salwa (sejenis burung puyuh), mereka tetap tidak bersyukur. Melihat kepada
ayat yang kedua, kurma dan anggur pula digambarkan sebagai dua jenis
tanaman yang digemari oleh masyarakat Arab.

3. Tumbuhan diciptakan berpasang-pasangan (Jantan dan Betina)

ِ ‫……… ۡٱثن َۡي ۖ ِن زَ ۡو َج ۡي ِن فِي َها َجعَ َل ٱلث َّ َم َٰ َر‬٣


…..‫ت ك ِل َو ِمن‬
“Dia menjadikan semua buah-buahan berpasang-pasangan”. (Qs. Ar-Ra’d : 3)

َ ‫الريَا َح َوأَر‬
‫سلنَا‬ ِ ‫اء ِمنَ فَأَنزَ لنَا لَ َواقِ َح‬ َّ ‫َازنِينَ لَه أَنتم َو َما فَأَسقَينَاكموه َما ًء ال‬
ِ ‫س َم‬ ِ ‫بِخ‬

“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan)


dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air
itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (QS. Al Hijr : 22)

‫ق ال َّ ِذ ي س ب َح ا َن‬ َ ‫ي َ ع ل َ م و َن َل َو ِم َّم ا أ َن ف ِس ِه م َو ِم ن اۡل َر ض ت ن ب ِ ت ِم َّم ا ك ل َّ َه ا اۡل َز َو ا‬


َ َ ‫ج َخ ل‬

“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik


dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa
yang tidak mereka ketahui.” (QS. Yasin : 36)

‫ان فَا ِك َهة ك ِل ِمن فِي ِه َما‬


ِ ‫زَ و َج‬

“Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang
berpasangan.” (QS. Ar Rahman : 52)

Ilmu pengetahuan moderen menetapkan bahwa bunga tumbuhan yang


bermacam-macam terbagi menjadi tiga jenis, yaitu bunga jantan, bunga betina,
dan bunga betina-jantan (gabungan dari bagian jantan dan betina). Seperti
pohon kurma, ada korma jantan dan korma betina. Pohon jagung pada suatu saat
menjadi bunga jantan dan pada waktu lain menjadi bunga betina.

Buah merupakan hasil dari produksi tumbuhan. Fase sebelum menjadi


buaha adalah menjadi bunga. Bunga memiliki organ betina (putik) dan jantan
(benang sari). Apabila serbuk sari jatuh pada putik bunga maka peristiwa
penyerbukan itu terjadi yang pada akhirnya akan membentuk buah.

Akan tetapi, pada spesies tertentu, buah dapat dihasilkan tanpa adanya
proses fertilisasi (Pembuahan). Seperti Pisang, Nanas, Jeruk, Anggur, dan lain
sebagainya.
4. Unsur untuk setiap tumbuhan

َ ‫ي فِي َها َوأَلقَينَا َمدَدنَاهَا َواۡلَر‬


‫ض‬ َ ‫َموزون شَيء ك ِل ِمن فِي َها َوأَنبَتنَا َر َوا ِس‬

“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-


gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.”
(QS. Al Hijr : 19)
Unsur-unsur penyusun pada setiap tumbuhan sudah ditentukan kadar nya
dengan tepat oleh Allah swt. Bahkan sebenarnya tumbuhan tidak memerlukan
pupuk untuk tumbuh dan berkembang, karena mampu menyerap unsur hara dari
dalam tanah, sebagaimana contoh nya adalah pohon kurma yang mampu hidup
ditanah berpasir dan tandus.

5.Rahasia Warna Hijau Daun berupa Zat Klorofil

‫قدون‬
ْ ‫تو‬ْ ‫الّذي جعل لك ْم من الشّجر اْالخضرنارا ً فاذا انت ْم ّم ْنه‬

”Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-
tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu.” (QS Yasiin : 80)

Dalam ayat ini mengandung makna ilmiah pada tanaman hijau yang dapat
menyerap sinar matahari, makna ilmiah ini kurang dipahami oleh kalangan luas
(orang awam) dan juga bagi orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan
kontemporer yanng luas. Pemahaman secara umum dari ayat diatas menyatakan
bahwa pohon yang hijau tidak mudah terbakar, kecuali setelah memlalui proses
pengeringan karena basahnya pohon tersebut.

