Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/265864593

PEMETAAN MODEL SISTEM MANAJEMEN MUTU UNTUK JASA KONSTRUKSI DI


INDONESIA

Conference Paper · January 2005


DOI: 10.13140/2.1.2195.0721

CITATIONS READS
0 7,125

3 authors, including:

Bambang Trigunarsyah
RMIT University
180 PUBLICATIONS   1,441 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Quality Management System for Construction Companies in the Kingdom of Saudi Arabia: Development and Implementation View project

Disaster recovery research View project

All content following this page was uploaded by Bambang Trigunarsyah on 22 September 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Institut Teknologi Bandung
Departement of Civil Engineering
Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia 25
perak
MRK
K

PEMETAAN MODEL SISTEM MANAJEMEN MUTU


UNTUK JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA

M.Fanshurullah Asa1, Ismeth S Abidin2 , Bambang Trigunarsyah3

ABSTRAK: Banyaknya model standar sistem manajemen mutu yang berlaku secara global saat ini ,
antara lain, Six Sigma, MBNQA, ISO 9001:2000, Kaizen, Trilogi Kualitas Juran, Manajemen mutu
Deming, Total Quality Excellence MVGP Ford, Quality Improvement Process PSP Xerox, yang
diterapkan oleh berbagai perusahaan termasuk didalamnya jasa konstruksi di Indonesia memberikan
peluang terjadinya tumpang tindih klausul faktor dalam konsep sistem manajemen mutu yang pada
gilirannya membuat ketidaksempurnaan implementasi sistem manajemen mutu tersebut. Oleh sebab
itu perlu dibuat pemetaaan dari berbagai model standar sistem manajemen mutu yang ada saat ini,
sehingga diperoleh satu rancangan model standar sistem manajemen mutu yang bersifat integral dan
komprehensip untuk masyarakat konstruksi di Indonesia. Proses pemetaan model sistem manajemen
mutu menggunakan Standar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 sebagai acuan dasar dalam
mengukur hubungan dengan klausul sistem manajemen mutu lainnya. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kajian literatur dari berbagai model sistem manajemen mutu selanjutnya rancangan
pemetaan ini diuji secara terbatas kepada para pakar manajemen mutu khususnya dalam jasa
konstruksi.

KATA KUNCI: pemetaan, Standar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000, jasa konstruksi, klausul
faktor, pakar manajemen mutu ,

1. PENDAHULUAN

Perkembangan Manajemen modern dimulai oleh Frederick W Taylor (Suharto, 1995), Henry Fayol
(Ishikawa, 1985), Dr. Walter A. Stewart dengan konsep Statistic Quality Control (SQC) yang dipakai
untuk perang dunia II, selanjutnya Dr. A.V. Feigenbaum dengan konsep Total Quality Control (TQC)
atau dikenal juga Total Quality Management (TQM). Pada perjalanannya TQM banyak memberikan
konstribusi dalam penyusunan dan penyempurnaan standar sistem manajemen mutu ISO 9000.

Standar Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2000 berbicara tentang bagaimana suatu
organisasi dapat menghasilkan produk atau jasa yang bermutu, yang diberikan kepada konsumen
dengan mutu konsisten.(Bambang, 1996) , namun dengan pendekatan proses (ISO Standar 2000).
Banyak negara di dunia sudah mengadopsi konsep ISO 9000 termasuk didalamnya sektor rekayasa
dan konstruksi (Bubshait, 1997). Amerika Serikat membutuhkan advokasi dalam menggunakan
standar mereka kepada organisasi ISO termasuk di dalamnya bagi perusahaaan konstruksi di Amerika
Serikat (Chini, 2003), dimana 92% dari responden memberikan indikasi bahwa implementasi dan
regulasi standar seri ISO 9000 meningkatkan daya saing Amerika Serikat. (Yates, 1997).

