Anda di halaman 1dari 23

Apakah remaja itu bersalah atas tiga pembunuhan keji atau apakah dia menghabiskan

hidupnya di penjara karena kejahatan yang tidak dia lakukan?

Intro
Opening

Lipstik Killer atau penjahat lipstick adalah sebuah kasus yang sangat terkenal hingga menjadi
inspirasi dari sebuah novel, film dan salah satu acara serial tv. Tentang seorang remaja 17 tahun
yang bernama William George Heirens yang di duga selain sebagai pelaku pencurian juga
sebagai pelaku dari pelenyapan 2 orang wanita dan 1 anak perempuan dengan sangat sadis.
Namun ada yang janggal dari kasus tersebut? Apakah itu? Nah hari ini kita akan membahas
tentang Heirens dan bagaimana remaja tampan nan cerdas ini bisa berakhir di penjara dengan
kasus berat yang menjeratnya. Kira-kira apakah benar Heirens adalah pelaku sebenarnya?
Ataukah dia hanya bernasib sial saja? Lalu bagaimana bisa Heirens menjadi pelakunya? Yuk
langsung aja dengerin ceritanya…

Profil

Tahun 1928 terjadi depresi atau krisis besar yaitu sebuah peristiwa menurunnya tingkat
ekonomi secara dramatis di seluruh dunia pada tahun 1929 dan berlangsung selama 10 tahun di
berbagai Negara termasuk di Chicago, Amerika. Dimana pada masa ini orang-orang banyak
kehilangan pekerjaan dan kesusahan dalam memenuhi kebutuhan mereka. Banyak sekali dari
mereka yang stress lalu akhirnya minum-minum dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Lalu
apa hubungannya dengan William George Heirens?

Nah 2 bulan sebelum krisis tersebut tepatnya pada tanggal 15 november 1928 lahirlah William
George Heirens ini. Keluarganya merupakan imigran dari Luxemburg. Ayahnya bernama George
dan ibunya bernama Margaret. Sebelumnya George memiliki sebuah toko bunga yang cukup
besar di Evanston namun pada akhirnya tutup karena krisis. Setelah krisis dia beralih menjadi

1
seorang penjaga keamanan atau security guard, namun Ayah Heirens stress karena pendapatan
yang tidak sebesar ketika masih menjadi pengusaha bunga. Dia pun mulai ikut minum-minum
seperti teman-temannya yang lain. Dan seperti istri pada umumnya, Margaret tidak menyukai
perilaku barunya tersebut. Apalagi gaji George yang tidak seberapa tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan mereka membuat Margaret harus mengambil pekerjaan apapun yang
bisa dia kerjakan, tidak hanya satu melainkan beberapa sekaligus.

Sebagai anak yang masih membutuhkan perhatian kedua orangtuanya, Heirens merasa
terlantar ketika ibunya mengambil banyak pekerjaan apalagi Margaret bukanlah tipe ibu yang
hangat, dan George sebagai ayah malah lebih sering minum-minum ketimbang menghabiskan
waktu bersama anaknya di kala luang.

Selain Heirens, mereka juga memiliki satu lagi anak laki-laki yang bernama Jere. Sebagai kakak
Heirens sangat menyayangi adiknya tersebut. Dia menjalankan peran sebagai kakak dengan
sangat baik. Salah satunya hal yang Heirens lakukan untuk menghibur adiknya adalah
menceritakan sebuah cerita fiksi yang ia karang sendiri tentang dunia luar angkasa sepulang
sekolah. Selain memang dikenal sebagai murid yang pandai, Heirens juga merupakan murid
yang sangat kreatif bahkan gurunya yakin Heirens akan memiliki masa depan yang cerah meski
saat itu ia hidup dalam kemiskinan dan keluarga yang tidak terlalu peduli padanya.

Ketika remaja sekitar usia 12 tahun, Heirens ingin memiliki uang saku, jadi dia mulai bekerja
sebagai pengantar barang di sebuah supermarket. Suatu hari sebuah masalah terjadi, ketika dia
selesai mengantar barang, dia menyadari bahwa dia kelebihan mengembalikan uang kembalian
kepada pelanggan. Mungkin karena merasa malu Heirens tidak meminta lebihan kembaliannya
kepada pelanggan tersebut melainkan mencuri. Saat itu dia bertemu dengan ibu-ibu di sebuah
lift ketika mengantar pesanan pelanggan yang lain. Tas ibu-ibu tersebut tampak terbuka dan
Heirens melihat sejumlah uang. Di tengah kebingunganya dia pun mendapat ide setelah melihat
uang itu, Heirens mengambil satu dollar tanpa sepengetahuan ibu-ibu pemilik tas tersebut.
Setelah itu dia berpikir apa yang sudah dilakukannya, dia merasa tidak ada yang tahu dan dia

2
pun tidak ketahuan. Lalu dia pun mencuri kembali, kali selanjutnya tidak hanya uang, tapi juga
dompet, pistol dan macam-macam. Dia juga mencuri dari rumah tetangganya dan rumah
pelanggannya. Begitulah awal mula Heirens memiliki semacam penyakit kleptomania.

Pada Juni 1942 ketika dia berusia 13 tahun, Heirens ketahuan mencuri di apartemen
tetangganya. Dia di tangkap kemudian di masukkan ke sekolah rehabilitasi di Terra Haute,
Indiana karena belum cukup umur untuk dimasukkan ke penjara dewasa. Satu tahun kemudian
dia di kirim kembali ke Chicago setelah menyelesaikan rehabilitasinya. Namun beberapa minggu
setelahnya dia kembali di tangkap dengan alasan yang sama tapi kali ini dia di kirim ke sekolah
yang berbeda. Heirens di kirim ke sekolah katolik yang berada di Illinois yaitu Akademi St. Bede
dimana sekolah tersebut lebih disiplin dan religious. Di sana Heirens juga menjadi siswa
berprestasi dan berkarisma, selain karena IQ nya yang tinggi Heirens juga di kenal sebagai anak
yang kreatif. Dia juga ikut berpartisipasi dalam tim gulat sekolah dan bekerja di perpustakaan.
Bahkan gurunya menyarankan dia untuk mendaftar di perguruan tinggi. Heirens pun menuruti
saran dari gurunya tersebut, dia mendaftar di University of Chicago program pembelajaran
khusus jurusan Bachelor of Sains karena dia sangat ingin menjadi insinyur listrik. Dan dia pun di
terima meskipun dia tidak lulus SMA.

