Anda di halaman 1dari 33

KAWASAN HUTAN DENGAN PENGELOLAAN

KHUSUS : Tantangan dalam Perspektif


Pemberdayaan Masyarakat

Dr. Ir. Soni Trison S.Hut MSi. IPU


Ketua Departemen Manajemen Hutan IPB University
Ketua KOMHINDO (Komunitas Ahli Manajemen Hutan Indonesia)

DISKUSI KEMISAN, Kelompok Riset Penduduk dan Pengelolaan Sumberdaya Alam BRIN,
25 Januari 2024
PERUBAHAN PARADIGMA KEHUTANAN

Sumberdaya hutan harus dikelola untuk


menghasilkan produk majemuk, berbasis proses
produksi ekosistem, untuk memenuhi
kebutuhan manusia yang juga majemuk.
Diperlukan arahan ilmu pengurusan hutan
dengan indikator pencapaian efisiensi yang
komprehensif dan integratif.
Diperlukan kebersamaan dan kerjasama
profesi pertanian dalam arti luas, untuk
memanfaatkan berbagai kemajuan IPTEKS
pertanian mutakhir dalam pemanfaatan
sumberdaya hutan secara optimal.
MANDAT UTAMA

Hutan: Manusia:
manfaat Pengurusan, kebutuhan
majemuk Pemanfaatan majemuk
→ kelestarian → kesejahteraan

Luas Tapi Rimbawan yang Profesional


belum
Optimum
SEJARAH KAWASAN HUTAN
DAN PENYELESAIAN PENETAPAN KAWASAN Mandat
HUTAN UUCK
Hutan Register Paduserasi Penunjukan Usulan Perubahan Kawasan Hutan Provinsi
RTRW dan Kawasan Kawasan Hutan sejalan dengan review Penetapan Kawasan
dan Penunjukan
TGHK TGHK Hutan (dan sejalan dengan review RTRWP/K dan Hutan
Parsial
Perairan) RTRWP/K dan Pemekaran Kewajiban
Pemekaran 2 Tahun kedepan

1980 - 1992 1992 - 1999 1999 - 2005 2004 - 2007 2012 Skrg 2020
< 1980

UU No. 5/1990 UUCK 11 2020


UU No. UU No. UU No. UU No. 32/2004 UU No. 23/2014
5/1967 UU No. 24/1992 41/1999 UU No. 26/2007 UU No. 26/2007
5/1967

Peta Register Peta TGHK Peta TGHK Peta Kawasan Peta Perubahan Peta Peta Kawasan
/ Peta 1 : 500.000 Hutan dan Kawasan Hutan Kawasan Hutan berbasis
Penunjukan Perairan 1 : dan Perairan Hutan CSRT 1:50.000
Parsial 250.000 1:250.000 terupdate NOW
1:250.000
UU No. 25/2004
Sistem Perencanaan

UU No. 41/1999
Jo UU No.
Pembangunan Nasional

UU No. 32/2004
SEJARAH PENGELOLAAN HUTAN
19/2004
Kehutanan Pemerintahan Permendagri
Daerah PP No. 23/2021
PP No. 21/1970 Perpres No. Perpres No. 12/2017
Penyelenggaraan
Jo PP No. 18/1975 UU No. 22/1999 PP No. 5/2010 No. 2/2015 Klasifikasi
Kehutanan
HPH dan HPHH Pemerintahan 44/2004 RPJMN 2010-2014 RPJMN 2015-2019 Cabang Dinas
Daerah Perencanaan dan UPT
Kehutanan

