Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

DYSPNEA

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Defenisi
Dyspnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas
yang terjadi ketika melakukan aktivitas fisik. Sesak napas
merupakan gejala dari beberapa penyakit dan dapat bersifat akut
atau kronis. Sesak napas dikenal juga dengan istilah “Shortness Of
Breath”.
Dyspnea atau sesak nafas di bedakan menjadi 2 yaitu :
1) Dyspnea akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan
penyebab umum kunjungan ke ruang gawat darurat.
Penyebab dyspnea akut diantaranya penyakit pernapasan
(paru-paru dan pernapasan), penyakit jantung atau trauma
dada.
2) Dyspnea kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma,
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema,
inflamasi paru-paru, tumor, kelainan pita suara.
2. Etiologi
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai
mekanisme seperti jika ruang fisiologi meningkat maka
akan dapat menyebab kan gangguan pada pertukaran gas
antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan
ventilasi makin meningkat sehingga terjadi sesak napas.
Pada orang normal ruang mati ini hanya berjumlah sedikit
dan tidak terlalu penting, namun pada orang dalam keadaan
patologis pada saluran pernapasn maka ruang mati akan
meningkat. Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan
jalan napas maka pertukaran gas juga akan terganggu dan
juga dapat menebab kan dispnea.
Dispnea juga dapat terjadi pada orang yang
mengalami penurunan terhadap compliance paru, semakin
rendah kemampuan terhadap compliance paru maka
makinbesar gradien tekanan transmural yang harusdibentuk
selama inspirasi untuk menghasilkan pengembangan paru
yang normal. Penyebab menurunnya compliance paru bisa
bermacam salah satu nya adalah digantinya jaringan paru
dengan jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi asbston atau
iritan yang sama.

3. Manifestasi Klinis
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit
bernapas ditandai dengan napas yang pendek dan
penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat
ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru,
penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding
dada, penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis, asma),
kecemasan (Price dan Wilson, 2006).
paru tidak sensitif terhadap nyeri, dan sebagian
besar penyakit paru tidak menyebabkan nyeri. Pleura
parietalis bersifat sensitif, dan penyakit peradangan pada
pleura parietalis menimbulkan nyeri dada. Batuk adalah
gejala umum penyakit pernapasan, hal ini disebabkan oleh
Stimulasi refleks batuk oleh benda asing yang masuk ke
dalam larink, Akumulasi sekret pada saluran pernapasan
bawah. Bronkitis kronik, asma, tuberkulosis, dan
pneumonia merupakan penyakit dengan gejala batuk yang
mencolok (Chandrasoma, 2006).
Pemeriksaan sputum/ dahak sangat berguna untuk
mengevaluasi penyakit paru. Sediaan apusan gram dan
biakan sputum berguna untuk menilai adanya infeksi.
Pemeriksaan sitologi untuk sel-sel ganas. Selain itu, dari
warna, volum, konsistensi, dan sumber sputum dapat
diidentifikasi jenis penyakitnya.
Hemoptisis adalah batuk darah atau sputum dengan
sedikit darah. Hemoptisis berulang biasanya terdapat pada
bronkitis akut atau kronik, pneumonia, karsinoma
bronkogenik, tuberkulosis, bronkiektasis, dan emboli paru.
Jari tabuh adalah perubahan bentuk normal falanx
distal dan kuku tangan dan kaki, ditandai dengan
kehilangan sudut kuku, rasa halus berongga pada dasar
kuku, dan ujung jari menjadi besar. Tanda ini ditemukan
pada tuberkulosis, abses paru, kanker paru, penyakit
kardiovaskuler, penyakit hati kronik, atau saluran
pencernaan. Sianosis adalah berubahnya warna kulit
menjadi kebiruan akibat meningkatnya jumlah Hb
terreduksi dalam kapiler (Price dan Wilson, 2006).
Ronki basah berupa suara napas diskontinu/
intermiten, nonmusikal, dan pendek, yang merupakan
petunjuk adanya peningkatan sekresi di saluran napas besar.
Terdapat pada pneumonia, fibrosis, gagal jantung,
bronkitis, bronkiektasis. Wheezing/ mengik berupa suara
kontinu, musikal, nada tinggi, durasi panjang. Wheezing
dapat terjadi bila aliran udara secara cepat melewati saluran
napas yang mendatar/ menyempit. Ditemukan pada asma,
bronkitis kronik, CPOD, penyakit jantung. Stridor adalah
wheezing yang terdengar saat inspirasi dan menyeluruh.
Terdengar lebih keras di leher dibanding di dinding dada.
Ini menandakan obstruksi parsial pada larink atau trakea.
Pleural rub adalah suara akibat pleura yang inflamasi. Suara
mirip ronki basah kasar dan banyak (Reviono, dkk, 2008).
4. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis)
dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik
terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik
karena memiliki suplai darah sendiri.Sering dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada
hepar terganggu.Gangguan terhadap suplai darah normal
pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan
sel-sel hepar.Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang
menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun
dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat.Oleh
karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis
sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan
menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan
kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak
nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu
hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim
hati.Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami
konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena
adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik,
maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut
didalam hati.Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal
konjugasi.Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan
melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat
kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli,
empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek),
maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi
(bilirubin direk).Jadi ikterus yang timbul disini terutama
disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan,
konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena
itu tinja tampak pucat (abolis).Karena bilirubin konjugasi
larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam
kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih
berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi
dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam
darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
Pathway

