Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pilihan Pengelolaan Kota Kecil
(LTPW6712)
Dosen Pengampu:
ii
BAB IV ANALISIS POTENSI MASALAH ........................................................................... 21
4.1 Analisis Kedudukan Perkotaan Bawen...................................................................... 21
4.1.1 Peran Kota Kecil Sebagai Pusat Pelayanan Pendidikan ..................................... 21
4.1.2 Peran Kota Kecil Sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan ...................................... 23
4.1.3 Peran Kota Kecil Sebagai Pusat Perindustrian ................................................... 23
4.1.4 Peran Kota Kecil Sebagai Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa ................... 25
4.1.5 Peran Kota Kecil Sebagai Pusat Permukiman.................................................... 25
4.2 Analisis Keterkaitan Potensi Masalah dengan Wilayah di Sekitarnya ...................... 26
4.3 Analisis Pengelolaan/Penyelesaian Permasalahan di Kota Kecil Bawen .................. 27
BAB V RUMUSAN GAGASAN ............................................................................................ 28
5.1 Isu .............................................................................................................................. 28
5.2 Konsep dan Tujuan .................................................................................................... 28
5.3 Strategi ....................................................................................................................... 29
5.4 Kebijakan ................................................................................................................... 29
5.5 Stakeholder ................................................................................................................ 30
BAB VI PENUTUP ................................................................................................................. 32
6.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 32
6.2 Saran .......................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 33
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sumber Artikel Bacaan ............................................................................................ 11
Tabel 3.1 Informasi Desa menurut Luas Wilayah, Jumlah, dan Kepadatan Penduduk ........... 18
Tabel 5.1 Stakeholder dan Peran Stakeholder dalam Pengembangan Industri di Kota Bawen30
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Analisis .................................................................................................. 4
Gambar 2.1 Liushi Town di Cina ............................................................................................. 14
Gambar 2.2 Industri di Kawasan Suryacipta ............................................................................ 15
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Semarang .............................................................. 16
Gambar 3.2 Peta Administrasi Kecamatan Bawen .................................................................. 17
Gambar 3.3 Perbandingan Penduduk Kec. Bawen Berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 18
Gambar 3.4 Perbandingan Jumlah dan Kepadatan Penduduk.................................................. 19
Gambar 4.1 Sarana Pendidikan Kecamatan Bawen Tahun 2020 ............................................. 22
Gambar 4.2 Sarana Pendidikan di Kecamatan Bawen Tahun 2000, 2010, dan 2020 .............. 22
Gambar 4.3 Sarana Kesehatan di Kecamatan Bawen Tahun 2000, 2010, dan 2020 ............... 23
Gambar 4.4 Citra Perkembangan Spasial Kecamatan Bawen Tahun 2000, 2010, dan 2020... 24
Gambar 4.5 Perkembangan Kecamatan Bawen Tahun 2016-2020.......................................... 25
Gambar 5.1 Perumusan Isu di Perkotaan Bawen ..................................................................... 28
iv
BAB I PENDAHULUAN
1
didukung oleh kemudahan aksesibilitas seperti jalan tol Bawen yang mempermudah
pengiriman barang untuk aktivitas industri yang berkembang di Kecamatan Bawen.
1.2.1 Tujuan
Laporan mengenai analisis perkembangan kota kecil ini bertujuan untuk
melakukan pengamatan pada Kecamatan Bawen yang merupakan salah satu kota kecil di
Kabupaten Semarang dan kemudian ditentukan gagasan pengelolaan pembangunan kota
kecilnya bagi peningkatan kualitas pembangunan wilayah Kecamatan Bawen dan
sekitarnya.
1.2.2 Sasaran
Sasaran yang perlu dipenuhi agar mencapai tujuan di atas antara lain:
● Melakukan identifikasi terhadap perkembangan Kecamatan Bawen yang merupakan
salah satu kota kecil di Kabupaten Semarang.
● Melakukan identifikasi terhadap potensi, isu, dan masalah yang ada di Kecamatan
Bawen tersebut.
● Menganalisis kombinasi permasalahan dan menentukan best practice yang dapat
digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
● Merumuskan gagasan pengelolaan pembangunan Kecamatan Bawen dan
mengidentifikasi efeknya pada kawasan di sekitarnya.
