Anda di halaman 1dari 18

TUGAS TERSTRUKTUR

PERENCANAAN TPA SAMPAH


DI KOTA PUTUSSIBAU KABUPATEN KAPUAS HULU
TKL – 6315

KELOMPOK 5
Disusun Oleh :
1. MUHAMMAD KEVIN ARDITYA D1051191003
2. KHAIRUL BARIYAH D1051191005
3. FATHUR RAHMAN D1051181038
4. AR RAAFI’ RAMADHAN D1051191078
5. JULIA D1051191087

Dosen Pembimbing :
Dr. ARIFIN, ST, M.Eng.Sc
NIP. 19721028 199803 1005

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
BAB I

PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK

1.1 Metode Proyeksi Penduduk


Proyeksi penduduk dilakukan untuk memperkirakan berapa banyaknya
timbulan sampah yang dihasilkan perorang perharinya pada beberapa tahun
kedepan. Memperkirakan banyaknya timbulan sampah berdasarkan jumlah
penduduk bertujuan memberikan gambaran pada perencanaan TPA (Tempat
Pemrosesan Akhir), khususnya pada seberapa lama TPA difungsikan dengan
efisien dan kapasitas luas TPA dalam menampung sampah yang dihasilkan
penduduk. Adapun data jumlah penduduk Kota Putussibau Kabupaten Kapuas
Hulu dari tahun 2012 - 2021 sebagai berikut :

Tabel 1.1 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2012 – 2021

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

2011 227.424
2012 232.516
2013 236.136
2014 240.410
2015 245.998
2016 250.400
2017 254.712
2018 258.984
2019 263.207
2020 252.609
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kapuas Hulu dalam angka 2022
Sebelum menentukan metode apa yang digunakan dalam proyeksi penduduk,
maka terlebih dahulu menentukan umur TPA yang akan direncanakan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
03/Prt/M/2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan
dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga pasal 36 menyatakan bahwa umur teknis TPA minimal 10 tahun.
Kemudian berdasarkan petunjuk teknis tata cara perencanaan TPA menurut Dinas
Pekerjaan Umum area yang digunakan dalam perencanaan TPA harus dapat
menampung sampah selama 10 atau 20 tahun yang akan datang. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa TPA pada Kota Putussibau Kabupaten Kapuas Hulu
direncanakan selama 20 tahun.
Berdasarkan perencanaan TPA selama 20 tahun, maka untuk mendapatkan
berapa banyak volume sampah yang akan masuk ke dalam TPA dalam 20 tahun
mendatang, perlu dilakukan proyeksi penduduk dan fasilitas kota di Kabupaten
Ketapang. Metode yang digunakan dalam memproyeksikan jumlah penduduk
untuk 20 tahun yaitu metode Aritmatik, metode Geometri, dan metode Least
Square. Selanjutnya, dipilih salah satu metode yang paling tepat dengan melihat
korelasi (r) dan standar deviasinya.
Proyeksi penduduk ini dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu :
a. Metode Aritmatika
Metode ini biasanya disebut juga dengan rata-rata hilang. Metode ini
digunakan apabila data berkala menunjukkan jumlah penambahan yang
relative sama setiap tahun. Hal ini terjadi pada kota dengan luas wilayah yang
kecil, tingkat pertumbuhan ekonomi rendah dan perkembangan kota tidak
terlalu pesat. Pada metode aritmatika ini, jumlah penduduk tahun n (Pn)
adalah :
Pada metode aritmatika ini, jumlah penduduk tahun n (Pn) adalah :
Pn = Po + Ka (Tn-To) ; Ka = ........................................... (1.1)
Keterangan :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n
Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar
Tn = Tahun ke-n
To = Tahun dasar
Ka = Konstanta aritmatik
P1 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun pertama
P2 = Jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir
T1 = Tahun pertama
T2 = Tahun terakhir
b. Metode Geometri
Metode ini digunakan bila data menunjukkan peningkatan yang pesat
dari waktu ke waktu. Jadi pertumbuhan penduduk dimana angka
pertumbuhan adalah sama atau konstan untuk setiap tahun.
Pn = Po (1+r)n ......................................................................................
(1.2) Keterangan :
Po = data eksisting jumlah penduduk pada tahun pertama
r = rata-rata antara dua tahun yang berdekatan
n = selang waktu antara tahun yang diproyeksi dengan tahun terakhir data
(dimulai dari 0, 1, 2, ......, dst).
c. Least Square
Y(t) = a + b.x ...................................................................................... (1.3)
Keterangan :
Y(t) = nilai perkiraan jumlah penduduk (jiwa)
a,b = konstanta
x = selisih tahun perkiraan dengan tahun dasar perhitungan
Untuk mencari nilai a dan b dapat digunakan rumus berikut ini :
a = 𝑦̅ − 𝑏. 𝑥̅ ...........................................................................................
(1.4)

