Anda di halaman 1dari 2

KASUS

"Biasanya, kalau sudah lewat jam sebelas malam,mata sulit terpejam. Efeknya,
sampai pagi tidak tidur," kata Sarah, 27, yang mengalami insomnia sejak duduk di
bangku SMA. Dia menyangka, penyebabnya adalah beban pekerjaan rumah (PR)
yang menumpuk dan les tambahan menjelang tes kelulusan. Setiap hari Sarah
harus beraktivitas di sekolah sejak pukul 06.30 pagi hingga 18.30 petang.
Akibatnya, sampai di rumah sudah kelelahan.

"Jam tujuh malam saya tidur dan terbangun jam sepuluh malam. Lalu mengerjakan
PR sampai pagi. Jadi, waktu efektif tidur rata-rata hanya 3 jam. Kebiasaan ini
berlangsung lebih dari setahun. Pas kuliah, saya masih sering kesulitan tidur," ujar
penyuka sepak bola itu.

2. Sheyna, 13 tahun, memiliki orangtua yang overprotective dan sangat menuntut supaya Sheyna
mengikuti apa saja perintah yang diberikan kepadanya.

Sheyna merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara, dan hanya ia yang perempuan. Sheyna
menganggap dirinya sangat bergantung pada orangtua, ditambah lagi orangtua memperlakukan
Sheyna seperti anak kecil yang berusia di bawah usia dirinya.

Kedua kakak Sheyna sangat pembangkang bahkan kakak pertama Sheyna (18 tahun)
pernah blak-blakan mengaku kepada orangtua mereka bahwa ia telah melakukan aktivitas
seksual dengan teman di sekolah. Tentu saja, orangtua menjadi sangat marah, apalagi orangtua
sangat strict terhadap isu-isu seksual. Bahkan, orangtua selalu membahas kepada Sheyna dan
kedua kakak bahwa virginity itu harus dijaga hingga kelak menikah. Kondisi kakaknya ini
berbanding terbalik dengan Sheyna yang sangat pasif dan penurut, serta menjadi satu-satunya
anak yang dianggap baik oleh orangtuanya sehingga Sheyna dijuluki Little Miss Perfect.

Ada riwayat sakit mental di dalam keluarga Sheyna. Nenek kandung Sheyna dari pihak Ibu serta
Bibi Sheyna dari pihak Ayah sama-sama menderita depresi.

Sheyna mengalami insomnia sejak ia berusia 10 tahun. Setiap malam ia mengalami kesulitan
untuk tidur dan akhirnya mengganggu kegiatan belajar di sekolah. Nilai Sheyna sampai
mengalami penurunan yang cukup parah, sehingga orangtua memutuskan supaya Sheyna
menjalani home-schooling saja supaya Sheyna dapat mengatur waktu kapan untuk belajar.
Perilaku insomnia ini dialami Sheyna pasca pertengkaran hebat di dalam keluarga, di mana
kakak pertama Sheyna ternyata sampai menghamili temannya di sekolah. Pada saat itu, kondisi
rumah sangat panas, Ayah dan Ibu selalu bertengkar setiap ada kesempatan di pagi-siang-sore-
malam. Keadaan semakin memanas karena kakak pertama Sheyna sempat kabur dari rumah
bersama teman yang ia hamili, sehingga memicu pertengkaran antara keluarga Sheyna dengan
keluarga yang anaknya dihamili oleh kakak Sheyna tersebut. Kondisi tersebut berlangsung
hingga kurang-lebih dua bulan dan sejak itu, Sheyna sulit sekali memejamkan mata seberapa pun
dirinya mengantuk karena bayangan pertengkaran dan suasana memanas itu selalu menghantui
Sheyna. Untuk pertama kalinya, di masa sebulan itu, Sheyna mengalami ledakan emosi yang
tinggi.

Sejak saat itu, Sheyna juga semakin sering menyendiri di dalam kamar untuk menghindari
pertengkaran. Bagi Sheyna, dia menjadi lebih rileks dengan berada di dalam kamar. Dia juga
semakin bisa berpikir, mencari tahu, dan menganalisa segala hal yang ia senangi. Sheyna tertarik
dengan politik dan memiliki pemikiran tersendiri tentang politik, misalnya ia percaya bahwa
dirinya merupakan reinkarnasi dari seorang politikus Romawi di masa lalu.

Keluarga dan teman-teman Sheyna melihat Sheyna sebagai orang yang sangat rapi dan
teroganisir. Sheyna senang menuliskan apapun ide-ide yang ia miliki dan menuliskan di
buku diary, komputer, bahkan dinding kamarnya penuh dengan papernote yang ditempelkan
secara berantakan dan berisi ide-idenya tersebut. Kebanyakan ide yang Sheyna tuliskan berisi
tentang hal-hal yang selama ini dianggap tabu untuk dibicarakan di dalam keluarganya, seperti
tentang dorongan seksual dan tingkat spiritualitas. Aktivitas ini semakin menjadi-jadi saat ia
merasakan gairah luar biasa untuk melakukan sesuatu.

Selama proses pertengkaran di dalam keluarganya, Sheyna sempat mengalami depresi dan
depresi yang ia miliki semakin menjadi-jadi karena hingga saat ini Sheyna masih menderita
insomnia. Sheyna juga menderita kesulitan untuk makan dan konsentrasi. Di puncak depresinya,
Sheyna akhirnya beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri. Beruntung, Ibu selalu
menemukan Sheyna tepat waktu sehingga Sheyna masih bisa diselamatkan.

Anda mungkin juga menyukai