2
1.4 Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, rumusan masalah,
kerangka pikir, dan sistematika penulisan. Latar belakang akan memuat pengertian
mengenai apa itu kota kecil dan juga perannya dalam pertumbuhan dan perkembangan
wilayah, deskripsi singkat dan justifikasi pemilihan wilayah studi. Tujuan dan sasaran
akan menjelaskan maksud dari pembuatan laporan ini, sedangkan kerangka pikir akan
menjelaskan bagaimana alur berpikir dalam pembuatan laporan ini
3
Bab VI Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan mengenai bagaimana peran dari kota kecil yang
dapat dijadikan sebagai indikator kota kecil dalam pembangunan wilayah dan saran
pengembangan perkotaan yang cocok dilaksanakan.
4
perkotaan, dan perkotaan yang gagal mengakomodasi semua kebutuhan penduduk
menyebabkan munculnya kota-kota kecil. Kota kota kecil ini terdiri dari kota kecil yang
merupakan kota administratif dan ada pula kota kecil yang non- administratif.
Tumbuhnya kota-kota kecil disertai berbagai tantangan dan ancaman, oleh karena itu
laporan ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran kota kecil dalam pembangunan
wilayah berdasarkan studi literatur.
5
BAB II KAJIAN LITERATUR
6
menghubungkan antar kota-kota tersebut. Selain itu juga muncul perluasan perkotaan di
sekitar kota-kota besar maupun di sepanjang koridor antar kota besar. Perkembangan
tersebut ditandai dengan adanya proses restrukturisasi internal pada kota kecil tersebut,
baik secara sosio ekonomi maupun secara fisik.
Proses restrukturisasi secara fisik ditandai dengan perubahan guna lahan, baik di
pusat kota maupun di kawasan pinggirannya. Kawasan pusat kota biasanya mengalami
dampak perubahan yang sangat signifikan dan intensif dari kawasan permukiman menjadi
komersial sedangkan kawasan pinggiran yang biasanya lahan pertanian beralih fungsi
(konversi) menjadi kawasan terbangun yaitu industri dan permukiman (Prawatya, 2013).
Perkembangan spasial dari konsentrasi perkotaan tersebut berimplikasi kepada suatu
proses desa-kota, yaitu perubahan dari kawasan perdesaan menjadi kawasan perkotaan.
Proses perluasan kawasan perkotaan yang ada pada kawasan-kawasan lain memicu
muncul dan berkembangnya kawasan-kawasan perkotaan yang baru (Mardiansjah dkk.,
2018). Kota-kota kecil baru dapat berfungsi sebagai hubungan transportasi atau pusat
transit dari pedalaman pedesaan ke daerah perkotaan yang lebih besar (Setyono, J.,
Yunus, H., & Giyarsih, S, 2016).
7
kesehatan, pendidikan, dan ekonomi skala lokal supaya kota kecil dapat bertindak
sebagai pusat sekunder khususnya dengan pedesaan.
C. Kota Kecil sebagai Penyedia Lapangan Pekerjaan Skala Lokal
Perkembangan kawasan industri yang terus meningkat menyebabkan
lapangan pekerjaan yang ada semakin tinggi pula.Lapangan pekerjaan yang ada ini
berguna agar menarik masyarakat pedesaan untuk berpindah dan meningkatkan
perekonomian pada kota-kota kecil tersebut.
D. Kota Kecil Sebagai penyedia Lahan
Ketersediaan lahan yang masih tinggi di kawasan kota kecil maka dengan
mudah dapat memenuhi kebutuhan pembangunan yang akan dilaksanakan. Harga
lahan yang cukup lebih murah dari kawasan perkotaan besar dapat dijadikan sebuah
investasi bagi perusahaan yang ingin membangun ekonominya di kota kecil.
Adanya lahan kosong yang masih luas merupakan keuntungan bagi kota kecil untuk
memperluas perkembangan wilayahnya.
E. Kota Sebagai Penghubung Kota Besar dan Sekitarnya
Lokasi kota kecil yang berdekatan dengan kota besar memungkinkan
terjadinya hubungan satu dengan lainnya. bahkan kota kecil dapat menghubungkan
kota besar dengan kota besar lainnya maupun berhubungan dengan kota kecil
sekitarnya. didukung dengan adanya pembangunan infrastruktur dan kemudahan
aksesibilitas menyebabkan peran kota kecil sebagai penghubung kota satu dengan
lainnya sangat penting.
