Anda di halaman 1dari 43

PELAKSANAAN KEBIJAKAN

KEMENTERIAN KESEHATAN
DALAM PPI

Dr. (Cand)., Ns. Elis Puji Utami,S.Kep.,MPH., FISQua

Pelatihan PPI DASAR


Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi
Indonesia
OUTLINE
01
PENDAHULUAN
02 PENERAPAN PPI SESUAI PMK 27 TAHUN 2017 &
KMK 413 th 2020 PPI MASA PANDEMI COVID -19

03 ADAPTASI KEBIASAAN BARU


• UU No. 36/2009 tentang Kesehatan
• UU No. 44/2009 tentang RS
• UU No. 4 /1984 tentang wabah PP 40 /1991
• Permenkes No 8/2015 tentang Program Pengendalian Resiste
nsi Antimikroba di RS

• Permenkes No 27 tahun 2017 tentang PPI di Fasyankes


• Keputusan Menteri Kesehatan NO.413/2020 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 11
Permenkes No. 27 tahun 2017
Tentang PPI di Fasyankes

➢Berlaku sejak tgl 12Mei 2017


➢Terdiri dari: 12 pasal
➢Ruang lingkup Permenkes:
FKRTL (Rumah Sakit)
FKTP: Puskesmas, Klinik
dan praktik mandiri

Pasal 3 ayat 1 :
Setiap Fasilitas Pelayanan
Kesehatan harus
melaksanakan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi

4
Mengapa
PPI
Merupakan
Prioritas
Dunia ??
4
MENGAPA PPI?
Data global :
❖ HAIs : 1 dari 10 pasien dirawat mengalami infeksi akibat pelayanan ke sehatan (healthcareass
ociatedinfection), 1 dari 10 psn dengan HAIs meninggal
❖ 70 % diantaranya BISA DICEGAH !! (< 10% dipengaruhi lingkungan; > 90% dipengaruhi perilaku)
9-9,2 % petugas tidak rutin cuci tangan ( WHO,2011)

Nasional :
❖ Peningkatan kasus penyakit infeksi (newemerging,emerging & re-emergingdiseases) dan infeksi ter
kait pelayanan kesehatan (HAIs)
❖ Gambaran mutu pelayanan RS
❖ KLB unpredictable
❖ Patient Safety dan healthcareworker safety
• Meningkatkan mutu layanan RS dan fasilitas pela
yanan kesehatan lainnya → cost effective
• Melindungi nakes & masyarakat dari penularan
penyakit menular (EmergingInfectious Diseases)
• Mencegah terjadinya HAIs (Healthcare Associated I
nfections)
8

❖ Infeksi yang terjadi pada pasien SELAMA PERAWATAN di rumah


sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk
tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi
❖ Termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang,
❖ Infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga
kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan
❑ Untuk mengidentifikasi dan menurunkan risiko infeksi yang didapat dan ditularkan di antara

pasien, staf, tenaga kesehatan, tenaga kontrak, sukarelawan, mahasiswa dan pengunjung.
❑ Risiko dan kegiatan dalam program PPI dapat berbeda dari satu rumah sakit ke rumah sakit yang

lain, tergantung pada kegiatan dan pelayanan klinis rumahsakit, populasi pasien yang dilayani,

lokasi geografis, jumlah pasiendan jumlah staf.

❑ Prioritas program sebaiknya mencerminkan risiko yang telah teridentifikasi tersebut, perkembangan

global masyarakat setempat, serta kompleksitas dari pelayanan yang diberikan.


❑ Penyelenggaraan program pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) dikelola oleh

Komite / Tim PPI yang ditetapkan oleh Direktur rumah sakit.


❑ Agar kegiatan PPI dapat dilaksanakan seefektif maka dibutuhkan kebijakan dan

prosedur, pelatihan dan pendidikan staf, metode identifikasi risiko infeksi secara

proaktif pada individu dan lingkungan serta koordinasi ke semua bagian rumah sakit.
PPI
Kewaspadaan Pengunaan
standar dan Bundles
Berdasarkan
antimikroba
transmisi secara bijak

• SURVEILANS PENERAPAN TERHADAP:


• PENDIDIKAN DAN PELA •HAI’S
TIHAN PPI •INFEKSI YANG BERSUMBER DARI MA
11
SYARAKAT
SURVEILANS

PENGGUNAA
N KEWASPADA
ANTIMIKROB AN ISOLASI
A YG BIJAK
PROGRAM
PPI

PENCEGAHA
N DAN
PENGENDALI DIKLAT
AN INFEKSI

Dapat di cegah dengan


perubahan prilaku petugas
SUSUNAN ORGANISASI KOMITE PPI
(Permenkes 27/2017 tentang PPI di Fasyankes)
KOMITE/TIM PPI

