Anda di halaman 1dari 104

Nama : Adhi Winarko

NIM : 15101237
Program Pendidikan : STRATA–1
Program Studi : Manajemen
Judul : Pengaruh dan Perkembangan Underpricing
Saham Setelah 1 Hari, 3 Bulan, dan 1 Tahun IPO
Tanggal Lulus :

Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing

Faizah Syihab, S.E., M. Sc. Fin.


Tanggal

Mengetahui
Kepala Program Studi Manajemen

ii
Budi Suryowati, SE., MM.
Tanggal

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dan perkembangan kondisi

underpricing saham setelah 1 hari, 3 bulan, dan 1 tahun melakukan IPO. Metode

analisis data yang digunakan adalah regresi berganda 3 titik waktu. Jenis data

yang digunakan adalah data sekunder dengan jumlah sampel sebanyak 125

perusahaan dalam periode 2006-2017. Hasil penelitian adalah variable persentase

saham yang ditawarkan ke publik, financial leverage, dan nilai penawaran saham

berpengaruh signifikan terhadap kondisi underpricing. Semakin tinggi persentase

saham yang ditawarkan ke publik, maka semakin banyak investor yang membeli

berarti saham cenderung mengalami kondisi underpricing. Oleh karena itu, jika

persentase saham ditawarkan ke publik naik 1% maka underpricing akan

meningkat sebesar 0.539%. Semakin tinggi financial leverage, maka semakin

tinggi keuntungan yang didapatkan perusahaan dan meningkatkan minat investor

sehingga saham cenderung akan mengalami kondisi underpricing. Jika financial

leverage naik 1% maka underpricing akan meningkat sebesar 0.227%. Nilai

penawaran saham berpengaruh signifikan dan negatif terhadap 3 titik waktu

penelitian. Manfaat penelitian ini untuk memahami karateristik perusahaan yang

melakukan penawaran perdana yang akan mengalami underpricing.

Kata kunci:, Saham, Underpricing, Titik Waktu dan Regresi Berganda

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat

dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisian skripsi ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Manajemen di Universitas Trilogi.

Peneliti menyadari bahwa tanpa doa, bimbingan, dan dukungan penuh dari semua

pihak yang telah bersedia untuk membantu peneliti menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Suharjito dan Ibu Yuni Heri Astuti selaku kedua orang tua yang selalu

memberikan doa dan dukungan penuh yang peneliti butuhkan selama penulisan

skripsi ini dari awal hingga selesai.

2. Ibu Faizah Syihab, S.E., M.Sc. Fin. selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan yang sangat membantu

peneliti dalam penulisan dan pembahasan sehingga penelitian skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

3. Ibu Dewi Kuntari S., S.E., M.M., M.BUS. selaku dosen penguji yang telah

meluangkan waktunya untuk menguji serta memberikan masukan kepada peneliti.

iv
4. Ibu Ati Harianti, S.E., MBA. selaku dosen manajemen yang telah memberikan

waktu dan membantu memberikan masukan tentang penelitian dalam skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan karyawan Universitas Trilogi yang telah membantu dengan

sabar dan melayani secara baik dalam segala hal selama perkuliahan.

6. Maria Callista, Jason, Dea Ivana, Dhea Rizky Aprilla, dan Fachri Fahmi selaku

teman terdekat yang selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk

menyelesaikan skripsi ini.

7. Keluarga BEM 2018 yang telah bersama-sama memberikan kesan,

meningkatkan relasi serta belajar berorganisasi dan memberikan motivasi kepada

peneliti untuk menyelesaikan skripsi.

8. Teman-teman Manajemen Angkatan 2015 yang telah bersama-sama menuntut

ilmu hingga kurang lebih empat tahun kuliah di Universitas Trilogi.

9. Semua pihak internal ataupun eksternal yang telah membantu dalam penulisan

skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Akhir kata peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan dari semua pihak yang membantu penyusunan skripsi ini hingga selesai.

Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bukan hanya untuk peneliti tetapi

dapat bermanfaat untuk semua pihak.

Jakarta, Februari 2019

v
Peneliti

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Semakin berkembangnya persaingan bisnis antar berbagai perusahaan di

segala sektor. Hal tersebut akan mengakibatkan perusahaan berusaha untuk

mencari modal tambahan untuk mengembangkan bisnisnya, supaya tidak kalah

bersaing dengan perusahaan yang lainnya. Perusahaan dapat memperoleh modal

tambahan tersebut dari dua pihak yaitu internal perusahaan dan eksternal

perusahaan. Sumber dana internal biasanya didapatkan dari laba yang ditahan.

Sedangkan sumber dana eksternal yaitu hutang dan penjualan saham. Penjualan

saham merupakan opsi terakhir dikarenakan memiliki risiko yang besar dibanding

yang lainnya. Perusahaan yang akan menjual saham perdana harus melalui proses

penawaran umum perdana atau yang biasa disebut IPO.

1
2

Penawaran umum perdana (IPO) merupakan suatu kegiatan perusahaan

untuk menawarkan saham pertama kali kepada masyarakat umum berdasarkan

tata cara yang diatur oleh undang-undang dan peraturan lainnya. Dana yang

diperoleh melalui penawaran umum perdana dapat digunakan oleh perusahaan

Jumlah Perusahaan Underpricing


30

25

20
Persentase

15

10

0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun

untuk berbagai kegiatan. Tambunan (2013) menyatakan bahwa pada umumnya

perusahaan memiliki tiga hal dari hasil penawaran umum perdana yaitu ekspansi

usaha, membayar hutang, dan modal kerja. Dalam penjualan saham perdana yang

paling sulit adalah menetapkan harga yang tidak merugikan kedua pihak, baik

underwriter atau emiten. Dampak dari penetapan harga ini terkadang beberapa

perusahaan mengalami kondisi underpricing.

Gambar 1.1 Jumlah Perusahaan Underpricing Sektor Non Keuangan 2006-2017

Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa jumlah perusahaan sektor

non keuangan yang mengalami underpricing dari tahun 2006-2017 bergerak

secara fluktuatif. Kondisi ini terjadi karena adanya perbedaan harga saat

penawaran saham dan penutupan. Perbedaan harga ini disebabkan oleh kondisi

2
3

perusahaan, kemudahan mendapatkan informasi dan tingginya ketertarikan

investor yang akan membeli saham tersebut sehingga menyebabkan saham dengan

kondisi yang baik dan informasi perusahaan yang mudah untuk didapatkan

semakin cenderung saham tersebut mengalami kondisi underpricing.

Financial leverage yang tinggi menunjukkan kondisi perusahaan yang

kurang baik dalam jangka panjang. Dengan kinerja perusahaan yang baik maka

akan memberikan sinyal positif yang nantinya dapat menarik minat investor

sehingga saham tersebut akan mengalami underpricing. Tetapi jika tidak diikuti

kinerja perusahaan maka hasilnya akan sebaliknya. Menurut penelitian yang

dilakukan Pahlevi (2014), financial leverage memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap underpricing saham.

Persentase saham ditawarkan ke publik dapat dijadikan salah satu penentu

keputusan investor ketika ingin membeli saham. Calon investor relatif lebih

memilih jumlah saham yang ditawarkan cukup banyak. Kondisi tersebut membuat

minat beli investor akan naik terhadap saham tersebut dikarenakan semakin

banyak saham ditawarkan mengindikasikan perusahaan dalam kondisi baik dan

saham tersebut cenderung mengalami underpricing. Dalam penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Yustisia dan Roza (2012) tingkat persentase saham yang

ditawarkan ke publik tidak berpengaruh terhadap kondisi underpricing saham

perusahaan tersebut. Tetapi dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurfauziah dan

Safitri (2013) menunjukkan berpengaruh signifikan antara presentase saham yang

ditawarkan ke publik dan tingkat underpricing.

3
4

Semakin baik underwriter yang dipilih maka sinyal yang diberikan oleh

emiten terhadap investor menjadi positif, nantinya sinyal ini akan mendorong

minat investor untuk membeli saham tersebut sehingga saham dengan reputasi

underwriter yang baik cenderung mengalami underpricing. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Eliezer dan Adityawarman (2017) bahwa reputasi underwriter

secara signifikan berpengaruh terhadap tingkat underpricing saham. Berbeda

halnya yang dilakukan oleh Wahyusari (2013) yang menghasilkan kesimpulan

bahwa tingkat reputasi underwriter tidak berpengaruh terhadap kondisi

underpricing saham.

Semakin tinggi EPS memberikan sinyal positif untuk investor bahwa

perusahaan mampu menghasilkan laba secara baik sehingga dengan EPS yang

tinggi dapat menarik minat investor untuk membeli saham tersebut. Dengan minat

beli yang tinggi maka saham tersebut cenderung akan mengalami underpricing.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Emilia, Lucky, dan Roy

(2008) menyatakan bahwa EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap

underpricing.

Nilai penawaran saham memberikan informasi mengenai kebutuhan dana

perusahaan. Kebutuhan dana yang besar dapat dijadikan sinyal positif bahwa

nantinya prospek perusahaan kedepannya akan baik, sehingga dengan nilai

penawaran saham yang tinggi akan menarik minat investor sehingga saham

tersebut akan cenderung underpricing. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh

Emilia, Lucky, dan Roy (2008) dan didapatkan hasil hubungan nilai penawaran

saham yang signifikan terhadap underpricing saham.

4
5

Ukuran Perusahaan dapat dijadikan sinyal positif bagi perusahaan yang

akan IPO dengan ukuran perusahaan yang besar maka informasi yang didapatkan

investor akan semakin mudah dan semakin mudah informasi akan menarik minat

investor sehingga saham yang dijual cenderung akan mengalami underpricing.

Penelitian yang dilakukan Pahlevi (2014) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan

mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap underpricing. Namun

penelitian yang dilakukan Aini (2013) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan

tidak mempunyai pengaruh terhadap underpricing.

Dalam hal ini perusahaan sektor non keuangan sangat rawan untuk

mengalami kondisi underpricing dibandingkan dengan sektor keuangan.

Dikarenakan kurangnya kontrol yang ketat dari instansi pemerintah terkait, beda

halnya dengan sektor keuangan segalanya telah diatur dan diawasi oleh pihak

pengawas keuangan dalam hal ini Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan

(OJK).

Kondisi underpricing ditandai dengan anomali yang menyebabkan suatu

saham yang diperdagangkan di pasar perdana mengalami underpricing. Terdapat

tiga macam anomali yang menyebabkan terjadinya underpricing. Anomali yang

pertama biasanya terdampak setelah 1 hari IPO dilakukan yaitu penurunan harga

saham setelah saham IPO diperdagangkan di pasar modal. Fenomena inilah yang

dikenal dengan underpricing atau positive initial return. Underpricing terjadi

karena harga IPO yang ditetapkan terlalu rendah, sebab harga yang terjadi di pasar

sekunder telah mencerminkan harga dalam kondisi keseimbangan. Anomali yang

kedua adalah penurunan harga saham atau kinerja perusahaan yang telah

5
6

menerbitkan saham dalam jangka panjang, sering disebut sebagai long-term

underperformance. Untuk anomali ketiga adalah hot and cold market. Menurut

Roy Sembel (1996), hot issue menjelaskan penawaran saham dengan initial return

diatas rata-rata. Penjelasan tentang fenomena hot IPO terjadi karena berdasarkan

teori signaling perusahaan akan mengalami hot market ketika terjadi ekspetasi

laba perusahaan yang meningkat. Dengan adanya ekspektasi laba meningkat ini,

maka akan menimbulkan tindakan irrational yang akan dilakukan oleh investor

yaitu terlalu optimis terhadap perusahaan IPO yang memiliki ekspektasi laba baik

dan nantinya akan menjadi penyebab terjadinya hot IPO dan mengalami

underperformance jangka panjang.

Dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nurfauziah dan Ratna

(2013), Pahlevi (2014), dan Eliezer dan Adityawarman (2017) penelitian tersebut

hanya meneliti variabel Financial Leverage, Persentase Saham Ditawarkan ke

Publik, Reputasi Underwriter, dan Ukuran Perusahaan. Sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh Emilia, Lucky, dan Roy (2008) meneliti variabel Nilai

Penawaran Saham dan Earnings Per Share/Harga IPO dengan menambahkan 2

titik waktu pengamatan yaitu 1 hari dan 1 bulan setelah perusahaan melakukan

IPO. Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan variabel

yang telah digunakan sebelumnya ditambah pengamatan terhadap titik waktu 3

bulan dimana dalam kondisi tersebut perusahaan pertama kali mengeluarkan

laporan keuangan setelah IPO, maka penelitian ini diberikan judul “Pengaruh

dan Perkembangan Initial Return Saham Setelah 1 Hari, 3 Bulan, dan 1

Tahun IPO ”.

6
7

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah masing-masing variabel independen berikut Financial Leverage,

Persentase Saham Ditawarkan ke Publik, Reputasi Underwriter, Earning

per Share/Harga IPO, Nilai Penawaran Saham, dan Ukuran Perusahaan

akan berpengaruh secara parsial terhadap Kondisi Underpricing pada

waktu 1 hari, 3 bulan, dan 1 tahun setelah IPO periode 2006-2017?

2. Apakah keseluruhan variabel independen berikut Financial Leverage,

Persentase Saham Ditawarkan ke Publik, Reputasi Underwriter, Earning

per Share/Harga IPO, Nilai Penawaran Saham, dan Ukuran Perusahaan

akan berpengaruh secara simultan terhadap Kondisi Underpricing pada

waktu 1 hari, 3 bulan, dan 1 tahun setelah IPO periode 2006-2017?

3. Titik waktu manakah yang paling terkena dampak dari anomali yang

terjadi setelah perusahaan melakukan IPO dalam 3 titik waktu yaitu 1 hari,

3bulan, dan 1 tahun setelah IPO?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari melakukan penelitian diatas adalah untuk:

1. Untuk mengetahui pengaruh Financial Leverage, Persentase Saham

Ditawarkan ke Publik, Reputasi Underwriter, Earning per Share/Harga

IPO, Nilai Penawaran Saham, dan Ukuran Perusahaan secara parsial

terhadap Kondisi Underpricing pada waktu 1 hari, 3 bulan, dan 1 tahun

setelah IPO periode 2006-2017.

7
8

2. Untuk mengetahui pengaruh Financial Leverage, Persentase Saham

Ditawarkan ke Publik, Reputasi Underwriter, Earning per Share/Harga

IPO, Nilai Penawaran Saham, dan Ukuran Perusahaan secara simultan

terhadap Kondisi Underpricing pada waktu 1 hari, 3 bulan, dan 1 tahun

setelah IPO periode 2006-2017.

3. Untuk mengetahui titik waktu yang terkena dampak dari anomali yang

terjadi setelah perusahaan melakukan IPO.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dibuat dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi

pihak-pihak terkait antara lain:

1.4.1 Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pemahaman tentang variabel yang berhubungan

dan mempengaruhi kondisi underpricing pada perusahaan sektor non keuangan

dan mempelajari alat analisis yang dibutuhkan untuk mengukur kondisi

underpricing perusahaan.

1.4.2 Bagi Perusahaan

Dapat memberikan saran bagi perusahaan yang ingin melakukan

penawaran saham perdana (IPO) supaya dapat terhindar dengan kondisi

underpricing. Dengan cara memperhatikan anomali yang biasanya terjadi setelah

perusahaan melakukan IPO. Selain itu perusahaan diharapkan lebih

8
9

memperhatikan tentang laporan keuangan dan informasi yang dikeluarkan

sebelum melakukan IPO.

1.4.3 Bagi Investor

Menambah wawasan dan pemahaman tentang karateristik perusahaan yang

melakukan penawaran perdana dan akan mengalami underpricing. Selain itu

diharapkan dalam pengambilan keputusan investasi tidak hanya melihat aspek

keuangan perusahaan tersebut tetapi harus melihat informasi lainnya yang terkait

dengan perusahaan tersebut.

1.5 Pembatasan Masalah

Untuk penelitian ini digunakan batasan masalah dengan tujuan lebih

mengakuratkan sampel yang digunakan dengan populasi perusahaan. Penelitian

ini membuat batasan masalah sebagai berikut:

1. Perusahaan yang digunakan dalam sampel berjumlah 125 perusahaan.

2. Perusahaan yang digunakan tergolong perusahaan sektor non keuangan

yang memiliki laporan keuangan yang lengkap.

3. Perusahaan yang digunakan mengalami kondisi underpricing dalam

jangka waktu 2006-2017.

4. Variabel dependen yang digunakan adalah kondisi underpricing,

sedangkan variabel independen yang digunakan adalah financial leverage,

persentase saham yang ditawarkan ke publik, reputasi underwriter,

earning per share/harga IPO, nilai penawaran saham dan ukuran

perusahaan.

9
10

5. Penelitian menggunakan regresi berganda dengan 3 titik waktu yaitu 1

hari, 3 bulan, dan 1 tahun.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Data Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Data

kuantitatif sendiri yaitu fakta atau keterangan yang dinyatakan dalam bentuk

bilangan atau skala numerik (angka). Jenis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data sekunder yang berbentuk data laporan keuangan perusahaan sektor

non keuangan yang baru melakukan IPO saham dari tahun 2006-2017.