9
agraris dengan kota lain yang lebih besar (Susanto, 2005). Secara umum menurut peranan
kota kecil dalam pengembangan wilayah antara lain adalah (Mathur, 1982) :
1. Mencegah terjadinya urban primacy.
2. Memfasilitasi perkembangan metropolitan melalui proses desentralisasi.
3. Menciptakan linkage antara kawasan perdesaan dan perkotaan.
4. Membentuk integrasi tata ruang nasional melalui terciptanya distribusi penduduk
yang lebih proporsional.
5. Memberi kawasan perdesaan akses yang lebih tinggi terhadap fasilitas-fasilitas kota
yang lebih baik.
Kota kecil selain berfungsi sebagai pusat kegiatan administrasi juga merupakan
pusat pengumpulan produksi kawasan perdesaan untuk kemudian disalurkan ke daerah
lain. Produk kawasan perdesaan ini dapat berupa komoditas pertanian maupun hasil
produksi rumah tangga. Kota kecil juga berperanan sebagai pusat distribusi informasi dan
produk-produk manufaktur dari kota besar untuk didistribusikan pada kawasan perdesaan
(Susanto, 2005).
Menurut Rondinelli (1993), kota kecil dan kota menengah (town) memiliki peran:
1. Pusat pelayanan sosial dan publik,
2. Pusat komersial dan pelayanan jasa (pasar internal kota),
3. Pusat pemasaran dan perdagangan regional (pasar koleksi & distribusi),
4. Pusat penyediaan dan pemrosesan produk pertanian,
5. Pusat industri kecil,
6. Pusat transportasi dan komunikasi regional,
7. Pusat penarik migrasi dari pedesaan dan sumber pendapatan bagi daerah pedesaan,
8. Pusat transformasi sosial.
Menurut Friedman (1978) sebagai pusat pertumbuhan, kota harus berperan
dalam:
1. Mengkoordinasikan kemajuan daerah dalam suatu sistem dengan memperhatikan
daerah-daerah pendukung prasarana dan pelayanan administratif.
2. Untuk memudahkan koordinasi tersebut, ada jenjang pusat yang akan menentukan
3. posisi pusat pertumbuhan.
4. Pusat pertumbuhan harus membawa pengaruh pembaruan kepada daerah
pengaruhnya.
10
5. Peran pusat pertumbuhan yang lain adalah :
6. Sebagai pusat industri dari daerah yang dilayani, sehingga harus memiliki fasilitas
untuk kegiatan industri, pengolahan hasil pertanian (agro industri) dan fasilitas umum.
7. Sebagai alat penahan goncangan dalam proses migrasi, yaitu menampung penduduk
dari luar pusat pertumbuhan tersebut dan menyediakan lapangan pekerjaan.
8. Sebagai penarik tandingan terhadap pusat perkotaan yang lebih besar.
9. Membantu distribusi barang dan hasil pertanian dari pusat pelayanan yang lebih
kecil.
No Jurnal Pembahasan
1. Research on the Artikel ini berisi tentang kota kecil harus bersifat
Industrial Development adaptif terhadap pengelolaan ruang dan industri yang
and Space Optimization ada di dalamnya. Pembangunan kota harus membuat
of Characteristic Towns perkembangan industri dan struktur ruangnya teratur
dengan strategi implementasi pengembangan industri
dan optimalisasi ruang menggunakan pedoman
perencanaan, kebijakan, dan inovasi teknologi untuk
membentuk lingkungan yang produktif dan layak huni.
12
place? bersaing dipasar global.
12. How Does Low-Density Artikel ini menjelaskan tentang pentingnya fungsi
Urbanization Reduce the perkotaan dan interaksinya di pinggiran kota ketika
Financial Sustainability membahas kepadatan atau isu-isu spasial pembangunan
of Chinese Cities? A kota lainnya. Pengaruh urban sprawl dengan kepadatan
Debt Perspective rendah terhadap keberlanjutan kebijakan fiskal adalah
heterogen, yang berarti bahwa kota yang berbeda
memerlukan jalur pembangunan dan penanggulangan
yang berbeda strategi.
