Anda di halaman 1dari 60

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

KEBIJAKAN
PENGELOLAAN HUTAN
PASCA UU 11/2020 dan PP
23/2021

DR. IR. BAMBANG HENDROYONO, MM


Plt. Direktur Jenderal PHPL KLHK

Disampaikan pada acara Workshop Koordinasi FIP


II
Bogor, 9 Maret 2021
UU No. 25/2004

SEJARAH PENGELOLAAN HUTAN


Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
UU No. 41/1999
Jo UU No.
19/2004 UU No. 32/2004
Kehutanan Pemerintahan Permendagri
Daerah PP No. 23/2021
PP No. 21/1970 Perpres No. Perpres No. 12/2017
Penyelenggaraan
Jo PP No. 18/1975 UU No. 22/1999 PP No. 5/2010 No. 2/2015 Klasifikasi
Kehutanan
HPH dan HPHH Pemerintahan 44/2004 RPJMN 2010-2014 RPJMN 2015-2019 Cabang Dinas
Daerah Perencanaan dan UPT
Kehutanan

1999 2007 2014 2020


1967 1970 1974 2002 2004 2010 2015 2016 2017 2021

UU No. 17/2007
RPJPN I 2005-
2025
PP No. PP No.
UU No. 5/1967
UU No. 34/2002 PP No.6/2007 18/2016
Ketentuan-
5/1974 Tata Hutan dan TATA HUTAN DAN
UU No. Perangkat Perpres No.
Ketentuan Penyusunan PENYUSUNAN
Pokok-Pokok 23/2014 Daerah 18/2020
Pokok Rencana RENCANA
Kehutanan Pemerintahan Pengelolaan Hutan, PENGELOLAAN
Pemerintahan RPJMN 2020-2024
Pemanfaatan HUTAN,
di Daerah Hutan dan SERTA PEMANFAATAN Daerah
Penggunaan HUTAN
Kawasan Hutan PermenLHK
No. P.74/2016 UU No.
1. Kesatuan-Kesatuan
Pemangkuan Hutan
PP No. Pedoman 11/2020
dan Kesatuan- 41/2007 Nomenklatur Cipta Kerja
Kesatuan Organisasi LHK Daerah
Pengusahaan Hutan, Perangkat
2. Pengurusan Hutan
Negara oleh Badan-
Daerah
Badan Pelaksana

1967- 1999 1999 2002 2007 2010 2014 2015 2016 2020

Era Penataan
Era otomi konsepsi kebijakan Kebijakan Perubahan Kebijakan Kebijakan KPH
Sentralisasi pembangunan KPH dlm Tata Kelola KPH dlm Perangkat Daerah dlm RPJMN 4
daerah KPH RPJMN 2 Pemda RPJMN 3 & UPTD
KPH Perhutanan Sosial Omnibuslaw
SEJARAH PENGELOLAAN HUTAN (lanjutan …)

UNDANG-UNDANG POKOK KEHUTANAN NOMOR 5 TAHUN 1967 PASAL 5 SAMPAI


DENGAN 8 TELAH MELETAKKAN DASAR-DASAR TENTANG PENGELOLAAN
NEGARA ATAS HUTAN

PP NOMOR 21 TAHUN 1970 JO PP NOMOR 18 TAHUN 1975 TENTANG HAK


PENGUSAHAAN HUTAN DAN HAK PEMUNGUTAN

PADA TAHUN 1991, PEMBENTUKAN KESATUAN PENGUSAHAAN HUTAN PRODUKSI


(KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NO. 200/ KPTS/1991)

UNDANG-UNDANG KEHUTANAN (UU NO. 41/1999)


PEMBENTUKAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN (KPH) MELIPUTI SELURUH
KAWASAN DAN FUNGSI HUTAN.
SEJARAH PENGELOLAAN HUTAN (lanjutan …)

PP NO. 34 TAHUN 2002


PROSEDUR PEMBENTUKAN UNIT ATAU KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN KONSERVASI (KPHK), UNIT
ATAU KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL), DAN UNIT ATAU KESATUAN PENGELOLAAN
HUTAN PRODUKSI (KPHP)

PP NO. 44 TAHUN 2004,


KONSEP KPH DALAM KERANGKA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN, TERBANGUNNYA KPH-KPH SEBAGAI
INSTITUSI PENGELOLA HUTAN SEBAGAI KONSEP KPH YANG SEJALAN DENGAN UU NO. 41 TAHUN 1999

PP NO. 6 TAHUN 2007 JO PP NO. 3 TAHUN 2008


MERUPAKAN LANDASAN OPERASIONAL PEMBANGUNAN KPH. PP INI SECARA KHUSUS TELAH
MEMBAHAS TENTANG PEMBANGUNAN KPH (SESUAI AMANAT UU NO. 41 TAHUN 1999) DAN
DILENGKAPI DENGAN TUGAS POKOK DAN FUNGSINYA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 61 TAHUN 2010


KPHL DAN KPHP PROVINSI BERADA DI BAWAH DAN BERTANGGUNG JAWAB KEPADA GUBERNUR
MELALUI SEKRETARIS DAERAH
(JABATAN STRUKTURAL ESELON III.A)

PERPRES 5/2010 RPJMN 2010-2014


PENETAPAN WILAYAH KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP/KPHL) DI 28 PROVINSI –
KPH MODEL

PERMENHUT 51/MENHUT-II/2010 TENTANG PENETAPAN WILAYAH KPH DAN OPERASIONALISASI 120


KPH MODEL DI SELURUH INDONESIA., DARI JUMLAH TOTAL KPH SEBANYAK 530 UNIT.
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (UU 25 TAHUN 2004)

RPJPK

RPJMN/RENSTRA
K/L

RENJA -KL

RPJMN I (2005-2009)
RPJP I
(2005-2025) RPJMN II (2009-2014) KPH MODEL
FASILITASI KPH – NO KPH NO
RPJP II RPJMN III (2015-2019) BUDGET
(2005 -2045
RPJMN IV COVID -19 RKP
SEJARAH PENGELOLAAN HUTAN (lanjutan …)

UU 23 TAHUN 2014
URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN HANYA TERBAGI ANTARA PUSAT DAN PEMERINTAH
PROVINS DAN TERJADI PERUBAHAN KEWENANGAN, STRUKTUR KELEMBAGAAN DAN
KEWILAYAHAN PENGELOLAAN HUTAN OLEH PEMERINTAH DAERAH, YANG SELAMA INI TELAH
TERBANGUN DI TINGKAT KABUPATEN DAN KOTA.