Pada bulan September 1945 Heirens kembali ke Chicago untuk memulai perkuliahan namun
pulang-pergi dari rumah ke universitas di rasa sangat tidak praktis, Heirens memutuskan untuk
tinggal di asrama kampusnya. Masalahnya keluarga Heirens tidak sanggup membayar uang
kuliah Heirens apalagi asrama. Akhirnya ia memutuskan untuk bekerja, Heirens mengambil 2
sampai 3 pekerjaan yang bisa menghasilkan uang agar dirinya tetap bisa berkuliah dan bisa
tinggal di asrama.

Meskipun Heirens memiliki beberapa perkejaan, dia mampu mengikuti pelajarannya dengan
baik, bahkan dia juga ikut ambil bagian di berbagai kegiatan sekolahnya seperti menari dan
main catur. Ketampanan serta karisma yang luar biasa juga kepandaiannya dalam bergaul
membuat Heirens menjadi orang yang terkenal di kalangan angkatannya, dia memiliki banyak

3
teman dan banyak perempuan yang tergila-gila padanya. Sepertinya karena dia kekurangan
kasih sayang dari keluarganya, Heirens sangat menikmati perhatian-perhatian yang diberikan
padanya.

Di masa ini Heirens mulai menyukai lagu-lagu klasik dan mengencani perempuan. Sayangnya
karena hal tersebut penyakit kleptonya muncul kembali. 3 bulan setelah Heirens memulai
perkuliahannya dimana dia sudah menginjak usia 17 tahun dia mulai mencuri lagi. Mulai dari
rumah di sekitar kampusnya sampai orang-orang yang berpapasan dengannya di jalan. Dengan
uang hasil curian serta upah kerjanya, Heirens mampu menghidupi dirinya sendiri dan
mengajak kencan teman wanitanya.

6 bulan setelahnya, tepatnya pada tanggal 26 juni 1946 terjadi sebuah masalah. Pada hari itu
Heirens berjanji kepada teman wanitanya untuk makan malam, namun sayangnya dia tidak
memegang uang cash. Dia pun berencana untuk mencairkan uangnya melalui kantor pos
sebesar $1000. Karena uang yang dicairkan cukup banyak dia memutuskan membawa pistol
untuk berjaga-jaga, namun sayangnya kantor pos hari itu tutup. Dikarenakan dia tidak memiliki
uang sama sekali, dia memutuskan untuk mencuri.

Heirens masuk ke sebuah rumah yang tidak terkunci di Wayne Manor Apartements, namun
ketika dia baru saja mau mengambil uang dia malah ketahuan oleh tetangganya, Richard
O’Gorman, sehingga dia buru-buru pergi melalui jendela. Saat Heirens melarikan diri, petugas
kebersihan gedung, Francis Hanley bersama dengan O'Gorman mengejarnya dan memblokir
jalannya keluar dari gedung. Namun, Heirens diduga menodongkan pistol yang dia bawa ke
orang-orang itu. Petugas kebersihan dan O’Gorman pun berhenti mengejarnya. Heirens
berjalan ke gedung terdekat untuk bersembunyi, tetapi seseorang melihatnya dan memanggil
polisi. Saat Heirens mencoba melarikan diri dari tangga, Petugas Tiffin Constant dan William
Owens mendekat, mereka berjaga-jaga di setiap ujung tangga. Terjebak, Heirens
mengacungkan pistol, mungkin mengarahkan larasnya ke salah satu petugas. Beberapa laporan
menyatakan bahwa dia benar-benar menarik pelatuknya tetapi pistolnya salah sasaran.

4
Sedangkan menurut Heirens, dia berbalik dan mencoba lari setelah menggertak dengan pistol.
Setelah itu sempat terjadi perkelahian yang berakhir ketika Abner Cunningham, seorang polisi
yang sedang tidak bertugas menjatuhkan tiga pot bunga tanah liat ke kepala Heirens, satu per
satu dari atas tangga, membuatnya tidak sadarkan diri. Ketika dia bangun, dia sudah berada di
rumah sakit Bridewell dan kepalanya sedang di jahit, setelah selesai Heirens di bawa ke kantor
polisi.

Sesampainya di kantor polisi Heirens dibaringkan di sebuah tempat tidur dengan kaki dan
tangan yang di ikat seperti orang yang mentalnya kacau dengan beberapa polisi yang
mengitarinya. Salah satu dari mereka sedang mengambil sidik jarinya tanpa izin, namun karena
badannya yang terasa lemas Heirens tidak mampu bertanya.

Pada saat yang sama, beberapa polisi pergi ke asrama Heirens dan beberapa yang lain datang
ke rumah orangtuanya, mereka semua menggeledah kamar Heirens baik di asrama maupun di
rumah. Mereka juga menemukan loker dimana Heirens menyimpan semua barang-barang
curiannya, mereka cukup tercengang melihat sudah begitu banyak barang yang dicuri Heirens,
namun tidak ada satupun yang bisa dikaitkan bahwa Heirens merupakan pelaku pelenyapan
seorang anak kecil yang baru saja terjadi yang kasusnya juga sedang ditangani dan menjadi
perbincangan hangat.

Salah satu barang yang ditemukan adalah lembar memo berisi gambar Nazi milik seorang
veteran perang, Harry Gold, yang diambil ketika Heirens merampok tempatnya pada malam
anak kecil tersebut dilenyapkan. Ada juga curian salinan Psikopatia Sexualis (1886) oleh Richard
von Krafft-Ebing yang terkenal karena menjadi salah satu karya awal mengenai homoseksual.
Polisi juga menemukan peralatan medis di antara barang-barang curian Heirens, tetapi mereka
mengumumkan bahwa peralatan medis tersebut tidak dapat dikaitkan dengan kasus anak kecil
tersebut. Tidak ada jejak materi biologis seperti darah, kulit atau rambut yang ditemukan pada
alat-alat tersebut. Alat perlengkapan medis yang mereka temukan dianggap terlalu kecil untuk

5
digunakan dalam pembedahan. dan terungkap bahwa Heirens menggunakan peralatan
medisnya untuk membantunya dalam pencurian. Ditemukan juga sebuah pistol Colt Police
Positive yang telah dia curi di apartemen Guy Rodrick pada tanggal 3 Desember 1945.

Namun tidak dari semua barang-barang tersebut menjadi alasan untuk apa sidik jari Heirens di
ambil. Bukan karena kasus pencurian melainkan karena polisi yakin selain mencuri, Heirens juga
merupakan seseorang yang tega melenyapkan seorang anak kecil.

Setelah sidik jarinya di ambil, polisi yang berada di sebelahnya kemudian bertanya tentang
apakah benar bahwa dia telah melenyapkan seorang anak kecil bernama Suzanne Degnan
dengan cara yang keji? Heirens yang baru saja siuman bertanya-tanya siapakah Suzanne,
namun polisi tidak percaya jika Heirens tidak mengenalnya.

Nah siapakah Suzanne Degnan? Dan seperti apa kisah sebenarnya dari Heirens?

BREAK

PLOT 2 (KASUS YANG MENGGEMPARKAN)

Bermula pada tahun 1945 – 1946 di Chicago, tempat asal Heirens telah terjadi sebuah kasus
yang cukup menggemparkan hingga mengangkat 2 kasus lain yang terjadi sebelumnya. Padahal
pada masa itu Chicago termasuk dalam kategori kota yang cukup aman.

Kasus pertama adalah kematian seorang wanita bernama Josephine Rose berusia 43 tahun
pada tanggal 5 Juni 1945, merupakan seorang janda yang tinggal sendiri di apartemennya yang
berada di 4108 North Kenmore Avenue. Dikabarkan Josephine telah menjadi janda sejak Juli
tahun sebelumnya dan bermimpi membuka restoran dengan uang asuransi jiwa dari kematian
mendiang suaminya.

6
Pada hari itu dia ditemukan oleh anaknya dengan pose yang aneh serta banyak tikaman di
sekujur tubuhnya termasuk bagian leher. Josephine tampak cukup bersih untuk korban tikaman
berkali-kali karena pelaku sempat memandikannya lalu membawanya lagi ke tempat tidur.
Bekas tikamannya kemudian di tutup dengan selotip dan rok Josephine di gulung untuk di
kenakan di kepalanya. Namun sayangnya polisi tidak menemukan bukti apapun kecuali rambut
berwarna hitam yang ada di genggaman Josephine. Entah apa yang polisi pikirkan, mereka
berspekulasi bahwa pembunuhnya adalah seorang pria berkulit hitam.

Menurut keterangan polisi, tidak ada yang diambil dari apartemen Josephine sehingga
disimpulkan bahwa Josephine telah mengagetkan seorang penyusup dan akibatnya dia
terbunuh. Beberapa mantannya sempat di interogasi namun mereka semua memiliki alibi.

Sayangnya meskipun kematian Josephine sangat mengerikan namun nyaris tidak ada media
yang meliput kasus tersebut.
BREAK

6 bulan setelah Josephine meninggal, kasus kedua terjadi tepatnya pada tanggal 10 Desember
1945. Kali ini korbannya juga seorang wanita yang tinggal sendiri bernama Frances Brown yang
berusia 32 tahun. Peristiwa tersebut terjadi di apartemennya di North Pine Grove Avenue.
Sebenarnya Frances memiliki seorang asisten rumah tangga namun mereka tidak tinggal dalam
satu rumah, setelah selesai bekerja dia akan pulang.

Pada hari tersebut, ARTnya heran karena terdengar suara radio yang cukup keras ketika dia
datang, lebih mengherankan lagi pintu rumah dalam keadaan tidak terkunci. Dia segera masuk
dan melihat Frances di dalam bak mandi dalam keadaan telanjang dengan bekas tikaman di
sekujur tubuhnya dan juga luka tembak di kepala. Seperti Josephine, Francess dimandikan serta
sebuah handuk yang digulung diletakkan di kepalanya. Alasan pelaku untuk memandikan
korban biasanya agar jejaknya bisa ditutupi sehingga tidak ditemukan sidik jari pada tubuh
korban.

7
Selain tikaman-tikaman yang sama seperti Josephine, Francess juga memiliki tikaman yang lebih
dalam di bagian leher sehingga pisau tembus ke bagian sisi yang lain. Begitupun teori yang
diungkapkan oleh polisi, mereka berdua telah mengejutkan seorang penyusup karena tidak ada
barang yang di ambil oleh pelaku dari apartemen keduanya. Namun kali ini pelaku
meninggalkan jejak berupa sidik jari di gagang pintu serta tulisan di dinding ruang tamu
apartemen Francess yang dia tulis menggunakan lipstick merah Francess. Tulisan tersebut
berbunyi “Demi Tuhan tangkap saya sebelum saya membunuh lebih banyak orang. Saya tidak
bisa mengontrol diri saya.” Dan inilah alasan mengapa pelaku di kenal sebagai Pembunuh
lipstick.

Hasil dari penyelidikan polisi kepada tetangga Francess di temukan 2 saksi, yang pertama
adalah George dimana dia mendengar suara teriakan pada jam 4 pagi dan saksi kedua adalah
John yang merupakan penjaga apartemen Frances. John berkata pada pukul 4 pagi dia melihat
seorang laki-laki berusia sekitar 35-40 tahun dengan berat badan kira-kira 65kg turun dari lift
dengan keadaan gugup sekali dan berjalan cepat tapi John tidak tahu dia pergi kemana setelah
keluar dari lift. Namun dengan kesaksian 2 saksi mata dan bukti tulisan di dinding apartemen
Frances polisi masih tidak bisa menemukan pelaku dari kasus dua wanita tersebut.

BREAK

Dan kasus yang paling menggemparkan adalah kasus ketiga dengan korban seorang anak kecil
berusia 6 tahun bernama Suzanne Degnan. Peristiwa tersebut terjadi satu bulan setelah
kematian Francess tepatnya pada tanggal 7 januari 1946.

Pada hari itu sekitar pukul setengah 8 pagi, James, ayah Suzanne bangun dari tidurnya,
kemudian menengok ke kamar putrinya namun Suzanne tidak ada disana. James panik, dia
berpikir anaknya pasti di culik, segera dia menelpon polisi dan polisi tiba secepatnya. Di tempat
kejadian, selain tangga, polisi menemukan bukti lainnya yaitu secarik kertas yang sudah lecek

8
dengan tulisan yang berbunyi “Saya minta uang tebusan $20.000 atau dia akan saya lenyapkan.
Jangan hubungi polisi atau FBI.” James terkejut, dia tidak tahu ada kertas tebusan tersebut dan
dia sudah terlanjur menghubungi polisi. James yang kebingungan bertanya apa yang harus dia
lakukan sekarang, dengan santai polisi menjawab untuk tetap tenang dan mereka berkata
malam ini Suzanne pasti akan dikembalikan. Namun pada malam harinya, bukan anaknya yang
kembali melainkan dering telpon yang berbunyi beberapa kali yang berasal dari si penculik,
sayangnya telepon-telepon tersebut tidak lama, hanya beberapa detik saja sehingga polisi
kesusahan untuk melacak lokasi si penculik.