Tanpa disadari tanpa penelitian secara ilmiah bahwa warna hijau pada
tumbuhan adalah salah satu mukjizat yang telah Allah diberikan kepada alam
ini, jika diteliti secara ilmiah dan mendalam bahwa tumbuhan mempunyai
semacam pigmen hijau (zat warna) yang sering disebut dengan klorofil. Klorofil
terletak di bawah permukaan bagian atas daun, lapisan tersebut merupakan
lapisan-lapisan dari sel-sel khusus yang disebut dengan sel pagar.

Proses pembuatan makanan pada tumbuhan sering disebut dengan


fotosintesis, dalam melakukan fotsintesis tumbuhan memerlukan klorofil dan
fotosintesis hanya dapat dilakukan oleh tumbuhan yang berklorofil.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Al-Qur’an telah menjelaskan berbagai macam permasalahan pertanian


dan tumbuhan, hal ini menunjukkan kemukjizatannya yang sangat tinggi,
pengetahuan sekarang seharusnya belajar atau merujuk lebih tajam dalam al-
Qur’an, misalnya rahasia warna hijau pada daun, ayat ini telah menerangkan
lebih dahulu sebelum adanya para peneliti masalah biotani dan juga pemilihan
tempat untuk bercocok tanam.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertanian juga telah dibahasa dalam al-


Qur’an, maka tidaklah heran jika al-Qur’an dijadikan pedoman hidup yang
pertama, keilmuan saat ini haruslah mengkolaborasikan dengan makna-makna
dalam ayat-ayat al-Qur’an. Proses penyerbukan mencerminkan bahwa
tumbuhan dilahirkan atau diciptakan berpasang-pasang, seperti halnya hewan
dan manusia. Segala sesuatu dialam ini selalu memiliki manfaat yang
tersembunyi, seperti halnya hujan yang menyuburkan tanah untuk pertumbuhan
tanaman, dan klorofil pada daun yang menciptakan oksigen untuk kehidupan
makhluk ciptaan-Nya.

Meskipun tidak semua tumbuh-tumbuhan yang disebutkan al-Qur’an ada


di Indonesia, tetapi kondisi iklim dan sumber daya alam di Indonesia sangat
mendukung untuk menjadikan pertanian Indonesia semakin bagus. Dan yang
lebih dari itu, kondisi tanah di Indonesia sangat bermacam, yang tentunya
sebagian besar tumbuhan yang disebutkan alQur’an dapat ditanam di Indonesia
sesuai pada tanah yang cocok untuk tumbuh-tumbuhan tersebut. Karena itu,
sistem pertanian yang digambarkan dalam al-Qur’an sangat bisa digunakan
dalam sistem pertanian di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Abdushshamad, M. Kamil, Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur’an, terj. Alimin,


Akbar Media Eka Sarana, Jakarta, 2002.

Adib, Shohibul Adib dkk, Profil Para Mufassir Al-Qur’an dan Para
Pengkajinya, Pustaka Dunia, Tangerang Selatan, 2001.
Al-Aridl, Ali Hasan (Terj. Ahmad Arkom), Sejarah dan Metodologi Tafsir,
Rajawali, Jakarta, 1992.

Al-Banna, Gamal, Evolusi Tafsir: Dari jaman Klasik Hingga Jaman Modern,
terj. Novriantoni Kahar, Qisthi Press, Jakarta, 2005.

Al-Farmawi, Abdul Hayy, Metode Tafsir Maudhu’iy, terj. Surya A. Jamran,


PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996.

https://mbarkahyunus.wordpress.com/2017/12/04/ilmu-pertanian-agronomi-
dan-tumbuhan-botani-dalam-al-quran/#_ftn7

http://anaksawahombo.blogspot.com/2015/11/al-quran-dan-ilmu-agronomi-dan-
botani.html

Sekian dan Terima kasih


Anda mungkin juga menyukai