Anda di halaman 1dari 16

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS

RUANG PEMERIKSAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

UPTD PUSKESMAS BADAS


DAFTAR ISI

 Halaman Judul
 Daftar Isi
 BAB I. Pendahuluan
o A. Latar Belakang
o B. Tujuan Pedoman
o C. Ruang Lingkup Pelayanan
o D. Batasan Operasional
 BAB II. Standar Ketenagaan
o A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
o B. Distribusi Ketenagaan
o C. Jadwal Kegiatan
 BAB III. Standar Fasilitas
o A. Denah Ruang
o B. Standar Fasilitas
 BAB IV. Tata Laksana Pelayanan
 BAB V. Logistik
 BAB VI. Keselamatan Pasien
 BAB VII. Keselamatan Kerja
 BAB VIII. Pengendalian Mutu
 BAB IX. Penutup
 Daftar pustaka
 Lampiran
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No .......... bahwa Pelayanan

Kesehatan Gigi dan Mulut diharuskan memberikan pelayanan yang terstandar.

Persyaratan petugas yang berhak memberikan pelayanan adalah Dokter Gigi yang

telah memiliki Surat Izin Praktek (SIP) dan perawat gigi yang telah memilik surat izin

kerja (SIK). Semua petugas harus bisa melakukan semua kegiatan sesuai dengan

standar yang diharuskan. Oleh karena itu perlu dibuatkan sebuah pedoman tentang

pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

B. TUJUAN PEDOMAN

a. Tujuan umum :

Terwujudnya penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di

Puskesmas Badas dengan mutu tinggi serta mengutamakan keselamatan

pasien

b. Tujuan khusus :

 Terselenggaranya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Badas

yang aman, bermanfaat, bermutu, berkesinambungan, dan dapat

dipertanggungjawabkan.

 Tersedianya standar penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di

UPTD Puskesmas Badas

 Tersedianya standar untuk melaksakan pembinaan, pengawasan, dan

pengendalian penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di UPTD

Puskesmas Badas.

C. SASARAN PEDOMAN

Pedoman ini disusun untuk digunakan bagi tenaga kesehatan di pelayanan

kesehatan gigi dan mulut UPTD Puskesmas Badas


D. RUANG LINGKUP

a. Prosedur Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas

Badas

b. Pembinaan Administrasi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di

Puskesmas Badas

c. Pengawasan dan Pengendalian Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di

Puskesmas Badas

E. BATASAN OPERASIONAL

Pedoman ini dibuat untuk diterapkan di Puskesmas Badas

F. LANDASAN HUKUM

a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014


tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK. 02. 02 /

MENKES /62/2015.

c. Pedoman ini dibuat mengacu pada Standar Pelayanan medis Kedokteran gigi

Indonesia tahun 1999.

d. Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia Konsil Kedokteran Indonesia tahun

2015.

e. Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas, Direktorat


Jenderal Pelayanan Medik Dasar, Departemen Kesehatan Tahun 2007
f. Standar Puskesmas, Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur Tahun 2013
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Standar ini digunakan sebagai acuan untuk menetapkan penyediaan sumber daya
manusia yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan layanan kesehatan di UPTD
Puskesmas Badas
a. Kompetensi Dokter gigi :
 Mampu melakukan praktek kedokteran gigi sesuai keahlian, tanggung
jawab, kesejawatan, etika dan hukuk yang berlaku
 Memahami ilmu kedokteran dasar, ilmu kedokteran klinik yang relevan, ilmu
kedokteran gigi dasar, ilmu kedokteran gigi terapan dan ilmu kedokteran gigi
klinik sebagai dasar profesionalisme serta pengembangan ilmu kedokteran
gigi.
 Mampu melakukan pemeriksaan, mendiagnosis dan menyusun rencana
pearawatan untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang prima melalui
tindakan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
 Mampu melakukan tindakan pemulihan fungsi stomatognatik melalui
penatalaksanaan klinik.
 Mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat menuju
kesehatan gigi mulut yang prima.
 Mampu menerapkan fungsi menejemen dalam menjalankan praktek
kedokteran gigi.
b. Jumlah tenaga
Minimal 1 orang Dokter Gigi dan 1 orang perawat gigii
c. Uraian Tugas :
 Melaksanakan dan memberikan upaya pelayanan kesehatan gigi dan
mulut dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya
 Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut sesuai dengan
standar operasional prosedur, tata kerja dan kebijakan yang telah
ditetapkan pimpinan Puskesmas
 Membuat rekam medis gigi dan mulut yang baik dan lengkap serta
dapat dipertanggungjawabkan
 Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut sesuai standar
profesi dan mematuhi peraturan perundangan yang berlaku
 Melaksanakan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan gigi dan
mulut.
B. Jadual Kegiatan
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Badas :
Senin sampai kamis jam 07.30 – 14.15
Jumat jam 07.15 -11.30
Sabtu jam 07.30 – 12.15
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