Sumber: Analisis Kelompok 3, 2021
13
masuk sebagai “China’s Top 100 Town” sehingga perkotaan ini memiliki kontribusi
tinggi terhadap perekonomian negara. Selain fokus sebagai kawasan industri, Kota Liushi
juga menjadi kota ramah lingkungan yang dikelilingi oleh pegunungan dan sungai.
Pengembangan perkotaannya juga menerapkan penghijauan untuk area publik sehingga
meningkatkan kenyamanan bertempat tinggal dalam kota ini. Industri yang ada juga
berkembang menjadi industri berteknologi tinggi untuk mempertahankan daya saing
wilayahnya. Kota Liushi juga meningkatkan industrinya pada zona pengembangan
ekonomi berupa klaster industri dan menjadikan kota ini memiliki karakter yang unik.
14
Gambar 2.2 Industri di Kawasan Suryacipta
Sumber: Antaranews.com
15
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH
16
3.1.2 Kependudukan Kecamatan Bawen
Kecamatan Bawen merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten
Semarang Secara geografis, Kecamatan Bawen terletak diantara 110⁰ 23' 58" hingga 110⁰
30' 0" Bujur Timur dan 7⁰ 11' 57" hingga 7⁰ 16' 11" Lintang Selatan. Secara administrasi,
Kecamatan Bawen memiliki berbatasan sebagai berikut :
Bagian Utara : Kecamatan Bergas
Bagian Timur : Kecamatan Bringin
Bagian Barat : Kecamatan Bandungan dan Kecamatan Ambarawa
Bagian Selatan : Kecamatan Tuntang
18
mulai stabil pada tahun 2018. Berikut grafik perbandingan jumlah dan kepadatan
penduduk :
19
3.2 Potensi dan Masalah Kecamatan Bawen
3.2.1 Potensi Kecamatan Bawen
Potensi yang dimiliki Kecamatan Bawen adalah sebagai pusat perkembangan
aktivitas industri karena berada di jalur Semarang-Surakarta mengakibatkan Bawen
menjadi Kecamatan yang strategis untuk dibangun industri apalagi didukung dengan
adanya tol Bawen yang mempermudah proses distribusi bahan dan hasil produknya. Luas
kawasan industri Kecamatan Bawen sebesar 183 Ha yang berada di Kelurahan Bawen,
Kelurahan Harjosari, dan Desa Samban. Industri yang berkembang pada kawasan ini
merupakan jenis industri besar seperti: PT. Apac Inti Corpora Bawen, PT. Coca Cola Pan
Java, PT. Woori Sukses Apparel, dan masih banyak industri lainnya. kebanyakan industri
yang berkembang di Kecamatan Bawen merupakan industri manufaktur yang mengelola
bahan baku dengan bantuan mesin seperti industri tekstil dan pengolahan makanan atau
minuman. Kawasan Bawen juga memiliki potensi menjadi kawasan industri dengan total
31 peruhaan membuka lapangan pekerjaan bagi warga Bawen dan Kabupaten di
sekitarnya serta meningkatkan PDRB daerah. Meningkatkan perekonomian masyarakat
setempat melalui pemberdayaan UMKM dalam Wisata Dusun Semilir. Kecamatan
Bawen juga sebagai jembatan penghubung antara kota besar bahkan kota kecil-kecil
lainnya. Apalagi didukung jalan Tol Bawen-Yogyakarta yang menambah kemudahan
aksesibilitas di Bawen.
