Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Teknologi semakin berkembang dan telah memberikan banyak manfaat di

berbagai aspek, salah satunya adalah industri Pembangkit Listrik Tenaga Mesin

Gas (PLTMG) untuk menunjang kelangsungan hidup manusia. Pada PLMTG,

terdapat Cooling Water System (CWS) pada pendinginan mesin. Sistem ini

merupakan salah satu terpenting dalam PLTMG. Sebelum start turning sistem

pendingin mulai mendinginkan pada lube oil cooler

Sistem pendingin mesin menggunakan air tawar yang diolah secara kimia.

Sistem terbagi menjadi sirkuit air pendingin suhu rendah (LT) dan suhu tinggi

(HT). Pendinginan air disirkulasikan dalam sistem dengan pompa sentrifugal yang

digerakkan langsung yang dipasang di mesin.Air HT mendinginkan jaket mesin.

Air didinginkan dalam radiator dengan kipas pendingin yang digerakkan secara

elektrik. Suhu di Sirkuit LT dan HT dikendalikan oleh katup tiga arah

Pada kondisi operasional,Di PT.PJB UBJOM PLTMG ARUN,air

pendingin pada CWS ini dilalui oleh pipa - pipa yang saling menghubungkan satu

sama lain menuju masing - masing lube oil cooler pada setiap gas turbin. Sistem

pendingin air ini menggunakan kipas yang berputar. Input air pendingin yang

akan didinginkan berkisar antara 52oC – 93oC dan output air pendingin setelah

didinginkan, yaitu : ≤ 36oC. Jumlah kipas yang beroperasi harus dikendalikan

sesuai dengan suhu lingkungan. Jika suhu dari CWS telah diketahui lebih dari

93oC, operator akan menambah jumlah kipas yang berputar di CWS agar

1
mencapai suhu ≤ 36oC. Jika suhu dari CWS lebih rendah dari 36 oC, operator akan

mematikan kipas agar dapat meminimalisasi pemakaian listrik. Jadi peningkatan

sistem dalam proses pengendalian CWS merupakan hal yang penting di industri

pembangkit listrik tenaga gas.

Oleh karena itu, diperlukan suatu alat pengendalian kipas agar dapat

bekerja secara maksimal. Alat pendingin yang terdiri dari sensor thermocouple

sebagai pendeteksi suhu, dan converter radiator sebagai pengendali, serta pompa

16 kipas, dalam 1 unit mesin. Sistem ini dilengkapi interface untuk memudahkan

dalam mengendalikan dan memonitoring. Terdapat dua mode pengendalian kipas,

yaitu : manual dan otomatis. Mode otomatis menerapkan pengendalian

perhitungan level suhu untuk menyalakan jumlah kipas sesuai suhu yang terbaca

oleh sensor agar mencapai set - point. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka

penulis membuat penelitian tentang“Studi Proses Cooling System pada

Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas di PT. PJB UBJOM PLTMG Arun”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut ini :

1. Bagaimana prinsip kerja sistem pendingin di PT PJB UBJOM PLTMG

Arun?

2. Bagaimana pengaruh sistem pendingin terhadap kinerja mesin di PT.PJB

UBJOM PLTMG Arun?

3. Bagaimana daya output turbin terhadap temperature inlet di PT.PJB

UBJOM

2
PLTMG Arun?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut ini.

1. Untuk mengetahui prinsip kerja sistem pendingin di PT.PJB UBJOM

PLTMG Arun.

2. Untuk mengetahui pengaruh sistem pendingin terhadap kinerja mesin di

PT.PJB UBJOM PLTMG Arun.

3. Untuk mengetahui daya output turbin terhadap temperatur inlet dan outlet

di PT.PJB UBJOM PLTMG Arun.

1.4 Bataasan Masalah

Untuk membatasi masalah dalam skripsi ini, maka penulis hanya akan

membahas tentang :

1. Prinsip kerja sistem pendingin pembangkit.

2. Pengaruh sistem pendingin terhadap kinerja mesin.

3. Daya output terhadap temperatur inlet.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut ini :

1. Memberikan informasi dan wawasan ilmu pengetahuan & teknologi

tentang penelitian ini kepada PT. PJB UBJOM PLTMG Arun, Lembaga, dan

Umum.

2. Menjadi referensi atau rujukan untuk penelitian selanjutnya.

3
1.6 Road Map Penelitian

Tabel 1.6 Road Map Penelitian

No. Pengarang/Penulis Judul Tahun

1. Muhammad Hizbullah Kajian Sistem Pendingin Udara 2014

Masuk Turbin Gas untuk

Menaikkan Daya Output

2. Budi Hardjo, dkk Kajian Sistem Pendingin Udara 2015

Masuk untuk Menaikan Daya

pada Beban Puncak

3. Syarifil Anwar Sistem Pendingin Alternator pada 2016

PLTU Asam - Asam

4. Muhammad Afiqi, dkk Pengendalian Otomatis Cooling 2019

Water System pada Proses

Pendingin Turbin Gas

5. Komaruddim, dkk Analisis Main Cooling Water 2021

Pump pada Pembangkit Listrik

Tenaga Panas Bumi (PLTPB)

4
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

Penelitian tentang cooling system sudah banyak dilakukan penelitian lebih

lanjut oleh para peneliti dan engineer (insinyur) di lapangan. Adapun penelitian

tersebut, dapat dilihat secara seksama pada Road Map Penelitian dan Kajian

Literatur Terkait Topik Penelitian sebagai berikut ini.

2.1 Kajian Literatur Terkait Topik Penelitian

Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan mengenai “Studi Proses

Cooling System pada Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas di PT. PJB UBJOM

PLTMG Arun” ini. Sehingga dalam upaya pengembangan penelitian ini,

dilakukan tinjaun pustaka sebagai salah satu media dari penerapan metodologi

penelitian. Diantaranya adalah mengidentifikasi kesenjangan (identifiy gaps),

menghindari pembuatan ulang (reinventing the wheel), mengidentifikasi metode

yang pernah dilakukan, meneruskan penelitian sebelumnya, serta mengetahui

orang lain yang spesialisasi dan area penelitiannya sama di bidang ini. Beberapa

tinjauan pustaka tersebut adalah sebagai berikut ini :

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Hizbullah yang

berjudul “Kajian Sistem Pendingin Udara Masuk Turbin Gas untuk Menaikkan

Daya Output” tahun 2014. Hasil penelitian tersebut adalah Semakin tinggi

temperatur udara yang masuk ke kompresor maka berpengaruh kepada semakin

menurunnya daya output yang dihasilkan. Oleh karena itu, diperlukan suatu

5
sistem pendingin udara masuk kompresor agar penurunan daya tersebut dapat

diminimakan. Jurnal ini merupakan ringkasan dari tugas akhir yang membahas

mengenai sistem pendinginan udara masuk turbin gas untuk menaikkan daya

output PLTG Gilimanuk yang beroperasi pada waktu beban puncak pada pukul

18.00 - 22.00 WITA. Data yang diolah merupakan data cuaca dan data

karakteristik dari turbin gas yang digunakan di PLTG Gilimanuk. Hasil

pengolahan data dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih sistem pendingin.

Data pengolahan lain berupa cooling load selanjutnya digunakan untuk

merancang komponen - komponen dari sistem pendingin yang akan diterapkan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Budi Hardjo, dkk yang berjudul

“Kajian Sistem Pendingin untuk Menaikkan Daya pada Beban Puncak” tahun

2015. Hasil penelitian tersebut adalah Berdasarkan kondisi iklim setempat, maka

sistem pendingin yang sesuai untuk diterapkan pada PLTG Gilimanuk yang

beroperasi pada waktu beban puncak adalah sistem mechanical refrigeration –

chilled water storage. Dengan diterapkannya sistem pendingin udara masuk

kompressor pada turbin gas, diharapkan akan menaikkan daya output turbin gas

PLTG Gilimanukyang sebesar 13,18 MW (MegaWatt). Cooling load dari udara

yang didinginkan besarnya, yaitu : 3635 kW (kiloWatt) untuk sensibel cooling

load dan 5781 kW (kiloWatt) untuk latent cooling load. Sehingga total dari

cooling load - nya sebesar 9416 kW (kiloWatt). Kapasitas chiller yang dibutuhkan

nilainya sebesar 1977 kW (kiloWatt) atau 562 TR. Dipilih Ammonia Chiller

dengan kapasitas 317 TR sebanyak 2 buah dan sebagai media penyimpanan air

dingin.

6
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Syarifil Anwar yang berjudul

“Sistem Pendingin Alternator pada PLTU Asam – asam” tahun 2016. Hasil

penelitian tersebut adalah Secara umum jenis - jenis sistem pendinginan terbagi 4

macam, yaitu : sistem pendinginan terbuka dan sistem pendinginan tertutup,

sistem pendingin air bantu siklus terbuka dan sistem pendingin air bantu siklus

tertutup. Air sebagai media pendinginan mempunyai syarat - syarat yang sudah

ditentukan sebagai, yaitu : Bersih, Kekerasan Air (pH), tidak mengandung

Mineral, Dapat menyerap panas dengan baik. Sedangkan jenis sistem pendinginan

yang digunakan oleh PLTU Asam - asam adalah sistem pendinginan tertutup.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Afiqi yang berjudul

“Pengendalian Otomatis Cooling Water System pada Proses Pendinginan Turbin

Gas” tahun 2019. Hasil penelitian tersebut adalah Di dalam pembangkit listrik

tenaga gas, terdapat proses pendinginan turbin gas yang disebut Cooling Water

System (CWS). Sistem ini berfungsi mendinginkan minyak pelumas pendingin

turbin yang saat suhu tinggi dapat menyebabkan shut down pada pembangkit

listrik. Proses pendinginannya yang manual menyebabkan sistem tersebut kurang

optimal. Oleh karena itu, penelitian ini mengusulkan sebuah inovasi purwarupa

CWS otomatis. Perangkat kendalinya terdiri dari dua sensor thermocouple, sebuah

papan kendali arduino, pompa air, 18 buah kipas sebagai pendingin dan heater

sebagai perangkat gangguan saat pengujian. Sistem ini dilengkapi perangkat

antarmuka untuk memudahkan dalam mengendalikan dan memonitoring

sistemnya. Terdapat dua mode pengendalian sistem, yaitu : mode manual dan

mode otomatis. Kipas dapat dinyalakan sesuai kebutuhan pada mode manual,

7
sedangkan mode otomatis sistem pendingin menyalakan sejumlah kipas

berdasarkan tingkat kenaikan suhu. Suhu qq35oC dipilih sebagai set - point pada

sistem ini. Pengujian sistem menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu inlet pada

CWS, maka semakin lama waktu yang diperlukan untuk menstabilkan sistem.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Komaruddim yang berjudul

“Analisis Main Cooling Water System pada Proses Pendinginan Turbin Gas”

tahun 2021. Hasil penelitian tersebut adalah didapatkan hasil daya motor aktual

pompa 1 dan 2 sebesar 705,601 kW (kiloWatt), kemudian daya motor

commissioning sebesar 748,29 kW (kiloWatt), dan daya motor spesifikasi

mempunyai hasil sebesar 900 kW (kiloWatt). Untuk daya pompa aktual pada

pompa 1 memiliki daya sebesar 542,410 kW (kiloWatt), sedangkan pompa 2

sebesar 512,760 kW (kiloWatt). Kemudian daya pompa commissioning sebesar

613,000 kW (kiloWatt), dan daya pompa spesifikasi mempunyai hasil sebesar

630,000 kW (kiloWatt). Dan untuk efisiensi aktual pada pompa 1 memiliki

efisiensi sebesar 76,70%, sedangkan pompa 2 sebesar 72,50%. Kemudian

efisiensi pompa commissioning sebesar 82,8%, dan efisiensi pompa spesifikasi

mempunyai hasil sebesar 86 %. Didapatkan kesimpulan performa pompa aktual

mengalami penurunan performa dari performa pompa commissioning dan

performa spesifikasi, sehingga perawatan yang diberikan harus lebih ekstra untuk

menjaga performa pompa tetap dalam kondisi optimal.

