Anda di halaman 1dari 5

Nama : Dwi Etika Yulianti

NIM : 7311417222

Mata Kuliah : Seminar Manajemen Keuangan

Rombel : Manajemen Keuangan B 2017

Tugas : Review Artikel

Political relationships, global financing, and corporate transparency:


Evidence from Indonesia
Journal of Financial Economics 81 (2006) 411–439

Christian Leuz1, Felix Oberholzer-Gee2

The Wharton School, University of Pennsylvania, Philadelphia, PA 19104, USA 1


Harvard Business School, Harvard University, Boston, MA 02163, USA 2

Latar Belakang :

Latar Belakang dari penelitian ini adalah untuk mencari kesenjangan antar hasil dari penelitian
terdahulu. Yang mana terdapat argumen penting yang mendasari penelitian ini.

 Makalah ini berkontribusi pada literatur tentang pembiayaan global dan manfaat dari daftar
silang dengan mengembangkan model pilihan pembiayaan yang lebih lengkap (mis.,
Saudagaran, 1988; Saudagaran dan Biddle, 1995; Karolyi, 1998; Doidge et al., 2004). Fitur
yang menarik dari model ini adalah bahwa lebih mudah untuk memahami mengapa sebagian
besar perusahaan besar tidak mengakses pasar modal global walaupun kelompok perusahaan
yang didanai secara global mengalami manfaat besar.
 Studi kami juga melengkapi literatur tentang pentingnya koneksi politik dengan
mendokumentasikan bahwa ikatan politik yang erat memiliki konsekuensi penting untuk
strategi dan kinerja perusahaan (Stigler, 1971; Kroszner dan Strahan, 1999; Baron, 2001;
Faccio, 2002; Johnson dan Mitton, 2003 ; Friedman et al., 2003). Ikatan politik
mempengaruhi kinerja perusahaan dalam dua cara. Dalam jangka pendek, perusahaan dengan
koneksi dekat berkinerja buruk selama krisis keuangan Asia. Dalam jangka panjang, investasi
dalam hubungan politik berhenti membuahkan hasil karena pemerintahan yang baru dan
kurang ramah berkuasa. Investasi dalam ikatan politik, kami menyimpulkan, kecil
kemungkinannya menjadi sumber nilai jangka panjang dalam lingkungan dengan
ketidakstabilan ekonomi makro dan politik.

Tujuan :

Penelitian ini menguji koneksi politik dengan pendanaan global pada perusahaan di Indonesia pada era
Presiden Suharto.
Motivasi :

Penelitian ini meneliti hubungan antara koneksi politik dan pendanaaan global terhadap investasi dan
manfaat bersih adanya kepemilikan sekuritas asing pada perusahaan.

Diskusi :

 Alasan kenapa banyak perusahaan yang tidak mengakses pendanaan global :

1. Karena ada perusahaan yg bisa mendapatkan dana yg murah dari bank bumn, terutama
perusahaan yg punya koneksi politik yg kuat

2. Perusahaan yg memiliki koneksi politik akan memiliki biaya tambahan terkait penyesuaian
regulasi apabila mau mengakses pasar modal asing

3. Ada kekhawatiran bahwa pada saat mengakses pasar modal global, kontrol pemilik mayoritas
akan melemah yg disebabkan oleh adanya exposure dari foreign analysts maupin media asing

4. Benefit dari dana asing masing lebih rendah daripada benefit dan berbagai macam
pertimbangan yang dimiliki pada saat perusahaan itu punya koneksi politik

 Contoh keistimewaan yang didapat dengan adanya koneksi politik pada penelitian:

1. Perusahaan golden key, dimana pemiliknya adalah anak pak harto, yg mendapatkan kredit dari
Bank Pembangunan Indonesia (bumn).

2. Perusahaan barito pacific yg dibantu pada saat go public dengan mendapatkan tambahan modal
dari perusahaan pengelola dana pensiun milik negara

Hipotesis :

Koneksi politik berpengaruh negatif signifikan terhadap pendanaan asing perusahaan.