PERPRES NO. 2/2015 RPJMN 2015-2019


PENYELESAIAN PEMBANGUNAN KPH;
MENGEMBANGKAN KPHP MENJADI 347 KPHP, 182 KPHL PEMISAHAN PERAN ADMINISTRATOR
(REGULATOR) DENGAN PENGELOLA (OPERATOR) KAWASAN HUTAN MELALUI PEMBENTUKAN
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DAN OPERASIONALISASINYA;,

“NO KPH NO BUDGET” DARI BAPPENAS


KEMENLHK : PERATURAN MENTERI LHK NO. 74/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2016
KEMENDAGRI :PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 12 TAHUN 2017

UNIT KPH ADALAH ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PROPINSI (UPTD) YANG MELAKSANAKAN
KEGIATAN TEKNIS OPERASIONAL DAN/ATAU KEGIATAN TEKNIS PENUNJANG TERTENTU PADA
DINAS DAN BERTANGGUNG JAWAB KEPADA KEPALA DINAS (JABATAN STRUKTURAL ESELON III.B
ATAU JABATAN ADMINISTRATOR)
SEJARAH PENGELOLAAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 61 TAHUN 2010
KPHL DAN KPHP PROVINSI BERADA DI BAWAH DAN BERTANGGUNG JAWAB
HUTAN (lanjutan …) KEPADA GUBERNUR MELALUI SEKRETARIS DAERAH
(JABATAN STRUKTURAL ESELON III.A)

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2017


UNIT KPH ADALAH ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PROPINSI (UPTD) YANG MELAKSANAKAN
KEGIATAN TEKNIS OPERASIONAL DAN/ATAU KEGIATAN TEKNIS PENUNJANG TERTENTU PADA DINAS
DAN BERTANGGUNG JAWAB KEPADA KEPALA DINAS PROVINSI
(JABATAN STRUKTURAL ESELON III.B ATAU JABATAN ADMINISTRATOR)

KPH MERUPAKAN FASILITATOR

SDM KPH ADALAH ASN YANG MERUPAKAN PROFESI DAN MEMPUNYAI KODE ETIK.

KINERJA KPH TIDAK BISA DIPISAHKAN DENGAN KINERJA DINAS YANG MENANGANI KEHUTANAN

KPH TIDAK LAGI MEMPUNYAI KEWENANGAN SWAKELOLA PEMANFAATAN ATAS KAWASAN HUTAN
TERTENTU YANG BELUM BERIZIN.

UPTD KPH MENJADI ORGANISASI STRUKTURAL FASILITATOR, BUKAN LAGI ENTITAS YANG BISA
LANGSUNG MEMANFAATKAN SUMBER DAYA HUTAN

PEMANFAATAN HUTAN DILAKUKAN MELALUI PERIZINAN BERUSAHA DAN PENGELOLAAN


PERHUTANAN SOSIAL

MENDORONG PEMBENTUKAN BUMD UNTUK CIPTA KERJA, PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN,


PENINGKATAN PAD SEKTOR KEHUTANAN, PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH

PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL


AMANAT UU 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN
Semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, berasaskan manfaat dan lestari,
kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan. (Pasal 2 dan 4)

TUJUAN (pasal 3) :
Mengatur, mengurus kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan :
hutan, kawasan hutan & a. menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup
hasil hutan dan sebaran yang proporsional;
Penguasaan
b. mengoptimalkan aneka fungsi hutan (fungsi konservasi,
hutan oleh
Negara :
Menetapkan status lindung, dan produksi) untuk mencapai manfaat
wilayah tertentu sbg lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi, yang seimbang
Memberi
kawasan hutan /
wewenang dan lestari;
kawasan hutan sbg
kepada
bukan kawasan hutan
c. meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai;
Pemerintah d. meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan
(pasal 4) Mengatur & kapasitas dan keberdayaan masyarakat secara
menetapkan hub hukum partisipatif, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan
antara orang dg hutan sehingga mampu menciptakan ketahanan sosial dan
serta mengatur ekonomi serta ketahanan terhadap akibat perubahan
perbuatan hukum eksternal;
mengenai kehutanan
e. menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan
berkelanjutan.
PENGURUSAN HUTAN
PASAL 10
PENGURUSAN
HUTAN

PASAL 12 PASAL 21
LITBANG, DIKLAT SERTA
PERENCANAAN PENGELOLAAN HUTAN PENGAWASAN
PENYULUHAN
KEHUTANAN
KEHUTANAN

inventarisasi hutan tata hutan dan


penyusunan rencana
pengukuhan kawasan pengelolaan hutan
PASAL 17 ayat (1)
hutan
pemanfaatan hutan dan Pembentukan wilayah
penatagunaan penggunaan kawasan pengelolaan hutan
kawasan hutan hutan dilaksanakan tingkat :
pembentukan wilayah rehabilitasi dan reklamasi
pengelolaan hutan hutan, dan propinsi

penyusunan rencana perlindungan hutan dan


kabupaten/kota
kehutanan konservasi alam

unit pengelolaan
ASPEK PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI

IZIN USAHA PEMANFAATAN HUTAN BERAZASKAN


KEADILAN, PEMERATAAN DAN LESTARI

ASPEK ASPEK
KELESTARIAN HUTAN KEPASTIAN USAHA

KEWAJIBAN KEWAJIBAN
IUPHHK PEMERINTAH

KELESTARIAN PRODUKSI KEPASTIAN KAWASAN

KELESTARIAN KEPASTIAN WAKTU


LINGKUNGAN USAHA

KELESTARIAN SOSIAL KEPASTIAN JAMINAN


BUDAYA HUKUM BERUSAHA 2
PESAN UTAMA :

1 CIPTA KERJA
• Penciptaan lapangan kerja
MAINSTREAMING :

RKP 2 PRODUKTIFITAS & DAYA SAING


Climate Change
PN • Peningkatan Neraca Perdagangan, Disaster
Produksi dan Ekspor Sustainability/SDGs
Environmentally Sounds
3 INVESTASI
• Iklim Investasi dalam perspektif
investasi dan lingkungan
11
 Ditetapkan dengan Permen LHK No. P.49/Menhut-II/2011
Tanggal 28 Juni 2011
 berisi arahan-arahan makro pemanfaatan dan penggunaan
spasial atau ruang dan potensi kawasan hutan untuk
pembangunan kehutanan dan pembangunan di luar kehutanan
yang menggunakan kawasan hutan dalam skala nasional untuk
jangka waktu 20 tahun
 RKTN Tahun 2011-2030 acuan dalam:
• Penyusunan Rencana Makro Penyelenggaraan Kehutanan
• Penyusunan Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi,
Kabupaten/Kota dan Rencana Pengelolaan Hutan di tingkat
tapak
• Penyusunan Rencana Pembangunan Kehutanan
Penyusunan Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hutan
• Koordinasi perencanaan jangka panjang dan menengah
antar sector
• Pengendalian kegiatan pembangunan kehutanan.
 Instansi/unit/pihak yang membidangi rencana dibidang
kehutanan wajib menyusun rencana kehutanan
KEBIJAKAN DAN STRATEGI UMUM

1. Pembaruan sistem tata kelola kehutanan


2. Mempertahankan keberadaan kawasan hutan yang tersebar secara
proporsional
3. Pemantapan Kawasan Hutan
REVISI 4. Perencanaan kehutanan yang komprehensif, utuh, dan berkesinambungan
RKTN 5. Peningkatan produktivitas dan nilai tambah sumberdaya hutan sesuai
2011 - KEBIJAKAN fungsinya
2030
6. Pengarusutamaan KPH dalam pengelolaan hutan
7. Optimalisasi pengelolaan sumber daya hutan
8. Pengembangan pengelolaan sumber daya hutan yang berkelanjutan
9. Pencegahan kebakaran hutan dan lahan serta Pengembangan pembangunan
rendah karbon
10. Peningkatan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
11. Penguatan Kelembagaan dan SDM Kehutanan
KEBIJAKAN DAN STRATEGI UMUM