1
Mahasiswa Program Doktoral Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, ifan_asa@yahoo.com
2
Dosen Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil, Universitas Indonesia, Depok
3
Dosen Fakultas Teknik Jurusan Teknik SIpil, Universitas Indonesia, Depok

1
Institut Teknologi Bandung
Departement of Civil Engineering
Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia 25
perak
MRK
K

Ada penelitian (Dissanayaka, 2001) menyatakan bahwa keuntungan yang diperoleh dari penerapan
sistem manajemen mutu ISO 9000 bagi kontraktor adalah terjadinya sistem pendokumentasian yang
lebih baik, peningkatan komunikasi internal dan mempertinggi daya saing perusahaan. Kelemahannya
yaitu meningkatnya pekerjaan administratif (paperwork), waktu yang dihabiskan oleh manajemen
perusahaan lebih banyak dan biaya proyek secara total meningkat. Penilaian lainnya (Susilo, 2003).
Mengungkapkan bahwa hanya sebagian kecil saja perusahaan yang benar-benar berhasil menerapkan
Sistem Manajemen Mutu ISO 9000, sementara sebagian besar sesungguhnya telah "gagal" dalam arti
perusahaan tidak berhasil menggali potensi manfaat secara optimal.

Terlepas dari pro kontra penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 , tulisan ini memfokuskan
pada upaya pemetaan berbagai standar sistem manajemen mutu yang ada terhadap standar sistem
manajemen mutu (SMM) ISO 9001:2000 yang juga dijadikan acuan untuk mengukur model sistem
manajemen mutu lainnya dengan asumsi bahwa sistem manajemen mutu yang paling terakhir dan
sudah diadopsi oleh banyak negara di Dunia dengan berbagai manfaatnya.

2. PERKEMBANGAN ISO 9000 DI DUNIA DAN INDONESIA

Sampai akhir Desember jumlah negara yang menjadi anggota ISO sebanyak 147 negara dan jumlah
sertifikat ISO 9000 yang telah diterbitkan diseluruh dunia mencapai 561,747 sertifikat (ISO 2002),
dimana pada akhir tahun 1993 hanya sekitar 60 negara yang terlibat dan sertifikat ISO 9000 yang
dikeluarkan hanya 46,571 sertifikat.

Dari jumlah pengeluaran sertifikat ISO 9000 sesuai tabel diatas data tersebut masih menggabungkan
antara sertifikat ISO 9000 versi 1987, 1994 dan 2000. Namun demikian sesuai hasil survey organisasi
ISO sampai dengan akhir tahun 2003 (ISO 2003), terjadi peningkatan yang fantastis untuk penerbitan
sertifikat ISO 9000 versi 2000 untuk tiga tahun terakhir, dimana peningkatan dari tahun 2002
mencapai 300%. Berdasarkan laporan sekretariat ISO , bahwa ada sepuluh negara yang paling banyak
mendapatkan sertifikat ISO 9000 yaitu :

Tabel 1. 10 (sepuluh) tertinggi Negara yang memperoleh sertifikat ISO 9000 sampai dengan akhir tahun
2003
No Nama Negara Jumlah sertifikat ISO 9000

1 China 96,715
2 Italia 64,120
3 Inggris 45,465
4 Jepang 38,751
5 Spanyol 31,836
6 Amerika Serikat 30,294
7 Jerman 23,598
8 Australia 19,975
9 Perancis 15,073
10 Korea Selatan 12,846

Untuk negara di Asia Timur Jauh termasuk didalamnya Asia Tenggara perkembangan sertifikasi ISO
9000 relatif pesat karena dari total sertifikasi diseluruh duniai sampai akhir tahun 2002 sertifikasi di
wilayah ini mencapai 26, 45% dibandingkan tahun 1997 hanya sekitar 13,38%.

Distribusi perolehan sertifikasi ISO 9000 sampai tahun 2002 pada wilayah lainnya adalah Eropa
(52,16%), Negara Timur Jauh (26,45%), Amerika Utara (9,58%), Australia/ Selandia Baru (5,20%),
Afrika dan Asia Barat (4,19%) dan Amerika Selatan dan tengah (2,44%). Untuk perkembangan ISO
9000 di negara Asia Timur Jauh dan Asia Tenggara adalah :

2
Institut Teknologi Bandung
Departement of Civil Engineering
Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia

Tabel 2. Perkembangan sertifikasi ISO 9000 di Asia Tenggara dan Timur Jauh Sampai dengan akhir
25
perak
MRK
K

tahun 2003

No Negara Jumlah Sertifikat ISO 9000


2001 2002 2003
1 Brunei Darussalam 123 79 40
3 Indonesia 1,395 1,947 2,056
4 Malaysia 3,195 3,733 3,668
6 Filipina 961 766 509
7 Singapore 3,513 5,379 3,480
8 Thailand 3,870 4,556 5,105
9 Vietnam 245 612 1,311
2 Kamboja 1 8 8
5 Myanmar 5 5 8
10 Cina 57,783 75,755 96,715
11 Hongkong 3,814 3,868 2,741
12 Japan 27,385 33,964 55,916
13 Korea Selatan 17,676 14,520 12,846