Analisis :

 Koneksi Politik

 Sekuritas Asing
Analisis Penelitian ini dengan mempelajari keputusan perusahaan untuk memiliki sekuritas asing
yang diperdagangkan secara publik. Dalam model empiris kami, manfaat bersih sekuritas asing
Yi, tergantung pada vektor karakteristik perusahaan, Xi, kedekatan dengan rezim Suharto, Ci, dan
efek tetap industri, µs.
Jika perusahaan dengan koneksi yang lebih dekat ke Suharto cenderung memiliki sekuritas asing,
kami mengamati γ < 0. Studi sebelumnya mengidentifikasi ukuran perusahaan dan tingkat ekspor
industri perusahaan sebagai statistik Ringkasan untuk variabel dalam analisis

Data dan Pemilihan Sample :

 Pemilihan sekuritas asing yang dikeluarkan oleh perusahaan Indonesia dengan mengkompilasi
data kami menggunakan database Datastream, Bloomberg, Global Access, dan SDC serta
pengajuan SEC di Edgar, daftar listing asing dari bursa saham internasional utama, dan daftar
ADR yang disediakan oleh Bank of New York dan Citibank. Penelitian ini mengidentifikasi 22
perusahaan dengan hutang dan efek ekuitas yang diperdagangkan secara publik pada 30 Juni
1997.
 Pengujian kami memerlukan laporan keuangan dan data harga saham. Kami mendapatkan data
keuangan dari database Worldscope untuk 22 perusahaan dengan sekuritas asing serta semua
perusahaan Indonesia yang tersisa yang dicakup oleh Worldscope pada tahun 1997. Pencarian ini
menghasilkan sampel dari 151 perusahaan. Kami mengumpulkan informasi keuangan dari
Direktori Pasar Modal Indonesia (1997) dan laporan tahunan perusahaan jika data keuangan yang
diperlukan tidak ada di Worldscope. Kami kehilangan 13 perusahaan karena kami tidak dapat
menemukan data harga saham di Datastream. Selain itu, kami menjatuhkan delapan perusahaan
yang tidak diperdagangkan selama periode sampel kami. Dengan demikian, sampel akhir terdiri
dari 130 perusahaan, mewakili lebih dari 80% dari kapitalisasi pasar Indonesia pada bulan
Desember 1996.
 Ukuran koneksi politik kami didasarkan pada Fisman (2001). Studinya menunjukkan bahwa
perusahaan yang dekat dengan Soeharto menderita pengembalian negatif ketika berita buruk
tentang kesehatan Presiden menghantam pasar saham. Berdasarkan hasil ini koneksi politik
menggunakan proksi dengan menghitung untuk masing-masing perusahaan pengembalian saham
kumulatif atas enam peristiwa berita terkait kesehatan yang diidentifikasi oleh Fisman (2001).
Hari acara adalah 30 Januari - 1 Februari 1995; 27 April 1995; 29 April 1996; 4–9 Juli 1996; 26
Juli 1996; dan 1-3 April 1997.3 Pengembalian kumulatif rata-rata 4,6% dan menunjukkan variasi
cross-sectional yang cukup besar. Beberapa perusahaan kehilangan lebih dari 20% dari nilainya
selama enam peristiwa ini. Kami mengalikan hasil kumulatif dengan 1 sehingga realisasi yang
lebih besar menunjukkan kedekatan yang lebih besar dengan Soeharto.
 Ukuran koneksi politik :
1. closeness to suharto (dilihat dari rata2 kinerja sama pada hari2 suharto sakit)
2. cloness to suharto (dilihat dari rata2 return saham perusahaan pada hari2 menjelang
pengunduran diri suharto)
3. perusahaan yg dimiliki oleh kerabat suharto dan bumn (diberi nilai 1 karena dianggap memiliki
kedekatan dengan suharto, perusahana yg tidak dimiliki oleh kerabat suharto dan non bumn diberi
nilai 0). Pada 1 dan 2 diukur dengan event study sedangkan nomer 3 diukur dengan dummy
apabila pada perusahaan terdapat komisaris atau direksi yg dekat dengan rezim tertentu, dan
apabila perusahaan tersebut adalah bumn.