• Organisasi non struktural


• Fungsi : menjalankan PPI
• Menyusun kebijakan PPI termasuk pencegahan infeksi bersumber dari
masyarakat: TBC, HIV dan infeksi menular lainnya
• Untuk pelaksanan PPI pada praktik mandiri dibawah koordinasi
Dinkes kabupaten/kota
• Kegiatan: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, monev dan
pembinaan
• Pelaporan ke pimpinan fasyankes: 2 kali/tahun
KOMITE /TIM PPI TERDIRI DARI

• Susunan organisasi Komite PPI adalah Ketua, Sekretaris, dan


Anggota yang terdiri dari IPCN/Perawat PPI, IPCD/Dokter PPI
dan anggota lainnya.
• Anggota Komite PPI IPCD/Dokter PPI :
a. Dokter wakil dari tiap Kelompok Staf Medik (KSM)
b. Dokter ahli epidemiologi
c. Dokter spesialis Mikrobiologi
d. Dokter spesialis Patologi Klinik
Kriteria IPCD Tugas IPCD
•Dokter yang mempunyai • Sebagai ketua Komite Bertanggung jawab dalam pengelolaan
minat dalam PPI struktur organisasi
•Mengikuti pendidikan dan • Berkontribusi dalam pencegahan, diagnosis dan terapi infeksi yang
tepat.
pelatihan dasar PPI.
• Menyusun pedoman penggunaan antibiotika dan surveilans.
•Memiliki kemampuan • Mengidentifikasi dan melaporkan pola kuman dan pola resistensi
leadership. antibiotika.
• Bekerjasama dengan IPCN melakukan monitoring kegiatan
surveilans infeksi dan mendeteksi serta investigasi KLB.
• Membimbing dan mengadakan pelatihan PPI bekerja sama
dengan bagian pendidikan dan pelatihan (Diklat) di rumah sakit.
• Monitoring kerja tenaga kesehatan dalam merawat pasien.
Kriteria IPCN
• Perawat dengan pendidikan minimal DIII Keperawatan
• Mempunyai minat dalam PPI
• Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI dan IPCN
• Memiliki pengalaman sebagai Kepala Ruangan atau setara
• Memiliki kemampuan leadership dan inovatif
• Bekerja purna waktu.
• Ratio 1: 100 TT
17
Infection Prevention Control Nurse (IPCN)

IPCN → pencegahan infeksi pasien yang mengalami


infeksi di rumah sakit dan klinik.
Komunikasi dan koordinasi dengan perawat dan tim kesehatan lain
untuk melakukan prosedur sanitasi yang benar, mempelajari perkembangan
bakteri yang terdapat pada tubuh pasien, mengidentifikasi bakteri
penyebab
yang mengganggu tubuh pasien.
Bertanggung jawab terhadap pencatatan dan tidak lanjut pengelolaan
infeksi pasien.
IPCLN Fokusuntuk unit MENCATAT DATA SURVEILANCE
kerja masing-masing

MEMBERIKAN MOTIVASI
PELAKSANAAN KEPATUHAN PPI
IPCLN Adalah Profesi Perawat yang
bekerja di Unit kerjanya yang MEMONITOR KEPATUHAN PELAKSANAAN
KEWASPADAAN ISOLASI
melaksanakan kegiatan PPI

Persyaratan MEMBERIHTAHUKAN KECURIGAAN


1. D3 keperawatan HAIS
2. Berminat dalam PPI
3. Pelatihan PPI Dasar MEMBERITAHU & MENGKOORDINASIKAN
KECURIGAAN KLB

PENYULUHAN KEPASIEN, PETUGAS,


PENGUNJUNG DAN KONSULTASI PPI
MONITORING DAN EVALUASI

Untuk mengukur keberhasilan pelaksa


naan program dan kepatuhan
penerapan oleh petugas
Evaluasi angka kejadian HAI’s

➢ ICRA ( INFECTIONCONTROLRISK
ASSESMENT)
➢ AUDIT
➢ PELAPORAN HASIL SURVEILANS
SECARA Berkala

21
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Advokasi, sosialisasi dan bimbingan teknis