Dari 39 sektor Industri yang telah mendapatkan sertifikat ISO 9000 diseluruh Dunia ternyata sektor
konstruksi adalah yang paling banyak mendapatkan sertifikat ISO 9000 yaitu mencapai 51.093
sertifikat.(Tabel. 3)

Tabel 3. 5 (Lima) sektor industri tertinggi yang memperoleh sertifikat ISO 9000 sampai dengan akhir
tahun 2002

No Sektor Industri Jumlah sertifikat ISO 9000


1 Konstruksi 51,093
2 Produksi & Fabrikasi Logam Dasar 50,234
3 Peralatan optic dan elektrikal 43,839
4 Peralatan dan Mesin 35,047
5 Perdagangan retail 30,280

Pada tahun 2002 ada 50,209 sertifikat ISO 9001:2001 yang dicabut dari pemiliknya oleh Badan
Sertifikasi, dan pada tahun 2001 sertifikat ISO 9001 : 2000 yang dicabut sebanyak 32,666
sertifikat.Pada Tabel 4 terlihat lima negara tertinggi yang perusahaannya mengalami kegagalan
mendapatkan sertifikat ISO 9000 pada saat audit resertifikasi. Di Korea selatan jumlah sertifikat yang
dicabut mencapai 35.56% dibandingkan sertifikat yang diterbitkan pada tahun yang sama (2002).

Di Indonesia pada tahun 2002 ada sekitar 35 perusahaan yang sertifikat ISO 9000 miliknya dicabut
(1,7%), dengan alasan pemutusan sertifikat : Perusahaan gagal pada saat audit resertifikasi
(1 sertifikat), Pengembalian investasi perusahaan tidak cukup (7 sertifikat), Tidak ada keunggulan
bisnis (3 sertifikat), Alasan tidak diketahui (17 sertifikat) , Perusahaan merubah badan sertifikasi (4
sertifikat) , Perusahaan tidak ada aktifitas (3 sertifikat).

3
Institut Teknologi Bandung
Departement of Civil Engineering
Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia

Tabel 4. 5 (Lima) tertinggi Negara yang perusahaannya dicabut sertifikat ISO 9000 Karena gagal dalam
25
perak
MRK
K

Audit Resertifikasi sampai dengan akhir tahun 2002

No Nama Negara Jumlah sertifikat ISO 9000 Prosentase (%)


Yang dicabut Terhadap total sertifikat
yang dikeluarkan
1 Korea Selatan 5,134 35.36 %
2 Spanyol 579 2.02 %
3 Inggris 439 0.72 %
4 Japan 253 0.74 %
5 Turki 121 3.07 %

3. DASAR KEBIJAKAN PENERAPAN SMM ISO 9001:2000 DI INDONESIA

Dasar penerapan SMM ISO 9001:2000 dalam jasa konstruksi dan konsultasi : (LPJK 2005)
(a) Lampiran Keputusan Menteri Kimpraswil No. 339/KPTS/M/2003 tanggal 31 Desember 2003,
pada BAB III menyatakan Proses Pengadaan Jasa Konstruksi yang menyatakan pejabat eselon I
dapat menambahkan persyaratan memiliki sertifikat manajemen mutu ISO. Selanjutnya tentang
Penilaian Kualifikasi Penelitian Administrasi & Penelitian Kemampuan Teknis bagi jasa
pemborongan Usaha Besar dinilai terhadap 3 (tiga) unsur yaitu penilaian peralatan, personil dan
sertifikat manajemen mutu ISO

(b) Keputusan Dewan Pengurus LPJK Nasional Nomor 10/KPTS/LPJK/D/I/2004 jo Keputusan


Dewan LPJK Nasional Nomor 200/KPTS/LPJK/D/XI/2003 Pasal 30, Pasal 34, bahwa sertifikat
ISO diberlakukan selambat-lambatnya pada program sertifikasi tahun 2006 juga Keputusan
Dewan LPJK Nasional Nomor 08/KPTS/LPJK/D/XI/2002 Pasal 10 bahwa adan Usaha
bersertifikat ISO 9001:2000 dalam bidang jasa konstruksi dapat diberi nilai tambah dalam
penilaiannya, selanjutnya Pasal 12 menyatakan Badan Usaha golongan Besar bersertifikat ISO
9001:2000, dapat diberi sub bidang yang tidak dibatasi