9 jam setelah Suzanne hilang, polisi mendapatkan telpon anonim yang menyuruh mereka untuk
mengecek parit yang berada tidak jauh dari rumah Suzanne. Polisi yang ragu pun akhirnya
mengecek lokasi tersebut dan mereka menemukan kepala Suzanne terapung disana, tragisnya
pita biru yang dikenakan pada hari ia menghilang masih tetap berada di rambutnya. James dan
istrinya pun pasrah melihat anaknya sudah tiada namun mereka masih penasaran siapa pelaku
yang menculik dan melenyapkan anaknya tersebut. Beberapa jam kemudian polisi yang
mencari di parit-parit yang lain dekat rumah James menemukan tubuh dan kaki anaknya,
sedangkan tangan Suzanne ditemukan sebulan kemudian pada februari 1946 di lokasi yang
hanya berjarak 5 meter dari apartemen James.

Selang beberapa waktu, polisi masih belum menemukan bagaimana pelaku mengangkat tutup
parit yang memiliki berat sekitar 50kg tersebut, padahal jika tutup tersebut bergesekan dengan
aspal pasti akan menimbulkan bunyi, namun tidak ada satu orang pun yang memberi kesaksian
atau petunjuk seperti melihat orang yang membuka parit dan membuang sesuatu di sana atau
mendengar bunyi-bunyi gesekan. Dan pada bulan April di tahun yang sama sekitar 370 orang di
interogasi dan akhirnya dibebaskan karena tidak terbukti bersalah.

Namun polisi memberi sedikit kabar baik bahwa mereka menemukan kemungkinan lokasi
Suzanne di potong-potong yaitu di basement 5901 Winthrop Avenue dimana mereka
melakukan laundry, lokasinya cukup dekat dengan rumah keluarga Degnan. Mereka

9
menemukan jejak berupa bekas darah di tempat pembuangan air yang mengalir ke parit.
Sedangkan hasil otopsi yang menunjukkan bahwa Suzanne meninggal akibat cekikan, di
simpulkan oleh polisi jika Suzanne di bawa ke suatu tempat terlebih dahulu setelah dia di culik,
baru lah kemudian anak kecil tersebut di bawa ke basement untuk dilenyapkan.

Tim Forensik menetapkan waktu kematiannya antara tengah malam dan pukul 01.00, selain itu
mereka juga menyatakan bahwa alat yang digunakan kemungkinan pisau yang sangat tajam
yang telah digunakan untuk memotong daging dengan sangat ahli. Dr. Keans, seorang ahli
koroner, menyatakan bahwa pembunuhnya adalah "entah seorang pria yang bekerja dalam
sebuah profesi yang membutuhkan studi anatomi atau seseorang dengan latar belakang dalam
pembedahan ... bahkan dokter rata-rata tidak bisa secanggih itu menjadi pemotong daging."
Katanya. Tim Forensik yang lain sependapat dan menambahkan bahwa kasus Suzanne termasuk
"pekerjaan yang sangat bersih”

Dari hasil penyelidikan, polisi mendapatkan beberapa keterangan dari tetangga-tetangga


Degnan, diantaranya adalah :

Beberapa tetangga Degnan yang berada di apartemen yang sama memberikan kesaksian
bahwa pada sore hari sebelum peristiwa, seorang wanita berpakaian pria mengejar beberapa
anak setelah menawarkan mereka permen. Seorang anak tergores di wajahnya oleh kuku
panjang wanita itu.

Ethel Hargrove, yang tinggal di sebuah apartemen di atas Degnans, tiba di rumah pada pukul
12:50. Dia melaporkan mendengar suara laki-laki yang keras di lantai bawah dan anjing
menggonggong. Penyewa lain menguatkan bahwa mereka juga mendengar gonggongan pada
saat itu.

George Subgrunski pergi ke polisi tak lama setelah pembunuhan itu dan melaporkan melihat
seorang pria berjalan ke rumah Degnan membawa tas pada jam 1:00 pagi. Dia menggambarkan

10
pria itu memiliki tinggi sekitar 5 kaki 9, berat 170 lbs dan 35 tahun dan mengenakan pakaian
berwarna terang fedora dan mantel gelap. Buktinya ditemukan tidak konsisten dan
diberhentikan oleh beberapa penyidik.

Robert Reisner, seorang sopir taksi, melihat seorang wanita membawa bungkusan di bawah
setiap lengan dekat gang di belakang rumah Degnan pada pukul 1:30 pagi. Dia masuk ke mobil
yang dikemudikan oleh seorang pria berambut abu-abu.

Missy Crawford, yang tinggal di seberang jalan, melaporkan melihat sebuah mobil berisi
seorang pria dan seorang wanita berulang kali berkendara di jalan tersebut pada pukul 2.30
pagi.

Marion Klein dan Jake DeRosa, melihat keluar jendela apartemennya pada jam 3 pagi, mereka
melihat seorang pria yang mengenakan topi abu-abu dan mantel cokelat mencoba memasuki
ruang cuci bawah tanah tempat Suzanne dipotong-potong.

Freida Meyer, yang tinggal di atas ruang cuci, melihat seorang pria masuk ke arah basement
pada pukul 3:40 pagi, berdiam diri sekitar 10 sampai 15 menit, dan kemudian pergi melalui
gang. Dia kembali ke ruang cuci 15 menit kemudian, tinggal selama beberapa menit sebelum
kembali lagi ke gang. Dia kembali untuk ketiga kalinya 15 menit kemudian tetapi hanya tinggal
sebentar.

BREAK
PLOT 3 (INTEROGASI HEIRENS)

Nah ketika kasus Suzanne di ketahui publik, kematian dua wanita sebelumnya pun akhirnya ikut
menjadi perbincangan hangat. Peristiwa kejam yang terjadi dalam kurun waktu kurang dari 8
bulan tersebut membuat warga Chicago resah sehingga mendesak polisi untuk segera

11
menangkap pelaku. Keluhan-keluhan tersebut tentu saja berpengaruh kepada citra polisi yang
bisa saja rusak karena pelaku masih berkeliaran di luar.