200 2014
1967 1970 197 1999 2002 200
7
201 2015 2016 201 2020 2021
4 4 0 7

UU No. 17/2007
RPJPN I 2005-
2025
PP No. PP No.
UU No. 5/1967
UU No. 34/2002 PP No.6/2007 18/2016
Ketentuan-
5/1974 Tata Hutan dan TATA HUTAN DAN
UU No. Perangkat Perpres No.
Ketentuan Penyusunan PENYUSUNAN
Pokok-Pokok 23/2014 Daerah 18/2020
Pokok Rencana RENCANA
Kehutanan Pemerintahan Pengelolaan Hutan, PENGELOLAAN
Pemerintahan RPJMN 2020-2024
Pemanfaatan HUTAN,
di Daerah Hutan dan SERTA PEMANFAATAN Daerah
Penggunaan HUTAN
PP 62/1998 Kawasan Hutan PermenLHK
Penyerahan No. P.74/2016 UU No.
1. Kesatuan-Kesatuan
Pemangkuan Hutan
Sebagian Urusan PP No. Pedoman 11/2020
dan Kesatuan- Pemerintah di 41/2007 Nomenklatur
Bidang Kehutanan
Cipta Kerja
Kesatuan Organisasi LHK Daerah
Pengusahaan Hutan, Kepada daerah Perangkat
2. Pengurusan Hutan
Negara oleh Badan-
Daerah
Badan Pelaksana

1967- 1999 1999 2002 2007 2010 2014 2015 2016 2020

Era Sentralisasi Era otomi kebijakan Kebijakan KPH Perubahan Kebijakan KPH Penataan Perangkat Kebijakan KPH dlm
konsepsi dlm RPJMN 2Tata Kelola Pemda dlm RPJMN 3 Daerah & UPTD
pembangunan RPJMN 4
daerah KPH KPH Perhutanan Sosial Omnibuslaw
KONDISI EKSISTING KAWASAN HUTAN
Pertanian
Perkebunan Sawit
HPH

HTI
Jasa Air

Pertambangan
Gas Bumi
KAWASAN
HUTAN Geotermal
Transmigrasi

Masyarakat
Adat
Perambahan

Penggunaan lain Dunia Usaha


TIPOLOGI KONFLIK
MASYARAKAT - PEMEGANG IZIN MASYARAKAT - PEMERINTAH

MASYARAKAT - BUMN
PEMERINTAH - PEMERINT

MASYARAKAT - PEMERINTAH - PEMEGANG


MASYARAKAT IZIN

PEMEGANG IZIN KEHUTANAN - PEMEGANG IZIN LAIN KONFLIK GABUNGAN


PILIHAN HUBUNGAN
PILIHAN HUBUNGAN POLITIK POLITIK
UNTUK EXIST !
UNTUK EXIST ! NON-KEHUTANAN
(sektor lain, masyarakat)
LEMAH KUAT

1960 -1980: 1980 -2000:

KUAT NK sangat butuh K NK masih butuh K

→ K: “superior/adikuasa” → K “tidak adikuasa”


KEHUTANAN
2000 - 2010: 2010 – sekarang:

LEMAH NK dan K saling butuh NK tidak butuh K

→ K “kerjasama/partnership” K “….plus: compliance”

Darusman, 2019
ZONASI DAN TIPOLOGI
MANDATORY PENATAAN HUTAN PRODUKSI
DAN HUTAN LINDUNG DI PULAU JAWA

SK MenLHK No
UU Nomor 11 Tahun 2020
SK.287/Menlhk/Setj
tentang Cipta Kerja en/Pla.2/4/2022
“KHDPK”
• PermenLHK SK MenLHK No
Nomor 7 tahun SK.73/Menlhk/Setjen/
2021 Kum.1/2/2021 SK MenLHK No
Pasal 112/113/125/300 dan 301, PP SK.1013/Menlhk/Se
• PermenLHK tjen/Pla.0/9/2022
Nomor 23 Tahun 2021 tentang KHDPK
Penyelenggaraan Kehutanan
Nomor 8 tahun “Perhutani”
(Mencabut PP 6 Tahun 2007) 2021
• PermenLHK Perhutani
SK MenLHK No
Nomor 9 tahun SK.474/Menlhk/
2021 Setjen/Pla.0/5/2022
KEBIJAKAN
PENGELOLAAN KHDPK

PP 72 Tahun 2010 Tentang


Perusahaan Umum Kehutanan P.4 Tahun 2023
Negara Perhutanan Sosial
(Proses Revisi) di KHDPK