20
BAB IV ANALISIS POTENSI MASALAH
21
Gambar 4.1 Sarana Pendidikan Kecamatan Bawen Tahun 2020
Sumber : Badan Pusat Statistik , 2020
Dari Gambar 4.1 dapat diketahui Kecamatan Bawen mencukupi untuk kebutuhan
pendidikan bagi masyarakatnya. Jumlah pelajar/mahasiswa yang ada di Kecamatan
Bawen mencapai 7323 jiwa sedangkan sarana pendidikannya mampu menampung lebih
dari itu, sehingga sarana pendidikan di Kecamatan Bawen juga dapat dimanfaatkan dan
digunakan oleh masyarakat dari Kecamatan sekitarnya. sedangkan untuk perkembangan
sarana pendidikan yang ada di Bawen dapat dilihat pada Gambar 4.2
Gambar 4.2 Sarana Pendidikan di Kecamatan Bawen Tahun 2000, 2010, dan 2020
Sumber : Badan Pusat Statistik , 2020
Sarana pendidikan di Bawen yang meningkat pesat adalah TK, untuk yang turun
adalah fasilitas sarana SD/MI dari yang awalnya 36 jadi 29 bangunan dan SLTP yang
awalnya 5 menjadi hanya 4 bangunan. Sedangkan yang tidak mengalami perubahan
adalah bangunan SLTA yang sejak tahun 2000 hingga saat ini tetap 2 sekolah yang
melayani seluruh masyarakat Kecamatan Bawen. Jadi dapat disimpulkan bahwa
22
Perkotaan Bawen sudah menjadi pusat pelayanan pendidikan untuk beberapa Kecamatan
di sekitarnya.
Gambar 4.3 Sarana Kesehatan di Kecamatan Bawen Tahun 2000, 2010, dan 2020
Sumber : Badan Pusat Statistik , 2020
Dalam gambar 4.3 dapat dilihat bahwa Kecamatan Bawen dari kurun 30 tahun
terakhir belum memiliki fasilitas kesehatan berbentuk Rumah Sakit, namun
perkembangan pesat dalam fasilitas Poliklinik dan Apotek pada 10 tahun terakhir. Pada
fasilitas kesehatan puskesmas telah menurun dari tahun 2000 yang berjumlah 2 bangunan
puskesmas namun menjadi 1, fakta tersebut belum diketahui apakah hancur atau ada salah
dalam perhitungan pada tahu tersebut.
Gambar 4.4 Citra Perkembangan Spasial Kecamatan Bawen Tahun 2000, 2010,
dan 2020
Sumber : Analisis Kelompok 3, 2021
Irianta (2008) dalam tesisnya mengemukakan bahwa perkembangan pemanfaatan
lahan industri di kecamatan Bawen relatif kecil sebesar 149,96 Ha atau 3% dari total luas
lahan. Namun dampak yang ditimbulkan karena perkembangan industri cukup besar yaitu
terjadi penurunan kualitas lingkungan seperti berkurangnya luasan ruang terbuka hijau
karena banyak pepohonan besar yang ditebang sehingga mengurangi resapan air ke dalam
tanah pada musim hujan, banyaknya lahan yang terbangun seperti areal pabrik,
perkantoran, gudang, jalan dan fasilitas pendukung lainnya berdampak pada
berkurangnya areal-areal resapan air ke dalam tanah belum lagi permasalahan lingkungan
lainnya. Sebagian besar lokasi industri terletak di Ibukota Kecamatan Bawen, yaitu di
Desa Harjosari, sedangkan industri lainnya terletak di Desa Samban dan Kelurahan
Bawen. Saat ini kondisi di sekitar aktivitas industri banyak bermunculan kegiatan PKL
sehingga terjadi penumpukan kendaraan dikarenakan banyak angkutan umum yang
berhenti di pinggir jalan sehingga menghambat kelancaran arus lalu lintas/transportasi di
jalan arteri tersebut. Dampak aktivitas industri juga menyebabkan berbagai perubahan
kondisi lahan baik itu dari landscape alam atau terkonversinya lahan tak terbangun
menjadi lahan terbangun.
24
4.1.4 Peran Kota Kecil Sebagai Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa
Fasilitas perdagangan dan jasa merupakan fasilitas penting yang perlu ada di suatu
daerah agar masyarakat yang tinggal di dalamnya dapat membeli kebutuhan sehari-hari
tanpa harus menempuh perjalanan yang jauh. Ciri perkembangan kota kecil dapat dilihat
dari kelengkapan fasilitas perdagangan dan jasanya mulai dari tersedianya minimarket,
pasar tradisional, hingga pasar modern.
