............................................................................(5.4)
Dimana : Log Pn = y = Jumlah angka pada tahun n
Log Po = b = koefisien
Log n = x = tahun angka yang akan dihitung
r = a = koefisien x
3. Metode Least Square
Pn = a + (bt)....................................................................................................(5.5)
Dimana :
t = tambahan tahun terhitung dari tahun dasar
a = {(∑p)(∑t2)- (∑t)(∑ p.t )}/{n(∑t2)-(∑t)2}
b = {n(∑ p.t )-(∑t)(∑p)}/{n(∑t2)-(∑t)2}
Dimana :
t = sebagai nomor data tiap tahun
p = jumlah angka
t2 = sebagai nomor data tiap tahun dikuadratkan
p2 = jumlah angka dikuadratkan
Apabila rumus di atas diubah dalam bentuk regresi, menjadi :
ln Pn = rn + ln Po
y = ax + b.......................................................................................................(5.6)
Dimana ln Pn = y : jumlah angka pada tahun n
ln Po = b : koefisien
n = x : tahun dimana jumlah angka akan dihitung
r = a : koefisien x
Metode perhitungan proyeksi yang memberikan harga standar deviasi terkecil
dan menghasilkan koefisien korelasi yang paling mendekati +1 adalah metoda
yang terpilih.
5.2.1 Proyeksi Penduduk
Untuk mengetahui proyeksi penduduk yang dibutuhkan pada tahun 2039,
maka digunakan beberapa metode proyeksi diantaranya :
1. Metode Aritmatik
2. Metode Geometrik
3. Metode Eksponensial
Penentuan metode proyeksi penduduk dapat dilakukan dengan pengujian
angka korelasi, dimana metode yang dipilih adalah metode yang memiliki standar
deviasi paling kecil. Berikut rumus untuk memproyeksikan dari tiga metode :
1. Metode Aritmatik
Pn = Po + r n...............................................................................................(5.1)
Dimana Pn : angka pada tahun n
Po : jumlah penduduk pada awal perhitungan
n : periode perhitungan
r : rasio pertambahan penduduk/tahun
Apabila rumus di atas diubah dalam bentuk regresi, menjadi :
Pn = Po + rn
y = b + ax.......................................................................................................(5.2)
Dimana Pn = y : jumlah penduduk pada tahun n
Po = b : koefisien
n = x : tahun dimana jumlah penduduk akan dihitung
r = a : koefisien x
2. Metode Geometrik
Pn = Po ( 1 + r )n.............................................................................................(5.3)
Dimana : Pn = Jumlah penduduk pada tahun n
Po = Jumlah penduduk pada awal
n = periode perhitungan
r = rasio pertambahan penduduk /tahun
Rumus diatas diubah dalam bentuk regresi menjadi:
............................................................................(5.4)
Dimana : Log Pn = y = Jumlah penduduk pada tahun n
Log Po = b = koefisien
Log n = x = tahun penduduk yang akan dihitung
r = a = koefisien x
3. Metode Least Square
Pn = a + (bt)....................................................................................................(5.5)
Dimana :
t = tambahan tahun terhitung dari tahun dasar
a = {(∑p)(∑t2)- (∑t)(∑ p.t )}/{n(∑t2)-(∑t)2}
b = {n(∑ p.t )-(∑t)(∑p)}/{n(∑t2)-(∑t)2}
Dimana :
t = sebagai nomor data tiap tahun
p = jumlah penduduk
t2 = sebagai nomor data tiap tahun dikuadratkan
p2 = jumlah penduduk dikuadratkan
Apabila rumus di atas diubah dalam bentuk regresi, menjadi :
ln Pn = rn + ln Po
y = ax + b......................................................................................................(5.6)
Dimana ln Pn = y : jumlah penduduk pada tahun n
ln Po = b : koefisien
n = x : tahun dimana jumlah penduduk akan dihitung
r = a : koefisien x
Metode perhitungan proyeksi penduduk yang memberikan harga standar
deviasi terkecil dan menghasilkan koefisien korelasi yang paling mendekati +1
adalah metoda yang terpilih.
Tabel 5.1 Jumlah Penduduk 5 Tahun Terakhir Pada Daerah Pelayanan Kota
Semarang
JUMLAH
TAHUN
PENDUDUK
2015 1572105
2016 1595187
2017 1602717
JUMLAH
TAHUN
PENDUDUK
2018 1668578
2019 1814110
Sumber : Kota Semarang dalam Angka, 2020
Jumlah penduduk salam kurun waktu 5 tahun terakhir tersebut akan digunakan
sebagai data untuk menentukan proyeksi penduduk selama 20 tahun kedepan.
