Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ANALISIS ARTIKEL INTERNASIONAL

SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

Nama : Tresa Febrianita


NIM : 1806010
Prodi/Kelas : Pendidikan Sosiologi/ 5A
Judul Artikel : “The Role Of Bottled Drinking Water In Achieving SDG 6.1: An Analysis Of
Affordability And Equity From Jakarta, Indonesia”

Intisari Artikel :

Air minum kemasan melayani semakin banyak penduduk miskin perkotaan di


negara-negara berpenghasilan rendah, namun masih mendapat sedikit perhatian dalam
penelitian dan kebijakan pembangunan internasional. Studi dalam artikel yang berjudul “The
role of bottled drinking water in achieving SDG 6.1: An analysis of affordability and equity
from Jakarta, Indonesia” oleh Carolyn Tina Walter, Michelle Kooy dan Indrawan Prabaharyaka ini
menyelidiki dampak air minum dalam kemasan (refill water) terhadap keterjangkauan dan
pemerataan akses air minum oleh masyarakat miskin perkotaan di bawah SDG 6.1. Penelitian
ini membandingkan biaya dan konsumsi air isi ulang di seluruh sosial ekonomi kuintil yang
diambil dari dua kecamatan di Jakarta, Indonesia. Analisis survei pelanggan (n = 80) dan
wawancara mendalam dengan dua belas penyedia air isi ulang skala kecil dan
dua ahli air isi ulang mengungkapkan pentingnya kualitas air, kenyamanan, dan keandalan air
dalam mendefinisikan akses air yang terjangkau oleh rumah tangga berpenghasilan rendah.
Rumah tangga berpenghasilan rendah menganggap air isi ulang sebagai yang paling
terjangkau dan aman untuk di konsumsi. Air pipa dianggap lebih mahal meskipun biaya
perunit volumenya rendah.
Kurangnya akses ke air minum yang aman, bahkan jika akses 'lebih baik'
disediakan, tercermin dalam pertumbuhan sektor air minum dalam kemasan di banyak kota di
negara berpenghasilan menengah dan rendah, yang melibatkan air kemasan bermerek,
kemasan ' air sachet di Afrika Barat, atau air isi ulang di Indonesia dan di Filipina . Namun,
perhatian pada sektor air minum kemasan dalam penelitian pembangunan internasional
sebagian besar terbatas pada studi tentang kualitas air dan kesehatan masyarakat. Penelitian
di Afrika Barat melaporkan bahwa air kemasan 'sachet' secara substansial meningkatkan
proporsi orang yang dapat mengakses (secara wajar) air yang aman dan memperoleh manfaat
kesehatan terkait, demikian pula dengan di Indonesia.
Air kemasan memiliki peran dalam membantu memenuhi kebutuhan air yang layak
bagi masyarakat miskin, akan tetapi masyarakat yang lebih miskin masih ada yang belum
mampu untuk membeli air kemasan, bahkan air isi ulang. Masih ada masyarakat miskin yang
hanya merebus air untuk di konsumsi dan kesulitan memiliki air.