Dan akhirnya pada Juni 1946, polisi menangkap seorang laki-laki yaitu William George Heirens
yang sebenarnya adalah seorang pencuri namun polisi juga menuduhnya sebagai tersangka atas
kasus tragis dengan korban 2 wanita dan satu anak-anak yang menggemparkan itu.

Heirens yang baru saja sadar langsung ditodong dengan pertanyaan terkait kematian Suzanne
dan dia menjawab tidak tahu. Namun polisi tidak percaya begitu saja. Mereka terus
menginterogasinya dengan penuh tekanan, apalagi keadaan Heirens yang masih sakit karena
baru saja dijahit. Akhirnya setelah berjam-jam di interogasi Heirens meminta pengacara untuk
mendampinginya. Nah sebenarnya orangtuanya pun sudah mencarikannya seorang pengacara
namun entah kenapa polisi tidak mengizinkan Heirens memiliki pengacara .

Pada hari ke tiga dia di tangkap, polisi yang sebelumnya sudah mengambil sidik jarinya tanpa
izin berhasil mencocokkan sidik jarinya dengan sidik jari yang ada di surat tebusan Suzanne.
Bahkan Polisi langsung mengabarkan ke media dan masyarakat bahwa mereka sudah
menangkap pelaku sehingga masyarakat tidak perlu resah. Dan tentu saja dalam sekejap
Heirens menjadi terkenal padahal saat itu Heirens belum mengaku jika dia adalah tersangka
dalam 3 kasus pelenyapan tersebut.

Ketika seorang jenderal polisi yang bernama John Prendergast di interview oleh surat kabar,
John berkata “Saya sangat yakin Heirens pelakunya, dia tau dia bersalah, dan kita tau kalau dia
pelenyap yang kita incar.”

Pada hari ke empat, Heirens masih saja di ikat di tempat tidur namun selama 4 hari tersebut
Heirens masih berpegang pada kata-katanya bahwa dia tidak mengenal mereka semua dan
bukan dia tersangka dalam 3 kasus tersebut. Kemudian polisi yang juga masih belum menyerah
menyuruh seorang suster laki-laki untuk membuka celana Heirens dan menyiramkan alcohol ke

12
alat kelaminnya. Mereka menyiksa Heirens agar dia mau mengaku namun Heirens tetap tidak
bergeming, dia masih tidak mengaku juga.

Heirens tidak merasa bahwa dia telah merenggut nyawa orang lain. Dan dia pun juga tidak
kenal apalagi memiliki motif atas pelenyapan tersebut, bukti-bukti yang ada pun tidak kuat
untuk menunjukkan bahwa dia lah pelaku yang di cari oleh polisi. Namun bukan jawaban itu
yang di inginkan para polisi, polisi yang tidak senang dengan jawaban Heirens kemudian
meninju perut lelaki itu berkali-kali sembari menceritakan tentang kronologi kejadian
pelenyapan 3 wanita tersebut. Dan lagi-lagi Heirens berkata bahwa dia bukan pelakunya.

2 psikiater di panggil untuk menyuntikkan serum kejujuran ke tubuh Heirens, berharap kalau
dia akhirnya akan menjawab iya dengan sejujur-jujurnya. Dalam keadaan setengah sadar, dia
terus saja ditanya oleh polisi tentang kejadian tersebut. Heirens akhirnya menyebut satu kata
yaitu “George” yang kemudian di simpulkan bahwa dia mengaku dengan menyebut nama
tengahnya sendiri. Sebagai informasi, serum tersebut di buat menggunakan sodium pentothal
yang lama kelamaan serum tersebut tidak digunakan lagi karena terbukti tidak akurat.

Hari ke 5 polisi menghadirkan dokter, menyuruhnya untuk menyuntik punggul belakang


Heirens, prosedur tersebut dinamakan lumbal pungsi, ini adalah prosedur yang sangat
menyakitkan karena cairan tulang belakang di ambil. Biasanya prosedur ini dilakukan dengan
menusukkan jarum ke celah tulang belakang di punggung bagian bawah. Bahkan dengan rasa
sakit yang luar biasa Heirens masih saja berkata bahwa bukan dia pelakunya.

17 hari setelah Heirens di interogasi tepatnya tanggal 12 Juli polisi berhasil mendapatkan surat
pengakuan darinya. Namun surat tersebut bukanlah tulisan tangan Heirens sendiri melainkan
perawat yang menjaga sekaligus menyiksanya. Heirens hanya di suruh untuk menandatangani
surat tersebut.

13
Sedangkan kecocokan sidik jari Heirens dengan surat tebusan Suzanne hanya bernilai 9 point,
padahal seharusnya dibutuhkan 12 point untuk bisa dijadikan sebagai pelaku. Meski begitu
polisi masih bersikeras bahwa Heirens adalah pelakunya.

BREAK
PLOT 4 (HEIRENS DI PENJARA)

Pada tanggal 4 september Heirens di adili tanpa pengacara, dia meminta kepada Hakim agar dia
tidak di hukum mati agar dia bisa membuktikan bahwa dia tidak bersalah atas 3 kasus tersebut.
Heirens percaya bahwa dia masih memiliki kesempatan tersebut meski polisi sangat
mempercayai jika memang Heirens adalah pelakunya. Dia pun diberikan hukuman di penjara
sampai dia meninggal. William George Heirens akhirnya menjadi tahanan dengan nomor C-
06103.

Setelah sidang dia dikembalikan ke sel dan pada malam itu juga dia mencoba untuk mengakhiri
hidupnya tetapi dia berhasil di selamatkan oleh dokter penjara. Besoknya dia akan di pindahkan
ke penjara yang bernama Menard Correctional Center di Illinois dan dia sudah di tunggu oleh
para wartawan. Salah satu wartawan bertanya apakah Suzanne menderita sebelum dia
meninggal?” Dan Heirens berkata “Aku tidak tahu karena aku tidak membunuhnya. Beritahu
Pak Degnan untuk menjaga anaknya baik-baik karena pembunuh Suzanne masih bebas.”

Setelah dia dijatuhi hukuman dan masuk ke penjara, kedua orangtuanya akhirnya mengganti
nama mereka dan adiknya lalu pindah ke kota lain karena mereka merasa malu. Mereka
berharap agar orang-orang tidak tahu bahwa mereka adalah keluarga Heirens si pelaku yang
menewaskan 2 wanita dan satu anak-anak yang sedang terkenal itu.