Cantumkan denah ruangan pelayanan gigi dan mulut(menunggu kepastian dari kapus u/

denah seluruh ruang)

B. STANDAR FASILITAS

Standar ini digunakan sebagai pedoman untuk menyiapkan sarana dan prasarana
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas
 Fasilitas
a. Ukuran ruangan periksa 3 x 4 m untuk satu dental unit
b. Mempunyai ventilasi, penerangan/pencahayaan yang cukup
c. Tersedia air mengalir, listrik termasuk genset , pengolahan limbah dan
sanitasi yang baik
d. Tersedia ruang tunggu
 Peralatan
a. Alat bantu pendidikan/penyuluhan
b. Alat non medis
c. Alat medis

 Bahan Habis Pakai


 Dokumen Terkait
a. Inventarisasi alat
b. Catatan bahan habis pakai
C. ALUR PELAYANAN DI RUANG PEMERIKSAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT.
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan Pelayanan

pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas ditujukan kepada keluarga dan

masyarakat di wilayah kerjanya dan dapat dilaksanakan di gedung Puskesmas dan luar

gedung seperti di sekolah, Posyandu

1. Pelayanan Kedaruratan
a. Upaya menghilangkan rasa sakit
b. Penanganan trauma sebelum pasien dirujuk
2. Pelayanan Pencegahan
a. Pelayanan yang ditujukan kepada komunitas :
kampanye kesehatan gigi dan mulut melalui penyuluhan
b. Pelayanan yang ditujukan kepada kelompok :
promosi kesehatan gigi dan mulut melalui pendekatan komunikasi dan
edukasi kepada kelompok tertentu melalui program UKBM
(Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) seperti UKGS, UKGM
c. Pelayanan yang ditujukan kepada perorangan :
pemeriksaan gigi dan mulut, konseling kepada perorangan mengenai
hygiene mulut, pembersihan karang gigi, ekstraksi gigi, pengobatan serta
restorasi gigi dan rujukan.
3. Pelayanan Dasar Kesehatan Gigi dan Mulut
a. Ekstraksi tanpa komplikasi
b. Restorasi tumpatan
c. Perawatan syaraf gigi konvensional
d. Perawatan penyakit/kelainan jaringan mulut
4. Pelayanan Rujukan
5. Pelayanan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
6. Pelayanan Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD
7. Pencatatan dan Pelaporan
a. Pencatatan
- Rekam Medis
Rekam medis menjelaskan keterangan/informasi yang akurat dan
lengkap tentang:
 Identitas pelanggan
 Tanggal dan waktu
 Hasil anamnesa : keluhan dan riwayat penyakit
 Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
 Diagnosa
 Rencana penatalaksanaan
 Pengobatan dan/atau tindakan
 Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
 Rujukan bila diperlukan
 Persetujuan tindakan medis
Persetujuan tindakan medis adalah persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau keluarganya yang sah secara hukum atas dasar
penjelasan tindakan medis yang akan dilakukan kepada pasien.
- Pencatatan kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di luar gedung
puskesmas.
b. Pelaporan
 Laporan Bulanan
Pembuatan laporan dengan menggunakan LB1 dan LB4 ke Dinas
Kesehatan Kabupaten Kediri bersama dengan laporan kegiatan
Puskesmas lainnya.
 Laporan Tahunan
Pelaporan mengenai sumber daya (sarana, prasarana, tenaga) kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri bersamaan dengan laporan
kegiatan puskesmas lainnya.
B. Metode
Sistematika penulisan dalam praktek klinik Kedokteran gigi disusun dengan
urutan :
a. Nama Penyakit
Berdasarkan daftar penyakit terpilih, namun beberapa penyakit dengan
karakteristik yang hampir sama dikelompokkan menjadi satu judul penyakit
b. Kode International Classification of Desease (ICD) 10
Untuk mempermudah pencatatan dan pelaporan serta pengolahan data, di
sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut, keanekaragaaan informasi
menyangkut jenis-jenis penyakit, tanda dan gejala penyakit, penyebab,
laboratorium dan faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan dan
kontak dengan pelayan kesehatan, maka perlu diterapkan standar
pengkodean penyakit menggunakan ICD 10.,
Tujuan penggunaan ICD-10 adalah :
 Sebagai panduan bagi petugas rekam madis (coder) dalam pengkodean
penyakit gigi dan mulut memakai ICD-10
 Memperoleh keseragaman / standarisasi dalam klasifikasi pengkodean
penyakit gigi dan mulut dalam rangka mendukung sistem pencatatan dan
pelaporan penyakit dan manajemen data di puskesmas.
 Memperoleh keseragaman / standarisasi dalam klasifikasi pengkodean
penyakit dalam pelaksanaan kesehatan gigi dan mulut.
c. Definisi
d. Patofisiologi
e. Hasil anamnesa
f. Gejala klinis dan pemeriksaan
g. Diagnosa banding
h. Klasifikasi terapi International Classification of Desease (ICD) 10
i. Prosedur Tindakan kedokteran gigi
j. Pemeriksaan penunjang
k. Peralatan dan bahan / obat
l. Lama perawatan
m. Faktor penyulit
n. Prognosis dengan kategori: - baik
- Buruk
Kategori prognosis sangat ditentukan dengan kondisi pasien saat diagnosis
ditegakkan
o. Keberhasilan perawatan
p. Persetujuan tindakan kedokteran
q. Faktor sosial yang perlu diperhatikan
r. Tingkat pembuktian :
- Grade A
Terdapat bukti ilmiah yang benar-benar menunjukkan manfaat pelayanan
jauh lebih besar daripada potensi resiuko. Dokter gigi harus
mendiskusikan pelayanan yang akan diberikan pada pasien sesuai
indiukasi
- Grade B
Terdapat bukti ilmiah yang cukup menunjukkan manfaat pelayanan jauh
lebih besar daripada potensi resiuko. Dokter gigi harus mendiskusikan
pelayanan yang akan diberikan pada pasien sesuai indiukasi
- Grade C
Terdapat bukti ilmiah yang cukup menunjukkan manfaat pelayanan,
namun resiko manfaat dan kerugia terlalu kecil untuk pelayna tersebut.
Dokter gigi tidak perlu memberikan opsi perawatan ini kecuali dengan
pertimbangan individu
- Grade D
Terdapat bukti ilmiah yang cukup menunjukkan resiko lebih besar
daripada manfaat pelayanan.