Pelatihan dan peningkatan kapasitas SDM

Monitor dan evaluasi

Dinas kesehatan Prov/Kabupaten/Kota, Perhimpunan/


Asosiasi Fasyankes dan
Organisasi Profesi terkait
22
Pada KMK NO.413 /2020
STRATEGY PPI MENCEGAH /MEMBATASI PENYEBARAN
COVID 19

zonasi,self assesment,thermogun,la
kukan kebersihan tangan sebelum m
asuk RS,jaga jarak dll

HH,use APD,etika batuk,pemeroses


alat kesehatan,penanganan linen&li
mbah ,pengendalian lingkungan dll

Transmisi droplet,kontak, airborne

Perubahan kebijakan prosedur kerja,


pengaturan jam kerja, pelatihan dll

Penempatan pasien,ventilasi,durasi,
jarak,pembatasan fisik,’barrier “pemi
sahan alur
i_maisyah
Prinsip pencegahan dan Kewaspadaan Isolasi:
pengendalian risiko penularan:
➢Kewaspadaan standar
• Menerapkan kewaspadaan (kebersihan tangan, APD,
isolasi untuk semua pasien, kebersihan pernafasan,
• Menerapkan pengendalian kebersihan lingkungan,
administrasi penanganan linen, tata
• Melakukan pendidikan dan laksana limbah, desinfeksi
pelatihan peralatan.
➢Kewaspadaan
berdasarkan transmisi:
droplet, kontak dan
airborne
Pada tahun 2007, CDC dan HICPAC merekomendasikan 11 (sebelas) komponen utama yang harus dilaksanakan dan
dipatuhi dalam kewaspadaan standar, yaitu

1. Kebersihan 2. Alat Pelindung Diri 3. Dekontaminasi 4. Kesehatan 5. Pengelolaan 6. Penatalaksanaan


tangan (APD) peralatan perawatan lingkungan limbah Linen
pasien

7.perlindungan 8.penempatan 9. hygiene respirasi/etika batuk dan 10. praktik menyuntik 11. praktik lumbal
Kesehatan petugas, pasien, bersin, yang aman dan pungsi yang aman.
HAND HYGIENE/KEBERSIHAN TANGAN:
Merupakan salah satu prosedur yang paling penting dan efektif
mencegah Healthcare Associated Infections (HAIs) bila dilakuk
an dengan baik dan benar
Meningkatkan pelaksanaan kebersihan tangan dapat menurun
kan transmisi pathogen > 50 %
PILAR dalam Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Komponen sentral dari Patient Safety
Bagian dari kewaspadaan standar
Indikator Mutu RS
Pelaksanaan kebersihan tangan sesuai standar. harus > 90
% (WHO, 2016)

27
5 LANGKAH PRAKTIS UNTUK STRATEGI MENINGKATKAN K
MENURUNKAN INFEKSI: EBERSIHAN TANGAN
1.Memperbaiki handhyg
iene
2.Membuat standar pemasangan dan pera Program pendidikan dan program
watan alat invasif peningkatan kualitas multidisiplin
3.Meningkatkan kebersihan Rumah Sakit Membutuhkan pelaksanaan (terus-
4.Memperbaiki desain Rumah Sakit. menerus)
5.Memperketat kontrol peresepan Anti Fokus pada merubah kebiasaan
biotik.

28
PENGGUNAAN APD
4 unsur yang harus dipatuhi:
1. Tetapkan indikasi penggunaan APD dgn mempertimbangkan :
1. APD yang digunakan antara lain :
• APD digunakan oleh yg berisiko terpajan a) Gaun/gown,
dgn pasien / material infeksius
Risiko b) Sarung tangan,
c) Masker N95/bedah,
• Seperti; nakes, petugas kebersihan, petu d) Pelindungkepala
terpapar gas instalasi sterilisasi, petugas laundry e) Pelindungmata(goggles)
& petugas ambulans di Fasyankes f) Sepatu pelindung
Catatan: APD di atas bisa ditambah dengan penggunaan
pelindung wajah (face shield)
• Transmisi penularan COVID-19 : droplet &
kontak
• Transmisi airbone bisa digunakan pada tindak 2. APD yang digunakan antara lain:
an yg memicu terjadinya aerosol a) Gaun/gown,
Dinamika - intubasi trakea, ventilasi non invasive, trakeostomi, b) Sarung tangan,
c) Masker N95,
resusitasi jantung paru, ventilasi manual sebeulm in
transmisi tubasi, nebulasi & broskopi, pemerikasaan gigi sepe
d) Pelindungkepala,
e) Pelindungmata(goggles)
rti scaler ultrasonic & high-speed air driven, pemeri f) Pelindung wajah (face shield)
ksaan hidung & g) Sepatu pelindung
Catatan: APD di atas bisa ditambah dengan
tenggorokan, pengambilan swab penggunaan apron
PENGGUNAAN APD
4 unsur yang harus dipatuhi :