Karena kawasan perkotaan di Kecamatan Bawen terlintasi jalan nasional maka
terdapat banyak fasilitas perdagangan dan jasa seperti minimarket, warung makan, ruko,
hingga toko kelontong. Selain itu, data BPS tahun 2020 menunjukkan bahwa di
Kecamatan Bawen terdapat pasar hewan sehingga Bawen merupakan pusat jual beli
hewan ternak di Kabupaten Semarang. Selain pasar hewan, fasilitas perdagangan yang
tercatat di BPS adalah minimarket yang berjumlah sembilan buah.
26
C. Ambarawa-Bawen
Kecamatan Ambarawa merupakan kecamatan yang berbatasan di sebelah timur
kota Bawen. Ambarawa dulunya merupakan jalur penghubung kereta api yang
menghubungkan seluruh wilayah Jawa Tengah hingga Yogyakarta melalui Magelang.
Jalur Semarang-Ambarawa-Magelang yang beroperasional sampai tahun 1997.
Ambarawa memiliki potensi pariwisata, di mana pariwisata ini merupakan wisata yang di
hasilkan dari alam, misalnya danau rawa pening. Danau rawa pening juga memberikan
dampak perekonomian yang cukup tinggi selain karena explorasi wisata, dapat juga
dikembangkan industri kreatif seperti industri kerajinan eceng gondok. Bawen
merupakan titik transit menuju ambarawa, titik tersebut merupakan terminal yakni
terminal Bawen.
27
BAB V RUMUSAN GAGASAN
5.1 Isu
Perumusan isu didapatkan dari berbagai potensi dan masalah yang terjadi di
perkotaan Bawen, adapun skema perumusan isu menggunakan metode fishbone seperti
berikut ini:
28
5.3 Strategi
Dalam mewujudkan konsep Eco Industrial Sustainable Development perlunya
dirumuskan strategi dalam mencapai konsep tersebut. Strategi harus dijadikan salah satu
rujukan penting dalam perencanaan suatu wilayah. Berikut merupakan rangkaian strategi
yang disarankan. Strategi yang akan digunakan yaitu :
a. Strategi pertama adalah “Membangun kawasan perkotaan yang berdaya saing
dengan optimalisasi peran pemerintah” karena adanya perkembangan pesat kawasan
industri di Kecamatan Bawen.
b. Strategi kedua yaitu “Melibatkan masyarakat dan sektor industri dalam implementasi
kota kecil hijau” sehingga berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
c. Strategi ketiga berupa “Membangun infrastruktur yang tangguh, meningkatkan
industri berkelanjutan, serta mendorong inovasi” agar dapat memperlancar
perkembangan kawasan industri Kecamatan Bawen yang pesat.
d. Strategi keempet adalah “Peningkatan integrasi pemanfaatan lahan yang beragam
demi menunjang industri berkelanjutan” supaya dapat mengurangi resiko terjadinya
degradasi lingkungan.
Dalam pelaksanaannya, rumusan strategi berupa pernyataan yang menjelaskan
bagaimana konsep akan dicapai yang selanjutnya diperjelas dengan serangkaian arah
kebijakan.
5.4 Kebijakan
Kebijakan-kebijakan yang diambil merupakan turunan dari strategi yang telah
dibuat. Adapun untuk kebijakan-kebijakannya sepeti:
a. Strategi pertama dilakukan dilakukan kebijakan berupa:
• Pemberdayaan lingkungan cerdas yang mencakup proses kelangsungan dan
pengelolaan sumber daya yang lebih baik, termasuk kelengkapan sarana prasarana
perkotaan.
• Penerapan kawasan perkotaan yang inovatif dan mampu berdaya saing khususnya
sektor industri.
• Pembentukan lembaga khusus kawasan perkotaan untuk mewujudkan tata kelola
perkotaan yang lebih baik.
b. Strategi kedua dilakukan kebijakan berupa:
• Mengatur pengolahan llimbah industri sesuai dengan standar nasional.
29
• Kegiatan CSR berupa penyediaan ruang terbuka oleh industri sebagai area resapan
air.
• Mengatur CSR industri di Perkotaan Bawen untuk pemberdayaan masyarakat
sekitar.
c. Strategi ketiga dilakukan kebijakan berupa:
• Mempromosikan kawasan industri yang berkelanjutan.
• Mengembangkan infrastruktur industri yang berkualitas, berkelanjutan dan
tangguh.
• Meningkatkan kapabilitas teknologi sektor industri dan mendorong inovasi.
d. Strategi keempat dilakukan kebijakan berupa:
• Mengatur integrasi sistem transportasi perkotaan dengan kawasan industri.
• Peningkatan fasilitas layanan publik dan layanan komersial yang berkualitas dan
komprehensif.
5.5 Stakeholder
Stakeholder dan peran stakeholder dalam pengembangan pengelolaan industri di
Kota Kecil Bawen dijelaskan dalam tabel berikut :
Tabel 5.1 Stakeholder dan Peran Stakeholder dalam Pengembangan Industri di
Kota Bawen
Komunitas Lingkungan
30
Pemilik Industri Melakukan kegiatan produksi barang dengan memerhatikan
aspek lingkungan. Peran yang lain yaitu melakukan CSR di
Perkotaan Bawen dengan harapan mencegah terjadinya
Industri Cabang degradasi lingkungan akibat kegiatan industri.
31
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Perkotaan Kecil Bawen merupakan kawasan satelit dari Perkotaan Semarang.
Perkembangan Kota Bawen didukung oleh faktor sarana dan prasarana yang melengkapi
seperti sarana pendidikan, perdagangan dan jasa, kesehatan, industri, hingga
permukiman. Kota kecil Bawen berpotensi menjadi alternatif pusat permukiman
dikarenakan lahan permukiman yang semakin sedikit dan mahal di kota besar, hal tersebut
dapat didukung oleh kemudahan aksesibilitas dan sarana prasarana yang lengkap. Selain
itu Kota Bawen berkembang menjadi perkotaan industri yang dapat dilihat dari besarnya
kawasan industri dan jumlah industri yang berkembang pada wilayah ini. Adanya
perkembangan industri ini menjadikan sebuah potensi dan masalah pada wilayah ini
sehingga perlu dilakukan perencanaan konsep perencanaan Kota Kecil Bawen. Konsep
yang cocok untuk Kota Kecil Bawen yaitu Eco Industrial Sustainable Development yang
memiliki tujuan mewujudkan Kecamatan Bawen menjadi kawasan industri yang
meningkatkan kemakmuran masyarakat serta dengan meminimalisasi dampak terhadap
lingkungan. Pengembangan konsep ini perlu adanya kerjasama antar stakeholder, seperti
pemerintah daerah, pihak swasta dan masyarakat setempat Adapun strategi yang
digunakan berupa membangun kawasan perkotaan yang berdaya saing dengan
optimalisasi peran pemerintah, melibatkan masyarakat dan sektor industri dalam
implementasi kota kecil hijau, membangun infrastruktur yang tangguh, meningkatkan
industri berkelanjutan, serta mendorong inovasi, hingga peningkatan integrasi
pemanfaatan lahan yang beragam demi menunjang industri yang berkelanjutan.
6.2 Saran
Saran yang dapat diterapkan pada Perkotaan Bawen yaitu:
● Pengembangan industri berbarengan dengan pengembangan lingkungan
● Peningkatan kualitas SDM yang unggul
● Peningkatan kualitas teknologi perindustrian agar mengurangi emisi gas karbon
yang dikeluarkan
● Memiliki karakter perkotaan kecil yang bisa membedakan dengan perkotaan lainnya
32
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Brigitte. "Suburbanization processes in Germany: Implications for urban and rural
areas." Built Environment (1978-) (2002): 319-330.
Arsana, I. P. J. (2018). Perencanaan Prasarana Perkotaan. Deepublish.
Cahyono, S. A., Falah, F., & Raharjo, S. A. S. (2020). Identifikasi Sektor Ekonomi Unggulan
di Daerah Tangkapan Air Danau Rawa Pening. Jurnal Wilayah Dan Lingkungan, 8(1),
36–50.
Fields, D. O. S. P. (2019). Penentuan Kawasan Sawah Berkelanjutan. Jurnal Pembangunan
Wilayah dan Kota, 15(3), 214-226
Li, J., Pan, S. Y., Kim, H., Linn, J. H., & Chiang, P. C. (2015). Building green supply chains
in eco-industrial parks towards a green economy: Barriers and strategies. Journal of
environmental management, 162, 158-170.
Lovell, S. A., Gray, A. and Boucher, S. E. (2018) ‘Economic marginalization and community
capacity: How does industry closure in a small town affect perceptions of place?’,
Journal of Rural Studies, 62(May 2017), pp. 107–115. doi:
10.1016/j.jrurstud.2018.07.002.
Mardiansjah, F.H. & Handayani, Wiwandari & Setyono, Jawoto. (2018). Pertumbuhan
Penduduk Perkotaan dan Perkembangan Pola Distribusinya pada Kawasan
Metropolitan Surakarta. Jurnal Wilayah dan Lingkungan. 6. 215.
10.14710/jwl.6.3.215233
Morris, Mike, and Judith Fessehaie. "The industrialisation challenge for Africa: Towards a
commodities based industrialisation path." Journal of African Trade 1.1 (2014): 25-36.
Pratikto, D. (2013) ‘Potensi Kota Yang Mendukung Perkembangan Kota Kecamatan Galur
Kulon Progo’, Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur, 13(17).
Prawatya, N. A. (2013) ‘Perkembangan Spasial Kota-Kota Kecil Di Jawa Tengah’, Jurnal
Wilayah dan Lingkungan, 1(1), p. 17. doi: 10.14710/jwl.1.1.17-32.
Rezvani, M. R., & Mansourian, H. (2013). Developing Small Cities by Promoting Village to
Town and its Effects on Quality of Life for the Local Residents. Social Indicators
Research, 110(1), 147–170. https://doi.org/10.1007/s11205-011-9921-7
Rondinelli, Dennis A. "Decentralization and development." International development
governance. Routledge, 2017. 391-404.
33
Sarjana, I. M., Dewi, L., & Ayu, I. (2015). Faktor-Faktor Pendorong Alih fungsi Lahan Sawah
Menjadi Lahan Non-Pertanian (Kasus: Subak Kerdung, Kecamatan Denpasar Selatan).
Jurnal Manajemen Agribisnis, 3(2), 26303.
Schumacher, Kim Philip, and Karl Martin Born. "16 New Rural–Urban Relationships of Small
Towns in North-Western Germany." The Routledge Handbook of Small Towns (2021).
Senetra, A., & Szarek-Iwaniuk, P. (2020). Socio-economic development of small towns in the
Polish Cittaslow Network — A case study. Cities, 103(May), 102758.
https://doi.org/10.1016/j.cities.2020.102758
Setyono, J. S., Yunus, H. S., & Giyarsih, S. R. (2016). The spatial pattern of urbanization and
small cities development in Central Java: A Case Study of Semarang-Yogyakarta-
Surakarta Region. Geoplanning: Journal of Geomatics and Planning, 3(1), 53-66.
Shi, J., & Ma, H. (2021, August). Research on the Industrial Development and Space
Optimzation of Characteristic Towns. In The Sixth International Conference on
Information Management and Technology (pp. 1-6).
Steel, G., Birch-Thomsen, T., Cottyn, I., Lazaro, E. A., Mainet, H., Mishili, F. J., & van Lindert,
P. (2019). Multi-activity, Multi-locality and Small-Town Development in Cameroon,
Ghana, Rwanda and Tanzania. European Journal of Development Research, 31(1), 12–
33. https://doi.org/10.1057/s41287-018-0183-y
Utama, J., & Jawoto, L. (2012). Perkembangan Sosial Ekonomi Kota Kecil di Jawa Tengah.
1(1), 19–29.
Wu, Y., Chen, Y., Deng, X., & Hui, E. C. (2018). Development of characteristic towns in China.
Habitat international, 77, 21-31.
Xing, M., Luo, F. and Fang, Y. (2021) ‘Research on the sustainability promotion mechanisms
of industries in China’s resource-based cities from an ecological perspective’, Journal
of Cleaner Production, 315(June). doi: 10.1016/j.jclepro.2021.128114.
Yan, Y. et al. (2021) ‘How does low-density urbanization reduce the financial sustainability of
chinese cities? A debt perspective’, Land, 10(9), pp. 1–18. doi: 10.3390/land10090981.
Yusroni, N., & Chadhiq, U. (2008). Analisis Pemerataan Pendapatan Antar Wilayah
Kecamatan di Kabupaten Semarang. 3(6), 162–172.
34