C. Langkah Kegiatan
Semua kegiatan yang dilakukan di pelayanan kesehatan gigi dan mulut
dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang
tersedia yaitu :
5.3.1 SOP Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
5.3.2 SOP Penatalaksanaan Pulpitis Reversible
5.3.3 SOP Penatalaksanaan Pulpitis Irreversible
5.3.4 SOP Penatalaksanaan Nekrosis Pulpa
5.3.5 SOP Penatalaksanaan Abses Periapikal
5.3.6 SOP Penatalaksanaan Abses Periodontal
5.3.7 SOP Penatalaksanaan Periodontitis Akut
5.3.8 SOP Penatalaksanaan Periodontitis Kronis
5.3.9 SOP Penatalaksanaan Gingivitis Akibat Plak Mikrobial
5.3.10 SOP Penatalaksanaan Persistensi Gigi Sulung
5.3.11 SOP Tumpatan Glass Ionomer Cement
5.3.12 SOP Tumpatan Resin Komposit
5.3.13 SOP Devitalisasi Pulpa
5.3.14 SOP Mummifikasi
5.3.15 SOP Anestesi Lokal Infiltrasi
5.3.16 SOP Anestesi Mandibular Blok dengan Teknik Indirect
5.3.17 SOP Anestesi Topikal
5.3.18 SOP Pencabutan Gigi Permanen
5.3.19 SOP Scaling (Pembersihan Karang Gigi)
5.3.20 SOP Penatalaksanaan Sinkop
5.3.21 SOP Anafilaktik Syok
5.3.22 SOP Cuci Tangan
5.3.23 SOP Penanganan Alat
5.3.24 SOP Pengisian Odontogram
5.3.25 SOP Pengisian Rekam Medis
5.3.26 SOP Pengisian Register Harian
5.3.27 SOP Pra Pelayanan di Ruang Pelayanan Kesehatan Gigi dan
Mulut
5.3.28 SOP Pasca Pelayanan di Ruang Pelayanan Kesehatan Gigi
dan Mulut
5.3.29 SOP Pemakaian Kompresor
5.3.30 SOP Pemakaian Contra Angle High Speed
5.3.31 SOP Electric Scaler
5.3.32 SOP Pemeliharaan Dental Unit
5.3.33 SOP Pengisian Water Kontainer
5.3.34 SOP UKGS
5.3.35 SOP UKGMD
BAB V

LOGISTIK

Kebutuhan logistik untuk pelayanan klinis kedokteran gigi meliputi informed consent, form

rujukan umum, kertas resep, permintaan laboratorium, ballpoint, kertas A4, catridge print,

tinta stampel, bantalan stampel, buku register, buku untuk rujukan dan buku tindakan, map,

ATK tisu, handwash diusulkan ke bendahara barang.