2. Cara “memakai” dengan benar


3. Cara “ melepaskan” dengan benar
4. Cara mengumpulkan (disposal) setelah dipakai
• APD yang dipakai untuk merawat pasien terduga atau terkonfirmasi Covid- 19 harus dikategori
kan sebagai material infeksius.
• Tidak diperlukan prosedur khusus dan penanganannya sama dengan linen infeksius yang lain.
• Semua APD baik disposable atau reuseable harus dikemas secara terpisah (dimasukkan ke da
lam kantong plastik infeksius atau tempat tertutup) yang diberi label dan anti bocor.

Hindari melakukan hal-hal di bawah ini :


1.Meletakkan APD di lantai atau di permukaan benda lain (misal di atas loker atau di atas meja). 2.Mem
bongkar kembali APD yang sudah dimasukkan ke kantong plastik infeksius atau tempat tertutup. 3.Meng
isi kantong plastik infeksius atau tempat tertutup berisikan APD terlalu penuh.
CARA PEMAKAIAN DAN PELEPASAN APD

✓ Menggunakan baju kerja (scrub suit)


✓lepaskan seluruh perhiasan / aksesoris yg
digunakan
✓ Melakukan kebersihan tangan sebelum
dan sesudah menggunakan APD
✓ Gunakan APD mulai dari antero room dan
melepas APD di antero room
✓ Mandi setelah selesai menggunakan APD

contoh Scrub Suit atau baju kerja


c. Kebersihan Pernafasan
1. Perhatikan etika batuk atau bersin
2. (Gunakan masker kain /masker bedah
apabila mengalami ganguan system
pernafasan.
3. Apabila tidak ada masker, maka tutup mulut
dan hidung menggunakan tissue /
menggunakanlengan atas bagian dalam saat Masker medis < 4 -6 jam
batuk atau bersn., Tissue segera buang ke atau kotor/basah : ganti
tempat sampah tertutup
4. lakukan kebersihan tangan setelah kontak
dengan sekret pernafasan
5. Pisahkan penderita dengan infeksi pernafasan
idealnya > 1meter di ruang tunggu Fasyankes
d. Kebersihan Lingkungan

Lakukan prosedur pembersihan dan desinfeksi


seara rutin sekitar lingkungan dengan cara
mengelap seluruh permukaan lingkungan
ruangan dan pengepelan lantai ruangan dengan
menggunakan cairan detergen kemudian
bersihkan dengan air bersih selanjutnya
menggunakan klorin 0.05 %. Cairan pembersih
harus diganti setelah digunakan di area
perawatan pasien COVID-19.

Aplikasi desinfektan ke permukaan lingkungan secara


rutin di dalam ruangan dengan penyemprotan atau
fogging tidak direkomendasikan
Kewaspadaan Transmisi (1)
Penerapan kewaspadaan berdasarkan transmisi antara lain:
a) Melakukan triase dengan melakukan penyaringan dipintu masuk ruang
penerimaan pasien baru.
b) Pisahkan pasien dengan gangguan sistem pernapasan /tidak
• Gangguan sistem pernapasan (+) →dalam ruangan khusus , pastikan
agar alur gerak pasien dan staf tetap satu arah.
• Petugas kesehatan menggunakan APD standar (gaun, masker
bedah,pelindung mata/wajah dengan kacamata atau faceshield, dan
sarung tangan).
• Gangguan pernapasan (-) → boleh langsung masuk ke ruang tunggu
pasien poliklinik umum, pasien dan petugas ➔MASKER BEDAH.
c) SIGNAGE : jarak minimal 1 meter di lokasi-lokasi antrian pasien/pengunjung.
d) penghalang fisik (barrier) antara petugas dan pengunjung.