Kementerian L ingkungan Hidup dan Kehutanan


KEWENANGAN PENGELOLAAN
KAWASAN HUTAN PRODUKSI DAN HUTAN LINDUNG DI P. JAWA

KAWASAN HUTAN PRODUKSI DAN HUTAN LINDUNG DI P. JAWA

BUMN KEMENTERIAN LINGKUNGAN


BIDANG KEHUTANAN HIDUP DAN KEHUTANAN

PP Nomor 23 TAHUN 2021


PP No 72 Tahun 2010 tentang PP Nomor 23 TAHUN 2021
tentang
Perusahaan Umum tentang
Penyelenggaraan Kehutanan
Kehutanan Negara Penyelenggaraan Kehutanan
(Pasal 108, Pasal 112, Pasal 125
(Proses Revisi) (Pasal 125) ayat (7), Pasal 301 huruf h)

Kementerian L ingkungan Hidup dan Kehutanan


PENATAAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI DAN
HUTAN LINDUNG PULAU JAWA

KHDPK PERHUTANI
Diarahkan untuk memperkuat Penugasan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah yang mencakup:
Penyelenggaraan fungsi Pelayanan Publik 1. tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan,
2. pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan,
Pemerintah, khususnya untuk kepentingan: 3. rehabilitasi dan reklamasi hutan, dan
4. perlindungan hutan dan konservasi alam.
1. Perhutanan Sosial;
2. Penataan Kawasan Hutan dalam rangka Pengelolaan Hutan diluar fungsi Penyelenggaraan Pelayanan
Publik:
Pengukuhan Kawasan Hutan; 1. Penunjukan Kawasan Hutan dan Penetapan
3. Penggunaan Kawasan Hutan; 2. Kawasan Hutan;
3. Pengukuhan Kawasan Hutan;
4. Rehabilitasi Hutan; 4. Penggunaan Kawasan Hutan;
5. Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan danPerubahan
5. Perlindungan Hutan; atau Fungsi Kawasan Hutan;
6. pemberian Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan kepada
6. Pemanfaatan jasa lingkungan. pihak ketiga atas pengelolaan Hutan yang ada di wilayah
kerjanya; dan
7. kegiatan yang berkaitan dengan penyidik pegawai negeri
sipil Kehutanan.

Pelaksanaan Pengelolaan Hutan diatur sesuai ketentuan yang


berlaku di bidang Pengelolaan Hutan Lestari.
Kementerian L ingkungan Hidup dan Kehutanan
ARAH KEBIJAKAN PADA
PP 23 TAHUN 2021 PENYELENGGARAAN KEHUTANAN
Bab I Ketentuan Umum Penyelesaian Perencanaan Kehutanan
Bab II Perencanaan kehutanan 1. Pemerintah memantau Kawasan dan Penutupan Hutan melalui
Bagian Ke-1 Umum Sistem Informasi Kehutanan
Bagian Ke-2 Inventarisasi Hutan 2. Penyelesaian konflik kawasan hutan melalui Percepatan
Bagian Ke-3 Pengukuhan Kawasan Hutan
Bagian Ke-4 Penatagunaan Kawasan Hutan Penetapan Kawasan Hutan dan Penataan Kawasan Hutan
Bagian Ke-5 Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan 3. Penetapan luas kawasan hutan dan tutupan hutan yang
Bagian Ke-6 Prosedur Pembentukan KPHK, KPHL dan KPHP
dipertahankan dengan mempertimbangkan kriteria Biogeofisik,
Bagian Ke-7 Kecukupan Luas Kawasan Hutan dan Penutupan
Lahan DDDT, Karakteristik DAS dan Keanekaragaman Flora Fauna
Bagian Ke-8 Penyusunan Rencana Kehutanan
Bab III perubahan peruntukan kawasan hutan dan perubahan Optimalisasi dan Efektifitas Pengelolaan Kawasan Hutan
fungsi kawasan hutan
Bagian Ke-1 Umum 1. Penggabungan HP dan HPT menjadi Hutan Produksti Tetap (HP)
Bagian Ke-2 Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan 2. Persetujuan Pelepasan hanya dapat dilakukan di HPK
Bagian Ke-3 Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
3. Persetujuan Pelepasan di HP hanya dilakukan utk PSN & Bencana
Bab IV Penggunaan kawasan hutan
Bagian Ke-1 Umum 4. Penyelesaian Kegiatan Terbangun di kawasan hutan
Bagian Ke-2 Tata Cara Penggunaan Kawasan Hutan 5. Perubahan Terminologi Pinjam Pakai Menjadi Persetujuan
Bagian Ke-3 Kawasan Hutan dengan Tujuan Tertentu Penggunaan Kawasan Hutan
Bab V tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan
Optimalisasi Pemanfaatan Hutan & Pemulihan
serta pemanfaatan hutan Lingkungan
Bagian Ke-1 Tata Hutan
Bagian Ke-2 Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan 1. Satu Perizinan Berusaha untuk Multiusaha
Bagian Ke-3 Pemanfaatan Hutan 2. Pengelolaan Kawasan Hutan di Pulau Jawa oleh BUMN dan
Sebagian oleh Pemerintah (KHDPK)
14
3. Integrasi Dokumen Lingkungan ke dalam Perizinan Berusaha
ARAH KEBIJAKAN PADA
PP 23 TAHUN 2021 PENYELENGGARAAN KEHUTANAN