Metode Penelitian :
Tabel melaporkan sarana dan standar deviasi (dalam tanda kurung) untuk sampel dari 130
perusahaan Indonesia dan subsampel dari 22 perusahaan dengan sekuritas ekuitas asing yang
diperdagangkan secara publik pada Juni 1997 dan sekuritas utang luar negeri yang jatuh tempo pada atau
setelah 1996. '' Kedekatan dengan Suharto '' adalah pengembalian stok log selama enam peristiwa berita
yang mengindikasikan bahwa Presiden Suharto dalam kondisi kesehatan yang buruk, dikalikan dengan –
1. ‘‘ Kedekatan dengan Suharto (pengunduran diri) ’adalah pengembalian stok log sebelum dan pada saat
pengunduran diri Suharto (5/12 / 1998–5 / 21/1998), dikalikan dengan –1. ‘‘ Milik keluarga Soeharto atau
BUMN ’adalah variabel biner yang sama dengan variabel jika Soeharto, istrinya, atau anak-anak mereka
adalah pemilik penting, atau jika perusahaan itu milik negara. Variabel juga dikodekan sebagai satu jika
perusahaan lain dalam dataset kami, yang sendiri dimiliki oleh keluarga Suharto, terdaftar sebagai pemilik
penting. Informasi tentang tujuh pemilik paling penting berasal dari Direktori Pasar Modal Indonesia dan
dari Worldscope. Karakteristik perusahaan diukur pada akhir tahun fiskal 1996. ‘‘ ROA ’adalah rasio
pendapatan operasional terhadap total aset. ‘‘ Intensitas modal ’adalah rasio aset tetap terhadap total aset.
‘Leverage Leverage keuangan’ adalah rasio utang jangka panjang terhadap total aset. ‘‘ Usia ’adalah
jumlah tahun sejak pendirian perusahaan. ‘‘ Kebutuhan pembiayaan eksternal ’adalah tingkat
pertumbuhan aset aktual perusahaan dikurangi tingkat pertumbuhan maksimum yang dapat dibiayai jika
perusahaan hanya mengandalkan sumber daya internalnya dan mempertahankan dividennya, seperti yang
disarankan oleh Demirgu ¨ c Kunt dan Maksimovic (2002). ‘‘ Direktur Utama ’menunjukkan apakah
kepala (CEO) dari dewan direktur adalah orang Cina (¼ 1). ‘‘ Volatilitas ’adalah standar deviasi dari
pengembalian saham mingguan selama tahun 1996.‘ returns Pengembalian sebelum krisis ’dan‘ returns
Pengembalian krisis ’adalah pengembalian stok log tahunan untuk periode-periode yang ditunjukkan
dalam tabel. ‘‘ Hari-hari dengan berita buruk dari Hong Kong (Singapura) ’adalah pengembalian
kumulatif pada lima hari perdagangan terburuk untuk Indeks Hang Seng (Strait Times Index) antara
Januari 1995 dan April 1997.

Hasil Empiris :

 Pada penelitian ini menemukan bahwa perusahaan dengan koneksi politik yang kuat cenderung
memiliki sekuritas asing yang diperdagangkan secara publik. Akibatnya, estimasi konsekuensi
kinerja pembiayaan luar negeri sangat berat sebelah jika adanya pengaturan nilai domestik seperti
hubungan politik diabaikan. Koneksi ini tidak hanya mengubah strategi pembiayaan perusahaan,
tetapi juga memengaruhi kinerja jangka panjang.
 Penelitian ini juga Melacak pengembalian di beberapa rezim yang menunjukkan bahwa
perusahaan mengalami kesulitan membangun kembali koneksi dengan pemerintah baru ketika
pelindung mereka jatuh dari kekuasaan, menyebabkan perusahaan-perusahaan yang terkait erat
untuk berkinerja buruk di bawah rezim baru dan kemudian meningkatkan pembiayaan asing
mereka.

Kesimpulan :

 koneksi politik sebagai contoh pengaturan domestik yang mengurangi manfaat pembiayaan
global. Hasil pertama kami menunjukkan bahwa perusahaan yang terhubung dengan baik lebih
kecil kemungkinannya untuk memiliki utang publik atau sekuritas ekuitas di luar negeri,
menunjukkan bahwa koneksi dan pembiayaan global adalah pengganti. Kami juga memberikan
bukti berbasis pengembalian bahwa perusahaan memperoleh manfaat signifikan dari sekuritas
asing dan koneksi politik sebelum dan selama krisis Asia. Untuk alasan ini, penting untuk
mempertimbangkan pengaturan domestik, seperti koneksi politik, ketika memperkirakan manfaat
kinerja dari pembiayaan global.
 Ada tiga penjelasan untuk temuan kami. Pertama, perusahaan yang terhubung dengan baik
memiliki akses ke pembiayaan preferensial di dalam negeri dan oleh karena itu tidak perlu
mengakses pasar modal asing. Kedua, perusahaan dengan ikatan politik tidak menyukai
transparansi dan pengawasan yang datang dengan sekuritas yang diperdagangkan secara publik.
Ketiga, sekuritas asing mempersulit orang dalam untuk mengambil manfaat kontrol swasta.
Meskipun mekanisme yang tepat tidak menjadi pusat penelitian dan kesimpulan kami, kami
membuat satu upaya untuk menjelaskan beberapa pertanyaan tentang apakah konsekuensi
transparansi dari sekuritas asing berperan dalam temuan kami. Kami menunjukkan bahwa
perusahaan-perusahaan Indonesia yang memiliki hubungan dekat dengan rezim Suharto memiliki
kemungkinan yang sama dengan perusahaan-perusahaan yang tidak terhubung untuk mengatur
sekuritas asing secara pribadi, yang memungkinkan akses ke pasar modal global tetapi tidak
datang dengan pengawasan luar yang sama seperti sekuritas yang diperdagangkan secara publik.
Dengan demikian, perbedaan antara sekuritas swasta dan publik tampaknya penting. Sementara
temuan ini bukan penjelasan lengkap tentang mengapa perusahaan yang terhubung cenderung
memiliki sekuritas asing, itu konsisten dengan pandangan bahwa konsekuensi informasi dari
sekuritas yang diperdagangkan publik memainkan peran dalam perdagangan yang
didokumentasikan antara koneksi politik dan pembiayaan asing.
 Kesimpulan kedua berkaitan dengan penelitian pada perusahaan yang beroperasi dalam sistem
ekonomi berbasis hubungan. Literatur yang berkembang menyelidiki efek kinerja dari
mengadopsi strategi perusahaan yang konsisten dengan model keuangan lengan panjang Anglo-
Saxon. Dalam banyak analisis ini, perusahaan yang mengejar strategi berbasis pasar
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak. Namun, untuk membuat kesimpulan empiris yang
valid, penting untuk menyadari bahwa keputusan ini cenderung ditentukan secara endogen.
Dalam ekonomi berbasis hubungan, perusahaan dengan koneksi lemah (mis., Dengan rezim
politik atau bank) memiliki insentif terkuat untuk mengandalkan transaksi berbasis pasar. Kecuali
jika ini diperhitungkan, perdebatan tentang kinerja dan efek penilaian dari transparansi
perusahaan yang lebih besar dan tata kelola yang lebih baik kemungkinan besar akan mendapat
informasi yang salah.

Pertanyaan :

1. Apakah metode penelitian yang digunnakan dalam menganalisa pengaruh koneksi politik dengan
pendanaan asing?

2. Mengapa banyak perusahaan yang tidak tertarik untuk mengakses pendanaan global?

3. Apa proksi yang digunakan sebagai ukuran koneksi politik pada penelitian ini?

Anda mungkin juga menyukai