1.6.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data prospektus

dan data laporan keuangan yang telah tercatat di website resmi BEI www.idx.com

dan juga situs idnfinancial.co.id dan situs pendukung lainnya. Data tersebut

merupakan data sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain,

serta diolah sedemikian rupa. Sehingga hasil akhirnya berupa prospektus dan

laporan keuangan tahunan. Prospektus yang digunakan adalah data perusahaan

yang memulai IPO di tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013,

2014, 2015, 2016, dan 2017. Serta untuk laporan keuangan yang dipakai adalah

pada akhir pembukuan 31 Desember 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012,

2013, 2014, 2015, 2016, dan 2017. Hal tersebut dikarenakan untuk akhir tahun

laporan keuangan sudah diaudit. Selain itu untuk data lainnya yang dibutuhkan

akan diambil di situs yang terkait dengan saham.

10
11

1.6.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi pada

penelitian ini adalah perusahaan yang baru terdaftar atau listing di Bursa Efek

Indonesia mulai tahun 2006 sampai tahun 2017 dari berbagai sektor.

Menurut Sugiono, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel adalah sebagian saja dari seluruh

jumlah populasi, yang diambil dari populasi dengan cara sedemikian rupa

sehingga dapat dianggap mewakili seluruh anggota populasi. Pengambilan sampel

pada penelitian ini adalah menggunakan metode purposive sampling, yaitu

metode pemilihan sampel yang mengacu dengan mengumpulkan sampel sesuai

dengan kriteria yang diperlukan dalam penelitian ini. Kriteria yang harus dipenuhi

sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan yang baru melakukan IPO dalam periode waktu 2006-2017.

2. Perusahaan yang masih tetap berada di Bursa Efek Indonesia dalam jangka

waktu yang akan diteliti.

3. Perusahaan yang termasuk kedalam sektor non keuangan.

4. Perusahaan yang mengeluarkan prospektus.

5. Perusahaan yang mengalami kondisi underpricing dalam jangka waktu

2006-2017.

1.6.4 Metode Penelitian

11
12

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

regresi berganda dengan 3 titik waktu pengamatan, yaitu: 1 hari, 3 bulan, dan 1

tahun setelah perusahaan melakukan IPO. Adapun sebelum melakukan uji regresi

terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk menghindar dari masalah

normalitas dan multikolinearitas.

1.7 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang dan penjelasan variabel yang digunakan dalam

penelitian, maka dibuat suatu kerangka pemikiran sebagai berikut yang

menggambarkan hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen

(Y) sebagai berikut:

Financial Leverage
(FL_X1)

Presentase Saham
Ditawarkan ke
Publik (FFL_X2)

Reputasi
Underwriter
(RUDW_X3) Kondisi
Underpricing
Earning Per Share/ Saham (UND_Y)
Harga IPO
(EPSP_X4)

Nilai Penawaran
Saham (NPS_X5)

Ukuran
Perusahaan
(SIZE_X6)

12
13

Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian dalam latar belakang terhadap variabel yang

digunakan, maka dalam penelitian ini dapat diperoleh hipotesa penelitian sebagai

berikut :

H1: Variabel Financial Leverage secara parsial berpengaruh terhadap kondisi

underpricing saham.

H2: Variabel Presentase Saham ditawarkan ke Publik secara parsial berpengaruh

terhadap kondisi underpricing saham.

H3: Variabel Reputasi Underwriter secara parsial berpengaruh terhadap kondisi

underpricing saham

H4: Variabel Earning per Share/ harga IPO secara parsial berpengaruh terhadap

kondisi underpricing saham.

H5: Variabel Nilai Penawaran Saham secara parsial berpengaruh terhadap kondisi

underpricing saham.

H6: Variabel Ukuran Perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap kondisi

underpricing saham.

H7: Variabel Financial Leverage, Presentase Saham ditawarkan ke Publik,

Reputasi Underwriter, Earning per Share/harga IPO, Nilai Penawaran

Saham, dan Ukuran Perusahaan secara stimultan berpengaruh terhadap

kondisi underpricing saham.

13
14

1.8 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara garis besar dari penelitian ini dan

disusun secara sistematis, maka dalam sistematika penulisan ini akan diuraikan

sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Pembatasan Masalah, Kerangka Pemikiran

serta Hipotesa Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II Landasan Teori

Bab ini berisi landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini seperti

teori asimetris informasi, teori signaling, kemudian terdapat tinjauan pustaka

tentang pengertian variabel yang digunakan yaitu Financial Leverage, Persentase

Saham Ditawarkan ke Publik, Reputasi Underwriter, Earning per Share/Harga

IPO, Nilai Penawaran Saham, dan Ukuran Perusahaan serta penelitian terdahulu

dan kerangka pemikiran.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan objek penelitian, jenis dan sumber data, sampel,

identifikasi dan pengukuran variabel, pengujian asumsi klasik (uji normalitas dan

uji multikolinearitas), analisa regresi berganda, koefisien determinasi, uji F atau

uji global dan uji t atau uji parsial.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

14
15

Bab ini menjelaskan mengenai deskripsi objek penelitian, analisa

deskriptif, prosedur pengolahan data, uji asumsi klasik (uji normalitas dan uji

multikolinearitas), analisa regresi berganda, koefisien determinasi, uji F atau uji

global dan uji t atau uji parsial dan interpretasi regresi.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini memaparkan kesimpulan, dan saran untuk penelitian yang akan

dilakukan selanjutnya berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya.

15
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu telah banyak dilakukan penelitian-penelitian serupa

sebagai bahan perbandingan peneliti dalam meninjau masalah yang diteliti.

Berikut ini ringkasan penelitian terdahulu:

Emilia, Lucky, dan Roy (2008) mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi initial return dalam 1 hari, 1 bulan, dan 1 tahun setelah IPO.

Metode penelitian ini menggunakan uji regresi berganda dengan sampel sebanyak

92 perusahaan. Penelitian ini menggunakan 5 variabel independen yaitu: Reputasi

Auditor, Reputasi Underwriter, Earning Per Share/Harga IPO, Nilai Penawaran

Saham, dan Persentase Saham Ditawarkan ke Publik dengan variabel dependen

yaitu Underpricing. Hasil penelitian menunjukkan hanya variabel nilai penawaran

saham saja yang berpengaruh signifikan dan negatif terhadap initial return satu

hari dan return satu bulan. Kemudian untuk model regresi return 1 tahun hanya

return satu bulan berpengaruh signifikan dan positif terhadap return satu tahun

sesudah IPO.

Reza Widhar Pahlevi (2014) menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi underpricing saham pada penawaran saham perdana di Bursa Efek

Indonesia. Metode penelitian ini menggunakan uji regresi berganda dengan

sampel perusahaan yang mengalami underpricing periode 2000-2012. Penelitian

ini menggunakan 10 variabel independen yaitu: Reputasi Auditor, Reputasi

15
16

Underwriter, Financial Leverage, ROA, NPM, CR, Ukuran Perusahaan, Umur

Perusahaan, Jenis Industri dan Persentase Saham Ditawarkan ke Publik dengan

variabel dependen yaitu Underpricing. Hasil analisis data didapatkan pengujian

secara parsial menunjukkan variabel Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor,

Persentase Saham yang ditawarkan ke Publik, dan Jenis Industri tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap Underpricing, Variabel Financial Leverage

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Underpricing. Sedangkan Variabel

Profitabilitas (ROA), Profitabilitas (NPM), Current Ratio, Ukuran Perusahaan,

dan Umur Perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Underpricing

saham pada penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia.

Ridho Purba (2013) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

underpricing perusahaan yang go-public di Bursa Efek Indonesia. Metode

penelitian ini menggunakan uji regresi berganda dengan sampel perusahaan yang

mengalami underpricing periode 2011-2012. Penelitian ini menggunakan 5

variabel independen yaitu: umur perusahaan, ukuran perusahaan, EPS, NPM dan

DER dengan variabel dependen yaitu Underpricing. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Umur Perusahaan, EPS, dan NPM tidak berpengaruh

signifikan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan publik di Bursa Efek

Indonesia. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat

underpricing pada perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia. DER berpengaruh

positif signifikan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan publik di Bursa

Efek Indonesia.

16
17

Nurfauziah dan Safitri (2013) mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi underpricing. Metode penelitian ini menggunakan uji regresi

berganda dengan sampel sebanyak 42 perusahaan. Penelitian ini menggunakan 2

variabel independen yaitu: Reputasi Auditor dan Reputasi Underwriter, serta

variabel kontrol yaitu: Umur Perusahaan, Profitabilitas Perusahaan dan Persentase

Saham Ditawarkan ke Publik dengan variabel dependen yaitu Underpricing. Hasil

penelitian dari 42 perusahaan yang mengalami underpricing menunjukkan tidak

ada pengaruh reputasi underwriter dan reputasi auditor baik secara individual

maupun bersama sama terhadap underpricing dan dari variabel kontrol yang

digunakan hanya variabel presentase saham yang ditawarkan ke publik yang

berpengaruh terhadap underpricing.

Gusti Ayu dan I Made Pande (2017) mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi underpricing perusahaan yang melakukan IPO. Metode penelitian

ini menggunakan uji regresi berganda dengan sampel sebanyak 69 perusahaan.

Penelitian ini menggunakan 6 variabel independen yaitu: Ukuran Perusahaan,

Financial Leverage, Reputasi Underwriter, Reputasi KAP, Tujuan Penggunaan

Dana dan Persentase Saham Pemilik Lama dengan variabel dependen yaitu

Underpricing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan serta

financial leverage berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing, sedangkan

reputasi underwriter, reputasi KAP, persentase saham pemilik lama serta tujuan

penggunaan dana tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.

Aini (2013) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

underpricing perusahaan yang melakukan IPO. Metode penelitian ini

17
18

menggunakan uji regresi berganda dengan sampel sebanyak 78 perusahaan.

Penelitian ini menggunakan 6 variabel independen yaitu: Reputasi Auditor, DER,

ROE, Ukuran Perusahaan, Usia Perusahaan, Reputasi Underwriter, dan

Penggunaan Dana IPO dengan variabel dependen yaitu Underpricing. Hasil

penelitian ini menunjukkan variabel reputasi auditor memiliki pengaruh negatif

terhadap underpricing. Variabel DER, ROE, ukuran perusahaan, usia perusahaan,

reputasi underwriter, dan penggunaan dana IPO untuk investasi tidak

memengaruhi underpricing.

Anggelia, Rustam, dan Sri (2015) mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi underpricing perusahaan yang melakukan IPO. Metode penelitian

ini menggunakan uji regresi berganda dengan sampel sebanyak 42 perusahaan.

Penelitian ini menggunakan 5 variabel independen yaitu: Reputasi Underwriter,

Reputasi Auditor, Usia Perusahaan, Persentase Penawaran Saham, dan Jenis

Industri dengan variabel dependen yaitu Underpricing. Hasil penelitian

menunjukkan secara bersama reputasi underwriter, reputasi auditor, usia

perusahaan, persentase penawaran saham, dan jenis industri tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing. Secara parsial, hanya

variabel reputasi auditor yang memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap

underpricing. Reputasi underwriter, umur perusahaan, persentase penawaran

saham dan jenis industri tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing.

Eliezer dan Adityawarman (2017) mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi underpricing perusahaan yang melakukan IPO. Metode penelitian

ini menggunakan uji regresi berganda dengan sampel sebanyak 61 perusahaan.

18
19

Penelitian ini menggunakan 3 variabel independen yaitu: Reputasi Underwriter,

Reputasi Auditor, dan Presentase Free Float dengan variabel dependen yaitu

Underpricing. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel

reputasi auditor dan variabel reputasi underwriter berpengaruh signifikan dan

negatif terhadap tingkat underpricing. Sedangkan persentase variabel free float

tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Secara bersamaan,

variabel reputasi auditor, variabel reputasi underwriter, dan persentase free float

berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing.

2.2 Teori yang Digunakan

2.2.1 Teori Asimetris Informasi

Dalam suatu perusahaan baik perusahaan besar atau kecil yang akan

melakukan penawaran saham perdana sering terjadi adanya perbedaan informasi

antara manajer perusahaan dan calon investor. Manajer perusahaan dalam hal ini

memiliki informasi yang lengkap dan akurat tentang perusahaan tersebut,

sedangkan calon investor hanya memiliki informasi sedikit tentang perusahaan

yang akan diinvestasikan. Investor hanya dapat merepresentasikan perusahaan

dari laporan keuangan apakah perusahaan tersebut baik atau tidak. Tetapi, manajer

lebih mengetahui secara mendalam tentang berbagai hal yang berkaitan dengan

kondisi perusahaan.

Menurut Scott (2000) terdapat dua macam jenis asimetris informasi yang

biasa terjadi antara investor dan manajer perusahaan, yaitu : Adverse Selection

kondisi dimana manajer memiliki informasi tentang keadaan dan prospek

19
20

perusahaan dibandingkan investor atau pihak luar. Dalam hal ini, fakta perusahaan

yang dapat mempengaruhi keputusan investor biasanya tidak akan dipublikasikan

kepada investor atau pihak luar. Sedangkan jenis asimetris informasi yang lainnya

adalah Moral Hazard yaitu kondisi ketika manajer dapat melakukan hal yang sulit

diketahui oleh investor, hal ini biasanya terjadi dalam perusahaan skala besar dan

menengah yang kepemilikannya sudah terpisah antara manajer dan pemilik

perusahaan itu sendiri.

Dalam kaitannya dengan kondisi underpricing saham terhadap asimetris

informasi yaitu semakin besar skala perusahaan akan menyebabkan semakin besar

asimetris informasi yang terjadi sehingga tingkat underpricing saham nantinya

akan semakin besar.

2.2.2 Teori Signaling

Perusahaan yang akan melakukan penawaran saham perdana biasanya

akan memberikan sinyal positif atau baik kepada investor. Hal tersebut merupakan

unsur penting bagi investor yang akan menanamkan modalnya di suatu

perusahaan. Apabila sinyal yang diberikan positif, manajer berharap terjadi reaksi

pasar yang positif terhadap saham perusahaan tersebut.

Menurut Grinblatt dan Hwang (1989) dalam Alteza (2010) menjelaskan

bahwa sebagian besar informasi mengenai prospek perusahaan kedepannya hanya

diketahui oleh pihak internal perusahaan itu sendiri. Dengan adanya asimetris

informasi antar manajer dengan investor, maka perusahaan dalam hal ini manajer

akan berupaya untuk memberikan sinyal baik kepada pihak luar. Informasi

20
21

tentang perusahaan tersebut biasanya tercermin dalam laporan keuangan yang

dipublikasikan oleh perusahaan. Semakin baik suatu manajemen dalam

memberikan informasi kepada pihak luar, maka akan semakin memperkecil

tingkat underpricing yang akan didapatkan oleh perusahaan ketika melakukan

penawaran saham perdana.

2.3 Variabel Operasional

2.3.1 Pengertian Financial Leverage

Financial Leverage adalah kondisi dimana perusahaan akan membayar

kewajiban yang dimilikinya dengan modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan.

Menurut Pahlevi (2014) besarnya financial leverage perusahaan akan

menunjukkan semakin besarnya risiko financial atau risiko kegagalan perusahaan

untuk mengembalikan pinjamannya sehingga dapat mempengaruhi penetapan

harga saham yang wajar pada saat IPO.

Menurut Pahlevi (2014) dalam perhitungannya financial leverage yaitu

total kewajiban yang merupakan total dari kewajiban jangka pendek ditambah

kewajiban jangka panjang dibagi dengan total modal sendiri yang dimilik

perusahaan tersebut, dapat dirumuskan sebagai berikut :

Total Hutang
FL = …………………………………………………………
Total Modal Sendiri

(1.1)

2.3.2 Presentase Saham Ditawarkan ke Publik

21
22

Menurut Eliezer dan Adityawarman (2017), persentase dari jumlah saham

perusahaan yang ditawarkan kepada publik pada saat penawaran umum perdana

dilaksanakan adalah gambaran dari jumlah saham yang ditawarkan dan akan

diperoleh publik dari total saham yang dikeluarkan oleh perusahaan. Dengan kata

lain saham yang ditawarkan ke publik adalah saham pemilik lama yang dilepas

untuk mendapatkan dana tambahan dari pihak luar perusahaan. Informasi ini

mendeskripsikan seberapa besar bagian dari modal ditempatkan dan disetor yang

akan dimiliki oleh investor. Menurut Dita (2013), proporsi saham yang

ditawarkan ke publik dapat menunjukkan aliran informasi antar pemegang saham

utama dan calon investor. Dalam kondisi asimetris informasi antar investor, calon

emiten akan dengan sengaja mengungkapkan presentase saham ditawarkan ke

publik dalam prospektus yang diterbitkan untuk memberikan sinyal positif dan

dapat menggerakkan investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Semakin

besar presentase saham ditawarkan ke publik, maka saham perusahaan memiliki

potensi untuk likuid ketika diperdagangkan di bursa efek. Semakin likuid saham,

maka semakin mudah saham tersebut untuk diperjual-belikan dikarenakan akan

lebih dipercaya oleh calon investor. Calon investor relatif lebih memiliki

preferensi terhadap saham yang diterbitkan dengan nilai cukup besar dan jumlah

saham yang ditawarkan kepada publik cukup banyak, sehingga diharapkan saham

tersebut akan aktif diperdagangkan di pasar sekunder. Tahun 2016 pihak BEI

melakukan perubahan peraturan yang tertuang dalam Kep-00001/BEI/01-2014

dengan menetapkan batas minimum untuk proporsi saham ditawarkan ke publik

sebesar 7,5% sehingga akan meningkatkan nilai likuiditas dari saham tersebut.