KEBIJAKAN HUTSOS
Bab VI Pengelolaan Perhutanan Sosial
Bagian Ke-1 Umum 1. Perhutanan Sosial menjadi sebuah Kebijakan Utama sebagai
Bagian Ke-2 Hutan Desa strategi penyelesaian konflik dan peningkatan kesejahteraan
Bagian Ke-3 Hutan Kemasyarakatan
masyarakat.
Bagian Ke-4 Hutan Tanaman Rakyat
Bagian Ke-5 Hutan Adat 2. Peningkatan pemanfaatan hutan dalam Perhutanan Sosial
3. Penguatan Mekanisme dan Pengelolaan Hutan Adat
Bab VII Perlindungan Hutan
Bab VIII Pengawasan
Bab IX Sanksi Administratif Optimalisasi dan Efektifitas Perlindungan Hutan dan
Pengawasan
Bagian Ke-1 Penerapan Sanksi Administratif
Bagian Ke-2 Sanksi Administratif Perubahan 1. Pendekatan Sanksi Adminsitratif dalam pengelolan hutan
Peruntukan Kawasan Hutan
2. Penguatan Sistem pengawasan
Bagian Ke-3 Sanksi Administratif Penggunaan Kawasan
Hutan
Bagian Ke-4 Sanksi Administratif Pemanfaatan Hutan
Bagian Ke-5 Sanksi Administratif Pengolahan Hasil
Hutan
Bagian Ke-6 Sanksi Administratif Pengelolaan
Perhutanan Sosial
Bagian Ke-7 Sanksi Administratif Perlindungan Hutan Menjamin Transisi Pengaturan

Bab X Ketentuan Lain Lain 1. Peralihan transisi tentang perizinan berusaha


Bab XI Ketentuan Peralihan 2. Peralihan transisi tentang pinjam pakai kawasan hutan dan
Bab XII Ketentuan Penutup pelepasan kawasan
ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAN HUTAN HUTAN PRODUKSI DAN HUTAN LINDUNG
DI JAWA (JABAR, JATENG, JATIM, BANTEN)

KONDISI SAAT INI KONDISI AKAN DICAPAI


Kawasan Hutan Jawa di Efektifitas dan Efisiensi
Kelola Perhutani seluas 76% Kelola Perhutani
ARAH KEBIJAKAN
Penetapan Kawasan Hutan Penetapan Kawasan
Areal Perhutani masih ± 83% OPTIMALISASI PENGELOLAAN HUTAN
PERHUTANI & KHDPK Hutan 100%

Lahan Kritis Pulau Jawa Pengurangan Lahan


± 2,1 Jt ha (Statistik LHK 2020) Kritis di Kawasan Hutan

Daya Dukung Data Tampung Air Areal Perhutani: Areal KHDPK: Peningkatan Daya
di Jawa 43,53% telah terlampaui 1. Optimalisasi 1. Perhutanan Sosial Dukung Data Tampung
Pengelolaan Hutan 2. Penataan Kawasan Hutan
Informasi Daya Dukung Daya Tampung Air Air
Nasional, KLHK 2019 yang Di Kelola dalam rangka Pengukuhan
Perhutani. Kawasan Hutan
2. Optimalisasi 3. Penggunaan Kawasan Pengurangan Konflik
Konflik Kawasan Hutan Pemanfaatan Hasil Hutan Kawasan Hutan
Kayu dan HHBK 4. Rehabilitasi Hutan
serta Jasling 5. Perlindungan Hutan; atau
Ketimpangan Akses 3. Peningkatan 6. Pemanfaatan jasa Peningakatan Akses
Kelola Masyarakat Perlindungan lingkungan Kelola Masyarakat Hutsos
hutan
Kementerian L ingkungan Hidup dan Kehutanan
PEMBAGIAN KEWENANGAN PASCA PP 23 TAHUN 2021
PENGELOLAN HUTAN HUTAN DI JAWA
UPT Taman Nasional (TN)

Hutan Konservasi BKSDA (Cagar Alam, Suaka


Pusat Margasatwa, Taman Buru, TWA)

❑ Hutan Lindung KHDPK


❑ Hutan Produksi
❑ Perguruan Tinggi
❑ Pimpinan lembaga
penelitian Kehutanan
❑ Pimpinan lembaga ❑ HK
pendidikan bidang (Kecuali CA dan Zona Inti TN)
KHDTK
Kehutanan; ❑ Hutan Lindung
❑ Pimpinan lembaga ❑ Hutan Produksi
Kawasan masyarakat hukum adat;
Hutan ❑ Pimpinan lembaga
Di Jawa keagamaan

❑ Hutan Lindung UPT KPH di Prov DIY


Provinsi ❑ Hutan Produksi
UPT Provinsi (Bila arealnya Lintas
Kabupaten)
Provinsi/Kabupaten TAHURA
UPT Kabupaten (Bila areal dalam
satu Kabupaten)
❑ Hutan Lindung
BUMN PERHUTANI ❑ Hutan Produksi Perhutani

Kementerian L ingkungan Hidup dan Kehutanan


TAHAPAN TRANSISI PENGELOLAAN HUTAN DIJAWA
PASCA PP 23 2021

Penetapan Wilayah Perhutani Dan KHDPK


TAHAP I

Penataan Regulasi, Kelembagaan dan SDM serta


Tata Kelola KHDPK dan Perhutani MITIGASI
TAHAP II EKSES
TRANSISI
PENGELOLA
Desain Perencanaan Pengelolaan Hutan di KHDPK AN HUTAN

TAHAP III Dan Perhutani

Operasionalisasi dan Optimalisasi penyelenggaraan


pengelolaan hutan oleh Perhutani dan KHDPK
TAHAP IV untuk Pemulihan Hutan, Pemanfaatan Ekonomi dan
Kelola Sosial di Kawasan Hutan Jawa

Kementerian L ingkungan Hidup dan Kehutanan


PENETAPAN PENILAIAN TEKNIS:

