Anda di halaman 1dari 2

PERAN UMAR BIN ABDUL ‘AZÎZ DALAM MENETAPKAN FREEDOM PADA

KEKUASAANNYA

Daulah Umawiyah merupakan era kebangkitan. Kebangkitan pada masa ini


merupakan awal menuju sebuah peradaban. Tentunya, peradaban perlu disokong sebuah asas-
asas atau pilar-pilar yang harus diperhatikan secara intens. Pilar-pilar tersebut membutuhkan
sebuah pengorbanan baik itu dari aspek keilmuan, budaya, sosial, politik, pertahanan, dan
keamanan. Dari ranah aspek tersebut tentunya harus ada yang memperhatikan dan konsen
dalam bidang tersebut.

Setelah berjalanannya pemerintahan dari Muawiyah bin Abi Sufyân, Yazîd bin
Muawiyah, Muawiyah bin Yazîd, Abdullâh bin Zubair, Marwân bin Hakam, Abdul Mâlik bin
Marwan, Al-Wâlid bin Abdul Mâlik, dan Sulaimân bin Abdul Mâlik. Dari sekian Khalîfah
hingga Sulaiman bin Abdul Mâlik merupakan fase pemupukan menuju sebuah kegemilangan
masa.

Selanjutnya di era Umar bin Abdul ‘Azîz, Beliau sangat intens serta kompleks dalam
mengelola negara dan memperhatikan masyarakatnya. Tak hanya itu saja, dibidang
infrastruktur, keilmuan, politik dan bidang administrasi negara. Tentunya, di era yang unik ini
Beliau berusaha menerepkan sebuah sistem baru yaitu meliberalkan (bebas) aspek apapun
terhadap seluruh masyarakatnya. Namun dalam kebabasan tersebut tentunya tidak sampai
melanggar aturan syar’i yaitu ahlus sunnah wal jamâ’ah.1

Dalam bidang keyakinan Beliau tidak membedakan antara keyakinan orang beriman
dan kafir. Beliau mencoba untuk balance kepada keduanya tidak adanya underestimed dan
diskredit, sehingga dalam bermuamalah terasa rukun dan akur antara orang Islâm, Yahûdi
dan Nashrani. Mereka puas dan bebas untuk melakukan keyakinannya dan menjalankan
syari’atnya. Sehingga tercipta kehidupan yang damai tidak ada disuasi dan intimidasi.2

Bidang keilmuan Beliau sangat antusias kepada para ulama dan cendikiawan, di era
Umar bin Abdul ‘Azîz yaitu diperbolehkan untuk berfikir bebas dan liar, dimana hal tersebut
membantu dalam bidang kemajuan terhadap negara. Mereka diberi kebebasan berfikir dan
berekspresi. Umar bin Abdul ‘Azîz menjadikan para ulama sebagai sandaran dan kekuatan
dalam politik, dimana di era sebelumnya belum pernah terjadi dengan fenomena ini, sangat
1
Alî Muhammad al-Shallâbî, Umar bin Abdul ‘Azîz Ma’âlim al-Tajdîd wa al-Ishlâh al-Râsyidî alâ
Minhâj al-Nubuwah, (Dâr al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islâmiyah, 2006 M), Hal. 67.
2
Alî Muhammad al-Shallâbî, Al-Daulah al-Ayyûbiyah Awâmil al-Izdihâr wa Tadâ’iyât al-Inhiyâr,
(Beirut: Dâr al-Ma’rifat, 2008 M), Hal. 145.
jarang bahkan ada seorang Raja yang dekat dengan para ulamanya. Saking perhatiannya
Beliau banyak sekolah-sekolah yang diantaranya Syâm yang didirikan oleh sahabat Mu’adz
bin Jabal, Abû Dardâ’ dan Ubâdah bin Shâmit yang kemudian menghasilkan ulamâ besar
yaitu Abû Idrîs al-Khaulânî, bahkan sudah diakui oleh sahabat Abû Dardâ’ dan Ubâdah bin
Shâmit yang tidak diragukan oleh

Madrasah al-Madînah yang sangat terkenal dengan kota fatwa. Dimana kota itu berkat
sejarah Umar bin Khaththab yang sangat menjaga para sahabatnya agar tidak keluar dari
Madinah. Sehingga menghasilkan ulamâ madzhab yaitu Mâlik bin Anas. Tak hanya itu saja
Ibnu Rusyd mengatakan berkat perhatian beliau terhadap khazanah intelektual sehingga
terbitlah ilmu kimia, astrologi, dan kedokteran. Yang dipelopori oleh Khâlid bin Yazîd bin
Muawiyah bin Abu Sufyân bin Harb, ia pada saat itu dibenci dan diskredit dari pemerintahan
karena telah mempelajari ilmu Yunani kuno banyak para fuqahâ’ yang memberikan fatwa
akan keharaman ilmu tersebut. Sehingga puncaknya Beliau ketika di masa Umar bin Abdul
‘Azîz yang menurutnya cukup komprehensif dalam segala aspek. 3

Selain itu muncullah kodifikasi hadits karena saking banyaknya orang pura-pura
mengatas namakan Rasûl sehingga Beliau mencoba mengkodifikasi Hadîts menjadi satu kitab
yang didalamnya kumpulan hadîts shahîh. Implikasi dari kodifikasi tersebut bahwa Umar bin
Abdul ‘Azîz mencoba untuk paham dan pendekatan dengan hukum-hukum yang terkait
dengan hadits tersebut.

Disisi politik Beliau sangat menganjurkan kepada masyarakatnya untuk terbuka jika
ada hak yang tidak terpenuhi atau akibat kedzaliman, baik itu yang melakukan hakim atau
gubernur. Tak cukup itu saja Umar bin Abdul ‘Azîz bahkan bebas untuk memilih atau
mencopot siapa saja jikalau Khalîfahnya melakukan kedzaliman. Oleh sebab itu di era Umar
bin Abdul ‘Azîz terdapat sebuah prosperity yang komprehensif dan menyeluruh.

Penulis: Fikriadi

3
Muhammad ‘Âbid al-Jabirî, Fashl al-Maqâl fi Taqrîr mâ Baina al-Syarî’at wa al-Hikmah min al-
Itshâl, (Beirut: Markaz Dirâsât al-Wahdah al-‘Arabiyah, 1997 M), Hal. 14.

Anda mungkin juga menyukai