(c) Lampiran Surat Menteri Kimpraswil kepada presiden Republik Indonesia Nomor IK.02.05-
Mn/273 tanggal 13 Mei 2004 bahwa SBU golongan B (Besar) harus didasarkan kepemilikan
sertifikat Quality Assurance yang berbasis ISO. Sedangkan SBU untuk golongan M (Menengah)
harus menerapkannya hingga pada 1 Januari 2006.

(d) Surat AKI No. 099/AKI/V/2005 tgl 06 Mei 2005 bahwa pada tahun 2006 anggota AKI wajib
memiliki sertifikat ISO 9001:2000

4. KLAUSUL STANDAR SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000

0 Pengantar
0.1 Umum
0.2 Pendekatan Proses
0.3 Hubungan dengan ISO 9004
0.4 Kesesuaian dengan system manajemen lain
1 Lingkup
1.1 Umum
1.2 Penerapan
2 Acuan yang mengatur
3 Istilah dan definisi
4 Sistem Manajemen Mutu
4.1 Persyaratan Umum
4.2 Persyaratan Dokumentasi
4.2.1 Umum
4.2.2 Pedoman Mutu

4
Institut Teknologi Bandung
Departement of Civil Engineering

4.2.3 Pengendalian Dokumen


Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia 25
perak
MRK
K

4.2.4 Pengendalian Rekaman


5 Tanggung jawab manajemen
5.1 Komitmen Manajemen
5.2 Fokus pada pelanggan
5.3 Kebijakan Mutu
5.4 Perencanaan
5.4.1 Sasaran Mutu
5.4.2 Perencanaan Sistem Manajemen Mutu
5.5 Tanggung jawab, wewenang dan komunikasi
5.5.1 Tanggung jawab dan wewenang
5.5.2 Wakil Manajemen
5.5.3 Komunikasi internal
5.6 Tinjauan manajemen
5.6.1 Umum
5.6.2 Masukan tinjauan
5.6.3 Keluaran tinjauan
6 Manajemen sumber daya
6.1 Penyediaan sumber daya
6.2 Sumber daya manusia
6.2.1 Umum
6.2.2 Kompetensi, kesadaran dan pelatihan
6.3 Prasarana
6.4 Lingkungan Kerja
7 Realisasi produk
7.1 Perencanaan realisasi produk
7.2 Proses berkaitan dengan pelanggan
7.2.1 Penentuan persyaratan yang berkaitan dengan produk
7.2.2 Tinjauan persyaratan yang berkaitan dengan produk
7.2.3 Komunikasi dengan pelanggan
7.3 Desain dan pengembangan
7.3.1 Perencanaan desain dan pengembangan
7.3.2 Masukan desain dan pengembangan
7.3.3 Keluaran desain dan pengembangan
7.3.4 Tinjauan desain dan pengembangan
7.3.5 Verifikasi desain dan pengembangan
7.3.6 Validasi desain dan pengembangan
7.3.7 Pengendalian perubahan desain dan pengembangan
7.4 Pembelian
7.4.1 Proses pembelian
7.4.2 Informasi pembelian
7.4.3 Verifikasi produk yang dibeli
7.5 Produksi dan penyediaan jasa
7.5.1 Pengendalian produksi dan penyediaan jasa
7.5.2 Validasi proses produksi dan penyediaan jasa
7.5.3 Identifikasi dan mampu telusur
7.5.4 Kepemilikan pelanggan
7.5.5 Pengawetan produk
7.6 Pengendalian sarana pantau dan ukur
8 Pengukuran , analisis dan perbaikan
8.1 Umum
8.2 Pemantauan dan pengukuran
8.2.1 Kepuasan pelanggan
8.2.2 Audit Internal
8.2.3 Pemantauan dan pengukuran proses
8.2.4 Pemantauan dan pengukuran produk
8.3 Pengendalian produk tidak sesuai
8.4 Analisis data