KETENTUAN 1. letak, luas, dan batas areal, yang


digambarkan dalam Peta;
1. tidak mengubah fungsi pokok kawasan
2. kondisi Kawasan Hutan, meliputi:
hutan;
a. Tutupan vegetasi; dan
2. tidak mengubah bentang lahan
DITETAPKAN UNTUK b. Perizinan Berusaha Pemanfaatan
pada HL atau HP; dan
KEPENTINGAN: Hutan, Persetujuan Penggunaan
3. penutupan hutannya bukan berupa hutan
Kawasan Hutan dan/atau
1. Perhutanan Sosial primer.
Pengelolaan Kawasan Hutan;
2. Penataan Kawasan Hutan KRITERIA TEKNIS
dalam rangka Pengukuhan
Kawasan Hutan 1. Kawasan HL dan HP yang telah
Pengecekan lapangan dan
3. Penggunaan Kawasan Hutan memperoleh izin pemanfaatan Pengelolaan
mempertimbangkan aspirasi
4. Rehabilitasi Hutan Perhutanan Sosial; Pemda Provinsi Jawa Tengah,
5. Perlindungan Hutan; atau 2. Areal pengakuan dan perlindungan Jawa Timur, Jawa Barat, dan
6. Pemanfaatan jasa kemitraan Kehutanan; Banten.
lingkungan. 3. Telah dicadangkan untuk Perhutanan
Sosial;
4. Telah dilakukan pengelolaan hutan atas Penetapan Areal KHDPK dan
Kriteria teknis Peta KHDPK oleh Menteri
inisiatif masyarakat;
sebagaimana dimaksud
5. Telah mendapat Persetujuan Penggunaan
dengan tetap
Kawasan Hutan;
memperhatikan efektivitas
6. Telah dilakukan kerjasama pangan dengan Pengelolaan KHDPK
dan efisisensi Pengelolaan
badan usaha; oleh Menteri
Kawasan Hutan
7. Areal HL dan HP yang tidak
produktif/Lahan Kritis
8. Areal rawan konflik.

KHDPK (PermenLHK No7/2021 Pasal 472 s.d. 475)


Pengembangan Masyarakat (Community Development)

Asumsi Dasar Comdev:


Ketidakberdayaan yang membelenggu masyarakat
karena dominasi dan kooptasi negara dan pasar (swasta)

Comdev dapat dipandang sebagai:


1. Proses
2. Program
3. Gerakan
4. Metode
Semangat dan prinsip penting dalam Comdev:
1. Proses perubahan yang disengaja dan terarah
2. Partisipatif
3. Demokratis
4. Kesejahteraan
5. Kolektivitas (pendekatan kelompok)
6. Kemandirian
7. Menggunakan potensi dan sumber daya lokal
350.000,00

300.000,00

250.000,00

Luas Kawasan
Hutan Tahun 2003
200.000,00
*) (ha)
Luas Kawasan
Hutan Tahun 2018
**) (ha)
150.000,00
Luas Kawasan
Hutan Tahun 2019
(ha)

100.000,00

50.000,00

0,00
Hutan Konservasi Hutan Lindung Hutan Produksi Tetap Hutan Produksi Terbatas

Tabel Luas kawasan Hutan di Jawa Barat 2019


21
Luas Kawasan Hutan per KPH di Jawa Barat Tahun 2015 s/d 2019
90.000,00

80.000,00

70.000,00

60.000,00

50.000,00

40.000,00

30.000,00

20.000,00

10.000,00

0,00
Bandung Bandung Bogor Ciamis Cianjur Garut Indramayu Kuningan Majalengka Purwakarta Sukabumi Sumedang Tasikmalaya
Selatan Selatan

2015 2016 2017 2018 2019

22
702.695,46

384.985,66 390.360,06

314.109,65
294.868,88

Luas (ha) Luas (ha) Luas (ha) Luas (ha) Luas (ha)
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019

Tabel 1. Perkembangan Luas Hutan Rakyat di Jawa Barat Tahun 2015 s/d 2019
23
Tabel Jumlah Desa Sekitar Hutan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 s/d 2019
Jumlah Desa/Kelurahahan Sekitar Hutan

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800

Tahun 2019 Tahun 2018 Tahun 2017 Tahun 2016 Tahun 2015

24
Gambar Grafik Perkembangan Jumlah SDM Pengamanan Hutan di Jawa
Barat dari Tahun 2015 s/d 2019
1000

900

800

700

600

500

400

300

200

100

0
Polisi Hutan Mobile Polisi Hutan Teritorial Senjata Genggam Senjata Laras Panjang PPNS Mobil Patroli

Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019

25
Gambar Grafik Rekapitulasi Perkembangan Jumlah Penyuluh
Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) Provinsi Jawa Barat
Tahun 2015 s/d 2019

Jumlah PSKM (orang)