Kewaspadaan Transmisi (2)
e) Mengatur penempatan posisi meja konsultasi, tempat tidur periksa dan
kursi pasien dengan tenaga kesehatan, dan lain - lain yang mencegah
aliran udara dari pasien ke pemeriksa/petugas.
f) Menempatkan kasus suspek atau terkonfirmasi positif di ruang Isolasi:
(1) Pasien COVID-19 dengan menggunakan ruangan tersendiri jika memungkinkan atau
melakukan kohorting
(2) memberi jarak tempat tidur minimal 1 meter - 1.8 meter dengan ventilasi yang
baik. Apabila menggunakan ventilasi natural, ventilasi yang adekuat sebesar 60L/s
per pasien.
(3) Ruangan tidak harus tekanan negatif kecuali pasien dengan penyakit komorbid dan
kondisi menurun memerlukan tindakan yang yang berisiko menghasilkan aerosol,
wajib ditempatkan di ruang isolasi dengan tekanan negatif.
e) Petugas kesehatan yang memberikan perawatan ditetapkan untuk
mengurangi transmisi.
Prinsip adaptasi kebiasaan baru di RS
Menjalankan kewaspadaan
standar GUNAKAN MASKER DIDALAM
KEBERSIHAN TANGAN
RUMAH SAKIT
Tersedia Hand sanitizer berbasis alcohol disetiap Pengunjung maupun petugas RS ( nakes atau non
ruangan atau fasilitas umum nakes menggunakan masker
atau cuci tangan menggunakan sabun

KEBERSIHAN PERMUKAAN TETAP JAGA SOCIAL


LINGKUNGAN DISTANCING
You can simply impress your audience and add a
unique zing and appeal to yourPresentations.
2m You can simply impress your audience and add a
unique zing and appeal to yourPresentations.
Get a modern PowerPoint Presentation that is Get a modern PowerPoint Presentation that is
beautifully designed. beautifully designed.
ADAPTASI KEBIASAAN BARU
ADAPTASI KEBIASAAN BARU DI ADAPTASI KEBIASAAN BARU
RS DI MASYARAKAT

Penerapan protokol kesehatan


KEBERHASILAN PENGENDALIAN INFEKSI DI RS

Klinis

House
Keeping Perawat

Laboratori
Sanitasi um
KEBERHASIL
AN PPI

IPSRS K3L

Gizi Farmasi

38
"Dengan memperhatikan kondisi saat ini,
penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia makin
terkendali, Pemerintah memutuskan untuk
melonggarkan kebijakan pemakaian ,"
kata dalam pidatonya.

Namun kebebasan tak pakai hanya berlaku


saat berada diruang terbuka saja yang tingkat
kepadatannya rendah.
Untuk kegiatan dalam ruangan dan transportasi
umum, wajib masih tetap dijalankan.
“Belajar dari sejarah pandemi yang pernah terjadi di dunia,
transisi menuju endemi dilakukan saat masyarakat sudah
mulai menyadari bagaimana caranya melakukan protokol
kesehatan yang sehat pada diri dan keluarga.
Dan hal tersebut memerlukan edukasi dan penerapan secara
bertahap.” Ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dala
m jumpa pers secara daring bersama Satgas Penanganan Covi
d-19 (17/05/2022).

Berdasarkan pengamatan Kemenkes pada perkembangan Covid-19 di Indonesia dan global,


masyarakat Indonesia sudah memiliki daya tahan terhadap varian baru yang saat lagi beredar
diseluruh dunia dengan cukup baik, yang secara ilmiah dibuktikan melalui sero survey.
Dan secara praktis dan realitanya dibuktikan dengan kasus di Indonesia yang cenderung menurun dan
relatif lebih kecil untuk varian yang sama dibandingkan negara-negara lain seperti China, Taiwan, dan
Amerika Serikat
• Berkegiatan di ruangan tertutup dan di transportasi publik,
• Masker masih diwajibkan untuk populasi rentan (lansia, memiliki penyakit
komorbid, ibu hamil, dan anak yang belum divaksin), dan bagi mereka yang
bergejala seperti batuk, pilek, dan demam.
• Kelompok tersebut masih diwajibkan memakai masker untuk melindungi
diri dari penularan.
• Untuk yang bergejala batuk-batuk, bersin-bersin sebaiknya tetap
menggunakan masker,”
• Keberhasilan RS dalam menjaga mutu pelayanan dapat dilihat dari implementasi
pencegahan dan pengendalian infeksi
• Perlu komitmen tinggi dari pimpinan dan manajemen RS dalam pelaksanaan program
untuk mengurangi risiko pelayanan
• Monitoring dan evaluasi dari pimpinan dan pihak terkait dalam ppi dibutuhkan untuk
optimalisai implementasi PPI, baik bagi pasien , keluarga /pengunjung maupun tenaga
kesehatan

Anda mungkin juga menyukai