2.2 Landasan Teoritis

Adapun landasan teoritis adalah sebagai berikut ini :

2.2.1 Sistem Pembangkit Tenaga Listrik

8
Ada banyak jenis dari Pembangkitan Tenaga Listrik yang beroperasi di

Indonesia. Secara garis besar, dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar,

yaitu : Pembangkitan Listrik Thermal, dan Pembangkitan Non - Thermal.

Pusat Listrik Thermal adalah pembangkitan tenaga listrik yang melibatkan

proses panas (thermal) dalam pembangkitan tenaga listriknya, umumnya tipe

pembangkitan ini membutuhkan bahan bakar yang berasal dari bahan bakar fosil.

Pusat listrik tipe ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap – Batubara (PLTU – Batubara)

2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)

3. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)

4. Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG)

5. Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU)

6. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB)

7. Pembangkit Listrik Tenaga Gasifikasi Batu Bara (PLTGB)

Selain Pembangkitan Listrik Thermal, masih ada juga pembangkitan

lainnya, yaitu : Pembangkitan Listrik Non - Thermal, dimana dalam proses

pembangkitan tenaga listrik, menggunakan sumber energi lain (alternatif) selain

bahan bakar fosil, sehingga tidak melibatkan proses panas (thermal) di dalamnya.

Adapun pusat listrik yang termasuk dalam jenis ini antara lain :

1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

2. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

3. Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTB)

9
2.2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG)

Dari sekian banyak jenis pusat pembangkitan listrik, salah satu jenis yang

masih cukup banyak dioperasikan dan dibangun di Indonesia adalah Pusat Listrik

Tenaga Mesin Gas (PLTMG). Pilihan jatuh pada PLTMG dikarenakan beberapa

alasan, antara lain:

1. Ketersediaan bahan bakar gas alam (Natural Gas), yang dari segi ekonomis

lebih baik jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak (HSD/MFO/LFO).

2. Kapasitas unit pembangkitan yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan.

3. Pengerjaan, pengoperasian dan pemeliharaan yang relatif sederhana.

4. Bisa digunakan untuk pemasok daya pada saat beban puncak (peaker).

Pada sebuah PLTMG, sistemnya tidak terlalu rumit. Terdiri dari satu

bagian utama : (main equipment), yang berupa mesin dan pelengkap (engines and

auxiliary), dan sistem pendukung (Balance Of Plant – BOP). Bagian utama

PLTMG umumnya adalah paket mesin dan pelengkapnya. Bagian mesin yang

dikopel dengan generator, dibantu sistem pelengkap yang mengatur pendingin

(pelumas/lube oil, air pendingin/cooling water dan alat penukar panas/radiator -

cooling tower - heat exchanger), sistem udara pembakaran (charge air), sistem

udara terkompresi untuk menghidupkan mesin dan kebutuhan instrumen (starting

& instrument air), sistem udara sisa pembakaran (exhaust air), sistem pemipaan -

instrumen (piping and instrument system), sistem listrik (electrical system) dan

sistem instrumentasi - kontrol (instrumentation - control system). Selain terdiri

atas sistem utama, unit PLTMG juga dilengkapi dengan sistem pendukung, yang

10
terdiri atas sistem bahan bakar (fuel system gas), sistem air baku (water treatment

system), dan sistem proteksi terhadap kebakaran (fire protection system).

2.2.3 Gas Engine

Gas engine adalah mesin pembakaran internal yang menggunakan gas

blast furnace, gas penghasil, gas alam, dan lainnya sebagai bahan bakar. Mesin

gas praktis pertama dibangun pada tahun 1860 oleh seorang Perancis bernama

Lenoir, tetapi karena sebagian besar ditingkatkan oleh Dr. Otto, namanya

diberikan pada siklus operasinya. Dia membuat mesin gas pertamanya pada tahun

1876. Siklus Otto memanfaatkan sumber pengapian seperti percikan atau

sejumlah kecil bahan bakar pilot untuk memulai pembakaran bahan bakar gas.

Wartsila 18V50SG didasarkan pada prinsip - prinsip desain yang sama

dengan teknologi yang telah digunakan dalam Wartsila 34SG dan Wartsila Mesin

50DF. Perkembangannya sangat cepat diimplementasikan. Pengembangan

dimulai pada 2008. Perakitan mesin pelanggan pertama dimulai pada tahun

berikutnya dan pengujian selesai pada akhir 2010.

Tipe mesin didasarkan pada Wartsila 18V50DF mesin bahan bakar ganda,

dengan teknologi terintegrasi yang sama oli pelumas dan saluran air pendingin.

Sistem pembakaran didasarkan pada Wartsila 34SG, tetapi memiliki yang lebih

besar ukuran bore untuk memaksimalkan daya potensi blok mesin. Meningkatkan

ukuran bore dari 340 mm hingga 500 mm pada mesin, percikan api itu area kunci

pengembangan teknologi. Dalam mesin gas modern, lean – burn. Teknologi

11
adalah suatu keharusan dalam mencapai tingkat emisi rendah tanpa eksternal gas

buang setelah perawatan. Dalam lean - burn teknologi, muatan dalam silinder

memiliki udara jauh lebih banyak daripada yang sebenarnya dibutuhkan untuk

pembakaran penuh gas.

Pengapian bahan bakar yang sangat ramping biaya, dan benar teknologi

pengapian diperlukan untuk menyediakan sumber pengapian berenergi tinggi.

Pilihan teknologi pengapian paling cocok untuk mesin berbahan bakar gas murni.

Percikan api dengan pre - chamber juga dikenal sebagai teknologi SG, digunakan

pada mesin gas murni yang ada.

2.2.4 Sistem Kerja Engine

Siklus proses di PLTMG Arun 184 MW dimulai dari proses

pendistribusian udara starting dengan tekanan sebesar 30 bar. Udara akan masuk

ke dalam ruang pembakaran sebagai penggerak awal. Apabila bahan bakar yang

masuk telah menggerakkan bagian mesin dengan kecepatan 50 rpm, maka ignition

coil akan aktif dan memberi tegangan pada spark plug yang berfungsi sebagai

pemantik pembakaran. Dari proses pembakaran tersebut, udara yang keluar

(exhaust gas) dimanfaatkan kembali untuk menggerakkan turbin pada turbo

charge karena seporos dengan kompresor, sehingga turbin ikut berputar dan

menghisap udara dari luar untuk dialirkan keruang pembakaran.

Dalam proses pembakaran, terdapat 4 langkah utama yang terjadi di dalam

ruang pembakaran, yaitu :

12
1. Langkah hisap, yaitu : bahan bakar dan udara masuk melalui valve inlet dan

keduanya bercampur pada saat posisi piston bergerak ke bawah.

Gambar 2.1 Langkah Hisap


(Sumber : Buku Panduan Mesin Washila)

2. Langkah kompresi, yaitu : bahan bakar dan udara yang telah tercampur

kemudian dimampatkan/dikompresi sehingga proses pembakaran sempurna

ketika posisi piston bergerak keatas.

Gambar 2.2 Langkah Kompresi


(Sumber : Buku Panduan Mesin Washila)

3. Langkah pembakaran, yaitu : udara yang terkompresi dipicu oleh spark plug

dan pilot gas sehingga terjadi pembakaran di ruang pembakaran.

13
Gambar 2.3 Langkah Pembakaran
(Sumber : Buku Panduan Mesin Washila)

4. Langkah buang, yaitu : hasil dari pembakaran tersebut dibuang melalui valve

outlet ketika posisi piston yang bergerak ke atas.

Gambar 2.4 Langkah Buang


(Sumber : Buku Panduan Mesin Washila)

Untuk menunjang proses produksi listrik, mesin gas pada PLTMG Arun

184 MW menggunakan gas metana (CH4) sebagai bahan bakar utama pada mesin.

Gas metana ini disuplai dari PT. Pertamina Arun Gas (PAG) dengan tekanan awal

masuk sebesar 16 - 10 Bar ke Regulating Metering Station (RMS) yang ada di

PLTMG Arun 184 MW. Di dalam Regulating Metering Station (RMS),

penurunan tekanan dilakukan oleh Pressure Reduction Unit (PRU) sehingga

14
dihasilkan gas dengan tekanan akhir sebesar 6 - 7 Bar. Sebelum gas diairkan ke

dalam mesin, gas terlebih dahulu melewati Compact Gas Ramp (CGR) yang

berfungsi sebagai pengatur besarnya gas yang disuplai kedalam mesin sesuai

dengan kapasitas yang dibutuhkan ketika beroperasi. Saat mesin beroperasi,

turning gear akan berputar dengan kecepatan 750 rpm dan akan menghasilkan

daya maksimal 12163 kVA (kilo Volt Ampere) untuk setiap mesin. Kemudian

pada generator, energi mekanik yang dihasilkan diubah menjadi energi listrik.

Kemudian disuplai ke gardu induk melalui Medium Voltage System dengan

tegangan sebesar 11 kV. Dari 11 kV, tegangan kemudian dinaikkan menjadi 275

kV oleh Generator Transformer. Listrik yang telah dinaikkan tegangannya

kemudian disuplai kejaringan oleh Operator Central Room (CCR) yang

berkoordinasi dengan operator gardu induk. Listrik kemudian didistribusikan oleh

Unit Pengatur Beban (UPB) atau dispatcher ke daerah Pangkalan Susu dan Sigli.

2.2.5 Penggerak Utama (Primer Mover) Pembangkit Listrik

Penggerak utama (primer mover) banyak ragamnya namun hanya akan

dibatasi pada primer mover pembangkit listrik yang banyak digunakan dalam

industri perminyakan yang terpencil dan tidak terjangkau oleh aliran listrik dari

Perusahaan Listrik Negara atau Swasta. Dan juga dengan alasan lebih mudah

mengendalikan pemakaian atau ketersediaan energi listrik, perusahaan minyak

biasanya meyediakan sendiri kebutuhan energi listriknya. Ada dua tipe penggerak

utama yang dipakai pada industri perminyakan, yaitu : tipe piston (reciprocating)

baik gas, diesel maupun kombinasi dan turbin baik gas, diesel maupun gabungan.

Tipe piston (reciprocating) selalu dipakai sebagai pembangkit listrik cadangan

15
atau emergency generator karena waktu yang diperlukan untuk mencapai

kecepatan sinkron relatif cepat rata-rata kurang dari satu menit. Dan biasanya

yang dipakai sebagai pembangkit cadangan atau emergency generator adalah

pembangkit yang menggunakan mesin diesel.

2.2.6 Sistem Tenaga Listrik

Untuk keperluan penyediaan tenaga listrik bagi para pelanggan, diperlukan

berbagai peralatan listrik ini dihubungkan satu sama lain mempunyai interkoneksi

dan secara keseluruhan membentuk suatu sistem tenaga listrik.

Yang dimaksud dengan sistem tenaga listrik disini adalah sekumpulan

Pusat Listrik dan Gardu Induk (Pusat Beban) yang satu sama lain dihubungkan

oleh jaringan tranmissi sehingga merupakan sebuah kesatuan interkoneksi.

2.2.6.1 Operasi Sistem Tenaga Listrik

Dalam mengopersikan sistem tenaga listrik ditemui berbagai persoalan.

Hal ini antara lain disebabkan karena pemakaian tenaga listrik selalu berubah dari

waktu ke waktu. Berbagai persoalan pokok yang dihadapi dalam pengoperasian

sistem tenaga listrik, yaitu :

a. Pengaturan Frekuensi

Sistem tenaga listrik harus dapat memenuhi kebutuhan akan tenaga listrik

dari para konsumen dari waktu ke waktu. Untuk itu, daya yang dibangkitkan

dalam sistem tenaga listrik harus selalu sama dengan beban sistem, hal ini diamati

melalui frekuensi sistem. Kalau daya yang dibangkitkan dalam sistem lebih kecil

16
daripada beban sistem maka frekuensi turun dan sebaliknya apabila daya yang

dibangkitkan lebih besar daripada beban maka frekuensi naik.

b. Tegangan Dalam Sistem

Tegangan merupakan salah satu unsur kualitas penyediaan tenaga listrik

dalam sistem oleh karenanya perlu diperhatikan dalam pengoperasian siststem.

c. Perkembangan Sistem

Beban selalu berubah sepanjang waktu dan juga selalu berkembang

seirama dengan perkembangan kegiatan masyarakat yang tidak dapat dirumuskan

seacara eksak, sehingga perlu diamati secara terus menerus agar dapat diketahui

langkah pengembangan sistem yang harus dilakukan agar sistem selalu dapat

mengikuti perkembangan beban sehingga tidak akan terjadi pemadaman tenaga

listrik dalam sistem.

2.2.7 Bagian Utama Sistem Pendingin

Prinsip pendinginan pada sistem pembangkit listrik adalah proses

menurunkan temperatur fluida kerja dalam hal ini utamanya uap. Namun

kenyataan sebenarnya yang diharapkan adalah proses perubahan fasa air dari fasa

uap (air - uap) menjadi cair, sehingga sehingga proses yang terjadi adalah proses

pengembunan (kondensasi). Proses kondensasi terjadi apabila ada perpindahan

panas dari fluida kerja (uap) dan melepaskan sejumlah kalor kepada media

pendingin, sehingga proses pengembunan ini terjadi karena terjadinya penurunan

temperatur.

17
Media pendingin umumnya menggunakan air, disamping beberapa sistem

ada yang menggunakan udara. Pemilihan air utamanya adalah karena pada daerah

tertentu mudah didapat dan biayanya sangat murah. Selain itu pertimbangan

utama adalah air bertemperatur lebih rendah dibanding temperature udara

lingkungan.

Secara umum beberapa tipe pembangkit menggunakan kondensor

khususnya pada pembangkit yang menggunakan fluida kerja uap antara lain

PLTU, PLTN, PLTP, sehingga cara pembahasan sistem pendingin utamanya

adalan serupa hanya pada PLTD dan PLTG serta beberapa pembangkit lainnya

yang tidak memerlukan kondensor, sehingga perlu kiranya sebelum mengenal

sistem pendingin pada berbagai pembangkit perlu diperkenalkan terlebih dahulu

komponen utama sistem pendingin,

2.2.7.1 Radiator

Radiator  adalah alat penukar panas yang digunakan untuk memindahkan energi

panas dari satu medium ke medium lainnya yang tujuannya untuk mendinginkan

maupun memanaskan pada mesin. Radiator yang kita kenal pada umumnya

digunakan pada mesin gas yang memerlukan pendinginan ekstra. Fungsinya

adalah agar mesin mendapatkan pendinginan yang maksimal sesuai yang

dibutuhkan. radiator terdiri dari tangki air bagian atas (upper tank), tangki bagian

bawah (lower water tank) dan radiator core pada bagian tengahnya.Radiator

turbine gas atau Radiator turbin gas adalah komponen sistem pendingin turbin gas

yang berfungsi untuk mendinginkan air pendingin yang disirkulasikan ke

18
beberapa komponen - komponen pendinginan turbin gas dengan menggunakan

udara lingkungan sebagai media pendinginannya. Air pendingin digunakan untuk

mendinginkan berbagai komponen - komponen pada sistem turbin gas.

Diantaranya adalah pendingin heat exchanger lube oil, pendingin udara atomizing

dan juga pendingin hidrogen yang digunakan untuk mendinginkan generator.

Setelah melewati berberapa komponen tersebut, temperature air pendingin

meningkat, sehingga untuk menurunkan temperature air agar dapat disirkulasikan

kembali sebagai air pendingin maka air dialirkan ke dalam radiator untuk

didinginkan oleh udara lingkungan. Pengaruh udara di sekitar radiator akan

dievaluasi terhadap kinerja penukar kalor terutama efektivitas dari alat tersebut.

Radiator turbin gas dipergunakan untuk mendinginkan air pendingin yang

digunakan untuk menyerap kalor lube oil yang bertugas mendinginkan kaki - kaki

turbin, menyerap kalor pada cooler automizing air serta mendinginkan minyak

pelumas/lube oil yang bertugas melalui bagian - bagian penting sistem

pembangkit, baik sebagai pelumas maupun sebagai media pendingin.

2.2.7.2 Proses pemasagan radiator

Periksa kemungkinan kerusakan transportasi sebelum pemasangan. Pemasok tidak

bertanggung jawab atas biaya yang disebabkan oleh peralatan yang rusak akibat

penanganan yang salah atau kerusakan transportasi.

• Periksa dimensi dari gambar dimensi.

• Pasang radiator sehingga pipa bagian perpindahan panas berada pada posisi

horizontal

19
• Gunakan semua titik pemasangan. Jika alas atau beton tidak rata (variasi maks 2

mm antara titik pemasangan yang bersebelahan), gunakan pengisi di bawah kaki.

• Lubang pemasangan berbentuk oval di kaki pendek memungkinkan ekspansi

panas (lihat gambar dimensi). Gunakan pemasangan yang memungkinkan

gerakan ke arah memanjang.

• Pengoperasian radiator yang bebas masalah menuntut ventilasi udara yang baik

dalam sistem.

• Kuras air radiator yang bersirkulasi atau gunakan cairan yang tidak membeku

pada suhu di bawah 0°C.

• Radiator model standar tidak memiliki fitur pengurasan gravitasi.

2. Transportasi dan Penyimpanan

• Bawa radiator dalam posisi horizontal (tanpa kaki).

• Gunakan penyangga di bawah setiap kaki atau setiap balok pemasangan kaki

saat menyimpan di lokasi (variasi maks 10 mm antara kaki yang bersebelahan).

• Penyimpanan yang lama dapat menyebabkan kerusakan pada bantalan motor.

Penyimpanan radiator jangka panjang:

a) Dalam paket layak laut Paket layak laut melindungi radiator dengan

baik selama penyimpanan jangka panjang. Jika memungkinkan, simpan

paket di ruang kering dengan suhu yang merata. Jika radiator disimpan di

luar ruangan, berhati-hatilah agar tidak ada salju dll. pada kemasan untuk

menghindari kesan, genangan air atau pembusukan, dan untuk mencegah

air mengalir ke dalam kemasan. Juga berhati-hatilah agar lubang ventilasi

paket bersih untuk memungkinkan penguapan uap air di dalam. Jika ada

20
uap air antara radiator dan penutup plastik, beberapa karat putih akan

terbentuk pada permukaan galvanis. Seringkali ini hanya merusak estetika.

b) Dibongkar Unit harus disimpan di ruang kering dengan suhu yang merata. Jika

unit disimpan di ruang luar yang lembab, di mana air dapat mengembun di dalam

motor kipasnya, hal itu dapat menyebabkan korosi dan kerusakan motor kipas

(masalah fungsional) . Dalam kondisi lembab, di mana unit tidak akan tetap

kering, beberapa "karat putih" dapat muncul di permukaan unit (gangguan visual).

Selama penyimpanan jangka panjang di ruang luar yang lembab, untuk

melindungi motor kipas, mereka harus digerakkan setidaknya 3,4 jam sebulan

sekali atau tegangan rendah terus menerus harus diarahkan ke motor kipas untuk

menjaga suhu permukaannya lebih tinggi dari udara suhu titik embun.