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

2019 2018 2017 2016 2015

26
Gambar Grafik Jumlah SDM Pengamanan Hutan Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten
Tahun 2015 s/d 2019
900

800

700

600

500

400

300

200

100

0
Polisi Hutan Mobile Polisi Hutan Teritorial

Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019

27
Gambar Grafik Rekapitulasi Perkembangan Jumlah Kelompok Tani Hutan (KTH) Provinsi Jawa
Barat Tahun 2015 s/d 2019
Jumlah KTH (orang)

5000 5200 5400 5600 5800 6000 6200

2019 2018 2017 2016 2015

28
Perbandingan Jumlah Kecamatan dan Desa dengan Petugas Penyuluh Kehutanan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2019
7000

6000

5000

4000

3000

2000

1000

0
Jumlah Kecamatan Jumlah Desa/Lurah Jumlah Penyuluh

29
CATATAN SDM PENYULUH KEHUTANAN
JAWA BARAT

1. Kondisi Penyuluh di Provinsi Jawa Barat adalah 243 orang


PK PNS,
2. 1.404 orang PKSM yang bertugas mendampingi kegiatan
pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan yang
tersebar di 5.962 Desa/Kelurahan
3. jumlah KTH 5.402 kelompok
4. 1 orang PK mendampingi 3-4 kecamatan atau 1 orang
mendampingi 23 kelompok yang tersebar dalam beberapa
kecamatan
30
Analisa Kebutuhan SDM Organisasi Kehutanan Provinsi
Jawa Barat

1. Pasal 7 maupun lampiran dari PP No 38 Tahun 2007 dinyatakan bahwa urusan


pemerintahan bidang kehutanan merupakan bagian dari urusan pilihan, sementara urusan
bidang perkebunan merupakan sub bagian dari urusan bidang pertanian
2. Bila didasarkan atas uraian pembagian urusan yang terdapat pada Lampiran PP 41 Tahun
2007, besaran urusan untuk penggabungan kedua urusan dan sub urusan ini dapat
dikategorikan Tinggi untuk Provinsi Jawa Barat
3. Provinsi Jawa Barat, potensi yang terkait dengan perkebunan dan kehutanan termasuk
pada ketegori Tinggi. Pengkajian mengenai kompleksitas permasalahan yang terjadi pada
satu bidang tertentu di suatu wilayah akan berkaitan dengan besaran potensi yang dimiliki
oleh wilayah tersebut, selain juga terkait dengan besaran permasalahan yang potensial
muncul sebagai akibat dari adanya potensi tersebut. Untuk bidang perkebunan dan
kehutanan, kompleksitas permasalahan dapat dikategorikan Sedang.
4. Hasil analisis beban kerja menunjukkan bahwa bobot beban kerja perkebunan dan
kehutanan masuk dalam kategori Berat, 31
5. Fleksibilitas Beban kerja urusan pemerintahan bidang perkebunan yang digabungkan dengan
urusan bidang kehutanan di Provinsi Jawa Barat tergolong besar, sehingga diperlukan
kelembagaan dengan tingkat fleksibilitas yang tinggi, mengingat kelembagaan yang besar ini
biasanya cukup responsif terhadap perkembangan kebutuhan masyarakat.

6. Efektivitas Karena beban kerja gabungan dua urusan pemerintahan ini termasuk kategori berat,
sehingga kelembagaan yang menanganinya haruslah kelembagaan yang memiliki kewenangan
yang luas. Hal ini dimaksudkan agar tujuan dan sasaran pembangunan dapat tercapai.

7. Efisiensi Kelembagaan dengan tingkat efisiensi yang tinggi, sangat diperlukan untuk menangani
penggabungan kedua urusan bidang kelembagaan ini. Oleh karenanya, ketepatan pemilihan
model organisasinya sangat penting, yaitu keorganisasian bentuk Lini and Staff, sehingga
kewenangan- kewenangan substantif bidang ini dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

32
soni_trison@apps.ipb.ac.id
Hp : 081310320395 Terima kasih“

Anda mungkin juga menyukai