5
Institut Teknologi Bandung
Departement of Civil Engineering

8.5 Perbaikan
Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia 25
perak
MRK
K

8.5.1 Perbaikan berkesinambungan


8.5.2 Tindakan korektif
8.5.3 Tindakan pencegahan

5. HASIL KAJIAN PEMETAAN HUBUNGAN BERBAGAI SISTEM MANAJEMEN MUTU


TERHADAP SMM ISO 9001:2000

I. Hubungan klausul MBNQA terhadap SMM ISO 9001 : 2000 (Gaspersz 2002)
1. Kepemimpinan Organisasi (4.1,5.1,5.2,5.3,5.4.1,5.5.1,5.5.2, 5.5.3, 5.6, 8.2.1, 8.5)
2. Tanggung jawab public dan warga Negara (5.1,5.2, 6.3, 7.2, 7.5.4, 7.5.5)
3. Pengembangan Strategi (5.1, 5.4.1, 5.4.2, 8.2.1, 8.2.2, 8.2.3,8.2.4, 8.3, 8.5)
4. Penyebarluasan Strategi (5.1, 5.4.1, 5.4.2, 8.2.1,8.2.2, 8.2.3,8.2.4, 8.3, 8.5)
5. Pengetahuan Pasar dan Pelanggan (5.2, 5.6, 7.2,8.4)
6. Hubungan dan Kepuasan Pelanggan (5.2, 7.1,7.2, 7.5.4, 8.2.1, 8.2.3, 8.2.4, 8.5.1, 8.5.2, 8.5.3)
7. Pengukuran dan Analisis Kinerja Organisasi (4.1, 4.2, 6.1,7.1, 7.4, 7.6, 8.2, 8.4, 8.5)
8. Manajemen Informasi (8.1, 8.2.1, 8.3,8.4)
9. Sistem-sistem kerja (5.5.3, 6.2,6.4, 7.3, 8.5)
10. Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Karyawan (4.1, 6.2.1, 6.2.2)
11. Kesejahteraaan dan Kepuasan Karyawan (6., 6.3, 6.4)
12. Proses-proses Produk dan Pelayanan (4.1, 5.2,7.1,7.2, 7.3,7.5,7.6,8.1,8.2, 8.3 , 8.5)
13. Proses-proses Bisnis (5.2,6.3, 7.4, 8.2, 8.5)
14. Proses-proses Pendukung (5.2, 5.5.3, 6.4, 7.1, 7.5.3, 8.1,8.2.2, 8.2.3, 8.2.4, 8.5)
15. Hasil-hasil berfokus Pelanggan (4.2.4, 5.6, 7.2.3, 8.2.1, 8.2.3, 8.2.4,8.4, 8.5)
16. Hasil-hasil Pasar dan Finansial (4.2.4,5.6, 8.2.3, 8.2.4,8.4, 8.5)
17. Hasil-hasil Sumber Daya Manusia (4.2.4, 5.6, 6.2, 8.2.3, 8.2.4, 8.4, 8.5)
18. Hasil-hasil Efektifitas Organisasi (4.2.4, 5.6,5.5.3, 8.2.3, 8.2.4, 8.4, 8.5)
II. Hubungan klausul SIX SIGMA terhadap SMM ISO 9001:2000
I. TAHAP IDENTIFIKASI :
1. Recognize (0.2, 5.1)
2. Define (5.4.2)
II. TAHAP KARAKTERISASI
1. Measure (5.4.1, 5.6, 8.2)
2. Analize (8.4)
III.TAHAP OPTIMASI
1. Improve (8.5.1,8.5.2,8.5.3)
2. Control (8.3, 7.6)
IV. TAHAP INSTITUSIONALISASI
1. Standardize (6.2.1, 7.3, 5.5.1)
2. Integrate (5.5.1,5.5.2,5.5.3, 0.3)
III. Hubungan klausul KAIZEN terhadap SMM ISO 9001 : 2000
1. Seiri (Bereskan) (5.3, 5.4.1, 5.4.2, 5.5)
2. Seiton (Simpan dengan teratur) (4.2.1, 4.2.2, 4.2.3, 4.2.4)
3. Seiso (Bersihkan) (8.2.1, 8.2.2, 8.2.3)
4. Shitsuke (Disiplin) (5.1,5.5, 5.6)

6
Institut Teknologi Bandung
Departement of Civil Engineering
Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia 25
perak
MRK
K