22
23

` Hal ini akan mengurangi nilai pasar perusahaan yang tidak pasti sekaligus

juga dapat meningkatkan minat calon investor untuk membeli saham perusahaan

tersebut yang ditawarkan di pasar sekunder. Calon investor yang berminat akan

merespon dengan menyatakan minat beli (bid) di harga batas atas saat book

building berlangsung. Banyaknya minat beli di harga batas atas akan membawa

kemungkinan untuk saham tersebut akan memiliki harga penawaran saham

perdana yang cukup tinggi. Dengan demikian, tingkat underpricing diduga akan

menjadi lebih rendah. Untuk menentukan presentase saham yang akan ditawarkan

ke publik dalam Nurfauziah dan Safitri (2013), dapat digunakan rumus sebagai

berikut :

Jumlah Saham yang dijual ke Publik


PPS =
Jumlah Saham y ang diterbitkan oleh Perusahaan

…………………………….(1.2)

2.3.3 Reputasi Underwriter

Underwriter adalah pihak yang pertama kali dihubungi oleh pihak emiten

ketika ingin menjual sahamnya di pasar sekunder. Fungsinya adalah untuk

menawarkan saham yang dimiliki oleh emiten di pasar perdana. Dalam perjanjian

antar emiten dan underwriter terdapat dua jenis yaitu kontrak penjaminan

kesanggupan penuh yang artinya dengan kesanggupan penuh underwriter menjual

sahamnya jika tidak terjual sepenuhnya saham tersebut, maka underwriter

bertanggung jawab menanggung sisa saham yang tidak terjual. Sedangkan untuk

perjanjian yang bersifat kesanggupan terbaik (best effort) artinya pihak

underwriter berusaha untuk menawarkan atau menjual saham milik emiten

23
24

dengan sebaik-baiknya, jika tidak terjual sepenuhnya underwriter tidak

bertanggung jawab untuk menanggung biaya atau harga saham tersebut.

Reputasi underwriter sendiri merupakan suatu hal yang akan dijadikan

pertimbangan oleh investor ketika akan memutuskan untuk membeli saham baru.

Underwriter yang belum memiliki reputasi baik biasanya akan mempengaruhi

tinggi rendahnya harga saham yang akan dijual. Menurut (Jogiyanto, 2015), pada

umumnya underwriter memiliki tiga fungsi yaitu sebagai pemberi saran kepada

perusahaan yang akan menjual sahamnya, sebagai penjamin penjualan saham

perdana dan bersedia membeli sisa sekuritas yang tidak terjual, dan sebagai

pemasar saham kepada investor. Karena terdapat asimetris informasi di

perusahaan, maka diperlukan underwriter yang memiliki reputasi tinggi. Hal

tersebut dikarenakan semakin tinggi reputasi underwriter semakin berkurang

ketidakpastian informasi yang didapatkan oleh investor. Selain itu, underwriter

dengan reputasi yang tinggi dapat mengurangi terjadinya kondisi underpricing

saham yang akan dijual oleh perusahaan tersebut. Menurut Eliezer dan

Adityawarman (2017) untuk menentukan reputasi underwriter dalam hal ini

digunakan variable dummy yaitu pemberian nilai “1” untuk underwriter yang

berada di peringkat 10 besar underwriter berdasarkan total nilai transaksinya.

Pemberian nilai “0” apabila underwriter berada diluar peringkat 10 besar

underwriter berdasarkan total nilai transaksinya. Untuk mendapatkan peringkat

underwriter didapatkan dari laporan ringkasan keuangan bulanan pada bagian “20

most brokerage by total value”

2.3.4 Earning Per Share/Harga IPO

24
25

Variabel earning per share merupakan hasil dari laba per lembar saham

perusahaan yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai

bagian keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan

memiliki suatu saham. Hasil empiris menunjukan bahwa semakin tinggi EPS,

semakin tinggi pula harga saham. Menurut Emilia, Lucky, dan Roy (2008)

earnings per share mencerminkan informasi mengenai kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan arus kas yang baik di masa yang akan datang yang pada

akhirnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan. Dalam penghitungan EPS

dalam penelitian Emilia, Lucky, dan Roy (2008) nilai laba bersih dibagi dengan

jumlah saham yang beredar dan dibagi kembali dengan harga IPO saham, rumus

tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Laba Bersih
EPSP = Saham yang Beredar ……………………………………….(1.3)
Harga IPO

2.3.5 Nilai Penawaran Saham

Nilai Penawaran Saham atau yang biasa dikenal sebagai proceed adalah

skala penawaran saham pada saat IPO atau hasil yang diterima dari penawaran

saham. Menurut Sarah dan Nadia (2014) dalam penelitian Ardiansyah (2004) nilai

penawaran saham melalui IPO ini akan menyebabkan membaiknya prospek

perusahaan yang terjadi karena ekspansi atau investasi yang akan dilakukan atas

hasil IPO.

Nilai Penawaran Saham dapat dihitung dengan rumus yang terdapat dalam

Emilia dkk (2008) dan Ardiansyah (2004) yaitu harga penawaran (offer price)

25
26

dikali dengan jumlah lembar saham yang diterbitkan (shares) kemudian di log

agar nilainya tidak terlalu bias atau terlalu besar. Untuk rumusnya dapat dituliskan

sebagai berikut:

NPS = log (Offer Price x Shares)………………………………………………..

(1.4)

Keterangan : Offer Price = Harga Penawaran

Shares = Jumlah Lembar Saham yang Diterbitkan

2.3.6 Ukuran Perusahaan

Ukuran Perusahaan adalah salah satu indikator yang digunakan oleh

investor dalam menentukan keputusan dalam membeli saham suatu perusahaan.

Ukuran Perusahaan dapat dianalisis melalui laporan keuangan, tolak ukur yang

digunakan adalah total aktiva. Investor dapat berasumsi bahwa total aktiva

nantinya dapat dipergunakan untuk menambah penghasilan emiten dan

selanjutnya dapat digunakan untuk memenuhi kewajibannya, maka risiko

ketidakpastian ataupun kendala ekonomi perusahaan di masa datang dapat

diperkecil sehingga dapat mengurangi tingkat keraguan investor dalam melakukan

investasi.

Dalam penelitian Pahlevi (2014) dalam penghitungan ukuran perusahaan

mengambil angka dari laporan keuangan ataupun prospektus yang dikeluarkan

oleh perusahaan sebelum melakukan IPO yaitu berupa total aktiva yang kemudian

26
27

dilakukan logaritma natural (Ln). Hal tersebut digunakan untuk menghindari bias

dari angka yang dihasilkan dari total aktiva tersebut. Untuk rumusnya dapat

digambarkan sebagai berikut :

SIZE = Ln (Total Aktiva)………………………………………………………

(1.5)

2.3.7 Underpricing Saham

Perusahaan yang melakukan penjualan saham perdana di Bursa Efek

Indonesia adalah perusahaan yang ingin melakukan ekspansi usaha ataupun

menjaga stabilitas keuangan perusahaan tetapi terbentur oleh modal yang dimiliki

perusahaan tersebut. Penjualan saham di pasar modal merupakan salah satu cara

yang dapat digunakan perusahaan untuk mendapatkan modal dari investor

lainnya. Investor juga perlu memperhatikan risiko dan kemungkinan keuntungan

yang akan didapatkannya. Tingkat keuntungan pada manajemen investasi disebut

return, suatu yang wajar ketika investor dalam menanamkan modalnya

mengharapkan return tertentu dari dana yang telah diinvestasikan.

Menurut Yolana dan Martani (2005) dalam Pahlevi (2014) underpricing

adalah selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham di

pasar perdana atau saat IPO. Underpricing disebabkan oleh perbedaan

kepentingan dari pihak-pihak yang terkait dalam penawaran saham perdana.

Kondisi underpricing tidak menguntungkan bagi perusahaan karena dana yang

diperoleh dari penjualan saham tidak maksimum. Selain dana yang diperoleh

tidak maksimum alasan lainnya emiten dirugikan jika terjadi kondisi underpricing

27
28

saham karena perusahaan dinilai lebih rendah dari nilai yang sesungguhnya

(Pahlevi,2014). Dalam penelitian ini merujuk kepada Pahlevi (2014) dalam

menentukan kondisi underpricing saham digunakan rumus initial return seperti

berikut :

P t− P
UDP = o
……………………………………..………………………..........
Po

(1.6)

Keterangan: Pt = Harga Saham Penutupan (Closing Price)

Po = Harga Saham Penawaran (Offering Price)

28
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu bagian dalam penelitian ini yang berisi

tentang jenis data, sumber data, metode yang digunakan dalam penelitian ini, dan

analisis data yang dapat menunjukkan hubungan antar variabel dependen dengan

variabel independen.

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian terdiri dari tujuh variabel yaitu variabel dependen dan

variabel independen. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel independen dalam penelitian ini adalah Kondisi Underpricing.

Sedangkan variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel

dependen, dalam penelitian ini terdiri dari Financial Leverage, Persentase Saham

Ditawarkan ke Publik, Reputasi Underwriter, Nilai Penawaran Saham, Earning

Per Share/Harga IPO, dan Ukuran Perusahaan. Subjek penelitian ini adalah

perusahaan sektor keuangan yang mengalami underpricing periode 2006-2017.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa data prospektus

dan data laporan keuangan yang telah tercatat di website resmi BEI

(www.idx.com) dan juga situs idnfinancial.co.id dan situs pendukung lainnya.

Data tersebut merupakan data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh

pihak lain serta diolah sedemikian rupa. Data tersebut adalah data berupa laporan

keuangan dan prospektus dari perusahaan sektor non keuangan yang mengalami

28
29

kondisi underpricing. Periode laporan keuangan dan prospektus yang digunakan

dari tahun 2006-2017.

3.3 Sampel

Menurut Sugiono (2012:73), sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel adalah sebagian saja

dari seluruh jumlah populasi, yang diambil dari populasi dengan cara sedemikian

rupa sehingga dapat dianggap mewakili seluruh anggota populasi. Pengambilan

sampel pada penelitian ini adalah menggunakan metode purposive sampling, yaitu

metode pemilihan sampel yang mengacu dengan mengumpulkan sampel sesuai

dengan kriteria yang diperlukan dalam penelitian ini. Kriteria yang harus dipenuhi

sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Perusahaan yang baru melakukan IPO dalam periode waktu 2006-2017.

2. Perusahaan yang masih tetap berada di Bursa Efek Indonesia dalam jangka

waktu yang akan diteliti.

3. Perusahaan yang termasuk kedalam sektor non keuangan.

4. Perusahaan yang mengeluarkan prospektus.

5. Perusahaan yang mengalami kondisi underpricing dalam jangka waktu

2006-2017.

Berdasarkan kriteria yang telah disebutkan, maka dalam penelitian ini

ditentukan jumlah sampel yang akan digunakan sebanyak 125 sampel perusahaan

(Lampiran 1) yang melakukan IPO dalam kurun waktu 2006-2017.

29
30

3.4 Identifikasi dan Pengukuran Variabel

3.4.1 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2009: 13), pengertian variabel penelitian adalah segala

sesuatu yang berbentuk data apapun yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari,

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik

kesimpulannya. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel dependen

dan variabel independen:

a. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau dijelaskan oleh

variabel bebasnya (independen). Dalam penelitian ini digunakan variabel

dependen berupa kondisi underpricing.

b. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang akan mempengaruhi atau

menjelaskan variabel dependen dalam penelitian ini. Variabel independen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Financial Leverage, Persentase Saham

Ditawarkan ke Publik, Reputasi Underwriter, Nilai Penawaran Saham, Earning

per Share/Harga IPO, dan Ukuran Perusahaan.

3.4.2 Definisi Operasional Variabel

Berikut akan dijelaskan mengenai definisi operasional variabel yang akan

digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

30
31

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel


Jenis
Definisi Rumus
Variabel
Financial Menurut Pahlevi (2014)
Leverage Financial leverage adalah
(FL_X1) rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan Total Hutang
dalam membayar Total Modal Sendiri
hutangnya dengan modal
yang dimilikinya. Rasio
Financial Leverage
Persentase Menurut Nurfauziah dan
Saham Safitiri (2013) Presentase
Ditawarkan saham yang ditawarkan ke
ke Publik publik yaitu suatu
(FFL_X2) perbandingan antara jumlah Jumlah sahamdijual ke Publik
saham yang ditawarkan ke Jumlah saham diterbitkan Perusahaan
publik oleh suatu
perusahaan dengan jumlah
saham yang diterbitkan
oleh perusahaan tersebut.
Reputasi Menurut Eliezer dan
Underwriter Adityawarman (2017)
(RUDW_X3) underwriter mempunyai
peran penting untuk
membantu calon emiten,
di antaranya adalah
mempersiapkan
prospektus, memasarkan
saham, menetapkan harga nilai “1” untuk underwriter yang
penawaran perdana saham berada di peringkat 10 besar
berdasarkan kesepakatan underwriter
bersama perusahaan, nilai “0” apabila underwriter
menawarkan dan menjual berada diluar peringkat 10 besar
saham kepada calon underwriter
investor, sekaligus
menjamin penjualan
saham perdana tersebut.
Dari hal tersebut
kemudian dapat
ditentukan underwriter
tersebut tergolong baik
atau tidak.
Earnings Menurut Emilia, Lucky, Laba Bersih
Per dan Roy (2008) EPSP Saham yang Beredar
Share/Harga merupakan perbandingan Harga IPO

31
32

Jenis
Definisi Rumus
Variabel
IPO antara laba bersih dan
(EPSP_X4) jumlah saham yang
beredar dibandingkan lagi
dengan harga penawaran
(offering price). EPS
menggambarkan jumlah
rupiah yang diperoleh
untuk setiap lembar saham
biasa.
Nilai Menurut Emilia, Lucky,
Penawaran dan Roy (2008) Nilai
Saham penawaran saham yaitu
(NPS_X5) hasil perkalian antara
jumlah lembar saham
yang ditawarkan pada saat
IPO dengan harga log (Offer Price x Shares)
penawaran. Nilai
Penawaran Saham sering
disebut proceeds
menunjukkan besarnya
skala penawaran saham
pada saat IPO.
Ukuran Menurut Pahlevi (2014)
Perusahaan Ukuran perusahaan
(SIZE_X6) menggambarkan besar
kecilnya suatu
perusahaan. Besar
kecilnya perusahaan dapat
Ln (Total Aktiva)
ditinjau dari lapangan
usaha yang dijalankan.
Penentuan besar kecilnya
skala perusahaan dapat
ditentukan berdasarkan
total aktiva.
Kondisi Menurut Aini (2013)
Underpricin Underpricing terjadi
g (UND) karena harga saham IPO
yang ditetapkan terlalu P t− P o

rendah, sebab harga yang Po


terjadi di pasar sekunder
telah mencerminkan harga
dalam kondisi
keseimbangan (full
information). Penetapan

32
33

Jenis
Definisi Rumus
Variabel
harga saham perdana yang
rendah diakibatkan karena
adanya kepentingan yang
berbeda antara emiten dan
underwriter dalam
mengadakan kesepakatan
dalam menentukan harga
perdana saham.

3.5 Analisis Regresi Berganda

Analisa regresi berganda dapat mendefinisikan hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen yang terdapat dalam suatu penelitian. Adapun

dalam penelitian ini digunakan 3 model regresi yang nantinya akan menunjukkan

hubungan antar variabel independen dan variabel dependen dari 3 kurun waktu

yaitu 1 hari, 3 bulan, dan 1 tahun setelah perusahaan melakukan penjualan

perdana saham (IPO). Persamaan regresi berganda yang terbentuk adalah sebagai

berikut

1. Persamaan Regresi Berganda 1 hari Setelah IPO

R1Hi.t = α +b1 FLt + b2 PPS t +b3 RUDW t +b 4 EPSPt + b5 NPS t +b6 ¿ ¿ t+ ε t ¿

……………………………………………………………………(1.7)

2. Persamaan Regresi Berganda 3 bulan Setelah IPO

R3Bi.t = α +b1 FLt + b2 PPS t +b3 RUDW t +b 4 EPSPt + b5 NPS t +b6 ¿ ¿ t+ ε t ¿

……………………………………………………………………(1.8)

3. Persamaan Regresi Berganda 12 bulan Setelah IPO

R1Ti.t = α +b1 FLt + b2 PPS t +b3 RUDW t +b 4 EPSPt + b5 NPS t +b6 ¿ ¿ t+ ε t ¿

……………………………………………………………………(1.9)

33
34

Keterangan :

a : konstanta

b : koefisien variabel 1,…..,6

FL : Financial Leverage

FFL : (Persentase Saham yang ditawarkan ke publik)

RUDW : Reputasi Underwriter

EPSP : Earning Per Share/ Harga IPO

NPS : Nilai Penawaran Saham

SIZE : Ukuran Perusahaan

ε : residu

i.t : sampel dan periode penelitian

3.6 Pengujian Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik adalah suatu uji yang harus dilakukan terlebih dahulu

sebelum variabel yang terdapat dalam penelitian ini diuji regresi linier berganda.

