POTENSI
PAJAK DAERAH
YB −YA
Yt − YA = XB −XA
(X t − X A )
YB −YA
Yt = XB −XA
(X t − X A ) + YA atau
5. 2014 4 ? E (4; ?)
c) Menggunakan data tahun 2010 dan tahun 2013 sebagai basis (garis
penaksir ADE2), dengan implikasi terjadi penaksiran yang optimis namun
tidak terlalu optimis sebagaimana penaksir CDE1. Pilihan ini memang
menghasilkan penaksir terbaik diantara tiga penaksir yang kita buka
kemungkinannya (CDE1, BDE3, ADE2), namun belum tentu penaksir ini
merupakan penaksir yang baik (memenuhi syarat OLSE).
ADE2 = Yt = {(320.000-300.000)/(3-0)}( X t -0) + 300.000
ADE2 = Yt = 6.667 ( X t -0) + 300.000
ADE2 = Yt = 6.667 X t + 300.000
𝑦2014 = {( 𝑌2014 - 𝑌2013 )/ 𝑌2013 )} x 100%
𝑟2014 = {( 𝑌2014 - 𝑌2013 )/ 𝑌2013 )} x 100%
𝑟2014 = {( 326.668 − 320.000)/ 320.000}x 100%
𝑟2014 = 2,08%
Dalam contoh, data tahun 2010 dan tahun 2011 diambil nilai rata-
ratanya (d i p e r o l e h data AB 2010-2011) kemudian data tahun 2012 dan
tahun 2013 juga diambil nilai rata-ratanya (diperoleh data CD 2012-2013).
3. 2014 4 S? E (4; ?)
c. Berkembang
Pajak daerah yang termasuk klasifikasi berkembang jika rasio
tambahan (pertumbuhan) lebih besar atau sama dengan satu
dan ratio proporsi atau sumbangannya terhadap rata- rata total
penerimaan pajak daerah lebih besar atau sama dengan satu.
d. Terbelakang
Pajak daerah yang termasuk klasifikasi berkembang jika rasio
tambahan (pertumbuhan) atau sumbangannya terhadap rata-rata
total penerimaan pajak daerah keduanya lebih kecil atau sama
dengan satu.
Untuk menentukan potensi penerimaan pajak daerah ke dalam
klasifikasi tersebut di atas diperlukan 2 indikator pokok, yaitu:
a) Ratio Proporsi
Dimana:
RPPxi = Rasio Pengumpulan Pajak
xi = Jenis pajak daerah tahun bersangkutan
Dimana:
PP xi(t) = Pertumbuhan Pajak Daerah
xi(t) = Penerimaan Pajak Daerah tahun ke t
xi(t-1) = Penerimaan Pajak Daerah tahun ke t -1 (tahun sebelumnya)
Rasio Proporsi
Rasio Pertumbuhan
Xi Xi
Rata−rata X
>1 Rata−rata X
<1
Artinya:
Total 1.095.000.000
VVIP 1 1.000.000
VIP 4 750.000
Superior 25 400.000
Delux 30 300.000
Standar 10 200.000
Jumlah Kamar 70
Jumlah 93
Potensi Pajak Hotel = Rata-Rata Hunian Kamar x Tarif Rata-rata x 360 hari x
Tarif Pajak Hotel
= 31 kamar x Rp 357.143 x 360 hari x 10%
= Rp 398.571.588 per tahun
Data omzet penjualan dapat diperoleh dari hasil observasi dan wawancara
dengan pemilik objek restoran. Sama seperti objek tingkat hunian kamar hotel,
omzet penjualan restoran juga dapat dibedakan menjadi ramai, normal, dan
sepi. Sebagai contoh, di bawah ini penghitungan rata-rata omzet penjualan per
hari retoran Mantap:
Potensi Pajak Restoran = Rata-Rata Omzet Penjualan x 360 hari x Tarif Pajak
Restoran
= 1.950.000 x 360 hari x 10%
= 70.200.000 per tahun
wajib pajak yang minimal harus ada dalam sistem informasi di unit pengelola
pajak daerah. Profiling juga dapat menjadi acuan bagi Pemda untuk mengatur
kewajiban pihak-pihak terkait (instansi, lembaga, asosiasi, dan pihak
asosoasi dan pihak lainnya dalam hal pertukaran data yang terkait
WP.
1) Nama WP;
WP pribadi diisi nama terang secara lengkap tidak
bersangkutan.
badan.
sebagai berikut:
penerbitan NPWP.
b) Nomor HP
c) Alamat email/situs
6) Jenis Usaha:
a) Hotel
b) Restoran
7) Merk/pengenal usaha;
koordinatnya (map)
perubahannya.
b. Struktur organisasi;
usaha.
usaha.
besaran permodalannya.
f. Pengurus dan komisaris;
g. Proses produksi;
h. Kapasitas produksi;
Kapasitas produksi dapat diartikan sebagai jumlah maksimum
i. Input/bahan baku;
j. Supplier utama;
k. Ouput/hasil produksi;
l. Customer utama;
pelanggan potensial.
m. Prospektus.
Gabungan antara profil unit usaha dan laporan tahunan yang
kepada publik.
2. Data Akumulatif
a. Data Series atau bulanan SPTPD
antara lain:
a) Penjualan
Ini menjelaskan tentang jumlah penjualan atas jasa
c) Neraca
Neraca melaporkan posisi kekayaan dan kewajiban
a) WP Badan.
Statistik;
b) Jumlah kamar yang tersedia per jenis/type kamar;
sebagai berikut:
terjual;
yang tersedia;
1) Pelaporan
pengelola Pajak.
2) Pembayaran
3) Ketetapan
perpajakan.
pajak.
pajak,
tidak terutang,
5) Tunggakan
kekuasaannya.
Pajak.
7) Pemeriksaan
a. Data Internal
Data yang diperoleh dari database perpajakan (misalnya dari
b. Data Eksternal
Data dan informasi yang diperoleh dari pihak lain, baik dari
BEJ)
1. Internal
hardcopy.
perpajakan.
2. Eksternal
keperluan perpajakan.
diperlukan.
d) Pelayanan penunjang
Statistik;
pajak hotel.
sebagai berikut:
1) Data tingkat hunian per jenis objek pajak hotel dari Badan
berikut:
makan;