DYSPNEA
3. Manifestasi Klinis
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit
bernapas ditandai dengan napas yang pendek dan
penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat
ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru,
penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding
dada, penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis, asma),
kecemasan (Price dan Wilson, 2006).
paru tidak sensitif terhadap nyeri, dan sebagian
besar penyakit paru tidak menyebabkan nyeri. Pleura
parietalis bersifat sensitif, dan penyakit peradangan pada
pleura parietalis menimbulkan nyeri dada. Batuk adalah
gejala umum penyakit pernapasan, hal ini disebabkan oleh
Stimulasi refleks batuk oleh benda asing yang masuk ke
dalam larink, Akumulasi sekret pada saluran pernapasan
bawah. Bronkitis kronik, asma, tuberkulosis, dan
pneumonia merupakan penyakit dengan gejala batuk yang
mencolok (Chandrasoma, 2006).
Pemeriksaan sputum/ dahak sangat berguna untuk
mengevaluasi penyakit paru. Sediaan apusan gram dan
biakan sputum berguna untuk menilai adanya infeksi.
Pemeriksaan sitologi untuk sel-sel ganas. Selain itu, dari
warna, volum, konsistensi, dan sumber sputum dapat
diidentifikasi jenis penyakitnya.
Hemoptisis adalah batuk darah atau sputum dengan
sedikit darah. Hemoptisis berulang biasanya terdapat pada
bronkitis akut atau kronik, pneumonia, karsinoma
bronkogenik, tuberkulosis, bronkiektasis, dan emboli paru.
Jari tabuh adalah perubahan bentuk normal falanx
distal dan kuku tangan dan kaki, ditandai dengan
kehilangan sudut kuku, rasa halus berongga pada dasar
kuku, dan ujung jari menjadi besar. Tanda ini ditemukan
pada tuberkulosis, abses paru, kanker paru, penyakit
kardiovaskuler, penyakit hati kronik, atau saluran
pencernaan. Sianosis adalah berubahnya warna kulit
menjadi kebiruan akibat meningkatnya jumlah Hb
terreduksi dalam kapiler (Price dan Wilson, 2006).
Ronki basah berupa suara napas diskontinu/
intermiten, nonmusikal, dan pendek, yang merupakan
petunjuk adanya peningkatan sekresi di saluran napas besar.
Terdapat pada pneumonia, fibrosis, gagal jantung,
bronkitis, bronkiektasis. Wheezing/ mengik berupa suara
kontinu, musikal, nada tinggi, durasi panjang. Wheezing
dapat terjadi bila aliran udara secara cepat melewati saluran
napas yang mendatar/ menyempit. Ditemukan pada asma,
bronkitis kronik, CPOD, penyakit jantung. Stridor adalah
wheezing yang terdengar saat inspirasi dan menyeluruh.
Terdengar lebih keras di leher dibanding di dinding dada.
Ini menandakan obstruksi parsial pada larink atau trakea.
Pleural rub adalah suara akibat pleura yang inflamasi. Suara
mirip ronki basah kasar dan banyak (Reviono, dkk, 2008).
4. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis)
dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik
terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik
karena memiliki suplai darah sendiri.Sering dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada
hepar terganggu.Gangguan terhadap suplai darah normal
pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan
sel-sel hepar.Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang
menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun
dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat.Oleh
karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis
sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan
menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan
kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak
nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu
hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim
hati.Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami
konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena
adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik,
maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut
didalam hati.Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal
konjugasi.Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan
melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat
kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli,
empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek),
maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi
(bilirubin direk).Jadi ikterus yang timbul disini terutama
disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan,
konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena
itu tinja tampak pucat (abolis).Karena bilirubin konjugasi
larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam
kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih
berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi
dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam
darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
Pathway
Oksigenasi ke jaringan
Susah tidur
tidak memadai
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan
memantau analisa gas darah arteri dan
pemeriksaan diagnostik foto thorak, EKG
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
- Identitas
- Pemeriksaan fisik
Kesadaran: Sedang
TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu
tinggi
Head to toe
I. Mata: Konjungtiva pucat (karena anemia),
konjungtiva sianosis (karena hipoksemia),
konjungtiva terdapat petechie ( karena
emboli atau endokarditis)
II. Mulut dan bibir: Membran mukosa sianosis,
bernafas dengan mengerutkan mulut
III. Hidung : Pernafasan dengan cuping hidung
IV. Dada: Retraksi otot bantu nafas, pergerakan
tidak simetris antara dada kanan dan kiri,
suara nafas tidak normal.