Hasil perhitungan proyeksi penduduk dari ketiga metode (terlampir) sedangkan
regresi masing-masing metode untuk wilayah perencanaan dari masing-masing
metode dapat dilihat pada Tabel 5.2 sebagai berikut :
Metode
Nilai
Aritmatik Geometrik Least Square
R2 0,9871 1 0,9999
Standar Deviasi 87,845 40,436 78,828
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Dari tabel diatas metode yang memiliki nilai R mendekati 1 dan standar
deviasi terkecil adalah metode Geometrik. Oleh karena itu Geometrik merupakan
metode terpilih yang akan digunakan untuk memproyeksikan jumlah penduduk
wilayah perencanaan. Selanjutnya proyeksi penduduk menggunakan metode
perhitungan Geometri pada tabel 5.3 berikut :
Tabel 5.3 Proyeksi Penduduk Wilayah Perencanaan
PROYEKSI
GEOMETRIK
NO TAHUN Pn = Po(1+r)^n
0 2015 1,699,742
1 2016 1,727,640
2 2017 1,755,995
3 2018 1,784,816
4 2019 1,814,110
5 2020 1,843,885
6 2021 1,874,148
PROYEKSI
GEOMETRIK
NO TAHUN Pn = Po(1+r)^n
7 2022 1,904,908
8 2023 1,936,173
9 2024 1,967,951
10 2025 2,000,250
11 2026 2,033,080
12 2027 2,066,449
13 2028 2,100,365
14 2029 2,134,838
Jumlah Pendapatan
Tahun PDRB
Penduduk Perkapita
PROYEKSI
ARITMATIK
10 2024 3,313,700
11 2025 3,375,677
12 2026 3,437,654
13 2027 3,499,631
14 2028 3,561,608
15 2029 3,623,584
Timbulan
Laju Timbulan Timbulan
Sampah
Jumlah Pertumbuhan Timbulan Sampah Sampah
Tahun Domestik
Penduduk Kota (Cs) Sampah Domestik (l Domestik
(m3/
(l/org/hari) / hari) (m3 / tahun)
hari)
2015 1,699,742 - 2.75 4,674,291.684,674.29 1,706,116.46
2016 1,727,640 0.01031 2.75 4,751,009.894,751.01 1,734,118.61
2017 1,755,995 0.01023 2.75 4,828,987.274,828.99 1,762,580.35
2018 1,784,816 0.01022 2.75 4,908,244.474,908.24 1,791,509.23
2019 1,814,110 0.01021 2.75 4,988,802.504,988.80 1,820,912.91
Timbulan
Laju Timbulan Timbulan
Sampah
Jumlah Pertumbuhan Timbulan Sampah Sampah
Tahun Domestik
Penduduk Kota (Cs) Sampah Domestik (l Domestik
(m3/
(l/org/hari) / hari) (m3 / tahun)
hari)
2020 1,843,885 0.01021 2.75 5,070,682.725,070.68 1,850,799.19
2021 1,874,148 0.01020 2.78 5,206,500.575,206.50 1,900,372.71
2022 1,904,908 0.01020 2.81 5,345,908.205,345.91 1,951,256.49
2023 1,936,173 0.01020 2.83 5,489,002.615,489.00 2,003,485.95
No Komponen Persentase
Sampah Komposisi
Sampah (%)
1 Organik 31.6
2 Kertas 14.74
3 Kaca 0.75
4 Plastik 15.49
5 Logam 20.81
6 Kayu 12.36
7 Kain 1.72
8 Karet 0.5
No Komponen Persentase
Sampah Komposisi
Sampah (%)
9 Lain-lain 2.03
Total 100
Sumber : DLH Kota Semarang, 2020
Tabel diatas merupakan persentase dari komposisi sampah yang ada di Kota
Semarang dimana sampah organik merupakan komposisi terbesar dalam timbulan
sampah yang terdapat di Kota Semarang hingga mencapai 31.6 %. Setelah
diketahui persentase komposisi sampah maka dapat menentukan material balance
terhadap timbulan sampah di wilayah pelayanan pada tabel 5.10 berikut.
Tabel 5.9 Timbulan Sampah Total Wilayah Pelayanan
TAHUN TAHUN
NO URAIAN SATUAN
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029
1 Berat jenis sampah semula kg/m3 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0
2 Berat jenis setelah pemadatan kg/m3 600.0 600.0 600.0 600.0 600.0 600.0 600.0 600.0 600.0 600.0 600.0
3 volume sisa setelah dipadatkan % 50.0 50.0 50.0 50.0 50.0 50.0 50.0 50.0 50.0 50.0 50.0
5 Sampah yang masuk m3/hari - 1,225.7 1,268.2 1,294.6 1,321.5 1,380.6 1,417.6 1,455.5 1,494.5 1,534.5 1,575.5
6 Ketinggian lapisan sampah m 17.0 17.0 17.0 17.0 17.0 17.0 17.0 17.0 17.0 17.0 17.0
7 Volume sampah setelah dipadatkan m3/hari - 612.9 634.1 647.3 660.8 690.3 708.8 727.8 747.2 767.2 787.8
8 Volume sampah per tahun m3 - 223,695.8 231,446.8 236,264.4 241,177.8 251,965.2 258,711.7 265,636.7 272,744.9 280,041.2 287,530.8
9 Kebutuhan lahan Ha - 1.3 1.4 1.4 1.4 1.5 1.5 1.6 1.6 1.6 1.7
10 Kumulatif kebutuhan lahan Ha - 1.3 2.7 4.1 5.5 7.0 8.5 10.1 11.7 13.3 15.0
11 Kebutuhan tanah penutup harian % 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0
12 Kebutuhan tanah harian m3/hari - 61.3 63.4 64.7 66.1 69.0 70.9 72.8 74.7 76.7 78.8
13 Kebutuhan tanah harian per tahun m3/tahun - 22,369.6 23,144.7 23,626.4 24,117.8 25,196.5 25,871.2 26,563.7 27,274.5 28,004.1 28,753.1
14 Kumulatif kebutuhan tanah harian m3/hari - 61.3 63.4 64.7 66.1 69.0 70.9 72.8 74.7 76.7 78.8
15 Kumulatif kebutuhan tanah harian m3/tahun - 22,369.6 23,144.7 23,626.4 24,117.8 25,196.5 25,871.2 26,563.7 27,274.5 28,004.1 28,753.1
16 Volume Sampah yang Masuk ke TPA m3/tahun - 223,695.8 231,446.8 236,264.4 241,177.8 251,965.2 258,711.7 265,636.7 272,744.9 280,041.2 287,530.8
TAHUN TAHUN
NO URAIAN SATUAN
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029
17 KebutuhanTanah Penutup Per Tahun m3/tahun - 22,369.6 23,144.7 23,626.4 24,117.8 25,196.5 25,871.2 26,563.7 27,274.5 28,004.1 28,753.1
18 Volume Sampah+ tanah penutup m3/tahun - 246,065.3 254,591.5 259,890.8 265,295.6 277,161.7 284,582.9 292,200.4 300,019.4 308,045.4 316,283.9
19 Kebutuhan lahan+ tanah penutup Ha - 1.4 1.5 1.5 1.6 1.6 1.7 1.7 1.8 1.8 1.9
Kumulatif kebutuhan lahan + tanah
20 penutup Ha - 1.4 2.9 4.5 6.0 7.7 9.3 11.1 12.8 14.6 16.5
21 Volume Sel Harian m3 - 674.2 697.5 712.0 726.8 759.3 779.7 800.5 822.0 844.0 866.5
22 Luas Sel Harian m2 - 337.1 348.8 356.0 363.4 379.7 389.8 400.3 411.0 422.0 433.3
23 Lahan Total (IPL+Fasilitas) Ha - 0.5 0.5 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.7 0.7
24 lahan+tanah penutup+IPL+Fasilitas Ha - 2.0 2.0 2.1 2.1 2.2 2.3 2.3 2.4 2.5 2.5
kumulatif lahan + tanah penutup + IPL
25 + Fasilitas - 2.0 4.0 6.1 8.2 10.5 12.7 15.1 17.5 20.0 22.5
26 Pembagian Zona 8.490 6.506
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Kota Semarang
2020
Calon Lokasi TPA I Calon Lokasi TPA II Calon Lokasi TPA III
No Parameter
Bobot Nilai Jumlah Bobot Nilai Jumlah Bobot Nilai Jumlah
I. UMUM
Batas Administrasi 5 25 5 25 5 25
Dalam batas administrasi 10 10 10
Diluar batas administrasi tetapi dalam satu 5 25 5 25 5 25
Pemerintah daerah/pusat 10 10 10
Pribadi (satu orang) 7 7 7
2
Swasta/perusahaan (satu) 5 5 5
Lebih dari satu pemilik hak dan status kepemilikan 3 9 3 9 3 9
Organisasi sosial/agama 1 1 1
Kapasitas Lahan 5 50 5 50 5 50
> 10 tahun 10 50 10 50 10 50
3 5 tahun - 10 tahun 8 8 8
3 tahun - 5 tahun 5 5 5
kurang dari 3 tahun 1 1 1
Jumlah pemilik tanah 3 3 3 3 3 3
1 kk 10 10 10
2 - 3 kk 7 7 7
4 4 - 5 kk 5 5 5
6 - 10 kk 3 3 3
lebih dari 10 kk 1 3 1 3 1 3
Partisipasi masyarakat 3 3 3 3 3 3
spontan 10 10 10
5
digerakkan 5 5 5
negosiasi 1 3 1 3 1 3
Discharge area/lokal 10 10 10
3
Recharge area dan discharge area lokal 5 5 5
Lalu Lintas 3 24 3 24 3 24
Terletak 500 m dari jalan umum 10 10 10
11 Terletak < 500 m pada lalu lintas rendah 8 24 8 24 8 24
Terletak < 500 m pada lalu lintas sedang 3 3 3
Terletak < 500 m pada lalu lintas tinggi 1 1 1
Tata guna lahan 5 50 5 50 5 50
12 Mempunyai dampak sedikit terhadap tata guna 10 50 10 50 10 50
tanah sekitar
Mempunyai dampak sedang terhadap tata guna 5 5 5
tanah sekitar
Mempunyai dampak besar terhadap tata guna 1 1 1
tanah sekitar
Pertanian 3 30 3 30 3 10
Berlokasi di lahan tidak produktif 10 30 10 30 10
13 Tidak ada dampak terhadap pertanian sekitar 5 5 5
Ada pengaruh negatif terhadap pertanian sekitar 1 1 1
Berlokasi di tanah pertanian produktif 1 1 1 10
Daerah lindung / cagar alam 2 20 2 20 2 20
Tidak ada daerah lindung/ cagar alam di sekitarnya 10 20 10 20 10 20
Terdapat daerah lindung/ cagar alam di sekitarnya 1 1 1
14
yang tidak terkena dampak negatif
Terdapat daerah lindung/ cagar alam di sekitarnya 1 1 1
yang terkena dampak negatif
Biologis 3 30 3 30 3 30
Nilai habitat yang rendah 10 30 10 30 10 30
15
Nilai habitat yang tinggi 5 5 5
Habitat kritis 1 1 1
Kebisingan dan bau 2 20 2 10 2 2
Terdapat zona penyangga 10 20 10 10
16
Terdapat zona penyangga yang terbatas 5 5 10 5
Tidak terdapat penyangga 1 1 1 2
Estetika 3 30 3 30 3 15
Operasi penimbunan tidak terlihat dari luar 10 30 10 30 10
17
Operasi penimbunan sedikit terlihat dari luar 5 5 5 15
Operasi penimbunan terlihat dari luar 1 1 1
JUMLAH 475 445 402
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Kota Semarang
2020
e. Pagar
Pagar yang berfungsi untuk menjaga keamanan TPA dapat berupa pagar
tanaman sehingga sekaligus dapat juga berfungsi sebagai daerah penyangga
minimal setebal 5 m dan dapat pula dilengkapi dengan pagar kawat atau lainnya.
f. Papan Nama
Papan nama berisi nama TPA, pengelola, jenis sampah dan waktu kerja yang
dipasang di depan pintu masuk TPA.
5.6.2 Fasilitas Perlindungan
a. Lapisan dasar TPA
1. Lapisan dasar TPA harus kedap air sehingga lindi terhambat meresap kedalam
tanah dan tidak mencemari air tanah. Koefisien permeabilitas lapisan dasar
TPA harus lebih kecil dari 10-6 cm/detik
2. Pelapisan dasar kedap air dapat dilakukan dengan cara melapisi dasar TPA
dengan tanah lempung yang dipadatkan (30 cm x 2) atau geomembran setebal
1,5 – 2 mm, terkandung pada kondisi tanah.
3. Dasar TPA harus dilengkapi saluran pipa pengumpul lindi dan kemiringan
minimal 2 % kearah saluran pengumpul maupun penampung lindi.
4. Pembentukan dasar TPA harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan
urutan zona/blok dengan urutan pertama sedekat mungkin ke kolam
pengolahan lindi.
5. Bila menurut desain perlu digunakan geositentis seperti geomembran,
geotekstil, nonwoven, geonet, dan sebagainya, pemasangan bahan ini
hendaknya disesuaikan spesifikasi teknis yang telah direncanakan, dan
dilaksanakan oleh kontraktor yang berpengalaman dalam bidang ini.
b. Pengumpulan dan Pengolahan Lindi
1. Penyaluran Lindi
Saluran pengumpul lindi terdiri dari saluran pengumpul sekunder dan primer.
a) Kriteria saluran pengumpul sekunder adalah sebagai berikut :
- Dipasang memanjang ditengah blok/zona penimbun
- Saluran pengumpul tersebut menerima aliran dari dasar lahan dengan
kemiringan minimal 2 %
- Saluran pengumpul terdiri dari rangkaian pipa PVC
- Dasar saluran dapat dilapisi dengan liner (lapisan kedap air)
b) Kriteria saluran pengumpul primer :
Menggunakan pipa PVC/HDPE dengan diameter minimal 3`00 mm,
berlubang (untuk pipa ke bak pengumpul lindi tidak berlubang saluran
primer dapat dihubungkan dengan hilir saluran sekunder oleh bak kontrol,
yang berfungsi pula sebagai ventilasi yang dikombinasikan dengan
pengumpul gas vertikal).
c) Syarat pengaliran lindi adalah :
Pengaliran lindi dilakukan seoptimal mungkin dengan metode gravitasi,
dengan kecepatan pengaliran 0,6 – 3 m/det. Kedalaman air dalam saluran /
pipa (d/D) maksimal 80 %, dimana d = tinggi air dan D= diameter pipa.
d) Perhitungan desain debit lindi adalah menggunakan model atau dengan
perhitungan yang didasarkan atas asumsi. Hujan terpusat pada 4 jam
sebanyak 90% (Van Breen), sehingga faktor puncak = 5,4. Maksimum
hujan yang jatuh 20 – 30% diantaranya menjadi lindi. Dalam 1 bulan,
maksimum terjadi 20 hari hujan. Data presipitasi diambil berdasarkan data
harian atau tahunan maksimum dalam 5 tahun terakhir.
2. Pengolahan lindi
Beberapa pilihan alternatif teknologi yang diterapkan di Indonesia adalah:
a) Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan Biofilter (alternatif I)
b) Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan Landtreatment / Wetland
(alternatif 2).
c) Anaerobic Baffled Reactor (ABR) dengan Aerated Lagoon (alternatif 3).
d) Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi, Kolam Anaerobik atau ABR
(alternatif 4).
e) Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi I, Aerated Lagoon, Sedimentasi
II (alternatif 5).
c. Penanganan Gas
Ventilasi gas yang berfungsi untuk mengalirkan dan mengurangi akumulasi
tekanan gas mempunyai kriteria teknis :
1) Pipa ventilasi dipasang dari dasar TPA secara bertahap pada setiap
lapisan sampah dan dapat dihubungkan dengan pipa pengumpul lindi
2) Pipa ventilasi gas berupa pipa HDPE atau pipa HDPE yang tahan
terhadap tekanan diameter 150 mm (diameter lubang perforasi
maksimum 1,5 cm) yang dikelilingi oleh saluran bronjong berdiameter
400 mm dan diisi batu pecah diameter 50-100 mm
3) Ketinggian pipa ventilasi tergantung pada rencana tinggi timbunan (setiap
lapisan sampah ditambah 50 cm)
4) Pipa ventilasi pada akhir timbunan harus ditambah dengan pipa besi
diameter 150 mm
5) Gas yang keluar dari ujung pipa besi harus dibakar atau dimanfaatkan
sebagai energi alternatif.
6) Jarak antara pipa ventilasi gas 50-70 m
7) Pada sistem lahan urug saniter, gas bio harus dialirkan ke pipa penangkap
gas melalui ventilasi sistem penangkap gas, lalu dibakar pada gas flare.
Sangat dianjurkan menangkap gas bio tersebut untuk dimanfaatkan.
8) Metode untuk membatasi dan menangkap pergerakan gas adalah:
a) Menempatkan materi impermeable pada atau di luar perbatasan lahan
urug untuk menghalangi aliran gas
b) Menempatkan materi granular pada atau di luar perbatasan lahan urug
(perimeter) untuk penyaluran dan atau pengumpulan gas
c) Pembuatan sistem ventilasi penangkap gas di dalam lokasi TPA
9) Sistem penangkap gas dapat berupa:
a) Ventilasi horizontal: yang bertujuan untuk menangkap aliran gas
dalam dari satu sel atu lapisan sampah
b) Ventilasi vertikal: merupakan ventilasi yang mengarahkan dan
mengalirkan gas yang terbentuk ke atas
c) Ventilasi akhir: merupakan ventilasi yang dibangun pada saat
timbunan akhir sudah terbentuk, yang dapat dihubungkan pada
pembakar gas (gas flare atau dihubungkan dengan sarana pengumpul
gas untuk dimanfaatkan lebih lanjut. Perlu dipahami bahwa potensi
gas pada TPA ini sudah mengecil sehingga mungkin tidak mampu
untuk digunakan dalam operasi rutin.
d) Penutupan tanah
Tanah penutup dibutuhkan untuk mencegah sampah berserakan,
bahaya kebakaran, timbulnya bau, berkembang biaknya lalat atau
binatang pengerat dan mengurangi timbulan lindi.
1. Jenis tanah penutup adalah tanah yang tidak kedap
2. Periode penutupan tanah harus disesuaikan dengan metode
pembuangannya, untuk lahan urug saniter penutupan tanah
dilakukan setiap hari, sedangkan untuk lahan urug terkendali
penutupan tanah dilakukan secara berkala.
3. Tahapan penutupan tanah untuk lahan urug saniter terdiri dari
penutupan tanah harian (setebal 10 – 15 cm), penutupan antara
(setebal 30 – 40 cm) dan penutupan tanah akhir (setebal 50 – 100
cm, tergantung rencana peruntukan bekas TPA nantinya).
4. Kemiringan tanah penutup harian harus cukup untuk dapat
mengalirkan air hujan keluar dari atas lapisan penutup tersebut.
5. Kemiringan tanah penutup akhir hendaknya mempunyai grading
dengan kemiringan tidak lebih dari 30 derajat (perbandingan 1 : 3)
untuk menghidari terjadinya erosi:
Komposisi Keterangan
Sampah
Cepat Terurai
Makanan
Daun-daun Cepat Terurai
Kertas Cepat Terurai
Tekstil Lambat Terurai
Karet Lambat Terurai
Plastik Lambat Terurai
Kulit Lambat Terurai
Kayu Lambat Terurai
Kaca Lambat Terurai
Lain-lain Lambat Terurai
Sumber: Tchobanoglous (1993)
Proses degradasi sampah kota dengan menggunakan mikroba terbagi dalam
dua cara, yaitu secara aerob (dengan suplai udara yang cukup) dan anaerob (tanpa
udara). Pada proses degradasi secara aerob akan dihasilkan gas CO2 dengan
waktu degradasi yang relatif singkat, sedangkan pada degradasi secara anerob
disamping dihasilkan gas CO2 juga dihasilkan gas CH4 dengan waktu degradasi
yang lebih lama. Proses degradasi biologi anaerob sampah adalah sebagai berikut:
1. Bahan-bahan organik dikonversi menjadi gas metan dan karbon dioksida
tanpa kehadiran oksigen
2. Biogas sekitar 95-98% dari gas yang terbentuk.
3. Gas lain yang tersisa terdiri hidrogen sulfida dan hidrogen.
4. Bahan organik residunya seringkali mempunyai komposisi dan
karakteristik yang sama dengan bahan organik yang didegradasi.
5. Panas yang dibebaskan sebanding dengan perbedaan antara panas
pembakarannya dari semua bahan awalnya dengan jumlah total panas
pembakaran produk hasilnya
Data timbunan sampah yang ditampung pada perencanaan TPA Kota
Semarang berdasarkan komposisi dan timbulan setelah kompaksi sampah dapat
dilihat pada Tabel 5.14 berikut.
Tabel 5.14 Komposisi Sampah Kota Semarang
Berat
N Komposi Keteran Berat Unsur (ton)
Kering
o si gan C H O N S Abu
(ton)
Rapidly decomposable organic constituent
Sampah 18244. 1523 2030. 1193 825 126 158
1 basah 44 Cepat 0.1 7 0.3 .0 .9 6.5
218268 2703. 2734. 18. 12. 372.
2 Kertas .24 Cepat 0 372.8 0 6 4 8
236512 1793 2403. 1466 843 139 195
Jumlah .68 3.1 5 4.3 .6 .3 9.3
Berat
N Komposi Keteran Berat Unsur (ton)
Kering
o si gan C H O N S Abu
(ton)
Slowly decomposable organic constituent
4 Karet 0.00 Lambat 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
100476 4973 6028. 4290 201 100 150
5 Kayu .61 Lambat 5.9 6 3.5 .0 .5 7.1
61541. 3692 4431. 1403 615
6 Plastik 92 Lambat 5.2 0 1.6 0.0 0.0 4.2
7 Kain 29.75 Lambat 16.4 2.0 9.3 1.4 0.0 0.0
8 Kaca 32.39 Lambat 0.2 0.0 0.1 0.0 0.0 32.0
162080 8667 1046 5694 202 100 769
Jumlah .66 7.6 1.6 4.5 .3 .5 3.4
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Langkah selanjutnya adalah menentukan rumus kimia sampah. Rumus
kimia ini akan digunakan untuk menghitung stoikiometri pada proses
pembentukan gas dan lindi. Contoh perhitungan adalah sebagai berikut.
Ar C = 12,01
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑡𝑜𝑚 𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑟𝑎𝑖
Mol C = 𝐴𝑟
19933.1
= 12,01
= 1493,180 ton mol
Setelah dihitung, rumus kimia sampah rapidly decomposable waste
(RBW) adalah C1686,05H2725,72O1155,91N39,36S32,06. Apabila dihitung rumus kimia
berdasarkan N maka rumus kimia tersebut menjadi C43H69O29N. Rumus kimia
RBW dan SBW dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 5.18 Rumus Kimia Sampah
C H O N S
Jenis Sampah
12.01 1.01 16 14.01 32.06
RBW 1493.1802379.709 916.519 60.2154.346
RBW N basis 24.798 39.520 15.221 1 0.072
SBW 7217.11910358.0303559.03014.4423.135
SBW N basis 499.726 717.208 246.434 1 0.217
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Pembentukan gas dan lindi bergantung pada komposisi sampah yang
ditimbun. Timbulan gas landfill akan dihitung berdasarkan berat kering masing-
masing komposisi sampah, dimana persamaan stoikiometri timbulannya diperoleh
dari persamaan kimia sebagai berikut:
RBW SBW
C 24.798 499.726
H 39.520 717.208
O 15.221 246.434
N 1 1
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Mr
RBW SBW
RBW SBW
H2O 8.06 197.96 145.2 3567.2
CH4 13.16 277.53 211.2 4454.4
CO2 11.64 222.20 512.2 9778.8
NH3 1 1 17.0 17.0
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Stoikiometri RBW: C43H69O29N + 8,06H2O 13,16CH4 + 11,64CO2 + NH3
Stoikiometri SBW: C156H224O67N + 197,96H2O 277,53CH4 +
222,2CO2 + NH3
5.8 Perencanaan Pengelolaan Gas
Secara teoritis, gas CH4 dan CO2 merupakan gas yang paling dominan
dihasilkan. Jumlah gas yang dihasilkan sangat tergantung dari beberapa faktor
yaitu:
a. Unsur-unsur pembentukan sampah seperti karbon, hidrogen, nitrogen, dan
oksigen yang diperoleh dari ultimate analysis.
b. Kecepatan degradasi sampah yang dibedakan atas sampah yang cepat
terurai dan lambat terurai. Waktu untuk penguraian bahan organik yg
mudah terurai adalah 5 tahun, sedangkan waktu penguraian bahan organik
yang lambat terurai adalah 15 tahun. Proses perhitungan produksi gas
dilakukan menggunakan metode segitiga (Gambar 5.7)
Gambar 5.7 Metode Segitiga Proses Pembentukan Gas Sampah (a) Sampah
Cepat Terurai (b) Sampah Lambat Terurai
Produksi gas yang dihasilkan pada landfill sangat bergantung dari komposisi
sampah yang ada. Timbulan gas landfill akan dihitung berdasarkan berat kering
masing-masing komposisi .sampah, dimana persamaan timbulannya diperoleh dari
persamaan kimia sebagai berikut:
Stoikiometri RBW: C43H69O29N + 8,06H2O 13,16CH4 + 11,64CO2 + NH3
Stoikiometri SBW: C156H224O67N + 197,96H2O 277,53CH4 +
222,2CO2 + NH3
Dari persamaan kimia tersebut, dapat diketahui berapa jumlah gas yang
dihasilkan dari setiap sampah sesuai dengan kecepatan degradasinya. Berikut
adalah rekapitulasi dan produksi gas yang dihasilkan oleh sampah sesuai
kecepatan degradasinya. Berikut ini adalah perhitungan volume produksi gas.
Berat jenis CH4 = 0,0440 lb/ft3 = 0,72 kg/m3 = 0,72 x 10-3 ton/m3
Berat jenis CO2 = 0,1235 lb/ft3 = 1,98 kg/m3 = 1,98 x 10-3 ton/m3
= 116543465.7m3
48538820.5 + 44331364.07
Total produksi gas = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = 104043,35
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑅𝐵𝑊
= 927.3483948m3/ton
𝑀𝑟 𝐶𝐻4 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑟𝑦 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 358,8 𝑥 52219,81
CH4 SBW = 𝑀𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝐵𝑊 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 = 3192,7 𝑥 0,72 𝑥 10−3
𝐶𝐻4
= 1618295.443m3
901,3 𝑥 52219,81
𝑀𝑟 𝐶𝑂2 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑟𝑦 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 = 3192,7 𝑥 1,98 𝑥 10−3
CO2 SBW = 𝑀𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝐵𝑊 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝐶𝑂2
= 3924978,893m3
2964317.027 + 7445248.854
= 52219,81
Total produksi gas = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑆𝐵𝑊
= 34.20071327m3/ton
Setelah diketahui koefisiennya, maka dapat dihitung gas yang diproduksi
sesuai dengan jenis degradasinya. Sampah yang cepat terurai dan lambat terurai
memiliki proses yang berbeda dalam pembentukan gasnya sehingga harus
dihitung terpisah. Sampah cepat terurai membutuhkan waktu degradasi 5 tahun,
sedangkan sampah lambat terurai membutuhkan waktu degradasi 15 tahun.
Berikut ini adalah proses perhitungan produksi gas:
1. Menentukan jumlah gas yang terbentuk di setiap akhir tahun. Perhitungan
ini menggunakan metode segitiga.
Rapidly decomposable organic constituents:
Gambar 5.8 Metode Segitiga Sampah Cepat
Terurai Total produksi gas = 961,549 m3/tahun
Waktu dekomposisi sampah cepat terurai = 5 tahun
Laju produksi gas puncak = 2 x total produksi gas = 2 x 961,549
5 5
= 384,6 m3/tahun
= 1 x 1 x 384,6 = 192,31 m3
2
Laju produksi gas selama tahun ke-2 = 3 x laju produksi gas puncak
4
= 336,53 m3
Produksi gas cepat terurai setiap tahun dapat dilihat pada Tabel 5.21.
Tabel 5.21 Produksi Gas Sampah Cepat Terurai Setiap Tahun
Akhir
Laju Produksi Produksi
Tahun
Gas (m3/tahun) Gas (m3)
ke-
1 0.00
0.46
2 0.91
Akhir
Laju Produksi Produksi
Tahun
Gas (m3/tahun) Gas (m3)
ke-
1.37
3 1.82
2.28
4 2.74
3.19
5 3.65
4.10
6 4.56
4.33
7 4.10
3.88
8 3.65
3.42
9 3.19
2.96
10 2.74
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Slowly decomposable organic constituents:
Gambar 5.9 Metode Segitiga Sampah Lambat Terurai
Total produksi gas = 34,2 m3/tahun
Waktu dekomposisi sampah cepat terurai = 15 tahun
2 x total produksi gas = 2
Laju produksi gas puncak = 15 x 34,2
15
= 4,56 m3/tahun
Laju produksi gas selama tahun ke-1 = 1 x laju produksi gas puncak
5
= 1 x 1 x 0,91 = 0,46 m3
2
Laju produksi gas selama tahun ke-2 = 2 x laju produksi gas puncak
5
= 1,37 m3
Produksi gas cepat terurai setiap tahun dapat dilihat pada Tabel 5.22
Tabel 5.22 Produksi Gas Sampah Cepat Terurai Setiap Tahun
0 0.00
1 0.00
2 927.35
3 695.51
4 463.67
5 231.84
6 0.00
7 0.00
8 0.00
9 0.00
10 0.00
11 0.00
12 0.00
13 0.00
14 0.00
15 0.00
Sumber : Analisis Penulis, 2020
2. Menentukan rate produksi gas setiap tahun dari sampah cepat dan lambat
terurai. Data yang dihasilkan akan digunakan untuk perhitungan total
jumlah produksi gas yang per ton dari jumlah sampah yang dibuang ke
landfill.
Persentase sampah RBW = 66,58%
Prosentase biodegradable = 75%
Fraksi RBW = (66,58 x 75)% = 50%
Produksi gas = Fraksi RBW x Total produksi gas RBW
= 50% x 892,61 m3/ton
= 412,694 m3/ton sampah kering
Persentase sampah SBW = 33,42%
Prosentase biodegradable = 50%
Fraksi RBW = (33,42 x 50)% = 17%
Produksi gas = Fraksi RBW x Total produksi gas RBW
= 17% x 199,34 m3/ton
= 183,650 m3/ton sampah kering
Tabel 5.23 Jumlah Gas yang Diproduksi Tiap Tahun
2019 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0 0 0
2020 149.03 144.71 140.51 136.44 132.48 128.64 124.91 121.28 117.77 114.35 153.48 478,190.45 0.001776
2021 154.19 149.72 145.38 141.16 137.07 133.09 129.23 125.49 121.85 158.80 451,574.89 0.001838
2022 157.40 152.84 148.41 144.10 139.92 135.87 131.92 128.10 162.10 415,574.28 0.001876 0.002054
2023 160.68 156.02 151.49 147.10 142.83 138.69 134.67 165.47 376,488.14 0.001915
2024 167.86 162.99 158.27 153.68 149.22 144.89 172.88 341,975.08 0.002001
2025 172.36 167.36 162.51 157.79 153.22 177.50 296,829.36 0.002054
2026 176.97 171.84 166.86 162.02 182.26 247,353.56 0.002109
2027 181.71 176.44 171.32 187.13 193,254.08 0.002166
0.002283
2028 186.57 181.16 192.14 134,219.26 0.002224
2029 191.56 197.28 69,918.26 0.002283
Total 1749.044 3005377.37 0.0202436 0.004338
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Kota Semarang
2020
Perhitungan lengkap pipa lindi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.27 Perhitungan Pipa Lindi
1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19.000 20 21 22
Panjang
Sub Pipa Tinggi tanah Slope Diameter
Titik Q Lindi Qpk Qmin Vf Qfull Vmin
L Lkum Htawal Htakhir Tanah n Teoritis Pasaran
Segmen fpeak fmin Qpeak/Qf d/D Vmin/Vfull
pipa
m^3 /
Dari Ke (m) (m) (m) (m) (mm) (m/det) (m/det)
Pipa dtk (m^3/detik) L/det (St) (m) (m^3/det)
Tersier A 1 100 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 141.0 140.0 0.010 0.015 0.106 100 0.57 0.004 1.163 0.31 0.67 1.18
Sekunder 1 2 110 110 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 140.0 138.0 0.018 0.015 0.09 100 0.77 0.01 0.863 0.54 0.80 1.04
Tersier B 2 85 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 140.0 138.0 0.024 0.015 0.09 100 0.87 0.01 0.758 0.73 0.88 1.01
Sekunder 2 3 85 195 0.00868 1.20 0.010 0.50 0.004 140.0 138.0 0.024 0.015 0.12 150 1.15 0.02 0.514 0.58 0.78 0.68
Tersier C 3 99 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 139.0 138.0 0.010 0.015 0.11 150 0.75 0.01 0.393 0.69 0.55 0.73
Sekunder 3 4 103 298 0.01301 1.20 0.016 0.50 0.007 138.0 135.0 0.029 0.015 0.13 150 1.27 0.02 0.694 0.73 1.07 0.84
Tersier D 4 135 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 138.0 137.0 0.007 0.015 0.11 150 0.64 0.01 0.458 0.73 0.59 0.92
Sekunder 4 5 70 368 0.01735 1.20 0.021 0.50 0.009 138.0 136.0 0.029 0.015 0.15 150 1.26 0.02 0.934 0.67 1.07 0.85
Zona 1
Tersier E 5 120 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 139.0 138.0 0.008 0.015 0.11 150 0.68 0.01 0.432 0.67 0.59 0.87
Sekunder 5 6 93 461 0.02169 1.20 0.026 0.50 0.011 140.0 138.0 0.022 0.015 0.17 200 1.33 0.04 0.625 0.77 1.07 0.81
Tersier F 6 170 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 138.0 132.0 0.035 0.015 0.08 80 0.92 0.00 1.123 0.76 1.07 1.16
Sekunder 6 7 95 556 0.02169 1.20 0.026 0.50 0.011 138.0 132.0 0.063 0.015 0.14 200 2.27 0.07 0.365 0.76 1.07 0.47
Tersier G 7 120 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 138.0 132.0 0.050 0.015 0.08 80 1.10 0.01 0.943 0.76 1.07 0.97
Sekunder 7 8 80 636 0.02169 1.20 0.026 0.50 0.011 138.0 132.0 0.075 0.015 0.13 200 2.48 0.08 0.335 0.76 1.07 0.43
Sekunder 8 9' 121 757 0.02603 1.20 0.031 0.50 0.013 137.0 135.0 0.017 0.015 0.19 200 1.16 0.04 0.855 0.56 1.04 0.89
Tersier A 1 140 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 136.0 135.0 0.007 0.015 0.11 150 0.63 0.01 0.467 0.67 0.58 0.92
Sekunder 1 2 115 115 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 137.0 135.0 0.017 0.015 0.10 150 0.98 0.02 0.299 0.58 1.04 1.06
Tersier B 2 149 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 138.0 136.0 0.013 0.015 0.10 100 0.66 0.01 1.004 0.66 1.07 1.62
Sekunder 2 3 93 208 0.00868 1.20 0.010 0.50 0.004 137.0 136.0 0.011 0.015 0.14 150 0.77 0.01 0.761 0.56 1.04 1.34
Tersier C 3 153 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 137.0 135.0 0.013 0.015 0.10 100 0.65 0.01 1.018 0.53 1.02 1.57
Sekunder 3 4 83 291 0.01301 1.20 0.016 0.50 0.007 138.0 136.0 0.024 0.015 0.14 150 1.16 0.02 0.763 0.56 1.04 0.90
Tersier D 4 138 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 139.0 135.0 0.029 0.015 0.09 100 0.97 0.01 0.683 0.52 1.01 1.04
Zona 2 Sekunder 4 5 88 379 0.01735 1.20 0.021 0.50 0.009 142.0 140.0 0.023 0.015 0.15 150 1.13 0.02 1.047 0.55 1.03 0.91
Tersier E 5 142 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 140.0 137.0 0.021 0.015 0.09 100 0.83 0.01 0.800 0.67 1.07 1.29
Sekunder 5 6 98 477 0.01735 1.20 0.021 0.50 0.009 141.1 136.0 0.052 0.015 0.13 150 1.70 0.03 0.695 0.58 1.04 0.61
Tersier F 6 112 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 141.6 135.0 0.059 0.015 0.08 100 1.39 0.01 0.478 0.66 1.07 0.77
Sekunder 6 7 110 587 0.01735 1.20 0.021 0.50 0.009 142.2 140.0 0.020 0.015 0.16 200 1.28 0.04 0.520 0.56 1.04 0.82
Tersier G 7 108 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 142.8 137.0 0.053 0.015 0.08 100 1.31 0.01 0.505 0.53 1.02 0.78
Sekunder 7 8 107 694 0.01735 1.20 0.021 0.50 0.009 143.3 136.0 0.069 0.015 0.12 150 1.96 0.03 0.602 0.56 1.04 0.53
1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19.000 20 21 22
Panjang
Sub Tinggi tanah Slope Diameter
Pipa
Titik Q Lindi Qpk Qmin Vf Qfull Vmin
L Lkum Htawal Htakhir Tanah n Teoritis Pasaran
Segmen fpeak fmin Qpeak/Qf d/D Vmin/Vfull
pipa
m^3 /
Dari Ke (m) (m) (m) (m) (mm) (m/det) (m/det)
Pipa dtk (m^3/detik) L/det (St) (m) (m^3/det)
Tersier H 8 105 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 143.9 135.0 0.085 0.015 0.07 100 1.66 0.01 0.400 0.52 1.01 0.61
Sekunder 8 9 103 797 0.01735 1.20 0.021 0.50 0.009 144.5 140.0 0.043 0.015 0.14 150 1.55 0.03 0.759 0.55 1.03 0.66
Tersier I 9 101 - 0.00434 1.20 0.005 0.50 0.002 145.0 137.0 0.079 0.015 0.07 100 1.60 0.01 0.413 0.54 1.03 0.64
Sekunder 9 10 100 896 0.01735 1.20 0.021 0.50 0.009 145.6 137.0 0.086 0.015 0.12 200 2.66 0.08 0.250 0.54 1.03 0.39
Sekunder 10 9' 116 1,012 0.02169 1.20 0.026 0.50 0.011 137.0 136.0 0.009 0.015 0.20 200 0.84 0.03 0.987 0.72 1.08 1.29
Primer 9' 10' 300 300 0.04772 1.20 0.057 0.50 0.024 140.0 137.0 0.010 0.015 0.26 300 1.19 0.08 0.684 0.75 1.07 0.90
Primer
Primer 10" IPL 100 400 0.04772 1.20 0.057 0.50 0.024 137.0 136.0 0.010 0.015 0.26 300 1.19 0.08 0.684 0.61 1.06 0.89
Sumber : Analisis Penulis, 2020
21080117120042
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir 2021
Sampah Kota Semarang
= 0,4 m
P = 2 x L = 0,8 m
5.10.3.2 Kolam Anaerobik
Pada perencanaan ini akan digunakan kolam anaerobik yang jumlahnya satu
buah. Berikut ini adalah perhitungan preliminary design:
Debit pengolahan (Q) 8 jam = 93,7 m3/hari
BOD influent = 546,69 mg/L
Efisiensi Pengolahan = 50%
Td = 3 hari
H kolam =5m
Laju Penurunan BOD = 0,35
BOD effluen = (BOD influent x efisiensi pengolahan) –
BOD influent
= (546,69 x 50%) - 546,69
= 273,35 mg/L
Beban volumetrik = (BOD influent – BOD effluen) / td
= (546,69 - 273.35) / 3
= 95,6709 mg/L.hari (OK)
Volume Kolam = Q x td
= 93,7 x 3 = 267,7 m3
Luas Kolam = V / H kolam
= 267,7 / 5 = 53,5 m2
Rasio P : L =2:1
53,5
L =√ 2 = 5,2 m
P = 2 x L = 2 x 5,2 = 10,4 m
5.10.3.3 Kolam Fakultatif
Debit (Q) = 93,70 m3/hari
Debit (reduksi 40%) = 93,7 x 60 %
= 56,22 m3/hari
BOD influent = 273,35 mg/L
Td = 5 hari
H kolam =2m
Efisiensi Pengolahan = 70%
BOD effluen = (BOD influent x efisiensi pengolahan) –
BOD influent
= (273,35 x 70%) - 273,35
= 82 mg/L
Massa BOD = (Q (reduksi 40%) x BOD influen) / 1000
= (56,22 x 273,35) / 1000 = 15,37 kg/hari
Volume Kolam = Q (reduksi 40%) x td
= 56,22 x 5 = 281,09 m3
Luas Kolam = V / H kolam
= 281,09 / 2 = 141 m2
*Direncanakan menggunakan 3 kolam