2.2.7.3 Transfer Kalor

Perhitungan desain untuk alat penukar kalor kondensor pada dasarnya

adalah menentukan koefisien transfer kalor dan luasan transfer kalor (heat

transfer area, A). Adapun persamaann 2.8 adalah :

……………………………………………………...….(2.8)

Dalam hal ini koefisien transfer kalor, menggunakan nilai overall heat

transfer coefficients (Uo) yang merupakan gabungan dari faktor konstituen

berdasarkan penurunan temperatur (temperature drop), Uo merupakan kombinasi

21
koefisien - konveksi pada permukaan kedua sisi. Pada kondensor, jumlah kalor

untuk melakukan kondensasi uap adalah :

…………………………………………………..….(2.9)

Selanjutnya persamaan konstitutif untuk pendinginan dan perubahan temperatur

keluar masuk aliran pendingin melalui tube :

……………………………………………….(2.10)

mc dan mp adalah laju aliran uap dan air pendingin, (ii - io) = λ, kalor latent

kondensasi, dan cp : kalor spesifik pendingin, (to - ti) = beda temperatur keluar dan

masuk pendingin. Untuk koefisien transfer kalor air pendingin pada sisi tube

menggunakan korelasi Dittus - Boelter untuk mendefinisikan Nusselt Number, Nu

yakni: Persamaan ini didasarkan data eksperimental ekstensif pada rentang angka

Reynold 10.000 – 120.000. Proses kondensasi di permukaan luar tube horizontal,

merupakan model kondensasi film (film wise). Dalam perhitungan sistem

kondensasi film ini merupakan bentuk yang umum lazim digunakan dan cukup

memuaskan. Namun di beberapa kasus kondensasi, terjadi tetesan kondensat yang

tersisa pada permukaan kemudian jatuh dan tanpa menyebar melalui seluruh

permukaan. Dalam model kondensasi film itu sendiri dapat mengakibatkan

resistansi laju transfer kalor, sehingga laju transfer kalor pada kondensasi film

ini diharapkan lebih rendah dari pada laju transfer kalor pada kondensasi tetesan

(drop condensation). Laju transfer kalor permukaan (surface heat transfer rates)

untuk kondensasi butiran lebih besar puluhan kali dibanding laju kondensasi.

2.2.8 Temperatur Inlet

22
Temperatur Inlet adalah temperatur atau suhu masuk ke dalam unit suatu

sistem, baik itu engine atau pun komponen lain pada pembangkit tenaga listrik.

Dengan kata lain, temperatur inlet ialah suhu masuk (Tinlet) yang berada di dalam

unit suatu sistem. Fungsi temperatur inlet adalah untuk memaksimalkan kinerja

daripada unit sistem. Satu hal yang perlu perlu diperhatikan adalah bahwa

temperatur inlet harus disesuaikan dengan unit suatu sistem dalam pembangkit

tenaga listrik.

2.2.9 Cooling System

Cooling System adalah suatu sistem yang menyangkut tentang pendinginan

suatu peralatan. Sistem pendingin dimaksudkan untuk mengurangi panas berlebih

dari suatu peralatan agar peralatan tersebut tidak cepat aus sehingga dapat

menimbulkan kerusakan. Fungsi utama adalah untuk menyerap dan membuang

panas (disipasi) yang timbul di dalam komponen sistem pembangkit yang sedang

beroperasi. Prinsip kerjanya adalah mengambil atau menyerap kalor/panas dari

komponen sistem pembangkit dan kemudian panas ini akan dibuang ke

lingkungan sekitarnya disertai dengan cara mengalirkan media pendingin ke

komponen sistem pembangkit tersebut. Adapun media cooling system tersebut

adalah :

- Udara

- Gas Hidrogen

- Air

Cooling System adalah suatu sistem yang menyangkut tentang pendinginan

suatu komponen atau peralatan pada pembangkit listrik. Cooling System

23
dimaksudkan untuk mengurangi panas berlebih dari suatu komponen atau

peralatan pembangkit listrik agar peralatan tersebut tidak cepat rusak. Pada

cooling system ada beberapa media yang digunakan untuk pendinginan, yaitu :

a. Air

Air berfungsi sebagai media pertukaran panas dengan oli. Sistem

pendinginan air bersirkulasi ini berfungsi untuk menjaga suhu oli sesuai dengan

temperatur kerjanya. Sistem pendingin air (water cooling system) merupakan

sistem pendingin dengan tingkat kegagalan sangat rendah. Pendinginan dengan air

Keuntungan :

- Kerapatannya tinggi (4545 lebih besar dari H2)

- Daya hantar panasnya tinggi (3,139)

- Koefisien perpindahan panas tinggi (13,7)

Kerugian :

- Rumit konstruksi dan operasinya

- Kondisi kimia air harus terkontrol

- Memungkinkan air merembes ke sisi gas

24
Gambar 2.1 komposisi air di sistem pendingin

Air yang diuapkan dan air keran berkualitas baik biasanya direkomendasikan

untuk digunakan sebagai air baku. Air dari proses reverse osmosis juga dapat

digunakan jika memenuhi spesifikasi. Air laut yang tidak diolah, air tawar, dan air

hujan tidak cocok.

Pengolahan air baku Tergantung pada kualitas air baku, air mungkin perlu diolah

untuk mencegah pembentukan kerak. Pembentukan kerak dapat terjadi ketika

konsentrasi garam (biasanya kalsium karbonat, kalsium sulfat, kalsium fosfat dan

magnesium silikat) naik terlalu tinggi. Garam dapat mengendap dan membentuk

endapan pada area permukaan bila kontak dengan air. Deposit memiliki kapasitas

perpindahan panas yang buruk yang dapat menyebabkan pendinginan yang tidak

memadai pada bagian-bagian vital mesin. Pembentukan kerak dapat dicegah

dengan menghilangkan mineral kerak dari air, dengan menjaga mineral

pembentuk kerak dalam larutan, atau dengan membiarkan mineral pembentuk

kerak mengendap tetapi secara kimiawi mengubah kerak (dengan menggunakan

25
pengubah kristal) untuk membentuk lumpur yang dapat dilepas. Untuk menjaga

mineral pembentuk kerak dalam larutan atau untuk mengubah kerak secara

kimiawi menjadi lumpur, diperlukan perlakuan kimia. Metode umum untuk

menghilangkan mineral kerak adalah sebagai berikut: menggunakan filter (filter

pasir), melunakkan air di fasilitas pertukaran ion, dan demineralisasi air secara

menyeluruh.

pengambilan sampel air Kualitas air dalam sistem pendingin merupakan faktor

penting dalam pengoperasian mesin. Untuk mencegah korosi dan endapan dalam

sistem sirkulasi air tertutup, air harus diolah dengan aditif. Sampel air harus

diambil secara teratur, untuk memastikan bahwa air pendingin memenuhi

persyaratan. Konsentrasi aditif dalam air pendingin harus diperiksa setidaknya

sebulan sekali atau setelah setiap 500 jam kerja. Kualitas air juga harus diperiksa

sebelum menghidupkan mesin setelah overhaul. Sampel air dapat diambil dari

beberapa tempat di sirkuit air pendingin. Jika perlu, bahan kimia harus

ditambahkan ke sistem air pendingin. Air harus diolah dengan aditif untuk

mencegah korosi, endapan kerak, atau endapan lain dalam sistem air pendingin.

Sebelum pengolahan, air harus jernih dan memenuhi persyaratan kualitas air baku.

Penggunaan aditif atau sistem pengolahan air pendingin yang disetujui adalah

wajib. Air hujan memiliki kandungan oksigen dan karbon dioksida yang tinggi

yang menyebabkan risiko korosi yang besar, dan tidak cocok sebagai air

pendingin. Air laut akan menyebabkan korosi parah dan pembentukan deposit,

bahkan jika dipasok ke sistem dalam jumlah kecil. Air tawar yang dihasilkan oleh

pabrik reverse osmosis seringkali memiliki kandungan klorida yang tinggi (lebih

26
tinggi dari yang diizinkan 80 mg/l) yang menyebabkan korosi. Jika terjadi risiko

pembekuan, hubungi pabrikan mesin untuk penggunaan bahan kimia antibeku.

Beberapa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan air dianggap berbahaya

bagi manusia dan/atau lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk mengikuti

instruksi pemasok, dan juga peraturan setempat mengenai penanganan bahan

kimia.

Pembersihan sistem air pendingin n sistem yang sepenuhnya tertutup, pengotoran

akan minimal jika air pendingin diolah dengan benar. Tergantung pada kualitas air

pendingin dan efisiensi pengolahan, ruang air pendingin akan sedikit banyak kotor

seiring berjalannya waktu. Deposit pada, misalnya, jaket air liner silinder, kepala

silinder dan tumpukan pendingin harus dihilangkan karena dapat mengganggu

perpindahan panas ke air pendingin dan dengan demikian menyebabkan

kerusakan serius. dapat disebabkan oleh kontaminan padat dalam suspensi yang

menempel di permukaan, atau mengendap di daerah sistem, di mana kecepatan

aliran air rendah. Sirkulasi air bersih harus diolah dengan bahan kimia untuk

menjaga foulant dalam suspensi dan untuk mencegah pengendapan. banyak

endapan terdiri dari lumpur lepas dan partikel padat, yang dapat disikat dan dibilas

dengan air. Dalam beberapa kasus, disarankan untuk menggabungkan

pembersihan kimia dengan pembersihan mekanis berikutnya karena endapan

mungkin telah larut selama perawatan kimia tanpa terlepas. Biofouling Biofouling

berarti pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme hidup yang meninggalkan

endapan di permukaan. dapat menyumbat pipa dan sistem pipa, dan juga sering

mempercepat korosi. Biofouling dibagi menjadi fouling makro dan mikro

27
biologis. Pengotoran biologis makro dapat ditemukan dalam sistem air bersuhu

rendah, dan biasanya disebabkan oleh, misalnya, remis dan kerang yang

memasuki sistem melalui asupan air baku. Pengotoran biologis mikro terutama

dapat ditemukan dalam sistem air bersuhu rendah tetapi juga dalam sistem dengan

suhu tinggi. Ini mungkin disebabkan oleh bakteri, ganggang dan jamur yang

memasuki sistem melalui asupan air pendingin, misalnya. Metode umum untuk

perlindungan terhadap biofouling adalah perawatan mekanis, perawatan termal

dan perawatan kimia. Perlakuan mekanis dari suplai air pendingin biasanya terdiri

dari penyaringan dua tahap; tahap pertama adalah saringan hisap yang agak kasar

dan tahap kedua saringan hisap yang lebih halus. Penggunaan perlakuan termal

didasarkan pada fakta bahwa beberapa organisme dibunuh oleh suhu tinggi.

Backwash termal harus sering dilakukan dan biasanya bukan merupakan solusi

dalam sistem resirkulasi terbuka. Perlakuan kimia seringkali sangat efektif

terhadap biofouling tetapi memiliki efek toksik pada lingkungan.

b. Gas Hidrogen

Cooling System Pembangkit Tenaga Listrik pada generator dengan

menggunakan gas hidrogen tidak dapat dipungkiri bahwa generator listrik wajib

memiliki sistem pendingin yang sangat baik untuk membuang panas yang tercipta

di dalamnya. Jika panas di dalam generator tidak secepatnya dibuang, ia akan

secara langsung merusak generator itu sendiri. Panas berlebih dapat secara ekstrim

merusak kumparan rotor, stator, bahkan akan membakar komponen - komponen

generator tersebut. Gas Hidrogen menjadi satu media populer yang digunakan

untuk mendinginkan generator. Jumlahnya yang melimpah dan murah menjadi

28
alasan kuat untuk terus menggunakannya. Namun demikian sistem pendingin

udara yang digunakan pada generator ternyata menyimpan kelemahan. Udara

tidak mampu mendinginkan generator dengan kapasitas di atas 425 MegaWatt.