b =n
∑ xy−¿ ∑ x ∑ y ¿
2 2
n ∑ x −(∑ x )
................................................................................... (1.5)
d. Pemilihan Metode Proyeksi
Metode proyeksi yang dipilih adalah metode dengan standar deviasi
(penyimpangan) yang terkecil dan r korelasi yang mendekati 1. Untuk
perhitungan standar deviasi (SD), dapat menggunakan rumus :
Standar Deviasi = ................................... (1.6)
Keterangan :
n = banyaknya tahun pada data eksisting
Yn = proyeksi jumlah penduduk tahun ke n
Y = jumlah penduduk tahun ke n
Selanjutnya untuk menentukan r korelasi dapat menggunakan rumus :
R = .................................................... (1.7)
Keterangan :
N = jumlah data
X = variabel x
Y = jumlah proyeksi penduduk
1.2 Proyeksi Jumlah Penduduk
Sebelum menentukan metode proyeksi yang tepat pada data jumlah
penduduk, maka dilakukan perhitungan proyeksi menggunakan beberapa metode.
Metode-metode proyeksi yang digunakan pada pengujian ini yaitu Metode
Aritmatika, Metode Geometri, dan Metode Least Square.
a. Metode Aritmatika
Penentuan metode proyeksi dapat dilakukan dengan pengujian angka
korelasi, dimana metode yang dipilih adalah yang mendekati atau sama
dengan satu. Adapun rumus korelasi yaitu:

n ( Σ XY )−(Σ X )( Σ Y )
r= 1 1 ……………………… (4.5)
{n ( ΣY ) −( Σ Y ) } {n ( Σ X )− ( Σ X ¿¿¿ 2 ) }
2 2 2 2 2

10 ( 63.694 )−(45)(25.185)
r= 1 1
2 2 2
{10 ( 274.897 .949 ) −( 25.185 ) } {10 ( 285 )−( 45 ¿¿¿ 2 ) }

r = -0,5619
b. Metode Geometri
Penentuan metode proyeksi dapat dilakukan dengan pengujian angka
korelasi, dimana metode yang dipilih adalah yang mendekati atau sama
dengan satu. Adapun rumus korelasi yaitu:

n ( Σ XY )−(Σ X )( Σ Y )
r= 1 1

{n ( ΣY 2 ) −( Σ Y ) }2 {n ( Σ X 2 )− ( Σ X ¿¿¿ 2 ) }2
2

10 ( 683,95 )−(55)( 124,13)


r= 1 1
2 2 2
{10 ( 1540,85 ) −( 124,13 ) } {10 ( 385 )−( 55 ¿¿¿ 2 ) }
r = 0,937
c. Metode Least Square
Penentuan metode proyeksi dapat dilakukan dengan pengujian angka
korelasi, dimana metode yang dipilih adalah yang mendekati atau sama
dengan satu. Adapun rumus korelasi yaitu:

n ( Σ XY )−(Σ X )( Σ Y )
r= 1 1

{n ( ΣY ) −( Σ Y ) } {n ( Σ X )− ( Σ X ¿¿¿ 2 ) }
2 2 2 2 2

10 ( 13.844 .703 )−(55)(2.462 .396)


r= 1 1
2 2 2
{10 ( 6.075 .978 .675 .620 )−( 2.462 .396 ) } {10 (385 )−( 55 ¿¿¿ 2 ) }
r = 0,9358
Hasil perhitungan di atas menunjukkan angka korelasi tiap metode. Hasil
perhitungan tersebut dilakukan pada 10 data dalam tahun 2012 sampai 2021.
Fungsi dilakukan perhitungan tersebut adalah untuk menentukan metode dalam
memproyeksikan jumlah penduduk dalam rentang tahun perencanaan.
Tabel 1.2 Penentuan Metode Proyeksi Jumlah Penduduk
Metode Korelasi (r)
Aritmatika -0,5619
Geometri 0,937
Least Square 0,9358
Sumber : Hasil Perhitungan, 2022