Analisis:
Artikel yang berjudul “The Role Of Bottled Drinking Water In Achieving SDG 6.1:
An Analysis Of Affordability And Equity From Jakarta, Indonesia” memberikan gambaran
mengenai penggunaan air kemasan yang dianggap sebagai air yang sehat dan mampu
menjangkau semua kalangan. Pemenuhan kondisi air sendiri termasuk kedalam salah satu
dari Sustanaible Development Goals (SDG) . Sustainable Development Goals atau SDGs
adalah seperangkat program dan target yang ditujukan untuk  pembangunan global di masa
mendatang. SDGs menggantikan program MDGs (Millennium Development Goals) yang
berakhir pada tahun 2015 lalu.. SDGs dibahas secara formal pada United Nations Conference
on Sustainable Development yang dilangsungkan di Rio De Janiero, Juni 2012 (WHO, 2015).
SDGs adalah sebuah kesepakatan pembangunan baru pengganti MDGs. Masa berlakunya
2015–2030 yang disepakati oleh lebih dari 190 negara berisikan 17 goals dan 169 sasaran
pembangunan. Tujuh belas tujuan dengan 169 sasaran diharapkan dapat menjawab
ketertinggalan pembangunan negara–negara di seluruh dunia, baik di negara maju (konsumsi
dan produksi yang berlebihan, serta ketimpangan) dan negara–negara berkembang
(kemiskinan, kesehatan, pendidikan, perlindungan ekosistem laut dan hutan, perkotaan,
sanitasi dan ketersediaan air minum) (https://www.dosenpendidikan.co.id/sustainable-
development-goals/). Konsep SDGs ini diperlukan sebagai kerangka pembangunan baru yang
mengakomodasi semua perubahan yang terjadi pasca 2015-MDGs. Terutama berkaitan
dengan perubahan situasi dunia sejak tahun 2000 mengenai isu deflation sumber daya alam,
kerusakan lingkungan, perubahan iklim semakin krusial, perlindungan sosial, food and
energy security, dan pembangunan yang lebih berpihak pada kaum miskin. (Ishatono dan
Raharjo, 2016)

Berdasarkan artikel yang berjudul “The Role Of Bottled Drinking Water In


Achieving SDG 6.1: An Analysis Of Affordability And Equity From Jakarta, Indonesia” ,air
minum kemasan mempunyai peran yang cukup signifikan terutama dalam hal pemenuhan
akses air bersih dan aman dikonsumsi oleh masyarakat miskin di Kota Jakarta. Meskipun jika
menggunakan air pipa itu lebih mudah akan tetapi biaya yang dikeluarkan lebih mahal dan
tidak menjamin kepada kualitas air yang diberikan. Mengapa demikian? Air pipa di kota
Jakarta didapatkan dari dalam tanah, sedangkan kondisi tanah di wilayah yang satu dengan
yang lainnya tidak selalu sama.(Ardika dkk, 2011). Dalam artikel dijelaskan bahwa golongan
menengah ke bawah lebih banyak menggunakan air kemasan dalam bentuk air isi ulang.
Lalu, studi dalam artikel ini mengatasi kesenjangan dengan menyelidiki keterjangkauan dan
pemerataan akses ke air kemasan di Jakarta, Indonesia. Pertumbuhan sektor air minum
kemasan di Indonesia sangat pesat, tumbuh dengan kecepatan lebih dari 12% per tahun antara
tahun 2009 dan 2014 (Prasetiawan dkk. 2017), sehingga menjadikan Indonesia sebagai pasar
air minum dalam kemasan terbesar kedua di Asia setelah China (IBWA 2015). Ibu kota
Jakarta memberikan konteks yang sangat relevan, mengingat air kemasan adalah bentuk air
yang paling banyak diakses secara universal: 71% penduduk Jakarta mengandalkan beberapa
bentuk air kemasan, sedangkan hanya 14% yang mengonsumsi air pipa dan 15%
mengonsumsi air tanah untuk minum (BPS 2015). Dominasi air minum dalam kemasan
mencerminkan status kualitas air yang buruk dari sumber lain di kota, dimana air tanah
dangkal maupun air perpipaan tidak aman untuk diminum (Budiyono dkk. 2016).
Dalam artikel dijelaskan bahwa air kemasan memiliki peran dalam membantu
memenuhi kebutuhan air yang layak bagi masyarakat miskin, akan tetapi masyarakat yang
lebih miskin masih ada yang belum mampu untuk membeli air kemasan, bahkan air isi ulang.
Masih ada masyarakat miskin yang hanya merebus air untuk di konsumsi. Padahal,
berdasarkan fakta bahwa Indonesia merupakan penyuplai air kemasan terbesar kedua setelah
China. Dari segi keterjangkauannya, air kemasan belum sepenuhnya terjangkau oleh
masyarakat miskin di dua kecamatan di Jakarta yang disebutkan dalam penelitian ini, yaitu
dua kecamatan yang ada di Penjaringan, Jakata. Padahal, masyarakat miskin mengetahui
bahwa air kemasan dirasa aman dan bisa dikonsumsi (tidak menganggu kesehatan) dan
tentunya bersih. Siasat yang dilakukan masyarakat miskin yaitu dengan membeli air kemasan
dalam bentuk isi ulang. Pada saat ini, memang banyak gerai isi ulang air minum refill, yang
mana air tersebut di dapatkan dari suatu aliran sungai, lalu disaring oleh teknologi membran
sehingga layak untuk di konsumsi. Akan tetapi, masih ada sebagian masyarakat yang bahkan
belum mampu membeli air isi ulang, sehingga harus mendidihkan air terlebih dahulu untuk
bisa diminum. Akan tetapi, air tersebut belum tentu higienis. Sehingga, ini menunjukan
bahwa kesediaan Air dan Sanitasi yang terdapat dalam SDG masih belum terpenuhi di
Jakarta.
Agar masyarakat mendapatkan pemerataan air yang bersih dan air kemasan bisa
dijangka oleh masyarakat miskin, mak