Selain konduktivitas kalornya yang tidak mencukupi, massa jenisnya yang terlalu

berat juga menjadi kerugian lain. Untuk itulah dibutuhkan gas jenis lain yang

lebih baik di sisi konduktivitas termal maupun karakteristik lainnya. Gas hidrogen

menjadi pilihan terbaik untuk menggantikan udara sebagai media pendingin

generator terutama pada generator - generator listrik berukuran besar. Gas

Hidrogen dipilih karena karakteristik - karakteristiknya yang sangat baik jika

digunakan sebagai pendingin, sebut saja konduktivitas termalnya yang tinggi

(0,168 W/m·K), massa jenisnya yang sangat ringan, dan juga kalor spesifik yang

tinggi. Dengan karakteristik tersebut, menjadikan gas hidrogen 7 - 10 kali lebih

baik daripada udara jika digunakan sebagai pendingin. Hal ini bisa diibaratkan,

untuk membangkitkan daya listrik yang sama, generator berpendingin gas

hydrogen akan berukuran 7 - 10 kali kebih besar dibandingkan dengan generator

berpendingin udara. Oleh karena itulah, untuk generator - generator listrik

berukuran besar, cooling system gas hidrogen akan menjadi lebih ekonomis jika

dibandingkan dengan menggunakan pendingin udara. Sebenarnya gas helium

memiliki konduktivitas termal yang baik pula (0,142 W/m·K), namun karena

harganya yang jauh lebih mahal ketimbang gas hidrogen maka ia tidak digunakan.

Tetapi bukankah hidrogen adalah gas yang sangat mudah terbaka, hidrogen

memang gas yang sangat mudah terbakar atau meledak. Namun ingatkah Anda

tentang segitiga api? Sekalipun hidrogen pada generator bekerja pada temperatur

29
tinggi, jika kita dapat menjauhkan hidrogen dari oksigen, maka segitiga api akan

terputus, dan gas hidrogen menjadi aman dari resiko terbakar. Untuk masalah ini

pun sudah ada beberapa sistem pendukung yang digunakan untuk mencegah agar

hidrogen selalu dalam keadaan murni (dijaga sekitar 99%), serta tidak akan

kontak langsung dengan udara atmosfer. Sebuah sensor kemurnian hidrogen

(purity meter) digunakan untuk selalu memonitor secara real – time tingkat

kemurnian gas hidrogen. Dengan alat ini, sekecil apapun gas hidrogen tercampur

dengan gas lain akan mudah diketahui. Jika pembacaan kemurnian hidrogen

turun, sebuah sistem purging selalu siap digunakan untuk meningkatkan angka

kemurnian gas hidrogen. Sistem purging biasanya juga termasuk di dalamnya

sistem kontrol tekanan gas hidrogen agar selalu terjaga pada angka tertentu. Di

sisi lain, ada sebuah sistem bernama hydrogen dryer yang juga berfungsi untuk

menjaga kemurnian hidrogen dari kelembaban yang jika dibiarkan berpotensi

memicu adanya percikan api di dalam generator. Satu sistem pendukung lain

bernama sistem seal oil yang akan kami perkenalkan lebih lanjut nantinya,

berfungsi untuk mencegah adanya kebocoran gas hidrogen ke udara bebas

mengingat media pendingin gas hidrogen digunakan pada sisi rotor generator

yang tentunya ada sisi potensial kontak (pada bearing generator) antara udara

dengan gas hidrogen. Sistem - sistem pendukung generator berpendingin hidrogen

tersebut akan kita bahas lebih detail pada kesempatan selanjutnya. Generator

terbentuk dari jutaan lilitan kawat yang tersusun menjadi kumparan di dua sisi

sektor yang berbeda, yakni : rotor dan stator. Kumparan - kumparan tersebut akan

menghasilkan panas yang sangat tinggi pada saat generator beroperasi. Gas

30
Hidrogen sebagai media pendingin generator akan mengalir menyelubungi

kumparan - kumparan tersebut, menyerap panasnya, dan membuangnya di

pendingin heat exchanger. Ada dua jenis sistem pendinginan hidrogen pada

generator yang lazim digunakan, yakni : hidrogen mendinginkan generator rotor

sekaligus stator, serta generator dengan pendingin hidrogen untuk sisi rotor dan

air pada sisi stator. Generator yang menggunakan pendingin hidrogen pada rotor

dan air pada sisi stator biasanya berukuran besar dan menghasilkan energi listrik

di atas 500 MW.

c. Udara

Telah kita bahas pada kesempatan sebelumnya bagaimana sebuah

generator listrik dapat menghasilkan panas yang bersifat merugikan proses

konversi energi gerak menjadi listrik. Jika hal ini dibiarkan begitu saja, panas

yang timbul dapat mengurangi performa generator secara signifikan, menciptakan

keausan dan kerusakan yang parah, bahkan dapat melelehkan kumparan tembaga

yang ada. Tentu saja hal - hal tersebut sangat dihindari pada sebuah generator

listrik. Maka di sinilah peran penting sistem pendingin generator berada. Sistem

pendingin ini bertugas untuk menyerap panas yang timbul pada setiap sudut

komponen generator dan membuangnya ke luar sistem. Secara umum sistem

pendingin pada generator dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan beban listrik

yang ditanggungnya. Generator dengan beban hingga 300 MW dapat didinginkan

hanya dengan udara sirkulasi saja. Untuk generator berbeban 250 hingga 450 MW

perlu menggunakan pendingin gas hidrogen. Sedangkan generator berukuran

besar dengan beban listrik hingga 1800 MW, wajib menggunakan sistem

31
pendingin hidrogen dan air bersirkulasi sekaligus. Akan tetapi pengklasifikasian

tersebut tidaklah baku, sebab inovasi sistem pendinginan generator terus

dilakukan. Bahkan saat ini generator 425 MW sudah mampu didinginkan dengan

hanya sistem pendingin udara saja. Jadi, dapat disimpulakan bahwa media

pendingin (air, gas hidrogen, dan udara) bersirkulasi pada generator listrik.

Generator hanya mensirkulasikan media pendingin ke seluruh sisi kumparan

generator listrik baik itu rotor dan stator. Sebuah alat bantu sirkulasi media

pendingin yang terpasang satu shaft dengan generator listrik bertugas untuk

mensirkulasikannya.

2.2.11 Cooling Water System

Kebanyakan industri membutuhkan cooling water system (air pendingin,

selanjutnya di sini menggunakan istilah cooling water) untuk efisiensi proses

produksinya. Cooling water system adalah sebuah sistem yang mampu

mengontrol suhu dan tekanan dengan cara mentransfer panas (heat) fluida panas

dari proses produksi ke dalam cooling water. Pada proses ini cooling water akan

menerima panas dan perlu didinginkan kembali atau diganti dengan air baru dari

make - up water. Total nilai pada proses produksi akan tergantung dari seberapa

kemampuan cooling water system dalam memempertahankan suhu dan tekanan

proses yang ditetapkan. Efisiensi dan efektifitas design cooling water system

sangat tergantung terhadap tipe proses produksi yang akan didinginkan, kualitas

air, dan lingkungannya.

32
Proses pendinginan oleh cooling water system melibatkan transfer panas

dari satu media ke media lainnya. Media yang kehilangan panas disebut cooled

(yang didinginkan) dan media yang menerima panas disebut coolant (yang

mendinginkan). Cooling water system menggunakan air sebagai coolant. Gambar

di bawah menggambarkan prinsip perpindahan panas (heat transfer), dimana

warna merah menunjukan coolant dan warna biru adalah cooled.

Gambar 2.6 Heat Transfer


(Sumber : Google Chrome)

Cooling water system sangat berpengaruh terhadap biaya total produksi

(total cost production atau TCO), karena cooling water system menghilangkan

panas yang tidak diinginkan pada proses produksi. Pada saat cooling water system

tidak dapat menghilangkan panas secara efisien, maka semua proses akan

bermasalah dan menyebabkan peningkatan biaya produksi. Selain itu jika cooling

water system tidak beroperasi secara optimal maka akan menyebabkan

berlebihnya penggunaan air, buangan air, dan biaya energi mengakibabkan total

biaya operasional semakin tinggi.

33
Alasan digunakannya air sebagai coolant pada cooling water system

karena jumlahnya melimpah dan harga lebih murah dari coolant lainnya, mudah

dan aman digunakan, mampu menurunkan panas dalam jumlah besar per unit

volume - nya khususnya dibandingkan dengan udara, serta tidak mengembang dan

mengempis secara signifikan pada saat perubahan suhu, dan tidak terjadi

dekomposisi ke senyawa molekul baru akibat perubahan suhu.

Sumber air yang digunakan untuk cooling water system disebut make - up

water, dapat berasal dari air permukaan seperti sungai dan kolam atau air bawah

tanah. Umumnya air bawah tanah lebih konsisten komposisi dan jumlah zat

terlarutnya dibandingkan air permukaan, karena air permukaan dapat dipengaruhi

oleh air hujan, erosi dan kondisi lingkungan sekitar. Akan tetapi air bawah tanah

biasanya mengandung besi dan mangan terlarut yang tinggi dimana dapat

menyebabkan fouling pada cooling water system jika tidak dihilangkan. Kondisi

ini lebih jarang terjadi pada air permukaan. Karena pertimbangan lingkungan,

biaya dan ketersediaan air, beberapa instalasi saat ini menggunakan effluent air

laut dan air limbah sebagai sumber cooling water. Akan tetapi perlu perhatian

lebih dan design yang tepat jika menggunakan kedua sumber air ini agar kinerja

sistem cooling water system tetap baik.

Beberapa parameter yang perlu diperhatikan sehubungan dengan kualitas

cooling water system agar dapat bekerja dengan baik karena dapat menyebabkan

beberapa masalah yaitu pengkaratan (corrosion), pengkerakan (scaling),

pencemaran (fouling), dan kontaminasi mikroba, adalah sebagai berikut ini :

34
1. Konduktivitas (Conductivity), nilai konduktivitas pada water cooling

system sangat tergantung dengan design, kualitas air baku, dan tipe

penggunaaan bahan kimia.

2. pH, kontrol pH sangatlah penting karena terjadinya korosi akan

meningkat, jika pH di bawah nilai yang direkomendasikan. Efektifitas senyawa

kimia biocide tergantung pH karena pertumbuhan mikroba sangat bergantung

pada perubahan pH.

3. Alkalinitas (Alkalinity), pH dan alkalinitas sangat berhubungan erat karena

meningkatnya pH mengindikasikan meningkatnya alkalinitas begitu pun

sebaliknya. Seperti halnya pH, jika alkalinitas di bawah nilai yang

direkomendasikan maka terjadinya korosi semakin tinggi dan jika alkalinitas di

atas nilai yang direkomendasikan maka peluang terjadi scaling sangat tinggi.

Alkalinitasnya juga dapat mempengaruhi terjadinya fouling.

4. Kesadahan (Hardness), tingkat kesadahan umumnya berhubungan dengan

peluang terbentuknya kerak (scaling). Penggunaan bahan kimia anti - scaling

biasanya direkomendasikan untuk mencegah terjadinya pengkerakan

sehingga tingkat kesadahan masuk ke batasan yang ditetapkan. Untuk

pengontrolan korosi, perlu diperhatikan tingkat kesadahannya karena dapat

sebagai inhibitor korosi, dengan demikian penting diperhatikan penentuan

yang tepat agar tidak terlalu rendah kesadahannya

2.2.11.1 Pengolahan awal air

35
Sebelum masuk ke tangki air baku, air mengalir melalui sistem pretreatment yang

terdiri dari unit flotasi, unit dosis kimia, filter multilayer dan unit klorinasi. Unit

pompa dosis digunakan bersama dengan unit pengapungan. Filter multilayer

dibersihkan dengan back flushing dan dilengkapi dengan jalur bypass. Unit

klorinasi dan unit dosis kimia termasuk tangki kimia dan pompa dosis.

Unit pengolahan air Unit pengolahan air meningkatkan kualitas air dengan

melakukan penyaringan, pelunakan dan demineralisasi. Unit pengolahan air terdiri

dari komponen utama berikut:

● Filter multi-lapis

● Pelunak air dengan tangki air asin

● Filter karbon aktif

● Filter kartrid

● Unit osmosis balik dengan peralatan pembersihan di tempat Unit perawatan

mencakup instrumentasi untuk memantau tekanan dan aliran dalam sistem.

Pengukur konduktivitas dipasang di saluran keluar unit. Air yang tidak diolah

terlebih dahulu disaring dalam filter multi-layer, yang menghilangkan partikel dari

air. Sebelum memasuki unit reverse osmosis, air mengalir melalui pelembut dan

filter kartrid. Di unit reverse osmosis, garam dan kotoran lainnya dihilangkan.

Unit pengolahan air dikendalikan dari panel kontrol lokal. Unit beroperasi sesuai

dengan level dalam tangki untuk air yang diolah.

Memulai unit pra-pengolahan air

1 Periksa suplai air ke sistem pretreatment.

36
2 Siapkan unit flotasi udara terlarut untuk operasi.

3 Mulai pompa umpan flotasi udara terlarut.

4 Siapkan dosis kimia dan unit klorinasi untuk operasi.

5 Hidupkan unit penguat tekanan.

6 Siapkan filter multilayer untuk operasi. Tindakan yang harus diambil

bergantung pada status sistem. Periksa apakah semua filter siap dioperasikan.

Cuci kembali filter, jika perlu.

7 Buka katup ke tangki air baku.

8 Mulai pengolahan air.

9 Periksa pengoperasian sistem.

● Periksa pembacaan tekanan.

● Periksa alirannya.

● Periksa pengoperasian sakelar level di tangki air baku. Sistem harus berhenti

ketika level tinggi tercapai di dalam tangki dan mulai ketika level rendah tercapai.

● Periksa apakah semua katup berada pada posisi yang benar.

2.2.11.2 Sistem pasokan air


Sistem pasokan air memastikan pasokan air olahan yang cukup pada tekanan

yang benar ke pembangkit listrik. Air pra-olahan disimpan dalam tangki air baku

sebelum dipasok ke unit pengolahan air. Sebuah unit pengolahan air

meningkatkan kualitas air untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Air hasil olahan

37
ditampung di tangki air olahan sebelum didistribusikan ke konsumen. Air api

dipindahkan dari unit pengolahan air ke tangki penyimpanan air api.

Memulai sistem pasokan air


Sistem pasokan air menyediakan air yang diolah ke pabrik, dan harus beroperasi
terus menerus saat pabrik berjalan. Prosedur

1. Tutup katup pembuangan tangki air.

2. Buka katup saluran masuk unit pra-pengolahan air. Pastikan ada air di baskom
air baku.

3. Mulai unit pra-pengolahan air.

4. Atur katup pengisian tangki air baku dan tangki air api untuk operasi otomatis.

5. Buka katup keluar tangki air baku.

6. Mulai unit pengolahan air.

7. Buka katup keluar tangki untuk air olahan dan nyalakan unit booster air olahan.
Pastikan ada air di dalam tangki sebelum memulai unit booster.

8. Buka katup penutup di jalur distribusi air yang diolah sesuai kebutuhan

2.2.11.3 Tipe Cooling Water System

Terdapat beberapa tipe cooling water system yang banyak digunakan oleh

industri, berikut penjelasannya secara singkat :

1. Open recirculating systems

38
Sistem ini yang paling banyak digunakan diindustri saat ini. Pada sistem

ini terdiri atas pompa, heat - exchanger (HE), dan cooling tower. Pompa akan

menjaga air diresirkulasi (dikembalikan lagi) melalui heat - exchanger. Panas

akan ditransfer ke cooling water dan selanjutnya akan mengalir kembali ke

cooling tower dan panas dibuang melalui proses evaporasi (penguapan), karena

terjadi proses evaporasi dalam kondisi sistem terbuka sehingga disebut “open

recirculating systems”. Proses evaporasi akan menyebabkan zat terlarut dalam

cooling water akan semakin pekat sehingga dapat terjadi scaling atau fouling.

Bentuk sistem ini berbentuk menara pagoda agar proses evaporasi terjadi secara

baik, sehingga disebut “cooling tower”.

Gambar 2.7
Open recirculating systems
(Sumber : Google Chrome)

39
2. Once through systems

Pada sistem ini, cooling water system akan melewati heat - exchanger

sekali sehingga konsentrasi zat terlarut dalam cooling water tidak berubah, akan

tetapi dibutuhkan volume cooling water yang banyak karena tidak ada sistem

resirkulasi, sehingga air laut sebagai sumber air sering kali digunakan. Perubahan

suhu akibat cuaca sering kali menjadi masalah terhadap sumber air pada

operasionalnya, selain itu polusi suhu akibat dari buangan cooling water ke sungai

atau danau akan menjadi masalah lingkungan.

Gambar 2.8 Once through systems


(Sumber : Google Chrome)

3. Closed recirculating systems

Pada sistem ini konsentrasi zat terlarut pada cooling water system tidak

berubah dan kehilangan cooling water atau bahan kimia pengontrol sangatlah

kecil sebab tidak terjadi evaporasi. Air dan penambahan dosis bahan kimia

pengontrol dapat digunakan tanpa adanya penambahan biaya, karena sistem

tertutup dan kehilangan air diminimalisir dalam sistem dengan adanya resirkulasi.

Gambar 2.9 Closed recirculating systems


2.2.12 Sistem Motor Pompa

40
Sistem Motor Pompa adalah suatu system alat yang digunakan untuk

memindahkan suatu cairan dari satu tempat ke tempat yang lain dengan cara

menaikkan tekanan cairan tersebut, kenaikan tekanan cairan tersebut digunakan

untuk mengatasi hambatan - hambatan pengaliran, hambatan - hambatan

pengaliran itu dapat berupa perbedan tekanan perbedaan ketinggian atau hambatan

gesek. Pada prinsipnya sistem motor pompa mengubah impeller mekanik menjadi

impeller aliran fluida, impeller yang diterima oleh fluida akan digunakan untuk

menaikkan tekanan dan mengatasi tahanan - tahanan yang terdapat pada saluran

yang dilalui.berikut gambar motor pompa

Gambar 2.10 motor pompa

Pemeliharaan Motor pompa

• Matikan arus di sakelar pengaman dan kunci sakelar.

• Lepaskan bilah kipas dari motor

• Buka junction box dan pastikan motor dalam keadaan mati.

41
• Lepaskan kabel dari motor.

• Pasang penyangga untuk motor baik braket di bawah motor atau mata

pengangkat dan tali untuk poros.

• Angkat motor. Memasang motor

• Angkat motor baru ke posisi kanan.

• Pasang sekrup pengencang Torsi pengencangan untuk baut-baut motor yang

ditunjukkan pada gambar di bawah ini adalah 150 Nm.

• Pasang kabel ke motor. Pastikan arus masih padam.

• Jika Alfa Laval Vantaa belum mengirimkan motor baru, bor saluran air

kondensasi sesuai dengan instruksi pabrik motor dan pastikan pelumasan motor

sudah benar.

Gambar sirkulasi motor pompa

● Saat mengisi sistem pendingin mesin, katup V002 dan V005 harus terbuka dan

katup lainnya tertutup.

42
● Saat mengedarkan air untuk tujuan pencampuran, katup V002 dan V006 harus

terbuka dan katup lainnya ditutup.

Pompa air dilengkapi dengan pengukur tekanan (P001) untuk memantau

tekanan pelepasan. Katup satu arah mencegah air mengalir ke arah yang salah.

Selang untuk dosis bahan kimia terhubung ke sisi hisap pompa. Garis dosis bahan

kimia mencakup katup penutup manual (V009) dan katup satu arah untuk

mencegah aliran balik. Pompa dihidupkan dan dimatikan secara manual dari kotak

control.

2.2.13 Cara Kerja Kipas Pendingin

Adapun cara kerja kipas pendingin adalah Aliran udara yang disebabkan

ketika engine on belum mampu memberikan pendinginan yang cukup sehingga

diperlukan komponen tambahan, yaitu kipas pendingin. Kipas pendingin ini

berfungsi untuk membantu mendinginkan radiator dengan cara membuat udara

dapat mengalir melewati sirip - sirip radiator. Udara akan menyerap panas pada

sirip - sirip radiator sehingga temperatur air pendingin pada radiator dapat

diturunkan. Seperti yang di tunjukan pada gambar 2,10 berikut ini

Gambar 2.10 kipas pendingin

43
kipas terutama untuk penggunaan di luar ruangan yang dirancang motor

sangkar-tupai yang dibangun dengan standar IEC atau NEMA jika ditentukan

secara terpisah dan dilengkapi dengan outlet air kondensasi.

• Periksa apakah semua komponen terpasang dengan benar dan tidak ada

kerusakan yang terlihat.

• Jika bantalan mengeluarkan suara gemerisik, ganti motor listrik atau

bantalannya.

• Periode pelumasan normal adalah 15.000 – 30.000 jam. Jumlah dan jenis

gemuk tertera pada pelat nama motor/manual motor. Jika Anda menggunakan

pelumas lain yang disebutkan dalam manual ini, periksa kompatibilitasnya.

• Selama macet (misalnya di musim dingin) jalankan kipas selama 3...4 jam

setidaknya sebulan sekali. Disarankan juga untuk mengubah urutan awal kipas

saat menggunakan kipas untuk pengaturan kapasitas.

• Komponen lain (blade, braket motor, pelindung kipas) tidak memerlukan

perawatan apa pun.

Mengganti Bilah Kipas

• Matikan arus di sakelar pengaman dan kunci sakelar. Tunggu sampai poros

motor dan tiang bilah mendingin ke suhu yang sama. Saat motor berjalan, ada

beberapa transmisi panas ke poros sehingga bilahnya bisa terlalu kencang untuk

dilepas.

• Lindungi elemen perpindahan panas dengan karton tebal. Menjatuhkan alat

dapat merusak elemen. • Lepas baut (1) yang mengunci bilah kipas ke poros

motor.

44
• Jika blade tidak dapat dilepas dengan memutar ringan antara motor dan

impeller, tarik blade dengan ekstraktor. Perhatikan, bahwa impeler (2) dan

kutub (3) seimbang. Kutub tidak boleh dicampur satu sama lain dan selalu

harus dipasang kembali hanya ke impeler yang sama. Juga berhati-hatilah agar

posisi tiang sehubungan dengan impeller tetap sama – posisi yang benar dapat

ditandai mis. dengan tinta gambar. Impeller dapat dilepas dari tiang blade

dengan membuka baut (4) di sekitar tiang. Tolong jangan buka baut

pemasangan bilah terpisah di lingkaran luar Setelah impeller dilepas, tiang

dapat dilepas dengan menggunakan ekstraktor.

2.2.14Sistem Kendali Suhu Putaran Kipas Pendingin

Sistem Kendali Suhu Putaran Kipas Pendingin adalah suatu proses pengendalian

suhu putaran kipas pendingin, dimana perubahan suhu dapat diukur atau

terdeteksi, dan bagian dari energi panas yang ke dalam atau keluar dari ruang

disesuaikan untuk mencapai suhu rata - rata yang diinginkan. Berikut gambar

control panel pengendalian

Gambar 2.10 panel control suhu putaran kipas

45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan dan dibahas metodologi penelitian serta

informasi dalam penelitian ini sangat diperlukan untuk menyelesaikan tugas akhir

ini, maka metodologi penelitian yang dapat dilakukan untuk mendapatkan

informasi antara lain. Adapun metodologi penelitian tersebut adalah sebagai

berikut ini :

3.1 Objek Penelitian

Gambar 3.1 single line sistem pendingin PT PJB UBJOM PLTMG ARUN

Gambar 3.1 menunjukkan sistem cooling di PT PJB yang meliputi proses

pendingin pada engine.mulai dari suhu awal dan setelah suhu di dinginkan

46
3.2 Teknik Pengumpulan Data

Informasi dalam penelitian ini sangat diperlukan untuk menyelesaikan

tugas akhir ini, maka metode dilakukan untuk mendapat informasi antara lain:

1. Studi literature. Dalam melaksanakan penelitian ilmiah harus dilakukan teknik

penyusunan yang sistematis untuk memudahkan langkah-langkah yang

diambil. Begitu pula yang dilkukan penelitian ini, langkah pertama yaitu

dengan melakukan studi literature yang diperoleh dari buku referensi dari

pustaka, akses internet dan bimbingan dari staf pengajar agar mendapat data-

data yang berhubungan dengan permasalahan dalam penulisan proposal tugas

akhir ini.

2. Pengambilan data lapangan. Pengambilan data lapangan dilakukan di PJB

UBJOM Arun 184 MW meliputi, data engine, generator, dan single line

diagram, data-data tersebut dapat pada tabel.

Tabel 3.1 Spesifikasi Mesin Pembangkit listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG)

Jumlah mesin 19 Unit

Output pembangkit listrik 8.8 MW/Mesin

Jenis mesin Wartsila 18V50 SG

Jumlah silinder mesin 18

Lubang bor silinder 510 mm

Langkah piston 600 mm

Putaran 750 rpm

Tenaga nominal 11000 V

47
Tegangan sekunder 400 VAC

Frekuensi 50 Hz

Berat Mesin tanpa Flywhell 360 Ton

Tegangan utama 11000 V

Adapun engine pada PLJB UBJOM Arun 184 MW terdapat 19 unit engine

yang dimana satu engine terdapat 18 piston dan frekuensi 50 Hz. Pengapian bahan

bakar yang sangat ramping biaya, dan benar teknologi pengapian diperlukan

untuk menyediakan sumber pengapian berenergi tinggi. Pilihan teknologi

pengapian paling cocok untuk mesin berbahan bakar gas murni. Percikan api

dengan pre-chamber juga dikenal sebagai teknologi SG, digunakan pada mesin

gas murni yang ada.

Tabel 3.2 Data teknis Radiator pembangkit listrik PT.PJB UBJOM PLTMG ARUN

Manufacturer Radiator converter

Type BLP021

Status running

Actual Speed 100 %

Output frequency 30 Hz

Motor Speed 586 Rpm

Shaft power 68.3 %

current 109.4 A

Motot Voltage 380 V

DC-link Voltage 522 V

48
Active fault code 0

Enclosure IP23

Flow axial

3.3 Teknik Pengolahan Data

Metode ini digunakan untuk melakukan studi pada data lapangan guna

mendapatkan data spesifikasi mesin di PT.PJB UBJOM PLTMG ARUN dan

proses pendingin di mesin dan pengaruh sistem pendingin terhadap kinerja mesin,

berikut beberapa metode yang digunakan yaitu:

1. Metode observasi yaitu meninjau informasi yang ada mengenai proses

sistem pendingin di PT PJB UBJOM PLTMG ARUN

2. Metode kepustakaan yaitu mengumpulkan data-data referensi yang

berhubungan dengan tiap kasus.

3. Metode konsultasi dan diskusi yaitu berkonsultasi dan mendiskusikan

langsung dengan pihak lainnya yang kompeten dibidangnya dterutama mengenai

kasus.

4. Metode pengujian menguji sistem yang tersedia dengan melakukan

percobaan tertentu sesuai dengan tujuannya dan mendapatkan data-data hasil

percobaan untuk dianalisis

3.4 Metode Analisis Data

1. Menganalisis cara kerja mesin pendingin pada PT.PJB UBJOM PLTMG

ARUN

2. Menganalisis pengaruh sistem pendingin terhadap kinerja mesin pada PT.PJB

UBJOM PLTMG ARUN.

49
3.5 Flow Chart

Gambar 3.1

Flowchart Penelitian

Gambar 3.2 Blok Diagram Penelitian

50
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan seputar hasil penelitian dan pembahasan dari

penelitian. Adapun hasil penelitian dan pembahasannya adalah sebagai berikut ini.

4.1 Prinsip Kerja Sistem Pendingin di PLTMG Arun

Prinsip kerja sistem pendingin di PLTMG Arun Sistem pendingin mesin

menggunakan air tawar yang diolah secara kimia. Sistem terbagi menjadi sirkuit air

pendingin suhu rendah (LT) dan suhu tinggi (HT). Pendinginan air disirkulasikan

dalam sistem dengan pompa sentrifugal yang digerakkan langsung yang dipasang di

mesin.Air HT mendinginkan jaket mesin. Air LT disirkulasikan melalui udara

muatan dan pendingin oli pelumas. Air didinginkan dalam radiator dengan kipas

pendingin yang digerakkan secara elektrik. Suhu di Sirkuit LT dan HT dikendalikan

oleh katup tiga arah. Katup kontrol suhu mengarahkan air ke radiator atau kembali ke

mesin, tergantung pada suhu air. Kecepatan kipas radiator diatur sesuai dengan suhu

air di dalamsaluran balik dari radiator. Unit pemanasan awal digunakan untuk

memanaskan air jaket sebelum mesin dihidupkan.Sirkuit LT dan HT menggunakan

bejana ekspansi tunggal. Jalur outlet dari ekspansi bejana masing-masing terhubung

ke sisi hisap pompa sirkulasi LT, untuk meningkatkan tekanan hisap pompa. Bejana

ekspansi terhubung ke sirkuit air pendingin pada mesin dengan pipa ventilasi. Sistem

air pendingin mencakup peralatan untuk memantau tekanan dan suhu dalam sistem,

misalnya di saluran masuk dan keluar mesin dan radiator.seperti yang dapat di lihat

pada gambar 4.1

51
Gambar 4.1 proses cooling sytem

4.1.1Starting the cooling water system


Periksa pasokan udara instrumen ke katup pneumatik di

sistempendingin.Pastikan katup suplai udara terbuka dan tekanan udara disetel

dengan benar(5–6 batang).

Prosedur :

1. Isi dan ventilasi sirkuit air pendingin. Pastikan bahwa dosis kimia

sudah benar.

2. Periksa apakah semua katup manual berada pada posisi yang benar.

a. Periksa apakah katup masuk dan katup keluar unit dalam sistem

pendingin

b. Periksa apakah semua katup pembuangan dan ventilasi tertutup

sepenuhnya.

52
c. Periksa apakah katup isolasi pengukur terbuka.

3. Mulai unit pemanas awal air jaket. Atur unit untuk operasi otomatis.

4. Mengoperasikan radiator. Air pendingin dipanaskan terlebih dahulu ke

tingkat yang memungkinkan start dan pemuatan engine yang cepat.

Kapan mesin telah hidup, pendingin dan katup pengatur suhu menjaga

pendinginan air pada suhu yang tepat pada sistem pendingin tersebut

Persyaratan akhir

Sirkuit air pendingin harus diberi ventilasi bila mesin telah beroperasi

selama satu hari. Ventilasi reguler juga diperlukan selama pengoperasian

mesin normal.

4.1.2 Stopping the cooling water system


Nonaktifkan radiator dan kontrol kecepatan sebagaimana

berlaku.Disarankan untuk menjaga pemanasan siaga motor kipas tetap beroperasi

bila memungkinkan, untuk mencegah kondensasi.

Prosedur :

1. Matikan unit pemanas awal air jaket.

2. Kosongkan sirkuit air pendingin jika diperlukan untuk tujuan

penghentian.Secara umum disarankan agar sirkuit air pendingin tetap

diisi dengan air yang diolah secara lamgsung pada sistem pendingin

3. Jika sistem air pendingin telah dikosongkan, lakukan tindakan yang

diperlukan untuk melindungi sistem terhadap korosi.

53
4.1.3 Emptying the cooling water circuits
Sebelum mengosongkan sirkuit air pendingin, unit pemanasan awal harus

dimatikan.Ketika sirkuit air pendingin perlu dikosongkan untuk pekerjaan

pemeliharaan, yang dirawat air pendingin dapat disimpan sementara di tangki air

perawatan.

Prosedur

1. Periksa apakah katup pembuangan tangki air pemeliharaan tertutup.

2. Periksa level di tangki air perawatan.Pastikan tangki dapat

menampung jumlah air yang akan dikeringkan dari air

pendinginsirkuit.

3. Atur katup pada pompa air perawatan pada posisi yang benar.Air harus

dipompa dari sirkuit air pendingin ke tangki air pemeliharaan saat

pompa bekerja.

a. Buka katup.

b. Tutup katup

4. Periksa posisi katup penutup di sirkuit air pendingin. Biasanya, semua

katup penutup terbuka. Jika bagian dari sistem air pendingin harus

disimpan di isi, dapat diisolasi dengan menutup katup yang sesuai.

5. Buka katup pembuangan bejana ekspansi.

6. Buka katup penutup di saluran pengosongan ke tangki air perawatan.

7. Mulai pompa air perawatan.Pompa dikendalikan dari kotak kontrol

lokal di tangki air perawatan.Untuk meningkatkan aliran air, katup

ventilasi di sirkuit air pendingin dapat dibuka

54
8. Hentikan pompa air perawatan ketika sirkuit air pendingin telah

dikosongkan.

9. Tutup katup penutup di saluran pengosongan.

4.1.4 Supervising the cooling water system


Ketinggian air di bejana ekspansi harus diperiksa secara teratur dan air

ditambahkan ke sistem sesuai kebutuhan. Ketinggian dalam bejana ekspansi dapat

bervariasi selama pengoperasian, karena perubahan suhu dan perubahan volume

konsekuensial dalam sirkuit air pendingin. Air dapat ditambahkan ke sirkuit air

pendingin menggunakan tangki air perawatan. Kapan mengisi sistem, pastikan

tingkat aditif yang benar dipertahankan di sistem. Jika air ditambahkan untuk

mengkompensasi penguapan dan konsentrasi bahan kimia lebih dari cukup, air

yang tidak diolah dapat digunakan. Untuk mengamankan pendinginan yang

efisien dan menghindari masalah operasional, penting agar udara di sirkuit air

pendingin dihilangkan. Unit dalam sistem harus dibuang secara teratur interval,

dan selalu berhubungan dengan mengisi atau memulai sistem. Air pendingin harus

dianalisis secara teratur, untuk memantau kualitas air dan menentukan kebutuhan

dosis kimia. Bahan kimia dapat ditambahkan ke air pendingin menggunakan

tangki air pemeliharaan.

4.2 Pengaruh Sistem Pendingin Terhadap Kinerja Mesin

Pengaruh sistem pendingin terhadap kinerja mesin adalah untuk mengkondisikan

suhu mesin pada unit pembangkit energi listrik. Sistem pendingin sangat dibutuhkan

untuk mengurangi panas berlebih pada mesin. Dengan adanya sistem pendingin,

55
kinerja mesin optimal hal ini dikarenakan panas yang berlebih pada mesin telah

diturunkan oleh sistem pendingin tersebut. Jika sebuah mesin tidak memiliki sistem

pendingin, maka panas berlebih yang ditimbulkan oleh mesin akan menyebabkan

komponen mesin cepat rusak.terjadi penurunan temperature air seperti pada tabel 4.1

berikut ini

Tabel 4.2 pengaruh sistem pendingin

56
4.2.1 pengaruh water temperature terhadap Kecepatan Mesin (Rpm)

Pada bab ini akan menjelaskan pengaruh water temperature terhadap

kecepatan mesin (Rpm).pada saat pengoperasian pada jam 10.00 suhu water

temperature 48,60(°C), dan kecepatan mesin nya 749 Rpm dan pada saat jam

11.00 suhu water temperature nya naik menjadi 50,10 dan putara nya berkurang

menjadi 747 Rpm seeiring berjalan waktu pada saat jam 16.00 suhu Kembali

turun menjadi 47,20(°C),dan kecepatan mesin nya bertamnah menjadi 751 Rpm

dan pada saat jam 22.00 water temperature naik menjadi 50,10(°C),dan

kecepatan nya stabil di kisaran 751 rpm,dan pada saat jam 09.00 water

temperature turun menjadi 49,20 (°C) dan putaranya menjadi 747 Rpm dari sini

bisa di lihat pengaruh water temperature dengan kecepatan berbanding linear

dan water temperature selalu menjaga putara mesin agar stabil dan terjaga .

4.2.1.1 Grafik pengaruh water temperature kecepatan mesin

Gambar 4.2 menampikan grafik pengaruh water temperature terhadap

kecepatan mesin pada saat pengoperasian engine speed tertinggi yaitu pada

753 Rpm yang terjadi pada suhu 49,30(°C) dan engine speed terendah 747

Rpm dan terjadi pada suhu 49.20(°C),sedangkan suhu tertinggi di bagian LT

adalah 50,20(°C) dan engine spped yang dihasilkan 751Rpm, dan suhu

terendah di bagian LT adalah 48,60(°C) dan kecepatan mesinyanya adalah

749 Rpm. Di sini dapat dilihat perubahan nya secara bertahap mulai dari

saat pengoperasian pengaruh nya berbanding linear pada saat suhu

temperature nya 48,60 dan kecepatan mesin nya 749 Rpm.

57
Gambar 4.2 pengaruh water temperature terhadap kecepatan mesin

4.2.2 pengaruh water temperature terhadap Suhu mesin

Pada bab ini akan menjelaskan pengaruh water temperature terhadap suhu

mesin.pada saat pengoperasian pada jam 10.00 suhu water temperature 48,60(°C),

dan suhu mesinya nya 50 (°C), dan pada saat jam 11.00 suhu water temperature

nya naik menjadi 50,10 dan suhu mesinya bertambah menjadi 52(°C), seeiring

berjalan suhu dari water temperature 48,4 (°C), dan suhu mesin nya turun menjadi

50 (°C), di sini dapat dilihat semakin kecil suhu dari water temperature nya suhu

dari mesin nya juga turun,dan dapat dilihat pada jam 19.00 suhu temperature air

naik lagi menjadi 49,6(°C), dan suhu mesin nya juga naik lagi menjadi 52 (°C),

dan pada saat pukul 22.00 suhu dari water temperature naik lagi menjadi 50 ,1

(°C), dan ini mengakinatkan suhu mesin menjadi naik menjadi 54 (°C).

58
4.2.1.1Grafik pengaruh water temperature terhadap suhu mesin

Pada gambar 4.3 menampilkan menampikan grafik pengaruh water

temperature terhadap kecepatan mesin pada saat pengoperasian Suhu

mesin teringgi 54(°C) yang terjadi pada suhu 49,30(°C) dan suhu mesin

terendah adalah 46 (°C) dan terjadi pada suhu 49.20(°C),sedangkan suhu

tertinggi adalah 50,20(°C) dan,di sini dapat dilihat grafik pada awal di

suhu temperature air 48,6 (°C) suhu mesin nya adalah 50(°C),dan pada saat

temperature air nya naik menjadi 50,1 (°C) dan suhu mesinya juga naik

menjadi 52 (°C),dan pada saat water temperature nya turun di 48,5(°C)

suhu dari mesin nya juga turun menjadi 48 (°C) ini dapat kita lihat

pengaruh dari water temperature terhadap suhu mesin sangat berpengaruh

semakin rendah suhu water temperature nya suhu mesin menjadi semakin

rendah,begitu juga sebalik nya jika suhu water temperature nya tinggi itu

mengakibatkan suhu mesin juga semakin tinngi jadi water temperature

atau air pendingin sangat berpengaruh terhadap suhu mesin tersebut.

Gambar 4.3 pengaruh water temperature terhadap suhu mesin

59
4.2.3 Grafik pengaruh water temperature (LT) terhadap daya aktif (kw)

Gambar 4.2 merupakan grafik pengaruh sistem pendingin terhadap daya

aktif pada water temperature (LT),pada saat pengoperasian daya aktif tertinggi

yaitu pada 8963 kw yang terjadi pada suhu 48,90 (°C) dan daya aktif terendah 8640

kw dan terjadi pada suhu 48.60(°C),sedangkan suhu tertinggi di bagian LT adalah

50,20(°C) dan daya aktif yang dihasilkan 8851 kw, dan suhu terendah di bagian

LT adalah 48,60(°C) dan daya aktif nya adalah 8640 kw,di sini dapat dilihat pada

awalan daya aktif nya mengalami penaikan 8600 Kw ke 8700 Kw dan pada saat

temperature nya naik menjadi 50,2 (°C) daya nya menjadi naik menjadi 8800 Kw

dan proses ini berlanjut dan pada suhu 48,60 daya mengalami penurunan menjadi

8670 Kw dan pada akhir nya pada jam 09.00 water temperature nya menjadi

49,20 dan daya yang dihasilkan 8745 kW

Gambar 4.3 pengaruh water temperature LT terhadap daya aktif

60
BAB V

PENUTUP

Pada bab ini berisi simpulan dan saran penelitian. Adapun simpulan dan

sarannya adalah sebagai berikut ini :

5.1 Simpulan

Prinsip kerja sistem pendingin di PLTMG Arun menggunakan media

pendingin, yaitu : air. Air yang mengalir melewati kisi - kisi (fin) radiator akan

menyerap suhu panas dari air pendingin sehingga suhu air pendingin akan turun.

Ketika suhu meningkat mencapai 90⁰C, maka thermostat akan membuka penuh

sehingga kuantitas (jumlah) air pendingin yang mengalir ke radiator bertambah

banyak. Pengaruh sistem pendingin terhadap kinerja mesin adalah untuk

mengkondisikan suhu mesin pada unit pembangkit energi listrik. Sistem

pendingin sangat dibutuhkan untuk mengurangi panas berlebih pada mesin. Daya

output berbanding lurus dengan temperatur inlet dan outlet.

5.2 Saran

Dibutuhkan pengoptimalan rutin sistem pendingin, pemeliharaan,

perbaikan, dan perawatan penting agar menjaga kinerja mesin pembangkit listrik

tersebut. Hal ini dilakukan agar mesin dapat bekerja optimal tanpa mengalami

gangguan dan masalah apapun.

61
DAFTAR PUSTAKA

Hardjo Budi. 2015. Kajian Sistem Pendingin Udara Masuk untuk Menaikkan
Daya pada Beban Puncak.

Komaruddin. 2021. Analisis Main Cooling Water Pump pada Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi (PLTPB).

Afiqi Muhammad. 2019. Pengendalian Otomatis Cooling Water System pada


Proses Pendinginan Turbin Gas.

Hizbullah Muhammad. 2014. Kajian Sistem Pendingin Udara Masuk Turbin Gas
untuk Menaikkan Daya Output.

Anwar Syarifil. 2016. Sistem Pendingin Alternator pada PLTU Asam – Asam.

62

Anda mungkin juga menyukai