Berdasarkan Tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa nilai R pada Metode
Geometri adalah 0,937 ≈ 1. Sehingga metode Geometri yang dipakai dalam
menghitung proyeksi penduduk pada perencanaan ini. Adapun proyeksi jumlah
penduduk dari tahun 2021 hingga 2042 dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut :
Tabel 1.3 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

Tahun Jumlah Penduduk


2022 255619

2023 258664

2024 261746

2025 264865

2026 268020
2027 271214

2028 274445

2029 277715

2030 281024

2031 284372

2032 287760

2033 291189

2034 294658

2035 298169

2036 301721

2037 305316

2038 308954

2039 312635

2040 316360

2041 320129

2042 323943

Sumber : Hasil Perhitungan, 2022


Hasil perhitungan pada Tabel 1.3 di atas, jumlah penduduk Kota
Putussibau Kabupaten Kapuas Hulu pada tahun 2042 berjumlah 323.943 jiwa
(proyeksi 20 tahun). Berdasarkan Ditjen Cipta Karya tahun 2000 banyaknya
penduduk yang memiliki rentang 100.000 sampai dengan 500.000 jiwa termasuk
kedalam kategori kota sedang. Karena hasil proyeksi 20 tahun pada tahun 2042,
jumlah penduduk Kota Putussibau Kabupaten Kapuas Hulu >100.000 oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa Wilayah Kota Putussibau Kabupaten Kapuas Hulu
termasuk kedalam kategori kota sedang.
BAB II
ESTIMASI TIMBULAN LIMBAH PADAT

2.1 Timbulan Limbah Padat

Timbulan limbah padat adalah volume limbah padat atau berat limbah padat
yang dihasilkan dari jenis sumber limbah padat di wilayah tertentu persatuan
waktu (m3/h) (Departemen PU, 2004). Timbulan limbah padat adalah limbah
padat yang dihasilkan dari sumber limbah padat (SNI 19-3964-1994). Timbulan
limbah padat sangat diperlukan untuk menentukan dan mendesain peralatan yang
digunakan dalam transportasi limbah padat, fasilitas recovery dan fasilitas Tempat
Pengelolaan Akhir (TPA) limbah padat.

Satuan timbulan padat biasanya dinyatakan sebagai satuan skala kuantitas


perorang atau perunit bangunan dan sebagainya. Rata-rata timbulan limbah padat
tidak akan sama antara satu daerah dengan daerah lainnya begitu juga satu negara
dengan negara lainnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
(Damanhuri dan Padmi, 2004).

1. Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya;


2. Tingkat hidup;
3. Perbedaan musim;
4. Cara hidup dan mobilitas penduduk;
5. Iklim;
6. Cara penanganan makanannya.
2.1.1 Besaran Timbulan Limbah Padat Berdasarkan Sumber

Secara umum sumber timbulan limbah padat dalam suatu komunitas


masyarakat terkait dengan penggunaan lahan dan pembagian daerah,sumber
timbulan limbah padat dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu
: pemukiman penduduk (domestik), komersial, institusional,konstruksi dan
penghancuran, pelayanan perkotaan instalasi pengolahan, industri, dan
pertanian (Tchobanoglous, Theisen & Vigil,1993). Tipe timbulan limbah
padat dibedakan sebagai berikut :

 Sampah Domestik dan Komersial


Sampah pemukiman dan komersil terdiri dari sampah organik dan
sampah non organik yang berasal dari area pemukiman dan komersil. Contoh
sampah organik antara lain sisa-sisa makanan dan sampah perkarangan
sedangkan contoh jenis sampah non organik yang ditemukan pada sampah
domestik dan komersial antara lain plastik, kertas, kaca dan logam.
 Sampah Institusional
Sampah institusional adalah sampah yang bersumber dari institusi-
institusi umum seperti kantor pusat pemerintahan, sekolah, penjara, dan
rumah sakit. Sampah dari rumah sakit yang dimaksud adalah sampah selain
sampah medis karena sampah medis tergolong dalam sampah berbahaya dan
membutuhkan proses pengolahan khusus. Tipe sampah ini hamper sama
dengan sampah domestik dan komersial.
 Sampah Konstruksi dan Penghancuran
Sampah konstruksi dan penghancuran merupakan tipe sampah yang
berasal dari proses konstruksi atau penghancuran suatu bangunan. Jumlah
timbulan sampah tipe ini sulit untuk diestimasi. Komposisi sampah konstruksi
dan penghancuran hamper sama. Komposisi sampah yang ditemukan terdiri
dari material seperti kerikil, pasir, beton, besi, kayu, pipa, komponen
elektrikal, kaca, dan lain-lain.
 Sampah Pelayanan Kota
Tipe sampah pelayanan kota merupakan sampah yang berasal dari
operasi dan perawatan fasilitas perkotaan. Contohnya adalah sampah yang
berasal dari kegiatan penyapuan jalan, perawatan taman kota, dan
pembersihan bekas kecelakaan.
 Sampah instalasi pengolahan dan residu lainnya
Sampah instalasi pengolahan terdiri dari limbah berbentuk padat atau
semi padat yang dihasilkan dari fasilitas dan unit instalasi baik instalasi
pengolahan air,pengolahan air limbah,dan pengolahan limbah industri.
Contohnya adalah lumpur hasil pengolahan.

 Sampah Industri
Sampah yang dimaksud disini adalah limbah domestik yang dihasilkan
dari area industri. Limbah padat ini terdiri dari limbah-limbah hasil aktivitas
pabrik, konstruksi, industri berat dan ringan, instalasi kimia, pusat
pembangkit tenaga, dan sebagainya.
 Sampah Pertanian
Sampah ini merupakan sampah yang dihasilkan dari berbagai kegiatan
pertanian dan peternakan. Contohnya adalah sampah yang dihasilkan saat
penanaman, panen, produksi susu, produksi daging, pembersihan kandang,
dan lain-lain.
Menurut SNI 19-3983-1995 timbulan limbah padat dibedakan atas
sumbernya, seperti pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.

Tabel 2.1 Timbulan Limbah Padat Berdasarkan Klasifikasi Kota

Volume Berat
No. Klasifikasi (Satuan)
(L/org/hari) (kg/org/hari)

1. Kota Sedang 2,75 – 3,25 0,70 – 0,80

2. Kota Kecil 2,5 – 2,75 0,625 – 0,70

Sumber : SNI 19-3983-1995

Tabel 2.2 Timbulan Limbah Padat Berdasarkan Sumbernya

Komponen
Volume
No. Sumber Satuan Berat (kg)
(liter)
Limbah Padat

Rumah
1 orang/hari 2,25-2,50 0,35-0,40
permanen

2 Rumah semi orang/hari 2,00-2,25 0,30-0,35


permanen

Rumah non
3 orang/hari 1,75-2,00 0,25-0,30
permanen

4 Kantor pegawai/hari 0,50-0,75 0,03-0,1

5 Pertokoan pegawai/hari 2,50-3,00 0,15-0,35

6 Sekolah murid/hari 0,10-0,15 0,01-0,05

Jalan ateri
7 m//hari 0,10-0,15 0,02-0,1
sekunder

Jalan kolektor
8 m/hari 0,10-0,15 0,01-0,05
sekunder

9 Jalan lokal m/hari 0,05-0,010 0,005-0,025

10 Pasar m2/hari 0,20-0,60 0,1-0,3

Sumber : SNI 19-3983-1995

2.2 Timbulan Sampah

Menurut SNI 19-2454-2002, timbulan sampah adalah banyaknya sampah


yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume maupun berat per kapita
perhari, atau perluas bangunan, atau perpanjang jalan.

Menurut Damanhuri dan Padmi (2016), di negara berkembang dan beriklim


tropis seperti Indonesia, faktor musim sangat besar pengaruhnya terhadap berat
sampah. Musim yang dimaksud adalah musim hujan dan kemarau, tetapi juga
dapat berarti musim buah-buahan tertentu. Berat sampah juga sangat dipengaruhi
oleh faktor sosial budaya lainnya. Oleh karena itu, sebaiknya survei timbulan
sampah dilakukan beberapa kali dalam satu tahun, terutama saat musim hujan dan
musim kemarau. Timbulan sampah dapat dinyatakan dengan:

a. Satuan berat : kg/o/hari, kg/m2 /hari, kg/bed/hari, dan sebagainya.


b. Satuan volume : L/o/hari, L/m2 /hari, L/bed/hari, dan sebagainya.

Sedangkan menurut SNI 19-3964-1994, satuan yang digunakan untuk


pengukuran timbulan yaitu :

a. Volume basah (asal) : liter/unit/hari


b. Berat basah (asal) : kilogram/unit/hari

Menurut Damanhuri (dalam Damanhuri dan Padmi 2016), timbulan sampah


yang dihasilkan dari sebuah kota dapat diperoleh dengan survei pengukuran atau
analisis langsung di lapangan, yaitu:

1. Mengukur langsung satuan timbulan sampah dari sejumlah sampel (rumah


tangga dan non-rumah tanga) yang ditentukan secara random-proporsional di
sumber selama 8 hari berturut-turut (SNI 19-3964-1994).
2. Load-count analysis: Mengukur jumlah (berat dan/atau volume) sampah yang
masuk ke TPS, misalnya diangkut dengan gerobak, selama 8 hari berturut-
turut. Dengan melacak jumlah dan jenis penghasil sampah yang dilayani oleh
gerobak yang mengumpulkan sampah tersebut, sehingga akan diperoleh satuan
timbulan sampah per-ekivalensi penduduk.
3. Weigh-volume analysis: bila tersedia jembatan timbang, maka jumlah sampah
yang masuk ke fasilitas penerima sampah akan dapat diketahui dengan mudah
dari waktu ke waktu. Jumlah sampah sampah harian kemudian digabung
dengan perkiraan area yang layanan, dimana data penduduk dan sarana umum
terlayani dapat dicari, maka akan diperoleh satuan timbulan sampah per-
ekuivalensi penduduk. Bila jembatan timbang tidak tersedia, maka pengukuran
pendekatan dapat dilakukan dengan mendata volume truk yang masuk.
4. Material balance analysis: merupakan analisa yang lebih mendasar, dengan
menganalisa secara cermat aliran bahan masuk, aliran bahan yang hilang dalam
system, dan aliran bahan yang menjadi sampah dari sebuah sistem yang
ditentukan batas-batasnya (system boundary).

 Penentuan jumlah sampel sampah menggunakan rumus berikut (SNI M 36


1991-03) :
A. Bila jumlah penduduk dibawah 10 juta jiwa

P = Cd√𝑃.......................................................................................(2.1)

Keterangan : P = Jumlah jiwa yang menjadi sampel

Ps = Jumlah penduduk

Cd = Koefisien kepadatan
Cd = 1 bila kepadatan penduduk normal

Cd < 1 bila kepadatan penduduk jarang

Cd > 1 bila kepadatan penduduk padat

B. Bila jumlah penduduk diatas 10 juta jiwa


P = Cd√𝑃.......................................................................................(2.2)

Keterangan : P = Jumlah jiwa yang menjadi sampel

Ps = Jumlah penduduk

Cd = Koefisien kepadatan

Cj = Jumlah penduduk / 106


 Prediksi Jumlah Timbulan Sampah
Rumus yang digunakan dalam memprediksi timbulan sampah (SNI M 36
-1991-03):
Qn = Qt(1+ Cs)n ...................................................................(2.3)

Cs = (1+(𝐶𝑖+𝐶𝑝+𝐶𝑞𝑛)/3)1+𝑝..................................................(2.4)

Keterangan : Qn = Timbulan sampah pada n tahun mendatang

Qt = Timbulan sampah pada tahun awal perhitungan

Cs = Peningkatan / pertumbuhan kota

Ci = Laju pertumbuhan sector imdustri

Cp = Laju pertumbuhsn sector pertanian

Cqn = Laju peningkatan pendapatan perkapita

P = Laju pertumbuhan penduduk

2.3 Timbulan Limbah Padat Domestik


Timbulan sampah untuk Kabupaten Ketapang dalam satuan volume yaitu
1818,26 m3/hari. Berikut Tabel 2.3 merupakan tabel rekapitulasi timbulan sampah
dari tahun 2020 hingga 2041 dengan menggunakan persamaan berikut :
n [ 1+ Ci + Cp + Cq /3 ]
Qn = Q t (1+ Cs ) dengan Q s =
[ 1+p ]
Dimana :
Qn = timbulan sampah pada n tahun mendatang
Qt = timbulan sampah pada tahun awal perhitungan
Cs = Peningkatan/ Pertumbuhan kota
Ci = Laju pertumbuhan sektor industri
Cp = Laju pertumbuhan sektor pertanian
Cqn = Laju peningkatan pendapatan per kapita
P = Laju pertumbuhan penduduk
Ci=1,9%; Cqn=1,40%; Cp=0,7%; P=1,3%
Untuk perhitungan kebutuhan luas zona timbunan sampah menggunakan
persamaan sebagai berikut :

V x 365 x 0,70 2
L= x 1,15(m )
T

L = Luas lahan yang dibutuhkan setiap tahun (m2)


V = Volume sampah yang dibuang
V=A x E (A=Volume sampah yang dibuang)
E= Tingkat pemadatan maksimum yang dapat dilakukan rata-rata : 0,65
(65%)
T = Tinggi timbunan sampah ( 10,5/3 lift m2,dengan 3,5/lift)
Tabel 2.3 Rekapitulasi Timbulan Sampah

Total
Potensi Timbulan
Potensi Tingkat Timbulan Tingkat Timbulan
Satuan Timbulan Sampah Total
Jumlah Timbulan Pelayanan Sampah Pelayanan Sampah
Timbulan Sampah Non Timbulan
Tahun penduduk Sampah Sampah Domestik Sampah Non Domestik +
Sampah Non Domestik Sampah
(Jiwa)* Domestik Domestik Terlayani Domestik Non
(L/org/hari) Domestik Terlayani (m3/tahun)
(m3/hari) (%) (m3/hari) (%) Domestik
(m3/hari) (m3/hari)
(m3/hari)
2021 255619 2,1 536,80 5% 26,84 11,50 90% 10,35 37,19 5578,88
2022 258664 2,1 543,19 9% 48,89 20,95 92% 19,28 68,16 10224,48
2023 261746 2,1 549,67 13% 71,46 30,62 95% 29,09 100,55 15082,46
2024 264865 2,1 556,22 17% 94,56 40,52 100% 40,52 135,08 20262,15
2025 268020 2,1 562,84 21% 118,20 50,66 100% 50,66 168,85 25327,92
2026 271214 2,1 569,55 25% 142,39 61,02 100% 61,02 203,41 30511,54
2027 274445 2,1 576,33 29% 167,14 71,63 100% 71,63 238,77 35815,08
2028 277715 2,1 583,20 33% 192,46 82,48 100% 82,48 274,94 41240,66
2029 281024 2,1 590,15 37% 218,36 93,58 100% 93,58 311,94 46790,45
2030 284372 2,1 597,18 41% 244,84 104,93 100% 104,93 349,78 52466,63
2031 287760 2,1 604,30 45% 271,93 116,54 100% 116,54 388,48 58271,42
2032 291189 2,1 611,50 49% 299,63 128,41 100% 128,41 428,05 64207,09
2033 294658 2,1 618,78 53% 327,95 140,55 100% 140,55 468,51 70275,92
2034 298169 2,1 626,15 57% 356,91 152,96 100% 152,96 509,87 76480,26
2035 301721 2,1 633,61 61% 386,50 165,64 100% 165,64 552,15 82822,46
2036 305316 2,1 641,16 65% 416,76 178,61 100% 178,61 595,37 89304,93
2037 308954 2,1 648,80 69% 447,67 191,86 100% 191,86 639,53 95930,11
2038 312635 2,1 656,53 73% 479,27 205,40 100% 205,40 684,67 102700,49
2039 316360 2,1 664,36 77% 511,55 219,24 100% 219,24 730,79 109618,58
2040 320129 2,1 672,27 81% 544,54 233,37 100% 233,37 777,91 116686,94
2041 1068844 2,1 2244,57 85% 1907,89 817,67 100% 817,67 2725,55 408832,76
TOTAL 6803416   14287,17   7275,73 3118,17   3113,81 10389,54 1558431,20
Rata - 323972   680,34   346,46 148,48   148,28 494,74 74211,01
Rata

Sumber: Hasil Perhitungan 2022

Anda mungkin juga menyukai