Masalah asumsi klasik yang dimiliki oleh variabel yang akan diteliti nantinya

dapat mempengaruhi hasil yang akan diteliti. Dalam penelitian ini digunakan uji

normalitas, dan multikolinearitas.

3.6.1 Uji Normalitas

Sebelum dilanjutkan uji regresi, perlu untuk diketahui apakah data yang

digunakan dalam penelitian sudah terdistribusi secara normal atau belum. Dengan

berdasarkan Teorema Nilai Pusat (The Central Limit Theorem), jika banyaknya

34
35

data lebih dari 30 (n >30), maka data yang digunakan sudah terdistribusi secara

normal. Dalam teorema nilai pusat diasumsikan jika data yang digunakan dalam

penelitian lebih besar dari 30 maka sudah dianggap data berdistribusi normal.

3.6.2 Uji Multikolinearitas

Dalam model regresi linier majemuk menggunakan beberapa variabel

bebas yang menyebabkan berpeluangnya variabel-variabel bebas tersebut saling

berkorelasi. Hal ini bisa menyebabkan model yang digunakan tidak tepat.

Variabel dalam penelitian yang mengalami multikolinearitas biasanya memiliki

hubungan korelasi perfect atau r nya mendekati 1. Multikolinearitas biasanya

terjadi pada data yang bersifat time series. Menurut Gujarati (2003), jika korelasi

antara kedua variabel independen melebihi 0,8 maka terdapat masalah

multikolinearitas. Jika ada variabel independen yang terkena multikolinearitas

maka variabel tersebut harus dikeluarkan dari model penelitian (Ghozali, 2001).

3.7 Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi adalah persentase yang dapat menunjukkan

seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya.

Koefisien determinasi juga sering disebut R-Squared atau R2. Hasil koefisien

determinasi dapat dilihat dalam table model summary. Nilai R2 yang baik

digunakan untuk penelitian adalah lebih besar dari 80%. Jika angka R2 tidak

sampai dengan ketentuan minimal, maka dapat diperbaiki dengan menambahkan

variabel penelitian. Nilai R2 yang dikecil juga dapat diperoleh jika variabel diluar

35
36

penelitian lebih kuat mempengaruhi penelitian dibandingkan variabel yang

digunakan dalam penelitian tersebut.

3.8 Uji Signifikasi (Uji F atau Uji Simultan)

Uji Global adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah variabel

independen (X) yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama dapat

mempengaruhi variabel dependen (Y). Dalam uji Global ini digunakan uji-F

untuk menentukan hubungan variabel X dan Y. Adapun hipotesa dari uji Global

sebagai berikut;

H0: Variabel Financial Leverage, Presentase Free Float, Reputasi Underwriter,

Earning Per Share/ Harga IPO, Nilai Penawaran Saham, dan Ukuran

Perusahaan tidak dapat menjelaskan/ tidak berpengaruh terhadap

Underpricing saham.

H1: Variabel Financial Leverage, Presentase Free Float, Reputasi Underwriter,

Earning Per Share/ Harga IPO, Nilai Penawaran Saham, dan Ukuran

Perusaahaan dapat menjelaskan/ berpengaruh terhadap Underpricing saham.

Adapun aturan penolakan untuk uji Global adalah sebagai berikut

 H0 diterima jika p-value pada kolom sig. > α

 H0 ditolak jika p-value pada kolom sig < α

3.9 Uji Signifikasi (Uji t atau Uji Parsial)

36
37

Uji Parsial adalah uji yang digunakan untuk mengetahui pengaruh

yang ditimbulkan antara variabel X dan variabel Y secara individu atau

terpisah. Adapun aturan penolakan untuk uji Parsial adalah sebagai berikut

 H0 diterima jika p-value pada kolom sig. > α

 H0 ditolak jika p-value pada kolom sig < α

Sedangkan untuk hipotesa yang akan diuji dalam uji parsial ini adalah

sebagai berikut:

H01: Variabel Financial Leverage tidak berpengaruh terhadap Underpricing

saham.

H11: Variabel Financial Leverage berpengaruh terhadap Underpricing saham.

H02: Variabel Presentase Saham Ditawarkan ke Publik tidak berpengaruh

terhadap Underpricing saham.

H12: Variabel Presentase Saham ditawarkan ke Publik secara parsial berpengaruh

terhadap kondisi underpricing saham.

H03: Variabel Reputasi Underwriter tidak berpengaruh terhadap Underpricing

saham.

H13: Variabel Reputasi Underwriter berpengaruh terhadap Underpricing saham.

37
38

H04: Variabel Earning Per Share/Harga IPO tidak berpengaruh terhadap

Underpricing saham.

H14: Variabel Earning Per Share/ Harga IPO berpengaruh terhadap Underpricing

saham.

H05: Variabel Nilai Penawaran Saham tidak berpengaruh terhadap Underpricing

saham.

H15: Variabel Nilai Penawaran Saham berpengaruh terhadap Underpricing saham.

H06: Variabel Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap Underpricing

saham.

H16: Variabel Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Underpricing saham.

38
39

39
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang hubungan antara variabel

Financial Leverage, Presentase Saham Ditawarkan ke Publik, Reputasi

Underwriter, Earnings Per Share/Harga IPO, Nilai Penawaran Saham, dan

Ukuran Perusahaan terhadap kondisi Underpricing Saham Sektor Non-Keuangan

yang diamati dengan 3 titik waktu yaitu; 1 hari, 3 bulan, dan 1 tahun dalam

periode waktu 2006-2017.

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang

melakukan IPO selama kurun waktu 2006-2017 dan mengalami kondisi

underpricing. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 125 perusahaan

dari sektor non-keuangan. Sampel tersebut diambil menggunakan metode

purposive sampling yaitu cara pemilihan sampel yang didasarkan atas tujuan dan

pertimbangan tertentu. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini

berjumlah 125 sampel.

Tabel 4.1 Penentuan Sampel Penelitian


No Keterangan Total
1 Perusahaan IPO 2006-2017 248
2 Perusahaan delisting (5)
3 Perusahaan sektor keuangan (34)
4 Perusahaan yang tidak mengeluarkan prospektus (28)
5 Perusahaan mengalami overpricing (56)
Sampel yang digunakan 125
Sumber: data diolah, 2019

Tabel 4.2 Ikhtisar Jumlah Sampel Berdasarkan Tahun

39
40

No Tahun Penelitian Jumlah Perusahaan


1 2006 4
2 2007 12
3 2008 9
4 2009 5
5 2010 15
6 2011 11
7 2012 9
8 2013 9
9 2014 9
10 2015 7
11 2016 12
12 2017 23
Sumber: data diolah, 2019

4.2 Analisa Deskriptif

Berikut ini tingkat underpricing yang dialami oleh beberapa perusahaan

sektornon-keuangan yang melakukan IPO selama kurun waktu 2006-2017:

Saham Underpricing 2006- Saham Underpricing 2012-


2008 2014
4000
3000 8000
2000 4000
1000
0 0
EL RO A S N AP L SA ES M DO S S LE TO LY TL CA PII LI NT IA O S S
BT CP DEW PT CS COW EL PD TRA AL MB TE AL NE HO NR A BA CI MD ALD MB

Offering Price Closing Price Offering Price Closing Price

Gambar 4.1 Tingkat Underpricing di Indonesia Tahun 2006-2017


Saham Underpricing 2009- Saham Underpricing 2015-
2011 2017
8000 8000
4000 4000
0 0
I I
IO S A PP LD VA IG IDI JA PR DO S S AS MLP AG I AS A HIP MP CM APB OW PS S OD
TR DS PT GO BU TB M BA SU AL MB M
D M O S CA IP M M P
W
O

Offering Price Closing Price Offering Price Closing Price

40
Berdasarkan gambar 4.1 diatas menunjukkan bahwa tingkat underpricing

mengalami kondisi fluktuatif dari tahun 2006-2017 dan mengalami kondisi

underpricing. Kondisi ini terjadi karena adanya perbedaan harga saat penawaran

saham dan penutupan. Perbedaan harga ini disebabkan oleh kondisi perusahaan,

kemudahan mendapatkan informasi dan tingginya ketertarikan investor yang akan

membeli saham tersebut sehingga menyebabkan saham dengan kondisi yang baik

dan informasi perusahaan yang mudah untuk didapatkan semakin cenderung

saham tersebut mengalami kondisi underpricing.

Dalam hal ini perusahaan sektor non keuangan sangat rawan untuk

mengalami kondisi underpricing dibandingkan dengan sektor keuangan.

Dikarenakan kurangnya kontrol yang ketat dari instansi pemerintah terkait, beda

halnya dengan sektor keuangan segalanya telah diatur dan diawasi oleh pihak

pengawas keuangan dalam hal ini Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan

(OJK).

4.3 Prosedur Pengolahan Data

Prosedur pengolahan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mengkonversikan data-data yang diperoleh dari laporan keuangan

kedalam variabel yang akan digunakan sebagai variabel bebas dengan

menggunakan software Microsoft Excel untuk tiap-tiap tahun selama

periode penelitian, yaitu sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2017.

41
42

2. Kemudian dilakukan analisis analisis regresi berganda dengan

menggunakan software SPSS versi 24. Dalam meregresikan variabel-

variabel penelitian, semua variabel bebas dimasukkan kedalam model

secara bersamaan agar dapat melihat bagaimana kontribusi masing-masing

variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat.

Setelah diperoleh output atau hasil pengolahan data, maka selanjutnya

akan dilakukan analisis regresi dari output tersebut. Kemudian dibuatlah

kesimpulan-kesimpulan dan saran dari analisis yang telah dilakukan. Untuk

pengujian regresi dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali pengujian regresi

dengan 3 titik waktu berbeda. Pengulangan uji regresi tersebut dilakukan dengan

tujuan untuk melihat pengaruh dan perkembangan saham yang melakukan IPO

dalam kurun waktu 2006-2017 dengan berdasarkan 3 titik waktu pengamatan

yaitu 1 hari setelah IPO, 3 bulan setelah IPO, dan 1 tahun setelah IPO dilakukan.

Dalam penelitian ini digunakan 3 titik waktu dengan alasan terdapat tiga

macam anomali yang menyebabkan terjadinya underpricing. Anomali yang

pertama biasanya terdampak setelah 1 hari IPO dilakukan yaitu penurunan harga

saham setelah saham IPO diperdagangkan di pasar modal. Anomali yang kedua

adalah penurunan harga saham atau kinerja perusahaan yang telah menerbitkan

saham dalam jangka panjang, sering disebut sebagai long-term underperformance.

Untuk anomali ketiga adalah hot and cold market. Menurut Roy Sembel (1996),

hot issue menjelaskan penawaran saham dengan initial return diatas rata-rata.

Penjelasan tentang fenomena hot IPO salah satunya terjadi berdasarkan teori

signaling dimana perusahaan akan mengalami hot market ketika terjadi ekspetasi

42
43

laba perusahaan yang meningkat. Dengan adanya ekspektasi laba meningkat ini

maka akan menimbulkan tindakan irrational yang akan dilakukan oleh investor

yaitu terlalu optimis terhadap perusahaan IPO yang memiliki ekspektasi laba baik

dan nantinya akan menjadi penyebab terjadinya hot IPO dan mengalami

underperformance jangka panjang.

4.4 Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik adalah suatu uji yang harus dilakukan terlebih dahulu

sebelum variabel yang terdapat dalam penelitian ini diuji secara regresi linier

berganda. Masalah asumsi klasik yang dimiliki oleh variabel yang akan diteliti

nantinya dapat mempengaruhi dari hasil regresi yang akan diteliti. Dalam

penelitian ini digunakan uji normalitas, dan multikolinearitas.

4.4.1 Uji Normalitas

Sebelum dilanjutkan uji regresi, perlu untuk diketahui apakah data yang

digunakan dalam penelitian sudah terdistribusi secara normal atau belum. Dengan

berdasarkan Teorema Nilai Pusat (The Central Limit Theorem), jika banyaknya

data lebih dari 30 (n >30), maka data yang digunakan sudah terdistribusi secara

normal. Dalam teorema nilai pusat diasumsikan jika data yang digunakan dalam

penelitian lebih besar dari 30 maka sudah dianggap data berdistribusi normal.

Dalam penelitian ini digunakan sampel berjumlah 125 perusahaan maka dapat

diasumsikan data berdistribusi normal. Hal tersebut berarti dalam penelitian ini

data yang digunakan sebagai sampel penelitian telah mewakili populasi atau

penyebarannya merata.

43
44

4.4.2 Uji Multikolinearitas

Berikut adalah hasil dari uji multikolinearitas yang dilakukan untuk

3 titik waktu yaitu 1 hari, 3 bulan, dan 1 tahun:

Tabel 4.3. Hasil Uji Multikolinearitas 1 Hari dan 3 Bulan


Titik Waktu 1 Hari Titik Waktu 3 bulan
FL FF RD EP NP SZ FL FF RD EP NP SZ
FL 1 -.10 .007 .04 .01 .10 1 -.17 .08 .16 -.01 .23

FF -.1 1 -.140 -.42 .03 -.33 -.1 1 -.1 -.42 .03 -.33

RD .00 -.14 1 -.00 .24 .27 .08 -.14 1 -.06 .24 .30

EP .04 -.42 -.006 1 -.25 .16 .16 -.42 -.0 1 -.25 .15

NP .01 .03 .243* -.25 1 .00 -.0 .03 .24 -.25 1 .59

SZ .10 -.33 .279* .16 .00 1 .23 -.33 .30 .15 .59 1

U -.1 .19 -.209 .02 -.37 -.30 -.0 -.03 -.1 .10 -.25 -.12

Sumber: data diolah dengan SPSS

Tabel 4.4. Hasil Uji Multikolinearitas 1 Tahun


Titik Waktu 1 Tahun
FL FF RD EP NP SZ
FL 1 -.129 .007 .189* -.029 .215*
FF -.129 1 .224* -.428** .038 -.295**
RDD .007 .224* 1 -.062 -.234** -.262**
EP .189* -.428** -.062 1 -.258** .180**
NPS -.029 .038 -.234** -.258** 1 .659**
SZZE .215* -.295** -.262** .180** .659** 1

44
45

Titik Waktu 1 Tahun


FL FF RD EP NP SZ
UNN .264** -.077 .165 .280** -.349** -.092
Sumber: data diolah dengan SPSS

Variabel dalam penelitian yang mengalami masalah multikolinearitas

biasanya memiliki hubungan korelasi yang sempurna atau kuat antar variabel

bebasnya. Penelitian dikatakan mengalami multikolinearitas apabila angka

Pearson Correlation menunjukkan angka diatas 0.80. Dari hasil pengujian

multikolinearitas dari persamaan titik waktu 1 hari, 3 bulan, dan 1 hari diperoleh

nilai koefisien korelasi yang ditunjukkan oleh angka Pearson Correlation di

bawah 0,80, dengan demikian data dalam penelitian titik waktu 1 hari, 3 bulan,

dan 1 tahun tidak mengalami masalah multikolinearitas. Dalam hal ini artinya

penelitian layak untuk dilanjutkan karena tidak mengalami masalah

multikolinearitas.

4.5 Analisa Regresi Berganda

Setelah dilakukan uji asumsi klasik untuk menghilangkan permasalahan

yang dapat menganggu penelitian, selanjutnya dilakukan uji regresi berganda.

Dalam uji regresi berganda ini, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan yaitu

Koefisien Determinasi, Uji Global (Uji F), dan Uji Stimultan (Uji t). Dalam

melakukan analisa regresi berganda setelah melakukan pemilihan sampel

kemudian uji asumsi klasik dilakukan sebelum nantinya dilanjutkan dengan

pengujian antara variabel dependen dan independen yang digunakan dalam

penelitian ini. Dalam penelitian ini akan difokuskan uji regresi berganda dengan

45
46

menggunakan 3 titik waktu, yaitu: 1 hari, 3 bulan, dan 1 tahun setelah IPO

dilakukan.

Persamaan yang digunakan untuk menguji hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen underpricing saham dalam penelitian ini

memiliki persamaan sebagai berikut:

Titik 1 Hari: R1Hi.t =

α +b1 FLt + b2 PPS t +b3 RUDW t +b 4 EPSPt + b5 NPS t +b6 ¿ ¿ t+ ε t ¿…………………

……………………..….(1.10)

Titik 3 bulan: R3Bi.t =


α +b1 FLt + b2 PPS t +b3 RUDW t +b 4 EPSPt + b5 NPS t +b6 ¿ ¿ t+ ε t ¿…………………
………………………..(1.11)

Titik 1 Tahun: R1Ti.t =


α +b1 FLt + b2 PPS t +b3 RUDW t +b 4 EPSPt + b5 NPS t +b6 ¿ ¿ t+ ε t ¿…………………
……………………….(1.12)

4.5.1 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) adalah persentase yang dapat menunjukkan

seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya.

Koefisien determinasi juga sering disebut R-Squared atau R2. Hasil koefisien

determinasi dapat dilihat dalam table model summary. Nilai R2 yang baik

digunakan untuk penelitian adalah lebih besar dari 80%. Jika angka R2 tidak

sampai dengan ketentuan minimal, maka dapat diperbaiki dengan menambahkan

variabel penelitian atau mengganti variabel yang telah digunakan. Berikut

merupakan hasil R2 untuk titik waktu 1 hari, 3 bulan, dan 1 tahun:

46
47

Tabel 4.5 Hasil Uji Signifikasi (R-Square) 1 Hari, 3 Bulan, dan 1 Tahun
Titik Waktu 1 Titik Waktu 3 Titik Waktu 1 Tahun
Hari Bulan
R-Square 0.203 0.074 0.222

Sumber: data diolah dengan SPSS

Nilai R-square dari model regresi titik waktu 1 hari diperoleh angka

sebesar 0.203. Dengan demikian, artinya 20,3% variabel independen (Financial

Leverage, Presentase Saham Ditawarkan ke Publik, Reputasi Underwriter,

Earning per Share/Harga IPO, Nilai Penawaran Saham, dan Ukuran Perusahaan)

dapat menjelaskan variabel dependen (Underpricing), sedangkan sisanya sebesar

79,7% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang berada diluar model pengujian ini.

Dalam pengujian yang sama didapatkan nilai R-square untuk titik waktu 3 bulan

sebesar 7,4% sedangkan untuk titik waktu 1 tahun sebesar 22,2%. Perbedaan nilai

R-square ini disebabkan oleh tepatnya variabel independen yang digunakan untuk

dapat menjelaskan variabel dependen atau dengan kata lain variabel yang

digunakan hampir mendekati populasi yang ada. Berdasarkan penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya oleh Emilia, Lucky, dan Roy (2008), Pahlevi (2014),

dan Eliezer dan Adityawarman (2017) didapatkan bahwa R-Square yang terdapat

dalam penelitian tersebut menunjukkan angka dibawah 50%. Nilai R Square yang

kecil dikarenakan adanya faktor faktor lain yang ikut mempengaruhi variabel

underpricing saham. Karena dalam praktiknya faktor faktor seperti

makroekonomi dan kinerja perusahaan juga turut mempengaruhi underpricing

saham. Hasil dari variabel dalam penelitian ini yang tidak signifikan juga dapat

membuat nilai dari R Square semakin kecil.

47
48

4.5.2 Uji Global (Uji F)

Adapun hipotesa dari uji Global (Uji-F) untuk titik waktu 1 hari, 3 bulan,

dan 1 tahun adalah sebagai berikut:

H0: Variabel Financial Leverage, Presentase Free Float, Reputasi Underwriter,

Earning Per Share/ Harga IPO, Nilai Penawaran Saham, dan Ukuran

Perusahaan secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

Underpricing Saham.

H1: Variabel Financial Leverage, Presentase Free Float, Reputasi Underwriter,

Earning Per Share/ Harga IPO, Nilai Penawaran Saham, dan Ukuran

Perusaahaan secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap

Underpricing Saham.

Adapun aturan penolakan untuk uji Global (uji F) adalah sebagai berikut:

 H0 diterima jika p-value pada kolom sig. > α

 H0 ditolak jika p-value pada kolom sig < α

Berikut merupakan tabel hasil uji global untuk titik waktu 1 hari, 3 bulan,

dan 1 tahun setelah IPO yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.6 Hasil Uji Global (Uji-F) 1 Hari, 3 Bulan, dan 1 Tahun
Titik Waktu 1 Hari Titik Waktu 3 Bulan Titik Waktu 1 Tahun
F Sig. F Sig. F Sig.
5.021 **
.000 1.565 .163 5.597 **
.000
Sumber: data diolah dengan SPSS

48
49

Hasil yang diperoleh dari data diatas, didapatkan angka p-value pada sig.

menunjukkan angka 0.000 sedangkan nilai α yang digunakan adalah 0.10 atau

10%. Artinya dalam penelitian 1 hari setelah IPO menunjukkan nilai sig. < α,

maka H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa variabel independen (Financial

Leverage, Presentase Saham Ditawarkan ke Publik, Reputasi Underwriter,

Earning per Share/Harga IPO, Nilai Penawaran Saham, dan Ukuran Perusahaan)

secara simultan berpengaruh terhadap Underpricing Saham dalam kurun waktu 1

hari setelah melakukan IPO. Berbeda halnya dengan penelitian titik waktu 3 bulan

yang menunjukkan angka 0.163 > α, maka H 0 diterima. Artinya variabel

independen (Financial Leverage, Presentase Saham Ditawarkan ke Publik,

Reputasi Underwriter, Earning per Share/Harga IPO, Nilai Penawaran Saham,

dan Ukuran Perusahaan) secara simultan tidak berpengaruh terhadap

Underpricing Saham. Sedangkan untuk penelitian 1 tahun menunjukkan angka

0.000 < α, maka H0 ditolak. Artinya variabel independen (Financial Leverage,

Presentase Saham Ditawarkan ke Publik, Reputasi Underwriter, Earning per

Share/Harga IPO, Nilai Penawaran Saham, dan Ukuran Perusahaan) secara

simultan berpengaruh terhadap Underpricing Saham.

Perbedaan hasil pengaruh antar variabel independen dan variabel

dependen dalam penelitian titik waktu 1 hari, 3 bulan, dan 1 tahun ini disebabkan

oleh adanya perbedaan penyebab terjadinya kondisi underpricing harga saham

setelah IPO. Untuk jangka pendek 1 hari kondisi underpricing saham lebih

disebabkan oleh informasi yang disampaikan dalam prospektus yang diterbitkan

oleh perusahaan sebelum melakukan IPO. Dalam penelitian ini terdapat variabel

49
50

FFL dan logNPS yang berasal dari informasi prospektus. Sedangkan untuk jangka

menengah dan jangka panjang kondisi underpricing disebabkan oleh

perbandingan kinerja perusahaan setelah melakukan IPO dan ditambah dengan isu

yang berkaitan dengan perusahaan tersebut. Untuk variabel 3 bulan dalam

penelitian tidak memiliki pengaruh secara bersama-sama, hal ini dapat disebabkan

oleh kinerja perusahaan belum terlihat dan terlalu menyebabkan dampak dari

underpricing saham tersebut.

4.5.3 Uji Parsial (Uji t)

Uji Parsial adalah uji yang digunakan untuk mengetahui pengaruh

yang ditimbulkan antara variabel X dan variabel Y secara individu atau

terpisah. Adapun aturan penolakan untuk uji Parsial adalah sebagai berikut

 H0 diterima jika p-value pada kolom sig. > α

 H0 ditolak jika p-value pada kolom sig < α

Tabel hasil uji parsial dari 3 titik waktu adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Uji Parsial (Uji t) 1 Hari, 3 Bulan, dan 1 Tahun
Titik Waktu 1 Hari Titik Waktu 3 Bulan Titik Waktu 1
Uji T Tahun
t Sig. t Sig. t Sig.
(Constant) 3.439 **
.001 1.691 **
.093 1.939 **
.055
FL_X1 -1.392 .166 -.276 .783 2.424** .017
FFL_X2 2.077 **
.040 -.075 .940 .353 .725
RUDW_X3 -1.149 .253 -.988 .325 1.058 .292
EPSP_X4 .186 .853 .183 .855 1.357 .177
NPS_X5 -2.958 **
.004 -2.076 **
.040 -2.785 **
.006
SIZE_X6 .289 .773 .488 .626 .829 .409
Sumber: data diolah dengan SPSS

50
51

4.5.3.1 Uji Parsial Pengaruh Konstanta terhadap Underpricing

Berikut ini adalah hipotesa dari hubungan antara konstanta dengan

underpricing:

H01: Variabel Konstanta tidak berpengaruh terhadap Underpricing saham.

H11: Variabel Konstanta berpengaruh terhadap Underpricing saham.

Dengan melihat angka sig. pada tabel diatas sebesar 0.001 untuk titik

waktu 1 hari, 0.093 untuk titik waktu 3 bulan, dan 0.055 untuk titik waktu 1 tahun

yang berarti lebih kecil dari α yang digunakan yaitu 0.1 maka dapat disimpulkan

H0 ditolak. Berdasarkan angka tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan

signifikan dan positif antara konstanta terhadap variabel underpricing saham.

4.5.3.2 Uji Parsial Pengaruh Financial Leverage (FL_X1) terhadap Underpricing

Berikut ini adalah hipotesa dari hubungan antara financial leverage dengan

underpricing:

H02: Variabel Financial Leverage tidak berpengaruh terhadap Underpricing

saham.

H12: Variabel Financial Leverage berpengaruh terhadap Underpricing saham.

Dengan melihat angka sig. pada tabel diatas sebesar 0.166 untuk titik

waktu 1 hari, 0.783 untuk titik waktu 3 bulan, dan 0.017 untuk titik waktu 1 tahun

dengan α yang digunakan yaitu 0.1 maka dapat disimpulkan hanya titik waktu 1

51
52

tahun yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan dan positif antara

variabel financial leverage dan terhadap variabel underpricing saham.

4.5.3.3 Uji Parsial Pengaruh Persentase Saham Ditawarkan ke Publik (FFL_X 2)

terhadap Underpricing

Berikut ini adalah hipotesa dari hubungan antara persentase saham

ditawarkan ke publik dengan underpricing:

H03: Variabel Presentase Saham Ditawarkan ke Publik tidak berpengaruh

terhadap Underpricing saham.

H13: Variabel Presentase Saham ditawarkan ke Publik secara parsial berpengaruh

terhadap kondisi underpricing saham.

Dengan melihat angka sig. pada tabel diatas sebesar 0.040 untuk titik

waktu 1 hari, 0.940 untuk titik waktu 3 bulan, dan 0.725 untuk titik waktu 1 tahun

artinya hanya titik waktu 1 hari < α. Berdasarkan angka tersebut menunjukkan

bahwa hubungan antara variabel persentase saham ditawarkan ke publik

berpengaruh signifikan dan positif terhadap variabel underpricing saham dalam

titik waktu 1 hari.

4.5.3.4 Uji Parsial Pengaruh Reputasi Underwriter (RUDW_X3) terhadap

Underpricing

Berikut ini adalah hipotesa dari hubungan antara reputasi underwriter

dengan underpricing:

52
53

H04: Variabel Reputasi Underwriter tidak berpengaruh terhadap Underpricing

saham.

H14: Variabel Reputasi Underwriter berpengaruh terhadap Underpricing saham.

Dengan melihat angka sig. pada tabel diatas sebesar 0.253 untuk titik

waktu 1 hari, 0.325 untuk titik waktu 3 bulan, dan 0.292 yang berarti lebih besar

dari α yang digunakan yaitu 0.1 maka dapat disimpulkan H 0 diterima untuk semua

titik waktu. Berdasarkan angka tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara

variabel reputasi underwriter tidak berpengaruh terhadap variabel underpricing

saham.

4.5.3.5 Uji Parsial Pengaruh Earning Per Share/Harga IPO (EPSP_X4) terhadap

Underpricing

Berikut ini adalah hipotesa dari hubungan antara earning per share/harga

IPO dengan underpricing:

H05: Variabel Earning Per Share/Harga IPO tidak berpengaruh terhadap

Underpricing saham.

H15: Variabel Earning Per Share/ Harga IPO berpengaruh terhadap Underpricing

saham.

Dengan melihat angka sig. pada tabel diatas sebesar 0.853 untuk titik

waktu 1 hari, 0.855 untuk titik waktu 3 bulan, dan 0.177 untuk titik waktu 1 tahun

yang berarti lebih besar dari α yang digunakan yaitu 0.1 maka dapat disimpulkan

H0 diterima untuk semua titik waktu yang digunakan. Berdasarkan angka tersebut

53
54

menunjukkan bahwa hubungan antara variabel earning per share/ harga IPO tidak

berpengaruh terhadap variabel underpricing saham untuk 3 titik waktu dalam

penelitian ini.

4.5.3.6 Uji Parsial Pengaruh Nilai Penawaran Saham (NPS_X 5) terhadap

Underpricing

Berikut ini adalah hipotesa dari hubungan antara nilai penawaran saham

dengan underpricing:

H06: Variabel Nilai Penawaran Saham tidak berpengaruh terhadap Underpricing

saham.

H16: Variabel Nilai Penawaran Saham berpengaruh terhadap Underpricing saham.

Dengan melihat angka sig. pada tabel diatas sebesar 0.004 untuk titik

waktu 1 hari, 0.040 untuk titik waktu 3 bulan, dan 0.006 untuk titik waktu 1 tahun

yang berarti lebih kecil dari α yang digunakan yaitu 0,1 maka dapat disimpulkan

H0 ditolak untuk semua titik waktu dalam penelitian ini. Berdasarkan angka

tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara variabel nilai penawaran saham

berpengaruh signifikan dan negatif terhadap variabel underpricing saham.

4.5.3.7 Uji Parsial Pengaruh Ukuran Perusahaan (SIZE_X6) terhadap

Underpricing

Berikut ini adalah hipotesa dari hubungan antara ukuran perusahaan

dengan underpricing:

54
55

H07: Variabel Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap Underpricing

saham.

H17: Variabel Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Underpricing saham.

Dengan melihat angka sig. pada tabel diatas sebesar 0.773 untuk titik

waktu 1 hari, 0.626 untuk titik waktu 3 bulan, dan 0.409 untuk titik waktu 1 tahun

yang berarti lebih besar dari α yang digunakan yaitu 0,1 maka dapat disimpulkan

H0 diterima untuk semua titik waktu dalam penelitian ini. Artinya variabel ukuran

perusahaan tidak berpengaruh terhadap underpricing saham.

4.6 Interpretasi Regresi

Setelah dilakukan uji parsial antar variabel independen dengan varibel

dependen kemudian dilanjutkan dengan melakukan interpretasi untuk melihat

adakah hubungan yang terjadi atau tidak. Berikut adalah tabel yang digunakan

untuk interpretasi hubungan variabel tersebut berdasarkan 3 titik waktu:

Tabel 4.8 Hasil Interpretasi Regresi 1 Hari, 3 Bulan, dan 1 Tahun


Titik Waktu 1 Hari Titik Waktu 3 Bulan Titik Waktu 1 Tahun
Uji t
B Sig. Ket. B Sig. Ket. B Sig. Ket.
Constant 1.636 0.001 Pengaruh 13.940 0.093 Pengaruh 7.285 0.055 Pengaruh
FL_X1 -0.010 0.166 Tidak Pengaruh -0.064 0.783 Tidak Pengaruh 0.227 0.017 Pengaruh
FFL_X2 0.539 0.040 Pengaruh -0.324 0.940 Tidak Pengaruh 0.688 0.725 Tidak Pengaruh
RUDW_X3 -0.064 0.253 Tidak Pengaruh -0.941 0.325 Tidak Pengaruh 0.029 0.292 Tidak Pengaruh
EPSP_X4 0.013 0.853 Tidak Pengaruh 0.218 0.855 Tidak Pengaruh 0.765 0.177 Tidak Pengaruh
NPS_X5 -0.141 0.004 Pengaruh -1.546 0.040 Pengaruh -0.104 0.006 Pengaruh
SIZE_X6 0.016 0.773 Tidak Pengaruh 0.430 0.626 Tidak Pengaruh 0.364 0.409 Tidak Pengaruh
Sumber: data diolah dengan SPSS

Persamaan yang didapatkan setelah uji regresi sebagai berikut:

55
56

Titik 1 Hari: R1hit = 1.636 + 0.539 FFL – 0.141 logNPS…..……………….(1.13)

Titik 3 bulan: R3bit = 13.940 – 1.546 log NPS......……………………….….


(1.14)

Titik 1 Tahun: R1tit = 7.285 + 0.227 FL – 1.042 log NPS….……………….(1.15)

Dari persamaan tersebut dapat dihasilkan interpretasi untuk penelitian 3

titik waktu yaitu 1 hari, 3 bulan, dan 1 tahun dan pengaruh yang ditimbulkan dari

variabel independen terhadap kondisi underpricing yang terjadi saat perusahaan

melakukan IPO.

4.6.1 Pengaruh Persentase Saham Ditawarkan ke Publik (FFL_X2) terhadap

Underpricing

Untuk 3 titik waktu tersebut persentase saham ditawarkan ke publik hanya

memberikan pengaruh terhadap kondisi underpricing setelah 1 hari perusahaan

melakukan IPO. Dengan nilai koefisien sebesar 0.539 artinya jika persentase

saham yang ditawarkan ke publik mengalami kenaikan sebesar 1% maka akan

meningkatkan underpricing saham sebesar 0.539%.