12. Penguatan desentralisasi dalam pengelolaan hutan


13. Peningkatan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
14. Peningkatan kontribusi kehutanan bagi keberlanjutan sektor perekonomian
lainnya
15. Peningkatan manfaat jasa ekosistem
REVISI
RKTN
16. Konservasi keanekaragaman hayati
2011 - KEBIJAKAN 17. Pemeliharaan dan pemulihan sumber daya hutan dan ekosistemnya
2030
18. Peningkatan peran hutan dalam pemulihan daya dukung DAS
19. Optimalisasi pemanfaatan kawasan hutan
20. Peningkatan akses masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan
21. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan hutan
22. Optimalisasi distribusi fungsi dan peruntukan kawasan hutan
Analisis Spasial
Analisis Spasial Revisi RKTN 2011 – 2030

Penentuan arahan spasial


pemanfaatan kawasan hutan
dilakukan dengan melakukan
analisis spasial dengan
RKTN menggunakan 31 peta
2011 - tematik
2030

Analisis Spasial pada arahan Kawasan untuk Pemanfaatan Hutan di Hutan Produksi menggunakan peta/data :
1. Peta Kawasan Hutan dan Perairan (data Desember 2018)
2. Peta Ijin Pemanfaatan IUPHHK HA/HT/RE (data Desember 2018)
3. Peta Indikatif Arahan Pemanfaatan Hutan Produksi yang Tidak Dibebani Izin Untuk Usaha Pemanfaatan Hutan
(SK. 9246/MenLHK-PHPL/KPHP/HPL.0/12/2018)
4. Peta PIPPIB XV dan Peta Fungsi Ekosistem Gambut
5. Peta PIAPS Revisi IV dan Peta Definitif Perhutanan Sosial (HD,HKM,HTR)
6. Peta Lahan Kritis 2018
7. Peta TORA Revisi III 16
8. Peta Blok Tata Hutan KPH
(Permen LHK No. P.41/MenLHK/Setjen/Kum.1/7/2019 Tanggal 31 Juli 2019, diundangkan Tanggal 19 Agustus 2019)

Memuat arahan makro


Arahan Ruang
pemanfaatan dan penggunaan Kehutanan
spasial atau ruang dan potensi
kawasan hutan untuk
pembangunan kehutanan dan Target Capaian
pembangunan di luar kehutanan Sektor Kehutanan
yang menggunakan kawasan hutan
dalam skala nasional untuk jangka
waktu 20 (dua puluh) tahun Arah Kebijakan
dan Strategi
PENGARUSUTAMAAN RKTN 2011-2030
P.41/MenLHK/Setjen/Kum.1/7/2019 Pasal 2:

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional Tahun 2011-2030 menjadi acuan dalam:

1 2 3 4 5 6 7

penyusunan
Rencana koordinasi
penyusunan penyusunan penyusunan
Pengelolaan Penyusunan perencanaan pengendalian
Rencana Rencana Rencana Kerja
Hutan di Rencana jangka panjang kegiatan
Makro Kehutanan Usaha
Tingkat Pembangunan dan menengah pembangunan
Penyelenggara Tingkat Pemanfaatan
Kesatuan Kehutanan antarsektor; kehutanan
an Kehutanan Provinsi Hutan
Pengelolaan dan/atau
Hutan

Rencana Pengelolaan
Hutan Jangka Penjang
KAWASAN HUTAN
INDONESIA

Luas Kawasan Hutan 120,55


jt ha terbagi menjadi :

Hutan Produksi Tetap


(29,45 jt ha)
Hutan Produksi
Terbatas (26,94 jt ha)
Hutan Produksi
Konversi (11,82 jt ha)
Hutan Lindung (29,49 jt
ha)
Kawasan Konservasi
(22,85 jt ha)

TOTAL LUAS KAWASAN HUTAN = 120,55 jt Ha


TOTAL LUAS INDONESIA = 191,36 jt Ha

62,99 %

DARI LUAS DARATAN INDONESIA


RENCANA
KEHUTANAN
TINGKAT NASIONAL
2011 – 2030 (rev 2019)
Arahan pemanfaatan:
1. Kawasan untuk
Konservasi (26,42 jt ha)
2. Kawasan untuk
Perlindungan Hutan Alam
dan Ekosistem Gambut
(41,00 jt ha)
3. Kawasan Prioritas
Rehabilitasi (3,96 jt ha)
4. Kawasan untuk
Pemanfaatan Hutan
Berbasis Korporasi
(37,38 jt ha)
Arahan Kawasan Konservasi
5. Kawasan untuk
Arahan Perlindungan Ekosistem Gambut dan Hutan Alam
Pemanfaatan Hutan
Arahan Prioritas Rehabilitasi Berbasis Masyarakat
Arahan Pemanfaatan Berbasis Korporasi
(13,16 jt ha)
Arahan Pemanfaatan Berbasis Masyarakat 6. Kawasan untuk Non
Kehutanan (4,00 jt ha)
Arahan Non Kehutanan
RKTN 2011 – 2030
PADA KAWASAN
HUTAN PRODUKSI

Arahan Pemanfaatan
RKTN dlm Hutan
Produksi:
1.Perlindungan Hutan
Alam & Gambut 9,85 jt
ha
2.Prioritas Rehabilitasi
0,77 jt ha
3.Pemanfaatan berbasis
Korporasi 35,48 jt ha
4.Pemanfaatan berbasis
Masyarakat 10,15 jt ha
Arahan Perlindungan Ekosistem Gambut dan Hutan Alam

Arahan Prioritas Rehabilitasi

Arahan Pemanfaatan Berbasis Korporasi

Arahan Pemanfaatan Berbasis Masyarakat


KESESUAIAN RKTN DENGAN RPHJP KPH

Untuk memastikan RKTN ini


digunakan sebagai landasan
perencanaan kehutanan
nasional maupun daerah,
diperlukan sejumlah
REVISI Penjabaran
langkah sebagai berikut: RKTN kedalam
RKTN
Rencana
2011 -
Penjabaran Kehutanan
2030 Tingkat Provinsi
RKTN kedalam
Rencana Makro dan Rencana
Penyelenggaraan Pengelolaan
Kehutanan Hutan di tingkat
Pengintegrasian tapak
RKTN kedalam
RPJMN 2020-
2024
MEKANISME SINKRONISASI RENCANA KAWASAN HUTAN
DENGAN RENCANA PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI
1. Penyusunan Rencana RKTN 2011 – 2030 dijabarkan
Pemanfaatan Hutan lebih lanjut dalam Rencana Makro
Produksi perlu Pemanfaatan Hutan sebagai acuan
memperhatikan dalam penyelenggaran pemanfaatan
rencana KH di tingkat kawasan hutan produksi jangka
RKTN Penjabaran panjang
nasional (RKTN 2011
TINGKAT NASIONAL
– 2030) dan rencana 2011 - 2030
KH di tingkat tapak
(Tata Hutan RPHJP RENCANA MAKRO
KPH) sehingga PENYELENGGARAAN
tercipta sinkronisasi, KEHUTANAN
(P.42/2010 Pasal 8)
integrasi rencana
kehutanan pada
setiap tingkatan
2. Sinkronisasi dengan RENCANA PEMANFAATAN HUTAN PENYUSUNAN
RKTN memperhatikan
arahan ruang serta PRODUKSI RENCANA
kebijakan dan MAKRO
strategi PEMANFAATAN
HUTAN