Sedangkan media memainkan peran mereka dalam melaporkan kasus tersebut. George Wright,
seorang reporter Chicago Tribune membuat tulisan yang menyudutkan Heirens, kemudian surat

14
kabar lain mengambil artikel tersebut dan mengubahnya, ada juga yang membuat artikel
mereka sendiri. Namun semua isinya sama, mereka menyerukan agar William di eksekusi
karena kejahatannya.

Selama Heirens di penjara dia mengajukan ke pengadilan agar dirinya bisa keluar dari penjara
dengan syarat sebanyak 30 kali diantaranya pada tahun 1952, 1965, 1968 namun semuanya di
tolak bahkan pada akhir tahun 1960-an, meskipun dia memiliki catatan penjara yang bersih
tanpa pelanggaran.

Pada tahun 1951, ia dipindahkan ke Penjara Stateville, di mana ia akan tinggal selama 24 tahun
ke depan. Heirens menghabiskan lima tahun pertamanya di Stateville di Sekolah Kejuruan
belajar memperbaiki radio dan televisi, kemudian dia mengajarkan keahlian yang ia peroleh
tersebut kepada para narapidana lain. Itu adalah awal dari banyak dekade produktif yang ia
jalani selama di dalam penjara.

Selama sepuluh tahun dia bekerja sebagai manajer kantor di industri garmen penjara, lalu lima
tahun kemudian, dia menjadi sekretaris Pengawas Program Sekolah Stateville. Heirens juga
menjadi guru matematika dan bahasa Inggris saat dibutuhkan serta membantu sesama
narapidana untuk mendapatkan GED (General Education Development – semacam Ujian
Kesetaraan Paket C) mereka.

Heirens dipindahkan ke Stateville Honor Farm pada tahun 1970 dan menghabiskan lima tahun
di toko radio-tv untuk memelihara radio dan TV milik institusi serta stafnya. Heirens kembali di
pindahkan pada tahun 1975 ke Pusat Pemasyarakatan Wina, fasilitas keamanan minimum dan
terdaftar di Teknisi Medis Darurat. Dia menyelesaikan program dan bekerja di layanan
ambulans penjara untuk waktu yang singkat. Selama tujuh tahun, ia bekerja di perpustakaan
penjara, memelihara perpustakaan hukum dan membantu sesama narapidana dengan masalah
hukum mereka. Saat berada di Wina, Heirens memenuhi syarat untuk program pelepasan
sehari dan bekerja di kebun terdekat. Dan pada tahun 1998 ketika dia meninggalkan Wina ke

15
Dixon Correctional Center, Heirens memegang posisi sebagai sekretaris pendeta. Sesaat
sebelum meninggalkan Wina ke Dixon, dia sempat mengambil kursus komputer.

Namun meski jadwal kerjanya padat, Heirens bahkan mampu mendirikan program Seven Steps,
yaitu sebuah organisasi pengembangan diri bagi narapidana.

Pada saat Heirens awalnya dipenjara pada tahun 1946, penjara tidak menyediakan kursus
tingkat perguruan tinggi sehingga ia mengambil kursus korespondensi dari berbagai universitas
dengan biaya sendiri. Dan pada tahun 1972, dirinya menjadi tahanan Illinois pertama yang
menerima gelar ketika ia lulus dari Universitas Lewis dengan gelar dalam seni liberal. Dia terus
belajar setelah lulus kurang lebih selama 250 jam. Selain itu Heirens juga mengembangkan
minatnya dalam seni selama di penjara, dan akhirnya dirinya menjadi ahli dalam lukisan cat air
dan kaligrafi bahkan lukisannya memenangkan pita dalam pertunjukan seni..

Dan pada tahun 1980, Heirens kembali mengajukan pembebasan bersyarat yang kembali di
tolak. Pada tahun 1983, ketika aturan pembebasan bersyarat berubah dimana dulu pengajuan
bisa setiap tahun diajukan namun kini hanya tiap tiga tahun sekali, ayahnya meninggal. Dulu
Heirens merasa kebebasan masih berada di dalam jangkauannya namun lama-lama
semangatnya kian memudar, tampaknya dia akan menghabiskan sisa hidupnya di balik jeruji
besi.

Kemudian pada tahun 1987, adiknya yang bernama Jere meninggal. Dan pada tahun 1993,
Dewan Peninjau Illinois memberi tahu bahwa William telah memenuhi hukuman yang lebih
ringan.

Pada tahun 1995, sebuah berkas tentang Heirens tidak bersalah dalam kasus Josephine Ross,
Francess Brown dan Suzanne Degnan diperlihatkan dihadapan Dewan Peninjau Tahanan oleh
Pengacara pembela, Jed Stone dan lainnya yang terdiri dari Psikiater, pengacara, analis tulisan
tangan dan analisis sidik jari. Bahkan teman-teman Heirens ikut mempelajari setiap bukti dari

16
kasusnya, meskipun sebagian besar bukti dalam ketiga kasus tersebut telah hilang atau hancur,
dan hampir semua pelaku yang terlibat dalam penyelidikan awal telah meninggal, dan tim
Stone pun menemukan bukti yang memberatkan bahwa Heirens tidak bersalah. Setelah analisis
pengakuan, terungkap bahwa pernyataan Heirens memiliki banyak inkosistensi dengan fakta
dasar seperti lokasi, waktu, peristiwa terkait serta fakta dasar lainnya dari kasus-kasus tersebut.

Menurut Chicago Daily News, Frank San Hamel mengaku telah menemukan uang tebusan yang
ternyata adalah tipuan, sayangnya tipuan tersebut juga membantu mengirim Heirens ke
penjara. Selain itu, pesan lipstik di dinding apartemen Brown maupun di catatan tebusan
Degnan tidak cocok dengan tulisan tangan Heirens. Untuk bukti catatan tebusan Suzanne
Degnan, Tim Stone mengangkat kembali nama Richard Russel Thomas dimana waktu itu lelaki
tersebut pernah menjadi tersangka namun akhirnya di bebaskan, padahal tulisan tangan
Richard sangat jelas cocok dengan tulisan di kertas tebusan Suzanne Degnan.

Namun sayangnya petisi itu ditolak pada Januari 1999, setahun setelah ibu Heirens meninggal.

Kemudian pada tahun 2002, Heirens, melalui pengacaranya, mengajukan petisi kembali untuk
meminta grasi. Dan lagi-lagi petisi tersebut ditolak. Lalu pada tahun 2003, mantan perwira polisi
LAPD Steve Hodel, yang telah melakukan penyelidikan ekstensifnya sendiri terhadap
pembunuhan Black Dahlia yang terkenal dan kini sedang menyelidiki kejahatan yang
menyebabkan Heirens dihukum, bertemu dengan William Heirens dan menjadi yakin bahwa
Heirens tidak bersalah, sejauh ini ia menulis surat banding ke Dewan Peninjau Tahanan Illinois
namun tidak menemukan titik terang.

Di tahun-tahun terakhirnya, Heirens menderita diabetes, yang memengaruhi penglihatannya


dan membuat kakinya bengkak hingga membutuhkan kursi roda. Dan akhirnya William Heirens
meninggal pada tanggal 5 Maret 2012 di University of Illinois Medical Center pada usia 83
tahun. Secara efektif Heirens telah menjalani hukumannya secara penuh selama 65 tahun.

17
Semasa hidupnya di dalam penjara Heirens pernah mencoba bundir sebanyak 2 kali namun
keduanya gagal. Dan selama Heirens hidup, dia tidak pernah sekalipun mengaku bahwa dia
telah merenggut nyawa orang lain. Bahkan pada tahun yang sama dirinya masuk penjara, Mary
Jane Blanchard, putri dari mendiang Josephine Ross secara terbuka menyatakan keyakinannya
bahwa Heirens bukanlah pelaku dari kasus ibunya.

BREAK
PLOT 5 (PERANG SURAT KABAR)

Pada tahun 1946, dimana perang dunia 2 telah berakhir, surat kabar kehilangan berita yang
menarik untuk di isi di halaman mereka, termasuk di Chicago yang memiliki 5 surat kabar
harian. Sayangnya kematian Josephine Ross dan Francess Brown yang mengerikan tidak cukup
menarik perhatian, melainkan penculikan putri kecil dari seorang eksekutif senior dari kamar
tidur di rumah keluarganya dan juga bagaimana dia di potong-potong lah yang membuat
mereka berlomba-lomba menjadikannya berita utama. Dengan cara yang memuakkan dan
cukup ironis, kasus Suzanne Degnan serta penangkapan remaja kulit putih dari kelas menengah
William Heirens menjadi jawaban atas doa surat kabar-surat kabar tersebut.

Departemen kepolisian dan penuntutan sangat kooperatif dalam berbagi petunjuk dan
kecurigaan yang mereka miliki, mereka juga membocorkan informasi palsu untuk kemudian
dicetak sebagai fakta. Namun lama kelamaan para reporter malah bersaing dengan polisi,
bahkan kadang-kadang mereka tiba di tkp lebih dulu dan mengambil petunjuk sebelum polisi
melakukannya.

Pada tanggal 16 Juli 1946, Staff reporter Chicago Tribune, George Wright menulis sebuah artikel
tentang kasus ini berjudul "Kisah Para Waris! Bagaimana Dia Membunuh Suzanne Degnan dan 2
Wanita". Wright menulis secara detail dan mengutip "sumber yang tidak dapat disangkal" yang
mengatakan bahwa Heirens telah mengaku. Dan empat surat kabar lainnya bersaing mencetak

18
ulang pengakuan tersebut dalam publikasi mereka. Kutipan dari tulisan Wright adalah sebagai
berikut :

Ini adalah kisah tentang bagaimana William George Heirens, 17, menculik, mencekik, dan
kemudian memotong-motong Suzanne Degnan, 6 Januari lalu, dan membagikan bagian-bagian
tubuhnya di bukaan selokan di dekat rumahnya. Ini adalah kisah tentang bagaimana William
George Heirens naik ke apartemen Nona Frances Brown ... dan menembak dan menikamnya
sampai mati, dan meninggalkan pesan di dinding dengan lipstik yang memohon kepada polisi
untuk menangkapnya ... Dan itu adalah cerita tentang bagaimana William George Heirens
memasuki apartemen Ny. Josephine Ross ... dan bagaimana dia menikamnya sampai mati
ketika dia bangun.

BREAK
PLOT 6 (TERDUGA LAINNYA)

Dalam kasus Suzanne sebenarnya ada beberapa orang yang di curigai. Yang pertama adalah
Hector Verburgh yang berusia 65 tahun dan dia bekerja sebagai tukang bersih bersih dia
apartemen Suzanne tinggal. Ketika tubuh Suzanne di temukan, Hector di tangkap dengan alasan
tangannya kotor karena polisi yakin pembunuh Suzanne memiliki tangan yang kotor selain itu
dia juga sering mengunjungi ruang cuci bawah tanah. Namun Hector tidak terbukti bersalah
karena menurut coroner yang menganalisa tubuh Suzanne bahwa yang memotong tubuh gadis
tersebut mungkin saja dokter atau pemotong daging karena kemampuan memotongnya yang
sangat rapi. Lalu bukti lainnya adalah Hector yang merupakan imigran dari Belgium tidak terlalu
pintar berbahasa inggris, sehingga bagaimana dia bisa menulis surat tebusan, dan jika dilihat
dari tulisan tangannya pun tidak sama dengan tulisan catatan tebusan Degnan. Hector di
interogasi selama 2 hari, selama itu dia di siksa hingga bahunya lepas dan harus dilarikan ke
rumah sakit dan harus melakukan rawat inap selama 10 hari karena bahunya dan juga luka-luka
lainnya.

19
Setelah dia keluar dari rumah sakit dia kemudian menuntut belasan polisi yang sudah
melakukan interogasi kepadanya secara kejam. Hector juga bilang kepada wartawan
“seandainya dia di siksa lebih dari 48 jam mungkin saja dia akan mengaku atau membenarkan
apa saja perkataan polisi agar siksaan selama interogasi selesai.

Akhirnya tuntutan dimenangkan oleh Hector dan dia mendapat kompensasi sebanyak $20.000.
$15.000 untuk Hector dan $5.000 untuk istrinya. Alasan kenapa istrinya juga mendapat
kompensasi adalah ketika Hector di interogasi di kantor polisi, polisi juga mendatangi rumah
Hector dan memaksa istrinya untuk mengatakan bahwa Hectorlah yang membunuh Suzanne.

Lalu ada penyerang OPA. Saat itu Walikota Chicago Edward Kelly juga menerima catatan:

Ini untuk memberi tahu Anda betapa menyesalnya saya karena tidak mendapatkan Degnan
bukan gadisnya. Roosevelt dan OPA membuat undang-undang mereka sendiri. Mengapa saya
tidak boleh dan banyak lagi?