Obstruksi dispnea yang disebabkan oleh berbagai etiologi

Fungsi pernafasan terganggu

Obstruksi jalan Perubahan volume


Ventilasi pernafasan
nafas/pengeluaran sekuncup preload dan
mukus yang banyak after serta
Gangguan kontraktilitas
ventilasi
Hipoventilasi/
Ketidakefektifan
hiperventilasi bersihan jalan Terganggunya difusi
Konsentrasi O2 nafas pertugaran O2 dan CO2 di
dalam alveolus alveolus
Penyempitan jalan
menurun
nafas
konsentrasi CO2
dalam alveolus Takipneu/bradipneu
meningkat dalam
alveolus Serangan paroksimal Gangguan
meningkat pertukaran gas
Ketidakefektifan
Gangguan difusi pola nafas
Dispnea, wheezing batuk

Oksigenasi ke jaringan
Susah tidur
tidak memadai

Gangguan pola tidur


Dada terasa
tertekan/sesak,nyeri Nyeri
dada, nadimeningkat
5. Penatalaksanaan
1) Oksigenasi
a) Penanganan Umum Dyspnea
 Memposisikan pasien pada posisi setengah
duduk atau berbaring dengan bantal yang tinggi.
 Diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter per menit
tergantung derajat sesaknya.
 Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai dengan
penyakit yang diderita.
b) Terapi Farmako
 Olahraga teratur
 Menghindari alergen
 Terapi emosi
c) Farmako
 Quick releif medicine
 Pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi
otot-otot saluran pernafasan, memudahkan
pasien bernafas dan digunakan saat serangan
datang. Contoh : bronkodilator
 Long relief medicine
 Pengobatan yang digunakan untuk mengobati
inflamasi pada sesak nafas, mengurangi odem
dan mukus berlebih, memberikan kontrol untuk
jangka waktu yang lama.
Contoh : kortikosteroid bentuk inhalas

6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan
memantau analisa gas darah arteri dan
pemeriksaan diagnostik foto thorak, EKG
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

- Identitas

Mendapatkan data identitas pasien meliputi


nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
- Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama:
klien mengeluh sesak nafas
b) Riwayat penyakit sekarang:
Klien mengeluh sesak nafas sejak 1 jam yang lalu
sebelum masuk Rs.
c) Riwayat penyakit dahulu:
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
terdahulu.
d) Riwayat penyakit keluarga: mendapatkan data riwayat
kesehatan keluarga pasien
- Pola kesehatan fungsional
Hal-hal yang dapat dikaji pada gangguan oksigenasi
adalah :
a. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah
kesehatan , adanya faktor risiko sehubungan dengan kesehatan
yang berkaitan dengan oksigen.
b. Pola metabolik-nutrisi
Kebiasaan diit buruk seperti obesitas akan mempengaruhi
oksigenasi karena ekspansi paru menjadi pendek. Klien yang
kurang gizi, mengalami kelemahan otot pernafasan.
c. Pola eliminasi
Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat
devekasi), perubahan berkemih (perubahan warna, jumlah,
ferkuensi)
d. Aktivitas-latihan
Adanya kelemahan atau keletihan, aktivitas yang
mempengaruhi kebutuhan oksigenasi  seseorang. Aktivitas berlebih
dibutuhkan oksigen yang banyak. Orang yang biasa olahraga,
memiliki peningkatan aktivitas metabolisme tubuh dan kebutuhan
oksigen.
e. Pola istirahat-tidur
Adanya gangguan oksigenasi menyebabkan perubahan pola
istirahat.
f. Pola persepsi-kognitif
Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien
terganggu atau tidak, penggunaaan alat bantu dalam penginderaan
pasien.
g. Pola konsep diri-persepsi diri
Keadaan social yang mempengaruhi oksigenasi seseorang
(pekerjaan, situasi keluarga, kelompok sosial), penilaian terhadap
diri sendiri (gemuk/ kurus).
h. Pola hubungan dan peran
Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat yang
memiliki kebiasaan merokok sehingga mengganggu oksigenasi
seseorang.
i. Pola reproduksi-seksual
Perilaku seksual setelah terjadi gangguan oksigenasi dikaji
j. Pola toleransi koping-stress
Adanya stress yang memengaruhi status oksigenasi pasien.
k. Keyakinan dan nilai
Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi oksigenasi,
adanya pantangan atau larangan minuman tertentu dalam agama
pasien.

- Pemeriksaan fisik
 Kesadaran: Sedang
 TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu
tinggi
 Head to toe
I. Mata: Konjungtiva pucat (karena anemia),
konjungtiva sianosis (karena hipoksemia),
konjungtiva terdapat petechie ( karena
emboli atau endokarditis)
II. Mulut dan bibir: Membran mukosa sianosis,
bernafas dengan mengerutkan mulut
III. Hidung : Pernafasan dengan cuping hidung
IV. Dada: Retraksi otot bantu nafas, pergerakan
tidak simetris antara dada kanan dan kiri,
suara nafas tidak normal.
V. Pola pernafasan: pernafasan normal (apneu),
pernafasan cepat (tacypnea), pernafasan
lambat (bradypnea)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan
gangguan oksigenasi adalah:
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d Hiperventilasi
b. Nyeri b.d Perubahan frekuensi pernafasan
c. Ganguan pola tidur b.d Gangguan (sesak nafas)
3. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA


NO KEPERAWATAN HASIL INTERVENSI
(NOC) (NIC)
Ketidakefektifan Pola NOC : NOC :
1. Nafas b.d  Respiratory status : - Airway Management
Hiperventilasi ventilation  Buka jalan nafas,
 Respiratory status : gunakan teknik
Airway patency chin lift atau jaw
 Vital sign status thrust bila perlu
Kriteria Hasil :  Posisikan pasien
 Mendemonstrasikan untuk
batuk efektif dan memaksimalkan
suara nafas yang ventilasi
bersih, tidak ada  Identifikasi pasien
sianosis dan dyspneu perlunya
(mampu pemasangan alat
mengeluarkan jalan nafas buatan
sputum, mampu  Pasang mayo bila
bernafas dengan perlu
mudah, tidak ada  Lakukan fisioterapi
pursed lips) dada jika perlu
 Menunjukkan jalan  Keluarkan sekret
nafas yang paten dengan batuk atau
(klien tidak merasa suction
tercekik, irama nafas  Auskultasi suara
, frekuensi nafas, catat adanya
pernafasan dalam suara tambahan
batas normal, tidak  Lakukan suction
ada suara nafas
abnormal) pada mayo
 Tanda tanda vital  Berikan
dalam rentang bronkodilator bila
normal (tekanan perlu
darah, nadi,  Berikan palembab
pernafasan) udara kassa basah
NaCI lembab
 Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
 Monitor respirasi
dan status O2
Oxygen Therapy
 Bersihkan mulut, hidung dan secret
trakea
 Pertahankan jalan nafas yang paten
 Atur peralatan oksigenasi
 Monitor aliran oksigen
 Pertahankan posisi pasien
 Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
 Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum
selama dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernafasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernafasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik
 Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
Nyeri b.d perubahan NOC : NIC :
2. frekuensi pernafasan  Pain Level - Pain Management
 Pain Control  Lakukan
 Comfort level pengkajian nyeri
Kriteria Hasil : secara
 Mampu mengontrol komprehensif
nyeri (tahu penyebab termasuk lokasi,
nyeri, mampu karakteristik,
menggunakan durasi, frekuensi,
tekhnik kualitas dan faktor
nonfarmakologi presipitasi
untuk mengurangi  Observasi reaksi
nyeri, mencari nonverbal dari
bantuan) ketidaknyamanan
 Melaporkan bahwa  Gunakan teknik
nyeri berkurang komunikasi
dengan terapeutik untuk
menggunakan mengetahui
manajemen nyeri pengalaman nyeri
 Mampu mengenali pasien
nyeri (skala,  Kaji kultur yang
intensitas, frekuensi mempengaruhi
dan tanda nyeri ) respon nyeri
 Menyatakan rasa  Evaluasi
nyaman setelah nyeri pengalaman nyeri
berkurang masa lampau
 Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain
tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
 Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
 Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
 Kurangi faktor
presipitasi nyeri
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
interpersonal)
 Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan
intervensi
 Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
 Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
 Evaluasi
keefektifan kontrol
nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
 Monitor
penerimaan pasien
tentang manajemen
nyeri
Analgesic Administration
 Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik pertama
kali
 Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi efektifitas analgesik, tanda
dan gejala.
Gangguan pola tidur NOC : NIC :
3. b.d Gangguan ( sesak  Anxiety reduction - Sleep Enhancement
nafas )  Comfort level  Determinasi efek-
 Pain level efek medikasi
 Rest : Extent and terhadap pola tidur
Pattern  Jelaskan pentingnya
 Sleep : Extent ang tidur yang adekuat
Pattern  Fasilitas untuk
Kriteria Hasil : mempertahankan
 Jumlah jam tidur aktivitas sebelum
dalam batas normal tidur (membaca)
6-8 jam/hari  Ciptakan
 Pola tidur, kualitas lingkungan yang
dalam batas normal nyaman
 Perasaan segar  Kolaborasikan
sesudah tidur atau pemberian obat
istirahat tidur
 Mampu  Diskusikan dengan
mengidentifikasi pasien dan keluarga
hal-hal yang tentang teknik tidur
meningkatkan tidur pasien
 Instruksikan untuk
memonitor tidur
pasien
 Monitor waktu
makan dan minum
dengan waktu tidur
 Monitor/catat
kebutuhan tidur
pasien setiap hari
dan jam.
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEMPERNAPASAN
PADA KLIEN NN “N” DENGAN DIAGNOSA MEDIS DYSPNEU
DIRUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)
RSUD BATARA GURU
TAHUN 2022

A. DATA KLIEN
Nama : NN”N”
Umur : 17 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
No. RM : 16 94 46
Diagnosa medik : Dispepsia
Ruang rawat : IGD (Melati)
Tanggal MRS : 05 Agustus 2022 (11.50)
Tanggal pengkajian : 24 Juli 2022 (12.20)
Informan : Pasien
Cara datang : Sendiri
Transportasi ke IGD : Kendaraan sendiri
B. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
Pengkajian:
Jalan nafas bebas, tidak terdapat benda asing yang menghalangi jalan
nafas dan suara napas normal
Diagnosa: -
Intervensi: -
2. Breathing
Pengkajian
Pasien tidak mengalami masalah nafas, frekuensi nafas 22x/m dengan
bunyi nafas normal, irama napas teratur, tidak menggunakan otot bantu
napas dan jenis pernapasan pasien pernapasan dada.
Diagnosa: -
Intervensi: -
3. Circulation
Pengkajian:
Akral teraba dingin, nampak pucat,tidak sianosis,pengisian kapiler < 2
detik, nadi teraba dengan 89x/m, tekanan darah 130/90 mmHg, pasien
tidak memilik riwayat kehilangan cairan dengan jumlah yang besar,
kelembapan kulit: lembab dengan turgor normal tidak terdapat edema
Diagnosa: -
Intervensi: -
4. Disability
Pengkajian:
- KU: Lemah
- Tingkat kesadaran : compos mentis, dengan nilai GCS: E:4 V:5
M:6
- Pupil : normal dengan respon cahaya
- Kekuatan otot : normal
- Tonus otot : normal
Diagnosa: -
Intervensi: -
5. Exposure
Pengkajian:
- Pasien tidak memiliki riwayat trauma dan tidak terdapat jejas/ luka
- Pengkajian nyeri:
P: Nyeri saat bergerak
Q: Nyeri ditusuk-tusuk
R: Nyeri ulu hati
S: Skala nyeri 6
T: Hilang timbul, +_ 5 menit
Diagnosa:
- Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan Hcl Lambung
Intervensi:
1. Identifikasi TTV
2. Identifikasi skala,kualitas,frekuensi dan durasi nyeri
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Lakukan pemasangan infus
5. Kolaborasi pemberian analgesik
6. Paranheit (suhu tubuh)
Pengkajian:
- Suhu: 36 cc
Diagnosa: -
Intervensi: -
C. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Riwayat penyakit : Tidak ada
2. Riwayat alergi : Tidak ada
3. Obat yang dikomsumsi sebelum MRS: Tidak ada
4. Riwayat komplikasi: Tidak ada
5. Intake makanan peroral terakhir
Jam : 19:25
Jenis : Bakso
Porsi : di habiskan
6. Kejadian yang memicu penyakit
Pasien sering lambat makan dan makan makanan yang terlalu pedis
7. Pengkajian fisik
a. Kepala/wajah
Inspeksi: bentuk kepala/wajah simetris, kulit kepala bersih, rambut
hitam, warna kulit sawo matang,bersih dan nampak pucat,nampak
meringis
Palpasi: tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri tekan
b. Leher
Inspeksi: bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada pelebaran kelenjar limfe
c. Dada
Inspeksi: bentuk dada simetris
Palpasi: klien mengatakan nyeri ulu hati
Perkusi: resonan (dag dig dug) normal
Auskultasi: normal
d. Perut dan pinggang
Inspeksi: kuadrat simetris kanan kiri
Palpasi: adanya nyeri tekan
Auskultasi: normal
e. Ekstremitas
Inspeksi : Klien terpasang infus di tangan sebelah kanan dengan
cairan RL 20 tpm
f. Punggung dan tulang belakang
Inspeksi: tidak ada pembengkakan
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
8. Psikososial
- Kecemasan : Ringan
- Mekanisme koping : Baik
- Konsop diri : Baik
9. Seksualitas ( tidak dilakukan pengkajian)
10. Pemeriksaan penunjang
No Jenis pemeriksaan Hasil Normal
1. WBC 5.55 (4.00-10.00)
2. RBC 5.25 (4.00-6.00)
3. HGB 14.4 (11.0-16.0)
4. HCT 42.2 (35.0-48.0)
5. MCV 80.4 (80.0-97.0)
6. MCH 27.4 (26.5-33.5)
7. MCHC 34.1 (31.5-35.0)
11. Pemberian obat
No Nama obat Jam Dosis Indikasi
1. Infus RL 11.55 500 mg/8j Pengganti cairan ekstrasel
yang hilang atau mengatasi
dehidrasi isotonik
2. Omeprazol 12.00 40 mg/iv/12j Mengurangi kadar asam
lambung
3. Norages 12:00 1 amp/iv/8j Anti nyeri
4. Mersibion 12.00 1 amp/iv/12j Kekurangan Vit B1,B6 dan
B12

Anda mungkin juga menyukai