TINGKAT TAPAK TATA HUTAN RPHJP KPH


CONTOH SINKRONISASI RPHJP KPHP KUBU RAYA DENGAN
RPHJP KPHP KUBU RAYA RKTN KPHP KUBU RAYA

HL -
Blok Inti

HP - Blok
Pemanfaatan
HHK-HT

HP - Blok
Pemanfaatan HL - Blok
HHK-HA
Pemanfaatan

HL - Blok
Pemanfaatan

Blok RPHJP Blok Tata Hutan Luas (ha)


HL - Blok Inti
RKTN2019 RKTN di KPHP Kubu Raya Luas (ha)
HL - Blok Inti 10.511
HL - Blok Pemanfaatan Arahan Kawasan Konservasi Perlindungan Ekosistem Gambut 62.097
HL - Blok Pemanfaatan 129.570
HP - Blok Khusus Arahan Perlindungan Ekosistem Gambut dan Hutan Alam Prioritas Rehabilitasi 10.608
HP - Blok Pemanfaatan HHK-HA 43.940
HP - Blok Pemanfaatan HHK-HA Arahan Prioritas Rehabilitasi Pemanfaatan Berbasis Komoditi 104.502
HP - Blok Pemanfaatan HHK-HT HP - Blok Pemanfaatan HHK-HT 114.772
Arahan Pemanfaatan Berbasis Korporasi Pemanfaatan Berbasis Masyarakat 132.742
HP - Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasling, HHBK HP - Blok Pemberdayaan Masyarakat 15.871
Arahan Pemanfaatan Berbasis Masyarakat Non Kehutanan 6.583
HP - Blok Pemberdayaan Masyarakat HP - Blok Perlindungan 2.775
Arahan Non Kehutanan Jumlah (ha) 317.439
HP - Blok Perlindungan Jumlah 317.439
CONTOH
SINKRONISASI RPHJP
KPHP KUBU RAYA
DENGAN RKTN
HL -
 Terdapat Blok tata hutan
Blok Inti
dalam RPHJP yang
berbeda dengan RKTN
HP - Blok
Pemanfaatan
HHK-HT  Dalam Blok Pemanfaatan
HHK-HA dan HHK-HT
pada RPHJP, sebagian
direncanakan untuk
HP - Blok
Pemanfaatan HL - Blok
HHK-HA
Pemanfaatan

HL - Blok Arahan Perlindungan


Ekosistem Gambut dan
Pemanfaatan

Rehabilitasi.
Pemanfaatan Pemanfaatan
 Diperlukan penyesuaian
Tata Hutan RPHJP
Perlindungan Prioritas
Ekosistem Rehabilitasi
Berbasis
Komoditi
Berbasis
Masyarakat
Non
Kehutanan
Jumlah (ha) kegiatan di lapangan,
HL - Blok Inti 10.511 10.511 berupa penyesuaian
HL - Blok Pemanfaatan
HP - Blok Pemanfaatan HHK-HA
11.091
557
7.370
3.237
8
40.061
103.969 6.229
83
129.570
43.940
RKUPHHK
HP - Blok Pemanfaatan HHK-HT
HP - Blok Pemberdayaan Masyarakat
50.107
278
64.351
81
141
15.410
173
97
114.772
15.871 Tingkat ketepatan
HP - Blok Perlindungan 66 2.709 2.775 RPHJP mendekati
Jumlah (ha) 62.097 10.608 104.502 132.742 6.583 317.439
ISU STRATEGIS
2020 - 2024 Kesejahteraan masyarakat berbasis
Sumber Daya Hutan (SDH) dan
Lingkungan Hidup (LH), terdiridari:
• Perhutanan Sosial
ISU SOSIAL • TORA
• Kesenjangan Antar Wilayah
• Akses Pasar dan Permodalan

Tata kelola Sumber Daya Hutan (SDH)


dan Lingkungan Hidup (LH) yang
mantap, terdiri atas:
• Pemantapan KawasanHutan ISU TATA KELOLA
• Mainstreaming PerubahanIklim
• Enabling Condition DAN KELEMBAGAAN
• SDM Unggul dan Berdaya Saing Kelestarian fungsi ekosistem dalam
• Pengarusutamaan Gender pembangunan berkelanjutan,terdiri dari:
• Ketahanan Air
• Pengelolaan Sampah,B3
ISU LINGKUNGAN • Kerusakan Lingkungan
• Kualitas Udara
• Keanekaragaman hayati
• Kesehatan Masyarakat
• Pendidikan Lingkungan
Kontribusi Sumber Daya Hutan (SDH) dan Lingkungan
Hidup (LH) terhadap perekonomiannasional, terdiri atas :
• Peningkatan HHK
• Peningkatan HHBK
• TSL dan Biosprospecting
ISU EKONOMI
• Jasa Lingkungan
• Circular Economy
INDONESIA 2020-2024
Indonesia Berpenghasilan Menengah - Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan

4 Pilar RPJMN 2020-2024 7 Agenda RPJMN 2020-2024

28
VISI PRESIDEN-WAKIL PRESIDEN
“Terwujudnya Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong”

MISI :
Upaya meneruskan jalan perubahan untuk mewujudkan Indonesia maju yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian berlandaskan gotong royong ditempuh dengan sembilan misi:
1. Peningkatan kualitas manusia Indonesia
2. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing
3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan
4. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan
5. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa
6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya
7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga
8. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya
9. Sinergi Pemerintah Daerah dalam kerangka Negara Kesatuan
Mencapai Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan

Mitigasi
Pengembangan
Perubahan Penegakan
Iklim Hukum dan
Kebijakan Tata Rehabilitasi
Ruang Lingkungan
Terintegrasi Hidup
• Pencegahan Kebakaran hutan
• Penanaman kembali lahan-lahan kritis
• Melanjutkan kebijakan • Pengembangan Energi Baru • Rehabilitasi hutan dan
satu peta Terbarukan (EBT) berbasis potensi lahan, konservasi laut,
setempat serta ramah terhadap
• Pengendalian dan serta Daerah Aliran
lingkungan
pengawasan • Melanjutkan konservasi lahan gambut Sungai (DAS)
kepatuhan • Mengurangi emisi karbon dan • Penegakan hukum yang
pelaksanaannya meningkatkan transportasi massal tegas atas tindakan
ramah lingkungan
• Meningkatkan pendidikan konservasi
perusakan lingkungan
lingkungan yang berkelanjutan dengan • Mempercepat upaya
melibatkan komunitas masyarakat adat pencegahan dan 31
• Memperbanyak hutan kota dan ruang rehabilitasi lingkungan
terbuka hijau
PENDEKATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

HOLISTIK INTEGRATIF
Penjabaran tematik program presiden Upaya keterpaduan pelaksanaan
ke dalam perencanaan yang perencanaan program Presiden yang
komprehensif mulai dari hulu sampai ke dilihat dari peran Kementerian/lembaga/
hilir suatu rangkaian kegiatan daerah/pemangku kepentingan lainnya
dan upaya keterpaduan berbagai sumber
pendanaan