IV. Hubungan Quality Improvement Process (QIP) PSP Xerox terhadapSMM ISO 9001 : 2000
1. Identifikasi dan Memilih Masalah (5.1, 5.2 & 5.3)
2. Analisis Masalah (5.6)
3. Membangkitkan Solusi Potensial (5.3 & 8.5)
4. Memilih dan Merencanakan Solusi (5.4.2)
5. Menerapkan Solusi (5.5)
6. Evaluasi Sosialisasi (8.2.1, 8.2.2,8.2.3)
V. Hubungan Total Quality Excellence (TQE) MVGP Ford terhadap SMM ISO 9001 : 2000
1. Identifikasi Kesempatan (5.3 & 5.4.1)
2. Definisi Ruang Lingkup (5.4.2)
3. Analisis Proses (0.2)
4. Memikirkan Perubahan-perubahan untuk meningkatkan proses (5.6 &5.4.1)
5. Memulai dan Menguji Perubahan-perubahan yang Diajukan (7.2,7.3.4,7.3.5 & 7.3.6)
6. Implementasi Perubahan-perubahan (5.6)
7. Peningkatan atau Perbaikan Proses Terus Menerus (8.5.1, 8.5.2, 8.5.3)
VI. Hubungan BENCHMARKING terhadap SMM ISO 9001:2000
1. Identifikasi subyek benchmarking (5.4.2 & 5.3)
2. Identifikasi benchmarking partners (7.3)
3. Menentukan metode pengumpulan data dan melakukan pengumpulan data (8.4)
4. Menentukan kesenjangan kompetitif sekarang (current competitive gap) (5.4.1, 8.2, 8.3,8.5)
5. Project future performance (5.4, 5.1 & 5.3)
6. Mengkomunikasikan temuan-temuan dan memperoleh tanggapan (5.5.3 & 5.6)
7. Menetapkan sasaran fungsional (5.4)
8. Mengembangkan rencana-rencana tindakan (8.5.1, 8.5.2, 8.5.3)
9. Implementasi rencana dan memantau kemajuan (7.1, 7.2, 8.2.1)
10. Kalibrasi ulang (Recalibrate) benchmark (7.6.a , 7.6.b, 7.6.c, 7.6.d, 7.6.e)
VII. Hubungan PRINSIP MANAJEMEN DEMING terhadap SMM ISO 9001:2000
1. Ciptakan Tujuan (5.3, 5.4.1)
2. Adopsi cara berfikir yang baru (1, 2, 3, 5.3 & 5.4.1)
3. Hentikan Inspeksi Massal (8.2 ,8.2.1)
4. Minimumkan biaya total, pemasok tunggal, jaga loyalty & trust (5.4.1, 8.4.d)
5. Perbaikan secara terus menerus (02.d & 8.5.1, 8.5.2, 8.5.3)
6. Lembagakan Pelatihan Kerja & program pendidikan (6.1, 6.2.3)
7. Lembagakan Kepemimpinan (5.5.2)
8. Hilangkan ketakutan (5.5.3)
9. Hilangkan hambatan antar departemen (5.5.1 & 5.6)
10. Hilangkan slogan & desakan (5.3 & 5.4.1)

11. Hilangkan kuota produksi & Manajemen serba sasaran (Management by objective),
12. Substitusikan kepemimpinan (5.4.1& 5.5.2)
13. Ubah pengawasan dari angka produksi ke kualitas produk (8.2.2 & 8.2.3)
14. Hentikan praktek system penilaian tahunan (8.2)
15. Transformasi menjadi tugas & tanggung jawab setiap orang (5.5)