V. Pola pernafasan: pernafasan normal (apneu),
pernafasan cepat (tacypnea), pernafasan
lambat (bradypnea)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan
gangguan oksigenasi adalah:
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d Hiperventilasi
b. Nyeri b.d Perubahan frekuensi pernafasan
c. Ganguan pola tidur b.d Gangguan (sesak nafas)
3. Intervensi Keperawatan
A. DATA KLIEN
Nama : NN”N”
Umur : 17 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
No. RM : 16 94 46
Diagnosa medik : Dispepsia
Ruang rawat : IGD (Melati)
Tanggal MRS : 05 Agustus 2022 (11.50)
Tanggal pengkajian : 24 Juli 2022 (12.20)
Informan : Pasien
Cara datang : Sendiri
Transportasi ke IGD : Kendaraan sendiri
B. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
Pengkajian:
Jalan nafas bebas, tidak terdapat benda asing yang menghalangi jalan
nafas dan suara napas normal
Diagnosa: -
Intervensi: -
2. Breathing
Pengkajian
Pasien tidak mengalami masalah nafas, frekuensi nafas 22x/m dengan
bunyi nafas normal, irama napas teratur, tidak menggunakan otot bantu
napas dan jenis pernapasan pasien pernapasan dada.
Diagnosa: -
Intervensi: -
3. Circulation
Pengkajian:
Akral teraba dingin, nampak pucat,tidak sianosis,pengisian kapiler < 2
detik, nadi teraba dengan 89x/m, tekanan darah 130/90 mmHg, pasien
tidak memilik riwayat kehilangan cairan dengan jumlah yang besar,
kelembapan kulit: lembab dengan turgor normal tidak terdapat edema
Diagnosa: -
Intervensi: -
4. Disability
Pengkajian:
- KU: Lemah
- Tingkat kesadaran : compos mentis, dengan nilai GCS: E:4 V:5
M:6
- Pupil : normal dengan respon cahaya
- Kekuatan otot : normal
- Tonus otot : normal
Diagnosa: -
Intervensi: -
5. Exposure
Pengkajian:
- Pasien tidak memiliki riwayat trauma dan tidak terdapat jejas/ luka
- Pengkajian nyeri:
P: Nyeri saat bergerak
Q: Nyeri ditusuk-tusuk
R: Nyeri ulu hati
S: Skala nyeri 6
T: Hilang timbul, +_ 5 menit
Diagnosa:
- Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan Hcl Lambung
Intervensi:
1. Identifikasi TTV
2. Identifikasi skala,kualitas,frekuensi dan durasi nyeri
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Lakukan pemasangan infus
5. Kolaborasi pemberian analgesik
6. Paranheit (suhu tubuh)
Pengkajian:
- Suhu: 36 cc
Diagnosa: -
Intervensi: -
C. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Riwayat penyakit : Tidak ada
2. Riwayat alergi : Tidak ada
3. Obat yang dikomsumsi sebelum MRS: Tidak ada
4. Riwayat komplikasi: Tidak ada
5. Intake makanan peroral terakhir
Jam : 19:25
Jenis : Bakso
Porsi : di habiskan
6. Kejadian yang memicu penyakit
Pasien sering lambat makan dan makan makanan yang terlalu pedis
7. Pengkajian fisik
a. Kepala/wajah
Inspeksi: bentuk kepala/wajah simetris, kulit kepala bersih, rambut
hitam, warna kulit sawo matang,bersih dan nampak pucat,nampak
meringis
Palpasi: tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri tekan
b. Leher
Inspeksi: bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada pelebaran kelenjar limfe
c. Dada
Inspeksi: bentuk dada simetris
Palpasi: klien mengatakan nyeri ulu hati
Perkusi: resonan (dag dig dug) normal
Auskultasi: normal
d. Perut dan pinggang
Inspeksi: kuadrat simetris kanan kiri
Palpasi: adanya nyeri tekan
Auskultasi: normal
e. Ekstremitas
Inspeksi : Klien terpasang infus di tangan sebelah kanan dengan
cairan RL 20 tpm
f. Punggung dan tulang belakang
Inspeksi: tidak ada pembengkakan
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
8. Psikososial
- Kecemasan : Ringan
- Mekanisme koping : Baik
- Konsop diri : Baik
9. Seksualitas ( tidak dilakukan pengkajian)
10. Pemeriksaan penunjang
No Jenis pemeriksaan Hasil Normal
1. WBC 5.55 (4.00-10.00)
2. RBC 5.25 (4.00-6.00)
3. HGB 14.4 (11.0-16.0)
4. HCT 42.2 (35.0-48.0)
5. MCV 80.4 (80.0-97.0)
6. MCH 27.4 (26.5-33.5)
7. MCHC 34.1 (31.5-35.0)
11. Pemberian obat
No Nama obat Jam Dosis Indikasi
1. Infus RL 11.55 500 mg/8j Pengganti cairan ekstrasel
yang hilang atau mengatasi
dehidrasi isotonik
2. Omeprazol 12.00 40 mg/iv/12j Mengurangi kadar asam
lambung
3. Norages 12:00 1 amp/iv/8j Anti nyeri
4. Mersibion 12.00 1 amp/iv/12j Kekurangan Vit B1,B6 dan
B12