TEMATIK SPASIAL
Penentuan tema-tema prioritas dalam Penjabaran program presiden dalam satu
suatu jangka waktu kesatuan wilayah dan keterkaitan antar
wilayah

HITS

MONEY FOLLOW PROGRAM


VISI KLHK
TERWUJUDNYA KEBERLANJUTAN SUMBER DAYA HUTAN DAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT, DALAM
MENDUKUNG ”TERWUJUDNYA INDONESIA MAJU YANG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG “

MISI KLHK
MEWUJUDKAN HUTAN YANG LESTARI MENGOPTIMALKAN MANFAAT EKONOMI MEWUJUDKAN KEBERDAYAAN
DAN LINGKUNGAN HIDUP YANG SUMBER DAYA HUTAN DAN MEWUJUDKAN TATA KELOLA
MASYARAKAT DALAM AKSES KELOLA
BERKUALITAS LINGKUNGAN YANG BERKEADILAN DAN PEMERINTAHAN YANG BAIK
BERKELANJUTAN HUTAN

TUJUAN
MENINGKATKAN KUALITAS KLHK MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SUMBER MENINGKATKAN EFISIENSI DAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN MENGATASI DAYA HUTAN UNTUK MEMBERIKAN DAN DISTRIBUSI MANFAAT HUTAN EFEKTIVITAS TATA KELOLA
PERUBAHAN IKLIM KONTRIBUSI BAGI PEREKONOMIAN YANG BERKEADILAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP
NASIONAL DAN KEHUTANAN YANG BAIK

SASARAN STRATEGIS KLHK


TERWUJUDNYA LINGKUNGAN HIDUP DAN HUTAN TERCAPAINYA OPTIMALISASI PEMANFAATAN TERJAGANYA KEBERADAAN, FUNGSI DAN TERSELENGGARANYA TATA KELOLA DAN INOVASI
YANG BERKUALITAS SERTA TANGGAP TERHADAP SUMBER DAYA HUTAN DAN LINGKUNGAN SESUAI DISTRIBUSI MANFAAT HUTAN YANG PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP DAN
PERUBAHAN IKLIM DENGAN DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG BERKEADILAN DAN BERKELANJUTAN KEHUTANAN YANG BAIK, SERTA KOMPETENSI SDM
LINGKUNGAN LHK YANG BERDAYA SAING
Sasaran Strategis KLH K
2 0 2 0 -2 0 2 4
TERCAPAINYA OPTIMALISASI
TERWUJUDNYA LINGKUNGAN PEMANFAATAN SUMBER
HIDUP DAN HUTAN YANG DAYA HUTAN DAN
BERKUALITAS SERTA LINGKUNGAN SESUAI
TANGGAP TERHADAP DENGAN DAYA DUKUNG DAN
PERUBAHAN IKLIM DAYA TAMPUNG
LINGKUNGAN

Pilar Ekologi Pilar Ekonomi

TERSELENGGARANYA TATA
TERJAGANYA KEBERADAAN, KELOLA & INOVASI
FUNGSI DAN DISTRIBUSI PEMBANGUNAN
MANFAAT HUTAN YANG LINGKUNGAN HIDUP DAN
BERKEADILAN DAN KEHUTANAN YANG BAIK
BERKELANJUTAN SERTA KOMPETENSI SDM LHK
Pilar Sosial YANG BERDAYA SAING Pilar Tatakelola
Landscape dan Keberlanjutan Lingkungan Hidup & Sosial
Composisi landscape Struktur landscape (LANDSCAPE Batas landscape (LANDSCAPE BOUNDARIES):
(LANDSCAPE COMPOSITION): STRUCTURE): Bergantung pada tujuan pengelolaan para pemangku
campuran penutupan lahan dan pengaturan spasial berbagai penutupan lahan dan kepentingan, batas lanskap mungkin terpisah atau tidak jelas,
penggunaan lahan seperti vegetasi penggunan lahan (LULC) yang berbeda-beda dan mungkin sesuai dengan batas daerah aliran sungai, fitur
alami, lahan pertanian, permukiman, beserta berbagai norma dan tata Kelola yang lahan yang berbeda, dan / atau batas yurisdiksi, atau
area pedesaaan dan area perkotaan berkontribusi terhadap karakter landscape memotong garis demarkasi tersebut

PASAL 12 AYAT (2) UU


32/2009 PPLH:
• Keberlanjutan proses, KPHL

fungsi dan
KPHP KPHK
produktivitas LH
• Keselamatan, Mutu
Hidup dan
PASAR EKSPOR

Kesejahteraan
Masyarakat

Luas Landscape (LANDSCAPE


SIZE): Sebuah lanskap dapat
mencakup area dari ratusan hingga
puluhan ribu kilometer persegi

LANDSCAPE: Sistem Socio-Ekologi (A SOCIO-ECOLOGICAL SYSTEM) yang mencakup mosaik ekosistem alami dan buatan,
dengan konfigurasi karakteristik topografi, vegetasi, penggunaan lahan, permukiman yang dipengaruhi oleh proses and
aktivitas ekologi, sejarah, ekonomi dan budaya dari suatu area. HUTAN bagian Tidak terpisahakan dari Suatau Landscape
REKONFIGURASI PENGELOLAAN HUTAN

HUTAN SEBAGAI SATU KESATUAN EKOSISTEM


(Landscape Management)
Ecologically Sensible, Socially Acceptable, Economically Feasible

Pengelolaan Landscape/SFM

KELOLA KELOLA KELOLA


SOSIAL LINKUNGAN EKONOMI
PENGUATAN AKSES MULTIUSAHA
LEGAL MASYARAKAT KEHUTANAN
PERSETUJUAN LINGKUNGAN

PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL DAN


PERIZINAN BERUSAHA
Sistem Socio-Ekologi dalam Suatu Landscape
Keselamatan, Mutu Hidup dan Kesejahteraan EKOSISTEM (Ecological System)
Masyarakat Jasa KONDISI EKOSISTEM:
KONDISI KUALITAS
HIDUP MANUSIA Lingkungan STRUKTUR DAN FUNGSI
(the Standard of Living) Hidup ALIRAN ENERGI
(Energy Flow)

RESPON MANUSIA (Human Responses)


TATA NILAI
(Values) SIKLUS
MATERI
(Mineral
Cycles)
TEKNOLOGI PENGETAHUAN
TEKANAN
(Technology) (Knowledge) MANUSIA SIKLUS AIR
TERHADP (Water Cycle)
EKOSISTEM

KELEMBAGAAN DINAMIKA KOMUNITAS


(Institutions) (Community Dynamics)

PERUBAHAN-PERUBAHAN ALAMI
INTERAKSI SOSIAL (People-to-people Pressures)
(Naturally-caused environmental changes)
KOOPERASI KOLABORASI, KOMPETISI,
KONFLIK
Iklim, tanah (edafis), topografi, geologi, physiografi

SISTEM-SISTEM SOSIAL MANUSIA


(Human Social Systems) • Keberlanjutan proses dan fungsi LH
• Keberlanjutan produktivitas LH