7
Institut Teknologi Bandung
Departement of Civil Engineering
Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia

VIII. Hubungan PRINSIP TRILOGI KUALITAS JOSEPH M JURAN terhadap


25
perak
MRK
K

SMM ISO 9001:2000


I. Perencanaan Kualitas
1. Identifikasi Pelanggan (5.1,7.2.3)
2. Menentukan Kebutuhan Pelanggan (5.1 & 7.2)
3. Menciptakan keistimewaan produk u/ pelanggan (7.2)
4. Menciptakan proses yang mampu menghasilkan keistimewaan produk
Di bawah kondisi operasi (7.3)
5. Mentransfer/ mengalihkan proses ke operasi (7.1)
II. Pengendalian Kualitas
1. Mengevaluasi Performansi actual (8.2,8.3, 8.4)
2. Membandingkan yang aktual dengan sasaran (5.4 & 8.2)
3.
Mengambil Tindakan atas Perbedaan antara yang actual dan sasaran
(5.6,5.6.1,5.6.2& 8.5.1,8.5.2,8.5.3)
III. Perbaikan Kualitas
1. Kesadaran Perbaikan/peningkatan (6.2.2,8.5.1)
2. Peningkatan Kualitas bagian dari setiap pekerjaan (5.4.1,5.4.28.5.1)
3. Menciptakan Infrastruktur : Dewan Kualitas, Fasilitator, dll (5.5.2, 6.1, 6.2)
4. Pelatihan Peningkatan Kualitas (6.2.3)
5. Peninjauan kembali kemajuan secara teratur (5.6, 8.2.1)
6. Penghargaan kepada tim pemenang (6.4 & 5.5.1)
7. Propaganda hasil perbaikan kualitas (5.6 & 5.5.3)
8. Perbaikan Reward System (5.6, 6.3, 8.2)
9. Perluasan rencana bisnis (5.4.2, 5.1,5.3)

6. KESIMPULAN

Klausul yang ada dalam ISO 9001:2000 tetapi tidak ada dalam sistem manajemen mutu lainnya adalah
Audit Internal, sementara Konsep MBNQA memasukkan klausul tanggung jawab public dan warga
negara, hal ini tidak ada dalam SMM ISO 9001:2000, padahal aktifitas ini sangat penting karena
tanggung jawab sosial seperti community development, citizenship.

Konsep Six Sigma perlu diadopsi dalam SMM ISO 9001:2000 khususnya dalam pembuatan sasaran
mutu (quality objective) yang mengukur tidak hanya ukuran waktu dan mutu tetapi lebih pada ukuran
biaya mutu dari improvement SMM ISO 9000.

7. REFERENSI

Badan Standarisasi Nasional. (2000). “Sistem Manajemen Mutu – Persyaratan, Standar Nasional
Indonesia “ SNI 19-9001-2001, ICS 03.120.10 .vi-vii
Bambang H. Hadiwiardja & Sulistijarningsih Wibisono. (1996) “Memasuki Pasar Internasional
dengan ISO 9000”, Sistem Manajemen Mutu, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta .27.
Bubshait .Abdulaziz .A and Al-Atiq.Tawfiq.H (1999,). “ISO 9000 Quality Standards in Construction.”
Journal of Management in Engineering, Vol.15 No.6 ASCE Journal pp. Nov/Dec, 41-46
Chini.Abdol.R and Valdez.Hector E. (2003,). “ISO 9000 and the U.S. Construction Industry”, Journal
of Management in Engineering, Vol.19 No.2 ASCE Manager of Journal April ,69-77
Dissanayaka, S.M., Kumaraswamy, M.M., Karim,K., Marosszeky (2001), “Evaluating outcomes from
ISO 9000-certified quality systems of Hongkong constructors”, Total Quality Management
Article, Routledge, part of the Taylor & Francis Group, Volume 12, Number 1/ January. 29-40

8
Institut Teknologi Bandung
Departement of Civil Engineering
Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia 25
perak
MRK
K

Gaspersz, Vincent. (2002).”Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi Dengan ISO
9001:2000, MBNQA, dan HACCP. PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 404-408
Ishikawa, Kaoru. (1985).”What is Total Quality Control (Japanese Way)”, Prentice Hall, Inc, USA,
16.
ISO Central Secretariat,(2002).”ISO Survey”, Switzerland , 3-26
ISO Central Secretariat,(2003).”ISO Survey”, Switzerland , 1-17
LPJK, (2005) “Panduan Penerapan Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Bagi Jasa Pelaksana Konstruksi
dan Jasa Konsultansi Konstruksi”, PT. Elex Medio Komputindo, Jakarta, Maret
Suharto, Imam. (1995). “Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional”, PT. Erlangga,
Jakarta
Susilo, Willy. (2003).”101 Kesalahan Konsepsi - Pengembangan dan Implementasi Sistem
Manajemen Mutu Standar Internasional ISO 9001” , PT. Vorqistatama B, Jakarta, v
Standards Australia. (2000).”Quality Management Systems- Requirements “, AS/NZS ISO 9000 ,
Australia, 2-3
Yates, Janet K and Aniftos, Stylianos (1997). “Engineering and Construction Industry Standards
Developers”, Journal of Engineering and Management, Vol. 13. No.3. ASCE Journal May ,.31-
39.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai