Anda di halaman 1dari 13

ABSTRAK

Telah dilakukan praktikum seismik di lapangan Taman Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya. Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat memahami prinsip metode seismik baik
refleksi maupun refraksi serta memahami tahapan processing data seismik. Akuisisi data menggunakan
palu godam (sledgehammer), geophone sebanyak 24 buah dengan bentangan 150 meter. Data yang
diperoleh dari akuisisi sebanyak 76 shot. Raw data di sorting ke dalam common receiver gather, yaitu
menjadikan shot sebanyak 24 dan 76 receiver. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan resolusi seismik.
Software utama yang digunakan dalam pengolahan data praktikum seismik ini adalah Vista 12 untuk
processing refleksi dan ZondSTD untuk processing refraksi. Processing data refleksi hanya sampai
stacking, sedangkan untuk processing refraksi sampai inversi. Hasil yang diperoleh dari kedua processing
tersebut adalah berupa layer lapisan bawah permukaan daerah survey dengan persebaran velocity terhadap
kedalaman.
Kata kunci: Processing, Refleksi, Refraksi
Skema Processing Data Seismik
1. Refleksi 2. Refraksi

Mulai Mulai

Sorting raw data ke


common receiver gather
Input Raw Data

Editing Geometry
Editing Geometry
Filtering

Filtering
Velocity Analysis

Picking first break


NMO

Stacking CMP Inversi

A. Processing Metode Refleksi

1. Sorting ke common receiver gather


Pada mulanya, data yang diperoleh dari praktikum adalah common shot gather, maka dari itu raw
data ini di sorting ke dalam common receiver gather untuk meningkatkan resolusi data. Pada
awalnya shot berjumlah 76 dan channel sebanyak 24, setelah di sorting menjadi kebalikannya.
Sorting ke dalam crg menggunakan software Matlab dengan script berikut.
2. Editing Geometry
Editing geometry merupakan tahapan awal yang sangat penting untuk melakukan tahap processing
selanjutnya. Karena, jika salah akan mempengaruhi tahap processing selanjutnya
3. Filtering
Filtering dilakukan untuk meningkatkan signal to noise ratio data, dalam artian menghilangkan
frekuensi yang tidak diinginkan pada data seismik. Dalam pengolahan data seismik, filter yang
umum digunakan adalah bandpass filter, karena umumnya data seismik mengandung frekuensi
noise tinggi dan rendah. Berikut ini adalah flow pengolahan sinyal seismik yang digunakan di
Vista

Scaling

Amplitude
Gain Control

Bandpass

Deconvolution

Bandpass
Scaling dan AGC dilakukan untuk mengembalikan dan menguatkan amplitude dari sinyal seismik.
Selanjutnya diterapkan filtering bandpass dengan range 5, 10, 35, 50. Kemudian diterapkan
dekonvolusi. Dekonvolusi adalah suatu proses untuk menghilangkan pengaruh dari wavelet
sumber dari suatu trace seismik. Dengan proses tersebut diperoleh deret pseudo refleksi yang
berupa spike yang menggambarkan amplitudonya. Pada praktikum kali ini yang digunakan adalah
predictive deconvolution.

4. Velocity Analysis
Prinsip dari velocity analysis adalah mencoba-coba untuk mendapatkan nilai velocity yang tepat
(trial and error) yang mana nilai tersebut nantinya akan digunakan untuk koreksi NMO. Velan
pada Vista dengan membuat flow berikut
Pada flow tersebut diatur filtering, AGC, serta nilai velocity CVS dan velocity semblance harus
disamakan. Setelah itu kita dapat melihat representasi dari velocity semblance dengan membuka
interactive velocity. Kita dapat melakukan picking sesuai event dari semblance tersebut. Setelah
picking selesai, dapat dilihat kontur lapisannya.
5. NMO
Setelah melakukan picking velocity pada proses velocity analysis, nilai velocity dapat di save
untuk selanjutnya digunakan pada proses NMO.
6. Stacking
Setelah dilakukan koreksi NMO dengan menginput velocity dari hasil velocity analysis,
selanjutnya dapat dilakukan stacking pada trace-trace seismik.
B. Processing Metode Refraksi

1. Input Raw Data


Data hasil akuisisi yang telah di merge dalam format SEG-Y di input ke software ZondSTD.

2. Editing geometry
Setelah data di input, langkah selanjutnya adalah editing geometry. Pada software ZondSTD,
geometry yang perlu diisi adalah geometry shot dan receiver.
3. Filtering
Untuk menghilangkan frekuensi noise dapat dilakukan filtering sesuai kebutuhan. Gain amplitude
juga dapat diatur agar spike tidak terlalu besar.

4. Picking first break


Setelah itu dapat dilakukan picking first break mengikuti trend dari trace. Picking hanya dilakukan
terhadap 5 shot tengah dari total shot keseluruhan

5. Inversi
Jika picking telah selesai untuk kelima shot, inversi dapat dijalankan seperti berikut
Pembahasan data adalah saat tahap velocity analysis. Karena
survey dilakukan di area soil, range velocity yang
Telah dilakukan praktikum seismik di lapangan
dipilih untuk CVS dan semblance velocity yaitu
Taman Alumni Institut Teknologi Sepuluh
20 hingga 200 dengan interval 20 m/s dengan
Nopember Surabaya. Tujuan dari praktikum ini
waktu tempuh 0 sampai 2000 ms. Namun, event
adalah agar praktikan dapat memahami prinsip
semblance tidak dapat terlihat, sehingga
metode seismik baik refleksi maupun refraksi
menyulitkan saat picking. Proses ini nantinya
serta memahami tahapan processing data
akan berpengaruh pada koreksi NMO dan
seismik. Akuisisi data menggunakan palu godam
stacking, karena pemilihan velocity yang kurang
(sledgehammer), geophone sebanyak 24 buah
tepat. Hasil yang diperoleh dari kedua processing
dengan bentangan 150 meter. Noise yang
tersebut adalah berupa layer lapisan bawah
terdapat dalam data praktikum ini berasal dari
permukaan daerah survey dengan persebaran
kendaraan yang melintas sekitar area survey.
velocity terhadap kedalaman.
Data yang diperoleh dari akuisisi sebanyak 76
shot. Untuk melakukan pengolaha, data hasil
akuisisi yang sebelumnya dalam sort common
shot gather diubah terlebih dahulu ke common
receiver gather. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan resolusi pada data, dibandingkan
menggunakan common mid point gather. Proses
sorting dilakukan di software Matlab. Maka akan
diperoleh suatu data dengan shot sebanyak 24
dan receiver 76. Maka data tersebut sudah bisa
diolah menggunakan software Vista dan
ZondSTD. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelummnya, processing dengan Vista meliputi
editing geometry, filtering, dekonvolusi,
amplitude gain control, NMO, stacking.
Sedangkan untuk pengolahan refraksi lebih
simple yaitu editing geometry, filtering, picking
first break, dan inversi. Maka dari itu, proses
refleksi dapat memunculkan citra bawah Hasil inversi seismik refleksi dan refraksi
permukaan yang lebih baik dibandingkan proses
refraksi. Pada kasus ini pengolahan dibatasi
hanya sampai stacking. Data yang diperoleh dari
akuisisi memiliki nilai S/N yang rendah, terlihat
dari pola trace dan banyaknya noise yang
terkandung. Selain disebabkan oleh noise,
kualitas data yang buruk juga disebabkan
kekuatan shot yang lemah dan tidak stabil. Salah
satu yang menjadi kendala pada saat processing
Kesimpulan

Setelah dilakukan pengolahan data praktikum seismik, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut

1. Mahasiswa dapat memahami tahapan processing data seismik, terutama sampai dengan tahap
stacking
2. Peningkatan kualitas data (S/N) penting dilakukan agar data dapat diolah dengan baik ke tahap-
tahap berikutnya yang saling berkorelasi
3. Inversi model bawah permukaan dapat terlihat, sebagai hasil dari processing refleksi dan refraksi

Anda mungkin juga menyukai