Sumber: Primiantoro (2000):Konsep tersebut dimodifikasi dari konsep yang terdapat dalam buku “Strategies for National Sustainable
Development” (Carew-Reid et all 1994) dan Buku Holistik Managemet (Savory, 1998), A Major Paper for MES at York University, Toronto
Transformasi Platform Usaha Pemanfaatan HP dalam UUCK
Tranformasi PERIZINAN BERBASIS JENIS KEGIATAN menjadi PERIZINAN BERBASIS LANDSCAPE
dengan berbagai jenis kegiatan usaha (MULTIUSAHA) yang TERITEGRASI
Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan

IUPHHK-HA Kegiatan
IUPJL UPHHK-HA
Usaha HHBK
dan Jasling

Kegiatan
IUHHBK UPHHK-HT
IUPHHK-HTI

Silvopasture
IUPK Agroforestry

1. Pemanfaatan HP melalui pemberian izin per jenis 1. Pemanfaatan HP melalui pemberian perizinan
kegiatan (IUPK, IUPJL, IUPHHK, IUPHHBK, IPHHK, berusaha pemanfaatan hutan;
IPHHBK); 2. Social Forestry (Multi Usaha: pemanfaatan kayu,
2. Timber Oriented; HHBK, dan Jasling; akses legal masyarakat)
3. Pemanfaatan nilai lahan hutan kurang optimal. 3. Pemanfaatan nilai lahan hutan lebih optimal.
PEMANFAATAN PEMELIHARAAN PENEGAKAN HUKUM
6 P di UU Atur dan Awasi
(ADA)
32/2009
PPLH D3TLH & • Konservasi SDA
Atur Diri Sendiri
• Pencadangan (ADS)
PERENCANAAN RPPLH PENGENDALIAN • Pelestarian fungsi PENGAWASAN
Atmosfir Financial
a. INVENTARISASI LH; Approach
b. PENETAPAN WILAYAH EKOREGION
PEMULIHAN
c. PENYUSUNAN RPPLH

PENCEGAHAN PENANGGULANGAN
KPHL
• KLHS, tata ruang, baku
mutu LH, baku kerusakan KPHP KPHK

LH, AMDAL, UKL-UPL,


Persetujuan
PASAR EKSPOR LH
• Instrumen Ekonomi LH
• Analisis resiko LH, audit LH,
anggaran berbasis LH,
regulasi, dll.

PENDEKATAN LANDSCAPE KERJA KLHK: INTEGRASI 1. Kawasan Hutan: HL, HP, HK


2. Pengelola Tapak: KPHP, KPHL, KPHK, dan TN

DIT. UHP DITJEN PHPL


INSTRUMEN LH & INSTRUMEN KEHUTANAN 3. Integrasi Hulu-Hilir-Pasar
Contoh Integrasi Instrumen LH dan Instrumen Kehutanan di Tingkat Tapak –
IUPHHK-HT dan Industri Hasil Hutan
INSTRUMEN LINGKUNGAN HIDUP
• Amdal/UKL-UPL & Persetujuan LH
• Pengendalian Pencemaran &
Kerusakan LH;
• Pengelolaan PSLB3
• Mitigasi Perubahan Iklim

integrasi

2 1
INDUSTRI
HASIL
HUTAN

integrasi
INSTRUMEN KEHUTANAN
• Izin Berusaha
• Sertifikasi PHPL;
• SVLK
• dll KPH
Integrasi Kebijakan PPLH dan PHPL dalam Kajian Dampak Lingkungan

Identitas Pemrakarsa Deskripsi Rencana Instrumen


Usaha dan/atau Lingkungan Hidup
Kegiatan

Deskripsi Rona Pengelolaan


Lingkungan di dalam Dampak Lingkungan: Dampak LH dan
dan disekitar Lokasi 1. Dampak Penting; Pemantauan LH
Usaha dan/atau 2. Dampak Lainnya (Dampak Penting
Kegiatan dan Lainnya)

Aspirasi dan Concern


Identitas Penyusun Masyarakat
DOKUMEN AMDAL Usaha
Dokumen Amdal
Pemanfaatan Hutan Multi Usaha

Integrasi Kriteria dan Indikator PHPL ke dalam AMDAL


INSTRUMEN KEHUTANAN: KRITERIA DAN INDIKATOR PENILAIAN KINERJA
PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI
Contoh Integrasi Instrumen LH dan Instrumen Kehutanan - HTI
Pengembangan & Penerapan
STANDAR PENGELOLAAN – PEMANTAUAN
LH yang SPESIFIK terkait kegiatan HTI .i.e.: Hutan produksi
a. Pengendalian Pencemaran & yang tidak
Kerusakan LH (i.e. PP No. 150/2000); produktif Persiapan
b. Pengelolaan Sampah & LB3;
c. Mitigasi Emisi GRK Lahan untuk
d. Dll.
HTI
Penyusunan dan Pelaksanaan Dokumen
Lingkungan Hidup (AMDAL) & Persetujuan
Lingkungan + Perizinan Berusaha

STANDARD DOKUMEN AMDAL HTI


• Muatan Formulir KA Spesifik HTI;
• Muatan Andal & RKL-RPL Spesifik untuk HTI;
• Muatan Pelaporan RKL-RPL Spesifik untuk
HTI

INSTRUMEN KEHUTANAN:
Kriteria Dan Indikator Penilaian
Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Contoh Integrasi Penerapan Instrumen Lingkungan Hidup dan Instrumen
Kehutanan dalam Pelaksanaan Usaha dan/atau Kegiatan Industri Hasil Hutan
Pengelolaan B3 UU No.19/2009: POPs; PP No. 41/1999: Pengendalian
1. Registrasi B3; PP No. 74/2001 PPU (PP22/2021) Pencemaran Udara
2. Pengemasan B3; (PPU)
3. Pemberian Label dan Baku Mutu Emisi
Simbol B3;
4. Penyimpanan B3; dan
5. Penyusunan sistem Emisi Udara
Baku Mutu Udara
tanggap darurat
Ambien

B3 INDUSTRI HASIL HUTAN Baku Mutu Gangguan

Pengelolaan
Sampah sampah
Baku Mutu Air
UU No. 18/2008
PP No. 81/2012
Limbah LB3 Air Limbah
Pengelolaan LB3: Pengendalian
1. Pengurangan LB3
Pencemaran Air
2. Penyimpanan LB3; • Dokumen LH (Amdal/UKL-
3. Pengumpulan LB3; Baku Mutu (PPA)
UPL) spesifik untuk Air Limbah
4. Pemanfaatan LB3;
PP No. 101/2014: Industri Hasil Hutan; (Effluent) PP No. 82/2001: PKA dan PPA
5. Pengolahan LB3;
Pengelolaan LB3 PP No. 19/1999: Air Laut
6. Penimbunan LB3.
(PP 22/2021)
• SVLK, Eko-label
(PP No. 22/2021)
STRONG FUTURE : “MULTIUSAHA
PENGEMBANGAN HHBK & JASLING”
Untuk mencapai kesepahaman bersama dari seluruh sektor
dan pemangku kepentingan bahwa HHBK dan Jasling adalah
modal pembangunan yang didorong bersama untuk menjadi
“Tulang Punggung (Backbone)” baru perekonomian
Indonesia, maka pada tanggal 10 Mei 2019 telah dilakukan
launcing “Multiusaha Pengembangan HHBK dan Jasa
Lingkungan” oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
, dengan arahan :
1. Pengarusutamaan HHBK-Jasling sebagai salah satu modal
pembangunan nasional;
2. Integrasi kebijakan mulai dari penguatan bahan baku,
pengolahan sampai pemasarannya;
3. Insentif kebijakan fiscal.
MODEL MULTIUSAHA PADA AREAL KERJA PERIZINAN BERUSAHA Contoh multiusaha di areal
kerja Perizinan Berusaha
1. Usaha pokok sebagai
penyedia kayu
2. Usaha hutan tanaman
energi untuk memasok
PLTBm (Pembangkit
Listrik Tenaga
Biomassa)
3. Pengembangan
pangan berupa
tanaman semusim
(padi dan palawija)
4. pengembangan
silvopastura
PLTBm
7.5 MW 5. Usaha penyerapan
karbon dan jasa
lingkungan