Pada saat itu, telah terjadi pemogokan berskala nasional di bagian pengepakan daging
sedangkan Kantor Administrasi Harga (OPA) malah berbicara tentang memperluas penjatahan
untuk produk susu. Ditambah lagi di Chicago baru saja terjadi pemenggalan kepala seorang pria
yang terlibat dengan daging pasar gelap pada waktu itu. Lalu apa hubungannya dengan
Degnan? Degnan merupakan karyawan OPA, bahkan dia adalah salah satu eksekutif senior OPA
yang baru saja dipindahkan ke Chicago. Nah kala itu eksekutif lain dari OPA selain dirinya
menugaskan penjaga bersenjata karena mereka menerima ancaman terhadap anak-anak
mereka setelah 2 kejadian tersebut. Sehingga Polisi mempertimbangkan kemungkinan
pembunuh Degnan adalah seorang pengemas daging.

20
Orang lainnya yang dicurigai adalah S. Sherman menurut bukti sebuah sapu tangan. Waktu itu
Polisi telah menemukan rambut pirang di bagian belakang gedung apartemen Degnan, dan di
dekatnya ada kabel yang diduga pihak berwenang dapat digunakan untuk mencekik serta
sebuah sapu tangan yang menurut polisi dapat digunakan untuk membungkam gadis kecil itu.
Sapu tangan itu memiliki tulisan S. Sherman, polisi kemudian menelusuri catatan yang
berhubungan dengan S. Sherman termausuk catatan militer. Mereka menemukan Sidney
Sherman, seorang marinir yang pernah bertugas di perang dunia II dan baru saja diberhentikan.
Alamatnya saat itu adalah Hyde Park YMCA, kira-kira 15 mil dari kediaman Degnan. Petugas
segera mendatangi Sherman namun ia sudah tidak berada di rumahnya bahkan dia juga
berhenti dari pekerjaannya dan tidak mengambil gaji terakhirnya. Sherman masih terus dicari
hingga empat hari kemudian mereka menemukannya di Toledo, Ohio. Dia segera di bawa untuk
di interogasi namun Sherman menyangkal bahwa sapu tangan tersebut bukan miliknya dan dia
meninggalkan tempatnya karena dia kawin lari dengan pacarnya.

Setelah beberapa penyelidikan ternyata sapu tangan tersebut milik Airman Seymour Sherman
seorang pria New York yang dia sendiri bingung bagaimana sapu tangannya bisa sampai ke
Chicago. Karena dia sendiri berada di luar negeri ketika peristiwa tersebut terjadi maka dia tidak
di anggap sebagai tersangka dan kehadiran sapu tangan itu di anggap sebagai kebetulan.

Kemudian ada Theodore Campbell dan Vincent Costello, mereka adalah remaja lokal yang
sedang berada di bawah pengawasan. Cotello memiliki riwayat pernah di hukum karena
perampokan bersenjata pada usia 16 tahun dan dia tinggal hanya beberapa blok dari keluarga
Degnan. Sedangkan Campbell mengatakan bahwa Costello telah mengaku menculik dan
melenyapkan Suzanne dan telah memaksa Campbell untuk membuat panggilan tebusan ke
Degnan. Polisi memberikan mereka pemeriksaan poligraf yang menunjukkan baik Costello
maupun Campbell tidak tahu dan tidak ada hubungannya. Mereka kemudian mengakui bahwa
mereka mendengar petugas polisi membahas rincian kasus tersebut dan muncul sebuah ide
untuk menelepon Degnan meminta uang tebusan.

21
Dan selanjutnya ada Richard Russel Thomas yang berusia 42 tahun. Beberapa bulan setelah
Suzanne meninggal, dia pindah ke Phoenix, Arizona dan tidak lama kemudian dia di penjara
karena menganiaya anak perempuannya sendiri. Sebelumnya dia juga pernah menulis surat
ancaman kepada seseorang “Jika kamu tidak memberi saya uang, saya akan menculik anak
kamu.” Seorang ahli tulisan tangan untuk Departemen Kepolisian Phoenix pertama kali
memberi tahu pihak berwenang Chicago tentang "kesamaan besar" antara tulisan tangan
Thomas dan catatan tebusan Degnan, mencatat bahwa banyak frasa yang digunakan Thomas
dalam catatan pemerasan serupa dan pelatihan medisnya sebagai seorang perawat cocok
dengan profil yang disebutkan oleh polisi. Meskipun Thomas tinggal di sisi selatan, dia sering
mengunjungi halaman mobil tepat di seberang jalan di mana lengan Suzanne Degnan
ditemukan. Saat diinterogasi oleh polisi Chicago, dia dengan gamblang mengaku telah
melenyapkan Suzanne Degnan. Namun, pihak berwenang malah tertarik dengan tersangka baru
yang tampak lebih menjanjikan yang dilaporkan ke surat kabar pada hari yang sama ketika
Thomas mengaku. Dan pada tahun 1974, Thomas meninggal di penjara di Arizona. Sayangnya
Sebagian besar interogasinya atas pembunuhan Chicago, serta catatan penjaranya, telah hilang
atau dihancurkan.

ENDING

Begitulah kisah hidup Heirens yang telah menarik perhatian banyak orang termasuk Charles
Einstein yang kemudian dia tulis menjadi sebuah novel berjudul The Bloody Spur dan
diterbitkan pada tahun 1953. Tidak hanya sebatas novel, tiga tahun kemudian tepatnya pada
tahun 1946 kisahnya di adaptasi menjadi film yang berjudul While The City Sleeps oleh Fritz
Lang. Selain itu serial TV Criminal Minds di salah satu episodenya juga mengangkat kisah ini, di
arahkan oleh Rob Hardy dan di tulis oleh Simon Merrin episode ke 22 di musim ke 4 nya ini di
beri judul The Big Whell.

22
Nah kalo menurut kalian bagaimana? Apakah Heirens benar-benar pelaku dari ketiga peristiwa
kejam tersebut? Atau malah dia adalah salah satu korban salah tangkap oleh polisi Chicago?
Dan pelaku sebenarnya adalah salah satu dari beberapa terduga lainnya? Kasih tau aku ya
gimana pendapat kalian tentang cerita ini. Semoga ada pelajaran yang bisa kita ambil dan selalu
berhati-hati ya kawan. Terimakasih sudah menonton video-video di ragam cerita dan sampai
jumpa. See ya…

23

Anda mungkin juga menyukai