Jika kondisi perusahaan yang akan melakukan IPO tergolong baik, maka

pemilik saham lama akan menyetujui persentase saham yang ditawarkan ke publik

besar. Hal tersebut dikarenakan pemilik saham lama percaya dengan kondisi

perusahaan yang baik sahamnya akan mudah terjual dan semakin banyak saham

yang ditawarkan akan membuat modal yang didapatkan perusahaan tersebut juga

semakin banyak. Sinyal positif kondisi perusahaan yang nantinya akan ditangkap

oleh underwriter sehingga pihak underwriter berminat untuk menjual saham

56
57

perusahaan tersebut. Investor pun menangkap sinyal positif ketika perusahaan

yang tergolong kondisinya baik menawarkan persentase jumlah saham yang besar,

maka investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut sehingga dengan minat

beli investor yang meningkat akan membuat saham cenderung mengalami

underpricing.

Semakin besar persentase saham yang ditawarkan ke publik akan

meningkatkan risiko kerugian yang akan ditanggung oleh underwriter jika saham

tidak habis terjual. Untuk mengurangi risiko tersebut maka underwriter akan

menetapkan harga yang rendah. Dengan harga yang rendah dan kondisi

perusahaan baik serta persentase saham yang ditawarkan banyak, maka investor

akan tertarik untuk membeli saham tersebut dan saham akan cenderung

mengalami underpricing dapat dikaitkan dengan anomali yang menyatakan bahwa

terjadi perubahan harga saham setelah 1 hari pelaksanaan IPO. Hasil penelitian ini

mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nurfauziah dan Safitri (2013) bahwa

presentase saham yang ditawarkan ke publik berpengaruh signifikan terhadap

kondisi underpricing saham.

4.6.2 Pengaruh Nilai Penawaran Saham (NPS_X5) terhadap Underpricing

Dari hasil pengujian didapatkan bahwa nilai penawaran saham

berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat underpricing berdasarkan 3 titik

waktu yang digunakan yaitu: 1 hari, 3 bulan, dan 1 tahun setelah IPO. Pengaruh

yang ditimbulkan bersifat negatif artinya jika nilai penawaran saham meningkat

57
58

1% maka underpricing akan turun sebesar 0.141% setelah 1 hari, 1.546% untuk 3

bulan dan 1.042% untuk 1 tahun.

Semakin tinggi nilai penawaran saham menunjukkan bahwa kebutuhan

dana perusahaan tersebut besar. Kebutuhan dana yang besar menunjukkan

perusahaan tersebut sedang membutuhkan dana untuk melakukan ekspansi atau

meningkatkan kinerja perusahaan dan dapat dikatakan kondisi perusahaan baik.

Dengan kondisi tersebut membuat underwriter tertarik untuk menjual saham

perusahaan tersebut karena dengan kebutuhan dana yang besar artinya perusahaan

memiliki ekspektasi kinerja yang lebih tinggi di masa yang akan datang. Investor

akan tertarik membeli saham dengan nilai penawaran saham yang tinggi karena

perusahaan tersebut akan memberikan prospek perusahaan yang lebih baik

kedepannya. Sehingga semakin tinggi nilai penawaran saham suatu perusahaan

maka kecenderungan perusahaan tersebut akan mengalami underpricing.

Semakin tinggi nilai penawaran saham akan memberikan sinyal positif

kepada investor yang mengakibatkan perusahaan mengalami underpricing. Tetapi

dalam penelitian ini nilai penawaran saham berpengaruh signifikan negatif

terhadap kondisi underpricing. Hal tersebut mengindikasikan adanya asimetris

informasi yaitu investor tidak mudah percaya bahwa nilai penawaran saham yang

besar akan menghasilkan prospek yang baik ke depannya jika tidak diikuti dengan

perkembangan kinerja perusahaan dari tiap titik waktu. Dengan kata lain anomali

kedua yang menyatakan long-term underperformance dapat dikaitkan dengan

variabel nilai penawaran saham. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

telah dilakukan oleh Emilia, Lucky, dan Roy (2008) yang menyatakan bahwa nilai

58
59

penawaran saham berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kondisi

underpricing saham.

4.6.3 Pengaruh Financial Leverage (FL_X1) terhadap Underpricing

Dari hasil pengujian didapatkan bahwa financial leverage hanya

berpengaruh signifikan dan positif terhadap kondisi underpricing pada titik waktu

1 tahun. Dengan nilai koefisien sebesar 0.227 artinya jika financial leverage

meningkat 1% maka tingkat underpricing akan meningkat sebesar 0.227%.

Semakin tinggi financial leverage artinya semakin tinggi perubahan

persentase EPS suatu perusahaan dibandingkan perubahan persentase EBIT yang

didapatkan. Semakin tinggi EPS yang didapatkan mencerminkan kondisi

perusahaan yang baik dan dapat memperoleh laba secara optimal. Kondisi

perusahaan yang baik ini menarik minat underwriter untuk menjual saham

perusahaan tersebut. Investor akan mempertimbangkan financial leverage yang

dimiliki perusahaan jika dalam hal ini perusahaan dapat meningkatkan persentase

EPS yang dihasilkan, maka semakin banyak investor yang tertarik untuk membeli

saham perusahaan tersebut. Dengan meningkatnya ketertarikan investor membeli

saham perusahaan maka saham tersebut cenderung akan mengalami kondisi

underpricing.

Semakin tinggi financial leverage yang dimiliki perusahaan akan

memberikan sinyal positif kepada investor jika dengan semakin bertambahnya

financial leverage perusahaan justru semakin meningkat dalam memperoleh EPS.

Artinya perusahaan mampu untuk mengelola hutang tersebut menjadi keuntungan

59
60

dan nantinya dapat dipergunakan untuk melunasi kewajibannya. Dalam penelitian

ini financial leverage berpengaruh signifikan dan positif dalam titik waktu 1 tahun

artinya investor dalam penelitian ini akan mengamati kinerja dan kondisi

perusahaan setelah IPO walaupun perusahaan tersebut masih memiliki financial

leverage yang cukup tinggi tetapi kinerjanya terus membaik dengan ditandai oleh

peningkatan EPS maka cenderung saham tersebut akan diminati oleh investor

sehingga saham tersebut akan cenderung mengalami underpricing. Penelitian ini

sesuai dengan Pahlevi (2014) yang menyatakan bahwa financial leverage

memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap kondisi underpricing saham.

4.6.4 Pengaruh Reputasi Underwriter (RUDW_X3) terhadap Underpricing

Untuk 3 titik waktu penelitian ini tidak memberikan pengaruh yang

signifikan antara reputasi underwriter terhadap underpricing saham. Reputasi

underwriter yang kurang baik dapat memberikan harga penawaran saham yang

kurang sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Reputasi underwriter

yang kurang baik jika digunakan oleh perusahaan yang baru melakukan IPO akan

membuat saham yang dijual menjadi tidak menarik terkhusus untuk investor yang

sudah berpengalaman. Penggunaan reputasi underwriter yang kurang baik

tersebut akan menurunkan minat beli dan membuat saham cenderung mengalami

overpricing.

Tetapi dalam penelitian ini reputasi underwriter tidak berpengaruh

terhadap kondisi underpricing, hal tersebut dikarenakan investor di Indonesia

belum sepenuhnya percaya kepada kualitas reputasi underwriter. Walaupun

60
61

reputasi underwriter baik akan membuat harga saham perusahaan yang ditetapkan

oleh underwriter sesuai dengan nilai pasar perusahaan saat ini. Akan tetapi,

reputasi underwriter yang baik bukan berarti menunjukkan sinyal positif bagi

investor untuk memutuskan dalam membeli saham tersebut. Dalam penelitian ini

terdapat 83% perusahaan yang menggunakan reputasi underwriter yang kurang

baik sedangkan sisanya bereputasi baik, tetapi reputasi underwriter tidak terbukti

mempengaruhi kondisi underpricing perusahaan. Penelitian ini sesuai dengan

Pahlevi (2014) serta Nurfauziah dan Safitri (2013) yang juga menggunakan

variabel reputasi underwriter dengan hasil yang tidak berpengaruh terhadap

kondisi underpricing saham.

4.6.5 Pengaruh Earning Per Share/Harga IPO (EPSP_X4) terhadap Underpricing

Untuk 3 titik waktu yang diteliti tidak memberikan pengaruh yang

signfikan antara earning per share/harga IPO terhadap underpricing. Nilai

earning per share yang semakin tinggi dari tahun ke tahun dengan jumlah saham

yang beredar tetap menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan

keuntungan yang lebih baik. Dengan kemampuan untuk menghasilkan

keuntungan yang lebih baik tiap titik waktunya mengartikan bahwa perusahaan

dalam kondisi baik. Kondisi tersebut yang membuat underwriter berminat untuk

menjual saham perusahaan dikarenakan dengan tingkat earnings per share yang

tinggi maka saham akan lebih mudah dijual kepada investor. Menurut investor

jika semakin besar earning per share yang dihasilkan oleh perusahaan maka

menunjukkan laba yang didapatkan oleh perusahaan meningkat dan akan

61
62

meningkatkan minat beli saham tersebut. Karena minat beli investor tinggi maka

kecenderungan saham tersebut akan mengalami underpricing.

Tetapi dalam penelitian ini terdapat anomali IPO yang menyebabkan

earning per share/harga IPO tidak berpengaruh terhadap underpricing yaitu

penurunan harga saham setelah IPO yang disebabkan kinerja perusahaan dalam

jangka panjang atau long-term underperformance artinya investor dalam hal ini

berpikir untuk jangka panjang bukan hanya menginginkan keuntungan jangka

pendek atau dengan tujuan untuk ingin memperoleh initial return akan tetapi lebih

kepada kinerja perusahaan. Investor menginginkan bahwa perusahaan dapat

mengelola dana hasil penjualan saham secara efisien yang nantinya dapat menjadi

laba bagi perusahaan dan selanjutnya dapat menjadi sinyal positif bagi investor.

Dengan demikian nilai earning per share/harga IPO yang tinggi atau rendah tidak

dijadikan faktor utama bagi investor untuk menanamkan modalnya tetapi ada

faktor kinerja yang menjadi perhatian lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh

Emilia, Lucky, dan Roy (2008) dan Ridho Purba (2013) menunjukkan hal yang

sesuai dengan penelitian ini bahwa earning per share/harga IPO tidak

berpengaruh signifikan terhadap kondisi underpricing saham.

4.6.6 Pengaruh Ukuran Perusahaan (SIZE_X6) terhadap Underpricing

Untuk 3 titik waktu tidak memberikan pengaruh yang signifikan antara

ukuran perusahaan terhadap underpricing saham. Ukuran perusahaan yang besar

dapat diartikan bahwa perusahaan tersebut memiliki total aset yang besar dan

dapat dipergunakan untuk menutupi kewajibannya jika terjadi risiko gagal bayar

62
63

dan dengan aset yang besar artinya tingkat produktivitas yang akan dihasilkan

juga dapat semakin banyak. Dengan ukuran perusahaan yang semakin besar

tersebut juga dapat mengindikasikan bahwa perusahaan dalam keadaan yang stabil

dan baik. Underwriter akan tertarik untuk menjual saham yang memiliki ukuran

perusahaan besar dikarenakan mudah untuk menjualnya dan sudah dikenal secara

luas kinerja perusahaan tersebut. Investor juga tertarik dengan ukuran perusahaan

berskala besar dikarenakan semakin besar perusahaan maka informasi yang

dibutuhkan akan mudah untuk dicari sehingga minat investor akan jauh lebih

tinggi untuk membeli perusahaan dengan ukuran besar dibandingkan dengan

perusahaan kecil yang informasi dan perusahaannya belum terlalu dikenal secara

umum. Kondisi ini mengakibatkan saham dengan ukuran perusahaan besar

cenderung mengalami underpricing.

Semakin besar perusahaan tersebut artinya sinyal yang diberikan kepada

investor positif. Tetapi dalam penelitian ini ukuran perusahaan tidak berpengaruh

signifikan dengan underpricing hal ini dikarenakan ketika perusahaan dalam

melakukan IPO tidak harus memiliki aset yang tinggi. Proses IPO ini sebenarnya

membantu perusahaan dalam menambahkan dananya dan secara otomatis setelah

IPO dilakukan total aset yang dimilikinya akan bertambah. Ukuran perusahaan

yang besar tanpa diikuti kinerja yang baik setelah IPO, akan membuat perusahaan

kurang diminati oleh investor dalam jangka panjang sehingga untuk ukuran

perusahaan ini tidak terlalu mempengaruhi kondisi underpricing. Penelitian ini

sesuai dengan Yustisia dan Roza (2012) yang menunjukkan bahwa tidak ada

pengaruh signifikan antara ukuran perusahaan dengan kondisi underpricing.

63
64

64
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil pengujian menggunakan regresi berganda dengan 3 titik waktu

pengamatan dalam penelitian ini, ternyata hanya ada 3 variabel independen yang

berpengaruh terhadap kondisi underpricing sedangkan untuk 3 variabel yang

lainnya tidak berpengaruh terhadap kondisi underpricing. Berikut adalah

kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini:

1.Variabel yang berpengaruh secara parsial dalam titik waktu 1 hari adalah

variabel presentase saham yang ditawarkan ke publik (FFL_X2) dan nilai

penawaran saham (NPS_X5). Hal tersebut dikarenakan pada titik waktu 1 hari

investor yang akan membeli saham hanya melihat dari informasi yang terdapat

dalam prospektus untuk memutuskan membeli suatu saham. Dalam hal ini kedua

variabel tersebut merupakan informasi yang terdapat dalam prospektus. Untuk

titik waktu 3 bulan variabel yang berpengaruh secara parsial adalah nilai

penawaran saham (NPS_X5). Hal ini dikarenakan dalam titik waktu 3 bulan

setelah IPO investor yang akan membeli saham suatu perusahaan sudah melihat

kinerja yang dihasilkan selama 3 bulan pertama. Tetapi belum terlalu berpengaruh

kuat kinerja yang dihasilkan dengan kecenderungan suatu perusahaan mengalami

underpricing. Sedangkan untuk titik waktu 1 tahun variabel yang berpengaruh

terhadap underpricing adalah financial leverage (FL_X1) dan nilai penawaran

saham (NPS_X5). Hal ini dikarenakan pengaruh kinerja yang dihasilkan

65
66

perusahaan suatu mulai terlihat oleh investor, sehingga semakin baik kinerja yang

dihasilkan suatu perusahaan terutama kinerja dalam menghasilkan laba dan

kemampuan dalam mengelola modal yang dimiliki akan membuat semakin

banyak investor yang membeli saham tersebut sehingga saham tersebut cenderung

akan mengalami kondisi underpricing.

2. Untuk hasil pengujian simultan antar variabel independen yang digunakan

terhadap kondisi underpricing didapatkan hasil bahwa untuk semua titik waktu 1

hari, 3 bulan, dan 1 tahun setelah IPO memiliki pengaruh secara simultan variabel

Financial Leverage, Persentase Saham Ditawarkan ke Publik, Reputasi

Underwriter, Earning per Share/Harga IPO, Nilai Penawaran Saham, dan Ukuran

Perusahaan terhadap Kondisi Underpricing.

3. Titik waktu yang paling terkena dampak dari anomali yang muncul setelah

perusahaan melakukan IPO adalah titik waktu 1 hari dan 1 tahun. Hal ini

dikarenakan dalam titik waktu 1 hari semakin baik kondisi perusahaan sebelum

IPO dan semakin banyak informasi yang didapatkan dari prospektus, maka

semakin banyak investor yang tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut

sehingga kecenderungan perusahaan mengalami underpricing juga akan

meningkat. Sedangkan untuk titik waktu 1 tahun sangat berdampak dikarenakan

dalam titik waktu ini perusahaan sudah mulai terlihat kinerjanya baik atau

tidaknya. Semakin baik kondisi perusahaan dan kinerja yang dihasilkan akan

membuat semakin banyak investor yang tertarik untuk membeli saham perusahaan

tersebut dan saham tersebut akan cenderung mengalami kondisi underpricing.

66
67

5.2 Saran

Berikut beberapa saran yang dapat digunakan oleh emiten, investor,

pemerintah, dan peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang kondisi

underpricing ini:

1. Bagi Perusahaan

Perusahaan yang akan melakukan IPO disarankan untuk lebih

memperhatikan pengelolaan struktur modal dan hutang yang dimiliki agar

mendapatkan laba yang optimal. Untuk perusahaan yang akan melakukan IPO

diharapkan lebih banyak memberikan informasi yang dibutuhkan oleh investor di

website perusahaan ataupun dalam prospektus yang diterbitkan. Hal tersebut

bertujuan untuk memudahkan calon investor dalam memutuskan akan berinvestasi

pada perusahaan tersebut atau tidak. Sehingga jika semakin baik informasi yang

diberikan dan semakin banyak investor yang membeli saham, maka semakin

banyak modal tambahan yang didapatkan oleh perusahaan tersebut.

2. Bagi Investor

Untuk investor yang akan melakukan investasi terhadap saham perusahaan

yang baru melakukan IPO diharapkan lebih memperhatikan informasi yang

terdapat dalam prospektus seperti persentase saham yang ditawarkan ke publik,

EPS, bahkan kondisi perusahaan itu sendiri sebelum melakukan IPO apakah

tergolong perusahaan dengan kondisi baik atau tidak. Informasi yang terdapat

67
68

dalam laporan keuangan dan prospektus yang diterbitkan diharapkan juga menjadi

perhatian utama sebelum melakukan investasi. Untuk pembelian saham jangka

waktu 1 tahun juga diharapkan memperhatikan kinerja yang dihasilkan oleh

perusahaan tersebut.