PLTBm 3.5 MW 46
MENGAPA PERLU MULTIUSAHA KEHUTANAN?

1) Nilai ekonomi riil lahan hutan sangat rendah


2) Persentase areal efektif sangat rendah
3) Pasar kayu yang berasal dari hutan alam cenderung menurun
4) Sebagai alternatif sumber PNBP selain hasil hutan kayu
5) Perlu optimalisasi ruang pemanfaatan kawasan hutan

47
TANTANGAN PENGELOLAAN HUTAN
PASCA UU No. 23/2014
11 Sub Urusan LH
SINERGITAS MULTIPIHAK
UU 41/99 RPPLH Binwas
KEHUTANAN UU 5/90 PENGUATAN KELEMBAGAAN DAERAH
PIHAK KLHS MHA
UU 32/09 Diklatluh LH DALAM PEMBANGUNAN LHK ERA OTDA
1. Perencanaan TERKAIT Pengendalian
2. Pengelolaan Hutan UU 41/99 pencemaran Penyelesaian
LAINNYA Kerusakan Pengaduan masy.
3. Litbang, Diklatluh UU 18/2013 INTERVENSI &
Kebijakan
4. Pengawasan Kehati PENGUATAN
LB3 Penghargaan
Persampahan Regulasi
DPRD
Komisi Bid LHK
DITJEN SASARAN STRATEGIS ARAH KEBIJAKAN
RENSTRA KLHK PEMBANGUNAN
2015 - 2019 SINERGITAS DAERAH
1. PKTL KEMEN DINAS LHK
2. KSDAE MULTIPIHAK PROV/KAB/KOTA Program
BAPPEDA
3. PDASHL LHK 1. IKLH
1. RPJPD
DINAS LH
4. PHPL 2. RPJMD DINAS KEHUT Perencanaan
5. PPKL 2. EKONOMI
3. RKPD
6. PSLB3 3. EKOSISTEM
7. PPI ASISTEN DA
8. PSKL ERAH 2
4 Sub Urusan
9. GAKKUM SDM
Kehutanan
10. BP2SDM
11. LITBANG Sarana
Pengelolaan Hutan Prasarana
KSDAE
UU 5/90
Penyuluhan UU 23/2014
KSDAE
Pengelolaan DAS PP 18/2016
1. Perlindungan UU 32/09 Permendagri
2. Pengawetan PPLH 12/2017
3. Pemanfaatan lestari
1. Perencanaan
2. Pemanfaatan
3. Pengendalian KEMENDAGRI
4. Pemeliharaan
PEMBINA
5. Pengawasan
UMUM
6. Penegakan Hukum
PEMDA
KPH DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
UU NO. 23/2014; PP NO. 18/2016, & PERMENDAGRI NO. 12/2017

UU NO. 23/2014

 Urusan Pemerintahan bidang PP NO.18/2016


kehutanan hanya terbagi PERMENDAGRI NO. 12/2017
antara Pusat dan Pemerintah  Dinas Kehutanan Provinsi
Provinsi merupakan Perangkat Daerah yang  UPTD KPH merupakan bagian dari
membantu Gubernur dalam Perangkat Daerah provinsi yaitu Dinas
 KPH mempunyai peran dan melaksanakan pelayanan urusan Kehutanan Provinsi
posisi strategis dalam pemerintahan bidang kehutanan
penataan kelola dan sesuai dengan kewenangannya.  UPTD KPH berada di bawah dan
kelembagaan bidang bertanggung jawab kepada Kepala
kehutanan paska terbitnya  KPH merupakan Unit Pelaksana Dinas sesuai dengan bidang Urusan
UU No. 23/2014 dengan Teknis Daerah (UPTD) yang Pemerintahan bidang kehutanan yang
adanya perubahan membantu pelaksanan tugas diselenggarakan
kewenangan pemda kab/kota operasional pengelolaan hutan di  UPTD KPH mempunyai tugas
kepada pemda provinsi tingkat tapak dari dinas induknya, melaksanakan kegiatan teknis
yaitu Dinas Kehutanan Provinsi operasional Urusan Pemerintahan
bidang kehutanan yang bersifat
pelaksanaan dari organisasi induknya
yaitu Dinas Kehutanan Provinsi
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN
LAMPIRAN UU NO. 23 TAHUN 2014

PENYULUHAN DAN PEMBERDAYAAN

PENGELOALAN DAS
PENGELOLAAN HUTAN

MASYARAKAT
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN,
KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM
HAYATI DAN EKOSISTEMNYA
• TATA HUTAN KPH • PENGELOLAAN • PENYULUHAN • PENGELOLAAN DAS
• PELAKSANAAN RPHJP TAHURA • PEMBERDAYAAN LINTAS DAERAH
• PEMANFAATAN • PERLINDUNGAN TSL MASYARAKAT DI KAB/KOTA DAN
HUTAN LINDUNG DAN NON CITES BIDANG KEHUTANAN DALAM DAERAH
PRODUKSI • PENGELOLAAN KAB/KOTA DALAM 1
KAWASAN BERNILAI PROVNISI
• REHABILITASI DI LUAR
KAWASAN EKOSISTEM PENTING
• PERLINDUNGAN DAN DAERAH
HUTAN PENYANGGA KSA DAN
KPA
• PENGELOLAAN KHDTK

KPH fokus membantu dinas dalam pelaksanaan teknis operasional pengelolaan hutan
tingkat tapak sesuai kewenangan konkuren urusan pemerintahan bidang kehutanan
dalam UU No. 23/2014
TUGAS DAN FUNGSI ORGANISASI KPH
PP 6 TAHUN 2007 JP PP 3 TAHUN 2008 PP 23 TAHUN 2021 selaras dengan
UU 23 Tahun 2014
Organisasi KPH mempunyai tugas dan fungsi sebagai a. menyusun rencana pengelolaan Hutan yang dituangkan dalam dokumen rencana
pengelolaan Hutan jangka panjang dan rencana pengelolaan Hutan jangka
berikut: pendek;
1. Menyelenggarakan pengelolaan hutan,meliputi: b. melaksanakan koordinasi perencanaan pengelolaan Hutan dengan pemegang
Perizinan Berusaha, pemegang persetujuan penggunaan dan Pelepasan Kawasan
a. Tata hutan dan penyusunan rencana Hutan serta pengelola Perhutanan Sosial;
pengelolaan hutan c. melaksanakan fasilitasi implementasi kebijakan di bidang
lingkungan hidup dan Kehutanan yang meliputi:
b. Pemanfaatan hutan dalam hal pemantauan dan 1. inventarisasi Hutan, Pengukuhan Kawasan Hutan, Penatagunaan Kawasan
pengendalian terhadap pemegang ijin Hutan dan pen5rusunan rencana Kehutanan;
2. rehabilitasi Hutan dan reklamasi;
c. Penggunaan kawasan hutan dalam hal 3. Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan; dan
pemantauan dan pengendalian terhadap 4. perlindungan dan pengamanan Hutan, pengendalian, kebakaran Hutan dan
lahan, mitigasi ketahanan bencana dan perubahan iklim.
pemegang ijin d. melaksanakan fasilitasi, bimbingan teknis, pendampingan, dan pembinaan
d. Pemanfaatan hutan di wilayah tertentu kelompok tani Hutan dalam mendukung kegiatan Perhutanan Sosial;
e. Rehabilitasi hutan dan reklamasi e. melaksanakan fasilitasi Penataan Kawasan Hutan dalam rangka Pengukuhan
Kawasan Hutan dan Penataan Kawasan Hutan dalam rangka Pemanfaatan
f. Perlindungan hutan dan konservasi alam. Kawasan Hutan;
2. Menjabarkan kebijakan kehutanan Nasional, Provinsi, f. melaksanakan fasilitasi pertumbuhan investasi, pengembangan industri, dan
pasar untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional;
Kabupaten/Kota untuk diimplementasikan g. melaksanakan fasilitasi kegiatan dalam rangka ketahana pangan (food estatel
3. Melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan di dan energi;
h. melaksanakan fasilitasi peningkatan kapasitas sumber daya manusia;
wilayahnya mulai dari perencanaan, i. melaksanakan pemantauan dan evaluasi ata ppelaksanaan kegiatan pengelolaan
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan Hutan;
j. melaksanakan Pengawasan dan pengendalian atas kegiatan pengelolaan Hutan;
serta pengendalian dan
4. Melaksanakan pemantauan dan penilaian atas k. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di wilayah kerjanya.
pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan
diwilayahnya.
UU No. 5 TAHUN 2014 TENTANG
APARATUR SIPIL NEGARA
KODE ETIK DAN PERILAKU ASN
PRINSIP ASN
1. melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi;
1. Nilai dasar;
2. melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
2. Kode etik dan kode perilaku; 3. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4. melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
3. Komitmen, integritas moral, dan undangan;
5. melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
tanggung jawab pada pelayanan publik; Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan;
4. Kompetensi yang diperlukan sesuai 6. menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
7. menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
dengan bidang tugas;
efektif, dan efisien;
5. Kualifikasi akademik; 8. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya;
6. Jaminan perlindungan hukum dalam 9. memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak
lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
melaksanakan tugas; dan 10. tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan,
dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat
7. Profesionalitas jabatan bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
11. memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas
ASN; dan
12. melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin
Pegawai ASN
PENGELOLAAN HUTAN TINGKAT TAPAK PASKA UU NO.
11/2020 & PP. 23/2021
 KPH dalam pengelolaan SDA yang berbasis landscape harus
mengacu ketentuan yang berlaku, antara lain UU No.11/2020, UU
No. 41/1999, UU No. 23/2014, UU No. 32/2009, UU No. 18/2017,
UU NO. UU No. 5/1990, dsb
23/2014
PP NO. UU NO.  Ke depan KPH merupakan fasilitator dalam pelayanan pengelolaan
23/2021 41/1999 bidang kehutanan pada unit wilayah kerjanya paska terbitnya UU
No. 11/2020 dan PP No. 23/2021

PENGELOLAAN  SDM KPH adalah ASN yang merupakan profesi dan mempunyai
UU NO UU NO. kode etik. KPH tidak diperkenankan untuk melakukan usaha
5/1990
HUTAN TINGKAT 33/2004
TAPAK pemanfaatan hutan dalam menjalankan tugasnya.

 Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan


UU NO. UU NO. APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai
11/2020 32/2009 kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi..
UU NO.
18/2017  Pemanfaatan hutan pada KPH dilaksanakan oleh pihak lain
sebagaimana diatur dalam UU No. 11/2020 dan PP No. 23/2021
yang dilaksanakan melaui mekanisme perizinan berusaha dan
perhutanan sosial.
Forest Investment Program II (FIP-2)
Judul Proyek : The Forest Investment Program II (FIP II)
“Promoting Sustainable Community Based Natural Resources
Management and Institutional Development”
01
01
EA : Ditjen PKTL (2017 – 2019)
EA : Ditjen PHPL (sesuai SK Sekjen No. SK.13/2020
tanggal 3 Maret 2020)
03
Lokasi : Jakarta
Donor : The World Bank 02 dan 10 KPH, di 8 Provinsi
dan DANIDA

05 Output : (1) Memperkuat Peraturan, Kebijakan dan


Kapasitas Institusi pada Desentralisasi Manajemen
04 Kehutanan, (2) Mengembangkan Platform
Pengetahuan melalui Knowledge Management
Hibah Terencana dengan total Information System, (3) Meningkatkan pengelolaan
hibah :
US$ 22.420.000,- 07 hutan berkelanjutan di 10 KPH

Periode 2017 – 2021


(Proses pengajuan perpanjangan)
06
58

Implementing Agency (IA)


DIT. RPP

PUSDIKLAT
PUSDATIN

DIT. KPHP
DIT. BUPSHA

DIT. RPP dilanjutkan


DIT. KPHP (Proses pindah
program anggaran untuk TA
2021)
KPH Wil. IX KPH Dampelas
Panyabungan (SUMUT) (SULTENG)
KPH Dolago
KPH Tasik Besar Serkap Tanggunung
10 KPH pada 8 PROVINSI : (RIAU) (SULTENG)
1. KPH Wil. IX Panyabungan (SUMUT)
2. KPH Tasik Besar Serkap (RIAU) KPHP Limau Unit VII Hulu
3. KPHP Limau Unit VII Hulu Sarolangun
(JAMBI)
Sarolangun (JAMBI)
4. KPH Wil. XIII Lakitan BC (SUMSEL)
5. BKPH Batulanteh (NTB)
6. BKPH Rinjani Barat (NTB)
7. KPH Kendilo (KALTIM)
8. KPH Tanah Laut (KALSEL)
9. KPH Dampelas (SULTENG)
10. KPH Dolago Tanggunung (SULTENG) KPH Wil. XIII
Lakitan BC
(SUMSEL)
8 BPHP :
1. BPHP Wil. II Medan
2. BPHP Wil. III Pekanbaru KPH Tanah Laut
3. BPHP Wil. IV Jambi (KALSEL)
4. BPHP Wil. V Palembang
5. BPHP Wil. VII Denpasar
6. BPHP Wil. IX Banjarbaru BKPH Batulanteh (NTB)
7. BPHP Wil. XI Samarinda
8. BPHP Wil. XII Palu
BKPH Rinjani Barat (NTB)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai