Anda di halaman 1dari 62

BAB V

PERENCANAAN TEKNIS TPA


5.1 Perencanaan Dasar
5.1.1 Wilayah Pelayanan
Jumlah penduduk memberikan pengaruh terhadap jumlah sampah yang
dihasilkan suatu daerah. Oleh karena itu, jumlah penduduk perlu di prediksi
sehingga kita mengetahui jumlah sampah yang akan diolah selama tahun
perencanaan.

Untuk beberapa kabupaten/kota yang memiliki wilayah yang luas yang


tidak memungkinkan melayani keseluruhan wilayah tersebut, diperlukan
penentuan zona wilayah pelayanan, dimana wilayah pelayanan dapat ditentukan
dengan beberapa kondisi tertentu dan perencanan sanitasi daerah dalam zona
prioritas sampah. Di Kota Semarang sendiri terdapat zona prioritas sampah,
berdasarkan Strategi Sanitasi Kota Semarang pada tahun 2015-2020 zona prioritas
sampah dirumuskan perdasarkan kepadatan penduduk kecamatan, tingkat
pertumbuhan kecamatan serta timbulan sampah setiap tahun.
5.2 Proyeksi
Untuk mengetahui proyeksi yang dibutuhkan pada tahun 2029, maka
digunakan beberapa metode proyeksi diantaranya :
1. Metode Aritmatik
2. Metode Geometrik
3. Metode Eksponensial
Penentuan metode proyeksi dapat dilakukan dengan pengujian angka
korelasi, dimana metode yang dipilih adalah metode yang memiliki standar
deviasi paling kecil. Berikut rumus untuk memproyeksikan dari tiga metode :
1. Metode Aritmatik
Pn = Po + r n...............................................................................................(5.1)
Dimana Pn : angka pada tahun n
Po : angka pada awal perhitungan
n : periode perhitungan
r : rasio pertambahan angka/tahun
Apabila rumus di atas diubah dalam bentuk regresi, menjadi :
Pn = Po + rn
y = b + ax.......................................................................................................(5.2)
Dimana Pn = y : jumlah angka pada tahun n
Po = b : koefisien
n = x : tahun dimana jumlah angka akan dihitung
r = a : koefisien x
2. Metode Geometrik
Pn = Po ( 1 + r )n.............................................................................................(5.3)
Dimana : Pn = Jumlah angka pada tahun n
Po = Jumlah angka pada awal
n = periode perhitungan
r = rasio pertambahan angka/tahun
Rumus diatas diubah dalam bentuk regresi menjadi:

............................................................................(5.4)
Dimana : Log Pn = y = Jumlah angka pada tahun n
Log Po = b = koefisien
Log n = x = tahun angka yang akan dihitung
r = a = koefisien x
3. Metode Least Square

Pn = a + (bt)....................................................................................................(5.5)
Dimana :
t = tambahan tahun terhitung dari tahun dasar
a = {(∑p)(∑t2)- (∑t)(∑ p.t )}/{n(∑t2)-(∑t)2}
b = {n(∑ p.t )-(∑t)(∑p)}/{n(∑t2)-(∑t)2}
Dimana :
t = sebagai nomor data tiap tahun
p = jumlah angka
t2 = sebagai nomor data tiap tahun dikuadratkan
p2 = jumlah angka dikuadratkan
Apabila rumus di atas diubah dalam bentuk regresi, menjadi :
ln Pn = rn + ln Po
y = ax + b.......................................................................................................(5.6)
Dimana ln Pn = y : jumlah angka pada tahun n
ln Po = b : koefisien
n = x : tahun dimana jumlah angka akan dihitung
r = a : koefisien x
Metode perhitungan proyeksi yang memberikan harga standar deviasi terkecil
dan menghasilkan koefisien korelasi yang paling mendekati +1 adalah metoda
yang terpilih.
5.2.1 Proyeksi Penduduk
Untuk mengetahui proyeksi penduduk yang dibutuhkan pada tahun 2039,
maka digunakan beberapa metode proyeksi diantaranya :
1. Metode Aritmatik
2. Metode Geometrik
3. Metode Eksponensial
Penentuan metode proyeksi penduduk dapat dilakukan dengan pengujian
angka korelasi, dimana metode yang dipilih adalah metode yang memiliki standar
deviasi paling kecil. Berikut rumus untuk memproyeksikan dari tiga metode :
1. Metode Aritmatik
Pn = Po + r n...............................................................................................(5.1)
Dimana Pn : angka pada tahun n
Po : jumlah penduduk pada awal perhitungan
n : periode perhitungan
r : rasio pertambahan penduduk/tahun
Apabila rumus di atas diubah dalam bentuk regresi, menjadi :
Pn = Po + rn
y = b + ax.......................................................................................................(5.2)
Dimana Pn = y : jumlah penduduk pada tahun n
Po = b : koefisien
n = x : tahun dimana jumlah penduduk akan dihitung
r = a : koefisien x
2. Metode Geometrik
Pn = Po ( 1 + r )n.............................................................................................(5.3)
Dimana : Pn = Jumlah penduduk pada tahun n
Po = Jumlah penduduk pada awal
n = periode perhitungan
r = rasio pertambahan penduduk /tahun
Rumus diatas diubah dalam bentuk regresi menjadi:

............................................................................(5.4)
Dimana : Log Pn = y = Jumlah penduduk pada tahun n
Log Po = b = koefisien
Log n = x = tahun penduduk yang akan dihitung
r = a = koefisien x
3. Metode Least Square
Pn = a + (bt)....................................................................................................(5.5)
Dimana :
t = tambahan tahun terhitung dari tahun dasar
a = {(∑p)(∑t2)- (∑t)(∑ p.t )}/{n(∑t2)-(∑t)2}
b = {n(∑ p.t )-(∑t)(∑p)}/{n(∑t2)-(∑t)2}
Dimana :
t = sebagai nomor data tiap tahun
p = jumlah penduduk
t2 = sebagai nomor data tiap tahun dikuadratkan
p2 = jumlah penduduk dikuadratkan
Apabila rumus di atas diubah dalam bentuk regresi, menjadi :
ln Pn = rn + ln Po
y = ax + b......................................................................................................(5.6)
Dimana ln Pn = y : jumlah penduduk pada tahun n
ln Po = b : koefisien
n = x : tahun dimana jumlah penduduk akan dihitung
r = a : koefisien x
Metode perhitungan proyeksi penduduk yang memberikan harga standar
deviasi terkecil dan menghasilkan koefisien korelasi yang paling mendekati +1
adalah metoda yang terpilih.
Tabel 5.1 Jumlah Penduduk 5 Tahun Terakhir Pada Daerah Pelayanan Kota
Semarang

JUMLAH
TAHUN
PENDUDUK
2015 1572105
2016 1595187
2017 1602717
JUMLAH
TAHUN
PENDUDUK
2018 1668578
2019 1814110
Sumber : Kota Semarang dalam Angka, 2020

Jumlah penduduk salam kurun waktu 5 tahun terakhir tersebut akan digunakan
sebagai data untuk menentukan proyeksi penduduk selama 20 tahun kedepan.
Hasil perhitungan proyeksi penduduk dari ketiga metode (terlampir) sedangkan
regresi masing-masing metode untuk wilayah perencanaan dari masing-masing
metode dapat dilihat pada Tabel 5.2 sebagai berikut :

Tabel 5.2 Standar Deviasi dan Nilai R 2 Proyeksi Penduduk Wilayah


Perencanaan

Metode
Nilai
Aritmatik Geometrik Least Square
R2 0,9871 1 0,9999
Standar Deviasi 87,845 40,436 78,828
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Dari tabel diatas metode yang memiliki nilai R mendekati 1 dan standar
deviasi terkecil adalah metode Geometrik. Oleh karena itu Geometrik merupakan
metode terpilih yang akan digunakan untuk memproyeksikan jumlah penduduk
wilayah perencanaan. Selanjutnya proyeksi penduduk menggunakan metode
perhitungan Geometri pada tabel 5.3 berikut :
Tabel 5.3 Proyeksi Penduduk Wilayah Perencanaan

PROYEKSI
GEOMETRIK
NO TAHUN Pn = Po(1+r)^n
0 2015 1,699,742
1 2016 1,727,640
2 2017 1,755,995
3 2018 1,784,816
4 2019 1,814,110
5 2020 1,843,885
6 2021 1,874,148
PROYEKSI
GEOMETRIK
NO TAHUN Pn = Po(1+r)^n
7 2022 1,904,908
8 2023 1,936,173
9 2024 1,967,951
10 2025 2,000,250
11 2026 2,033,080
12 2027 2,066,449
13 2028 2,100,365
14 2029 2,134,838

Sumber : Analisis Penulis, 2020


5.2.2 Proyeksi Pendapatan Perkapita
PDRB memberikan pengaruh terhadap jumlah sampah yang dihasilkan suatu
daerah setelah di konversi menjadi pendapatan perkapita suatu daerah. Oleh karena
itu, pendapatan perkapita perlu di prediksi sehingga kita mengetahui jumlah sampah
yang akan diolah selama tahun perencanaan. Proyeksi pendapatan perkapita dapat
menggunakan metode yang sama dengan proyeksi penduduk yakni metode
aritmatik, geometri dan least square. Metode terpilih adalah metode yang memiliki
nilai standar deviasi yang paling kecil. Untuk mempermudah menganalisisnya
dapat menggunakan program Microsoft Excel.
Tabel 5.4 Pendapatan Perkapita Kota Semarang 5 Tahun Terakhir

Jumlah Pendapatan
Tahun PDRB
Penduduk Perkapita

2015 1584906 1,699,742 2,693,931.98


2016 1595187 1,727,640 2,755,908.81
2017 1602717 1,755,995 2,814,363.63
2018 1610605 1,784,816 2,874,633.85
2019 1620193 1,814,110 2,939,208.32

Sumber : Analisis Penulis, 2020


Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Kota Semarang
2020

Selanjutnya Nilai akan di proyeksikan dengan menggunakan metode yang


sama seperti menentukan proyeksi jumlah penduduk. Berikut merupakan proyeksi
pendapatan perkapita hingga tahun 2029:
Tabel 5.5 Proyeksi Pendapatan Perkapita pada Wilayah Perencanaan

PROYEKSI
ARITMATIK

NOTAHUN Pn = Po + Ka (Ta – To)


1 2015 2,693,932
2 2016 2,817,886
3 2017 2,879,862
4 2018 2,941,839
5 2019 3,003,816
6 2020 3,065,793
7 2021 3,127,770
8 2022 3,189,747
9 2023 3,251,723

10 2024 3,313,700
11 2025 3,375,677
12 2026 3,437,654
13 2027 3,499,631
14 2028 3,561,608
15 2029 3,623,584

Sumber : Analisis Penulis, 2020


5.2.3 Proyeksi Timbulan Sampah
Untuk menentukan kapasitas lahan TPA yang diperlukan perlu melakukan
perhitungan timbulan sampah yang dihasilkan wilayah perencanaan selama tahun
perencanaan. Timbulan sampah dibagi menjadi 2, timbulan sampah domestik dan
timbulan sampah non domestik.

ARYADHANI ARIHTA S. MELIALA 8


21080117120042
Untuk memproyeksikan timbulan sampah, perlu diketahui timbulan
sampah tahuntahun sebelumnya. Selain itu tingkat pertumbuhan PDRB juga ikut
berpengaruh terhadap pertumbuhan timbulan sampah. Karena salah satu faktor
yang mempengaruhi besarnya timbulan sampah adalah faktor ekonomi. Faktor
ekonomi suatu daerah dapat dilihat dengan nilai PDRB daerah tersebut.
Timbulan/Kapita untuk Kota Kecil berdasarkan SNI 19-3983-1995 adalah 2,5-
2.75 L/orang/hari, diambil timbulan/kapita sebesar 2.75 L/orang/hari.
1. Densitas sampah = 300 kg/m3
2. Timbulan sampah = (% Tingkat Pertumbuhan Penduduk / 100 ) + Timbulan
sampah yang sudah ada
Dengan Perhitungan yang sama, dapat di cari timbulan sampah berdasarkan
PDRB. Berikut merupakan perbandingan Timbulan unit timbulan sampah
berdasarkan jumlah penduduk dan berdasarkan PDRB yang diproyeksikan dengan
persen pelayanan hingga tahun 2039, lalu dipilih metode yang menghasilkan unit
timbulan sampah paling besar.
Penentuan timbulan sampah domestik ditentukan dari pertumbuhan suatu
daerah dimana tingkat pertumbuhan daerah ditentukan dari perlumbuhan ekonomi
yaitu Pendapatan Perkapita dan pertumbuhan penduduk. berikut merupakan Tabel
Timbulan sampah domestik yang tertera pada tabel 5.7 dari persamaan
Darmanyuri (2010).
Tabel 5.6 Proyeksi Timbulan Sampah Domestik pada Wilayah Perencanaan

Timbulan
Laju Timbulan Timbulan
Sampah
Jumlah Pertumbuhan Timbulan Sampah Sampah
Tahun Domestik
Penduduk Kota (Cs) Sampah Domestik (l Domestik
(m3/
(l/org/hari) / hari) (m3 / tahun)
hari)
2015 1,699,742 - 2.75 4,674,291.684,674.29 1,706,116.46
2016 1,727,640 0.01031 2.75 4,751,009.894,751.01 1,734,118.61
2017 1,755,995 0.01023 2.75 4,828,987.274,828.99 1,762,580.35
2018 1,784,816 0.01022 2.75 4,908,244.474,908.24 1,791,509.23
2019 1,814,110 0.01021 2.75 4,988,802.504,988.80 1,820,912.91
Timbulan
Laju Timbulan Timbulan
Sampah
Jumlah Pertumbuhan Timbulan Sampah Sampah
Tahun Domestik
Penduduk Kota (Cs) Sampah Domestik (l Domestik
(m3/
(l/org/hari) / hari) (m3 / tahun)
hari)
2020 1,843,885 0.01021 2.75 5,070,682.725,070.68 1,850,799.19
2021 1,874,148 0.01020 2.78 5,206,500.575,206.50 1,900,372.71
2022 1,904,908 0.01020 2.81 5,345,908.205,345.91 1,951,256.49
2023 1,936,173 0.01020 2.83 5,489,002.615,489.00 2,003,485.95

2024 1,967,951 0.01019 2.86 5,635,883.265,635.88 2,057,097.39


2025 2,000,250 0.01019 2.89 5,786,652.135,786.65 2,112,128.03
2026 2,033,080 0.01018 2.92 5,941,413.775,941.41 2,168,616.03
2027 2,066,449 0.01018 2.95 6,100,275.446,100.28 2,226,600.54
2028 2,100,365 0.01018 2.98 6,263,347.176,263.35 2,286,121.72
2029 2,134,838 0.01017 3.01 6,430,741.796,430.74 2,347,220.76
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Pada tabel 5.6 merupakan proyeksi timbulan sampah domestik hingga tahun
2029 dimana pada tahun 2029 timbunan sampah perharinya mencapai 6430,74
m3/hari. Setelah itu perlu ditentukan proyeksi untuk timbunan sampah
nondomestik, dimana timbunan sampah non domestik menggunakan data fasilitas
yang didapat dari Kota Semarang dalam angka pada tahun 2020. Timbulan
sampah non domestik tertera pada table 5.7 berikut :
Tabel 5.7 Proyeksi Timbulan Sampah Non Domestik pada Wilayah
Perencanaan

Timbulan Sampah Non


Tahun Domestik
l/hr m3/hr m3/tahun
2019 572325.90 572.33 208898.95
2020 581719.37 581.72 212327.57
Timbulan Sampah Non
Tahun Domestik
l/hr m3/hr m3/tahun
2021 591267.01 591.27 215812.46
2022 600971.36 600.97 219354.55
2023 610834.98 610.83 222954.77

2024 620860.50 620.86 226614.08


2025 631050.55 631.05 230333.45
2026 641407.86 641.41 234113.87
2027 651935.16 651.94 237956.33
2028 662635.24 662.64 241861.86
2029 673510.94 673.51 245831.49
Sumber : Analisis Penulis, 2020

5.3 Material Balance


Material balance digunakan sebagai acuan perencanaan penentuan
kebutuhan lahan TPA setelah direduksi timbulan sampah di TPST dengan metode
pengomposan untuk sampah organik dan recovery untuk sampah an-organik
sehingga perlu diketahui komposisi dari sampah yang terdapat di wilayah
pelayanan, berikut komposisi sampah berdasarkan data DLH Kota Semarang.
Tabel 5.8 Komposisi Sampah Kota Semarang

No Komponen Persentase
Sampah Komposisi
Sampah (%)
1 Organik 31.6
2 Kertas 14.74
3 Kaca 0.75
4 Plastik 15.49
5 Logam 20.81
6 Kayu 12.36
7 Kain 1.72
8 Karet 0.5
No Komponen Persentase
Sampah Komposisi
Sampah (%)
9 Lain-lain 2.03
Total 100
Sumber : DLH Kota Semarang, 2020
Tabel diatas merupakan persentase dari komposisi sampah yang ada di Kota
Semarang dimana sampah organik merupakan komposisi terbesar dalam timbulan
sampah yang terdapat di Kota Semarang hingga mencapai 31.6 %. Setelah
diketahui persentase komposisi sampah maka dapat menentukan material balance
terhadap timbulan sampah di wilayah pelayanan pada tabel 5.10 berikut.
Tabel 5.9 Timbulan Sampah Total Wilayah Pelayanan

No Tahun Target Pelayanan


Total Volume Penanganan Volume Pengurangan Volume Volume
Perkotaan Sampah Sampah Sampah Sampah Sampah Sampah
Total
(%) m3/hari (%) m3/hari (%) m3/hari m3/hari
1 2019 0% 0.00 0% 0.00 0% 0.00 4674.2917
2 2020 0% 0.00 0% 0.00 0% 0.00 4751.0099
3 2021 98% 4,732.41 74% 3,573.45 24% 1,158.96 4828.9873
4 2022 99% 4,859.16 73% 3,583.02 26% 1,276.14 4908.2445
5 2023 99% 4,938.91 72% 3,591.94 27% 1,346.98 4988.8025
6 2024 99% 5,019.98 71% 3,600.18 28% 1,419.79 5070.6827
7 2025 100% 5,206.50 70% 3,644.55 30% 1,561.95 5206.5006
8 2026 100% 5,345.91 70% 3,742.14 30% 1,603.77 5345.9082
9 2027 100% 5,489.00 70% 3,842.30 30% 1,646.70 5489.0026
10 2028 100% 5,635.88 70% 3,945.12 30% 1,690.76 5635.8833
11 2029 100% 5,786.65 70% 4,050.66 30% 1,736.00 5786.6521
Sumber : Analisis Penulis, 2020

ARYADHANI ARIHTA S. MELIALA 88


21080117120042
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Kota Semarang
2020

Tabel 5.10 Perhitungan Material Balance

Pengolahan TPST Pengolahan TPST Pengolahan TPST Pengolahan TPA


Pengolahan
Pengolahan
Tim Samp Sampah
Sam Sam Sampah Pembagian Sampah Anorganik Pengelolaan Sampah Anorganik Langsung
bula ah Organik Di
pah pah Organik *
n Masu TPA
Mas Mas Org Anor Sisa Sam
Sam k Sisa Samp
uk uk anik ganik Resi Samp pah
pah TPST Samp ah Di
Ta TPA TPS du ah Di
Total Pengo ah Land
hu T Sam Anor Lan
lahan Anor fill
n pah ganik dfill
ganik TPA
TPS (m3/ TPA
(m3/ (m3/t
T hari) (m3/
hari) ahun)
*** hari)
Sisa Sisa
Pengo Sam Pengo Sam
Org Anor
mposa pah Jenis Sampah Anorganik Recovery Sampah Anorganik ** mposa pah
anik ganik
n Org n Org
anik anik
La La
Ke K Lo K Ke K Lo K K
Pla Ka Ka in- Pla Ka in- m3/ m3/h m3/har m3/
rta ac ga ai rta ac ga ay ai
m3/h m3/ m3/ m3/ha 31.6 68.40 30 stik yu ret lai Tot stik ret lai To hari ari i hari
70% s a m n s a m u n
ari hari hari ri 0% % % n al n tal
14. 0. 15. 20. 12. 1. 2.0 50 70 60 90 45 50 55 45 31.6 68.40 30
0.5 70%
74 75 49 81 36 72 3 % % % % % % % % 0% % %
201 0.00 0.0 0. 0.0 0.0 0.0 0. 0.0 0.0 0.0 0. 0.0 0.0 0.0 0. 0.0 0.0 0.0
0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
9 0 0 00 0 0 0 00 0 0 0 00 0 0 0 00 0 0 0
202 0.00 0.0 0. 0.0 0.0 0.0 0. 0.0 0.0 0.0 0. 0.0 0.0 0.0 0. 0.0 0.0 0.0
0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0 0 0 00 0 0 0 00 0 0 0 00 0 0 0 00 0 0 0
14 19 50
202 4732. 3573 115 1158. 366. 792.7 109. 170 8. 179 241 5.7 23. 792. 85. 6. 107 217 64. 9. 3.1 10. 288.2 398. 112 2444. 338. 488.8 1225 44739
256.36 3.2 .9 4.4 790.45
1 408 .451 8.96 96 23 3 87 .83 69 .52 .18 9 53 73 42 08 .71 .06 46 97 9 59 5 12 9.21 24 76 5 .73 1.54
5 3 8
15 21 10 55
202 4859. 3583 127 1276. 403. 872.8 120. 188 9. 197 265 6.3 25. 872. 94. 6. 118 239 70. 3.5 11. 317.4 438. 113 2450. 339. 490.1 1268 46289
282.28 7.7 .9 .9 5.4 792.56
2 162 .018 6.14 14 26 8 98 .10 57 .67 .57 8 91 88 05 70 .60 .01 98 1 66 0 37 2.23 78 67 6 .20 3.56
3 5 7 9
10 16 23 11 58
202 4938. 3591 134 1346. 425. 921.3 127. 198 208 280 6.7 27. 921. 99. 7. 125 252 74. 3.7 12. 335.0 462. 113 2456. 340. 491.3 1294 47252
297.95 .1 6.4 .1 .5 6.3 794.54
3 914 .938 6.98 98 64 3 69 .54 .65 .31 3 34 33 27 07 .19 .28 92 0 30 1 71 5.05 89 52 8 .60 8.81
0 9 7 8 2
10 17 24 12 61
202 5019. 3600 141 1419. 448. 971.1 134. 209 219 295 7.1 28. 971. 104 7. 131 265 78. 3.9 12. 353.1 487. 113 2462. 341. 492.5 1321 48235
314.06 .6 5.4 .4 .2 8.0 796.36
4 976 .185 9.79 79 65 4 60 .28 .93 .46 0 82 14 .64 45 .96 .91 97 0 97 2 72 7.66 53 30 1 .52 5.66
5 9 2 1 1
11 19 26 13 67
202 5206. 3644 156 1561. 493. 1068. 148. 230 241 325 7.8 31. 106 115 8. 145 292 86. 4.3 14. 388.4 536. 115 2492. 345. 498.5 1380 50393
345.50 .7 3.0 .8 .4 9.8 806.17
5 501 .550 1.95 95 58 37 07 .23 .95 .04 1 71 8.37 .12 20 .17 .54 88 0 27 8 55 1.68 87 50 7 .63 0.38
1 6 7 3 9
12 19 27 13 69
202 5345. 3742 160 1603. 506. 1096. 152. 236 248 333 8.0 32. 109 118 8. 149 300 89. 4.4 14. 398.8 550. 118 2559. 354. 511.9 1417 51742
354.75 .0 8.2 .5 .7 8.1 827.76
6 908 .136 3.77 77 79 98 04 .40 .42 .75 2 56 6.98 .20 42 .05 .37 20 1 65 8 92 2.51 62 75 2 .60 3.46
3 3 8 9 0
12 20 28 14 71
202 5489. 3842 164 1646. 520. 1126. 156. 242 255 342 8.2 33. 112 121 8. 153 308 91. 4.5 15. 409.5 565. 121 2628. 364. 525.6 1455 53127
364.25 .3 3.5 .3 .1 6.7 849.92
7 003 .302 6.70 70 36 34 11 .72 .07 .68 3 43 6.34 .36 65 .04 .41 59 3 04 6 67 4.17 13 25 3 .54 3.39
5 3 2 6 8

ARYADHANI ARIHTA S. MELIALA 89


21080117120042
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Kota Semarang
2020
12 20 29 14 73
202 5635. 3945 169 1690. 534. 1156. 160. 249 261 351 8.4 34. 115 124 8. 157 316 94. 4.6 15. 420.5 580. 124 2698. 374. 539.6 1494 54548
374.00 .6 8.9 .0 .5 5.9 872.66
8 883 .118 0.76 76 28 48 28 .22 .90 .85 5 32 6.48 .61 88 .14 .66 04 5 45 2 80 6.66 46 00 9 .49 9.77
8 8 8 4 6
13 21 29 14 75
202 5786. 4050 173 1736. 548. 1187. 164. 255 268 361 8.6 35. 118 127 9. 161 325 96. 4.7 15. 431.7 596. 128 2770. 384. 554.1 1534 56008
384.00 .0 4.5 .8 .9 5.6 896.01
9 652 .656 6.00 00 57 42 57 .89 .91 .26 8 24 7.42 .94 11 .34 .13 56 7 86 7 34 0.01 65 00 3 .47 2.49
2 7 6 3 5

ARYADHANI ARIHTA S. MELIALA 90


21080117120042
Sumber : Analisis Penulis, 2020
5.4 Perhitungan Kebutuhan Lahan
Dalam perencanaan Tekis TPA perlu diperkirakan kebutuhan luas lahan TPA yang diperlukan sebelum penentuan lokasi TPA. Kebutuhan lahan dapat ditentukan dari timbunan sampah yang masuk ke
TPA setelah melalui pereduksian di TPST dengan cara pengomposan dan recovery. Berikut merupakan tabel yang menunjukan perhiraan luas kebutuhan lahan TPA dengan sistem sanitary landfill.

Tabel 5.11 Perhitungan Luas Lahan Landfill

TAHUN TAHUN
NO URAIAN SATUAN
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

1 Berat jenis sampah semula kg/m3 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0

2 Berat jenis setelah pemadatan kg/m3 600.0 600.0 600.0 600.0 600.0 600.0 600.0 600.0 600.0 600.0 600.0

3 volume sisa setelah dipadatkan % 50.0 50.0 50.0 50.0 50.0 50.0 50.0 50.0 50.0 50.0 50.0

5 Sampah yang masuk m3/hari - 1,225.7 1,268.2 1,294.6 1,321.5 1,380.6 1,417.6 1,455.5 1,494.5 1,534.5 1,575.5

6 Ketinggian lapisan sampah m 17.0 17.0 17.0 17.0 17.0 17.0 17.0 17.0 17.0 17.0 17.0

7 Volume sampah setelah dipadatkan m3/hari - 612.9 634.1 647.3 660.8 690.3 708.8 727.8 747.2 767.2 787.8

8 Volume sampah per tahun m3 - 223,695.8 231,446.8 236,264.4 241,177.8 251,965.2 258,711.7 265,636.7 272,744.9 280,041.2 287,530.8

9 Kebutuhan lahan Ha - 1.3 1.4 1.4 1.4 1.5 1.5 1.6 1.6 1.6 1.7

10 Kumulatif kebutuhan lahan Ha - 1.3 2.7 4.1 5.5 7.0 8.5 10.1 11.7 13.3 15.0

11 Kebutuhan tanah penutup harian % 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0

12 Kebutuhan tanah harian m3/hari - 61.3 63.4 64.7 66.1 69.0 70.9 72.8 74.7 76.7 78.8

13 Kebutuhan tanah harian per tahun m3/tahun - 22,369.6 23,144.7 23,626.4 24,117.8 25,196.5 25,871.2 26,563.7 27,274.5 28,004.1 28,753.1

14 Kumulatif kebutuhan tanah harian m3/hari - 61.3 63.4 64.7 66.1 69.0 70.9 72.8 74.7 76.7 78.8

15 Kumulatif kebutuhan tanah harian m3/tahun - 22,369.6 23,144.7 23,626.4 24,117.8 25,196.5 25,871.2 26,563.7 27,274.5 28,004.1 28,753.1

16 Volume Sampah yang Masuk ke TPA m3/tahun - 223,695.8 231,446.8 236,264.4 241,177.8 251,965.2 258,711.7 265,636.7 272,744.9 280,041.2 287,530.8
TAHUN TAHUN
NO URAIAN SATUAN
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

17 KebutuhanTanah Penutup Per Tahun m3/tahun - 22,369.6 23,144.7 23,626.4 24,117.8 25,196.5 25,871.2 26,563.7 27,274.5 28,004.1 28,753.1

18 Volume Sampah+ tanah penutup m3/tahun - 246,065.3 254,591.5 259,890.8 265,295.6 277,161.7 284,582.9 292,200.4 300,019.4 308,045.4 316,283.9

19 Kebutuhan lahan+ tanah penutup Ha - 1.4 1.5 1.5 1.6 1.6 1.7 1.7 1.8 1.8 1.9
Kumulatif kebutuhan lahan + tanah
20 penutup Ha - 1.4 2.9 4.5 6.0 7.7 9.3 11.1 12.8 14.6 16.5

21 Volume Sel Harian m3 - 674.2 697.5 712.0 726.8 759.3 779.7 800.5 822.0 844.0 866.5

22 Luas Sel Harian m2 - 337.1 348.8 356.0 363.4 379.7 389.8 400.3 411.0 422.0 433.3

23 Lahan Total (IPL+Fasilitas) Ha - 0.5 0.5 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.7 0.7

24 lahan+tanah penutup+IPL+Fasilitas Ha - 2.0 2.0 2.1 2.1 2.2 2.3 2.3 2.4 2.5 2.5
kumulatif lahan + tanah penutup + IPL
25 + Fasilitas - 2.0 4.0 6.1 8.2 10.5 12.7 15.1 17.5 20.0 22.5
26 Pembagian Zona 8.490 6.506
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Kota Semarang
2020

Dari tabel di atas direncanakan sanitary landfill dengan masa pakai 10


tahun yang memiliki total luasan landfill 22,5 Ha dengan 2 zona landfill dimana
tiap zona landfill memiliki 3 lift dengan setiap liftnya memiliki ketebalan sampah
yang telah di kompaksi setebal 3,66 m dengan tebal cover harian 0,3 m dan final
cover setebal 0,5 meter.
5.5 Penentuan Lokasi TPA
Setelah menentukan luasan lahan TPA yang dibutuhkan berdasarkan
perhitungan sampah domestik dan nondomestik yang dikemukakan oleh
Damanhuri, yang mengacu pada tingkat pertumbuhan suatu kota, maka tahap
selanjutnya ialah menentukan lokasi TPA yang sesuai dengan SNI 03-3241-1994
dan luasan yang dibutuhkan dalam periode perencanaan 10 tahun. Dilakukan 3
tahapan dalam pemilihan lokasi TPA yaitu :
5.5.1 Penyaringan Regional
Kriteria regional disusun berdasarkan hasil tumpang susun dari beberapa
peta-peta tematik yang dibuat maupun dari data sekunder sebagai berikut yaitu
jenis batuan atau geologi, kondisi hidrogeologi, kemiringan lereng dan tata guna
lahan. Dalam menentukan lokasi yang dalam perencanaan ini digunakan peta
tematik dari peta tata guna lahan yang memiliki kriteria lahan non produktif
seperti tegalan, dan rerumputan; selain itu digunakan peta topografi untuk
menentukan wilayah yang memiliki kemiringan kurang dari 20%, peta persebaran
penduduk dan sungai yang telah di buffer sejauh 1 km dari pemukiman dan 100
meter dari sungai yang tertera pada peta peta berikut :

Gambar 5.1 Peta Persebaran Lahan Non-Produktif dan Permukiman

ARYADHANI ARIHTA S. MELIALA 93


21080117120042
Sumber : Analisis Penulis, 2020

Gambar 5.2 Peta Kelerengan Semarang

Sumber : Analisis Penulis, 2020


Peta tematik tersebut selanjutnya akan dioverlayer untuk mendapatkan
perencanaan lokasi secara regional dimana dari analisis didapatkan banyak daerah
yang memenuhi kriteria dari overlayer.
5.5.2 Kriteria Penyisihan
Tahapan kedua adalah kriteria penyisih, yaitu penilaian menurut SNI 03-
3241-1994 digunakan dalam pemilihan calon lokasi TPA karena penilaian ini
bersifat umum dan digunakan untuk memilih TPA sampah di kota-kota di
Indonesia. Penilaian ini memiliki banyak kriteria mulai dari kondisi umum lokasi,
kondisi fisik, biologis, sosial asyarakat, dan lain-lain.
Gambar 5.3 Peta Rawan Bencana Kota Semarang

Sumber : BNPB Kota Semarang, 2020


Wilayah rawan bencana tidak direkomendasikan menjadi lahan yang akan
digunakan sebagai TPA dikarenakan berpotensi merusak lapisan dasar dari
Landfill sehingga dapat menimbulkan pencemaran dari sampah yang ditimbun.
Selain itu dilakukan penyisihan terhadap pemukiman dan sungai. Menurut SNI
03-3241-1994 TPA sebisa mungkin terletak 1 km dari pemukiman dan 100meter
dari sungai, sehingga dilakukan analisis penyisihan lahan yang berada pada jarak
1 km dari pemukiman dan 100 meter dari sungai.
Gambar 5.4 Peta Buffer Sungai dan Permukiman

Sumber : Analisis Penulis, 2020


Pemilihan TPA berjarak dari perumahan 1000 meter dan dari sungai
berjarak 100 meter dan tidak terletak di wilayah rawan bencana sehingga
didapatkan pemilihan perencanaan TPA sebagai berikut.

Gambar 5.5 Peta Lokasi Perencanaan TPA

Sumber : Analisis Penulis, 2020


Dari tahap penyisihan tersebut didapatkan 2 wilayah yang berpotensi
menjadai lahan TPA yang berada di Kecamatan Mijen, dan 1 wilayah di
kecamatan Gunungpati. Selanjutnya dilakukan pembobotan dari kedua lokasi TPA
yang sudah ditetapkan untuk menentukan skor tertinggi yang paling sesuai untuk
kriteria pemilihan TPA.
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Kota Semarang
2020

Tabel 5.12 Pembobotan Nilai Perencanaan TPA

Calon Lokasi TPA I Calon Lokasi TPA II Calon Lokasi TPA III
No Parameter
Bobot Nilai Jumlah Bobot Nilai Jumlah Bobot Nilai Jumlah
I. UMUM
Batas Administrasi 5 25 5 25 5 25
Dalam batas administrasi 10 10 10
Diluar batas administrasi tetapi dalam satu 5 25 5 25 5 25

1 sistem pengelolaan TPA sampah terpadu


Diluar batas administrasi dan diluar sistem 1 1 1

pengelolaan TPA sampah terpadu

Diluar batas administrasi 1 1 1

Pemilik hak atas tanah 3 9 3 9 3 9

Pemerintah daerah/pusat 10 10 10
Pribadi (satu orang) 7 7 7
2
Swasta/perusahaan (satu) 5 5 5
Lebih dari satu pemilik hak dan status kepemilikan 3 9 3 9 3 9

Organisasi sosial/agama 1 1 1

Kapasitas Lahan 5 50 5 50 5 50
> 10 tahun 10 50 10 50 10 50
3 5 tahun - 10 tahun 8 8 8
3 tahun - 5 tahun 5 5 5
kurang dari 3 tahun 1 1 1
Jumlah pemilik tanah 3 3 3 3 3 3
1 kk 10 10 10
2 - 3 kk 7 7 7
4 4 - 5 kk 5 5 5

6 - 10 kk 3 3 3

lebih dari 10 kk 1 3 1 3 1 3

Partisipasi masyarakat 3 3 3 3 3 3

spontan 10 10 10
5
digerakkan 5 5 5

negosiasi 1 3 1 3 1 3

II. LINGKUNGAN FISIK


Tanah (diatas muka air tanah) 5 35 5 35 5 35
Harga kelulusan < 10^-9 cm/det 10 10 10

1 Harga kelulusan 10^-9 - 10^-6 cm/det 7 35 7 35 7 35


Harga kelulusan >10^-6 cm/det, TOLAK 5 5 5

kecuali ada masukan teknologi


Air Tanah 5 40 5 40 5 40
≥ 10 m dengan kelulusan < 10^-6 cm/det 10 10 10
2
< 10 m dengan kelulusan < 10^-6 cm/det 8 40 8 40 8 40

≥ 10 m dengan kelulusan < 10^-6 - 10^-4 cm/det 3 3 3

ARYADHANI ARIHTA S. MELIALA 97


21080117120042
< 10 m dengan kelulusan < 10^-6 - 10^-4 cm/det 1 1 1

Sistem aliran air tanah 3 3 3 3 3 3

Discharge area/lokal 10 10 10
3
Recharge area dan discharge area lokal 5 5 5

Recharge area regional dan lokal 1 3 1 3 1 3

Kaitan dengan pemanfaatan air tanah 3 3 3 3 3 3

Kemungkinan pemanfaatan rendah dengan batas hidrolis 10 10 10


4
Diproyeksikan untuk dimanfaatkan dengan batas hidrolis 5 5 5
Diproyeksikan untuk dimanfaatkan tanpa batas hidrolis 1 3 1 3 1 3
Bahaya Banjir 2 20 2 20 2 20
Tidak ada bahaya banjir 10 20 10 20 10 20
5
Kemungkinan banjir > 25 tahunan 5 5 5

Kemungkinan bajir < 25 tahunan, TOLAK


Tanah penutup 4 20 4 40 4 20
Tanah penutup cukup 10 40 10 10
6
Tanah penutup cukup sampai 1/2 umur pakai 5 5 20 5 20
Tanah penutup tidak ada 1 1 1
Intensitas hujan 3 3 3 3 3 3
Dibawah 500 mm pertahun 10 10 10
7
Antara 500 mm sampai 1000 mm pertahun 5 5 5
Diatas 1000 mm pertahun 1 3 1 3 1 3
8 Jalan menuju lokasi 5 5 5 5 5 5
Datar dengan kondisi baik 10 10 10
Datar dengan kondisi buruk 5 5 5
Naik/turun 1 5 1 5 1 5
Transport sampah (satu jalan) 5 15 5 15 5 15
Kurang dari 15 menit dari centroid sampah 10 10 10

9 Antara 16 menit - 30 menit dari centroid sampah 8 8 8


Antara 31 menit - 60 menit dari centroid sampah 3 15 3 15 3 15

Lebih dari 60 menit dari centroid sampah 1 1 1


Jalan Masuk 4 20 4 20 4 20
Truk sampah tidak melalui daerah pemukiman 10 10 10
Truk sampah melalui daerah pemukiman 5 20 5 20 5 20
10
berkepadatan sedang (≤ 300 jiwa/ha)
Truk sampah melalui daerah pemukiman 1 1 1

berkepadatan sedang (≥300 jiwa/ha)

Lalu Lintas 3 24 3 24 3 24
Terletak 500 m dari jalan umum 10 10 10
11 Terletak < 500 m pada lalu lintas rendah 8 24 8 24 8 24
Terletak < 500 m pada lalu lintas sedang 3 3 3
Terletak < 500 m pada lalu lintas tinggi 1 1 1
Tata guna lahan 5 50 5 50 5 50
12 Mempunyai dampak sedikit terhadap tata guna 10 50 10 50 10 50
tanah sekitar
Mempunyai dampak sedang terhadap tata guna 5 5 5
tanah sekitar
Mempunyai dampak besar terhadap tata guna 1 1 1
tanah sekitar
Pertanian 3 30 3 30 3 10
Berlokasi di lahan tidak produktif 10 30 10 30 10
13 Tidak ada dampak terhadap pertanian sekitar 5 5 5
Ada pengaruh negatif terhadap pertanian sekitar 1 1 1
Berlokasi di tanah pertanian produktif 1 1 1 10
Daerah lindung / cagar alam 2 20 2 20 2 20
Tidak ada daerah lindung/ cagar alam di sekitarnya 10 20 10 20 10 20
Terdapat daerah lindung/ cagar alam di sekitarnya 1 1 1
14
yang tidak terkena dampak negatif
Terdapat daerah lindung/ cagar alam di sekitarnya 1 1 1
yang terkena dampak negatif
Biologis 3 30 3 30 3 30
Nilai habitat yang rendah 10 30 10 30 10 30
15
Nilai habitat yang tinggi 5 5 5
Habitat kritis 1 1 1
Kebisingan dan bau 2 20 2 10 2 2
Terdapat zona penyangga 10 20 10 10
16
Terdapat zona penyangga yang terbatas 5 5 10 5
Tidak terdapat penyangga 1 1 1 2
Estetika 3 30 3 30 3 15
Operasi penimbunan tidak terlihat dari luar 10 30 10 30 10
17
Operasi penimbunan sedikit terlihat dari luar 5 5 5 15
Operasi penimbunan terlihat dari luar 1 1 1
JUMLAH 475 445 402
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Kota Semarang
2020

5.5.3 Tahapan ketiga


Tahapan ketiga adalah kriteria penetapan yaitu dalam hal ini instansi yang
berwenang telah menyetujui dan menetapkan lokasi terpilih berdasarkan
kebijakan dan ketentuan yang berlaku.
5.6 Sarana Dan Prasarana Perencanaan TPA
5.6.1 Fasilitas Dasar
Fasilitas dasar yang wajib ada di TPA ini, diantaranya adalah:
a. Jalan Masuk
Jalan masuk TPA harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Dapat dilalui kendaraan truk sampah dari 2 arah
2. Lebar jalan 8 m, kemiringan permukaan jalan 2 – 3 % kearah saluran
drainase, tipe jalan kelas 3 dan mampu menahan beban perlintasan dengan
tekanan gandar 10 ton dan kecepatan kendaraan 30 km/jam (sesuai dengan
ketentuan Ditjen Bina Marga).
b. Jalan Operasi
Jalan operasi yang dibutuhkan dalam pengoperasian TPA terdiri dari 3 jenis,
yaitu:
1. Jalan operasi penimbunan sampah, jenis jalan bersifat temporer, setiap saat
dapat ditimbun dengan sampah
2. Jalan operasi yang mengelilingi TPA, jenis jalan bersifat permanen dapat
berupa jalan beton, aspal atau perkerasan jalan sesuai beban dan kondisi
jalan.
3. Jalan penghubung antar fasilitas, yaitu kantor/pos jaga bengkel, tempat
parkir, tempat cuci kendaraan. Jenis jalan bersifat permanen.
c. Bangunan Penunjang
Bangunan penunjang ini adalah sebagai pusat pengendalian kegiatan di TPA
baik teknis maupun administrasi, dengan ketentuan sebagai berikut:
- Luas bangunan kantor tergantung pada lahan yang tersedia dengan
mempertimbangkan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain:
pencatatan sampah, tampilan rencana tapak dan rencana pengoperasian TPA,
tempat cuci kendaraan, kamar mandi/wc, gudang, bengkel dan alat pemadam
kebakaran.

ARYADHANI ARIHTA S. MELIALA 100


21080117120042
d. Saluran drainase
Drainase di TPA berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air hujan
dengan tujuan memperkecil aliran yang masuk ke timbunan sampah. Semakin
kecil rembesan air hujan yang masuk ke timbunan sampah, akan semakin kecil
pula debit lindi yang dihasilkan. Drainase dapat berfungsi sebagai penangkap
aliran limpasan air hujan yang jatuh di atas timbunan sampah tersebut.
Permukaan tanah penutup harus dijaga kemiringannya mengarah pada saluran
drainase.

e. Pagar
Pagar yang berfungsi untuk menjaga keamanan TPA dapat berupa pagar
tanaman sehingga sekaligus dapat juga berfungsi sebagai daerah penyangga
minimal setebal 5 m dan dapat pula dilengkapi dengan pagar kawat atau lainnya.
f. Papan Nama
Papan nama berisi nama TPA, pengelola, jenis sampah dan waktu kerja yang
dipasang di depan pintu masuk TPA.
5.6.2 Fasilitas Perlindungan
a. Lapisan dasar TPA
1. Lapisan dasar TPA harus kedap air sehingga lindi terhambat meresap kedalam
tanah dan tidak mencemari air tanah. Koefisien permeabilitas lapisan dasar
TPA harus lebih kecil dari 10-6 cm/detik
2. Pelapisan dasar kedap air dapat dilakukan dengan cara melapisi dasar TPA
dengan tanah lempung yang dipadatkan (30 cm x 2) atau geomembran setebal
1,5 – 2 mm, terkandung pada kondisi tanah.

3. Dasar TPA harus dilengkapi saluran pipa pengumpul lindi dan kemiringan
minimal 2 % kearah saluran pengumpul maupun penampung lindi.
4. Pembentukan dasar TPA harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan
urutan zona/blok dengan urutan pertama sedekat mungkin ke kolam
pengolahan lindi.
5. Bila menurut desain perlu digunakan geositentis seperti geomembran,
geotekstil, nonwoven, geonet, dan sebagainya, pemasangan bahan ini
hendaknya disesuaikan spesifikasi teknis yang telah direncanakan, dan
dilaksanakan oleh kontraktor yang berpengalaman dalam bidang ini.
b. Pengumpulan dan Pengolahan Lindi
1. Penyaluran Lindi
Saluran pengumpul lindi terdiri dari saluran pengumpul sekunder dan primer.
a) Kriteria saluran pengumpul sekunder adalah sebagai berikut :
- Dipasang memanjang ditengah blok/zona penimbun
- Saluran pengumpul tersebut menerima aliran dari dasar lahan dengan
kemiringan minimal 2 %
- Saluran pengumpul terdiri dari rangkaian pipa PVC
- Dasar saluran dapat dilapisi dengan liner (lapisan kedap air)
b) Kriteria saluran pengumpul primer :
Menggunakan pipa PVC/HDPE dengan diameter minimal 3`00 mm,
berlubang (untuk pipa ke bak pengumpul lindi tidak berlubang saluran
primer dapat dihubungkan dengan hilir saluran sekunder oleh bak kontrol,
yang berfungsi pula sebagai ventilasi yang dikombinasikan dengan
pengumpul gas vertikal).
c) Syarat pengaliran lindi adalah :
Pengaliran lindi dilakukan seoptimal mungkin dengan metode gravitasi,
dengan kecepatan pengaliran 0,6 – 3 m/det. Kedalaman air dalam saluran /
pipa (d/D) maksimal 80 %, dimana d = tinggi air dan D= diameter pipa.
d) Perhitungan desain debit lindi adalah menggunakan model atau dengan
perhitungan yang didasarkan atas asumsi. Hujan terpusat pada 4 jam
sebanyak 90% (Van Breen), sehingga faktor puncak = 5,4. Maksimum
hujan yang jatuh 20 – 30% diantaranya menjadi lindi. Dalam 1 bulan,
maksimum terjadi 20 hari hujan. Data presipitasi diambil berdasarkan data
harian atau tahunan maksimum dalam 5 tahun terakhir.
2. Pengolahan lindi
Beberapa pilihan alternatif teknologi yang diterapkan di Indonesia adalah:
a) Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan Biofilter (alternatif I)
b) Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan Landtreatment / Wetland
(alternatif 2).
c) Anaerobic Baffled Reactor (ABR) dengan Aerated Lagoon (alternatif 3).
d) Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi, Kolam Anaerobik atau ABR
(alternatif 4).
e) Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi I, Aerated Lagoon, Sedimentasi
II (alternatif 5).
c. Penanganan Gas
Ventilasi gas yang berfungsi untuk mengalirkan dan mengurangi akumulasi
tekanan gas mempunyai kriteria teknis :
1) Pipa ventilasi dipasang dari dasar TPA secara bertahap pada setiap
lapisan sampah dan dapat dihubungkan dengan pipa pengumpul lindi
2) Pipa ventilasi gas berupa pipa HDPE atau pipa HDPE yang tahan
terhadap tekanan diameter 150 mm (diameter lubang perforasi
maksimum 1,5 cm) yang dikelilingi oleh saluran bronjong berdiameter
400 mm dan diisi batu pecah diameter 50-100 mm
3) Ketinggian pipa ventilasi tergantung pada rencana tinggi timbunan (setiap
lapisan sampah ditambah 50 cm)
4) Pipa ventilasi pada akhir timbunan harus ditambah dengan pipa besi
diameter 150 mm
5) Gas yang keluar dari ujung pipa besi harus dibakar atau dimanfaatkan
sebagai energi alternatif.
6) Jarak antara pipa ventilasi gas 50-70 m
7) Pada sistem lahan urug saniter, gas bio harus dialirkan ke pipa penangkap
gas melalui ventilasi sistem penangkap gas, lalu dibakar pada gas flare.
Sangat dianjurkan menangkap gas bio tersebut untuk dimanfaatkan.
8) Metode untuk membatasi dan menangkap pergerakan gas adalah:
a) Menempatkan materi impermeable pada atau di luar perbatasan lahan
urug untuk menghalangi aliran gas
b) Menempatkan materi granular pada atau di luar perbatasan lahan urug
(perimeter) untuk penyaluran dan atau pengumpulan gas
c) Pembuatan sistem ventilasi penangkap gas di dalam lokasi TPA
9) Sistem penangkap gas dapat berupa:
a) Ventilasi horizontal: yang bertujuan untuk menangkap aliran gas
dalam dari satu sel atu lapisan sampah
b) Ventilasi vertikal: merupakan ventilasi yang mengarahkan dan
mengalirkan gas yang terbentuk ke atas
c) Ventilasi akhir: merupakan ventilasi yang dibangun pada saat
timbunan akhir sudah terbentuk, yang dapat dihubungkan pada
pembakar gas (gas flare atau dihubungkan dengan sarana pengumpul
gas untuk dimanfaatkan lebih lanjut. Perlu dipahami bahwa potensi
gas pada TPA ini sudah mengecil sehingga mungkin tidak mampu
untuk digunakan dalam operasi rutin.
d) Penutupan tanah
Tanah penutup dibutuhkan untuk mencegah sampah berserakan,
bahaya kebakaran, timbulnya bau, berkembang biaknya lalat atau
binatang pengerat dan mengurangi timbulan lindi.
1. Jenis tanah penutup adalah tanah yang tidak kedap
2. Periode penutupan tanah harus disesuaikan dengan metode
pembuangannya, untuk lahan urug saniter penutupan tanah
dilakukan setiap hari, sedangkan untuk lahan urug terkendali
penutupan tanah dilakukan secara berkala.
3. Tahapan penutupan tanah untuk lahan urug saniter terdiri dari
penutupan tanah harian (setebal 10 – 15 cm), penutupan antara
(setebal 30 – 40 cm) dan penutupan tanah akhir (setebal 50 – 100
cm, tergantung rencana peruntukan bekas TPA nantinya).
4. Kemiringan tanah penutup harian harus cukup untuk dapat
mengalirkan air hujan keluar dari atas lapisan penutup tersebut.
5. Kemiringan tanah penutup akhir hendaknya mempunyai grading
dengan kemiringan tidak lebih dari 30 derajat (perbandingan 1 : 3)
untuk menghidari terjadinya erosi:

a. Diatas tanah penutup akhir harus dilapisi dengan tanah media


tanam (top soil/vegetable earth), yang kemudian ditanami
dengan vegetasi penutup.
b. Dalam kondisi sulit mendapatkan tanah penutup dapat digunakan
biodegradable liners, kompos, dan terpal sebagai pengganti
tanah penutup, ataupun lapisan membran biodegradabe sintetis.
c. Dalam hal ketersediaan tanah penutup terbatas maka tanah yang
sudah terpakai sebagai penutup sebelumnya dapat dipakai
kembali sebagai tanah penutup untuk lapisan berikutnya.
d. Dalam hal menggunakan terpal sebagai penutup sampah maka
terpal yang sudah terpakai sebagai penutup sebelumnya dapat
dipakai kembali sebagai penutup untuk lapisan berikutnya.
e) Daerah penyangga/zona penyangga
Daerah penyangga dapat berfungsi untuk mengurangi dampak
negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan pembuangan akhir
sampah terhadap lingkungan sekitarnya. Daerah penyangga ini
dapat berupa jalur hijau atau pagar tanaman disekeliling TPA,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jenis tanaman adalah tanaman tinggi dikombinasi dengan
tanaman perdu yang mudah tumbuh dan rimbun.
2) Kerapatan pohon adalah 2 – 5 m untuk tanaman keras.
3) Lebar jalur hijau minimal.
Perencanaan zona penyangga/ buffer zone terlampir.
f) Sumur uji
Sumur uji ini berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya
pencemaran lindi terhadap air tanah disekitar TPA dengan
ketentuan sebagai berikut :
1) Lokasi sumur uji harus terletak pada area pos jaga (sebelum
lokasi penimbunan sampah), dilokasi sekitar penimbunan dan
pada lokasi setelah penimbunan.
2) Penempatan lokasi harus tidak pada daerah yang akan tertimbun
sampah.
3) Kedalaman sumur 20 – 25 m dengan luas 1 m.
5.6.3 Fasilitas Penunjang
a. Jembatan timbang
Jembatan timbang berfungsi untuk menghitung berat sampah yang masuk
ke TPA dengan ketentuan sebagai berikut :
(1) Jembatan timbang diwajibkan untuk kota atau kabupaten dengan
timbulan sampah min, 5 ton/hari.
(2) Lokasi jembatan timbang harus dekat dengan kantor / pos jaga dan
terletak pada jalan masuk TPA.
(3) Jembatan timbang harus dapat menahan beban minimal 5 ton
(4) Lebar jembatan timbang minimal 3,5 m.
b. Fasilitas Air bersih
Fasilitas air bersih akan digunakan terutama untuk kebutuhan kantor,
pencucian kendaraan (truck dan alat berat), maupun fasilitas TPA
lainnya. Penyediaan air bersih ini dapat dilakukan dengan sumur bor dan
pompa.
c. Bengkel / Hangar
Bengkel/garasi/hangar berfungsi untuk menyimpan dan atau
memperbaiki kendaraan atau alat besar yang rusak. Luas bangunan yang
akan direncanakan harus dapat menampung 3 kendaraan. Peralatan
bengkel minimal yang harus ada di TPA adalah peralatan untuk
pemeliharaan dan kerusakan ringan.
5.6.4 Fasilitas Operasional
Fasilitas operasional di lokasi TPA berupa alat berat. Pemilihan alat berat
harus mempertimbangkan kegiatan pemrosesan akhir seperti pemindahan
sampah, pemadatan sampah, penggalian/pemindahan tanah. Pemilihan alat
berat harus disesuaikan dengan kebutuhan (jumlah, jenis dan ukuran).
a. Bulldozer
b. Whell / truck loader
c. Excavator / backhoe
5.7 Komposisi Sampah
Proses dekomposisi sampah di atas dapat dibagi dalam beberapa tahap berikut:
a. Fase I (Hidrolisis) : Proses dekomposisi senyawa-senyawa kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana.
b. Fase II (Asidogensis) : Sering juga disebut dengan tahap fermentasi, yaitu
proses konversi dari senyawa yang sudah terurai
(terhidrolisis) menjadi asam-asam organik volatil
(volatile fatty acids, VFA) dan karbondioksida
(CO2).
c. Fase III (Acetogenesis) : Proses konversi VFA menjadi asetat dan H2
d. Fase IV (Metanogenesis): Proses konversi asetat, CO2, dan H2 menjadi gas
metan (CH4).
e. Fase V (Kematangan) :Fase dimana sampah telah berada dalam kondisi
stabil.

Gambar 5.6 Grafik Degradasi Sampah


Dalam tiap penimbunan sampah, terdapat proses degradasi sampah yang
terjadi saat sampah sudah ditimbun. Dari proses inilah timbul gas dan lindi yang
perlu dikelola agar TPA bisa maksimal dan pencemarannya dapat dikontrol
dengan baik oleh pihak pengelola. Proses degradasi ini terbagi menjadi 2 macam
berdasarkan komposisinya. Berikut adalah tabel komposisi dan jenis degradasi
dari tiap komposisi.
Tabel 5.13 Degradasi Berdasarkan Komposisi Sampah

Komposisi Keterangan
Sampah
Cepat Terurai
Makanan
Daun-daun Cepat Terurai
Kertas Cepat Terurai
Tekstil Lambat Terurai
Karet Lambat Terurai
Plastik Lambat Terurai
Kulit Lambat Terurai
Kayu Lambat Terurai
Kaca Lambat Terurai
Lain-lain Lambat Terurai
Sumber: Tchobanoglous (1993)
Proses degradasi sampah kota dengan menggunakan mikroba terbagi dalam
dua cara, yaitu secara aerob (dengan suplai udara yang cukup) dan anaerob (tanpa
udara). Pada proses degradasi secara aerob akan dihasilkan gas CO2 dengan
waktu degradasi yang relatif singkat, sedangkan pada degradasi secara anerob
disamping dihasilkan gas CO2 juga dihasilkan gas CH4 dengan waktu degradasi
yang lebih lama. Proses degradasi biologi anaerob sampah adalah sebagai berikut:
1. Bahan-bahan organik dikonversi menjadi gas metan dan karbon dioksida
tanpa kehadiran oksigen
2. Biogas sekitar 95-98% dari gas yang terbentuk.
3. Gas lain yang tersisa terdiri hidrogen sulfida dan hidrogen.
4. Bahan organik residunya seringkali mempunyai komposisi dan
karakteristik yang sama dengan bahan organik yang didegradasi.
5. Panas yang dibebaskan sebanding dengan perbedaan antara panas
pembakarannya dari semua bahan awalnya dengan jumlah total panas
pembakaran produk hasilnya
Data timbunan sampah yang ditampung pada perencanaan TPA Kota
Semarang berdasarkan komposisi dan timbulan setelah kompaksi sampah dapat
dilihat pada Tabel 5.14 berikut.
Tabel 5.14 Komposisi Sampah Kota Semarang

No Komposisi %Berat* Berat (ton/tahun)** Keterangan


1 Organik 31.6 60494.1 Cepat
2 Kertas 14.74 28217.8 Cepat
3 Karet 0.75 1435.8 Lambat
4 Kayu 15.49 29653.6 Lambat
5 Plastik 12.36 23661.6 Lambat
6 Kain 1.72 3292.7 Lambat
7 Kaca 0.5 957.2 Lambat
8 Lain-lain 2.03 3886.2 Lambat
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Berikut adalah contoh perhitungan dan tabel rekapitulasi dari jumlah sampah
yang masuk pada TPA Jambangan dan telah dibagi sesuai dengan komposisinya.
• Kadar air sampah basah = 70%
• Berat kering = Berat basah – (berat basah x kadar air)
= 60494,1 ton – (60494,1 ton x 70%)
= 18148,2 ton
Tabel 5.15 Berat Kering Sampah
Berat
Kompos %Berat (ton/tahu Keteran Moisture Berat Kering
No isi * n)** gan (%) (ton)
1 Organik 32 105764.8 Cepat 70 31729.5
2 Kertas 2 6610.3 Cepat 6 6213.7
3 Karet 0 0.0 Lambat 2 0.0
4 Kayu 38 125595.8 Lambat 20 100476.6
5 Plastik 19 62797.9 Lambat 2 61541.9
6 Kain 0.01 33.1 Lambat 10 29.7
7 Kaca 0.01 33.1 Lambat 2 32.4
8 Lain-lain 6 19830.9 Lambat 8 18244.4
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Dari tabel diatas, akan didapatkan berapa persentase dari tiap unsur
sampah yang terdegradasi sehingga akan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 5.16 Ultimate Analysis Komposisi Sampah

Percent by weight (dry basis) %


No Komposisi Berat Kering (ton)
C H O N S Abu
1 Organik 31729.455 48 6.4 37.6 2.6 0.4 5
2 Kertas 6213.685 43.5 6 44 0.3 0.2 6
3 Karet 0.000 78 10 0 2 0 10
4 Kayu 100476.606 49.5 6 42.7 0.2 0.1 1.5
6 Plastik 61541.921 60 7.2 22.8 0 0 10
7 Kain 29.746 55 6.6 31.2 4.6 0.15 2.5
8 Kaca 32.390 0.5 0.1 0.4 0.04 0 98.9
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Untuk sampah yang cepat terdegradasi adalah sampah yang memiliki
kemampuan untuk mengurai komponen-komponen pembentuknya. Yang
termasuk sampah cepat terurai dalam perencanaan ini adalah sampah sisa
makanan, kardus, kertas, karton, kayu, dan sampah kebun. Dari sampah-sampah
tersebut, akan timbul beberapa gas berupa CO2 dan CH4. Data perhitungan
lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.17 dan Tabel 5.18. Berikut adalah contoh
perhitungan kandungan unsur karbon sampah cepat terurai

 % C sampah basah = 48%


 Berat kering sisa makanan = 31729,455 ton
 Besar unsur C sisa makanan = % C x berat kering
= 48% X 31729,455 ton = 15230,1ton
Tabel 5.17 Massa tiap Unsur Sampah

Berat
N Komposi Keteran Berat Unsur (ton)
Kering
o si gan C H O N S Abu
(ton)
Rapidly decomposable organic constituent
Sampah 18244. 1523 2030. 1193 825 126 158
1 basah 44 Cepat 0.1 7 0.3 .0 .9 6.5
218268 2703. 2734. 18. 12. 372.
2 Kertas .24 Cepat 0 372.8 0 6 4 8
236512 1793 2403. 1466 843 139 195
Jumlah .68 3.1 5 4.3 .6 .3 9.3
Berat
N Komposi Keteran Berat Unsur (ton)
Kering
o si gan C H O N S Abu
(ton)
Slowly decomposable organic constituent
4 Karet 0.00 Lambat 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
100476 4973 6028. 4290 201 100 150
5 Kayu .61 Lambat 5.9 6 3.5 .0 .5 7.1
61541. 3692 4431. 1403 615
6 Plastik 92 Lambat 5.2 0 1.6 0.0 0.0 4.2
7 Kain 29.75 Lambat 16.4 2.0 9.3 1.4 0.0 0.0
8 Kaca 32.39 Lambat 0.2 0.0 0.1 0.0 0.0 32.0
162080 8667 1046 5694 202 100 769
Jumlah .66 7.6 1.6 4.5 .3 .5 3.4
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Langkah selanjutnya adalah menentukan rumus kimia sampah. Rumus
kimia ini akan digunakan untuk menghitung stoikiometri pada proses
pembentukan gas dan lindi. Contoh perhitungan adalah sebagai berikut.
Ar C = 12,01
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑡𝑜𝑚 𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑟𝑎𝑖
Mol C = 𝐴𝑟
19933.1
= 12,01
= 1493,180 ton mol
Setelah dihitung, rumus kimia sampah rapidly decomposable waste
(RBW) adalah C1686,05H2725,72O1155,91N39,36S32,06. Apabila dihitung rumus kimia
berdasarkan N maka rumus kimia tersebut menjadi C43H69O29N. Rumus kimia
RBW dan SBW dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 5.18 Rumus Kimia Sampah

C H O N S
Jenis Sampah
12.01 1.01 16 14.01 32.06
RBW 1493.1802379.709 916.519 60.2154.346
RBW N basis 24.798 39.520 15.221 1 0.072
SBW 7217.11910358.0303559.03014.4423.135
SBW N basis 499.726 717.208 246.434 1 0.217
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Pembentukan gas dan lindi bergantung pada komposisi sampah yang
ditimbun. Timbulan gas landfill akan dihitung berdasarkan berat kering masing-
masing komposisi sampah, dimana persamaan stoikiometri timbulannya diperoleh
dari persamaan kimia sebagai berikut:

Tabel 5.19 Rekapitulasi Konstanta a,b,c,d

RBW SBW
C 24.798 499.726
H 39.520 717.208
O 15.221 246.434
N 1 1
Sumber : Analisis Penulis, 2020

Dari rumus kimia sampah tersebut dapat dihitung stoikiometri reaksi


penguraian sampah.
Tabel 5.20 Stoikiometri Reaksi

Mr
RBW SBW
RBW SBW
H2O 8.06 197.96 145.2 3567.2
CH4 13.16 277.53 211.2 4454.4
CO2 11.64 222.20 512.2 9778.8
NH3 1 1 17.0 17.0
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Stoikiometri RBW: C43H69O29N + 8,06H2O 13,16CH4 + 11,64CO2 + NH3
Stoikiometri SBW: C156H224O67N + 197,96H2O 277,53CH4 +
222,2CO2 + NH3
5.8 Perencanaan Pengelolaan Gas
Secara teoritis, gas CH4 dan CO2 merupakan gas yang paling dominan
dihasilkan. Jumlah gas yang dihasilkan sangat tergantung dari beberapa faktor
yaitu:
a. Unsur-unsur pembentukan sampah seperti karbon, hidrogen, nitrogen, dan
oksigen yang diperoleh dari ultimate analysis.
b. Kecepatan degradasi sampah yang dibedakan atas sampah yang cepat
terurai dan lambat terurai. Waktu untuk penguraian bahan organik yg
mudah terurai adalah 5 tahun, sedangkan waktu penguraian bahan organik
yang lambat terurai adalah 15 tahun. Proses perhitungan produksi gas
dilakukan menggunakan metode segitiga (Gambar 5.7)

Gambar 5.7 Metode Segitiga Proses Pembentukan Gas Sampah (a) Sampah
Cepat Terurai (b) Sampah Lambat Terurai
Produksi gas yang dihasilkan pada landfill sangat bergantung dari komposisi
sampah yang ada. Timbulan gas landfill akan dihitung berdasarkan berat kering
masing-masing komposisi .sampah, dimana persamaan timbulannya diperoleh dari
persamaan kimia sebagai berikut:
Stoikiometri RBW: C43H69O29N + 8,06H2O 13,16CH4 + 11,64CO2 + NH3
Stoikiometri SBW: C156H224O67N + 197,96H2O 277,53CH4 +
222,2CO2 + NH3
Dari persamaan kimia tersebut, dapat diketahui berapa jumlah gas yang
dihasilkan dari setiap sampah sesuai dengan kecepatan degradasinya. Berikut
adalah rekapitulasi dan produksi gas yang dihasilkan oleh sampah sesuai
kecepatan degradasinya. Berikut ini adalah perhitungan volume produksi gas.
Berat jenis CH4 = 0,0440 lb/ft3 = 0,72 kg/m3 = 0,72 x 10-3 ton/m3
Berat jenis CO2 = 0,1235 lb/ft3 = 1,98 kg/m3 = 1,98 x 10-3 ton/m3

𝑀𝑟 𝐶𝐻4 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑟𝑦 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡


CH4 RBW = 𝑀𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝐵𝑊 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
358,8 𝑥 104043,35
= 1068,3 𝑥 0,72 𝑥 10−3
𝐶𝐻4

= 116543465.7m3

𝑀𝑟 𝐶𝑂2 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑟𝑦 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 901,3 𝑥 104043,35


CO2 RBW = 𝑀𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝐵𝑊 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
= 1068,3 𝑥 1,98 𝑥 10−3
𝐶𝑂2
= 102786185.5m3

48538820.5 + 44331364.07
Total produksi gas = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = 104043,35
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑅𝐵𝑊

= 927.3483948m3/ton
𝑀𝑟 𝐶𝐻4 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑟𝑦 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 358,8 𝑥 52219,81
CH4 SBW = 𝑀𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝐵𝑊 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 = 3192,7 𝑥 0,72 𝑥 10−3
𝐶𝐻4
= 1618295.443m3

901,3 𝑥 52219,81
𝑀𝑟 𝐶𝑂2 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑟𝑦 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 = 3192,7 𝑥 1,98 𝑥 10−3
CO2 SBW = 𝑀𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝐵𝑊 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝐶𝑂2
= 3924978,893m3
2964317.027 + 7445248.854
= 52219,81
Total produksi gas = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑆𝐵𝑊
= 34.20071327m3/ton
Setelah diketahui koefisiennya, maka dapat dihitung gas yang diproduksi
sesuai dengan jenis degradasinya. Sampah yang cepat terurai dan lambat terurai
memiliki proses yang berbeda dalam pembentukan gasnya sehingga harus
dihitung terpisah. Sampah cepat terurai membutuhkan waktu degradasi 5 tahun,
sedangkan sampah lambat terurai membutuhkan waktu degradasi 15 tahun.
Berikut ini adalah proses perhitungan produksi gas:
1. Menentukan jumlah gas yang terbentuk di setiap akhir tahun. Perhitungan
ini menggunakan metode segitiga.
 Rapidly decomposable organic constituents:
Gambar 5.8 Metode Segitiga Sampah Cepat
Terurai Total produksi gas = 961,549 m3/tahun
Waktu dekomposisi sampah cepat terurai = 5 tahun
Laju produksi gas puncak = 2 x total produksi gas = 2 x 961,549
5 5

= 384,6 m3/tahun

Produksi gas selama 1 tahun = 1 x alas x laju produksi gas puncak


2

= 1 x 1 x 384,6 = 192,31 m3
2
Laju produksi gas selama tahun ke-2 = 3 x laju produksi gas puncak
4

= 3 x 384,6 = 288,45 m3/tahun


4
Produksi gas selama 2 tahun = 1 x 1 x (384,6 + 288,45)
2

= 336,53 m3
Produksi gas cepat terurai setiap tahun dapat dilihat pada Tabel 5.21.
Tabel 5.21 Produksi Gas Sampah Cepat Terurai Setiap Tahun

Akhir
Laju Produksi Produksi
Tahun
Gas (m3/tahun) Gas (m3)
ke-
1 0.00
0.46
2 0.91
Akhir
Laju Produksi Produksi
Tahun
Gas (m3/tahun) Gas (m3)
ke-
1.37
3 1.82
2.28
4 2.74
3.19
5 3.65
4.10
6 4.56
4.33
7 4.10
3.88
8 3.65
3.42
9 3.19
2.96
10 2.74
Sumber : Analisis Penulis, 2020
 Slowly decomposable organic constituents:
Gambar 5.9 Metode Segitiga Sampah Lambat Terurai
Total produksi gas = 34,2 m3/tahun
Waktu dekomposisi sampah cepat terurai = 15 tahun
2 x total produksi gas = 2
Laju produksi gas puncak = 15 x 34,2
15

= 4,56 m3/tahun

Laju produksi gas selama tahun ke-1 = 1 x laju produksi gas puncak
5

= 1 x 4,56 = 0,91 m3/tahun


5

Produksi gas selama 1 tahun = 1 x alas x laju produksi gas puncak


2

= 1 x 1 x 0,91 = 0,46 m3
2
Laju produksi gas selama tahun ke-2 = 2 x laju produksi gas puncak
5

= 2 x 4,56 = 1,82 m3/tahun


5
Produksi gas selama 2 tahun = 1 x 1 x (0,46 + 1,82)
2

= 1,37 m3
Produksi gas cepat terurai setiap tahun dapat dilihat pada Tabel 5.22
Tabel 5.22 Produksi Gas Sampah Cepat Terurai Setiap Tahun

Sampah Cepat Terurai

Akhir Laju Produksi Gas


Tahun ke- (m3/tahun)

0 0.00
1 0.00
2 927.35
3 695.51
4 463.67
5 231.84
6 0.00
7 0.00
8 0.00
9 0.00
10 0.00
11 0.00
12 0.00
13 0.00
14 0.00
15 0.00
Sumber : Analisis Penulis, 2020
2. Menentukan rate produksi gas setiap tahun dari sampah cepat dan lambat
terurai. Data yang dihasilkan akan digunakan untuk perhitungan total
jumlah produksi gas yang per ton dari jumlah sampah yang dibuang ke
landfill.
Persentase sampah RBW = 66,58%
Prosentase biodegradable = 75%
Fraksi RBW = (66,58 x 75)% = 50%
Produksi gas = Fraksi RBW x Total produksi gas RBW
= 50% x 892,61 m3/ton
= 412,694 m3/ton sampah kering
Persentase sampah SBW = 33,42%
Prosentase biodegradable = 50%
Fraksi RBW = (33,42 x 50)% = 17%
Produksi gas = Fraksi RBW x Total produksi gas RBW
= 17% x 199,34 m3/ton
= 183,650 m3/ton sampah kering
Tabel 5.23 Jumlah Gas yang Diproduksi Tiap Tahun

Sampah Cepat Terurai Sampah Lambat Terurai Total


Akhir Laju Laju
Tahun Produksi Laju
Produksi Produksi Produksi Produksi
ke- Produksi Gas
Gas Gas (m3) Gas (m3) Gas Gas (m3)
(m3/ton)
(m3/ton) (m3/ton)
0 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000
1 0.000 0.000 0.000
206.347 0.093 206.440
2 412.694 0.185 412.880
361.108 0.278 361.386
3 309.521 0.371 309.892
257.934 0.464 258.398
4 206.347 0.556 206.903
154.760 0.649 155.409
Sampah Cepat Terurai Sampah Lambat Terurai Total
Akhir Laju Laju
Tahun Produksi Laju
Produksi Produksi Produksi Produksi
ke- Produksi Gas
Gas Gas (m3) Gas (m3) Gas Gas (m3)
(m3/ton)
(m3/ton) (m3/ton)
5 103.174 0.742 103.915
51.587 0.834 52.421
6 0.000 0.927 0.927
0.000 0.881 0.881
7 0.834 0.834
0.000 0.788 0.788
8 0.742 0.742
0.000 0.695 0.695
9 0.649 0.649
0.000 0.603 0.603
10 0.556 0.556
0.000 0.510 0.510
11 0.464 0.464
0.000 0.417 0.417
12 0.371 0.371
0.000 0.324 0.324
13 0.278 0.278
0.000 0.232 0.232
14 0.185 0.185
0.000 0.139 0.139
15 0.093 0.093
Sampah Cepat Terurai Sampah Lambat Terurai Total
Akhir Laju Laju
Tahun Produksi Laju
Produksi Produksi Produksi Produksi
ke- Produksi Gas
Gas Gas (m3) Gas (m3) Gas Gas (m3)
(m3/ton)
(m3/ton) (m3/ton)
0.000 0.046 0.046
16 0.000 0.000
TOTAL 1031.736 6.954 1038.690
Sumber : Analisis Penulis, 2020
3. Menghitung total gas akumulasi yang diproduksi pada saat tahun
penimbunan dan tahun-tahun sebelumnya. Diasumsikan jumlah sampah
yang ditimbun sama setiap tahunnya. Kolom pertama adalah sampah yang
ditimbun pertama kali di landfill. Kolom selanjutnya adalah total rate gas
yang diproduksi pada tahun tertentu. (Terlampir)
Secara spesifik, jumlah gas CH4 dan CO2 yang berasal dari RBW maupun
SBW dapat dihitung. Perhitungan dilakukan dengan cara membuat persentase
masing- masing gas dari masing-masing jenis sampah dibandingkan dengan
jumlah gas total.
Jumlah gas CH4 dari RBW = 10474,300 m3
Jumlah gas CO2 dari RBW = 9566,363 m3
Jumlah gas CH4 dari SBW = 658,796 m3
Jumlah gas CO2 dari SBW = 1654,649 m3
Jumlah gas total = 1147,656 m3
Rasio CH4 dari RBW = 52,26%
Rasio CO2 dari RBW = 47,74%
Rasio CH4 dari SBW = 28,48%
Rasio CO2 dari SBW = 71,52%
Jumlah produksi gas yang sebelumnya sudah dihitung dikalikan dengan
persentase masing-masing gas dan masing-masing jenis sampah. Untuk proses
RBW membutuhkan waktu 5 tahun sedangkan SBW membutuhkan waktu 15
tahun. Berikut ini adalah hasil perhitungannya. (Terlampir)
5.9 Perencanaan Drainase
Pada perencanaan TPA Kecamatan Jambangan terdapat 2 tipe drainase, yaitu
drainase yang menampung limpasan air hujan dari timbunan sampah dan drainase
yang menampung limpasan air hujan dari lahan operasional TPA. Saluran
drainase
dibuat dengan memanfaatkan kemiringan lahan, di mana air hujan yang telah
tertampung di saluran akan dialirkan menuju ke badan air di sekitar lokasi TPA.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan rumus intensitas hujan
yang akan digunakan berdasarkan perencanaan drainase, dimulai dari HHM,
intensitas, hingga dapat ditentukan rumus yang digunakan untuk mencari
intensitas hujan dan PUH. Adapun untuk perencaan drainase TPA digunakan PUH
25 sesuai dengan kriteria perencanaan TPA.
Tahapan perencanaan saluran drainase TPA Jambangan adalah menentukan
luas blok pelayanan, menentukan koefisien pengaliran, menghitung debit
limpasan, dan menghitung dimensi saluran.
5.9.1 Menentukan Luas Tiap Blok
Penentuan luas pembebanan masing-masing saluran dilakukan dengan
menghitung luas masing-masing blok pembebanan saluran tersebut. Pada
perencanaan saluran drainase ini, terdapat beberapa blok pembebanan. Pembagian
blok pembebanan saluran drainase di lokasi TPA dapat dilihat pada Lampiran.
Saluran ada yang tidak memiliki catchment area karena saluran tersebut hanya
menyambungkan saluran sebelum dan sesudahnya. Besarnya luas pembebanan
masing-masing jalur saluran drainase dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5. 26 Luas Catchment Area
Dari Ke Daerah Layanan Lahan
Luas Lahan (Ha)
1 2 1 1.8
2 3 1 5.4216
zona 1 1 9.265
zona 2 1 9.004
3 4 1 1.545
Sumber : Analisis Penulis, 2020
5.9.2 Menentukan Koefesien Pengaliran
Koefisien pengaliran ini diperoleh dari hasil perbandingan antara jumlah
hujan yang jatuh dengan yang mengalir sebagai limpasan dari suatu hujan dalam
permukaan atau tanah tertentu. Pada suatu daerah pengaliran dengan tata guna
tanah yang berbedabeda besarnya koefisien pengaliran ditetapkan dengan
mengambil harga rata-rata berdasarkan bobot luas daerah seperti pada rumus :
𝐶1.𝐴1+𝐶2.𝐴2 +⋯+ 𝐶𝑛.𝐴𝑛
Cr = 𝐴
Koefisien pengaliran untuk tiap-tiap jenis kondisi permukaan tanah dapat
dilihat pada Tabel 5.24.
Tabel 5.24 Koefisien Pengaliran Permukaan Tanah
Sumber : Permen PU nomor 3 Tahun 2013

5.9.3 Penentuan Debit Limpasan Air Hujan


Pada perencanaan ini saluran drainase direncanakan menggunakan saluran
terbuka dengan bentuk segi empat yang tebuat dari beton dengan
pertimbangan lebih awet dan dapat menahan tekanan yang diakibatkan oleh
tanah. Debit limpasan masingmasing jalur saluran drainase dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut ini:
1
108 𝑥 𝑛 𝑥 𝐿𝑜3
to = 1
𝑆𝑜5
td = 𝐿𝑑
𝑣 𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑥 60
tc = to + td
5.9.4 Penentuan Dimensi Saluran
Pada perencanaan saluran drainase, digunakan saluran terbuka berbentuk
segi empat dengan penampang hidrolis ekonomis. Penampang saluran
drainase yang direncanakan dapat dilihat pada Gambar 5.10.

Gambar 5. 10 Penampang Saluran Drainase


Berikut tabel dimensi saluran drainase.
Tabel 5.25 Dimensi Saluran Drainase

5.10 Perencanaan Pengelolaan Lindi


Pada umumnya leachate terdiri dari cairan yang merupakan hasil dekomposisi
buangan dan cairan yang masuk ke landfill dari luar, misalnya air permukaan, air
tanah, air hujan. Masuknya cairan tersebut dapat menambah volume leachate yang
kemudian disimpan dalam rongga antar komponen sampah dan akan mengalir jika
memungkinkan. Sumber utama leachate berasal sumber eksternal, seperti
permukaan drainase, air hujan, air tanah, dan air dari bawah tanah, sedangkan
sumber internal adalah cairan yang diproduksi dari dekomposisi sampah.

5.10.1 Produksi Lindi


Produksi lindi bervariasi tergantung pada kondisi tahapan pengoperasian
landfill, yaitu:
a. Dalam tahap pengoperasian (terbuka sebagian): dalam tahapan ini,
bagianbagian yang belum ditutup tanah penutup akhir, baik lahan yang
sudah dipersiapkan maupun sampah yang hanya ditutup tanah penutup
harian, akan meresapkan sejumlah air hujan yang lebih besar.
b. Setelah pengoperasian selesai (tertutup seluruhnya), dalam kondisi ini
sampah telah dilapisi tanah penutup akhir. Tanah penutup akhir berfungsi
untuk mengurangi infiltrasi air hujan, sehingga produksi juga akan
berkurang. Perhitungan lindi pada perencanaan tempat pemrosesan akhir
sampah (TPA) ini dibagi menjadi perhitungan debit lindi yang dihasilkan
pada zona 1, zona 2.
Perhitungan:
Pada tahun 2020

 Berat tanah penutup = 1/3 x 12,6 m3/tahun x 1779,83 kg/m3 = 7471,80 kg


 Massa timbulan sampah = 12,6 m3/tahun x 600 kg/m3 = 7560 kg/m2
 Berat total lift = Berat tanah penutup + berat sampah = 7471,80 + 7560 =
15031,8 kg/m2
 Berat basah sampah = 70% x 7560 = 5292 kg/m2
 Berat kering sampah = 30% x 7560 = 2268 kg/m2
 Massa air hujan = 2101 mm/tahun
 Total massa timbulan sampah = 7471,80 + 7560 + 2101 = 17132,80 kg/m2
 Massa air hujan masuk landfill = 2101 x 0,2 = 420,20
 Massa rata-rata sampah = (0,5 x (2268 + 420,20) + 7471,80) = 8815,9 kg/m2
 Kapasitas lahan = 0,11
 Massa air yang tersimpan = 0,11 x 420,20 = 44,55 kg/m2
 Massa lindi = 420,20–44,55 = 375,65 kg/m2
 Kandungan lindi pada sampah = 375,65/1,875 = 200,34 kg/m3
 Timbulan sampah = 223695,77 m3
 Total timbulan lindi = 223695,77x200,34= 44816170,63 kg/tahun =
56020,21 m3/tahun = 153,48 m3/hari
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Kota Semarang
2020

Tabel 5.26 Produksi Lindi


Massa
Air
Massa Massa Total
Massa Massa Massa Hujan Massa Kandunga
Timbula Basah Massa Massa Timbulan Total Timbulan Lindi
Tanah Timbula Kering yang Rata- Massa Massa n Lindi Timbulan
n dalam Air Timbula Sampah Field
Tahu Penutu n Sampa Masuk Rata Air yang Lindi pada Sampah
Sampah Sampa Hujan n Terkompak Capaci
n p Sampah h dalam Sampa Tersimpa (kg/m2 Sampah (m3/tahu
+ Tanah h (kg/m2 Sampah si ty
(kg/m2 (kg/m2) (kg/m2 Landfil h n (kg/m2) ) (kg/m3 n)
Penutup (kg/m2 ) (kg/m2) (m3/tahun)
) (1) (2) ) l (kg/m2) sampah) m3/tahu m3/har
(kg/m2) ) (3) kg/tahun
(kg/m2 n i
)
7,471.8 15,031.8 5,292.0 2,268.0 2,101.0 17,132.8 8,815.9
2019 0 7,560.00 0 0 0 0 0 0.00 420.20 0 0.11 44.55 375.65 200.34 0.00 0.00 0.00 0.00
7,471.8 15,031.8 5,292.0 2,268.0 2,101.0 17,132.8 8,815.9 223,695.7 44,816,170.6 56,020.2
2020 0 7,560.00 0 0 0 0 0 223695.77 420.20 0 0.11 44.55 375.65 200.34 7 3 1 153.48
7,471.8 15,031.8 5,292.0 2,268.0 2,101.0 17,132.8 8,815.9 231,446.7 46,369,041.0 57,961.3
2021 0 7,560.00 0 0 0 0 0 231446.78 420.20 0 0.11 44.55 375.65 200.34 8 5 0 158.80
7,471.8 15,031.8 5,292.0 2,268.0 2,101.0 17,132.8 8,815.9 236,264.4 47,334,225.1 59,167.7
2022 0 7,560.00 0 0 0 0 0 236264.41 420.20 0 0.11 44.55 375.65 200.34 1 1 8 162.10
7,471.8 15,031.8 5,292.0 2,268.0 2,101.0 17,132.8 8,815.9 241,177.8 48,318,601.0 60,398.2
2023 0 7,560.00 0 0 0 0 0 241177.83 420.20 0 0.11 44.55 375.65 200.34 3 2 5 165.47
7,471.8 15,031.8 5,292.0 2,268.0 2,101.0 17,132.8 8,815.9 251,965.1 50,479,787.7 63,099.7
2024 0 7,560.00 0 0 0 0 0 251965.19 420.20 0 0.11 44.55 375.65 200.34 9 5 3 172.88
7,471.8 15,031.8 5,292.0 2,268.0 2,101.0 17,132.8 8,815.9 258,711.7 51,831,418.7 64,789.2
2025 0 7,560.00 0 0 0 0 0 258711.73 420.20 0 0.11 44.55 375.65 200.34 3 1 7 177.50
7,471.8 15,031.8 5,292.0 2,268.0 2,101.0 17,132.8 8,815.9 265,636.6 53,218,795.0 66,523.4
2026 0 7,560.00 0 0 0 0 0 265636.69 420.20 0 0.11 44.55 375.65 200.34 9 4 9 182.26
7,471.8 15,031.8 5,292.0 2,268.0 2,101.0 17,132.8 8,815.9 272,744.8 54,642,880.9 68,303.6
2027 0 7,560.00 0 0 0 0 0 272744.89 420.20 0 0.11 44.55 375.65 200.34 9 6 0 187.13
7,471.8 15,031.8 5,292.0 2,268.0 2,101.0 17,132.8 8,815.9 280,041.2 56,104,665.1 70,130.8
2028 0 7,560.00 0 0 0 0 0 280041.25 420.20 0 0.11 44.55 375.65 200.34 5 5 3 192.14
7,471.8 15,031.8 5,292.0 2,268.0 2,101.0 17,132.8 8,815.9 287,530.8 57,605,161.4 72,006.4
2029 0 7,560.00 0 0 0 0 0 287530.84 420.20 0 0.11 44.55 375.65 200.34 4 7 5 197.28
7,471.8 15,031.8 5,292.0 2,268.0 2,101.0 17,132.8 8,815.9 295,218.8 59,145,409.7 73,931.7
2030 0 7,560.00 0 0 0 0 0 295218.84 420.20 0 0.11 44.55 375.65 200.34 4 7 6 202.55
7,471.8 15,031.8 5,292.0 2,268.0 2,101.0 17,132.8 8,815.9 303,110.5 60,726,476.7 75,908.1
2031 0 7,560.00 0 0 0 0 0 303110.59 420.20 0 0.11 44.55 375.65 200.34 9 0 0 207.97
7,471.8 15,031.8 5,292.0 2,268.0 2,101.0 17,132.8 8,815.9 311,211.5 62,349,456.5 77,936.8
2032 0 7,560.00 0 0 0 0 0 311211.55 420.20 0 0.11 44.55 375.65 200.34 5 1 2 213.53
7,471.8 15,031.8 5,292.0 2,268.0 2,101.0 17,132.8 8,815.9 319,527.3 64,015,471.8 80,019.3
2033 0 7,560.00 0 0 0 0 0 319527.31 420.20 0 0.11 44.55 375.65 200.34 1 5 4 219.23
7,471.8 15,031.8 5,292.0 2,268.0 2,101.0 17,132.8 8,815.9 328,063.6 65,725,674.6 82,157.0
2034 0 7,560.00 0 0 0 0 0 328063.63 420.20 0 0.11 44.55 375.65 200.34 3 0 9 225.09
7,471.8 15,031.8 5,292.0 2,268.0 2,101.0 17,132.8 8,815.9 336,826.4 67,481,246.7 84,351.5
2035 0 7,560.00 0 0 0 0 0 336826.40 420.20 0 0.11 44.55 375.65 200.34 0 1 6 231.10
7,471.8 15,031.8 5,292.0 2,268.0 2,101.0 17,132.8 8,815.9 345,821.6 69,283,401.0 86,604.2
2036 0 7,560.00 0 0 0 0 0 345821.69 420.20 0 0.11 44.55 375.65 200.34 9 5 5 237.27

ARYADHANI ARIHTA S. MELIALA 126


21080117120042
Massa
Air
Massa Massa Total
Massa Massa Massa Hujan Massa Kandunga
Timbula Basah Massa Massa Timbulan Total Timbulan Lindi
Tanah Timbula Kering yang Rata- Massa Massa n Lindi Timbulan
n dalam Air Timbula Sampah Field
Tahu Penutu n Sampa Masuk Rata Air yang Lindi pada Sampah
Sampah Sampa Hujan n Terkompak Capaci
n p Sampah h dalam Sampa Tersimpa (kg/m2 Sampah (m3/tahu
+ Tanah h (kg/m2 Sampah si ty
(kg/m2 (kg/m2) (kg/m2 Landfil h n (kg/m2) ) (kg/m3 n)
Penutup (kg/m2 ) (kg/m2) (m3/tahun)
) (1) (2) ) l (kg/m2) sampah) m3/tahu m3/har
(kg/m2) ) (3) kg/tahun
(kg/m2 n i
)
7,471.8 15,031.8 5,292.0 2,268.0 2,101.0 17,132.8 8,815.9 355,055.7 71,133,382.2 88,916.7
2037 0 7,560.00 0 0 0 0 0 355055.70 420.20 0 0.11 44.55 375.65 200.34 0 8 3 243.61
7,471.8 15,031.8 5,292.0 2,268.0 2,101.0 17,132.8 8,815.9 364,534.8 73,032,467.7 91,290.5
2038 0 7,560.00 0 0 0 0 0 364534.81 420.20 0 0.11 44.55 375.65 200.34 1 6 8 250.11
Q yang
Beban
digunakan Q Pipa
Pengolahan Q Lindi
Tahun 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 (Q Lindi
Lindi (m3/detik)
tertinggi) (m3/detik)
(m3/tahun)
(m3/hari)

2019 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0 0 0
2020 149.03 144.71 140.51 136.44 132.48 128.64 124.91 121.28 117.77 114.35 153.48 478,190.45 0.001776
2021 154.19 149.72 145.38 141.16 137.07 133.09 129.23 125.49 121.85 158.80 451,574.89 0.001838
2022 157.40 152.84 148.41 144.10 139.92 135.87 131.92 128.10 162.10 415,574.28 0.001876 0.002054
2023 160.68 156.02 151.49 147.10 142.83 138.69 134.67 165.47 376,488.14 0.001915
2024 167.86 162.99 158.27 153.68 149.22 144.89 172.88 341,975.08 0.002001
2025 172.36 167.36 162.51 157.79 153.22 177.50 296,829.36 0.002054
2026 176.97 171.84 166.86 162.02 182.26 247,353.56 0.002109
2027 181.71 176.44 171.32 187.13 193,254.08 0.002166
0.002283
2028 186.57 181.16 192.14 134,219.26 0.002224
2029 191.56 197.28 69,918.26 0.002283
Total 1749.044 3005377.37 0.0202436 0.004338
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Kota Semarang
2020

5.10.2 Pipa Lindi


Pipa lindi direncanakan berbentuk sirip ikan dengan arah pipa menuju ke
instalasi pengolahan lindi. Sistem pengaliran lindi diusahakan memanfaatkan
kontur alami tanah sehingga tidak memperbanyak penggalian tanah. Layout pipa
lindi di TPA dapat dilihat pada Lampiran.
Agar memudahkan pengaliran, pemasangan lindi dibuat dengan slope yang
mencukupi. Karena setiap tahun debit lindi berbeda-beda maka perhitungan slope
menggunakan debit yang paling kecil agar lindi tetap dapat mengalir dengan
kecepatan rencana. Perhitungan pipa lindi adalah sebagai berikut:
Dari A ke 1
 Q = 0,00434 m3/detik
 fpeak = 1,2
 Q peak = Q x fpeak
= 0,00434 x 1,2 = 0,005 m3/detik
 fmin = 0,5
 Q min = Q x fmin
= 0,00434 x 0,5 = 0,0002 m3/detik
 L pipa = 100 m
 Ht awal = 141 m
 Ht akhir = 140 m
 Beda elevasi = Ht awal - Ht akhir = 141 -140 = 1 m
 Slope tanah = Beda elevasi / L pipa
= 1/100 = 0,01
 n pipa = 0,015
 Diameter teoritis = ((Qpeak/npipa)/(0,312xSlope tanah0,5))0,375
= (0,005/0,015) / (0,312x0,010,5))0,375
= 0,10 m
 Diameter pasaran = 100 mm
 Vfull = (1/npipa)x(Dpasaran/1000)/4)2/3 x Slope
tanah0,5
= (1/0,015) x (0,1/4)2/3) x 0,010,5 = 0,57
 Qfull = 0,25 x 3,14 x (Dpasaran/1000)2 x Vfull
= 0,25 x 3,14 x (100/1000)2 x 0,57 = 0,004
 Qpeak / Qfull = 0,5/0,004 = 1,163
 d/D = 0,31 (Tabel Hydraulic graphic element
sewer)

ARYADHANI ARIHTA S. MELIALA 129


21080117120042
 Vmin/Vfull = 0,67 (Tabel Hydraulic graphic element
sewer)
 Vmin = 0,31/0,67= 1,18 m/s
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Kota Semarang
2020

Perhitungan lengkap pipa lindi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.27 Perhitungan Pipa Lindi

1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19.000 20 21 22
Panjang
Sub Pipa Tinggi tanah Slope Diameter
Titik Q Lindi Qpk Qmin Vf Qfull Vmin
L Lkum Htawal Htakhir Tanah n Teoritis Pasaran
Segmen fpeak fmin Qpeak/Qf d/D Vmin/Vfull
pipa
m^3 /
Dari Ke (m) (m) (m) (m) (mm) (m/det) (m/det)
Pipa dtk (m^3/detik) L/det (St) (m) (m^3/det)
Tersier A 1 100 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 141.0 140.0 0.010 0.015 0.106 100 0.57 0.004 1.163 0.31 0.67 1.18
Sekunder 1 2 110 110 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 140.0 138.0 0.018 0.015 0.09 100 0.77 0.01 0.863 0.54 0.80 1.04
Tersier B 2 85 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 140.0 138.0 0.024 0.015 0.09 100 0.87 0.01 0.758 0.73 0.88 1.01
Sekunder 2 3 85 195 0.00868 1.20 0.010 0.50 0.004 140.0 138.0 0.024 0.015 0.12 150 1.15 0.02 0.514 0.58 0.78 0.68
Tersier C 3 99 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 139.0 138.0 0.010 0.015 0.11 150 0.75 0.01 0.393 0.69 0.55 0.73
Sekunder 3 4 103 298 0.01301 1.20 0.016 0.50 0.007 138.0 135.0 0.029 0.015 0.13 150 1.27 0.02 0.694 0.73 1.07 0.84
Tersier D 4 135 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 138.0 137.0 0.007 0.015 0.11 150 0.64 0.01 0.458 0.73 0.59 0.92
Sekunder 4 5 70 368 0.01735 1.20 0.021 0.50 0.009 138.0 136.0 0.029 0.015 0.15 150 1.26 0.02 0.934 0.67 1.07 0.85
Zona 1
Tersier E 5 120 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 139.0 138.0 0.008 0.015 0.11 150 0.68 0.01 0.432 0.67 0.59 0.87
Sekunder 5 6 93 461 0.02169 1.20 0.026 0.50 0.011 140.0 138.0 0.022 0.015 0.17 200 1.33 0.04 0.625 0.77 1.07 0.81
Tersier F 6 170 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 138.0 132.0 0.035 0.015 0.08 80 0.92 0.00 1.123 0.76 1.07 1.16
Sekunder 6 7 95 556 0.02169 1.20 0.026 0.50 0.011 138.0 132.0 0.063 0.015 0.14 200 2.27 0.07 0.365 0.76 1.07 0.47
Tersier G 7 120 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 138.0 132.0 0.050 0.015 0.08 80 1.10 0.01 0.943 0.76 1.07 0.97
Sekunder 7 8 80 636 0.02169 1.20 0.026 0.50 0.011 138.0 132.0 0.075 0.015 0.13 200 2.48 0.08 0.335 0.76 1.07 0.43
Sekunder 8 9' 121 757 0.02603 1.20 0.031 0.50 0.013 137.0 135.0 0.017 0.015 0.19 200 1.16 0.04 0.855 0.56 1.04 0.89
Tersier A 1 140 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 136.0 135.0 0.007 0.015 0.11 150 0.63 0.01 0.467 0.67 0.58 0.92
Sekunder 1 2 115 115 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 137.0 135.0 0.017 0.015 0.10 150 0.98 0.02 0.299 0.58 1.04 1.06
Tersier B 2 149 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 138.0 136.0 0.013 0.015 0.10 100 0.66 0.01 1.004 0.66 1.07 1.62
Sekunder 2 3 93 208 0.00868 1.20 0.010 0.50 0.004 137.0 136.0 0.011 0.015 0.14 150 0.77 0.01 0.761 0.56 1.04 1.34
Tersier C 3 153 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 137.0 135.0 0.013 0.015 0.10 100 0.65 0.01 1.018 0.53 1.02 1.57
Sekunder 3 4 83 291 0.01301 1.20 0.016 0.50 0.007 138.0 136.0 0.024 0.015 0.14 150 1.16 0.02 0.763 0.56 1.04 0.90
Tersier D 4 138 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 139.0 135.0 0.029 0.015 0.09 100 0.97 0.01 0.683 0.52 1.01 1.04
Zona 2 Sekunder 4 5 88 379 0.01735 1.20 0.021 0.50 0.009 142.0 140.0 0.023 0.015 0.15 150 1.13 0.02 1.047 0.55 1.03 0.91
Tersier E 5 142 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 140.0 137.0 0.021 0.015 0.09 100 0.83 0.01 0.800 0.67 1.07 1.29
Sekunder 5 6 98 477 0.01735 1.20 0.021 0.50 0.009 141.1 136.0 0.052 0.015 0.13 150 1.70 0.03 0.695 0.58 1.04 0.61
Tersier F 6 112 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 141.6 135.0 0.059 0.015 0.08 100 1.39 0.01 0.478 0.66 1.07 0.77
Sekunder 6 7 110 587 0.01735 1.20 0.021 0.50 0.009 142.2 140.0 0.020 0.015 0.16 200 1.28 0.04 0.520 0.56 1.04 0.82
Tersier G 7 108 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 142.8 137.0 0.053 0.015 0.08 100 1.31 0.01 0.505 0.53 1.02 0.78
Sekunder 7 8 107 694 0.01735 1.20 0.021 0.50 0.009 143.3 136.0 0.069 0.015 0.12 150 1.96 0.03 0.602 0.56 1.04 0.53

ARYADHANI ARIHTA S. MELIALA 131


21080117120042
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Kota Semarang
2020

1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19.000 20 21 22
Panjang
Sub Tinggi tanah Slope Diameter
Pipa
Titik Q Lindi Qpk Qmin Vf Qfull Vmin
L Lkum Htawal Htakhir Tanah n Teoritis Pasaran
Segmen fpeak fmin Qpeak/Qf d/D Vmin/Vfull
pipa
m^3 /
Dari Ke (m) (m) (m) (m) (mm) (m/det) (m/det)
Pipa dtk (m^3/detik) L/det (St) (m) (m^3/det)
Tersier H 8 105 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 143.9 135.0 0.085 0.015 0.07 100 1.66 0.01 0.400 0.52 1.01 0.61
Sekunder 8 9 103 797 0.01735 1.20 0.021 0.50 0.009 144.5 140.0 0.043 0.015 0.14 150 1.55 0.03 0.759 0.55 1.03 0.66
Tersier I 9 101 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 145.0 137.0 0.079 0.015 0.07 100 1.60 0.01 0.413 0.54 1.03 0.64
Sekunder 9 10 100 896 0.01735 1.20 0.021 0.50 0.009 145.6 137.0 0.086 0.015 0.12 200 2.66 0.08 0.250 0.54 1.03 0.39
Sekunder 10 9' 116 1,012 0.02169 1.20 0.026 0.50 0.011 137.0 136.0 0.009 0.015 0.20 200 0.84 0.03 0.987 0.72 1.08 1.29
Primer 9' 10' 300 300 0.04772 1.20 0.057 0.50 0.024 140.0 137.0 0.010 0.015 0.26 300 1.19 0.08 0.684 0.75 1.07 0.90
Primer
Primer 10" IPL 100 400 0.04772 1.20 0.057 0.50 0.024 137.0 136.0 0.010 0.015 0.26 300 1.19 0.08 0.684 0.61 1.06 0.89
Sumber : Analisis Penulis, 2020

ARYADHANI ARIHTA S. MELIALA 131

21080117120042
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir 2021
Sampah Kota Semarang

5.10.3 Perencanaan Instalasi Pengolahan Lindi


Pada perencanaan IPL ini akan dilakukan pengolahan secara sederhana
dengan menggunakan kolam stabilisasi. Pertimbangan yang diambil dalam
pemilihan sistem kolam stabilisasi sebagai IPL, yaitu: kolam stabilisasi
merupakan teknologi pengolahan air limbah konvensional yang mudah diterapkan
dan lebih ekonomis apabila dibandingkan dengan teknologi lain. Jenis kolam yang
ada dalam sistem pengolahan dengan kolam stabilisasi, antara lain: kolam
anaerobik, kolam fakultatif, dan kolam maturasi. Sebelum kolam stabilisasi, air
lindi dari zona penimbunan disalurkan ke bak pengumpul yang berfungsi untuk
menampung air lindi untuk sementara.

Rangkaian kolam dan besarnya penyisihan polutan masing-masing kolam


yang akan digunakan dalam IPL dapat dilihat pada Tabel 5.28. Adapun
perencanaan bak pengumpul dan kolam stabilisasi IPL di TPA didasarkan pada
kriteria desain yang dapat dilihat pada Tabel 5.28.

Tabel 5.28 Persentase Penyisihan Kolam Stabilisasi

Paramete Kolam Kolam


Kolam Fakultatif
r Anaerobik Maturasi
BOD 75% 75% 70%
COD 70% 70% 60%
TSS 60% 75% 65%
Sumber : Permen PU nomor 3 Tahun 2013
Tabel 5.29 Kriteria Desain Kolam Stabilisasi

Sumber : Permen PU nomor 3 Tahun 2013


5.10.3.1 Bak Pengumpul
Pada perencanaan ini akan digunakan bak pengumpul yang berfungsi
untuk menampung air lindi sebelum dialirkan ke kolam stabilisasi.

ARYADHANI ARIHTA S. MELIALA VI-132


21080117120042
 Debit pengolahan (Q) = 0,00434 m3/s
 Waktu detensi (td) = 3 menit
 Volume bak = Q x td = 0,78 m3
 H bak = 2,4 m
 As = Volume / H bak
= 0,78 m3 / 2,4 m = 0,32 m2
 Rasio P : L =2:1
0,32 =PxL
=2LxL
0,32
L =√
2

= 0,4 m
P = 2 x L = 0,8 m
5.10.3.2 Kolam Anaerobik
Pada perencanaan ini akan digunakan kolam anaerobik yang jumlahnya satu
buah. Berikut ini adalah perhitungan preliminary design:
 Debit pengolahan (Q) 8 jam = 93,7 m3/hari
 BOD influent = 546,69 mg/L
 Efisiensi Pengolahan = 50%
 Td = 3 hari
 H kolam =5m
 Laju Penurunan BOD = 0,35
 BOD effluen = (BOD influent x efisiensi pengolahan) –
BOD influent
= (546,69 x 50%) - 546,69
= 273,35 mg/L
 Beban volumetrik = (BOD influent – BOD effluen) / td
= (546,69 - 273.35) / 3
= 95,6709 mg/L.hari (OK)
 Volume Kolam = Q x td
= 93,7 x 3 = 267,7 m3
 Luas Kolam = V / H kolam
= 267,7 / 5 = 53,5 m2
 Rasio P : L =2:1
 53,5
L =√ 2 = 5,2 m
P = 2 x L = 2 x 5,2 = 10,4 m
5.10.3.3 Kolam Fakultatif
 Debit (Q) = 93,70 m3/hari
 Debit (reduksi 40%) = 93,7 x 60 %
= 56,22 m3/hari
 BOD influent = 273,35 mg/L
 Td = 5 hari
 H kolam =2m
 Efisiensi Pengolahan = 70%
 BOD effluen = (BOD influent x efisiensi pengolahan) –
BOD influent
= (273,35 x 70%) - 273,35
= 82 mg/L
 Massa BOD = (Q (reduksi 40%) x BOD influen) / 1000
= (56,22 x 273,35) / 1000 = 15,37 kg/hari
 Volume Kolam = Q (reduksi 40%) x td
= 56,22 x 5 = 281,09 m3
 Luas Kolam = V / H kolam
= 281,09 / 2 = 141 m2
*Direncanakan menggunakan 3 kolam

 Luas tiap kolam =L/3


= 141/ 3 = 46,85 m2
 Loading rate BOD = Massa BOD / (Luas kolam / 1000)
= 90,38 (141/1000) = 364,46 kg/Ha.hari (OK)
 Rasio P : L =2:1
 46,85 = 4,84 m
L =√ 2
P = 2 x L = 2 x 4,84 = 9,68 m
5.10.3.4 Kolam Maturasi
Debit (Q)= 56,22 m3/hari
 Debit (reduksi 50%) = 56,22 x 50 %
= 28,11 m3/hari
 BOD influent = 82 mg/L
 Td = 5 hari
 H kolam = 1,5 m
 Efisiensi Pengolahan = 60%
 BOD effluen = (BOD influent x efisiensi pengolahan) –
BOD influent
= (82 x 60%) - 82
= 32,80 mg/L
 Massa BOD = (Q (reduksi 50%) x BOD influen) / 1000
= (26,11 x 32,80) / 1000 = 2,31 kg/hari
 Volume Kolam = Q (reduksi 50%) x td
= 26,11 x 5 = 140,54 m3
 Luas Kolam = V / H kolam
= 140,54 / 1,5 = 94 m2
*Direncanakan menggunakan 3 kolam

 Luas tiap kolam =L/3


= 94 / 3 = 31,2 m2

 Loading rate BOD = Massa BOD / (Luas kolam / 1000)


= 13,56 (94/1000) = 82 kg/Ha.hari (OK)
 Rasio P : L =2:1
 31,23 = 3,95 m
L =√ 2
P = 2 x L = 2 x 3,95 = 7,9 m

Anda mungkin juga menyukai