3. Bagi Penulis

Untuk penulis yang akan melakukan penelitian tentang kondisi underpricing

selanjutnya diharapkan untuk menambah variabel non keuangan dan keuangan

lainnya, karena dianggap masih banyak variabel non keuangan dan keuangan

diluar sana yang dapat mempengaruhi tingkat underpricing terutama variabel

tentang makroekonomi. Dan untuk penggunaan titik waktu dapat ditambahkan

titik waktu 6 bulan dimana kinerja perusahaan lebih terlihat dibandingkan 3 bulan

setelah perusahaan melakukan IPO.

68
69

Lampiran 1: Daftar Perusahaan Underpricing Tahun 2006-2017

Kode
No Perusahaan Nama Perusahaan
1 BTEL Bakrie Telecom Tbk
2 RUIS Radiant Utama Intersinco Tbk
3 TOTL Total Bangun Persada Tbk
4 CPRO Central Proteinaprima Tbk
5 SGRO Sampoerna Agro Tbk
6 MNCN Media Nusantara Citra Tbk
7 DEWA Darma Henwa Tbk
8 WIKA Wijaya Karya (Persero) Tbk
9 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk
10 PTSN Sat Nusapersada Tbk
11 JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk
12 JKON Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
13 CSAP Catur Sentosa Adiprana Tbk
14 ASRI Alam Sutera Realty Tbk
15 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk
16 COWL Cowell Development Tbk
17 BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk
18 TRIL Triwira Insanlestari Tbk
19 ELSA Elnusa Tbk
20 KOIN Kokoh Inti Arebama Tbk
21 INDY Indika Energy Tbk
22 PDES Destinasi Tirta Nusantara Tbk
23 ADRO Adaro Energy Tbk
24 HOME Hotel Mandarine Regency Tbk
25 TRAM Trade Maritime Tbk
26 TRIO Trikomsel Oke Tbk
27 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk
28 BWPT BW Plantation Tbk
29 DSSA Dian Swastika Sentosa Tbk
30 BCIP Bumi Citra Permai Tbk
31 EMTK Elang Mahkota Teknologi Tbk
32 PTPP PP (Persero) Tbk
33 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk
34 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk
35 GOLD Golden Retaillindo Tbk
36 SKYB Skybee Tbk

69
70

Kode
No Perusahaan Nama Perusahaan
37 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk
38 BUVA Bukit Uluwatu Villa Tbk
39 HRUM Harum Energy Tbk
40 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
41 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk
42 KRAS Krakatau Steel Tbk
43 APLN Agung Podomoro Land Tbk
44 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk
45 MFMI Multifilling Mitra Indonesia Tbk
46 ABMM ABM Investama Tbk
47 BAJA Sarana Central Bajatama Tbk
48 VIVA Visi Media Asia Tbk
49 ARII Atlas Resources Tbk
50 SUPR Solusi Tunas Pratama Tbk
51 STAR Star Petrochem Tbk
52 SDMU Sidomulyo Selaras Tbk
53 ALDO Alkindo Naratama Tbk
54 SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk
55 SRAJ Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk
56 MBSS Mitrabahtera Segara Sejati Tbk
57 TELE Tiphone Mobile Indonesia Tbk
58 TRIS Trisula International Tbk
59 RANC Supra Boga Lestari Tbk
60 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk
61 GAMA Gading Development Tbk
62 IBST Inti Bangun Sejahtera Tbk
63 NELY Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk
64 ASSA Adi Sarana Armada Tbk
65 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk
66 HOTL PT Saraswati Griya Lestari Tbk
67 SAME PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk
68 ACST PT Acset Indonesia Tbk
69 NRCA PT Nusa Raya Cipta Tbk
70 SMBR PT Semen Baturaja Tbk
71 MLPT PT Multipolar Technology Tbk
72 APII PT Arita Prima Indonesia Tbk
73 KRAH PT Grand Kartech Tbk
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul
74 SIDO Tbk
75 BALI Bali Towerindo Sentra Tbk
76 BIRD Blue Bird Tbk

70
71

Kode
No Perusahaan Nama Perusahaan
77 BLTZ Graha Layar Prima Tbk
78 CINT Chitose Internasional Tbk
79 GOLL Golden Plantation Tbk
80 MBAP Mitrabara Adiperdana Tbk
81 MDIA Intermedia Capital Indonesia Tbk
82 SOCI Soechi Lines Tbk
83 WTON Wijaya Karya Beton Tbk
84 DMAS Puradelta Lestari Tbk
85 IDPR Indonesia Pondasi Raya Tbk
86 MDKA Merdeka Copper Gold Tbk
87 MIKA Mitra Keluarga Karyasehat Tbk
88 MMLP Mega Manunggal Property Tbk
89 PPRO PP Properti Tbk
90 KINO Kino Indonesia Tbk
91 MTRA Mitra Pemuda Tbk
92 AGII Aneka Gas Industri Tbk
93 BOGA Bintang Oto Global Tbk
94 DAYA Duta Intidaya Tbk
95 JGLE Graha Andrasentra Propertindo Tbk
96 OASA Protech Mitra Perkasa Tbk
97 PBSA Paramita Bangun Sarana Tbk
98 POWR Cikarang Listrindo Tbk
99 PRDA Prodia Widyahusada Tbk
100 SHIP Sillo Maritime Perdana Tbk
101 WSBP Waskita Beton Precast Tbk
102 MARI Mahaka Radio Integra Tbk
103 BELL Trisula Textile Industries Tbk
104 CAMP Campina Ice Cream Industry Tbk
105 CSIS Cahayasakti Investindo Sukses Tbk
106 DWGL Dwi Guna Laksana Tbk
107 FIRE Alfa Energi Investama Tbk
108 IPCM Jasa Armada Indonesia Tbk
109 KIOS Kioson Komersial Indonesia Tbk
110 KMTR Kirana Megantara Tbk
111 MABA Marga Abhinaya Abadi Tbk
112 MAPB MAP Boga Adiperkasa Tbk
113 MARK Mark Dynamics Indonesia Tbk
114 MCAS M Cash Integrasi Tbk
115 MINA Sanurhasta Mitra Tbk
116 MPOW Megapower Makmur Tbk
117 NASA Ayana Land International Tbk

71
72

Kode
No Perusahaan Nama Perusahaan
118 PBID Panca Budi Idaman Tbk
119 PCAR Prima Cakrawala Abadi Tbk
120 PSSI Pelita Samudera Shipping Tbk
121 TAMU Pelayaran Tamarin Samudra Tbk
122 TGRA Terregra Asia Energy Tbk
123 TOPS Totalindo Eka Persada Tbk
124 WOOD Integra Indocabinet Tbk
125 ZINC Kapuas Prima Coal Tbk

Lampiran 2: Data FFL, EPSP, RUDW Titik Waktu 1 Hari, 3 Bulan, 1 Tahun

72
73

Kode Persentase Saham Earning Per Reputasi


No
Perusahaan ke Publik Share/Harga IPO Underwriter

1 BTEL 0.29 0.24 0

2 RUIS 0.22 0.33 0

3 TOTL 0.11 0.74 1

4 CPRO 0.16 0.61 0

5 SGRO 0.24 0.06 0

6 MNCN 0.30 0.08 0

7 DEWA 0.21 0.02 0

8 WIKA 0.32 0.12 0

9 ACES 0.30 0.64 0

10 PTSN 0.30 0.07 1

11 JSMR 0.30 0.13 0

12 JKON 0.12 1.32 0

13 CSAP 0.21 0.28 0

14 ASRI 0.18 0.00 0

15 ITMG 0.20 0.06 0

16 COWL 0.33 0.23 0

17 BAPA 0.23 0.04 0

18 TRIL 0.25 0.16 0

19 ELSA 0.20 0.17 1

20 KOIN 0.29 0.12 0

21 INDY 0.18 0.10 0

22 PDES 0.30 0.17 0

23 ADRO 0.35 0.01 0

24 HOME 0.25 0.04 0

25 TRAM 0.46 0.07 0

73
74

Kode Persentase Saham Earning Per Reputasi


No
Perusahaan ke Publik Share/Harga IPO Underwriter

26 TRIO 0.10 0.45 1

27 MKPI 0.10 0.86 1

28 BWPT 0.30 0.30 0

29 DSSA 0.13 2.13 0

30 BCIP 0.42 0.04 0

31 EMTK 0.10 0.10 1

32 PTPP 0.21 0.02 1

33 TOWR 0.11 1.24 0

34 ROTI 0.15 0.74 0

35 GOLD 0.30 0.11 0

36 SKYB 0.40 0.04 0

37 IPOL 0.36 0.15 0

38 BUVA 0.30 0.02 0

39 HRUM 0.19 0.30 0

40 ICBP 0.20 0.03 0

41 TBIG 0.12 0.22 0

42 KRAS 0.20 0.18 1

43 APLN 0.30 0.02 0

44 MIDI 0.15 0.03 0

45 MFMI 0.34 0.16 0

46 ABMM 0.20 0.06 1

47 BAJA 0.22 0.05 0

48 VIVA 0.11 0.05 0

49 ARII 0.22 0.00 1

50 SUPR 0.17 0.68 0

74
75

Kode Persentase Saham Earning Per Reputasi


No
Perusahaan ke Publik Share/Harga IPO Underwriter

51 STAR 0.42 0.01 0

52 SDMU 0.26 0.14 0

53 ALDO 0.27 0.05 0

54 SIMP 0.20 0.17 0

55 SRAJ 0.14 0.03 0

56 MBSS 0.10 0.39 0

57 TELE 0.25 0.18 0

58 TRIS 0.30 0.04 0

59 RANC 0.20 0.10 0

60 ALTO 0.19 0.01 0

61 GAMA 0.40 0.01 0

62 IBST 0.15 0.10 0

63 NELY 0.15 0.98 0

64 ASSA 0.40 0.02 1

65 WIIM 0.30 0.32 0

66 HOTL 0.15 0.08 0

67 SAME 0.15 0.03 0

68 ACST 0.31 0.04 1

69 NRCA 0.12 0.16 0

70 SMBR 0.24 0.00 0

71 MLPT 0.20 0.10 1

72 APII 0.26 0.32 0

73 KRAH 0.17 0.33 0

74 SIDO 0.10 0.45 1

75 BALI 0.15 0.47 0

75
76

Kode Persentase Saham Earning Per Reputasi


No
Perusahaan ke Publik Share/Harga IPO Underwriter

76 BIRD 0.15 0.29 1

77 BLTZ 0.22 0.03 0

78 CINT 0.30 0.14 0

79 GOLL 0.22 0.01 1

80 MBAP 0.20 0.02 0

81 MDIA 0.10 0.04 0

82 SOCI 0.15 0.63 0

83 WTON 0.23 0.11 1

84 DMAS 0.10 0.79 1

85 IDPR 0.15 0.49 0

86 MDKA 0.14 0.02 0

87 MIKA 0.18 0.29 0

88 MMLP 0.30 0.02 0

89 PPRO 0.35 0.02 0

90 KINO 0.16 0.12 1

91 MTRA 0.22 0.27 0

92 AGII 0.25 0.05 0

93 BOGA 0.47 0.03 0

94 DAYA 0.23 0.30 0

95 JGLE 0.10 0.25 0

96 OASA 0.45 0.04 0

97 PBSA 0.20 0.37 0

98 POWR 0.10 0.24 0

99 PRDA 0.20 0.05 0

100 SHIP 0.20 0.87 0

76
77

Kode Persentase Saham Earning Per Reputasi


No
Perusahaan ke Publik Share/Harga IPO Underwriter

101 WSBP 0.40 0.04 0

102 MARI 0.20 0.07 0

103 BELL 0.21 0.17 0

104 CAMP 0.15 0.18 0

105 CSIS 0.16 0.11 0

106 DWGL 0.36 0.31 1

107 FIRE 0.23 0.03 0

108 IPCM 0.23 0.25 0

109 KIOS 0.23 0.25 0

110 KMTR 0.15 0.23 1

111 MABA 0.08 0.64 0

112 MAPB 0.01 1.18 0

113 MARK 0.21 0.15 0

114 MCAS 0.25 0.01 0

115 MINA 0.20 0.03 0

116 MPOW 0.30 0.24 0

117 NASA 0.27 0.00 0

118 PBID 0.20 0.43 0

119 PCAR 0.40 0.09 0

120 PSSI 0.20 1.23 0

121 TAMU 0.20 0.54 0

122 TGRA 0.20 0.01 0

123 TOPS 0.25 0.34 0

124 WOOD 0.20 0.21 0

125 ZINC 0.12 0.45 0

77
78

Lampiran 3: Data FL dan SIZE 1 Hari, 1 Bulan, 1 Tahun

78
79

Kode Financial Leverage Ukuran Perusahaan


No
Perusahaan
1 Hari 3 Bulan 1 Tahun 1 Hari 3 Bulan 1 Tahun

BTEL 0.81 0.50 0.53 12.18 12.33 12.37


1

79
80

No Kode Financial Leverage Ukuran Perusahaan


Perusahaan 1 Hari 3 Bulan 1 Tahun 1 Hari 3 Bulan 1 Tahun
RUIS 1.55 1.20 1.31 11.34 11.52 11.59
2
TOTL 1.56 1.23 1.89 11.90 12.00 12.12
3
CPRO 1.16 2.46 4.09 12.40 12.75 12.89
4
SGRO 0.93 0.43 0.38 11.84 12.28 12.33
5
MNCN 2.23 0.71 0.85 12.55 12.81 12.88
6
DEWA 4.89 1.21 1.14 12.26 12.67 12.63
7
WIKA 5.60 2.20 2.25 12.42 12.62 12.64
8
ACES 1.73 0.25 0.17 11.35 11.88 11.90
9
PTSN 2.44 0.53 0.87 11.79 11.94 11.98
10
JSMR 3.30 1.23 1.23 12.01 12.14 12.17
11
JKON 5.58 1.15 1.36 11.80 12.05 12.14
12
CSAP 1.75 1.67 1.72 12.03 12.04 12.09
13
ASRI 0.94 0.72 0.74 12.37 12.47 12.49
14
ITMG 2.81 0.65 0.60 12.52 12.82 12.87
15
COWL 1.00 0.85 0.74 11.35 11.33 11.32
16
BAPA 2.79 1.08 1.09 11.14 11.09 11.09
17
TRIL 0.30 0.08 0.18 11.18 11.41 11.45
18
ELSA 1.26 0.95 1.17 12.33 12.49 12.56
19
KOIN 3.32 2.05 3.08 11.46 11.55 11.68
20
INDY 1.95 0.68 0.74 12.70 12.89 12.95
21
PDES 0.95 0.57 0.53 11.05 11.22 11.21
22
ADRO 0.01 1.24 1.27 12.70 12.50 12.56
23
HOME 0.82 0.80 0.70 11.22 11.29 11.27
24
TRAM 1.87 0.36 0.25 11.70 12.14 12.14
25
2.02 1.61 1.77 11.93 12.24 12.31
26 TRIO
27 MKPI 0.79 0.48 0.50 12.21 12.22 12.26

80
81

No Kode Financial Leverage Ukuran Perusahaan


Perusahaan 1 Hari 3 Bulan 1 Tahun 1 Hari 3 Bulan 1 Tahun

7.92 0.77 1.35 12.21 12.21 12.42


28 BWPT
0.89 0.70 0.98 12.80 12.67 12.79
29 DSSA
0.68 0.38 0.25 11.09 11.28 11.28
30 BCIP
0.52 1.40 1.05 12.65 12.68 12.68
31 EMTK
6.48 8.77 8.08 12.73 12.74 12.76
32 PTPP
10.88 12.77 14.67 12.88 12.90 12.89
33 TOWR
1.20 1.20 2.49 11.78 10.81 11.81
34 ROTI
0.74 0.74 0.76 10.90 10.90 10.90
35 GOLD
0.51 0.51 0.51 11.88 11.89 11.90
36 SKYB
5.39 0.61 5.39 12.40 11.45 12.41
37 IPOL
1.48 1.58 1.69 11.92 11.92 11.93
38 BUVA
2.45 0.27 2.45 12.67 10.66 12.67
39 HRUM
6.72 6.72 6.87 12.18 12.31 12.28
40 ICBP
2.52 3.39 2.52 12.84 12.95 12.83
41 TBIG
1.20 1.20 1.20 12.33 12.51 12.33
42 KRAS
2.34 2.34 2.73 10.03 10.38 10.22
43 APLN
1.00 1.00 1.00 12.11 12.22 12.11
44 MIDI
0.24 0.25 0.27 11.15 11.46 11.09
45 MFMI
3.34 2.23 2.65 13.11 13.02 13.11
46 ABMM
3.18 1.70 2.19 11.91 11.83 11.91
47 BAJA
0.52 0.58 0.78 12.48 12.40 12.48
48 VIVA
1.46 0.85 1.07 12.46 12.44 12.48
49 ARII
2.79 2.07 1.26 12.59 12.45 12.59
50 SUPR
0.67 0.47 0.54 11.86 11.86 11.88
51 STAR
52 SDMU 0.21 0.14 0.41 11.33 11.30 11.39

81
82

No Kode Financial Leverage Ukuran Perusahaan


Perusahaan 1 Hari 3 Bulan 1 Tahun 1 Hari 3 Bulan 1 Tahun

1.67 0.98 1.01 11.28 11.26 11.22


53 ALDO
1.16 0.67 0.68 13.41 13.41 13.41
54 SIMP
0.31 0.47 0.28 11.98 11.98 11.92
55 SRAJ
0.76 0.64 0.70 11.53 12.43 11.55
56 MBSS
1.42 0.40 0.42 12.22 12.14 12.22
57 TELE
0.96 0.49 0.60 11.60 11.51 11.60
58 TRIS
1.33 0.54 0.68 11.81 11.73 11.81
59 RANC
0.90 0.72 1.48 11.70 11.51 11.71
60 ALTO
0.68 0.20 0.19 12.09 12.09 12.09
61 GAMA
1.39 0.73 0.48 12.35 12.33 12.35
62 IBST
0.34 0.34 0.34 11.64 11.64 11.64
63 NELY
6.38 1.60 1.63 12.34 12.29 12.34
64 ASSA
0.18 0.49 0.57 12.09 12.02 12.09
65 WIIM
2.08 1.38 1.63 12.00 11.95 12.00
66 HOTL
14.13 2.00 1.78 11.60 11.50 11.60
67 SAME
2.46 1.02 1.28 12.15 12.01 12.17
68 ACST
2.12 0.99 1.01 12.24 12.18 12.24
69 NRCA
0.26 0.11 0.07 12.43 12.42 12.43
70 SMBR
4.17 1.81 1.75 12.20 12.10 12.20
71 MLPT
1.61 0.63 1.07 11.64 11.48 11.64
72 APII
5.33 1.26 1.57 11.68 11.56 11.68
73 KRAH
0.65 0.07 0.07 12.45 12.47 12.45
74 SIDO
1.84 1.47 1.22 11.93 11.88 11.93
75 BALI
3.16 0.88 0.65 12.85 12.86 12.85
76 BIRD
77 BLTZ 19.47 0.28 0.32 11.82 11.82 11.82

82
83

No Kode Financial Leverage Ukuran Perusahaan


Perusahaan 1 Hari 3 Bulan 1 Tahun 1 Hari 3 Bulan 1 Tahun

0.42 0.25 0.25 11.59 11.56 11.59


78 CINT
0.60 1.22 1.35 12.34 12.32 12.34
79 GOLL
2.64 0.74 0.53 12.18 12.00 12.18
80 MBAP
0.44 0.32 0.40 12.32 12.23 12.32
81 MDIA
1.70 0.85 0.84 12.85 12.78 12.85
82 SOCI
3.00 0.81 0.72 12.57 12.58 12.57
83 WTON
0.19 0.12 0.03 12.87 12.93 12.87
84 DMAS
0.00 0.38 0.40 12.19 12.15 12.19
85 IDPR
5.29 0.10 0.48 12.46 12.40 12.46
86 MDKA
0.19 0.22 0.14 12.60 12.57 12.60
87 MIKA
0.48 0.29 0.24 12.51 12.50 12.51
88 MMLP
1.65 0.85 1.42 12.80 12.59 12.80
89 PPRO
1.81 0.80 0.68 12.52 12.52 12.52
90 KINO
1.15 0.99 1.05 11.42 11.38 11.42
91 MTRA
2.25 1.09 1.09 12.78 12.77 12.78
92 AGII
0.27 0.11 0.28 11.72 11.65 11.72
93 BOGA
1.81 0.77 1.29 11.34 11.29 11.34
94 DAYA
1.23 0.75 0.75 12.60 12.60 12.60
95 JGLE
0.09 0.01 0.23 10.72 10.71 10.80
96 OASA
1.00 0.53 0.51 11.95 11.93 11.95
97 PBSA
1.98 1.95 1.12 13.23 12.37 12.23
98 POWR
3.57 0.42 0.36 12.26 12.26 12.27
99 PRDA
0.37 1.03 1.51 12.33 12.10 12.33
100 SHIP
2.26 0.85 1.10 13.20 12.14 13.20
101 WSBP
102 MARI 0.77 0.26 0.32 11.28 11.29 11.33

83
84

No Kode Financial Leverage Ukuran Perusahaan


Perusahaan 1 Hari 3 Bulan 1 Tahun 1 Hari 3 Bulan 1 Tahun

1.02 0.95 1.11 11.73 11.68 11.73


103 BELL
0.87 0.14 0.14 11.99 11.99 11.99
104 CAMP
1.13 0.49 0.63 11.56 11.52 11.56
105 CSIS
0.02 0.02 0.12 12.18 11.89 12.18
106 DWGL
3.20 0.96 1.33 11.70 11.63 11.70
107 FIRE
0.78 0.35 0.21 12.11 12.15 12.11
108 IPCM
0.03 2.01 1.38 11.43 11.41 11.43
109 KIOS
2.62 1.11 1.58 12.58 12.57 12.58
110 KMTR
3.32 2.18 2.59 12.38 12.37 12.38
111 MABA
7.36 0.49 0.57 12.21 12.15 12.21
112 MAPB
1.12 0.36 0.42 11.44 11.36 11.48
113 MARK
1.75 0.80 0.34 12.05 11.87 12.05
114 MCAS
0.03 0.03 0.03 11.10 11.10 11.10
115 MINA
3.30 1.27 1.27 11.52 11.52 11.51
116 MPOW
0.11 0.21 0.18 12.10 12.11 12.10
117 NASA
0.71 0.37 0.43 12.33 12.28 12.33
118 PBID
2.65 0.37 0.31 10.63 11.12 11.09
119 PCAR
1.16 0.66 0.56 12.20 12.16 12.20
120 PSSI
1.10 0.98 0.98 12.19 12.18 12.17
121 TAMU
0.08 0.06 0.08 11.59 11.58 11.59
122 TGRA
3.40 1.67 1.71 12.58 12.55 12.58
123 TOPS
1.16 0.93 0.93 12.59 12.56 12.59
124 WOOD
2.79 0.64 0.88 12.04 11.94 12.04
125 ZINC

84
85

Lampiran 4: Data NPS dan Underpricing 1 Hari, 3 Bulan, dan 1 Tahun

Kode Nilai Penawaran Saham Kondisi Underpricing


No
Perusahaan
1 Hari 3 Bulan 1 Tahun 1 Hari 3 Bulan 1 Tahun

BTEL
11.78 11.78 11.78 0.36 0.58 1.29
1
2 RUIS 10.63 10.63 10.63 0.50 0.90 1.00

85
86

No Kode Nilai Penawaran Saham Kondisi Underpricing


Perusahaan 1 Hari 3 Bulan 1 Tahun 1 Hari 3 Bulan 1 Tahun

TOTL
10.92 10.92 10.92 0.07 0.45 1.90
3
CPRO
11.52 11.52 11.52 0.68 0.62 2.91
4
SGRO
12.03 12.03 12.03 0.08 0.06 0.15
5
MNCN
12.57 12.57 12.57 0.04 0.06 0.44
6
DEWA
12.02 12.02 12.02 0.53 0.89 0.42
7
WIKA
11.89 11.89 11.89 0.33 0.18 0.60
8
ACES
10.63 10.63 10.63 0.20 0.09 0.04
9
PTSN
11.49 11.49 11.49 0.10 0.16 0.27
10
JSMR
12.54 12.54 12.54 0.21 0.01 0.52
11
JKON
10.64 10.64 10.64 0.31 0.61 0.07
12
CSAP
11.08 11.08 11.08 0.10 0.31 0.24
13
ASRI
11.52 11.52 11.52 0.70 0.35 0.52
14
ITMG
12.50 12.50 12.50 0.40 0.45 0.14
15
COWL
10.51 10.51 10.51 0.77 2.32 2.28
16
BAPA
10.35 10.35 10.35 0.70 0.23 0.03
17
TRIL
11.08 11.08 11.08 0.70 2.53 0.13
18
ELSA
11.77 11.77 11.77 0.29 0.20 0.70
19
KOIN
10.63 10.63 10.63 0.16 0.49 0.75
20
INDY
12.44 12.44 12.44 0.16 0.25 0.04
21
PDES
10.63 10.63 10.63 0.70 0.15 0.46
22
ADRO
13.09 13.09 13.09 0.57 0.33 0.05
23
HOME
10.52 10.52 10.52 0.43 0.64 0.03
24
TRAM
11.70 11.70 11.70 0.27 0.43 1.08
25
11.02 11.02 11.02 0.02 0.06 0.11
26 TRIO

86
87

No Kode Nilai Penawaran Saham Kondisi Underpricing


Perusahaan 1 Hari 3 Bulan 1 Tahun 1 Hari 3 Bulan 1 Tahun
11.30 11.30 11.30 0.31 0.38 0.33
27 MKPI
11.74 11.74 11.74 0.04 0.02 0.86
28 BWPT
11.18 11.18 11.18 0.50 3.03 7.67
29 DSSA
10.74 10.74 10.74 0.57 1.77 1.14
30 BCIP
11.57 11.57 11.57 0.01 0.13 0.63
31 EMTK
11.76 11.76 11.76 0.04 0.21 0.02
32 PTPP
10.07 10.07 10.07 0.50 1.08 8.71
33 TOWR
10.59 10.59 10.59 0.17 1.16 1.16
34 ROTI
10.48 10.48 10.48 0.49 0.24 0.14
35 GOLD
10.95 10.95 10.95 0.49 0.36 0.68
36 SKYB
11.68 11.68 11.68 0.12 0.10 0.05
37 IPOL
11.35 11.35 11.35 0.19 0.87 0.87
38 BUVA
12.41 12.41 12.41 0.05 0.83 0.34
39 HRUM
12.80 12.80 12.80 0.10 0.10 0.04
40 ICBP
12.05 12.05 12.05 0.19 0.23 0.02
41 TBIG
12.43 12.43 12.43 0.49 0.20 0.01
42 KRAS
12.35 12.35 12.35 0.12 0.04 0.08
43 APLN
11.08 11.08 11.08 0.49 0.47 0.60
44 MIDI
10.71 10.71 10.71 0.70 0.23 0.15
45 MFMI
12.31 12.31 12.31 0.02 0.04 0.19
46 ABMM
11.00 11.00 11.00 0.36 0.08 1.00
47 BAJA
11.70 11.70 11.70 0.50 0.80 1.10
48 VIVA
11.99 11.99 11.99 0.03 0.03 0.27
49 ARII
11.53 11.53 11.53 0.03 0.20 0.33
50 SUPR
11.31 11.31 11.31 0.35 1.16 -0.51
51 STAR
52 SDMU 10.63 10.63 10.63 0.07 0.36 0.31

87
88

No Kode Nilai Penawaran Saham Kondisi Underpricing


Perusahaan 1 Hari 3 Bulan 1 Tahun 1 Hari 3 Bulan 1 Tahun

10.53 10.53 10.53 0.11 0.71 0.56


53 ALDO
12.54 12.54 12.54 0.14 0.19 0.13
54 SIMP
10.95 10.95 10.95 0.36 1.71 2.93
55 SRAJ
11.45 11.45 12.51 0.11 0.02 0.10
56 MBSS
11.62 11.62 11.62 0.05 0.11 1.03
57 TELE
10.95 10.95 10.95 0.07 0.15 0.50
58 TRIS
11.19 11.19 11.19 0.34 0.70 0.92
59 RANC
10.80 10.80 10.80 0.44 0.55 1.83
60 ALTO
11.62 11.62 11.62 0.70 1.71 2.52
61 GAMA
11.19 11.19 11.19 0.40 3.66 2.63
62 IBST
10.77 10.77 10.77 0.22 0.15 0.10
63 NELY
11.72 11.72 11.72 0.26 0.03 0.29
64 ASSA
11.61 11.61 11.61 0.23 0.43 0.06
65 WIIM
11.01 11.01 11.01 0.08 0.01 0.07
66 HOTL
10.86 10.86 10.86 0.14 3.50 5.30
67 SAME
11.59 11.59 11.59 0.13 0.01 0.05
68 ACST
11.42 11.42 11.42 0.49 0.02 0.08
69 NRCA
12.12 12.12 12.12 0.02 0.32 0.32
70 SMBR
11.26 11.26 11.26 0.50 0.52 1.09
71 MLPT
10.78 10.78 10.78 0.50 0.05 0.91
72 APII
10.65 10.65 10.65 0.49 0.14 1.18
73 KRAH
11.94 11.94 11.94 0.21 0.41 0.07
74 SIDO
10.55 10.55 10.55 0.05 0.23 0.21
75 BALI
12.39 12.39 12.39 0.15 0.60 0.06
76 BIRD

88
89

No Kode Nilai Penawaran Saham Kondisi Underpricing


Perusahaan 1 Hari 3 Bulan 1 Tahun 1 Hari 3 Bulan 1 Tahun
11.35 11.35 11.35 0.13 0.01 -0.03
77 BLTZ
11.00 11.00 11.00 0.10 0.15 0.10
78 CINT
11.36 11.36 11.36 0.01 0.38 0.77
79 GOLL
11.50 11.50 11.50 0.01 0.01 0.15
80 MBAP
11.73 11.73 11.73 0.09 0.37 1.72
81 MDIA
11.77 11.77 11.77 0.13 0.03 0.05
82 SOCI
12.08 12.08 12.08 0.29 0.36 1.12
83 WTON
12.01 12.01 12.01 0.04 0.22 0.01
84 DMAS
11.59 11.59 11.59 0.15 0.12 0.06
85 IDPR
11.92 11.92 11.92 0.14 0.02 0.32
86 MDKA
11.65 11.65 11.65 0.25 0.40 0.41
87 MIKA
12.00 12.00 12.00 0.50 0.45 0.25
88 MMLP
11.96 11.96 11.96 0.12 0.04 0.84
89 PPRO
11.94 11.94 11.94 0.01 0.01 0.03
90 KINO
10.50 10.50 10.50 0.16 0.77 0.72
91 MTRA
11.93 11.93 11.93 0.05 0.07 -0.41
92 AGII
11.27 11.27 11.27 0.70 2.50 4.87
93 BOGA
10.93 10.93 10.93 0.05 0.03 0.06
94 DAYA
11.51 11.51 11.51 0.24 0.05 0.79
95 JGLE
10.48 10.48 10.48 0.69 0.12 1.11
96 OASA
11.56 11.56 11.56 0.05 0.08 0.42
97 PBSA
12.38 12.38 12.38 0.03 0.04 0.24
98 POWR
12.09 12.09 12.09 0.02 0.28 0.42
99 PRDA
10.85 10.85 10.85 0.70 1.47 4.50
100 SHIP
12.71 12.71 12.71 0.10 0.11 0.08
101 WSBP
102 MARI 10.90 10.90 10.90 0.03 0.06 0.40

89
90

No Kode Nilai Penawaran Saham Kondisi Underpricing


Perusahaan 1 Hari 3 Bulan 1 Tahun 1 Hari 3 Bulan 1 Tahun

10.65 10.65 10.65 0.19 0.40 0.45


103 BELL
11.47 11.47 11.47 0.50 0.55 0.22
104 CAMP
10.79 10.79 10.79 0.50 1.67 3.78
105 CSIS
11.67 11.67 11.67 0.69 0.53 0.19
106 DWGL
11.18 11.18 11.18 0.50 1.78 8.20
107 FIRE
11.66 11.66 11.66 0.06 0.19 0.04
108 IPCM
10.65 10.65 10.65 0.50 8.67 8.83
109 KIOS
11.72 11.72 11.72 0.50 0.05 0.19
110 KMTR
10.72 10.72 10.72 0.70 17.75 5.25
111 MABA
10.57 10.57 10.57 0.50 0.22 0.02
112 MAPB
10.60 10.60 10.60 0.50 2.94 5.02
113 MARK
11.48 11.48 11.48 0.49 0.68 1.51
114 MCAS
10.44 10.44 10.44 0.70 14.05 15.57
115 MINA
10.69 10.69 10.69 0.70 0.53 0.39
116 MPOW
11.49 11.49 11.49 0.70 2.86 4.24
117 NASA
11.50 11.50 11.50 0.04 0.06 0.29
118 PBID
10.85 10.85 10.85 0.69 16.33 34.67
119 PCAR
11.13 11.13 11.13 0.11 0.13 0.14
120 PSSI
10.92 10.92 10.92 0.70 28.45 35.36
121 TAMU
11.04 11.04 11.04 0.70 1.00 2.23
122 TGRA
11.71 11.71 11.71 0.50 5.77 12.16
123 TOPS
11.51 11.51 11.51 0.08 0.10 1.23
124 WOOD
10.89 10.89 10.89 0.70 11.11 11.07
125 ZINC

90
91

Lampiran 5: Uji Multikolinearitas

91
92

92
93

93
94

Lampiran 6: Uji Regresi 1 Hari

94
95

Lampiran 7: Uji Regresi 3 Bulan

95
96

Lampiran 8: Uji Regresi 1 Tahun

96

Anda mungkin juga menyukai