Air minum dalam kemasan bisa dijadikan solusi dalam pemenuhan kebutuhan air
yang sehat dan layak konsumsi. Tentu dalam hal ini, air kemasan harus bisa dijangkau oleh
masyarakat miskin yang berpenghasilan rendah. Akan tetapi, masyarakat juga harus
diberdayakan agar bisa memenuhi kebutuhan pemasokan air, misalnya membuat program
hidup bersih dan tidak membuang sampah sembarangan ke sungai, agar air disekitar
lingkungan masyarakat bisa lebih baik. Kualitas air, pengelolaan sampah plastik, dan
keberlanjutan sumber air baku di lokasi sumber pinggiran kota adalah tiga masalah utama
yang diangkat terkait dengan air dan harus dikelola dengan baik.

Referensi:

Badan Pusat Statistik BPS 2015 Statistik daerah: Provinsi DKI Jakarta.
http://jakarta.bps.go.id

Walter, C. T., Kooy, M., & Prabaharyaka, I. (2017). The Role Of Bottled Drinking Water In
Achieving SDG 6.1: An Analysis Of Affordability And Equity From Jakarta,
Indonesia. Journal of Water, Sanitation and Hygiene for Development, 7(4), 642-
650.

Budiyono, Y., Aerts, JCJH, Tollenaar, D., & Ward, PJ.2016. Risiko Banjir Sungai Di Jakarta
di Bawah Skenario Perubahan Masa Depan. Bahaya Alam dan Ilmu Sistem Bumi,
16, 757– 774. DOI: 10.5194 / nhess-16-757-2016

Ardika, R., Cahyo, A. N., & Wijaya, T. (2011). Dinamika Gugur Daun Dan Produksi
Berbagai Klon Karet Kaitannya Dengan Kandungan Air Tanah. Jurnal Penelitian
Karet, 29(2), 102-109.

Prasetiawan, T., Nastiti, A. and Muntalif, B. S. 2017. ‘Bad’ Piped Water And Other
Perceptual Drivers Of Bottled Water Consumption In Indonesia. WIREs Water,
e1219. DOI:10.1002/wat2.1219

Ishatono, I., & Raharjo, S. T. (2016). Sustainable Development Goals (Sdgs) Dan
Pengentasan Kemiskinan. SHARE: Social Work Journal, 6(2), 159.

International Bottled Water Association 2015 Bottled water 2015: U.S. and international
development and statistics. http://www.bottledwater.org/public/BWR_JulAug_2016_BMC
%202015%20bottled%20water%20stat%20article.pdf#overlaycontext=economics/industry-
statistics (accessed 20 November 2016)

Anda mungkin juga menyukai