Untuk kebutuhan logistik bahan habis pakai medis unit layanan klinis seperti bahan-bahan

kedokteran gigi,kasa kotak steril, kasa gulung, jarum, spuit 3/5/10cc, benang, povidene

iodine (Betadine), plester, Nacl 0,9%, surflo, infuse set, obat-obat emergency, oksigen dll,

diusulkan ke bendahara farmasi.

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi terhadap Pasien


Tata laksana penanganan pasien :
1. Lakukan kebersihan tangan
2. Pakai Alat Pelindung Diri
3. Berkumur sebelum diperiksa
4. Pemberian antiseptik pada daerah operasi untuk tindakan invasif
5. Penggunaan suction sekali pakai yang berdaya hisap tinggi
6. Penggunaan gelas kumur sekali pakai
7. Jumlah alat diagnosa yang tersedia minimal ½ jumlah rata-rata jumlah
kunjungan pasien per hari
8. Perjelas area yang dikhususkan bagi bahan dan alat yang telah disterilkan
dari bahan dan alat yang belum dibersihkan.
9. Buat SOP untuk pemrosesan instrumen mulai dari penerimaan instrumen
terkontaminasi, pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi dan penyimpanan.
10. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk perawatan sebelum memulai
suatu perawatan
11. Penempatan posisi pasien dengan benar sehingga memeudahkan kerja
operator dan mencegah timbulnya kecelakaan kerja.

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Pencegahan Kecelakan Kerja


a. Instrumen yang tajam berpotensi mengkibatkan luka dan menyebarkan
penyakit menular’
Luka tersebut dapat dicegah dengan :
 Penanganan minimal jarum, syringe, dan instrumen tajam lainnya setelah
penggunaan
 Tangani instrumen dengan hati-hati
 Buang instrumen/alat tajam dalam wadah yang tidak dapat robek setelah
digunakan.
 Selalu menggunakan utiliy gloves ketika mencuci instrumen yang tajam
 Apabila instrumen tajam harus diberikan dari asisten ke operator selama
perawatan maka instrumen tersebut tidak boleh dipegang secara bersamaan
oleh keduanya. Asisten meletakkan isntrumen tajam dalam baskom atau
baki yang telah disinfeksi, betitahukan pada operator bahwa instrumen
tersebut telah siap digunakan.
 Gunakan teknik satu tangan apabila perlu untuk menutup kembali jarum
suntik, letakkan tutup jarum sutk di atas permukaan datar dengan satu
tangan memegang syringe dan jarum dimasukkan ke tutupnya. Apabila
tutup jarum suntik telah menutup jarum, tekan jarum suntik pada permukaan
datar jangan menggunakan tangan yang lainnya untuk mengencangkan
tutup.
b. Penyuntikan yang Aman
 Jangan memberikan obat-obatan dari satu jarum suntik ke beberapa pasien
walaupun jarumnya diganti
 Gunakan single dose vial untuk parenteral obat-obatan jika memungkinkan
c. Etika Batuk
Terapkan etika kebersihan pernapasan/batuk ;
 Tutup mulut dan hidung saat batuk/bersin dengan tissue
 Buang tissue ke tempat limbah
 Lakukan kebersihan tangan
 Jika tissue tidak tersedia, bersinkan atau batukkan ke lengan bagian dalam

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kegiatan pengendalian mutu pelayanan klinis kedokteran gigi meliputi :


1. Penatalaksanaan pasien harus sesuai dengan SOP
2. Monev dilakukan melalui audit internal
3. Selanjutnya dari hasil audit internal dilakukan rapat tinjauan mutu
4. Dari rapat tinjauan mutu dibuat RTL untuk meningkatkan mutu pelayanan
klinis
BAB IX

PENUTUP

Standar pelayanan klinis kedokteran gigi di Puskesmas Badas ditetapkan


sebagai acuan pelaksanaan layanan klinis kedokteran gigi di Puskesmas Badas.
Untuk keberhasilan pelaksanaan standar pelayanan klinis keperawatan di
Puskesmas Badas ini diperlukan komitmen dan kerjasama semua pemangku
kepentingan terkait. Hal tersebut akan menjadikan pelayanan klinis kedokteran gigi
di Puskesmas Badas semakin optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh
pasien dan masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan citra Puskesmas
Badas dan kepuasan pasien atau masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai