Anda di halaman 1dari 155

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/354849144

Modul Perkuliahan - Perbankan Syariah

Book · September 2016

CITATIONS READS

0 329

1 author:

Mohamad Torik

32 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

islamic finance, sharia finance, syariah finance View project

Thesis View project

All content following this page was uploaded by Mohamad Torik on 26 September 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MODUL PERKULIAHAN

Perbankan Syariah

Mohamad Torik Langlang Buana, SE, MM


MODUL PERKULIAHAN

Perbankan
Syariah
Pokok Bahasan
PENGERTIAN LEMBAGA
KEUANGAN SYARIAH,
PERKEMBANGAN TRANSAKSI,
LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

01
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 84048 Mohamad Torik L Buana, SE, MM

Abstract Kompetensi
Karakteristik system perbankan Menjelaskan Konsep Syariah
syariah yang beroperasi berdasarkan
prinsip bagi hasil, diawasi oleh DSN-
MUI, BI, OJK, DSSAS-IAI

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Pembahasan

1. PENGERTIAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Ekonomi Islam
Ekonomi Islam yang merupakan interaksi antara dua sekelompok golongan, yang
merupakan pertukaran antara dua keinginan, baik perorangan atau badan usaha, baik itu
sebagai badan hukum atau bukan, adalah transaksi ekonomi yang didasari kepada syariat
Islam, syariat yang berpijak kepada Hukum Islam dalam artian yang mutlak, Al Quran dan
Hadist, dan bila terjadi keraguan atau penyimpangan dalam pelaksanaannya, harus kembali
kepada kedua kitab tsb., dan bila tidak diketemukan secara gamblang atau secara jelas, harus
diputuskan melalui fatwa Ulama.

Ekonomi di suatu negara, adalah kegiatan yang diatur oleh negara melalui departemen
Keuangan, sistem perbankan, sistem jual beli, diatur oleh negara dengan dikeluarkannya
Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Sistem Pengawasan dan lain-lain. Yang menjadi
dasar referensi di suatu negara menjadi berbeda-beda, di Indonesia meneruskan pengaturan
yang diberlakukan sejak jaman Belanda, di negara-negara Commonwealth menurunkan
pengaturan dari negara Inggris, dan lain sebagainya. Dengan berlakunya Masyarakat
Ekonomi Asean, bisa jadi akan diberlakukan peraturan yang sama di kawasan Asean.

Ekonomi Islam dapat diberlakukan dimana saja, di negara-negara dengan ideologi dan
pemikiran yang berazas Islam, tanpa menggunakan referensi dari negara tertentu, baik itu
negara yang pernah menjajah atau negara yang menjadi panutan. Tujuan Ekonomi Islam
berdasarkan konsep dasar dalam islam yaitu tauhid dan berdasarkan rujukan pada Alquran
dan Sunnah adalah :
1. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia yaitu papan, sandang, pangan kesehatan dan
pendidikan untuk setiap lapisan masyarakat.
2. Memastikan kesamaan kesempatan bagi semua orang.
3. Mencegah terjadi pemusatan kekayaan dan meminimalkan ketimpangan dana
distribusi pendapatan dan kekayaan di masyarakat.
4. Memastikan untuk setiap orang kebebasan untuk mematuhi nilai-nilai moral.
5. Memastikan stabilitas dan juga pertumbuhan ekonomi.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Lembaga keuangan

Lembaga keuangan merupakan suatu lembaga yang menghimpun dana dari


masyarakat, dan menggunakannya atau mengeluarkannya untuk kepentingan keuntungan
pemiliknya, baik pemilik lembaga tsb secara hukum, atau pemilik dana yang dihimpun.
Termasuk didalam kelompok lembaga keuangan adalah bank dan non bank, Lembaga
keuangan terbagi secara umum menjadi dua, yaitu konvensional dan syariah.

Lembaga keuangan syariah adalah lembaga keuangan yang menggunakan prinsip-


prinsip muamalah. Lembaga keuangan antara lain seperti bank, asuransi, pembiayaan, pasar
modal, penggadaian. Kembali kepada pengaturan akan transaksi keuangan, Lembaga
keuangan beroperasi atas peraturan dan perijinan dari Departemen keuangan dan ada
beberapa kegiatan keuangan yang juga diatur oleh departemen lain, baik secara
bersinggunan atau bersamaan, seperti peraturan impor dan ekspor.

Bank

Bank diklasifikasikan menurut fungsi, kepemilikan, status dan cara bertansaksi.


Menurut Fungsi, bank terdiri dari Bank Sentral yang dimiliki oleh negara, Bank Umum, Bank
Perkreditan, Bank Korporasi, Komersial, consumer. Menurut kepemilikannya, diklasifikasikan
menjadi bank pemerintah, bank swasta, bank campuran, dlsb.

Bank Indonesia membagi klasifikasi atas Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat,
yang menjadi beda diantara kedua bank tersebut adalah bolehnya mengeluarkan giro. Bank
prekreditan rakyat tidak diberikan wewenang untuk mengeluarkan giro.

Perbankan Syariah

Perbankan syariah diprakarsai pada awalnya adalah menurut aturan agama Islam,
dimana tertulis di dalam kitab Al Quran, bahwa “harus dilakukan pencatatan atas transaksi
keuangan yang bukan tunai”. Sebagai aplikasi yang ada adalah keharusan membayar zakat,
dimana diminta untuk ‘self assessment akan harta yang kita miliki.

Sampai dengan awal 2016 ini, hanya ada satu bank yang murni beroperasi menjadi
bank syariah, selebihnya merupakan unit usaha dari bank umum atau bank pembangunan
daerah.
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
2. PERKEMBANGAN TRANSAKSI

Kegiatan transaksi operasional yang terjadi di industri keuangan berkembang sangat


pesat, seiring dengan perkembangan dan pertambahan kegiatan pada kehidupan secara
global, pertambahan penduduk yang juga membawa penyebaran demografi, perubahan dunia
tehnologi informasi, kerjasama atara lintas negara yang diawali dengan dua kepentingan
seperti tertulis pada halaman pertama. Sebagai contoh adalah berubahnya jumlah propinsi di
Indonesia pada kurun waktu terakhir yang membutuhkan bank-bank baru, kebutuhan
transaksi keuangan untuk mendukung system penjualan online, kebutuhan pembiayaan untuk
proyek-proyek pemerintah, dlsb.

Bank Indonesia memberikan perhatian yang tinggi dalam mendorong perkembangan


perbankan syariah. Semangat ini dilandasi oleh keyakinan bahwa perbankan syariah akan
membawa ‘maslahat’ bagi peningkatan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.
Pertama, bank syariah lebih dekat dengan sektor riil karena produk yang ditawarkan,
khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying transaksi di sektor riil
sehingga dampaknya lebih nyata dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Kedua, tidak terdapat produk-produk yang bersifat spekulatif (gharar) sehingga mempunyai
daya tahan yang kuat dan teruji ketangguhannya dari direct hit krisis keuangan global. Secara

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
makro, perbankan syariah dapat memberikan daya dukung terhadap terciptanya stabilitas
sistem keuangan dan perekonomian nasional.
Ketiga, sistem bagi hasil (profit-loss sharing) yang menjadi ruh perbankan syariah akan
membawa manfaat yang lebih adil bagi semua pihak, baik bagi pemilik dana selaku deposan,
pengusaha selaku debitur maupun pihak bank selaku pengelola dana.

Sampai dengan bulan Februari 2012, industri perbankan syariah telah mempunyai
jaringan sebanyak 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 155
BPRS, dengan total jaringan kantor mencapai 2.380 kantor yang tersebar di hampir seluruh
penjuru nusantara.

Faktor Pendukung Perkembangan Perbankan Syariah

Terdapat beberapa faktor yang secara signifikan menjadi pendorong peningkatan


kinerja industri perbankan syariah, baik dalam kegiatan penghimpunan dana maupun
penyaluran pembiayaan.
Pertama, ekspansi jaringan kantor perbankan syariah mengingat kedekatan kantor dan
kemudahan akses menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pilihan nasabah dalam
membuka rekening di bank syariah.
Kedua, gencarnya program edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai produk dan
layanan perbankan syariah semakin meningkatkan kesadaran dan minat masyarakat.
Ketiga, upaya peningkatan kualitas layanan (service excellent) perbankan syariah agar dapat
disejajarkan dengan layanan perbankan konvensional. Salah satunya adalah pemanfaatan
akses teknologi informasi, seperti layanan Anjungan Tunai Mandiri (ATM), mobile banking
maupun internet banking.
Untuk mendukung hal ini, secara khusus Bank Indonesia mendorong bank konvensional yang
menjadi induk bank syariah agar mendorong pengembangan jaringan teknologi informasi bagi
BUS dan UUS yang menjadi anak usahanya.
Keempat adalah pengesahan beberapa produk perundangan yang memberikan kepastian
hukum dan meningkatkan aktivitas pasar keuangan syariah,

3. LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Di Indonesia, Lembaga Keuangan syariah antara lain Baitulmal Wat Tanwil, Asuransi
Syariah, Pasar Modal Syariah, Reksa Dana Syariah, Penggadaian Syariah, Lembaga Amil
Zakat dan Badan Amil Zakat. Upaya pengembangan Lembaga Keuangan Syariah di

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Indonesia didukung secara intensif oleh tiga lembaga, yaitu Bank Indonesia, Dewan Syariah
Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), dan Dewan Standar Akuntansi Syariah-Ikatan
Akuntan Indonesia (DSSAS-IAI). Institusi-institusi tersebut memiliki kewenangan sebagai :
Bank Indonesia berwenang mengatur dan mengawasi Bank Umum dan Bank Perkreditan
Rakyat, Departemen Keuangan berwenang mengatur asuransi dan pasar modal, Menteri
Koperasi berwenang mengatur dan mengawasi koperasi. MUI merumuskan prinsip dalam
hukum muamalah.

Lembaga Keuangan Syariah menurut Dewan Syariah Nasional adalah lembaga


keuangan yang mengeluarkan produk keuangan syariah, Definisi ini menegaskan bahwa
suatu Lembaga Keuangan Syariah harus memenuhi dua unsur, yaitu unsur kesesuaian
dengan Syariah Islam dan unsur legalitas sebagai lembaga keuangan.

Lembaga-lembaga keuangan dengan berbasis syariah tidak hanya berkembang di


negara yang masyarakatnya mayoritas muslim. Telah banyak berdiri beberapa bank syariah
di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Kita dapat melihat Citibank yang telah
mendirikan Citi Islamic Investment Bank. Begitu pula ABN Amro Bank dengan ABN Amro
Global Islamic Financial Services dan Investment Bank ANZ Australia dengan First ANZ
International Moderaba. Selain itu, Standart Chartered Bank dan Chase Manhattan Bank
adalah contoh lembaga keuangan raksasa Internasional yang telah mulai menggarap
perbankan syariah. Mereka bukan hanya membidik nasabah muslim melainkan juga
nonmuslim. Karena mereka telah mengetahui bahwa dengan menerapkan sistem syariah ini
akan membawa masyarakat secara umum kepada kehidupan yang lebih baik dan
memberikan profit yang lebih baik pula dalam jangka panjang kepada bank ataupun lembaga
keuangan yang menerapkan sistem syariah pada kegiatannya. Selain dari itu, mereka
mendirikan bank-bank syariah guna menjadi partner bank-bank syariah yang menjadi rekanan
transaksinya.

Di dunia internasional, bank syariah pertama didirikan di Mesir tahun 60an, lalu diikuti
dengan berdirinya bank-bank syariah di negara-negara lain, seperti Arab, Philipina, Malaysia.
Di Indonesia, bank syariah pertama berdiri tahun 1992 yaitu bank Muamalat di Jakarta. Seiring
dengan meningkatnya persaingan dan kebutuhan masyarakat, bank-bank BUMN dan Bank
Nasional membuka cabang atau memkonversi unit usaha syariah, seperti Bank Syariah
Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Syariah Bukopin, Bank Jabar dan Banten
Syariah, dan Unit Usaha Syariah dari beberapa bank lainnya seperti BPD Jambi, BPD Jateng,
Bank DKI.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, sudah selayaknya Indonesia
menjadi pelopor dan kiblat pengembangan keuangan syariah di dunia. Hal ini bukan
merupakan ‘impian yang mustahil’ karena potensi Indonesia untuk menjadi global player
keuangan syariah sangat besar, diantaranya:
1. Jumlah penduduk muslim yang besar menjadi potensi nasabah industri keuangan syariah;
2. Prospek ekonomi yang cerah, tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi
(kisaran 6,0%-6,5%) yang ditopang oleh fundamental ekonomi yang solid;
3. Peningkatan sovereign credit rating Indonesia menjadi investment grade yang akan
meningkatkan minat investor untuk berinvestasi di sektor keuangan domestik, termasuk
industri keuangan syariah; dan (iv) memiliki sumber daya alam yang melimpah yang dapat
dijadikan sebagai underlying transaksi industri keuangan syariah.

Di tengah perkembangan industri perbankan syariah yang pesat tersebut, perlu


disadari masih adanya beberapa tantangan yang harus diselesaikan agar perbankan syariah
dapat meningkatkan kualitas pertumbuhannya dan mempertahankan akselerasinya secara
berkesinambungan.
Tantangan yang harus diselesaikan dalam jangka pendek (immediate) antara lain:
1. Pemenuhan gap sumber daya insani (SDI), baik secara kuantitas maupun kualitas.
2. Inovasi pengembangan produk dan layanan perbankan syariah yang kompetitif dan
berbasis kekhususan kebutuhan masyarakat.
3. Kelangsungan program sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.

Sementara tantangan yang harus diselesaikan dalam jangka panjang antara lain:
1. Perlunya kerangka hukum yang mampu menyelesaikan permasalahan keuangan syariah
secara komprehensif.
2. Perlunya kodifikasi produk dan standar regulasi yang bersifat nasional dan global untuk
menjembatani perbedaan dalam ‘fiqh muammalah’.
3. Perlunya referensi nilai imbal hasil (rate of return) bagi keuangan syariah.

Dalam jangka pendek, perbankan syariah nasional lebih diarahkan pada pelayanan
pasar domestk yang potensinya masih sangat besar. Dengan kata lain, perbankan syariah
nasional harus sanggup untuk menjadi pemain domestik akan tetapi memiliki kualitas layanan
dan kinerja yang bertaraf internasional.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

Rizal Yaya, Aji Erlangga, Ahim Abdurahim. 2014, Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi 2.
Salemba Empat, Jakarta

Firdaus Furywardhana SE, SS, MSi. 2009, Akuntansi Syariah, PPPS (Pendidikan dan
Pelatihan Perbankan Syariah), Jogjakarta

Ahmad Ifham Sholihin, 2010, Buku Pintar Ekonomi Syariah, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta

Dr. Halim Alamsyah Deputi Gubernur Bank Indonesia, 2015, Perkembangan dan Prospek
Perbankan Syariah Indonesia: Tantangan Dalam Menyongsong MEA 2015, Bank Indonesia,
Layanan Informasi Publik, www.bi.go.id, Jakarta

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN

Perbankan
Syariah
Pokok Bahasan
Tujuan Syariah, Dasar Hukum
dan Falsafah Operasional

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

02
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 84048 Mohamad Torik L Buana, SE, MM

Abstract Kompetensi
Keberadaan Bank Syariah harus Memahami Dasar Hukum
mengikuti DSN-MUI dan UU 21 2008

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Pembahasan
1.TUJUAN SYARIAH

Tujuan Bank Syariah


Islam memandang harta yang dimiliki oleh manusia adalah titipan/amanah Allah SWT
sehingga cara memperoleh, mengelola, dan memanfaatkannya harus sesuai ajaran Islam.
Bank syariah mendorong nasabah untuk mengupayakan pengelolaan harta nasabah
(simpanan) sesuai ajaran Islam. Bank syariah menempatkan karakter/sikap baik nasabah
maupun pengelola bank pada posisi yang sangat penting dan menempatkan sikap akhlakul
karimah sebagai sikap dasar hubungan antara nasabah dan bank. Adanya kesamaan ikatan
emosional yang kuat didasarkan prinsip keadilan, prinsip kesederajatan dan prinsip
ketentraman antara Pemegang Saham, Pengelola Bank dan Nasabah atas jalannya usaha
bank syariah.

Bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah riba. Dengan
demikian, penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah satu tantangan yang
dihadapi dunia Islam dewasa ini. Suatu hal yang sangat menggembirakan bahwa belakangan
ini para ekonom Muslim telah mencurahkan perhatian besar, guna menemukan cara untuk
menggantikan sistem bunga dalam transaksi perbankan dan membangun model teori
ekonomi yang bebas dan pengujiannya terhadap pertumbuhan ekonomi, alokasi dan distribusi
pendapatan. Oleh karena itu, maka mekanisme perbankan bebas bunga yang biasa disebut
dengan bank syariah didirikan. Tujuan perbankan syariah didirikan dikarenakan pengambilan
riba dalam transaksi keuangan maupun non keuangan (QS. Al-Baqarah 2 : 275).

Fungsi Bank Syariah


-Intermediary agent
-Fund atau investment manager
-Penyedia jasa perbankan pada umumnya sepanjang tidak melanggar syariah
-Pengelola fungsi sosial (ZISWA)
-Alat transmisi kebijakan moneter

Prinsip bagi hasil:


Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman
pada kemungkinan untung dan rugi. Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah
keuntungan yang diperoleh. Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


11 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
peningkatan jumlah pendapatan. Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil, bagi hasil
tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan
keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.

Prinsip Bank Syariah


Pada dasarnya prinsip bank syariah menghendaki semua dana yang diperoleh dalam
sistem perbankan syariah dikelola dengan integritas tinggi dan sangat hati-hati.
Shiddiq, memastikan bahwa pengelolaan bank syariah dilakukan dengan moralitas yang
menjunjung tinggi nilai kejujuran. Dengan nilai ini pengelolaan diperkenankan (halal) serta
menjauhi cara-cara yang meragukan (subhat) terlebih lagi yang bersifat dilarang (haram).
Tabligh, secara berkesinambungan melakukan sosialisasi dan mengedukasi masyarakat
mengenai prinsip-prinsip, produk dan jasa perbankan syariah. Dalam melakukan sosialisasi
sebaiknya tidak hanya mengedepankan pemenuhan prinsip syariah semata, tetapi juga harus
mampu mengedukasi masyarakat mengenai manfaat bagi pengguna jasa perbankan syariah.
Amanah, menjaga dengan ketat prinsip kehati-hatian dan kejujuran dalam mengelola dana
yang diperoleh dari pemilik dana (shahibul maal) sehingga timbul rasa saling percaya antara
pemilik dana dan pihak pengelola dana investasi (mudharib).
Fathanah, memastikan bahwa pegelolaan bank dilakukan secara profesional dan kompetitif
sehingga menghasilkan keuntungan maksimum dalam tingkat resiko yang ditetapkan oleh
bank. Termasuk di dalamnya adalah pelayanan yang penuh dengan kecermatan dan
kesantunan (ri’ayah) serta penuh rasa tanggung jawab (mas’uliyah)

Prinsip syariah menurut Undang-undang perbankan adalah aturan perjanjian


berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah
antara lain :
-pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),
-pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah),
-prinsip jual beli barang dengan keuntungan (murabahah), atau
-pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau
-dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank
oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


12 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
2. DASAR HUKUM BANK SYARIAH

Hukum Perbankan Islam


Sebagaimana telah dituliskan, secara teoritis Bank Syari’ah baru dirintis sejak tahun
1940-an dan secara kelembagaan baru dapat dibentuk pada tahun 1960-an. Di Indonesia
kenyataannya baik secara teoritis maupun kelembagaan, perkembangan Bank Sayari’ah
bahkan lebih kemudian. Eksistensi Bank Syari’ah secara hukum positif dimungkinkan pertama
kali melalui Pasal 6 huruf m Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Pasal 6
huruf m beserta penjelasannya tidak mempergunakan sama sekali istilah Bank Islam atau
Bank Syariah sebagaimana dipergunakan kemudian sebagai istilah resmi dalam UUPI,
namun hanya menyebutkan:

“menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.”

Di dalam Pasal 5 ayat (3) PP No. 70 Tahun 1992 tentang Bank Umum pun hanya
disebutkan frasa “Bank Umum yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil” dan di
penjelasannya disebut “Bank berdasarkan prinsip bagi hasil”. Begitu pula dalam Pasal 6 ayat
(2) PP No. 71 Tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat hanya menyebutkan frasa “Bank
Perkreditan Rakyat yang akan melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi hasil”
yang dalam penjelasannya disebut “Bank Perkreditan Rakyat yang berdasarkan bagi hasil”.

Pada saat berlakunya UU No. 7 Tahun 1992, selain ketiga PP tersebut di atas tidak
ada lagi peraturan perundangan yang berkenaan dengan Bank Islam. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa eksistensi Bank Islam yang telah diakui secara hukum positif di Indonesia,
belum mendapatkan dukungan secara wajar berkenaan dengan praktek traksaksionalnya. Hal
ini dapat dilihat misalnya dari tidak seimbangnya jumlah dana yang mampu dikumpulkan
dibandingkan dengan penyalurannya di masyarakat.

Perkembangan lain yang patut dicatat berkaitan dengan perbankan syariah pada saat
berlakunya Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah berdirinya Badan
Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI). BAMUI berdiri secara resmi tanggal 21 Oktober 1993
dengan pemrakarsa MUI dengan tujuan menyelesaikan kemungkinan terjadinya sengketa
muamalat dalam hubungan perdagangan, industri, keuangan, jasa dan lain-lain di kalangan
umat Islam di Indonesia. Dengan demikian dalam transaksi-transaksi atau perjanjian-
perjanjian bidang perbankan syariah lembaga BAMUI dapat menjadi salah satu choice of
forum bagi para pihak untuk menyelesaikan perselisihan atau sengketa yang mungkin terjadi
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
13 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
dalam pelaksanaan transaksi atau perjanjian tersebut. Perkembangan kemudian berkenaan
dengan BAMUI, melalui Surat Keputusan Majelis Ulama Indonesia No. Kep-09/MUI/XII/2003
tanggal 24 Desember 2003 menetapkan di antaranya perubahan nama BAMUI menjadi
Badan Arbitrase Syari’ah Nasional (BASYARNAS) dan mengubah bentuk badan hukumnya
yang semula merupakan Yayasan menjadi ‘badan’ yang berada di bawah MUI dan merupakan
perangkat organisasi MUI.

Pada tahun 1998 eksistensi Bank Islam lebih dikukuhkan dengan dikeluarkannya
Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 7 Tahun
1992 tentang Perbankan. Dalam Undang-undang tersebut, sebagaimana ditetapkan dalam
angka 3 jo. angka 13 Pasal 1 Undang-undang No. 10 Tahun 1998, penyebutan terhadap
entitas perbankan Islam secara tegas diberikan dengan istilah Bank Syari’ah atau Bank
Berdasarkan Prinsip Syari’ah.

Pada tahun 2008, perbankan syariah di Indonesia mulai menggunakan undang –


undang yang khusus tentang Perbankan Syariah. Undang – undang tersebut adalah UU
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang disahkan pada tanggak 16 juli 2008.
Undang – undang tersebut terdiri dari 13 Bab dan 70 Pasal, meliputi seperti yang tercakup
dalam Tabel dibawah ini :
Nama Bab Judul Bab
Bab 1 Ketentuan Umum
Bab 2 Asas, Tujuan dan Fungsi
Bab 3 Perizinan, Bentuk Badan Hukum, Anggaran Dasar, dan Kepemilikan
Bab 4 Jenis dan Kegiatan Usaha, Kelayakan Penyaluran Dana serta Larangan
bagi Bank Syariah dan UUS
Bab 5 Pemegang Saham Pengendali, Dewan Komisaris, DPS, Direksi, dan
Tenaga Kerja Asing
Bab 6 Tata Kelola, Prinsip Kehati-hatian dan Pengelolaan Risiko Perbankan
Syariah
Bab 7 Rahasia Bank
Bab 8 Pembinaan dan Pengawasan
Bab 9 Penyelesaian Sengketa
Bab 10 Sanksi Administratif
Bab 11 Ketentuan Denda
Bab 12 Ketentuan Peralihan
Bab 13 Ketentuan Penutup

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


14 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
DSN-MUI
Disamping peraturan-peraturan tersebut di atas, terhadap jenis kegiatan, produk dan
jasa keuangan syariah, Bank Syariah juga wajib mengikuti semua fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN), yakni satu-satunya dewan yang mempunyai kewenangan mengeluarkan
fatwa atas jenis-jenis kegiatan, produk dan jasa keuangan syariah, serta mengawasi
penerapan fatwa dimaksud oleh lembaga-lembaga keuangan syariah di Indonesia. Sampai
saat ini DSN telah memfatwakan sebanyak 100 fatwa, melingkupi fatwa mengenai produk
perbankan syariah, lembaga keuangan non-bank seperti asuransi, pasar modal, gadai serta
berbagai fatwa penunjang transaksi dan akad lembaga keuangan syariah, yakni sebagai
berikut:

No. NOMOR FATWA TENTANG


1 01/DSN-MUI/IV/2000 Giro
2 02/DSN-MUI/IV/2000 Tabungan
3 03/DSN-MUI/IV/2000 Deposito
4 04/DSN-MUI/IV/2000 Murabahah
5 05/DSN-MUI/IV/2000 Jual Beli Salam
6 - 6 – 94 tidak dituliskan disini
7. 95/DSN-MUI/VII/2014 Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Wakalah
8. 96/DSN-MUI/IV/2015 Transaksi Lindung Nilai Syariah (al-Tahawwuth al-Islami /
Islamic Hedging) atas Nilai Tukar
9. 97/DSN-MUI/XII/2015 Sertifikat Deposito Syariah
10. 99/DSN-MUI/XII/2015 Anuitas Syariah Untuk Program Pensiun
11. 100/DSN-MUI/XII/2015Pedoman Transaksi Voucher Multi Manfaat Syariah

3. FALSAFAH OPERASIONAL BANK SYARIAH

Setiap lembaga keuangan syariah mempunyai falsafah mencari keridhoan Allah untuk
memperoleh kebajikan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, setiap kegiatan lembaga keuangan
yang dikhawatirkan menyimpang dari tuntunan agama, harus dihindari.

a) Menjauhkan diri dari unsur riba, caranya :


Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka secara pasti keberhasilan usaha
(QS. Luqman, ayat :34)

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


15 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Menghindari penggunaan sistem prosentase untuk pembebanan biaya terhadap hutang atau
pemberian imbalan terhadap simpanan yang mengandung unsur melipat gandakan secara
otomatis hutang/simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu (QS. Ali-Imron, 130)
Menghindari penggunaan sistem perdagangan/penyewaan barang ribawi dengan imbalan
barang ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun kualitas (HR.
Muslim Bab Riba No. 1551 s/d 1567)
Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan tambahan dimuka atas hutang yang
bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara sukarela (HR. Muslim, Bab Riba No.
1569 s/d 1572).

b) Menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan. Dengan mengacu pada Qur’an surat
Al-Baqarah ayat 275 dan An-Nisa ayat 29, maka setiap transaksi kelembagaan syariah harus
dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan perdagangan atau transaksinya didasari oleh
adanya pertukaran antara uang dan barang. Akibatnya pada kegiatan muamalah berlaku
prinsip ada barang/jasa uang dengan barang, sehingga akan mendorong produksi
barang/jasa, mendorong kelancaran arus barang/jasa, dapat dihindari adanya
penyalahgunaan kredit, spekulasi, dan inflasi.

Secara garis besar, hubungan ekonomi berdasarkan syariah Islam tersebut


ditentukkan oleh hubungan aqad yang terdiri dari lima konsep aqad. Bersumber dari lima
konsep ini bank syariah dapat menerapkan produk-produk lembaga keuangan bank syariah
dan lembaga keuangan bukan bank syariah yang dapat dioperasionalkan. Kelima konsep
tersebut adalah :

1) Prinsip Simpanan Murni (al’Wadiah)


Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh bank Islam untuk
memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan dananya
dalam bentuk al-Wadiah. Fasilitas al-Wadiah diberikan utnuk tujuan investasi guna
mendapatkan keuntungan seperti halnya tabungan dan deposito.

2) Bagi Hasil (Syirkah)


Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia
dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan
penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang
berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah

3) Prinsip Jual beli (at-Tijarah)


2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
16 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan
membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen
bank melakukan pembelian atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada
nasabah dengan harga beli ditambah keuntungan (margin).

4) Prinsip Sewa (al-Ijarah)


Prinsip ini secara garis besar terbagi atas dua jenis : (1). Ijarah, sewa murni, seperti halnya
penyewaan alat-alat produk (operating lease). Dalam teknis perbankan, bank dapat membeli
equipment yang dibutuhkan nasabah kemudian menyewakan dalam waktu dan hanya telah
disepakati kepada nasabah. (2) Bai al takjiri atau ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan
penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang
pada akhir masa sewa (finansial lease).

5) Prinsip jasa/fee (al-Ajr walumullah)


Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk yang
berasarkan prinsip ini antara lain Bank Garansi, Kliring, Inkaso, Jasa, Transfer, dll.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


17 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

Rizal Yaya, Aji Erlangga, Ahim Abdurahim. 2014, Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi 2.
Salemba Empat, Jakarta

Ahmad Ifham Sholihin, 2010, Buku Pintar Ekonomi Syariah, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta

Presiden RI, 2008, Undang-undang No. 21, Jakarta

DSN MUI 2015, http://www.dsnmui.or.id/produk/fatwa

http://www.sarjanaku.com/2012/06/bank-syariah-pengertian-prinsip-tujuan.html

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


18 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN

Perbankan
Syariah
Pokok Bahasan
KERANGKA DASAR
PENYUSUNAN DAN PELAPORAN
KEUANGAN BANK SYARIAH,
PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN BANK SYARIAH
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

03
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 84048 Mohamad Torik L Buana, SE, MM

Abstract Kompetensi
Penyusunan Laporan Keuanngan Memahami KDPPLKS dan Unsur-
Syariah yang diatur oleh KDPPLKS unsur Laporan Keuangan.
bertujuan untuk memberikan
informasi kepada stakeholders.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


19 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Pembahasan

1. KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PELAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH


(KDPPLKS),

Definisi Akuntansi Syariah

Menurut Sofyan S. Harahap dalam buku "Akuntansi Islam" mendefinisikan :

”Akuntansi Islam atau Akuntansi syariah pada hakekatnya adalah penggunaan


akuntansi dalam menjalankan syariah Islam. Akuntansi syariah ada dua versi, Akuntansi
syariah yang secara nyata telah diterapkan pada era dimana masyarakat menggunakan
sistem nilai Islami khususnya pada era Nabi SAW, Khulaurrasyidiin, dan pemerintah Islam
lainnya. Kedua Akuntansi syariah yang saat ini muncul dalam era dimana kegiatan ekonomi
dan sosial dikuasai ( dihegemony) oleh sistem nilai kapitalis yang berbeda dari sistem nilai
Islam. Kedua jenis akuntansi itu bisa berbeda dalam merespon situasi masyarakat yang ada
pada masanya. Tentu akuntansi adalah produk masanya yang harus mengikuti kebutuhan
masyarakat akan informasi yang disuplainya”

Dari definisi-definisi tersebut menunjukan bahwa makna akuntansi secara umum


adalah "seni" atau aktivitas jasa yang implikasinya adalah akuntansi memerlukan teknik
tertentu dalam pengukuran, pengungkapan, pengakuan, dan pencatatan.

KDPPLKS
Kerangka dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan membahas :

1. tujuan laporan keuangan;


2. karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan; dan
3. definisi, pengakuan, dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan

Kerangka dasar ini membahas laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose
financial statemens, yang selanjutnya hanya disebut "laporan keuangan"), termasuk laporan
keuangan konsolidasi. Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun
sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pengguna. Beberapa diantara pengguna
ini memerlukan dan berhak untuk memperoleh informasi tambahan disamping yang tercakup
dalam laporan keuangan. Namun demikian, banyak pengguna sangat bergantung pada
laporan keuangan sebagai sumber utama informasi keuangan dan karena itu laporan
keuangan tersebut seharusnya disusun dan disajikan dengan mempertimbangkan kebutuhan

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


20 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
mereka. Laporan keuangan dengan tujuan khusus seperti prospektus, dan perhitungan yang
dilakukan untuk tujuan perpajakan tidak termasuk dalam kerangka dasar ini.

Kerangka dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah menyajikan


konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para
penggunanya. Kerangka ini berlaku untuk semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan oleh
entitas syariah maupun entitas konvensional baik sektor publik maupun sektor swasta.
Kerangka dasar merupakan rumusan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Adanya perbedaan karakteristik antara bisnis
yang berlandaskan pada syariah dengan bisnis konvensional menyebabkan Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) mengeluarkan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
bank syariah (KDPPLKBS) pada tahun 2002.

KDPPLKBS selanjutnya disempurnakan pada tahun 2007 menjadi kerangka dasar


penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah KDPPLKS. Penyempurnaan KDPPLKS
terhadap KDPPLKBS dilakukan untuk memperluas cakupnya sehingga tidak hanya untuk
transaksi syariah pada bank syariah, melainkan juga pada jenis institusi bisnis lain, baik yang
berupa entitas syariah maupun entitas konvensional yang bertransaksi dengan skema
syariah.

Kerangka dasar ini berlaku untuk semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan dalam
laporan keuangan entitas syariah maupun entitas konvensional, baik sektor publik maupun
sektor swasta. Entitas syariah pelapor adalah entitas syariah yang laporan keuangannya
digunakan oleh pengguna yang mengandalkan laporan keuangan tersebut sebagai sumber
utama informasi keuangan entitas syariah. Entitas konvensional yang melakukan transaksi
syariah tidak perlu mentiapkan laporan laporan keuangan syariah secara lengkap melainkan
hanya melaporkan transaksi syariah sesuai dengan ketentuan standar akuntansi syariah
dalam laporan keuangan konvensional

Tujuan kerangka dasar


Yaitu untuk digunakan sebagai acuan bagi:
- Penyusun standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan tugasnya.
- Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi syariah yang
belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah.
- Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun
sesuai dengan prinsip syariah yang berlaku umum.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


21 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
- Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntan sikeuangan syariah.

Asas Transaksi Syariah


Kerangka dasar syariah ini juga secara explisit menetapkan azas transaksi syariah
yang luhur, manusiawi, dan bersifat melindungi kepada ummat manusia secara keseluruhan
dalam hal bermuamalat.
Azas transaksi syariah yang telah ditetapkan adalah seperti berikut ini:
Transaksi syariah berdasarkan pada prinsip
- persaudaraan (ukhuwah);
- keadilan (’adalah);
- kemashalatan (maslahah);
- keseimbangan (tawazun); dan
- universalisme (syumuliyah).

Lebih lanjut ke 5 azas / prinsip tersebut dijelaskan seperti berikut ini .


Prinsip persaudaraan (ukhuwah) merupakan nilai universal yang menata interaksi sosial dan
harmonisasi kepentingan para pihak untuk kemanfaatan secara umum dengan semangat
saling tolong-menolong. Transaksi syariah menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam
memperoleh manfaat (sharing economic) sehingga seseorang tidak boleh mendapat
keuntungan diatas kerugian orang lain. Ukhuwah dalam transaksi syariah berdasarkan prinsip
saling mengenal (ta’aruf), saling memahami (tafahum), saling menolong (ta’awun), saling
menjamin (takaful), saling bersinergi dan beraliansi (tahaluf).
Prinsip keadilan (’adalah) menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya dan memberikan
sesuatu hanya pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai dengan posisinya.
Implementasi keadilan dalam kegiatan usaha berupa aturan prinsip muamalah yang melarang
adanya unsur :
- riba (unsur bunga dalam segala bentuk dan jenisnya, baik riba nasiah maupun fadhl).
- kezaliman (unsur yang merugikan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan).
- masyir (unsur judi dan sifat spekulatif).
- gharar (unsur ketidakjelasan).
- haram (unsur haram baik dalam barang maupun jasa serta aktivitas yang terkait).
Prinsip kemaslahatan (mashlahah) merupakan segala bentuk kebaikan dan manfaat yang
berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif.
Kemashlahatan yang diakui harus memenuhi dua unsur yakni kepatuhan syariah (halal) serta
bermanfaat dan membawa kebaikan (thayib) dalam semua aspek secara keseluruhan yang
tidak menimbulkan kemudharatan. Transaksi syariah yang dianggap bermashlahat harus
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
22 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
memenuhi secara keseluruhan unsur-unsur yang menjadi tujuan ketetapan syariah (maqasid
syariah) yaitu berupa pemeliharaan terhadap :
- akidah, keimanan dan ketakwaan (dien).
- intelek (’aql).
- keturunan (nasl).
- jiwa dan keselamatan (nafs).
- harta benda (mal).
Prinsip keseimbangan (tawazun) meliputi keseimbangan aspek material dan spiritual, aspek
privat dan publik, sektor keuangan dan sektor riil, bisnis dan sosial, dan keseimbangan aspek
pemanfaatan dan pelestarian. Transaksi syariah tidak menekankan pada maksimalisasi
keuntungan perusahaan semata untuk kepentingan pemilik (shareholder). Sehingga manfaat
yang didapatkan tidak hanya difokuskan pada pemegang saham, akan tetapi pada semua
pihak yang dapat merasakan adanya suatu kegiatan ekonomi.
Prinsip universalisme (syumuliah) dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua pihak yang
berkepentingan (stakeholder) tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan, sesuai
dengan semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin).

Karakteristik Transaksi Syariah


Paradigma dan azas transaksi syariah, pada tahapan berikutnya akan menjiwai
seluruh transaksi syariah baik yang terjadi pada entitas syariah maupun entitas konvensional.
Agar transaksi sesuai dengan jiwa paradigma dan azas transaksi syariah, maka transaksi
haruslah memenuhi karakteristik dan persyaratan yang diatur oleh syariah Islamiyah.
Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan azas transaksi syariah harus
memenuhi karakteristik dan persyaratan sebagai berikut :
- transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha;
- prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang obyeknya halal dan baik (thayib);
- uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai
komoditas:
- tidak mengandung unsur riba;
- tidak mengandung unsur kezaliman;
- tidak mengandung unsur masyir;
- tidak mengandung unsur gharar;
- tidak mengandung unsur haram;
- tidak mengandung prinsip nilai waktu dari uang (time value of money) karena keuntungan
yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan risiko yang melekat pada kegiatan

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


23 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
usaha tersebut sesuai dengan prinsip al-ghunmu bil ghurmi (no gain without
accompanying risk);
- transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk
keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain sehingga tidak diperkenankan
standar ganda harga untuk satu akada serta tidak menggunakan dua transaksi bersamaan
yang berkaitan (ta’alluq) dalam satu akad;
- tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun melalui rekayasa
penawaran (ihtikar); dan
- tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risyawah).

Lebih lanjut dijelaskan bahwa transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang
bersifat komersial maupun aktifitas sosial yang bersifat non komersial. Transaksi syariah
komersial maupun aktifitas sosial yang bersifat non komersial dilakukan antara lain berupa;
investasi untuk mendapatkan bagi hasil; jual beli barang untuk mendapatkan laba; dan atau
pemberian layanan jasa untuk mendapatkan imbalan. Sedangkan, transaksi syariah
nonkomersial dilakukan antara lain berupa; pemberian dan pinjaman atau talangan (qardh);
penghimpunan dan penyaluran dana sosial seperti zakat, infak, sedekah, wakaf, dan hibah.

Riba adalah setiap tambahan pada pokok piutang yang dipersyaratkan dalam transaksi
pinjam-meminjam serta derivasinya dan transaksi tidak tunai lainnya, dan setiap tambahan
yang dipersyaratkan dalam transaksi pertukaran antar barang-barang ribawi termasuk
pertukaran uang (money exchange) yang sejenis secara tunai maupun tangguh dan yang
tidak sejenis secara tidak tunai.
Kezaliman (dzulm) adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, memberikan sesuatu
tidak sesuai ukuran, kualitas dan temponya, mengambil sesuatu yang bukan haknya, dan
memperlakukan sesuatu tidak sesuai posisinya. Kezaliman dapat menimbulkan
kemudharatan bagi masyarakat secara keseluruhan, bukan hanya sebagian, atau membawa
kemudharatan bagi salah satu pihak atau pihak-pihak yang melakukan transaksi.
Masyir adalah setiap transaksi yang bersifat spekulatif dan tidak berkaitan dengan
produktivitas serta bersifat perjudian (gambling).
Gharar adalah setiap transaksi yang berpotensi merugikan salah satu pihak karena
mengandung unsur ketidakjelasan, manipulasi dan eksploitasi informasi serta tidak adanya
kepastian pelaksanaan akad. Bentuk-bentuk gharar antara lain :
- tidak adanya kepastian penjual untuk menyerahkan obyek akad pada waktu terjadi akad
baik obyek akad itu sudah ada maupun belum ada;
- menjual sesuatu yang belum berada di bawah kekuasaan penjual;
- tidak adanya kepastian kriteria kualitas dan kualitas barang/jasa;
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
24 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
- tidak adanya kepastian jumlah harga yang harus dibayar dan alat pembayaran;
- tidak danya ketegasan jenis dan obyek akad;
- kondisi obyek akad tidak dapat dijamin kesesuaiannya dengan yang ditentukan dalam
transaksi;
- adanya unsur eksploitasi salah satu pihak karena informasi yang kurang atau dimanipulasi
dan ketidak tahuan atau ketidakpahaman yang ditransaksikan.
Haram adalah segala jenis unsur yang dilarang secara tegas dalam Al-Qur’an dan As Sunah.

Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Disamping itu, tujuan
lainnya adalah :
- meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan
usaha.
- informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi aset,
kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah bila ada dan
bagaimana perolehan dan penggunaannya;
- informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah
terhadap amanah dalam mengamanakan dana, menginvestasikannya pada tingkat
keuntungan yang layak; dan
- informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanaman modal dan
pemilik dana syirkah temporer, dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban
(obligationi) fungsi sosial entitas syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat,
infak, sedekah, dan wakaf.

Lebih lanjut dijelaskan, bahwa kerangka dasar ini membahas laporan keuangan untuk
tujuan umum (general purpose financial statements yang selajutnya hanya disebut ”laporan
keuangan”), termasuk laporan keuangan konsolidasi. Laporan keuangan disusun dan
disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar
pemakai. Beberapa di antara pemakai ini memerlukan dan berhak untuk memperoleh
informasi tambahan disamping yang tercakup dalam laporan keuangan. Namun demikian,
banyak pemakai sangat tergantung pada laporan keuangan sebagai sumber utama informasi
keuangan dan karena itu laporan keuangan tersebut seharusnya disusun dan disajikan
dengan mempertimbangkan kebutuhan mereka. Laporan keuangan dengan tujuan khusus
seperti prospektus, dan perhitungan yang dilakukan untuk tujuan perpajakan tidak termasuk
dalam kerangka dasar ini.
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
25 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Pemakain Dan Kebutuhan Informasi:
- Investor sekarang dan investor; hal ini karena mereka harus memutuskan apakah akan
membeli,menahan atau menjual investasi atau penerimaan dividen.
- Pemilik dana qardh; untuk mengetahui apakah dana qardh dapat dibayar pada saat jatuh
tempo.
- Pemilik dan syirkah temporer; untuk pengambilan keputusan pada investasi yang
memberikan tingkat pengambilan yang bersaing dan aman.
- Pemilik dana titipan; untuk memastikan bahwa titipan dana dapat diambil setiap hari.
- Pembayar dan penerima zakat, infaq, sedekah, dan wakaf; untuk informasi tentang
sumber dan penyaluran dana tersebut.
- Pengawas syariah; untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga syariah terhadap
prinsip syariah.
- Karyawan;untuk memperoleh informasi tentang stabilitas dan profitalitas entitas syariah.
- Pemasok dan mitra usaha lainnya; untuk memperoleh informasi tentang kemampuan
entitas membayar utang pada saat jatuh tempo.
- Pelanggan; untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan hidup entitas syariah.
- Pemerintah serta lembaga-lembaganya; untuk memperoleh informasi tentang aktifitas
entitas syariah, perpajakan serta kepentingan nasional lainnya.
- Masyarakat; untuk memperoleh infomasi tentang kontribusi entitas terhadap masyrakat
dan negara.

2.PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH

Tujuan laporan keuangan syariah adalah menyediakan informasi yang menyangkut


posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Disamping itu, tujuan lainnya adalah:
- Mengingkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan
usaha.
- Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi aset,
kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, bila ada dan
bagaimana perolehan dan penggunaannya.
- Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah
terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat
keuntungan yang layak.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


26 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
- Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal dan
pemilik dana syirkah temporer; dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban
(obligation) fungsi sosial entitas syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat,
infak, sedekah, dan wakaf.

Komponen laporan keuangan entitas syariah meliputi komponen laporan keuangan yang
mencerminkan antara kegiatan komersial, kegiatan sosial serta kegiatan dan tanggung jawab
khusus entitas syariah. Unsur neraca entitas syariah terdiri dari aset, kewajiban, dana syirkah
temporer, dan ekuitas. Unsur kinerja terdiri dari penghsilan, beban, dan pihak ketika atas bagi
hasil.hak pihak ketiga atas bagi hasil bukan unsur beban walaupun secara perhitungan
dikurangkan dalam penentuan laba entitas.

Unsur Laporan Keuangan Syariah

Komponen laporan keuangan entitas syariah antara lain meliputi (KDPPLK) :


Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial
- laporan posisi keuangan.
- laporan laba rugi komprehensif.
- laporan arus kas.
- laporan perubahan ekuitas.
Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial
- laporan sumber dan penggunaan dana zakat.
- laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.
komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung jawab
khusus entitas syariah tersebut.
- laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil (bank syariah)
- laporan surplusdefisit underwriting dana tabarru' (asuransi syariah)
- laporan perubahan dana tabarru' (asuransi syariah)
- laporan perubahan dana (lembaga amil)
- laporan perubahan aset kelolaan (lembaga amil)

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


27 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

Rizal Yaya, Aji Erlangga, Ahim Abdurahim, 2014, Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi 2.
Salemba Empat, Jakarta.

Firdaus Furywardhana SE, SS, MSi, 2009, Akuntansi Syariah, PPPS (Pendidikan dan
Pelatihan Perbankan Syariah), Jogjakarta.

Ahmad Ifham Sholihin , 2010, Buku Pintar Ekonomi Syariah, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PELAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH, IAI


2007

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


28 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN

Perbankan
Syariah
Pokok Bahasan
SISTEM OPERASIONAL BANK
SYARIAH
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

04
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 84048 Mohamad Torik L Buana, SE, MM

Abstract Kompetensi
Sistem Penerimaan Dana, Memahami Istilah pada operasional
Penyaluran Dana dan Fungsi Jasa Cash Flow Bank Syariah
Keuangan

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


29 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Pembahasan
SISTEM OPERASIONAL BANK SYARIAH

1. DEFINISI, ASAS DAN TUJUAN BANK SYARIAH

Definisi bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank terdiri dari dua
jenis yaitu bank konvesional dan bank syariah.

Terkait dengan asas operasional bank syariah disebutkan bahwa perbankan syariah
dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan
prinsip kehati-hatian. Sedangkan tujuan bank syariah berdasarkan dinyatakan bahwa
perbankan syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan keadilan, kebersamaan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

2. FUNGSI BANK SYARIAH

Bank Syariah wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana


masyarakat. Bank Syariah juga dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga
baitulmal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah atau dana
sosial lainnya (antara lain denda terhadap nasabah atau ta’azir) dan menyalurkannya kepada
organisasi pengelola zakat

Skema transaksi yang dimiliki dalam skema non – riba memiliki setidaaknya ada empat
fungsi, yaitu :
1. Fungsi Manajemen Investasi
Dengan fungsi ini, bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana
(shahibul maal) dalam hal dana tersebut harus dapat disalurkan pada penyaluran yang
produktif, sehingga dana yang dihimpun dapat menghasilkan keuntungan yang akan
dibagihasilkan antara bank syariah dan pemilik dana.
2. Fungsi Investor
Dalam penyaluran dana , bank syariah berfungsi sebagai investor (pemiliik dana).
Sebagai investor, penanaman dana yang dilakukan oleh bank syariah harus dilakukan pada
sektor – sektor yang produktif dengan resiko yang minim dan tidak melanggar ketentuan

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


30 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
syariah. Selain itu dalam menginvestasikan dana bank syariah harus menggunakan alat
investasi yang sesuai dengan syariah. Investasi yang sesuai dengan syariah meliputii akad
jual beli (murabahah, salam, dan istishna), akad investasi (mudharabah dan musyarakah),
akad sewa – menyewa (ijarah dan iijarah muntahiya bittaamlik), dan akad lainnya yang
diperbolehkan oleh syariah.
3. Fungsi Sosial
Fungsi sosial bank syariah merupakan sesuatu yang melekat pada bank syariah.
Setidaknya ada dua instrumen yang digunakan oleh bank syariah dalam menjalankan fungsi
sosialnya, yaitu:
1. Instrumen Zakat, Infak, Sadaqah, dan wakaf (ZISWAF)
Instrumen ZISWAF berfungsi untuk menghimpun ZISWAF dari masyarakat, pegawai
bank, serta bank sendiri sebagai lembaga milik para insvestor , dana yang
dihimpun melalui instrumen ZISWAF selanjutnya akan disalurkan kepada yang berhak
dalam bentuk bantuan atau hibah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
2. Instrumen Qardhul Hasan
Instrumen Qardhul Hasan berfungsii menghimpun dana dan penerimaan yang tidak
memenuhi kriteria halal serta dana infak dan sedekah yang tidak ditentukan
peruntukannya secara spesifik oleh pemberi. Selajutnya dana Instrumen Qardhul Hasan
Disalurkan untuk :
- Pengadaan atau perbaikan kualitas fasilitas sosial dan fasilitas umum masyarakat
(terutama bagi dana yang berasal dari penerimaan yang tidak memenuhi kriteria halal)
- Sumbangan atau hibah kepada yang berhak
- Pinjaman tanpa bunga yang diprioritaskan pada masyarakat golongan ekonomi
lemah, tetapi memiliki potensi dan kemampuan untuk mengembalikan pinjaman
tersebut.
4. Fungsi Jasa Keuangan
Fungsi jasa keuangan yang dijalankan oleh bank syariah tidaklah berbeda dengan
bank konvensional, seperti memberikan layanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji,
letter of quarantee, letter of credit, dan lain sebagainya. Akan tetapi, dalam hal mekanisme
mendapatkan keuntungan dari transaksi tersebut, bank syariah harus tetap menggunakan
skema yang sesuai dengan prinsip syariah.

3. SISTEM OPERASIONAL

Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak
dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil.
Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
31 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
modal usaha), dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Sistem
operasional tersebut meliputi:

SISTEM PENGHIMPUNAN DANA


Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank konvensional didasari teori
yang diungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang untuk tiga
kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan dan investasi. Teori tersebut menyebabkan
produk penghimpunan dana disesuaikan dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro,
tabungan dan deposito.

Berbeda halnya dengan hal tersebut, bank syariah tidak melakukan pendekatan
tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya. Pada dasarnya,
dilihat dari sumbernya, dana bank syariah terdiri atas:

1. Modal
Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner). Dana modal dapat
digunakan untuk pembelian gedung, tanah, perlengkapan, dan sebagainya yang secara tidak
langsung menghasilkan (fixed asset/non earning asset). Selain itu, modal juga dapat
digunakan untuk hal-hal yang produktif, yaitu disalurkan menjadi pembiayaan. Pembiayaan
yang berasal dari modal, hasilnya tentu saja bagi pemilik modal, tidak dibagikan kepada
pemilik dana lainnya.

Mekanisme penyertaan modal pemegang saham dalam perbankan syariah, dapat


dilakukan melalui musyarakah fi sahm asy-syarikah atau equity participation pada saham
perseroan bank.

2. Titipan (wadi’ah)
Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi dana adalah
dengan menggunakan prinsip titipan. Akad yang sesuai dengan prinsip ini ialah al-wadi’ah.

Dalam prinsip ini, bank menerima titipan dari nasabah dan bertanggung jawab penuh
atas titipan tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak untuk mengambil setiap saat, sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

3. Investasi (mudharabah)
Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah yang mempunyai
tujuan kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib),
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
32 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
dalam hal ini adalah bank. Pemilik dana sebagai deposan di bank syariah berperan sebagai
investor murni yang menanggung aspek sharing risk dan return dari bank. Deposan, dengan
demikian bukanlah lender atau kreditor bagi bank seperti halnya pada bank konvensional.

SISTEM PENYALURAN DANA (FINANCING)

Penyaluran dana bank syariah dilakukan dengan menggunakan skema jual beli,
skema investasi, dan skema sewa.
Skema jual beli memiliki beberapa bentuk, yaitu murabahah, salam, dan istishna’.
Skema investasi terdiri atas dua jenis, yaitu mudharabah dan musyarakah.
Dan skema sewa terdiri atas ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik.

1. Skema pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual
beli. Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan pembiayaan murabahah,
salam dan istishna’. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan
dengan prinsip sewa (Ijarah).

2. Skema Investasi, dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah
sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila
pada jual beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek transaksinya jasa.

3. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna
mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil..Prinsip bagi hasil untuk
produk pembiayaan di bank syariah dioperasionalkan dengan pola-pola musyarakah dan
mudharabah.

WADIAH
Adalah titipan dari satu pihak ke pihak yang lain, baik individu maupun badan hukum
yang harus dijaga dan dikembalikan oleh yang penerima titipan, kapan pun si penitip
menghendaki.

Wadiah dibagi menjadi dua, yaitu : Wadiah Yad-dhamanah dan Wadiah Yad-amanah.
- Wadiah Yad-dhamanah adalah titipan yang selama belum dikembalikan kepada penitip
dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan. Apabila dari hasil pemanfaatan tersebut
diperoleh keuntungan, maka seluruhnya menjadi hak penerima titipan.
- Wadiah Yad-amanah adalah penerima titipan tidak boleh memanfaatkan barang titipan
tersebut sampai si penitip mengambil kembali titipannya.
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
33 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Penerima titipan dalam transaksi wadiah dapat meminta imbalan (ujrah) kepada
penitip atas jasanya dalam menjaga barang atau uang titipan. Sebaliknya, jika si penerima
titipan, khususnya yang menggunakan akad wadiah yad-dhamanah merasa mendapat
manfaat atas sesuatu yang dititipi, maka si penerima titipan boleh memberikan bonus kepada
penitip dari hasil pemanfaatannya dengan syarat bonus tersebut tidak dijanjikan sebelumnya
dan besarnya bergantung pada penerima titipan.

Prinsip wadiah yang lazim digunakan dalam perbankan syariah adalah wadiah yad-
dhamanah dan biasa disingkat denga wadiah. Prinsip ini dapat diterapkan pada kegiatan
penghimpunan dana berupa giro dan tabungan.

Giro wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, ATM, sarana perintah
pembayaran lainnya, atau dengan cara pemindahbukuan.

Tabungan wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya
dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati dengan menggunakan kuintansi,
kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan cara pemindahbukuan.

Mudharabah
adalah perjanjian atas suatu jenis kerja sama usaha dimana pihak pertama
menyediakan dana dan pihak kedua bertanggung jawab atas pengelolaan usaha.

Pihak yang menyediakan dana biasa disebut dengan istilah shahibul maal, sedangkan
pihak yang mengelola usaha disebut dengan istilah mudharib.
Mudharabah dibagi menjadi tiga :
- Mudharabah muthlaqah (investasi tidak terikat) adalah mudharabah yang member kuasa
kepada mudharib secara penuh untuk menjalankan usaha tanpa batasan apapun yang
berkaitan dengan usaha tersebut
- Mudharabah muqayyadah (investasi terikat) adalah shahibul maal memberi batasan
kepada mudharib dalam pengelolaan dana berupa jenis usaha, tempat, pemasok, maupun
konsumen.
- Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah di mana pengelola dana
menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


34 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Pada dasarnya, semua bentuk kegiatan penghimpunan dana bank syariah (tabungan,
deposito, dan giro) dapat menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah. Perbankan syariah
di Indonesia pada umumnya menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah, kendati hanya
ditulis tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.

Tabungan mudharabah adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan


menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yagn
dipersamakan dengan itu.
Perbedaan tabungan wadiah dan tabungan mudharabah terletak pada 3 aspek :
- Sifat dana
- Insentif
- Pengembalian dana
Deposito mudharabah adalah simpanan dana dengan skema pemilik dana (shahibul maal)
memercayakan dananya untuk dikelola bank (mudharib) dengan hasil yang diperoleh dibagi
antara pemilik dana dan bank dengan nisbah yang disepakati sejak awal.

PRINSIP DALAM PELAKSANAAN FUNGSI JASA KEUANGAN PERBANKAN

Pelaksanaan fungsi jasa keuangan perbankan dapat menggunakan prinsip-prinsip


transaksi syariah yang telah difatwakan oleh DSN. Beberapa prinsip itu adalah prinsip
wakalah, kafalah, sharf, ijarah.

Prinsip Wakalah
Wakalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandate. Dalam
konteks muamalah, wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang (muwakkil)
kepada orang lain (wakil) dalam hal-hal yang mewakilkan. Hal-hal yang diwakilkan haruslah :
· Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili.
· Tidak bertentangan dengan syariah Islam.
· Dapat diwakilkan menurut syariah Islam.
·
Prinsip Kafalah
Al-kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung (makfuul ’anhu ‘ashil).
Dalam fatwa DSN Nomor 11 Tahun 2000, kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh
penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung (makfuul ‘anhu ‘ashil).

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


35 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Prinsip Hawalah
Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang (muhil) kepada orang lain
yang menanggungnya (muhal ‘alaih). Dalam praktik perbankan, prinsip hawalah dapat
digunakan untuk transaksi anjak piutang, di mana para nasabah yang memiliki pituang kepada
pihak ketiga memindahkan piutang itu kepada bank, bank lalu membayar piutang tersebut
dan bank menagihnya dari pihak ketiga itu.

Prinsip Sharf
Prinsip sharf adalah prinsip yang digunakan dalam transaksi jual beli mata uang, baik
antara mata uang sejenis maupun antar mata uang berlainan jenis.

Prinsip Ijarah
Prinsip ijarah merupakan prinsip yang sangat banyak digunakan dalam pelaksanaan
fungsi jasa keuangan bank syariah. Berdasarkan fatwa DSN Nomor 9 Tahun 2000, disebutkan
bahwa objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang atau jasa. Ijarah bila diterapkan
untuk mendapatkan manfaat barang disebut sewa menyewa, sedangkan bila diterapkan untuk
medapatkan manfaat orang disebut upah-mengupah (Karim, 2004).

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


36 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

Ahmad Ifham Sholihin., 2010, Buku Pintar Ekonomi Syariah, Gramedia Pustaka Utama
Firdaus Furywardhana SE, SS, MSi, 2009, Akuntansi Syariah, PPPS (Pendidikan dan
Pelatihan Perbankan Syariah), Jakarta
Rizal Yaya, Aji Erlangga, Ahim Abdurahim., 2014, Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi 2.
Salemba Empat, Jakarta

DSN-MUI, 2016, http://www.dsnmui.or.id/, Jakarta


IAI 2007, KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PELAPORAN KEUANGAN BANK
SYARIAH, Jakarta
Presiden RI, UU No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


37 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN

Perbankan
Syariah
Pokok Bahasan
BAGI HASIL
DALAM BANK SYARIAH
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

05
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 84048 Mohamad Torik L Buana, SE, MM

Abstract Kompetensi
Sistem Pembagian Hasil Memahami Konsep Profit Sharing atau
Revenue Sharing

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


38 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Pembahasan

1. PENGERTIAN BAGI HASIL (PROFIT SHARING)

Profit dalam kamus ekonomi berarti pembagian laba. Secara definisi, profit sharing
dapat diartikan sebagai distribusi beberapa bagian dari laba pada pegawai dari suatu
perusahaan. Syafi’i Antonio menguraikan bahwa bagi hasil adalah suatu sistem pengolahan
dana dalam perekonomian Islam yakni pembagian hasil usaha antara pemilik modal (shahibul
maal) dan pengelola (Mudharib).

Bagi hasil adalah keuntungan atau hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana baik
investasi maupun transaksi jual beli yang diberikan kepada nasabah dengan sejumlah
persyaratan:
1. Perhitungan Bagi Hasil disepakati menggunakan pendekatan/pola :
1) Revenue Sharing,
2) Profit dan Loss Sharing.
2. Pada saat akad terjadi, wajib disepakati sistem bagi hasil yang dipakai, apakah Revenue
Sharing, Profit dan Loss Sharing atau Gross Profit. Kalau tidak disepakati maka akad
tersebut menjadi gharar.
3. Waktu pembagian bagi hasil harus disepakati oleh kedua belah pihak, contohnya: setiap
bulan atau waktu yang telah disepakati.
4. Bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati diawal dan tercantum dalam akad.

Sistem bagi hasil dalam perbankan syariah menjadi ciri khusus yang ditawarkan bagi
masyarakat, dan aturan syariah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha haruslah
ditentukan pada awal terjadinya akad. Besarnya porsi bagi hasil antara kedua belah pihak
ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan kerelaan (An-Tarodhin)
oleh masing-masing pihak dan tidak ada unsur paksaan.

Pendekatan profit sharing (bagi laba)


Profit sharing adalah bagi keuntungan. Dalam kamus ekonomi diartikan pembagian
laba. Profit secara istilah adalah perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total
revenue) suatu perusahaan lebih besar dari biaya total (total cost). Pada perbankan syariah
istilah yang sering dipakai adalah profit and loss sharing, di mana hal ini dapat diartikan

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


39 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
sebagai pembagian antara untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha
yang telah dilakukan.

Pendekatan revenue sharing (bagi pendapatan)


Revenue (pendapatan) adalah hasil uang yang diterima oleh suatu perusahaan dari
penjualan barang-barang (goods) dan jasa-jasa (services) yang dihasilkannya dari
pendapatan penjualan (sales revenue). Dalam arti lain revenue merupakan besaran yang
mengacu pada perkalian antara jumlah out put yang dihasilkan dari kegiatan produksi
dikalikan dengan harga barang atau jasa dari suatu produksi tersebut. Penghitungan menurut
pendekatan ini adalah perhitungan laba didasarkan pada pendapatan yang diperoleh dari
pengelola dana, yaitu pendapatan usaha sebelum dikurangi dengan biaya usaha untuk
memperoleh pendapatan tersebut.

Prinsip revenue sharing diterapkan berdasarkan pendapat dari Syafi'i Antonio bahwa
mudharib tidak boleh menggunakan harta mudharabah sebagai biaya baik dalam keadaan
menetap maupun bepergian (diperjalanan) karena mudharib telah mendapatkan bagian
keuntungan sehingga tidak berhak mendapatkan sesuatu (nafkah) dari harta itu yang pada
akhirnya ia akan mendapat yang lebih besar dari bagian shahibul maal. Sedangkan, untuk
profit sharing diterapkan berdasarkan pendapat ulama Abu hanifah, Malik, Zaidiyah yang
menjelaskan bahwa mudharib dapat membelanjakan harta mudharabah hanya bila
perdagangannya itu diperjalanan saja baik itu berupa biaya makan, minum, pakaian dan
sebagainya. Hambali menegaskan bahwa mudharib boleh menafkahkan sebagian dari harta
mudharabah baik dalam keadaan menetap atau bepergian dengan ijin shahibul maal, tetapi
besarnya nafkah yang boleh digunakan adalah nafkah yang telah dikenal (menurut
kebiasaan) para pedagang dan tidak boros.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


40 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
2. KONSEP BAGI HASIL

Dalam ekonomi syariah, konsep bagi hasil dijabarkan sebagai berikut:


1. Pihak pemilik dana menanamkan dananya melalui institusi keuangan yang bertindak
sebagai pengelola dana.
2. Pihak pengelola mengelola dana-dana tersebut dalam sistem yang dikenal dengan
sistem pool of fund (penghimpunan dana), selanjutnya pengelola akan menginvestasikan
dana tersebut dalam proyek atau usaha-usaha yang layak dan menguntungkan serta
memenuhi semua aspek syariah.
3. Kedua belah pihak membuat akad yang berisi ruang lingkup kerjasama, jumlah nominal
dana, nisbah, dan jangka waktu berlakunya kesepakatan tersebut.
4. Sumber dana terdiri dari:
1. Simpanan (tabungan dan simpanan berjangka),
2. Modal (simpanan pokok, simpanan wajib, dana lain-lain),
3. Hutang pihak lain.

3. JENIS-JENIS AKAD BAGI HASIL

Bentuk-bentuk kontrak kerjasama bagi hasil dalam perbankan syariah secara umum
dapat dilakukan dalam empat akad, yaitu Musyarakah, Mudharabah, Muzara’ah dan
Musaqah. Namun, pada penerapannya prinsip yang digunakan pada sistem bagi hasil, pada
umumnya bank syariah menggunakan kontrak kerjasama pada akad Musyarakah dan
Mudharabah.

1. Musyarakah (Joint Venture Profit dan Loss Sharing); menurut Syafi’i Antonio,
Musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu tertentu
dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan keuntungan
dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan akad. Musyarakah adalah hubungan
kemitraan antara bank dengan konsumen untuk suatu masa terbatas pada suatu proyek baik
bank maupun konsumen memasukkan modal dengan perbandingan yang berbeda serta
menyetujui laba yang ditetapkan sebelumnya. Sistem ini juga berdasarkan prinsip mengurangi
kemungkinan partisipasi yang menjurus pada kemitraan akhir oleh konsumen dengan
diberikannya hak pada bank kepada mitra usaha untuk membayar kembali saham bank
sekaligus ataupun berangsur-angsur dari sebagian pendapatan bersih operasinya.

2. Mudharabah (Trustee Profit Sharing); Mudharabah atau qiradh termasuk salah satu
bentuk akad syirkah (perkongsian). Istilah mudharabah digunakan oleh orang Irak, sedangkan
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
41 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
orang Hijaz menyebutnya dengan qiradh. Dengan demikian, mudharabah dan qiradh adalah
istilah dengan pengertian yang sama. Mudharabah juga termasuk perjanjian antara pemilik
modal (uang dan barang) dengan pengusaha dimana pemilik modal bersedia membiayai
sepenuhnya suatu usaha atau proyek dan pengusaha setuju untuk mengelola proyek tersebut
dengan bagi hasil sesuai dengan perjanjian. Selain itu, mudharabah juga berarti pernyataan
yang berarti bahwa seseorang memberi modal usaha kepada orang lain dengan tujuan modal
itu diniagakan dengan perjanjian keuntungannya dibagi antara dua belah pihak sesuai
perjanjian, sedangkan kerugian akan ditanggung oleh pihak pemilik modal.

Oleh karena itu ada beberapa rukun dan syarat dalam pembiayaan mudharabah yang
harus diperhatikan yaitu:
1. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha). Pada akad mudharabah, harus
minimal ada dua pelaku. Pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal (shahibul maal) dan
pihak kedua sebagai pelaksana usaha (mudharib). Pemodal dan pengelola syaratnya harus
mampu melakukan transaksi dan secara hukum sah.
2. Objek mudharabah (modal dan kerja). Ini merupakan konsekuensi logis dari tindakan
yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek
mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek
mudharabah. Modal yang diserahkan berbentuk uang, sedangkan kerja yang diserahkan bisa
berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, management skill dan sebagainya.
3. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul). Adanya persetujuan dari kedua belah pihak
merupakan konsekuensi dari prinsip 'an-taraadhim minkum atau sama-sama rela (Q.S. An-
Nisa:29). Kedua belah pihak harus rela bersepakat mengikatkan diri dalam akad mudharabah.
Pemilik dana setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan dana dan Pelaksana usaha
pun setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan kerja. Syaratnya adalah melafazkan
ijab dari yang punya modal dan qabul dari yang menjalankannya.
4. Nisbah Keuntungan. Nisbah adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang
tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima kedua
pihak yang bermudharabah. Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan
shahib al-maal mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan inilah yang
akan mencegah perselisihan kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan.

Adapun bentuk-bentuk mudharabah yang dilakukan dalam perbankan syariah dari


penghimpunan dan penyaluran dana adalah:
1. Tabungan Mudharabah. Merupakan simpanan pihak ketiga yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai perjanjian.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


42 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
2. Deposito Mudharabah. Merupakan investasi melalui simpanan pihak ketiga
(perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam
jangka waktu tertentu (jatuh tempo), dengan mendapat imbalan bagi hasil.
3. Investai Mudharabah Antar Bank (IMA). Adalah sarana kegiatan investasi jangka
pendek dalam rupiah antar peserta pasar uang antar Bank Syariah berdasarkan
prinsip mudharabah di mana keuntungan akan dibagikan kepada kedua belah pihak
(pembeli dan penjual sertifikat IMA) berdasarkan nisbah yang telah disepakati.

4.. PERHITUNGAN BAGI HASIL SYARIAH

Metode penghitunga bagi hasil dalam ekonomi syariah secara umum dapat dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut.
1. Menghitung saldo rata-rata harian (Daily Average) sumber dana sesuai klasifikasi dana
yang dimiliki.
Total Dana
DA = -----------------
∑N
Dimana,
DA = saldo rata-rata harian
N = waktu atau hari

2. Menghitung saldo rata-rata tertimbang (Weight Average) sumber dana yang telah
tersalurkan pada proyek atau usaha-usaha lainnya.

WA = ∑(total dana x jumlah hari periode dana)

3. Menghitung distribusi pendapatan yang diterima dalam periode tertentu.

WA
DP = TWA x TP

Dimana,
WA = saldo rata-rata tertimbang
TWA = total saldo rata-rata tertimbang
TP = total pendapatan periode tertentu

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


43 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
4. Membandingkan antara jumlah sumber dana dengan total dana yang telah disalurkan.

5. Mengalokasikan total pendapatan kepada masing-masing klasifikasi dana yang dimiliki


sesuai dengan saldo rata-rata tertimbang

5. Memperhatikan nisbah sesuai dengan kesepakatan yang tercantum dalam kesepakatan


(akad).

7. Mendistribusikan bagi hasil tersebut sesuai dengan nisbahnya kepada pemilik dana
sesuai dengan klasifikasi dana yang ditanamkan.

Contoh:
Pada awal Januari 2020, Bp. Torik membuka tabungan atau
simpanan mudharabah pada lembaga keuangan syariah. Data transaksi yang terjadi
selama bulan tersebut adalah sebagai berikut:

Tanggal i) Keterangan (i) Jumlah


06-Jan setoran awal 3,000,000
10-Jan Setoran 10,000,000
25-Jan penarikan 2,500,000
29-Jan penarikan 500,000

Perhitungan saldo rata-rata harian dana Bp. Torik selama bulan Januari adalah dengan
menghitung saldo rata-rata tertimbang dibagi dengan jumlah hari dalan bulan bersangkutan.

Tabel Saldo Rata-Rata Harian


No Tanggal Hari Saldo Saldo Tertimbang
1 06 Jan - 10 Jan 5 3,000,000 15,000,000
2 11 Jan - 25 Jan 15 13,000,000 195,000,000
3 26 Jan - 29 Jan 4 10,500,000 42,000,000
4 30 Jan - 31 Jan 2 10,000,000 20,000,000
Total 272,000,000

Saldo rata-rata harian Bp. Torik adalah Rp 272.000.000 : 31 = Rp 8.774.193,55


Setelah saldo rata-rata harian dihitung, selanjutnya dihitung jumlah distribusi pendapatannya.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


44 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Misal, diketahui pendapatan lembaga keuangan syari’ah tersebut pada bulan Januari adalah
sebesar Rp 250.000.000.
Saldo rata-rata harian untuk masing-masing jenis klasifikasi dana yang dikelola oleh lembaga
tersebut adalah sebagai berikut :
- simpanan mudharabah = 50.000.000 (10%)
- investasi mudharabah 1 bln = 125.000.000 (25%)
- investasi mudharabah 3 bln = 110.000.000 (22%)
- investasi mudharabah 6 bln = 75.000.000 (15%)
- investasi mudharabah 12 bln = 140.000.000 (28%)
500.000.000

Dengan data-data diatas, maka dapat dihitung distribusi pendapatan sesuai klasifikasi dana
yang dikelola, yaitu sebagai berikut :

Simpanan mudharabah 10% 250,000,000 25,000,000


investasi mudharabah 1 bulan 25% 250,000,000 62,500,000
investasi mudharabah 3 bulan 22% 250,000,000 55,000,000
investasi mudharabah 6 bulan 15% 250,000,000 37,500,000
investasi mudharabah 12 bulan 28% 250,000,000 70,000,000
Total 250,000,000

Nisbah (Rasio Bagi Hasil)

Nisbah adalah merupakan rasio bagi hasil yang akan diterima oleh tiap-tiap pihak yang
melakukan akad kerjasama usaha, yaitu pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana
(mudharib), dimana nisbah ini tertuang didalam akad yang telah disepakati dan ditanda
tangani oleh kedua belah pihak.Dengan menggunakan data-data pada contoh diatas, akan
diilustrasikan penghitungan nisbah.
Misalkan, diketahui nisbah yang telah disepakati dengan pihak lembaga keuangan syari’ah
sebesar 60:40, maka distribusi pendapatan untuk Bp. Torik adalah sebagai berikut.
Nisbah simpanan mudharabah untuk pemilik dana
25.000.000 x 60% = 15.000.000
Distribusi pendapatan untuk Bp. Torik atas simpanan mudharabahnya adalah
8.774.193,55
500.000.000 x 15.000.000 = 263.225,81

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


45 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

Ahmad Ifham Sholihin, 2010, Buku Pintar Ekonomi Syariah, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
DSAK IAI, 2007, KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PELAPORAN KEUANGAN
BANK SYARIAH, Jakarta
DSAK IAI, 2007, PSAK 105, Jakarta
Firdaus Furywardhana SE, SS, MSi, Akuntansi Syariah, PPPS 2009 (Pendidikan dan
Pelatihan Perbankan Syariah), Jogjakarta
Rizal Yaya, Aji Erlangga, Ahim Abdurahim., 2014, Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi 2.
Salemba Empat. Jakarta

http://www.inkopsyahbmt.co.id (sumber : http://punyahari.blogspot.com)

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


46 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN

Perbankan
Syariah
Pokok Bahasan
TRANSAKSI
PENGHIMPUNAN DANA
DALAM BANK SYARIAH
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

06
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 84048 Mohamad Torik L Buana, SE, MM

Abstract Kompetensi
Tabungan Deposito Giro Memahami Konsep
Penghimpunan Dana

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


47 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Pembahasan
TABUNGAN SYARIAH, GIRO DAN DEPOSITO SYARIAH

Pengertian Tabungan Syariah

Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya
yang dipersamakan dengan itu. Nasabah jika hendak mengambil simpanannya dapat datang
langsung ke bank dengan membawa buku tabungan, slip penarikan, atau melalui fasilitas
ATM.

Dalam hal ini terdapat dua prinsip perjanjian Islam yang sesuai diimplementasikan
dalam produk perbankan berupa tabungan, yaitu wadiah dan mudharabah.

Tabungan Wadiah

Tabungan wadiah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadiah,


yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak
pemiliknya. Berkaitan dengan produk tabungan wadiah, Bank Syariah menggunakan akad
wadiah yad adh-dhamanah. Dalam hal ini, nasabah bertindak sebagai penitip yang
memberikan hak kepada Bank Syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan uang atau
barang titipannya, sedangkan Bank Syariah bertindak sebagai pihak dititipi dana atau barang
yang disertai hak untuk menggunakan atau memanfaatkan dana atau barang tersebut.
Sebagai konsekuensinya, bank bertanggung jawab terhadap keutuhan harta titipan tersebut
serta mengembalikannya kapan saja pemiliknya menghendaki. Disisi lain, bank juga berhak
sepenuhnya atas keuntungan dari hasil penggunaan atau pemanfaatan dana atau barang
tersebut.

Mengingat wadiah yad dhamanah ini mempunyai implikasi hukum yang sama dengan
qardh, maka nasabah penitip dan bank tidak boleh saling menjanjikan untuk membagihasilkan
keuntungan harta tersebut. Namun demikian, bank diperkenankan memberikan bonus kepada
pemilik harta titipan selama tidak disyaratkan di muka. Dengan kata lain, pemberian bonus
merupakan kebijakan Bank Syariah semata yang bersifat sukarela.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


48 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Tabungan Mudharabah

Yang dimaksud dengan tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan


berdasarkan akad mudharabah. Seperti yang telah dikemukakan pada bab-bab terdahulu,
mudharabah mempunyai dua bentuk, yakni mudharabah mutlaqah dan mudharabah
muqayyadah, yang perbedaan utama diantara keduanya terletak pada ada atau tidaknya
persyaratan yang diberikan pemilik dana kepada bank dalam mengelola hartanya. Dalam hal
ini, bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak
sebagai shahibul mal (pemilik dana). Bank syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib,
mempunyai kuasa untuk melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan
pihak lain. Namun, di sisi lain, Bank Syariah juga memiliki sifat sebagai seorang wali amanah
(trustee), yang berarti bank harus berhati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan
bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya.

Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, Bank Syariah akan membagihasilkan


kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad
pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab
terhadap penuh terhadap kerugian tersebut.

Dalam mengelola harta mudharabah, bank menutup biaya operasional tabungan


dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. Disamping itu, bank tidak
diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah penabung tanpa persetujuan yang
bersangkutan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, PPH bagi hasil tabungan mudharabah
dibebankan langsung ke rekening tabungan mudharabah pada saat perhitungan bagi hasil.

Dapat disarikan beberapa ketentuan umum tabungan berdasarkan prinsip mudharabah


sebagai berikut:
- Dalam transaksi ini, nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan
bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana
- Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagi macam usaha
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk di
dalamnya mudharabah dengan pihak lain.
- Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
- Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam
bentuk akad pembukaan rekening.
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
49 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
- Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan
nisbah keuntungan yang menjadsi haknya.
- Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan
yang bersangkutan

Perbandingan Tabungan Wadiah dan Mudharabah

No Tabungan Mudharabah Tabungan Wadi’ah


1 Sifat Dana Investasi Titipan
2 Penarikan Hanya dapat dilakukan pada Dapat dilakukan setiap saat
periode/waktu tertentu
3 Insentif Bagi hasil Bonus (jika ada)
4 Pengembalian Modal Tidak dijamin dikembalikan 100% Dijamin dikembalikan 100%

Pengertian Deposito Syari’ah

Deposito adalah sejenis jasa tabungan yang biasa ditawarkan oleh bank kepada
masyarakat. Deposito biasanya memiliki jangka waktu tertentu di mana uang di dalamnya
tidak boleh ditarik nasabah. Deposito merupakan salah satu produk penghimpunan dana
(funding) dalam perbankan syariah. Yang dimaksud deposito adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut perjanjian antara
nasabah dan bank yang bersangkutan. Sedangkan yang dimaksud dengan deposito syariah
adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syari’ah sebagaimana yang telah
difatwakan oleh Dewan Syari’ah Nasional MUI bahwa deposito yang dibolehkan oleh Islam
adalah deposito yang berdasarka prinsip mudharabah yang termaktub dalam fatwa nomor
03/DSN-MUI/IV/2000.

Dalam hal ini, bank syari’ah bertindak sebagai pengelola dana (mudharib) sedangkan
nasabah bertindak sebagai pemilik dana (shahibul mal). Dalam kapasitasnya sebagai
mudharib, Bank syari’ah dapat melakukan berbagai macam usaha selagi usaha tersebut tidak
bertentangan dengan prinsip syari’ah serta berhak untuk mengembangkannya, termasuk
melakukan akad mudharabah dengan pihak ketiga.

Dengan demikian, Bank syari’ah dalam kapasitasnya sebagai mudharib memiliki sifat
sebagai wali amanah, yakni harus berhati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan
bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya.
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
50 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Disamping itu bank syari’ah juga bertindak sebagai kuasa dari usaha bisnis pemilik dana yang
diharapkan dapat memperoleh keberuntungan seoptimal mungkin tanpa melanggar berbagai
aturan syari’ah.

Dari hasil pengelolaan dana, bank syari’ah akan membagihasilkan kepada pemilik
dana sesuai dengan nisbah yang telah ditentukan dan disepakati dalam akad pembukaaan
rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian
yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila terjadi adalah mismanagement
(salah urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut.
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak pemilik dana terdapat dua bentuk
mudharabah, yakni :

Mudharabah Mutlaqah ( Unrestricted Investment Account (URIA) )


Dalam deposito URIA, pemilik dana tidak memberikan batasan atau persyaratan tertentu
kepada bank syari’ah dalam mengelola investasinya, baik berkaitan dengan tempat, cara
maupun objek investasinya. Pembayaran bagi hasil deposito URIA dapat dilakukan dengan
dua metode, Anniversary Date dan End of Month

Mudharabah Muqayyadah ( Restricted Investment Account (RIA) )


Berbeda dengan URIA, deposito ini tidak memberikan kebebasan kepada bank baik berkaitan
dengan tempat, cara maupun objek investasinya karena, pemilik dana memberikan batasan
atau persyaratan tertentu kepada bank syari’ah. Dalam menggunakan dana deposito RIA
terdapat dua metode yakni : pertama, cluster pool of fund yaitu penggunaan dana untuk
beberapa proyek dalam suatu jenis industri bisnis. Kedua, specific product yaitu penggunaan
dana untuk suatu proyek tertentu.

Contoh Perhitungan bagi hasil dalam deposito syari’ah


Deposito Rahman sebesar Rp 10.000.000,- berjangka waktu 1 bulan. Perbandingan bagi hasil
40:60.
Bila dianggap total deposito semua deposan adalah Rp 200.0000.0000,- dan pendapatan
bank yang dibagi hasilkan untuk seluruh deposan adalah Rp 3.000.000,-
maka bagi hasil yang didapat oleh Rahman adalah :
Rp 10.000.000,-/ Rp 200.000.000,- x Rp 3.000.000,- x 60% = Rp 9.000

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


51 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Prinsip – Prinsip, Tujuan Dan Manfaatnya

Dalam deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah DSN MUI menentukan beberapa
prinsip-prinsip yang harus dipenuhi dalam menjalankan produk ini :

- Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank
bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
- Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha
yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan mengembangkannya, termasuk di
dalamnya mudharabah dengan pihak lain.
- Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
- Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam
akad pembukaan rekening.
- Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan
nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
- Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan.

Adapun yang menjadi tujuan dan manfaatnya yaitu :

Tujuan
- Bagi Bank; Sumber pendanaan bank baik dalam Rupiah maupun valuta asing dengan
jangka waktu tertentu yang lebih lama dan fluktuasi dana yang relatif rendah.
- Bagi Nasabah; Alternatif investasi yang memberikan keuntungan dalam bentuk bagi hasil

Manfaat
- Membantu perencanaan program investasi
- Bagi hasil yang kompetitif,yang dapat menambah pokok deposito, di ambil tunai, dipindah
bukukan atau di transfer ke bank lain.
- Dana aman dan terjamin

Pengertian Giro Syariah

Giro adalah suatu istilah perbankan untuk suatu cara pembayaran yang hampir
merupakan kebalikan dari sistem cek. Suatu cek diberikan kepada pihak penerima
pembayaran (payee) yang menyimpannya di bank mereka, sedangkan giro diberikan oleh
pihak pembayar (payer) ke banknya, yang selanjutnya akan mentransfer dana kepada bank
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
52 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
pihak penerima, langsung ke akun mereka. Secara umum yang dimaksud dengan giro adalah
simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau
bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau pemindahbukuan. Adapun yang
dimaksud dengan giro syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip
syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan
bahwa giro yang dibenarkan syariah adalah giro berdasarkan prinsip wadiah dan
mudharabah.

Prinsip-prinsip Giro Syariah

Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat


adalah prinsip wadiah dan prinsip mudharabah. Dalam produk rekening giro, dibedakan
menjadi dua, yaitu giro berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah.

Prinsip wadiah
Pengertian Wadi`ah menurut bahasa adalah berasal dari akar kata Wada`a yang
berarti meninggalkan atau titip. Sesuatu yang dititip baik harta, uang maupun pesan atau
amanah. Jadi wadi`ah adalah titipan atau simpanan.

Pengertian wadi`ah menurut Syafii Antonio (1999) adalah titipan murni dari satu pihak
kepihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan
saja si penitip mengkehendaki. Menurut Bank Indonesia (1999) adalah akad penitipan
barang/uang antara pihak yang mempunyai barang/uang dengan pihak yang diberi
kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan serta keutuhan
barang/uang.

Prinsip wadiah yang diterapkan adalah wadiah yad dhamanah yang diterapkan pada
produk rekening giro. Wadiah dhamanah berbeda dengan wadiah amanah. Dalam wadiah
dhamanah, pihak bank selaku pemegang titipan boleh menggunakan uang atau barang yang
dititipi dan bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan. Sedangkan wadiah amanah, pihak
bank selaku pemegang titipan tidak boleh memanfaatkan barang yang dititipi. Karena wadiah
yang diterapkan dalam produk giro perbankan adalah wadiah yad dhamanah, maka
implikasinya sama dengan hukum qardh, yakni nasabah bertindak sebagai pihak yang
meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai pihak yang dipinjami. Dengan demikian,
pemilik dana dan Bank tidak boleh saling menjanjikan untuk memberikan imbalan atas
penggunaan atau pemanfaatan dana atau barang titipan tersebut.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


53 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Prinsip mudharabah
Prinsip mudharabah diaplikasikan pada produk tabungan, deposito dan giro. Yang
dimaksud dengan giro mudharabah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad
mudharabah. Seperti yang telah kita tahu bahwa mudharabah mempunyai dua bentuk, yaitu
mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah, yang perbedaan utama di antara
keduanya terletak pada ada atau tidaknya persyaratan yang diberikan pemilik dana dalam
mengelola hartanya, baik dari sisi tempat, waktu, maupun objek investasinya. Dalam hal ini,
Bank Syariah bertindak sebagai mudharib, sedangkan nasabah bertindak sebagai sebagai
shahibul maal.

Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, Bank syariah akan membagihasilkan


kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad
pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab
terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi
adalah mismanagement, bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut.

Tujuan/Manfaat GIRO

Bagi bank:
- Sumber pendanaan bank baik dalam rupiah maupun valuta asing
- Salah satu sumber pendapatan dalam bentuk jasa (fee based income) dari aktifitas
lanjutan pemanfaatan rekening giro oleh nasabah.
Bagi nasabah:
- Memperlancar aktivitas pembayaran dan penerimaan dana
- Dapat memperoleh bonus dan bagi hasil

Landasan Hukum Giro Wadiah Dalam Praktik Perbankan Syariah

Berdasarkan fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) No: 01/DSN-MUI/IV/2000,


menetapkan bahwa Giro yang dibenarkan secara syari’ah, yaitu giro yang berdasarkan prinsip
Mudharabah dan Wadi’ah.
PBI No.3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer
Principles) beserta ketentuan perubahannya.
PBI No.7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data
Pribadi Nasabah beserta ketentuan perubahannya.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


54 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
PBI No.9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan
Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah beserta ketentuan
perubahannya.

PENYAJIAN PADA LAPORAN KEUANGAN

Jurnal Deposito Mudharabah


Bank Syariah menerima setoran tunai atas nama Maskaryo sebesar Rp.25.000.000,--
sebagai investasi deposito mudharabah untuk jangka waktu satu bulan
dengan nisabah 65 untuk nasabah dan 35 untukbank syariah.

Dr. Kas Rp 25.000.000


Cr. Dana SyirkahTemporer Rp. 25.000.0000 (DepMudharabah-a/n Maskaryo)

Jurnal Tabungan Mudharabah


Diterima setoran tunai pembukaan rekening tabungan mudharabah atas nama Zaenab
sebesar Rp.10.000.000,

Dr. Kas/ RekZaenab Rp. 10.000.000,-


Cr. Dana SyirkahTemporerRp. 10.000.000,- (Tab Mudharabah-a/n Zaenab)

Zaenab melakukan penarikan tabungan atas namanya melalui counter teller sebesar
Rp.1.000.000,-
Dr. Dana SyirkahTemporer Rp1.000.000,- (Tab Mudharabah-a/n Zaenab)
Cr. Kas Rp1.000.000,-

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


55 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

Ahmad Ifham Sholihin, 2010, Buku Pintar Ekonomi Syariah, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
DSAK IAI, 2007, KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PELAPORAN KEUANGAN
BANK SYARIAH, Jakarta
DSAK IAI, 2007, PSAK 105, Jakarta
Firdaus Furywardhana SE, SS, MSi, Akuntansi Syariah, PPPS 2009 (Pendidikan dan
Pelatihan Perbankan Syariah), Jogjakarta
Rizal Yaya, Aji Erlangga, Ahim Abdurahim., 2014, Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi 2.
Salemba Empat. Jakarta
Wiroso, 2011, Seminar AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH AKUNTANSI MUDHARABAH
(psak 105), UNPAD – BI, Bandung

FATWA DSN – MUI


03/DSN-MUI/IV/2000, Deposito
02/DSN-MUI/IV/2000, Tabungan
01/DSN-MUI/IV/2000, Giro

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


56 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN

Perbankan
Syariah
Pokok Bahasan
MURABAHAH
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

07
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 84048 Mohamad Torik L Buana, SE, MM

Abstract Kompetensi
Murabahah Memahami Konsep Jual Beli melalui
Bank Syariah

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


57 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Pembahasan
PEMBIAYAAN MURABAHAH, PENERAPAN PSAK 102

DEFINISI
Murabahah berasal dari kata ribh yang berarti keuntungan, laba, atau tambahan.
Pembiayaan yang dilakukan dengan menggunakan mekanisme jual beli umumnya dikenal
ada tiga jenis yaitu murabahah, salam, dan istishna. Menurut Antonio dalam bukunya
Akuntansi Perbankan dari teori ke Praktik, menurut sifat penggunaanya pembiayaan pada
dasarnya dibagi menjadi dua jenis yaitu pembiayaan produktif dan pembiayaan konsumstif.
Yang termasuk dalam pembiayaan produktif adalah mudharabah dan musyarakah sedangkan
murabahah sendiri termasuk dalam pembiayaan konsumtif. Hampir di seluruh dunia bahkan
di Indonesia murabahah masih menjadi The Queen Of Finance in The Bank. Padahal
pembiayaan yang dianjurkan dalam Islam adalah pembiayaan bagi hasil yang dalam hal ini
adalah mudharabah dan musyarakah namun pada kenyataannya, pembiayaan
murabahahlah yang paling banyak digunakan dalam perbankan syariah.

Pembiayaan Murabahah menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 adalah


penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
- Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
- Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiya bittamlik
- Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’
- Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh
- Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa

Akad murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga asal dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli dimana pembayaran
dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Murabahah adalah akad jual beli barang
dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan
penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli (PSAK
102). Menurut Gozali (2005: 94) mendefinisikan pengertian murabahah adalah sebagai
berikut: “Suatu perjanjian yang disepakati antara bank syariah dengan nasabah dimana bank
menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya dalam
bentuk barang yang dibutuhkan nasabah yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar
harga jual bank (harga beli bank + margin keuntungan) pada waktu dan mekanisme

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


58 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
pembayaran yang ditetapkan sebelumnya pada awal”. Murabahah menurut Ascarya (2007:
81) menyatakan bahwa: “Murabahah adalah istilah dalam fiqih Islam yang berarti suatu bentuk
jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang
dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut dan tingkat
keuntungan (margin) yang diinginkan.

Karakteristik Pembiayaan Murabahah

Berdasarkan PSAK 102 yaitu Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan


atau tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, penjual melakukan
pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli.

Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat


pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat
pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika asset murabahah yang telah dibeli
oleh penjual mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli, maka
penurunan nilai tersebut menjadi tanggungan penjual dan akan mengurangi nilai akad.

Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Pembayaran


tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat barang diserahkan kepada
pembeli, tetapi pembayaran dilakukan secara angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu.
Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang berbeda untuk cara
pembayaran yang berbeda sebelum akad murabahah dilakukan. Namun jika akad tersebut
telah disepakati, maka hanya ada satu harga (harga dalam akad) yang digunakan. Harga
yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual, sedangkan biaya perolehan harus
diberitahukan. Jika penjual mendapatkan diskon sebelum akad murabahah, maka diskon itu
merupakan hak pembeli.

Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain, meliputi:


1) Diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian barang;
2) Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka pembelian barang;
3) Komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan pembelian barang.

Diskon atas pembelian barang yang diterima setelah akad murabahah disepakati
diperlakukan sesuai dengan kesepakatan dalam akad tersebut. Jika tidak diatur dalam akad,
maka diskon tersebut menjadi hak penjual.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


59 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Penjual dapat meminta pembeli menyediakan agunan atas piutang murabahah, antara
lain, dalam bentuk barang yang telah dibeli dari penjual dan/atau aset lainnya. Penjual dapat
meminta uang muka kepada pembeli sebagai bukti komitmen pembelian sebelum akad
disepakati. Uang muka menjadi bagian pelunasan piutang murabahah, jika akad murabahah
disepakati. Jika akad murabahah batal, maka uang muka dikembalikan kepada pembeli
setelah dikurangi kerugian riil yang ditanggung oleh penjual. Jika uang muka itu lebih kecil
dari kerugian, maka penjual dapat meminta tambahan dari pembeli. Jika pembeli tidak dapat
menyelesaikan piutang murabahah sesuai dengan yang diperjanjikan, maka penjual
dapat mengenakan denda kecuali jika dapat dibuktikan bahwa pembeli tidak atau belum
mampu melunasi disebabkan oleh force majeur. Denda tersebut didasarkan pada
pendekatan ta’zir yaitu untuk membuat pembeli lebih disiplin terhadap kewajibannya.
Besarnya denda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana yang berasal dari
denda diperuntukkan sebagai dana kebajikan.

Penjual boleh memberikan potongan pada saat pelunasan piutang murabahah jika pembeli:
1). Melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu; atau
2). Melakukan pelunasan pembayaran lebih cepat dari waktu yang telah disepakati.

Penjual boleh memberikan potongan dari total piutang murabahah yang belum dilunasi jika
pembeli:
1). Melakukan pembayaran cicilan tepat waktu; dan atau
2). Mengalami penurunan kemampuan pembayaran.

Rukun Murabahah
1. Penjual (Ba’i)
Penjual merupakan seseorang yang menyediakan alat komoditas atau barang yang akan
dijual belikan, kepada konsumen atau nasabah.
2. Pembeli (Musytari)
Pembeli merupakan, seseorang yang membutuhkan barang untuk digunakan, dan
bisa didapat ketika melakukan transaksi dengan penjual.
3. Objek Jual Beli (Mabi’)
Adanya barang yang akan diperjual belikan merupakan salah satu unsur terpenting demi
suksesnya transaksi. Contoh: alat komoditas transportasi, alat kebutuhan rumah tangga
dan lain lain.
4. Harga (Tsaman)
Harga merupakan unsur terpenting dalam jual beli karena merupakan suatu nilai tukar
dari barang yang akan atau sudah dijual.
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
60 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
5. Ijab Qabul
Para ulama fiqih sepakat menyatakan bahwa unsur utama dari jual beli adalah kerelaan
kedua belah pihak, kedua belah pihak dapat dilihat dari ijab qobul yang dilangsungkan.
Menurut mereka ijab dan qabul perlu diungkapkan secara jelas dan transaksi yang
bersifat mengikat kedua belah pihak, seperti akad jual beli, akad sewa, dan akad nikah.

Syarat Ba’I Al-Murabahah


• Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah. Bank harus memberitahu secara
jujur berkaitan dengan harga pokok pembiayaan dan harga pokok barang kepada
nasabah berikut biaya yang diperlukan.
• Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
• Kontrak harus bebas dari riba. Transaksi yang dilandaskan dengan hukum Islam
merupakan syarat utama dalam pembiayaan diperbankan syari'ah. Usaha yang halal
merupakan satu satunya transaksi yang dilakukan bank islam.
• Penjual harus menjelaskan pada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesuai
pembelian. Maka bank harus menjelaskan kualitas barang yang akan diperjual
belikan, baik dari segi fisik dan kelayakan nilai suatu barang agar mendapat
kepuasan pembelian yang dilakukan oleh nasabah.
• Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
• Secara prinsip, jika syarat2 tsb diatas tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan:
o Melanjutkan pembelian seperti apa adanya.
o Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual.
o Membatalkan kontrak.

Jual beli secara al-murabahah diatas hanya untuk barang atau produk yang telah
dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada waktu negosiasi dan berkontrak. Bila produk
tersebut tidak dimiliki oleh penjual, sistem yang digunakan adalah murabahah kepada
pemesan pembelian (murabahah KPP). Hal ini dinamakan demikian karena si penjual
semata-mata mengadakan barang untuk memenuhi kebutuhan si pembeli yang
memesannya.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


61 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
ALUR MUHARABHAH

Pertama, dimulai dari pengajuan pembelian barang oleh nasabah. Pada saat itu, nasabah
menegosiasikan harga barang, margin, jangka waktu pembayaran, dan besar angsuran
perbulan.
Kedua, Bank sebagai penjual selanjutnya mempelajari kemampuan nasabah dalam
membayar piutang murabahah. Apabila rencana pembelian barang tersebut disepakati oleh
kedua belah pihak, maka dibuatlah akad murabahah. Isi akad murabahah setidaknya
mencakup berbagai hal agar rukun murabahah dipenuhi dalam transaksi jual beli yang
dilakukan.
Ketiga, setelah akad disepakati pada murabahah dengan pesanan, bank selanjutnya
melakukan pembelian barang kepada pemasok. Akan tetapi, pada murabahah yanpa
pesanan, bank dapat langsung menyerahkan barang kepada nasabah karena telah
memilikinya terlebih dahulu. Pembelian barang kepada pemasok dalam murabahah dengan
pesanan dapat diwakilkan kepada nasabah atas nama bank. Dokumen pembelian barang
tersebut diserahkan oleh pemasok kepada bank.
Keempat, barang yang diinginkan oleh pembeli selanjutnya diantar oleh pemasok kepada
nasabah pembeli.
Kelima, setelah menerima barang, nasabah pembeli selanjutnya membayar kepada bank.
Pembayaran kepada bank biasanya dilakukan dengan cara mencicil sejumlah uang tertentu
selama jangka waktu yang disepakati.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


62 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
CAKUPAN STANDAR AKUNTANSI MURABAHAH

Standar akuntansi tentang jual beli murabahah mengacu pada PSAK 102 tentang
akuntansi murabahah yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2008. PSAK ini menggantikan
PSAK 59 yang berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian dan mengungkapan
murabahah.
PSAK 102 dapat diterapkan untuk lembaga keuangan syariah seperti Bank, Asuransi,
Lembaga Pembiayaan, Dana Pensiun, Koperasi, dan lainnya yan menjalankan transaksi
murabahah.

Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Transaksi Murabahah


Teknis perhitungan yang diperlukan dalam transaksi murabahah antara lain adalah:
- Perhitungan Penentuan Margin Murabahah
Dalam praktik perbankan, biasanya margin dihitung dengan menggunakan metode
anuitas, makin lama jangka waktu pembiayaan, maka makin besar margin yang dikenakan
pada nasabah. Dalam diskusi ekonomi syariah, pembolehan konsep tersebut dikarenakan
konsep anuitas hanya digunakan sebagai dasar perhitungan margin. Setelah margin
ditentukan, nilai margin tersebut bersifat tetap dan tidak berubah kendati terjadi keterlambatan
pembayaran oleh nasabah.
- Perhitungan Angsuran Per Bulan Dan Pendapatan Yang Diakui
Angsuran perbulan bersifat merata dan tetap sepanjang masa pelunasan. Perhitungan
angsuran dapat dilakukan dengan rumusan sebagai berikut :
Angsuran per bulan = Total Piutang - Uang Muka
Jumlah bulan pelunasan

- Perhitungan Pendapatan Margin Yang Diakui Saat Jatuh Tempo Atau Pembayaran
Angsuran
Setiap tanggal jatuh tempo, bank syariah akan mengakui adanya pendapatan margin
yang diakui bergantung pada alternative penggunaan pendekatan yang digunakan. Bila bank
menggunakan pendekatan proposional, maka besarnya margin pada setiap bulan adalah
sama. Sedang bila bank menggunnakan pendekatan tabel anuitas, maka margin pada bulan
pertama akan lebih besar disbanding dengan bulan kedua dan seterusnya.

Berdasarkan PSAK 102, pendekatan yang disarankan adalah pendekatan proposional, yaitu
proposional terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih dengan mengalihkan presentasi
keuntungan terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih (PSAK 102 paragraf 24). Adapun
presentase keuntungan dihitung dari :

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


63 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
1. Perhitungan presentase keuntungan dari perbandingan margin dengan biaya perolehan
Dalam PSAK 102 paragraf 24 disebutkan bahwa presentase keuntungan dihitung dengan
perbandingan antara margin dan biaya perolehan asset murabahah. Aplikasi pendekatan ini
sbb:
Presentase Keuntungan = total margin x 100%
biaya perolehan aset murabahah diluar uang muka nasabah

Margin per bulan = presentase keuntungan x biaya perolehan per bulan

2. Perhitungan presentase keuntungan dari perbandingan margin dengan total piutang


Perhitungan presentase keuntungan dari perbandingan margin dengan total piutang adalah
sbb :
Presentase keuntungan = total margin X 100%
total piutang bersih

Penggunaan pendekatan ini akan sangat membantu dalam hal perhitungan margin perbulan
yang dihitung proposional terhadap jumlah yang dibayar.

Margin perbulan = presentase keuntungan x angsuran perbulan

Pokok perbulan = angsuran perbulan - margin perbulan

AKUNTANSI TRANSAKSI MURABAHAH

Saat Negosiasi
Pada waktu negosiasi, bank syariah tidak melakukan jurnal apapun mengingat
negosiasi tersebut belum memiliki implikasi terhadap posisi keuangan bank syariah.

Pengakuan Uang Muka


Berdasarkan PSAK 102 paragraf 30 disebutkan bahwa uang muka diakui sebagai
uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima. Dalam praktik perbankan, terdapat tiga
macam alternatif Mekanisme perlakuan uang muka.
Pertama, dengan mendebit langsung uang muka yang disepakati tersebut; kedua, memblokir
rekening nasabah sebesar nilai yang disepakati dan ketiga, uang muka dipergang dan dibayar
langsung oleh nasabah kepada pemasok.

Debit (Rp) Rekening tabungan murabahah PT. ABC


Credit (Rp) Uang Muka
*Uang muka disajikan dalam neraca pada bagian kewajiban

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


64 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Pembelian barang pesanan
Pembelian barang pesanan dapat dilakukan dengan dua alternatif, yaitu (1) bank
membeli sendiri barang yang dipesan; dan (2) bank mewakilkan kepada nasabah pembeli
membeli barang yang dipesan atas nama bank syariah.
Dalam pembelian sendiri oleh bank dapat dilakukan dengan membeli secara tunai kepada
pemasok atau membeli secara kredit kepada pemasok.

- Membeli langsung barang secara tunai kepada pemasok

Debit (Rp) Persediaan aset murabahah


Credit (Rp) Kas/ Rekening nasabah-pemasok*

*sekiranya pemasok memiliki rekening di bank syariah, maka pembayaran akan dilakukan via
rekening. Akan tetapi jika pemasok tidak memiliki rekening dibank syariah, maka pembayaran
akan dibayar dengan menyerahakan sejumlah kas.

- Membeli langsung barang secara kredit kepada pemasok


Misalkan, untuk keperluan transaksi murabahah dengan PT ABC, Bank Syariah M melakukan
pembelian barang pesanan PT ABC kepada pemasok “R” senilai Rp. 100jt secara kredit.
Jurnal untuk mencatat sbb :

Debit (Rp) Persediaan aset murabahah


Credit (Rp) Utang kepada pemasok

Selanjutnya, jurnal saat pelunasan utang kepada pemasok adalah sbb:

Debit (Rp) Utang pada pemasok


Credit (Rp) Kas / Rekening pemasok

Saat Akad Murabahah Tidak Jadi Disepakati


Berdasarkan PSAK 102 paragraf 7 disebutkan bahwa murabahah berdasarkan
pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat untuk pembelian barang yang
dipesannya. Hal menunjukan jika kontrak murabahah tersebut tidak mengikat pembeli untuk
membeli barang yang dipesan, maka pembeli dapat membatalkan pembeliannya.
Selanjutnya, berdasarkan PSAK 102 paragraf 30 disebutkan bahwa jika barang yang batal
dibeli oleh pembeli, maka uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah diperhitungkan
dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual.

Debit (Rp) Uang Muka


Credit (Rp) Pendapatan Operasional
Kas

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


65 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Saat Akad Disepakati
Pada saat akad murabahah jadi disepakati tersebut terdapat beberapa transaksi yang
perlu dicatat, yaitu 1. penjualan murabahah oleh bank kepada PT ABC; 2. pengakuan uang
muka sebagai bagian pelunasan piutang murabahah; dan 3. pengakuan pendapatan
administrasi dan penerimaan lain atas biaya yang dibebankan kepada nasabah pembiayaan.

1. Pencatatan penjualan murabahah


Berdasarkan PSAK 102 paragraf 22 , piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan
asset murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. Adapun jurnalnya adalah :

Debit (Rp) Piutang Murabahah


Credit (Rp) Persediaan aset murabahah
Margin murabahah yang ditangguhkan*

*margin murabahah yang ditangguhkan, disajikan di neraca sebagai pengurang piutang


murabahah. Cara penyajiannya sama dengan penyajian akumulasi depresiasi asset tetap.
Margin murabahah yang ditangguhkan akan berkurang apabila telah jatuh tempo atau
dibayar.

2. Pencatatan uang muka sebagai bagian pelunasan murabahah


Berdasarkan PSAK 102 paragraf 30, disebutkan bahwa jika barang jadi oleh pembeli
(akad jual beli disepakati), uang muka diakui sebagai pembayaran piutang. Pengakuan uang
muka sebagai bagian pelunasan piutang murabahah dilakukan sesuai dengan metode
pencatatan uang muka sebelum akad murabahah disepakati, yaitu alternatif 1. Jika uang
muka didebit langsung dari rekening sebesar yang disepakati, 2. Jika rekening diblokir
sebesar uang muka yang disepakati, 3. Jika uang muka dipegang dan dibayarkan sendiri oleh
nasabah kepada pemasok. Dalam praktik perbankan, sebagian besar bank syariah
menggunakan alternatif ketiga yaitu uang muka dipegang dan dibayarkan oleh nasabah
kepada pemasok.

Debit (Rp) Uang muka


Credit (Rp) Piutang murabahah

3. Pencatatan biaya – biaya yang ditangguhkan nasabah


Sehubungan dengan pembiayaan yang diberikan, pada umumnya bank
membebankan beberapa jenis biaya kepada nasabah. Biaya – biaya tersebut antara lain biaya
administrasi, biaya materai, biaya notaris dan biaya asuransi.
Misalkan dalam transaksi murabahah PT ABC, nasabah dikenakan biaya-biaya sebagai
berikut.
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
66 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Biaya administrasi Rp. 900.000
Biaya materai Rp. 30.000
Biaya notaris Rp. 225.000 (0.25% dari pembiayaan oleh bank)
Biaya asuransi jiwa Rp. 378.000 (0.25% X 2tahun x pembiayaan oleh bank)

Jurnal terhadap transaksi diatas adalah sbb:


Debit (Rp) Rekening nasabah - PT ABC 1,533,000
Credit (Rp) Pendapatan administrasi 900,000
Persediaan materai 30,000
Rekening notaris 225,000
Rekening perusahaan asuransi 378,000

Dalam praktik, bank syariah menerapkan biaya administrasi yang beragam antar satu bank
dengan bank lainnya. Ada bank syariah yang menerapkan biaya administrasi 1% atau lebih
rendah dan ada juga yang menerapkan sekitar 1.5% dari total pembiayaan. Biaya materai
ditentukan berdasarkan jumlah materai yang digunakan untuk berbagai dokumen transaksi.
Biaya notaris didasarkan pada kebijakan notaris yang digunakan bank syariah. Salah satu
metode yang digunakan oleh notaris adalah presentase tertentu dari transaksi, misalnya
0.25% dari nilai pembiayaan. Biaya asuransi didasarkan pada kebijakan perusahaan asuransi
syariah yang menjadi mitra bank syariah.

Pembayaran angsuran dan pengakuan keuntungan murabahah


Pengakuan keuntungan murabahah dibedakan berdasarkan waktu pelunasan piutang
murabahah, yaitu dalam masa satu tahun atau lebih. Jika murabahah dilakukan secara tunai
atau tangguh yang tidak melebihi satu tahun, maka keuntungan murabahah dilakukan secara
tunai [PSAK 102 paragraf 23(a)]. Jika murabahah dilakukan dengan transaksi tangguh lebih
dari satu tahun, terdapat beberapa alternatif metode pengakuan yang sesuai dengan
karakteristik risiko dan uoaya transaksi murabahahnya [PSAK 102 paragraf 23(b)]. Beberapa
metode tersebut adalah sbb :
1. Keuntungan diakui saat penyerahan asset murabahah. Metode ini di terapkan untuk
murabahah tangguh yang risiko penagihan kas dari piutang murabahah dan beban
pengelolaan piutang serta penagihannya relatif rendah.
2. Keuntungan diakui proposional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang
murabahah. Metode ini diterapkan untuk transaksi murabahah tangguh yang risiko piutang
tersebut relative besar juga.
3. Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih. Metode ini diterapkan
untuk transaksi murabahah tangguh dimana risiko piutang tidak tertagih dan beban
pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


67 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Beberapa pola pembayaran nasabah :
1. Pembayaran angsuran dilakukan pada waktu tanggal jatuh tempo
Misalkan pada saat jatuh tempo tanggal 10 Maret, nasabah membayar angsuran sebesar Rp.
4.500.000. dengan perhitungan dan penjadwalan pada angsuran nasabah per bulan Rp.
4.500.000, terdapat pendapatan margin sebesar Rp. 750.000, maka jurnal untuk transaksi tsb
adalah sbb:

Debit (Rp) Kas / Rekening nasabah - PT ABC 4,500,000


Credit (Rp) Piutang murabahah 4,500,000

Margin murabahah yang ditangguhkan* 750,000


Pendapatan margin murabahah** 750,000
*margin murabahah yang ditangguhkan dilaporkan dineraca sebagai pengurang piutang
murabahah. Dalam laporan keuangan bank syariah, semua piutang murabahah net telah
dikurangi terlebih dahulu dengan margin murabahah yang ditangguhkan. Akan tetapi,
terkadang, bank tidak mnegeksplisitkan adanya akun margin murabahah yang ditangguhkan.
** pendapatan margin murabahah dilaporkan di laporan laba rugi pada bagian pendapatan
pengelolaan dana sebagai mudharib. Jika pendapaatan margin murabahah telah berwujud
kas, maka jumlah tersebut dapat diikutsertakan dalam perhitungan bagi hasil dengan nasabah
penghimpunan dana yang menggunakan akad mudharabah.

2. Pembayaran angsuran dilakukan setelah tanggal jatuh tempo tanpa dikenakan denda
Misalkan pada pembayaran bulan Maret, hingga tanggal jatuh tempo, bank belum
menerima pembayaran angsuran dari nasabah. Pembayaran angsuran baru dilakukan oleh
nasabah pada tanggal 20 Maret, sebesar Rp. 4.500.000. karena nasabah memberi alasan
yang dapat diteriima, bank memberi toleransi keterlambatan tersebut dan tidak mengenakan
denda. Jurnal untuk transaksi tersebut adalah sbb:

Debit (Rp) Piutang murabahah jatuh tempo 4,500,000


Credit (Rp) Piutang murabahah 4,500,000

Margin murabahah yang ditangguhkan 750,000


Pendapatan margin murabahah – akrual 750,000

Kas/Rekening nasabah - PT ABC 4,500,000


Putang murabahah jatuh tempo 4,500,000

Pendapatan margin murabahah – akrual 750,000


Pendapatan margin murabahah 750,000

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


68 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Pada saat jatuh tempo, bank mencatat dua pasang jurnal, yaitu pengakuan terhadap
perubahan piutang murabahah menjadi piutang murabahah jatuh tempo dan pengakuan
terhadap perubahan margin yang ditangguhkan menjadi pendapatan margin murabahah
akrual. Selanjutnya, pada saat pendebitan rekening nasabah, bank mengakui berkurangnya
piutang murabahah jatuh tempo dan terjadinya perubahan margin akrual menjadi pendapatan
margin.

3. Pembayaran angsuran dilakukan sebagian pada waktu tanggal jatuh tempo dan
sebagian bagi setelah jatuh tempo tanpa dikenakan denda
Seringkali, nasabah baru dapat membayar sebagian dari jumlah angsuran yang harus
dibayar. Dalam kondisi ini, bagian angsuran piutang yang belum dibayar berubah menjadi
piutang murabahah jatuh tempo. Adapun jumlah margin murabahah yang ditangguhkan
sebagian berubah menjadi pendapatan margin sebesar proposional terhadap jumlah yang
dibayar dan sebagian lagi berubah menjadi pendapatan margin murabahah akrual sebesar
proposional terhadap jumlah yang belum dibayar.

Misalkan pada tanggal 10 April (tanggal jatuh tempo), ketika bank hendak mendebit rekening
nasabah, didapati tidak terdapat dana yang cukup di rekening PT ABC untuk membayar
angsuran bulan April. Saldo rekening yang tersedia hanya Rp. 2.025.000 dan Bank maksimal
hanya dapat mendebit rekening sebesar Rp. 2.000.000, maka jurnal yang diperlukan sbb:

Debit (Rp) Kas/Rekening nasabah - PT ABC 2,000,000


Credit (Rp) Piutang murabahah jatuh tempo 2,500,000

Piutang murabahah 4,500,000

Margin murabahah yang ditangguhkan 750,000


Pendapatan margin murabahah 333,333
Pendapatan margin murabahah – akrual 416,667

Pendapatan margin murabahah = presentase keuntungan x angsuran yang dibayar


= 16.6666 % x 2000000 = Rp. 333.333
Pendapatan margin murabahah akrual
= margin murabahah ditangguhkan – pendapatan margin murabahah
= Rp. 750.000 – Rp. 333.333 = Rp. 416.667
Misalkan pada tanggal 15 April, PT ABC membayar kekurangan pembayaran angsurannya
(Rp. 4.500.000 – Rp. 2.000.000). BMS memaklumi alasan keterlambatan pembayaran bulan
April sehingga tidak dikenakan denda. Jurnal pembayaran tersebut adalah sbb :

Debit (Rp) Rekening nasabah - PT ABC 2,500,000


Credit (Rp) Piutang murabahah jatuh tempo 2,500,000

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


69 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Pendapatan margin murabahah – akrual 416,667
Pendapatan margin murabahah 416,667

4. Pembayaran angsuran dilakukan setelah tanggal jatuh tempo dengan pengenaan


denda keterlambatan
Bank syariah diperbolehkan mengenakan denda pada nasabah yang memiliki
kemampuan untuk membayar angsurannya, tetapi sengaja menunda – nunda
pembayarannya. Berdasarkan PSAK 102 paragraf 29 disebutkan bahwa denda yang diterima
diakui sebagai bagian dana kebajikan.
Misalkan hingga tanggal 10 Juni, PT ABC tidak memenuhi kewajiban pembayaran
angsurannya untuk bulan Mei dan Juni. PT ABC baru membayar kewajibannya pada tanggal
30 Juni 20xx sebesar Rp. 9.000.000. Karena ketidakdisiplinannya, Bank mengenakan denda
terhadap PT ABC sebagaimana yang telah disepakati dalam akad, yaitu sebesar 10% dari
total pendapatan margin akrual yang tertunggak. PT ABC mengakui ketidakdisiplinannya dan
bersedia membayarnya. Semua pembayaran dilakukan pada tanggal 30 Juni 20xx. Maka
jurnal selama bulan Mei dan Juni adalah sbb:

Debit (Rp) Piutang murabahah jatuh tempo 4,500,000


Credit (Rp) Piutang murabahah 4,500,000

Margin murabahah yang ditangguhkan 750,000


Pendapatan margin murabahah – akrual 750,000

Kas/Rekening nasabah - PT ABC 4,500,000


Piutang murabahah jatuh tempo 4,500,000

Pendapatan margin murabahah - akrual* 750,000


Pendapatan margin murabahah 750,000

Rekening nasabah - PT ABC 75,000


Rekening dana kebajikan 75,000

· Dana kebajikan = 10% x total margin akrual


= 10% x Rp. 750.000 = Rp. 75.000

5. Pembayaran untuk melunasi piutang lebih awal dari waktu yang ditentukan
(pelunasan dini)
Nasabah diperkenankan melunasi pembiayaan yang didapatnya lebih awal dari waktu
yang disepakati. Bagi bank syariah, pelunasan lebih awal merupakan hal yang sangat baik
karena mengurangi beban pengawasan dan administrasi dimasa depan. Oleh karena itu,
biasanya bank memberikan potongan atas pelunasan tersebut. Dalam praktik perbankan,
besar/kecilnya potongan oleh bank mempertimbangkan jenis pembiayaan dan jangka waktu.
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
70 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Pembiayaan untuk perusahaan atau lembaga cenderung lebih besar disbanding potongan
individu. Adapun pembiayaan dengan sisa jangka waktu lebih lama cenderung lebih besar
dibanding dengan sisa waktu yang lebih pendek. Oleh karena potongan tersebut merupakan
kewenangan bank dan bukan hak nasabah, maka bank juga boleh tidak memberikan
potongan pada nasabah yang melakukan pelunasan dini.
Misalkan pada waktu 10 Juni 20xx, PT ABC bermaksud melunasi sisa kewajibannya dengan
nilai buku Rp. 90.000.000 yang terdiri atas pokok pembiayaan sebesar Rp. 75.000.000 dan
margin yang ditangguhkan sebesar Rp. 15.000.000. Disepakati pada saat pelunasan bahwa
potongan pelunasan akan diberikan sebesar 80% dari sisa margin murabahah yang masih
ditangguhkan.
Besarnya potongan pelunasan dan margin murabahah yang akan menjadi pendapatan
margin murabahah adalah sbb :
Margin yang ditangguhkan = Rp. 15.000.000
Potongan pelunasan = 80% x Rp. 15.000.000
= Rp. 12.000.000
Pendapatan margin murabahah = margin yang ditangguhkan – potongan pelunasan
= Rp. 15.000.000 – Rp. 12.000.000
= Rp. 3.000.000

Alternatif 1: potongan diberikan pada saat pelunasan


Berdasarkan metode ini, bank sebagai penjual mengurangi piutang murabahah dan
keuntungan murabahah (PSAK 102 paragraf 27a). jurnal yang perlu dibuat adalah sbb :
Debit (Rp) Kas/Rekening nasabah - PT ABC 78,000,000
Credit (Rp) Margin murabahah yang ditangguhkan 12,000,000
Piutang murabahah 90,000,000

Margin murabahah yang ditangguhkan 3,000,000


Pendapatan margin murabahah 3,000,000

Alternatif 2: potongan diberikan setelah pelunasan


Pada metode pemberian potongan setelah pelunasan, bank sebagai penjual menerima
pelunasan piutang dari pembelu dan kemudian membayarkan potongan pelunasannya
kepada pembeli (PSAK 102 paragraf 27b). Jurnal yang perlu dibuat terkait pemberian
potongan setelah pelunasan adalah 1. penerimaan pelunasan piutang; 2. pengakuan
pendapatan margin murabahah; 3. pengakuan potongan dengan cara me-reserve sebagian
pendapatan margin atau mengakui potongan dsebagai beban.

Debit (Rp) Kas/Rekening nasabah - PT ABC 90,000,000


Credit (Rp) Piutang murabahah 90,000,000

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


71 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Margin murabahah yang ditangguhkan 15,000,000
Pendapatan margin murabahah 15,000,000

Pendapatan margin murabahah 12,000,000


Kas/Rekening nasabah - PT ABC 12,000,000

Beban potongan murabahah 12,000,000


Kas/Rekening nasabah - PT ABC 12,000,000

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


72 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Ahmad Ifham Sholihin, 2010, Buku Pintar Ekonomi Syariah, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
DSAK IAI, 2007, KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PELAPORAN KEUANGAN
BANK SYARIAH, Jakarta
DSAK IAI, 2007, PSAK 102, Jakarta
DSN-MUI, 2000, Fatwa No. IV, Murabahah
Firdaus Furywardhana SE, SS, MSi, Akuntansi Syariah, PPPS 2009 (Pendidikan dan
Pelatihan Perbankan Syariah), Jogjakarta
Rizal Yaya, Aji Erlangga, Ahim Abdurahim., 2014, Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi 2.
Salemba Empat. Jakarta

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


73 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN

Perbankan
Syariah
Pokok Bahasan
SALAM
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

09
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 84048 Mohamad Torik L Buana, SE, MM

Abstract Kompetensi
Tansaksi Salam adalah Memahami Konsep Transaksi Salam
pembelian kini untuk
penyerahan dimasa yang akan datang

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


74 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Pembahasan
SALAM

DEFINISI SALAM (BAI’UL - SALAM)


Jual Salam adalah perjanjian jual-beli suatu barang antara pemilik barang dengan
pembeli, di mana pembeli membayar barang itu dengan serta merta dan pemilik barang
menangguhkan penyerahan barang tersebut sampai waktu tertentu. Jual Salam adalah
kebalikan dari Penjualan secara Angsuran, Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang
pesanan) dengan pengiriman di kemudian hari oleh muslam illaihi (penjual) dan pelunasannya
dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Nilai
wajar adalah suatu jumlah yang dapat digunakan untuk mengukur aset yang dapat
dipertukarkan melalui suatu transaksi yang wajar (arm’s length transaction) yang melibatkan
pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai.
Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika
bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan
barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam peralel.
Salam merupakan salah satu jenis transaksi jual beli secara syariah yang pada
perkembangannya termasuk dalam salah satu wilayah pembiayaan perbankan. Pembiayaan
ini pada dasarnya bersifat pembiayaan produktif dengan target pembiayaan kalangan petani.
Sesuai fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia no: 05/DSN-MUI/IV/2000, jual
beli salam diartikan sebagai jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga
lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu. Dalam hal pembiayaan oleh perbankan syariah,
pembiayaan salam adalah transaksi jual beli dan barang yang diperjualbelikan akan
diserahkan dalam waktu yang akan datang tetapi pembayaran kepada nasabah dilakukan
secara tunai.

Keuntungan menggunakan skema salam antara lain


1. Bagi petani
Skema salam pembayaran dimuka sangat membantu petani dalam pembiayaan
kebutuhan petani dalam memproduksi barang pertanian. Dengan demikian, petani memiliki
dorongan yang lebih besar untuk meningkatkan kapasitas produksinya agar dapat
menghsilkan produk pertanian yang lebih banyak, sehingga disamping untuk diserahkan
kepada pembeli sebanyak yang sudah ditentukan, juga dapat digunakan untuk diri sendiri
atau untuk dijual kepada pihak lain.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


75 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
2. Bagi pemerintah
Penggunaan skema salam dengan ciri pembayaran dimuka akan dapat mempercepat
pencapaian target target pemerintah dalam meningkatnkan cadangan pengadaan produk
pertanian. Skema ini dipandang dapat mengantisipasi keengganan petanimenjual produknya
kepada pemerintah selama ini. Baik karena telah terbiasa menjual kepada tengkulak atau
pedagang besar. Keuntungan lainya bagi pemerintah ialah dengan tercapainya target
cadangan pengadaan produk pertanian dengan dana yang terjangkau, maka akan
mempercepat peran serta pemerintah dalam ekspor produk keluar negeri.
3. Bagi pengusaha
Penggunaan skema salam bagi pengusaha berpotensi meningkatkan efisiensi dan
nilai penjualan pengusaha produk pertanian. Pengusaha, dalam hal ini berperan sebagai
penjual produk pertanian baik untuk konsumsi local maupun ekspor, akan dapat memiliki
produk pertanian dari petani dengan harga yang relatif lebih rendah dibanding dengan harga
pasar mengingat pembayaran yang dilakukan dimuka. Adanya harga pembelian yang relative
lebih murah tersebut akan memberikan keuntungan bagi penguasaha untuk memperoleh
margin yang menarik. Keuntungan lain bagi pengusaha adalah adanya kepastian
memperoleh barang yang di inginkan, sehingga tidak perlu khawatir atas persaingan
mendapatkan mendapatkan barang saat panen dengan pengusaha lain.
4. Bagi bank syariah
Skema salam pada dasarnya sangat menguntungkan bagi bank syariah mengingat
pembeli sudah menyerahkan uangnya dimuka terlebih dahulu. Dengan demikian resiko
kegagalan membayar utang tidak ada ssama sekali, walau transaksi ini menimbulkan resiko
baru, yaitu kegagalan menyerahkan barang dengan pengalaman dan jaringan petani yang
dimiliki bank resiko ini mestinya tidak sulit untuk diatasi oleh bank syariah.

Rukun transaksi salam


Pelaksanaan bai’as-salam harus memenuhi sejumlah rukun berikut ini:
1. Muslam atau pembeli
2. Muslam ilaih atau penjual
3. Modal atau Utang
4. Muslam Fiih atau Barang
5. Sighat atau ucapan

Ketentuan tentang pembayaran salam:


1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang atau manfaat.
2. Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati.
3. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
76 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Ketentuan tentang Barang:
1. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.
2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
3. Penyerahannya dilakukan kemudian.
4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
5. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan.

Ketentuan tentang Salam Paralel


Dibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat:
1. Akad kedua terpisah dari akad pertama, dan
2. Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.

Alur transaksi salam dan salam paralel


Pertama, negosiasi dengan persetujuan kesepakatan antara penjual dengan pembeli terkait
transaksi salam yang akan dilaksanakan.
Kedua, setelah akad disepakati, pembeli melakukan pembayaran terhadap barang yang
diinginkan sesuai dengan kesepakatan yang sudah dibuat.
Ketiga, pada transaksi salam, penjual mulai melakukan produksi atau melakukan tahapan
penanaman produk yang diinginkan pembeli. Ssetelah produk dihasilkan, pada saat atau
sebelum tanggal penyerahan, penjual mengirim barang sesuai dengan spesifikasi kualitas
dan kuantitas yang telah disepakati kepada pembeli. Adapun transaksi salam paralel, yang
biasa dilakukan oleh penjual (bank syariah) yang tidak memproduksi sendiri produk salam,
setelah menyepakati kontrak salam dan menerima dana dari nasabah salam, selanjutnya
secara terpisah membuat akad salam dengan petani sebagai produsen produk salam.
Keempat, setelah menyepakati transaksi salam kedua tersebut, bank langsung melakukan
pembayaran kepada petani
Kelima, dalam jangka waktu tertentu, berdasarkan kesepakatan dengan bank, petani
mengirim produk salam kepada petani sesuai spesifikasi yang ditentukan.
Keenam, bank menerima dokumen penyerahan produk salam dari petani.

Penyerahan Barang sebelum atau pada waktunya:


1. Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan jumlah yang
telah disepakati.
2. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi, penjual tidak boleh
meminta tambahan harga.
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
77 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
3. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih rendah, dan pembeli rela
menerimanya, maka ia tidak boleh menuntut pengurangan harga (diskon).
4. Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati dengan syarat:
kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan, dan ia tidak boleh menuntut
tambahan harga.
5. Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu penyerahan, atau kualitasnya
lebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka ia memiliki dua pilihan:
1. Membatalkan kontrak dan meminta kembali uangnya,
2. Menunggu sampai barang tersedia.

Aplikasi Akuntansi Salam Dalam Perbankan


1. Akuntansi untuk Pembeli (Jika Bank sebagai Pembeli)
1. Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan kepada
penjual.
2. Modal usaha salam dapat berupa kas dan asset nonkas. Modal usaha salam dalam bentuk
kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan, sedangkan modal usaha salam dalam bentuk
aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. Selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat modal usaha
nonkas yang diserahkan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan
modal usaha tersebut.
3. Penerimaan barang pesanan diakui dan diukur sebagai berikut:
1. jika barang pesanan sesuai dengan akad dinilai sesuai nilai yang disepakati;
2. jika barang pesanan berbeda kualitasnya, maka:
1. Barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengan nilai akad, jika nilai pasar (nilai
wajar jika nilai pasar tidak tersedia) dari barang pesanan yang diterima nilainya sama
atau lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad;
2. Barang pesanan yang diterima diukur sesuai nilai pasar (nilai wajar jika nilai pasar tidak
tersedia) pada saat diterima dan selisihnya diakui sebagai kerugian, jika nilai pasar dari
barang pesanan lebih rendah dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad;
3. jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal
jatuh tempo pengiriman, maka:
1. jika tanggal pengiriman diperpanjang, nilai tercatat piutang salam sebesar bagian yang
belum dipenuhi tetap sesuai dengan nilai yang tercantum dalam akad;
2. jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam berubah
menjadi piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat
dipenuhi; dan
3. jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli mempunyai jaminan
atas barang pesanan serta hasil penjualan jaminan tersebut lebih kecil dari nilai piutang
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
78 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
salam, maka selisih antara nilai tercatat piutang salam dan hasil penjualan jaminan
tersebut diakui sebagai piutang kepada penjual yang telah jatuh tempo.Sebaliknya, jika
hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang salam maka
selisihnya menjadi hak penjual.
4. Pembeli dapat mengenakan denda kepada penjual, denda hanya boleh dikenakan kepada
penjual yang mampu menyelesaikan kewajibannya, tetapi sengaja tidak melakukannya. Hal
ini tidak berlaku bagi penjual yang tidak mampu menunaikan kewajibannya karena force
majeur. Denda dikenakan jika penjual lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan
akad, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.
5. Barang pesanan yang telah diterima diakui sebagai persediaan. Pada akhir periode
pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai
terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang
dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

Ilustrasi Jurnal Piutang Salam (Bank sebagai Pembeli)


1. Pada saat bank memberikan modal salam
D. Piutang salam
K. Kas/rekening penjual
2. pada saat bank menerima barang dari penjual:
* Sesuai akad
D. Persediaan (aktiva salam)
K. Piutang salam
* berbeda kualitas dan nilai pasar lebih rendah dari nilai akad
D. Persediaan (aktiva salam)
K. Kerugian salam
K. Piutang salam
3. bank tidak menerima sebagian barang pesanan sampai dengan tanggal jatuh tempo
D. Persediaan (barang pesanan)
K. Piutang salam
4. jika bank membatalkan barang pesanan
D. Aktiva lain2-piutang salam kepada penjual (supplier)
K. Piutang salam
5. jika bank membatalkan barang pesanan tetapi penjual (salam) memberikan jaminan
* penjualan jaminan dengan hasil lebih kecil dari piutang salam
D. Kas/kliring
D. Aktiva lain2-piutang salam kepada penjual (supplier)
K. Piutang salam
* penjualan jaminan dengan hasil lebih besar dari piutang salam
D. Kas/kliring
D. Rekening penjual (supplier)
K. Piutang salam
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
79 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
6. pengenaan denda pada nasabah mampu tetapi tidak memenuhi kewajiban dengan sengaja
D. Kas
K. Rekening wadi’ah-dana kebajikan

2. Akuntansi untuk Penjual (Jika Bank sebagai Penjual)


1. Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha salam sebesar modal
usaha salam yang diterima.
2. Modal usaha salam yang diterima dapat berupa kas dan aset nonkas. Modal usaha salam
dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang diterima, sedangkan modal usaha salam dalam
bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar.
3. Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan barang
kepada pembeli. Jika penjual melakukan transaksi salam paralel, selisih antara jumlah yang
dibayar oleh pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan diakui sebagai keuntungan
atau kerugian pada saat penyerahan barang pesanan oleh penjual ke pembeli akhir.

Ilustrasi Jurnal hutang salam (bank sebagai penjual)


a. Pada saat bank menerima usaha salam dari pembeli
D. Kas/Rekening pembeli
K. Hutang salam
b. pada saat bank menyerahkan barang kepada nasabah pembeli
D. Hutang salam
K. Persediaan (barang pesanan)
K. Pendapatan bersih salam

Utang salam diakui pada saat bank menerima modal usaha salam yang diterima.
Modal usaha salam yang diterima dapat berupa kas dan aktiva non kas. Modal usaha salam
dalam bentuk aktiva non kas diukur sebesar nilai wajar.

Contoh Aplikasi Pembiayaan Salam Untuk Petani dan Pedagang


Petani sayuran organik membutuhkan dana untuk membeli peralatan budidaya, namun masa
panen yang dinanti untuk menghasilkan uang pembeli peralatan masih akan memakan waktu
satu bulan ke depan. Pengusaha tersebut bisa saja meminjam sejumlah dana ke bank dengan
meminta kepada bank syariah untuk membeli hasil panen yang akan datang yang kemudian
bank akan menjualnya kembali kepada petani tersebut dengan cicilan yang disepakati dalam
jangka waktu tertentu. Untuk ini bank syariah akan menerapkan persentase keuntungan
tertentu sesuai kesepakatan.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


80 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Namun pada pembiayaan salam ini pada dasarnya bank dapat bertindak sebagai pembeli
atau penjual. Jika bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk
menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.
Masih melanjutkan contoh di atas, jika petani ingin menjual hasil panen yang diperkirakan bisa
dipetik satu bulan mendatang tersebut kepada seorang pedagang namun pedagang belum
memiliki uang, maka salam paralel bisa diterapkan. Caranya adalah, kedua pihak yaitu petani
dan pedagang bisa pergi ke bank syariah dan mengajukan pembiayaan salam. Bank Syariah
akan memberikan uang tunai kepada petani dan pedagang tersebut yang otomatis keduanya
memiliki utang kepada bank syariah, dan sesuai kesepakatan akan dicicil dan dilunasi dalam
jangka waktu tertentu. Bank akan menambahkan sejumlah persentase keuntungan yang
disepakati.
Dengan demikian Lembaga keuangan syariah dapat bertindak sebagai pembeli dan atau
penjual dalam suatu transaksi salam. Jika lembaga keuangan syariah bertindak sebagai
penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan
cara salam maka hal ini disebut salam paralel.

Contoh 2 :
Seorang petani datang pada bank syariah untuk mendapatkan pembiayaan salam. Ia memiliki
sawah 2 ha yang bisa ditanami. Ia mengajukan dana sebesar Rp. 10.000.000. yg digunakan
untuk membeli bibit padi dan pemeliharaan. Perkiraan untuk 2 ha sawah, bisa menghasilkan
6 ton beras sudah digiling, bila dijual per-kg nya Rp. 4000. Ia akan menyerahkan beras 3 bulan
lagi.
Jawab:
Bank akan mendapatkan beras Rp. 10.000.000/4.000=Rp. 2500kg. beras tersebut dapat
dijual kembali pada pihak ke 3 dengan harga Rp/4.400/kg. jadi total pendapatan Rp. 4.400 x
2.500kg=Rp.11.000.000. Jadi keuntunganya: Rp. 11.000.000-Rp. 10.000.000= Rp.
1.000.000.
Dijurnal:

Saat bank membayarkan dana:


D Piutang salam Rp. 10.000.000
K Kas Nasabah Rp.10.000.000

Pada saat bank menerima beras 2500kg


D Barang dagangan salam Rp.10.000.000
K Piutang salam Rp. 10.000.000

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


81 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Pada saat penjualan pada puhak ke 3
D Kas Rp. 11.000.000
K Barang dagangan salam Rp. 10.000.000
K Keuntungan salam Rp. 1.000.000

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


82 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

Ahmad Ifham Sholihin, 2010, Buku Pintar Ekonomi Syariah, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
DSAK IAI, 2007, KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PELAPORAN KEUANGAN
BANK SYARIAH, Jakarta
DSAK IAI, 2007, PSAK 103, Jakarta
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia no: 05/DSN-MUI/IV/2000, Jakarta
Firdaus Furywardhana SE, SS, MSi, Akuntansi Syariah, PPPS 2009 (Pendidikan dan
Pelatihan Perbankan Syariah), Jogjakarta
Rizal Yaya, Aji Erlangga, Ahim Abdurahim., 2014, Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi 2.
Salemba Empat. Jakarta

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


83 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN

Perbankan
Syariah
Pokok Bahasan
ISTISHNA
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

10
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 84048 Mohamad Torik L Buana, SE, MM

Abstract Kompetensi
Istishna adalah pembelian yang Memahami Konsep Jual Beli Istishna
dikondisikan

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


84 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Pembahasan
ISTISHNA dan ISTISHNA PARALEL

Pengertian Akad Istishna dan Penggunaanya


Bai’ al Istishna’ atau biasa disebut dengan Istihna’ merupakan kontrak jual beli dalam
bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemesan (pembeli, Mustashni’) dan penjual (pembuat, Shani’)

Pengertian Istishna menurut Beberapa Ulama, Menurut pendapat fuqaha’ Istishna


ialah meminta pembuat melakukan sesuatu yang khusus atas cara yang khusus. Atau ia
merupakan akad meminta melakukan sesuatu (memesan) atas pekerjaan sesuatu yang telah
ditentukan pada tanggungannya yakni kontrak membeli sesuatu apa yang dipesan olehnya
kepada pembuat pesanan. Mazhab Hanafi mendefinisikan Al-Istisna' sebagai akad terhadap
barang yang dipesan secara hutang dengan syarat si pembuat mengikuti keinginan pembeli.

Transaksi ini memiliki kemiripan dengan transaksi salam, dalam hal yang dibeli belum
ada pada saat transaksi, melainkan harus dilunasi terlebih dahulu. Dan dalam transaksi salam
barangnya adalah hasil dari pertanian sedangkan dalam Istishna biasanya barang
manufaktur. Dalam pembayarannya Istishna dapat di bayarkan di muka, melalui cicilan, atau
di tangguhkan sampai waktu pada masa yang akan datang. Namun ada juga yang
berpendapat beda menurut Fuqaha’ Hanafi Istishna' dikategorikan sebagai jual beli sesuatu
dengan suatu syarat. Bagi mereka jual beli istishna' tidak sama dengan jual beli salam. Begitu
juga dengan pendapat fuqaha’ Hambali yang berpendapat bahwa al-istishna' tidak sama
dengan jual beli salam. Fuqaha’ Hambali mendefinisikan istishna sebagai jual beli sesuatu
dengan syarat. Sedangkan fuqaha’ bermazhab Maliki dan Syafi’i mengkategorikan istishna'
sama dengan Bai' al-salam. Konsep al-istishna' sama dengan Bai' salam yaitu kedua-duanya
merupakan unsur niaga pemesanan barang, yang membedakan antara kedua prinsip tersebut
ialah jenis-jenis barang yang dipesan. Hal ini dilihat bahwa jenis-jenis barang yang dipesan di
dalam jual beli salam adalah lebih umum dibanding barang yang dipesan di dalam al-istishna
yang dipesan yang berbentuk khusus dan biasanya tidak banyak beredar dipasaran atau tidak
pasaran.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


85 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Jenis Akad Istishna
Menurut jenisnya akad Istishna dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni) dan
penjual (pembuat, shani)
Istishna Paralel adalah suatu bentuk akad Istishna antara penjual dan pemesan, dimana untuk
memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad istishna’ dengan pihak
lain (subkontrak) yang dapat memenuhi aset yang dipesan pemesan. Syaratnya akad Istishna
pertama (antara penjual dan pemesan) tidak bergantung pada istishna kedua (antara penjual
dan pemasok). Selain itu akad antara pemesan dengan penjual dan pemesan harus terpisah
dan penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama konstruksi.

Skema istishna

Skema Istishna’ Paralel

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


86 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Ketentuan Syar’I Transaksi Istishna’ dan Istishna’ Paralel
Menurut mazhab Hanafi, Istishna’ hukumnya boleh kerena hal itu telah dilakukan oleh
masyarakat muslim sejak masa awal tanpa ada ulama yang mengingkarinya. Ketentuan syar’I
transaksi istishna’ Diatur dalam fatwa DSN nomor 06/DSN-MUI/IV/2000 tentang jual beli
istishna’. Fatwa tersebut mengatur ketentuan pembayaran dan ketentuan barang. Karena
Istishna mirip dengan transaksi salam, beberapa ketentuan salam juga berlaku pada transaksi
Istishna.

Rukun Transaksi Istishna


1. Transaktor (pembeli/mustashni’) dan penjual (shani’)
2. Objek barang (meliputi barang dan harga barang Istishna’)
3. Ijab dan qabul yang menunjukkan pernyataan kehendak jual beli istishna’ kedua belah pihak
·
Rukun Transaksi Istishna’ Paralel
Berdasarkan fatwa DSN Nomor 6 tahun 2000 disbutkan bahwa akad istishna’ kedua (antara
bank sebagai pembeli dengan petani sebagai penjual) harus dilakukan terpisah dari akad
pertama. Adapun akad kedua baru dilakukan setalah akad pertama sah. Rukun-rukun yang
terdapat pada akad istishna’ pertama juga brlaku pada akad Istishna kedua

Syarat Transaksi Istishna’


1. Pihak yang melakukan akad cakap hukum dan ridho/ suka sama suka.
2. Bebas riba
3. Barang (obyek yang dibiayai)
- Barang itu ada meskipun tidak ditempat.
- Barang itu milik sah si penjual/ bank.
- Tidak termasuk sebagai objek yang diharamkan sebagai objek jual beli.
- Barang tersebut sesuai dengan pernyataan penjual.
4. Harga dan keuntungan
- Harga jual bank adalah harga perolehan ditambah harga keuntungan.
- Keuntungan yang diminta bank harus diketahui oleh nasabah.
- Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian.
- Sistem pembayaran dan jangka waktu disepakati bersama.
5. Bank dapat meminta agunan tambahan atas fasilitas yang diberikan.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


87 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
PERLAKUAN AKUNTANSI

PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna membahas tentang akuntansi istishna dan
istishna paralel dari sudut pandang LKS sebagai penjual dan pembeli. Dalam hal mengenai
proses/alur tagihan (billing) istishna adalah sub-kontraktor akan melakukan penagihan atas
barang pesanan kepada LKS dan selanjutnya LKS melakukan penagihan kepada pemesan
atau pembeli akhir.

Sedangkan pada PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna bagian pengakuan dan
pengukuran akuntansi untuk penjual menjelaskan bahwa biaya perolehan istishna terdiri dari
biaya langsung dan tidak langsung. Biaya langsung terdiri dari bahan baku dan tenaga kerja
langsung untuk membuat barang pesanan. Biaya tidak langsung terdiri dari biaya overhead,
termasuk biaya akad dan pra-akad.Biaya pra-akad diakui sebagai beban tangguhan dan
diperhitungkan sebagai biaya istishna jika akad disepakati.Tetapi bila akad tidak disepakati,
maka biaya tersebut dibebankan di periode berjalan. Biaya perolehan istishna yang terjadi
selama periode laporan keuangan, diakui sebagai aset istishna dalam penyelesaian pada saat
terjadinya.Beban umum dan administrasi, beban penjualan, serta biaya riset dan
pengembangan tidak termasuk dalam biaya istishna.

Biaya perolehan istishna paralel terdiri dari biaya perolehan barang pesanan sebesar
tagihan produsen atau kontraktor kepada entitas; biaya tidak langsung adalah biaya
overhead, termasuk biaya akad dan pra-akad; dan semua biaya akibat produsen atau
kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya, bila ada. Biaya perolehan istishna paralel
diakui sebagai aset istishna dalam penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari produsen
atau kontraktor sebesar jumlah tagihan.

Ilustrasi Akuntansi Transaksi Istishna:


PT Amanah membutuhkan rumah tipe 120/216 dengan spesifikasi khusus untuk kantor. Harga
rumah Rp.200 juta, dana yang dibayarkan PT Amanah untuk uang muka Rp.50 juta.
Perusahaan mengajukan pembiayaan kepada bank syariah. Setelah akad ditandatangani
antara PT Amanah dan Bank Syariah dengan nilai akad Rp. 200 juta, bank syariah memesan
kepada pengembang, dan pengembang akan menyelesaikan pemesanannya selama 9 bulan.
Bank membayar biaya pra akad sebesar Rp.1 juta, dan akad ditandatangani antara bank dan
PT Amanah pada 1 juli 2015. PT Amanah menyerahkan uang muka sbs Rp.50 juta. Di
samping itu bank juga menandatangani akad pembelian/pesanan kepada pengembang pada
1 juli 2015, dengan harga beli Rp.170 juta.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


88 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Perlakuan akuntansi istishna

Bank sebagai Produsen/Penjual


1. Biaya istishna terdiri dari:
1. Biaya langsung, terutama biaya untuk menghasilkan barang pesanan; sari
2. Biaya tidak langsung yang berhubungan dengan akad (termasuk biaya pra-akad) yang
dialokasikan secara objektif;
2. Beban umum dari administrasi, beban penjualan, serta biaya riset dari pengembangan tidak
termasuk dalam biaya istishna.
3. Biaya pra-akad diakui sebagai biaya ditangguhkan dari diperhitungkan sebagai biaya
istishna jika akad ditandatangani, tetapi jika akad tidak ditandatangani, maka biaya tersebut
dibebankan pada periode berjalan; dari
4. Biaya istishna yang terjadi selama periode laporan keuangan, diakui sebagai aktiva istishna
dalam penyelesaian pada saat terjadinya.

Pengakuan dari pengukuran biaya istishna paralel adalah sebagai berikut:

Biaya istishna paralel terdiri dari :


1. Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan sub-kontraktor kepada bank
2. Biaya tidak langsung yang berhubungan dengan akad (termasuk biaya pra-akad) yang
dialokasikan secara obyektif ; dan
3. Semua biaya akibat sub-kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya, jika ada;
Biaya istishna paralel diakui sebagai aktiva istishna dalam penyelesaian pada saat
diterimanya tagihan dari sub-kontraktor sebesar jumlah tagihan.
Tagihan setiap termin dari bank kepada pembeli akhir diakui sebagai piutang istishna dari
sebagai termin istishna (istishna billing) pada pos lawannya.

Pendapatan istishna adalah total harga yang disepakati dalam akad antara bank dari pembeli
akhir; termasuk margin keuntungan. Margin keuntungan adalah selisih antara pendapatan
istishna dari harga pokok istishna.

Pendapatan istishna diakui dengan menggunakan metode persentase penyelesaian atau


metode akad selesai.
Jika metode persentase penyelesaian digunakan, maka:
1. Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam
periode tersebut diakui sebagai pendapatan istishna pada periode yang bersangkutan;
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
89 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
2. Bagian margin keuntungan istishna yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan
kepada aktiva istishna dalam penyelesaian; dari
3. Pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebesar biaya istishna yang telah
dikeluarkan sampai dengan periode tesebut.

Jika estimasi persentase penyelesaian akad dari biaya untuk penyelesaian tidak dapat
ditentukan secara rasional pada akhir periode laporan keuangan, maka digunakan metode
akad selesai dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Tidak ada pendapatan istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai;
2. Tidak ada harga pokok istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai;
3. Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna dalam penyelesaian sampai
dengan pekerjaan tersebut selesai; dari
4. Pengakuan pendapatan istishna, harga pokok istishna, dari keuntungan dilakukan
hanya pada akhir penyelesaian pekerjaan.

Jika pembeli akhir melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dari bank
memberikan potongan, maka bank menghapus sebagian keuntungannya sebagai akibat
penyelesaian awal tersebut.

Penghapusan sebagian keuntungan akibat penyelesaian awal piutang istishna dapat


diperlakukan sebagai:
1. Potongan secara langsung dan dikurangkan dari piutang istishna pada saat
pembayaran; atau
2. Penggantian (reimbursed) kepada pembeli sebesar jumlah keuntungan yang
dihapuskan tersebut setelah menerima pembayaran piutang istishna secara keseluruhan.

Jurnal
Pengakuan untuk asset tergantung dari akadnya. Jika proposal, negosiasi dan biaya
serta pendapatan asset dapat di identifikasi terpisah, maka akan dianggap akad terpisah. Jika
tidak maka akan dianggap satu akad. Jika ada pesanan tambahan dan sifatnya signifikan
atau dinegosiasikan terpisah, maka dianggap akad terpisah

Biaya perolehan/pengeluaran selama pembangunan atau tagihan yang diterima dari


produsen/kontraktor akan diakui sebagai aset istishna’ dalam penyelesaian, sehingga jurnal
yang dilakukan bila entitas melakukan pengeluaran untuk akad istishna’ adalah:

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


90 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Dr. Aset Istishna’ dalam penyelesaian xxx
Kr. Persediaan, Kas, Utang, dan Lain-lain xxx

Untuk akun yang kredit akan tergantung apa yang digunakan oleh perusahaan untuk
memenuhi kewajiban akad tersebut.
Beban pra akad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya istishna’
jika akad disepakati. Jika tidak disepakati maka biaya tersbut dibebankan pada periode
berjalan.

Saat dikeluarkan baiya pra akad, dicatat:


Dr. Biaya Pra Akad Ditangguhkan xxx
Kr. Kas xxx

Jika akad disepakati, maka dicatat:


Dr. Beban Istishna’ xxx
Kr. Biaya Pra Akad Di tangguhkan xxx

Jika akad tidak disepakati, maka dicatat:


Dr. Beban xxx
Kr. Biaya Pra Akad Ditangguhkan xxx

Bank sebagai Pembeli


1. Bank mengakui aktiva istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh
penjual dari sekaligus mengakui hutang istishna kepada penjual.
2. Apabila barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual dan
mengakibatkan kerugian bank,maka kerugian itu dikurangkan dari garansi penyelesaian
proyek yang telah diserahkan penjual. Apabila kerugian tersebut melebihi garansi
penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada sub-
kontraktor.
3. Jika bank menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka barang
pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dari biaya
perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
4. Dalam istishna paralel, jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak
sesuai dengan spesifikasi yang disepakati, maka barang pesanan diukur dengan nilai yang
lebih rendah antara nilai wajar dari harga pokok istishna. Selisih yang terjadi diakui sebagai
kerugian pada periode berjalan.
5. Jika secara substansi terdapat transaksi bank syariah yang mengadakan/membeli barang
pesanan dengan cara istishna dan menjual dengan cara murabahah sehingga menimbulkan

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


91 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
tenggang waktu yang lama (lebih dari 1 tahun) antara waktu penyelesaian barang pesanan
yang dikonstruksi dan waktu pelunasan tagihan bank dari pembeli akhir maka pengakuan
pendapatannya mengikuti ketentuan transaksi murabahah.

Jurnal
1. Pembelian mengakui aset Istishna’ dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih
oleh penjual dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada penjual. Jurnal:

Dr. Aset Istishna’ dalam Penyelesaian xxx


Kr. Utang kepada penjual xxx

2. Aset Istishna yang diperolh melalui Transaksi istishna’ dengan pembayaran tangguh lebih
dari satu tahun diakui sebesar: baiya perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang
disepakati dalam akad Istishna’ tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban
istishna’ tangguh.

Dr. Aset Istishna’ dalam penylesaian (sebesar nilai tunai) xxx


Dr. Beban Istishna’ tangguh (selisih nilai tunai dengan Harga beli) xxx
Kr. Utang kepada Penjual xxx

PENYAJIAN
Penjual menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut:
1. Piutang istishna' yang berasal dari transaksi istishna' sebesar jumlah yang belum dilunasi
oleh pembeli akhir.
2. Termin istishna' yang berasal dari transaksi istishna' sebesar jumlah tagihan termin penjual
kepada pembeli akhir.

Pembeli menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut:


1. Hutang ishtishna' sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum dilunasi.
2. Aset istishna' dalam penyelesaian sebesar:
1. presentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada pembeli akhir, jika istishna'
paralel; atau
2.kapitalisasi biaya perolehan..

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


92 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
PENGUNGKAPAN
Entitas mengungkapkan transaksi istishna' dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas,
pada:
1. metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan dan keuntungan
kontrak istishna';
2. metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian kontrak yang sedang
berjalan;
3. rincian piutang istishna' berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis mata uang, dan kualitas
piutang;
4. rincian hutang istishna' berdasarkan jumlah, jangka waktu dan jenis mata uang; dan
5. pengungkapan yang diperlukan sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor
101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah Entitas mengungkapkan transaksi
istishna' dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas, pada:
6. metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan dan keuntungan
kontrak istishna';
7. metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian kontrak yang sedang
berjalan;
8. rincian piutang istishna' berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis mata uang, dan kualitas
piutang;
9. rincian hutang istishna' berdasarkan jumlah, jangka waktu dan jenis mata uang; dan
10. pengungkapan yang diperlukan sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor
101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


93 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Ahmad Ifham Sholihin, 2010, Buku Pintar Ekonomi Syariah, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
DSAK IAI, 2007, KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PELAPORAN KEUANGAN
BANK SYARIAH, Jakarta
DSAK IAI, 2007, PSAK 104, Jakarta
DSN-MUI, 2000, Fatwa No VI, 2000
Firdaus Furywardhana SE, SS, MSi, Akuntansi Syariah, PPPS 2009 (Pendidikan dan
Pelatihan Perbankan Syariah), Jogjakarta
Rizal Yaya, Aji Erlangga, Ahim Abdurahim., 2014, Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi 2.
Salemba Empat. Jakarta

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


94 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN

Perbankan
Syariah
Pokok Bahasan
MUDHARABAH
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

11
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 84048 Mohamad Torik L Buana, SE, MM

Abstract Kompetensi
Mudharabah adalah penitipan dana Memahami Konsep Mudharabah
kepada pengelola.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


95 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Pembahasan
MUDHARABAH

Pengertian Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata adh-dharbu fil ardhi, yaitu berjalan di muka bumi. Dan
berjalan di muka bumi ini pada umumnya dilakukan dalam rangka menjalankan suatu usaha,
atau berdagang. Disebut juga qiradh yang berasal dari kata al-qardhu yang berarti potongan,
karena pemilik memotong sebagain hartanya untuk diperdagangkan dan memperolah
sebagian keuntungan. Kadang-kadang juga dinamakan dengan muqaradhah yang berarti
sama-sama memiliki hak untuk mendapatkan laba karena si pemilik modal memberikan
modalnya sementara pengusaha meniagakannya dan keduanya sama-sama berbagi
keuntungan.
Sedangkan secara istilah, mudharabah adalah akad penyerahan modal oleh pemilik modal
kepada pengelola untuk diperdagangkan dan keuntungan dimiliki bersama antara keduanya
sesuai dengan persyaratan yang mereka buat.
Secara teknis, Antonio (2001) mendefinisikan mudharabah sebagai akad kerja sama usaha
antara dua pihak di mana salah satu pihak menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan
pihak lainnya menjadi pengelola.
Kemudian berdasarkan PSAK 105 mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua
pihak di mana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak
kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka
sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.

Dalam mudharabah unsur terpenting adalah kepercayaan, yaitu kepercayaan dari


pemilik dana kepada pengelola dana. Kepercayaan itu penting karena dalam akad
mudharabah, pemilik dana tidak boleh ikut campur di dalam manajemen perusahaan atau
proyek yang dibiayai dengan dana pemilik dana tersebut. Kecuali sebatas memberikan saran
dan melakukan pengawasan pada pengelola dana. Sedangkan apabila usaha tersebut
mengalami kerugian yang mengakibatkan sebagian atau mungkin seluruh modal yang
ditanam oleh pemilik dana itu habis maka yang menanggung kerugian adalah pemilik dana.
Namun jika kerugian terjadi karena kelalaian pengelola, maka pengelola harus menanggung
sendiri.

Pada prinsipnya dalam mudharabah tidak boleh ada jaminan atas modal. Namun
demikian agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan, pemilik dana dapat meminta
jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Tentu saja jaminan itu hanya dapat dicairkan

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


96 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
apabila pengelola dana terbukti melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau melakukan
pelanggaran terhadap hal-hal yang disepakati bersama dalam akad.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa mudharabah
adalah akad kerja sama antara pemilik dana dan pengelola dana dalam mendirikan usaha
tertentu untuk saling menguntungkan. Di mana besarnya proporsi bagi hasil berdasarkan
kesepakatan bersama.

Macam-macam Mudharabah
Berdasarkan PSAK 105, mudharabah dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, dan mudharabah musytarakah.
Berikut penjelasan ketiga jenis mudharabah tersebut.
1. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana dan pengelola tanpa
adanya pembatasan oleh pemilik dana dalam hal tempat, cara, maupun objek investasi.
Dalam hal ini, pemilik dana memberi kewenangan yang sangat luas kepada mudharib untuk
menggunakan dana yang diinvestasikan.
Dalam perbankan syariah kontrak mudharabah muthlaqah digunakan untuk tabungan
maupun pembiayaan. Pada tabungan mudharabah, penabung berperan sebagai pemilik
dana, sedang bank sebagai pengelola yang mengkontribusikan keahliannya dalam mengelola
dana penabung. Sedangkan pada investasi mudharabah, bank berperan sebagai pemilik
dana yang menginvestasikan dana yang ada padanya kepada pihak lain yang memerlukan
dana untuk keperluan usahanya.
2. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah yaitu mudharabah yang pemilik dananya memberikan batasan
kepada pengelola dana mengenai lokasi, cara, dan atau objek investasi atau sektor usaha.
Dalam PSAK 105 par. 7 tantang mudharabah, batasan tersebut bisa berupa:
1. Tidak mencampurkan dana yang dimiliki oleh pemilik dana dengan dana lainnya;
2. Tidak menginvestasikan dananya pada teransaksi penjualan cicilan tanpa penjamin atau
jaminan; Apabila pengelola dana bertindak bertentangan dengan syarat-syarat yang
diberikan oleh pemilik dana, maka pengelola dana harus bertanggung jawab atas
konsekuensi yang ditimbulkannya, termasuk konsekuensi keuangan.
3. Mudharabah Musytarakah
Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah di mana pengelola dana menyertakan
modal atau dananya dalam kerja sama investasi.
Di awal kerja sama, akad yang disepakati adalah akad mudharabah dengan 100% modal dari
pemilik dana, setelah berjalannya operasi usaha dengan pertimbangan tertentu dan
kesepakatan dengan pemilik dana, pengelola ikut menambahkan modalnya dalam usaha
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
97 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
tersebut. Kemudian akadnya disebut mudharabah musytarakah, yaitu perpaduan antara akad
mudharabah dan musyarakah.
Ketentuan bagi hasil untuk akad ini berdasarkan PSAK 105 dapat dilakukan dengan dua
pendekatan, yaitu:
1. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai mudharib) dan pemilik dana sesuai
dengan nisbah yang disepakati, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk
pengelola dana (sebagai mudharib) tersebut dibagi antara pengelola dana (sebagai
musytarik) dengan pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing; atau
2. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana sesuai
dengan porsi modal masing-masing, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi
untuk pengelola dana (sebagai musytarik) tersebut dibagi antara pengelola dana (sebagai
mudharib) dengan pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati.

Rukun Mudharabah
Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah adalah:
1. Pelaku (pemilik modal dan pelaksana usaha)
2. Objek mudharabah (modal dan kerja)
3. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)
4. Nisbah keuntungan

Ketentuan dari rukun mudharabah yaitu sebagai berikut:

1.Pelaku Dalam akad mudharabah, harus ada minimal dua pelaku.


Pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal, dan pihak kedua bertindak sebagai
pelaksana usaha.
Sedangkan untuk ketentuan syariahnya yaitu:
1. Pelaku harus cakap hukum dan baligh.
2. Dapat dilakukan sesama atau dengan non muslim.
3. Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi ia boleh
mengawasi.

2. Objek mudharabah (modal dan kerja)


Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan oleh pelaku.
Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksana
usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan bisa
berbentuk uang atau barang yang dirinci berapa nilai uangnya. Sedangkan kerja yang
diserahkan bisa berbentuk keahlian, keterampilan, management skill, dan lain-lain.
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
98 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
3. Ijab kabul Ijab kabul atau persetujuan kedua belah pihak dalam mudharabah yang
merupakan wujud dari prinsip sama-sama rela (an-taraddim minkum). Di sini kedua belah
pihak harus secara rela bersepakat untuk megikatkan diri dalam akad mudharabah. Si pemilik
dana setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan dana, sementara si pelaksana usaha
pun setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan kerja.

4. Nisbah keuntungan Rukun yang satu ini merupakan ciri khas dari akad mudharabah, yang
tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh
kedua belah pihak yang berakad.

Alur Transaksi Mudharabah


Pertama, dimulai dari pengajuan permohonan pembiayaan oleh nasabah dengan mengisi
formulir permohonan pembiayaan.
Kedua, bank mengontribusikan modalnya dan nasabah mulai mengelola usaha yang
disepakati berdasarkan kesepakatan dan kemampuan terbaiknya.
Ketiga, hasil usaha dievaluasi pada waktu yang ditentukan berdasarkan kesepakatan.
Keempat, Bank dan nasabah menerima porsi bagi hasil masing-masing berdasarkan metode
perhitungan yang telah disepakati.
Kelima, bank menerima pengembalian modalnya dari nasabah.

Bagi hasil untuk akad mudharabah musytarakah (PSAK 105 PAR 34)

Ketentuan untuk akad jenis ini dapat dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu:
1. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai nisbah yang
disepakati, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana tersebut
dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai dengan porsi
modal masing-masing.
2. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana sesuai
dengan porsi modal masing-masing, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi
untuk pengelola dana tersebut dibagi antara pengelola dan dengan pemolik dana sesuai
dengan nisbah yang disepakati.

Perlakuan Akuntansi (PSAK 105)

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


99 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
1. Dana mudharabah yang disalurkan
oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau
penyerahan aset non-kas kepada pengelola dana.

2. Pengukuran investasi mudharabah:


1. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan.
2. Investasi mudharabah dalam bentuk aset non-kas diukur sebesar nilai wajar aset non-kas
pada saat penyerahan. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang
dibayarkan.
Jurnal pada saat penyerahan kas:
Investasi mudharabah xx
Kas xx
Investasi mudharabah dalam bentuk aset non-kas diukur sebesar nilai wajar aset non-kas
pada saat penyerahan kemungkinannya ada 2:
1. Jika nilai wajar lebih tinggi dari pada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai
keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah.
Jurnal pada saat penyerahan aset non-kas:
Investasi mudharabah xx
Keuntungan tangguhan xx
Aset non-kas xx
Jurnal keuntungan tangguhan:
Keuntungan tangguhan xx
Keuntungan xx
2. Jika nilai wajar lebih rendah dari pada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai
kerugian dan akui pada saat penyerahan aset non-kas:
Jurnal:
Investasi mudharabah xx
Kerugian xx
Aset non-kas mudharabah xx

3. Penurunan nilai aset non-kas


1. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai: diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo
investasi mudharabah.
Jurnal:
Kerugian investasi mudharabah xx
Investasi mudharabah xx
2. Penurunan nilai setelah usaha dimulai: diakui sebagai kerugian dan diperhitungkan pada
saat pembagian bagi hasil.
Jurnal:

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


100 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Kerugian investasi mudharabah xx
Penyisihan investasi mudharabah xx
Kas xx
Penyisihan investasi mudharabah xx
Pendapatan bagi hasil mudharabah xx

4. Kerugian Kerugian yang terjadi


dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir, diakui sebagai kerugian dan
dibentuk penyisihan kerugian investasi.
Jurnal:
Kerugian investasi mudharabah xx
Penyisihan kerugian investasi mudharabah xx
Catatan: tujuan dicatat sebagai penyisihan agar jelas nilai investasi awal mudharabah.

5. Hasil usaha
Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang.
Jurnal:
Piutang pendapatan bagi hasil xx
Pendapatan bagi hasil mudharabah xx
Pada saat pengelola dana membayar bagi hsil.
Jurnal:
Kas xx
Piutang pendapatan bagi hasil xx

6. Akad mudharabah berakhir


Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi mudharahah setelah dikurangi
penyisihan kerugian investasi; dan pengembalian investasi mudharahah;
diakui sebagai keuntungan atau kerugian.

Jurnal:
Kas/piutang/aset nonkas xxx
Penyisihan kerugian investasi mudharabah xxx
Mudharabah xxx
Keuntungan investasi mudharabah xxx
ATAU
Kas/piutang/aset nonkas xxx
Penyisihan kerugian investasi mudharabah xxx
Kerugian investasi mudharabah xxx
Investasi mudharabah xxx

7. Penyajian Pemilik dana

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


101 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai tercatat, yaitu nillai
investasi mudharabah dikurangi penyisihan kerugian (jika ada).

8. Pengungkapan Pemilik dana


mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan trannsaksi mudharabah, tetapi tidak terbatas
pada:
1. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha,
aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain.
2. Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya;
3. Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan;
4. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang penyajian laporan keuangan
syariah.

AKUTANSI UNTUK PENGELOLAAN DANA

1. Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah
temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima

2. Pengukuran dana syirkah temporer Dana syirkah temporer diukur sebesar jumlah kas atau
nilai wajar aset nonkas yang diterima.
Jurnal
Kas/aset nonkas xxx
Dana syirkah temporer xxx

3. Catatan: penyelisihan kerugian disajikan sebagai Penyaluran kembali dana syirkah


temporer
Jika pengelola dana menyalurkan kembali dana syirkah temporer yang diterima maka
pengelola dana mengakui sebagai aset (investasi mudharabah). Sama seperti akutansi untuk
pemilik dana. Dan ia akan mengakui pendapatan secara bruto sebelum dikurangi dengan
bagian hak pemilik dana.

Jurnal pencatatan ketika menerima pendapatan bagi hasil dari penyaluran kembali dana
syirkah temporer:
Kas/piutang xxx
Pendapatan yang belum dibagikan xxx

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


102 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Hak pihak ketiga atas bagi hasil dan syirkah kontemporer yang sudah dioerhitungkan tetapi
belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang
menjadi porsi hak pemilik dana.
Jurnal:
Beban bagi hasil mudharabah xxx
Utang bagi hasil mudharabah xxx

Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil:


Utang bagi hasil mudharabah xxx
Kas xxx

4. Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudharabah berarti ada
pendapatan dan beban yang diakui dan pencatatannya sama dengan akutansi konvensional
yaitu:

Saat mencatat pendapatan:


Kas/piutang xxx
Pendapatan xxx

Saat mencatat beban :


Bebas xxx
Kas/Utang xxx

Jurnal penutup yang dibuat diakhir periode (apabila diperoleh keuntungan):


Pendapatan xxx
Beban xxx
Pendapatan yang belum dibagikan xxx
offf
Jurnal ketika dibagihasilkan kepada pemilik dana:
Beban Bagi Hasil Mudharabah – pemilik dana xxx
Beban Bagi Hasil Mudharabah – pengelola dana xxx
Utang Bagi Hasil Mudharabah xxx

Jurnal penutup:
Pendapatan yang belum dibagikan: xxx
Beban Bagi Hasil Mudharabah – pemilik dana xxx
Beban Bagi Hasil Mudharabah – pengelola dana xxx

Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil:


Utang bagi hasil modharabah xxx

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


103 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Kas xxx

Jurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian


Pendapatan xxx
Penyisihan kerugian xxx
Beban xxx

akun kontrak dari Dana Syirkah Temporer.

5. Kerugian yang diakibatkan oleh kesaahan atau kelainan pengelola dana diakui sebagai
beban pengelola dana. Jurnal:
Beban xxx
Utang Lain-lain/Kas xxx

6. Diakhir akad
Jurnal:
Dana Syirkah Temporer xxx
Kas/Aset Nonkas xxx
Jika ada penyelisihan kerugian sebelumnya Jurnal:
Dana Syirkah Temporer xxx
Kas/Aset Nonkas xxx
Penyisihan Kerugian xxx

7. Penyajian Pengelola dana menyajikan transaksi modharabah dalam laporan keuangan:


1. Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatya untuk setiap jenis
modharabah; yaitu sebesar dana syirkah temporer dikurangi dengan penyisihan dikurangi
(jika ada).
2. Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum diserahkan
kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum dibagikan sebagai
kewajiban.

8. Pengungkapan Pengelola dana mengungkapkan transaksi modharabah dalam laporan


keuangan:
1. Isi kesepakatan utama usaha modharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha,
aktivitas usaha mudhorobah, dan lain-lain;
2. Rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya;
3. Penyaluran dana yang berasal dari modharabah muqayadah.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


104 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syariah. Asumsi pencatatan untuk pengelola dana yang telah dibahas di atas menggunakan
akad modharabah muthlaqah,apabila akadnya Mudharabah Muqayyadah, dimana dana dari
pemilik dana langsung disalurkan kepada pengelola dana lain (kedua) dan pengelola dana
pertama hanya bertindak sebagai perantara yang mempertemkan antara pemilik dana dengan
pengelola dana lain (kedua); maka dana untuk jenis seperti iini akan dilaporkan off balance
sheet. Atas kegiatan tersebut pengelola dana pertama akan menerima komisi atas jasa
mempertemukan kedua pihak. Sedangkan antara pemilik dana dan pengelola dana lain
(kedua) berlaku nisbah bagi hasil.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


105 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Ahmad Ifham Sholihin, 2010, Buku Pintar Ekonomi Syariah, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
DSAK IAI, 2007, KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PELAPORAN KEUANGAN
BANK SYARIAH, Jakarta
DSAK IAI, 2007, PSAK 105, Jakarta
DSN-MUI, 2000, Fatwa No VII, VIII, XIII 2000
Firdaus Furywardhana SE, SS, MSi, Akuntansi Syariah, PPPS 2009 (Pendidikan dan
Pelatihan Perbankan Syariah), Jogjakarta
Rizal Yaya, Aji Erlangga, Ahim Abdurahim., 2014, Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi 2.
Salemba Empat. Jakarta

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


106 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN

Perbankan
Syariah
Pokok Bahasan
MUSYARAKAH
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

12
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 84048 Mohamad Torik L Buana, SE, MM

Abstract Kompetensi
Tansaksi adalah Kerjasama Memahami Konsep Aktif dan Pasif

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


107 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Pembahasan
TRANSAKSI MUSYARAKAH

Musyarakah secara bahasa diambil dari bahasa Arab yang berarti mencampur. Dalam
hal ini mencampur satu modal dengan modal yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Kata syirkah dalam bahasa arab berasal dari kata syarika (fi’il madhi), yashruku
(fi’il mudhari’) syarikan/syirkatan/syarikatan (masdar/kata dasar); artinya menjadi sekutu atau
syarikat (kamus al Munawar) Menurut arti asli bahasa arab, syirkah berarti mencampurkan
dua bagian atau lebih sehingga tidak boleh dibedakan lagi satu bagian dengan bagian lainnya.

Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 106 Al-musyarakah


adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dengan
kondisi masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan, sedangkan kerugian berdasarkan porsi
kontribusi dana.
Karena setiap mitra tidak dapat menjamin modal mitra lainnya, maka setiap mitra dapat
meminta mitra lainnya untuk menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang
disengaja.
Beberapa hal yang menunjukan adanya kesalahan yang disengaja ialah : pelanggaran
terhadap akad antara lain penyalahgunaan dana pembiayaan, manipulasi biaya dan
pendapatan operasional, pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.
Jika tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersengketa maka kesalahan yang
disengaja harus dibuktikan berdasarkan keputusan institusi yang berwenang.

Pendapatan usaha musyarakah dibagi di antara para mitra secara proporsional sesuai
dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas maupun aset nonkas lainnya) atau sesuai
nisbah yang disepakati oleh para mitra. Sedangkan rugi dibebankan secara proporsional
sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas maupun aset nonkas lainnya). Jika
salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih dari mitra lainnya dalam akad
musyarakah maka mitra tersebut dapat memperoleh keuntungan lebih besar untuk dirinya.

Bentuk keuntungan lebih tersebut dapat berupa pemberian porsi keuntungan yang
lebih besar dari porsi dananya atau bentuk tambahan keuntungan lainnnya. Porsi jumlah bagi
hasil untuk para mitra ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati dari pendapatan usaha
yang diperoleh selama periode akad bukan dari jumlah investasi yang disalurkan.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


108 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Musyarakah dapat bersifat musyarakah permanen maupun menurun. Dalam
musyarakah permanen, bagian modal setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya
tetap hingga akhir masa akad. Sedangkan dalam musyarakah menurun, bagian modal bank
akan dialihkan secara bertahap kepada mitra sehingga bagian modal bank akan menurun dan
pada akhir masa akad, mitra akan menjadi pemilik usaha tersebut.

Investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aset nonkas,
termasuk aset tidak berwujud, seperti lisensi dan hak paten. Pengelola musyarakah
mengadministrasikan transaksi usaha yang terkait dengan investasi musyarakah yang
dikelola dalam pembukuan tersendiri.

KETENTUAN SYAR’I TRANSAKSI MUSYARAKAH


Transaksi musyarakah secara syar’i terbagi dalam dua jenis, yaitu :
Musyarakah Hak Milik (Syirkatul amlak)
Musyarakah Hak Milik adalah persekutuan antara dua orang atau lebih dalam
kepemilikan salah satu barang dengan salah satu sebab kepemilikan seperti jual beli, hibah,
dan warisan atau kondisi lainnya yang mengakibatkan kepemilikan satu aset oleh dua orang
atau lebih. Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah
aset nyata dan berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan aset tersebut.
Musyarakah Akad
Musyarakah akad adalah akad kerja sama dua orang atau lebih yang bersekutu dalam
modal atau keuntungan.

Berdasarkan perbedaan peran dan tanggung jawab para mitra yang terlibat, musyarakah
akad dapat diklasifikasikan:
1. Musyarakah al-inan
Syirkah al-inan adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dengan modal yang mereka
miliki bersama untuk membuka usaha yang mereka lakukan sendiri, kemudian berbagi
keuntungan bersama. Kewenangan mitra dalam musyarakah ‘inan bersifat terbatas pada
persetujuan mitra yang lain. Praktik musyarakah dalam dunia perbankan umumnya
didasarkan atas konsep musyarakah ‘inan.
2. Musyarakah abdan ( syirkah a’mal)
Musyarakah abdan adalah kontrak kerjasama dua orang atau lebih yang seprofesi untuk
menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu.
3. Musyarakah wujuh

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


109 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Musyarakah wujuh adalah kerjasama dua pihak atau lebih, dengan cara membeli barang
dengan menggunakan nama baik mereka dan kepercayaan pedagang kepada mereka tanpa
keduanya memiliki modal uang sama sekali, menjualnya dengan pembagian keuntungan
mereka dan pedagang, lalu setelah dijual bagian keuntungan dibagi bersama. Mazhab Syafi’i
dan Maliki menolak bentuk syirkah ini, dengan alasan tidak adanya modal yang
dikembangkan. Sebaliknya, mayoritas ulama membolehkan dan menganggap kebutuhan
terhadap modal uang lebih besar dari kebutuhan terhadap pengembangan modal uang yang
sudah ada.

4. Musyarakah mufawadhah
Musyarakah mufawadhah adalah kontrak kerjasama dimana para anggotanya memiliki
kesamaan dalam modal, aktivitas, tanggung jawab dan utang piutang dari mulai berdirinya
musyarakah hingga akhir. Setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara bersama.
Mayoritas ulama membolehkan jenis syirkah mufawadhah. Akan tetapi, Imam Syafi’i melarang
syirkah ini karena mitra akan ikut menanggung akibat dari tindakan yang dilakukan oleh mitra
lainnya, kendati ia tidak mengetahui. Dengan demikian, jika hal ini dilaksanakan maka akan
dikhawatirkan masuk dalam kategori gharar yang dilarang dalam agama islam.

RUKUN TRANSAKSI MUSYARAKAH


Pihak yang berakad
Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi musyarakah harus cakap hukum, serta
berkompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan. Para mitra harus
memperhatikan hal-hal yang terkait dengan ketentuan syar’i transaksi musyarakah.

Obyek akad, meliputi:


• Modal
Berdasarkan fatwa DSN Nomor 8 Tahun 2000 tentang musyarakah, disebutkan
bahwa modal yang diberikan dapat berupa kas dan aset non kas. Para pihak tidak boleh
meminjam, meminjamkan, menyumbangkan atau menghadiahkan modal musyarakah kepada
pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan para mitra.
• Kerja
Berdasarkan fatwa DSN Nomor 8 tentang musyarakah, partisipasi para mitra dalam
pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah.
• Keuntungan dan Kerugian
Dalam hal keuntungan maupun kerugian musyarakah, DSN mewajibkan para mitra
untuk menghitung secara jelas keuntungan maupun kerugian untuk menghindarkan

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


110 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan maupun kerugian ketika
penghentian musyarakah.

Shigat ijab kabul


Ijab dan kabul dalam transaksi musyarakah harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad). Akad penerimaan dan
penawaran yang disepakati harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak.

STANDAR AKUNTANSI
PSAK 106: Akuntansi Musyarakah merupakan penyempurnaan dari PSAK 59: Akuntansi
Perbankan Syariah (2002) yang mengatur mengenai musyarakah.
1. PSAK 106 berlaku untuk entitas yang melakukan transaksi musyarakah baik sebagai mitra
aktif dan mitra pasif.
2. Sistematika penulisan secara garis besar disusun dengan memisahkan akuntansi untuk
mitra aktif dan akuntansi untuk mitra pasif dalam transaksi musyarakah.
3. Kewajiban bagi mitra aktif untuk membuat catatan akuntansi terpisah atas usaha
musyarakah yang dilakukan.
4. Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk entitas sebagai mitra aktif, penyempurnaan
dilakukan untuk:
• pengukuran pada akad atas penyetoran infestasi musyarakah aset non kas di ukur sebesar
nilai wajar.
• penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif di akui sebagai musyarakah dan di sisi lain
di akui syirkah temporer
5. Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk entitas sebagai mitra pasif
penyempurnaan di lakukan untuk:
• pengukuran pada saat akad atas penyetoran investasi musyarakah aset non kas di ukur
sebesar nilai wajar.
• keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset non kas diserahkan pada nilai wajar
disajikan sebagai pos lawan dari investasi musyarakah.

TEKNIS PERHITUNGAN DAN PENJURNALAN TRANSKSI MUSYARAKAH

1.Teknis perhitungan transaksi investasi musyarakah


Contoh :
• Pada tanggal 2 Februari 20XA Bu Nasiah menandatangani akad pembiayaan usaha
penggilingan padi (membeli padi, menggiling selanjutnya menjual beras) dengan Bank Murni
Syariah (BMS) dengan skema musyarakah sebagai berikut:
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
111 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
• Nilai Proyek : Rp 80.000.000
• Kontribusi Bank : Rp 60.000.000
(pembayaran tahap pertama sebesar Rp.35.000.000 dilakukan tanggal 12 Februari,
pembayaran tahap kedua sebesar Rp.25.000.000,- dilakukan tanggal 2 Maret)
• Kontribusi Bu Nasiah : Rp 20.000.000
• Nisbah bagi hasil : Bu Nasiah 75% dan BMS 25%
• Periode : 6 Bulan
• Biaya administrasi : Rp 600.000 (1% dari pembiayaan bank)
• Objek bagi hasil : Laba Bruto (selisih harga jual beras dikurangi harga pembelian
padi)
• Skema pelaporan dan pembayaran porsi bank : Setiap tiga bulan (dua kali masa panen)
pada tanggal 2 Mei dan 2 Agustus 20XA
• Skema pelunasan Pokok : Musyarakah permanen - dilunasi pada saat akad berakhir
tanggal 2 Agustus 20XA

2. Penjurnalan transaksi musyarakah


1. Saat akad disepakati
Dalam praktik perbankan, pada saat akad musyarakah disepakati, bank akan membuka
cadangan rekening investasi musyarakah untuk nasabah. Pada tanggal itu juga, bank
membebankan biaya administrasi dengan mendebit rekening nasabah. Jurnal untuk
membuka cadangan investasi musyarakah Bu Nasiah dan pembebanan biaya administrasi.

Db. Pos lawan komitmen administratif pembiayaan 60.000.000


Kr. Kewajiban komitmen administratif pembiayaan 60.0000.000
Db. Kas/rekening nasabah-Bu Nasiah 600.000
Kr. Pendapatan administrasi 600.000

2. Saat penyerahan investasi musyarakah oleh bank kepada nasabah


Dalam PSAK 106 (paragraf 27) disebutkan bahwa investasi musyarakah diakui pada saat
pembayaran kas atau penyerahan aset non-kas kepada mitra aktif. Aset berwujud kas dinilai
sebesar jumlah yang dibayarkan (paragraf 28a), sedangkan aset yang berwujud non-kas
dinilai sebesar nilai wajar, dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat aset
non-kas, maka selisih tersebut diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi
selama masa akad, atau sebagai kerugian pada saat terjadinya(paragraf 28b).

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


112 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Investasi musyarakah non-kas yang diukur dengan nilai wajar aset yang diserahkan akan
berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset yang diserahkan, dikurangi
amortisasi keuntungan tangguhan (paragraf 29).
Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah, seperti biaya studi kelayakan, tidak dapat diakui
sebagai bagian investasi musyarakah, kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra (paragraf
30).
Penyerahan investasi musyarakah tidak harus dilakukan pada saat akad. Penyerahan
investasi dilakukan ketika nasabah siap menggunakan investasi yang diperlukan. Dengan
demikian, investasi dapat diserahkan lebih dari satu termin.
Misalkan pada tanggal 12 Februari bank mentransfer ke rekening Bu Nasiah sebesar Rp
35.000.000 sebagai pembayaran tahap pertama. Selanjutnya pada tanggal 2 Maret, bank
syariah menyerahkan dana tahap kedua sebesar Rp.25.000.000.

Db. Investasi musyarakah 35.000.000


Kr. Kas/Rekening nasabah 35.000.000
Db. Kewajiban komitmen administratif pembiayaan 35.000.000
Kr. Pos lawan komitmen administratif pembiayaan 35.000.000
Db. Investasi musyarakah 25.000.000
Kr. Kas/Rekening administratif pembiayaan 25.000.000
Db. Kewajiban komitmen administratif pembiayaan 25.000.000
Kr. Pos lawan komitmen administratif pembiayaan 25.000.000

3. Saat penerimaan bagi hasil bagian bank


Selama akad berlangsung, pendapatan usaha investasi musyarakah diakui sebesar bagian
mitra pasif sesuai kesepakatan. Sementara itu, kerugian investasi musyarakah diakui sesuai
dengan porsi dana. Pengakuan pendapatan usaha musyarakah dalam praktik dapat diketahui
berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi pendapatan usaha dari catatan akuntansi mitra
aktif atau pengelola usaha yang dilakukan secara terpisah. Berikut adalah realisasi laba bruto
usaha Bu Nasiah selama dua kali masa panen yang dilaporkan pada tanggal 2 Mei 20XA dan
2 Agustus 20XA.

1 Masa panen I 14.000.000 3.500.000 2 Mei


2 Masa panen II 16.000.000 4.000.000 12 Agustus

Klasifikasi transaksi diatas yaitu sebagai berikut:


Penerimaan bagi hasil yang pembayarannya bersamaan dengan pelaporan bagi hasil, seperti
pada bagi hasil untuk masa panen I. Bu Nasiah melaporkan bagi hasil untuk bank syariah
pada tanggal 2 Mei. Pada tanggal tersebut, Bu Nasiah langsung membayar bagi hasil untuk
bank syariah sebesar Rp 3.500.000.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


113 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Db. Kas/Rekening nasabah 3.500.000
Kr. Pendapatan bagi hasil musyarakah 3.500.000

Penerimaan bagi hasil yang waktu pembayarannya berbeda dengan tanggal pelaporan bagi
hasil, seperti pada bagi hasil untuk masa panen II.
Db. Tagihan pendapatan bagi hasil musyarakah 4.000.000
Kr. Pendapatan bagi hasil musyarakah-akrual 4.000.000
Db. Kas/Rekening nasabah 4.000.000
Kr. Tagihan pendapatan bagi hasil musyarakah 4.000.000

Tagihan pendapatan bagi hasil musyarakah disajikan dalam neraca pada bagian aset. Akun
ini merupakan sub akun dari piutang. Adapun akun pendapatan bagi hasil musyarakah akrual
disajikan dalam laporan laba rugi. Oleh karena bagi hasil ini belum berwujud kas, maka
pendapatan bagi hasil akrual tidak diikutsertakan dalam perhitungan bagi hasil dengan
nasabah penghimpunan. Untuk kemudahan mengidentifikasi pendapatan yang belum
berwujud kas, pendapatan bagi hasil akrual perlu dibedakan dengan pendapatan bagi hasil
yang telah berwujud kas.

4. Saat akad berakhir


Pada saat akad diakhiri terdapat dua kemungkinan, yaitu:
Nasabah pembiayaan mampu mengembalikan modal musyarakah bank
Misalkan pada tanggal 2 Agustus 20XA, saat jatuh tempo Bu Nasiah melunasi investasi
musyarakah sebesar Rp 60.000.000.

Db. Kas/Rekening nasabah 60.000.000


Kr. Investasi musyarakah 60.000.000

Nasabah pembiayaan tidak mampu mengembalikan modal musyarakah bank


Berdasarkan PSAK 106 paragraf 33 disebutkan bahwa pada saat akad musyarakah berakhir,
investasi musyarakah yang belum dikembalikan oleh mitra aktif diakui sebagai piutang.

Jika tidak mampu melunasi modal musyarakah bank, maka jurnal pada saat jatuh tempo
sebagai berikut:

Db. Piutang investasi musyarakah jatuh tempo 60.000.000


Kr. Investasi musyarakah 60.000.000

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


114 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Jika dikemudian hari nasabah membayar piutang investasi musyarakah jatuh tempo, maka
jurnalnya sebagai berikut:

Db. Kas/rekening nasabah 60.000.000


Kr. Piutang investasi musyarakah jatuh tempo 60.000.000

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


115 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

Ahmad Ifham Sholihin, 2010, Buku Pintar Ekonomi Syariah, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
DSAK IAI, 2007, KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PELAPORAN KEUANGAN
BANK SYARIAH, Jakarta
DSAK IAI, 2007, PSAK 106, Jakarta
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia no: 08/DSN-MUI/IV/2000, Jakarta
Firdaus Furywardhana SE, SS, MSi, Akuntansi Syariah, PPPS 2009 (Pendidikan dan
Pelatihan Perbankan Syariah), Jogjakarta
Rizal Yaya, Aji Erlangga, Ahim Abdurahim., 2014, Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi 2.
Salemba Empat. Jakarta

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


116 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN

Perbankan
Syariah
Pokok Bahasan
IJARAH
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

13
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 84048 Mohamad Torik L Buana, SE, MM

Abstract Kompetensi
Tansaksi adalah Kerjasama Sewa Memahami Konsep Ijarah

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


117 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Pembahasan
IJARAH

Ijarah adalah penjualan manfaat atau salah satu bentuk aktivitas antara dua belah
pihak yang berakad guna meringankan salah satu pihak atau saling meringankan, serta
termasuk salah satu bentuk tolong-menolong yang dianjurkan agama. Menurut bahasa, Ijarah
berasal dari kata al–ajru yang artinya adalah al-iwadh dalam bahasa Indonesia diartikan
sebagai ganti dan upah. Dalam arti luas, ijarah adalah suatu akad yang berisi penukaran
manfaat sesuatu dengan jalan memberikan imbalan dalam jumlah tertentu. Dalam Fikih
Islam, ijarah yaitu memberikan sesuatu untuk disewakan.

Ijarah sebagai jual beli jasa yang bisa disebut upah mengupah, yakni mengambil
manfaat dari tenaga manusia, ada pula yang mengatakan bahwa ijarah itu jual beli
kemanfa’atan dari suartu barang atau disebut dengan sewa – menyewa. Dari definisi ijarah,
bahwa ijarah di bagi menjadi dua yaitu ijarah atas jasa dan ijarah atas benda.

Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa ijarah adalah akad
pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan (ownership) atas barang itu sendiri. Transaksi ijarah
didasarkan pada adanya perpindahan manfaat. Pada prinsipnya ia hampir sama dengan jual
beli. Perbedaan antara keduanya dapat dilihat pada dua hal utama, yaitu berbeda pada objek
akad di mana objek jual beli adalah barang konkrit, sedang yang menjadi objek pada ijarah
adalah jasa atau manfaat, antara jual beli dan ijarah juga berbeda pada penetapan batas
waktu, di mana pada jual beli tidak ada pembatasan waktu untuk memiliki objek transaksi,
sedang kepemilikan dalam ijarah hanya untuk batas waktu tertentu.

Menurut fatwa DSN No: 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang IJARAH, Fatwa DSN No:
27/DSN-MUI/III/2002 tentang IMBT, didefinisikan sebagai akad pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

Rukun dan Syarat Ijarah


Syarat Ijarah:
• Kedua orang yang berakad harus baligh dan berakal
• Menyatakan kerelaannya untuk melakukan akad ijarah

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


118 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
• Manfaat yang menjadi objek ijarah harus diketahui secara sempurna
• Objek ijarah boleh diserahkan dan dipergunakan secara langsung dan tidak bercacat
• Objek ijarah sesuatu yang dihalalkan oleh syara’ dan merupakan sesuatu yang bisa
disewakan
• Yang disewakan itu bukan suatu kewajiban bagi penyewa
• Upah/sewa dalam akad harus jelas, tertentu dan sesuatu yang bernilai harta.

Dalam hal sewa-menyewa atau kontrak tenaga kerja, maka haruslah diketahui secara jelas
dan disepakati bersama sebelumnya:
• Jenis pekerjaan, dan jumlah jam kerjanya setiap harinya.
• Berapa lama masa kerja. Haruslah disebutkan satu atau dua tahun.
• Berapa gaji dan bagaimana sistem pembayarannya, harian, bulanan, mingguan ataukah
borongan?
• Tunjangan-tunjangannya harus disebutkan dengan jelas. Misalnya besarnya uang
transportasi, uang makan, biaya kesehatan, dan lain-lainnya.

Rukun Ijarah:
1. Mu’jar(orang/barang yang disewa)
2. Musta’jir (orang yang menyewa)
3. Sighat (ijab dan qabul)
4. Upah dan manfaat.

Rukun-rukun dan syarat-syarat Ijarah secara rinci adalah sebagai berikut:

1. Mu’jir dan Musta’jir, yaitu orang yang melakukan akad sewa-menyewa atau upah-
mengupah. Mu’jir adalah yang memberikan upah yang menyewakan, Musta’jir adalah orang
yang menerima upah untuk melakukan sesuatu dan yang menyewa sesuatu, disyaratkan bagi
Mu’jir dan Musta’jir adalah baligh, berakal, cakap melakukan tasharruf (mengendalikan harta),
dan saling meridhai. Bagi orang yang berakad ijarah juga disyarat mengetahui manfaat barang
yang diakadkan dengan sempurna sehingga dapat mencegah terjadinya perselisihan.
2. Shighat ijab kabul antar Mu’jir dan Musta’jir, ijab kabul sewa-menyewa dan upah-
mengupah, ijab kabul sewa-menyewa misalnya: “Aku sewakan mobil ini kepadamu setiap hari
Rp 5.000,00”, maka musta’jir menjawab “Aku terima sewa mobil tersebut dengan harga
demikian setiap hari”.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


119 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Ijab kabul upah mengupah misalnya seseorang berkata, “Kuserahkan kebun ini kepada mu
untuk dicangkuli dengan upah setiap hari Rp5.000,00”, kemudian Musta’jir menjawab “Aku
akan kerjakan pekerjaan itu sesuai dengan apa yang engkau ucapkan”.
3. Ujrah, disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak, baik dalam sewa-menyewa
maupun upah-mengupah.

Barang yang disewakan atau sesuatau yang dikerjakan dalam upah-mengupah, disyaratkan
pada barang yang disewakan dengan beberapa syarat berikut ini:
1. Hendaklah barang yang menjadi objek akad sewa-menyewa dan upah mengupah dapat
diamfaatkan kegunaannya.
2. Hendaklah benda yang menjadi objek sewa-menyewa dan upah-mengupah dapat
diserahkan kepada penyewa dan pekerja berikut kegunaannya (khusus dalam sewa-
menyewa).
3. Manfaat dari benda yang disewakan adalah perkara yang mubah (boleh) menurut syara’
bukan hal yang dilarang (diharamkan).
4. Benda yang disewakan disyaratkan kekal ‘ain(zat)-nya hingga waktu yang ditentukan
menurut perjanjian dalam akad.

Objek ijarah adalah berupa barang modal yang memenuhi ketentuan, antara lain:
1. objek ijarah merupakan milik dan/atau dalam penguasaan perusahaan pembiayaan
sebagai pemberi sewa (muajjir);
2. manfaat objek ijarah harus dapat dinilai;
3. manfaat objek ijarah harus dapat diserahkan penyewa (musta’jir);
4. pemanfaatan objek ijarah harus bersifat tidak dilarang secara syariah (tidak diharamkan);
5. manfaat objek ijarah harus dapat ditentukan dengan jelas;
6. spesifikasi objek ijarah harus dinyatakan dengan jelas, antara lain melalui identifikasi fisik,
kelayakan, dan jangka waktu pemanfaatannya.

Para ulama Fiqh berbeda pendapat tentang sifat akad ijarah, apakah bersifat mengikat
kedua belah pihak atau tidak. Ulama Hanafiah berpendirian bahwa akad ijarah bersifat
mengikat, tetapi boleh dibatalkan secara sepihak apabila terdapat uzur dari salah satu pihak
yang berakad, seperti contohnya salah satu pihak wafat atau kehilangan kecakapan bertindak
hukum. Apabila salah seorang yang berakad meninggal dunia, akad ijarah batal karena
manfaat tidak boleh diwariskan.
Akan tetapi, jumhur ulama mengatakan bahwa akad ijarah itu bersifat mengikat,
kecuali ada cacat atau barang itu tidak boleh dimanfaatkan. Apabila seorang yang berakad

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


120 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
meninggal dunia, manfaat dari akad ijarah boleh diwariskan karena termasuk harta dan
kematian salah seorang pihak yang berakad tidak membatalkan akad ijarah.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam berakad ijaroh:


1. Para pihak yang menyelenggarakan akad haruslah berbuat atas kemauan sendiri dengan
penuh kesukarelaan.
2. Di dalam melakukan akad tidak boleh ada unsur penipuan.
3. Sesuatu yang diakadkan haruslah sesuatu yang sesuai dengan realitas, bukan sesuatu
yang tidak berwujud.
4. Manfaat dari sesuatu yang menjadi objek transaksi ijaroh harus berupa sesuatu yang
mubah, bukan sesuatu yang haram.
5. Pemberian upah atau imbalan dalam ijaroh haruslah berupa sesuatu yang bernilai, baik
berupa uang ataupun jasa.

Macam-Macam Ijarah

Pembagian ijaraħ biasanya dilakukan dengan memperhatikan objek ijarah tersebut.


Ditinjau dari segi objeknya, akad ijarah dibagi ulama fiqih menjadi dua macam, yaitu:
1. Ijarah ‘ala al-manafi’ (Sewa-menyewa)
Sewa menyewa adalah praktIk ijarah yang berkutat pada pemindahan manfaat
terhadap barang. Barang yang boleh disewakan adalah barang-barang mubah seperti sawah
untuk ditanami, mobil untuk dikendarai, rumah untuk ditempati. Barang yang berada ditangan
penyewa dibolehkan untuk dimanfaatkan sesuai kemauannya sendiri, bahkan boleh
disewakan lagi kepada orang lain.
Apabila terjadi kerusakan pada benda yang disewa, maka yang bertanggung jawab
adalah adalah pemilik barang (mu’jir) dengan sayarat kecelakaan tersebut bukan akibat dari
kelalaian penyewa (musta’jir). Apabila kerusakaan benda yang disewakan itu, akibat dari
kelalaian penyewa (musta’jir) maka yang bertanggung jawab atas kerusakan barang tersebut
adalah penyewa itu sendiri.
2. Upah mengupah
Upah mengupah disebut juga dengan jual beli jasa. Misalnya ongkos kendaraan umum,
upah proyek pembangunan, dan lain-lain. Pada dasanya pembayaran upah harus diberikan
seketika juga, sebagaimana jual beli yang pembayarannya waktu itu juga. Tetapi sewaktu
perjanjian boleh diadakan dengan mendahulukan upah atau mengakhirkan. Jadi
pembayarannya sesuai dengan perjanjiannya. Tetapi kalau ada perjanjian, harus segera
diberikan manakala pekerjaan sudah selesai.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


121 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Ijarah bentuk pertama banyak diterapkan dalam pelayanan jasa perbankan syari’ah,
sementara ijarah bentuk kedua biasa dipakai sebagai bentuk investasi atau pembiayaan di
perbankan syari’ah.

IJARAH MUNTAHIA BI AL-TAMLIK


Al-Ba’i wa al-ijarah muntahia bi al-tamlik merupakan rangkaian dua buah akad, yakni
akad al-ba’i dan akad al-ijarah muntahia bi al-tamlik. Al-ba’i merupakan akad jual beli,
sedangkan al-ijarah muntahia bi al-tamlik merupakan kombinasi sewa menyewa (ijarah) dan
jual beli atau hibah di akhir masa sewa.
Ijarah muntahia bi al-tamlik adalah transaksi sewa dengan perjanjian untuk menjual
atau menghibahkan objek sewa di akhir periode sehingga transaksi ini diakhiri dengan
kepemilikan objek sewa. Dalam ijarah muntahia bi al-tamlik, pemindahan hak milik barang
terjadi dengan salah satu dari dua cara berikut ini :
1. Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang disewakan tersebut pada akhir
masa sewa.
2. Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang disewaakan tersebut
pada akhir masa sewa.

Adapun bentuk alih kepemilikan ijarah muntahia bi al-tamlik antara lain :


1. Hibah di akhir periode, yaitu ketika pada akhir periode sewa aset dihibahkan kepada
penyewa.
2. Harga yang berlaku pada akhir periode, yaitu ketika pada akhir periode sewa aset dibeli
oleh penyewa dengan harga yang berlaku pada saat itu.
3. Harga ekuivalent dalam periode sewa, yaitu ketika membeli aset dalam periode sewa
sebelum kontrak sewa berakhir dengan harga ekuivalen.
4. Bertahap selama periode sewa, yaitu ketika alih kepemilikan dilakukan bertahap dengan
pembayaran cicilan selama periode sewa.

Tanggung jawab kerusakan


Apabila seorang menyewa sesuatu barang/benda untuk dimanfaatkan,seperti rumah
atau mobil, maka tanggung jawab penyewa terhadap obyek sewa bersifat amanah, yaitu dia
tidak dituntut tanggungjawab atas kerusakan barang yang berada dalam kuasanya kecuali
kerusakan tersebut terjadi atas kecerobohan dalam menjaganya.apabila ia menggunakan
obyek akad ijarah tersebut sesuai dengan syarat-syarat yang disepakati dalam akad dan tidak
bertentangan dengan kebiasaan dalam penggunaannya maka tanggung jawab tetappada
pemilik barang sewaan.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


122 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Demikian juga pada ijarah terhadap jasa manusia, khususnya yang bersifat khusus(al-
khas), para ulama fiqih sepakat bahwa apabila obyek yang dikerjakan rusak
ditangannya,bukan karena kelalaian atau kesengajaannya, maka menurut kesepakatan pakar
fiqih,ia wajib membayar ganti rugi. Sedangkan ijarah yang berupa pekerjaan atau jasa
manusia yang bersifat umum (musytarik), maka apabila pekerjaan yang dilakukan
menimbulkan kerugian para ulama sepakat bahwa pekerja harus bertanggung jawab bila
kerugian tersebut timbul dari kecerobohan dan kelalaiannya.

Berakhirnya Perjanjian Ijarah


1. objek hilang atau musnah,
2. tenggang waktu yang disepakati dalam akad ijarah telah berakhir,
3. menurut ulama Hanafiyah, wafatnya seorang yang berakad.
4. kedua pihak sepakat untuk membatalkan akad dengan iqolah.
5. menurut ulama Hanafiyah, apabila ada uzur dari salah satu pihak seperti rumah yang
disewakan disita Negara karena terkait utang yang banyak, maka akad ijarah batal. Akan
tetapi, menurut jumhur ulama uzur yang boleh membatalkan akad ijarah hanyalah apabila
obyeknya cacat atau manfaat yang dituju dalam akad itu hilang, seperti kebakaran dan
dilanda banjir.

Ijarah merupakan suatu akad yang lazim, yaitu suatu akad yang tidak boleh ada
pembatalan pada salah satu pihak, baik orang yang menyewakan barang atau penyewa,
kecuali ada sesuatu hal yang yang menyebabakan ijarah itu batal, antara lain:
1. Menurut Hanafiyah berakhir dangan meninggalnya salah seorang dari dua orang yang
berakad ijarah hanya hak manfaat, maka hak ini tidak dapat di wariskan karena warisan
berlaku untuk benda yang dimiliki. Sedangkan Jumhur Ulama berpendapat ijarah tidak batal
karena kematian salah satu pihak yang berakad. Sifat akad ijarah adalah akad lazim
(mengikat para pihak) seperti halnya dengan jual beli. Ijarah merupakan milik al-manfaah
(kepemilikan manfaat) maka dapat diwariskan.
2. Pembatalan akad ijarah dengan iqalah, yaitu mengakhiri suatu akad atas kesepakatan
kedua belah pihak. Diantara penyebabnya adalah terdapat aib pada benda yang disewa
yang menyebabkan hilang atau berkurangnya manfaat pada benda itu.
3. Sesuatu yang diijarahkan hancur, rusak atau mati misalnya hewan sewaan mati, rumah
sewaan hancur. Jika barang yang disewakan kepada penyewa musnah, pada masa sewa,
perjanjian sewa menyewa itu gugur demi hukum dan yang menanggung resiko adalah pihak
yang menyewakan.
4. waktu perjanjian akad ijarah telah habis, kecuali ada uzur atau halangan. Apabila ijarah
telah berakhir waktunya, maka penyewa wajib mengembalikan barang sewaan utuh seperti
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
123 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
semula. Bila barang sewaan sebidang tanah sawah pertanian yang di tanami dengan tanaman
padi, maka boleh ditangguhkan padinya bisa dipetik dengan pembayaran yang sebanding
dengan tenggang waktu yang diberikan.

PENGAKUAN DAN PENGUKURAN TRANSAKSI DALAM AKUNTANSI BANK SYARIAH

BANK SEBAGAI PEMILIK OBJEK SEWA


Objek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat perolehan objek sewa dan disusutkan
sesuai dengan :
1. Kebijakan penyusutan pemilik objek sewa untuk aktiva sejenis jika merupakan ijarah; dan
2. Masa sewa jika merupakan transaksi ijarah muntahiyah bittamlik.

Pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diakui selama masa akad secara
proporsional kecuali pendapatan ijarah muntahiyah bittamlik memulai penjualan secara
bertahap maka besar pendapatan setiap periode akan menurun secara progresif selama
masa akad karena adanya pelunasan bagian per bagian objek sewa pada setiap periode
tersebut.

Piutang pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik diukur sebesar nilai bersih
yang dapat direalisasikan pada akhir periode pelaporan. Jika biaya akad menjadi beban
pemilik objek sewa maka biaya tersebut dialokasikan secara konsisten dengan alokasi
pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik selama masa akad.

Pengakuan biaya perbaikan objek sewa adalah sebagai berikut :


1. Biaya perbaikan tidak rutin objek sewa diakui pada saat terjadinya;
2. Jika penyewa melakukan perbaikan rutin objek sewa dengan persetujuan pemilik objek
sewa, maka biaya tersebut dibebankan kepada pemilik objek sewa dan diakui sebagai
beban pada periode terjadinya pebaikan tersebut; dan
3. Dalam ijarah muntahiyah bittamlik memalui penjualan secara bertahap biaya perbaikan
objek sewa yang dimaksud dalam angka 1 dan 2 ditanggung pemilik objek sewa maupun
penyewa sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing di dalam objek sewa.

Perpindahan hak milik objek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui hibah
diakui pada saat seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan objek sewa yang telah
diserahkan kepada penyewa. Objek sewa yang telah dikeluarkan dari aktiva pemilik objek
sewa pada saat terjadinya perpindahan hak milik objek sewa.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


124 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Perpindahan hak milik objek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan
objek sewa dengan harga sebesar sisa cicilan sewa sebelum berakhirnya masa sewa diakui
pada saat penyewa membeli objek sewa. Pemilik objek sewa mengakui keuntungan atau
kerugian atas penjualan tersebut sebsar selisih antara harga jual dan nilai buku bersih objek
sewa.

Pengakuan pelepasan objek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui


pembayaran sekadarnya adalah sebagai berikut :
1. Perpindahan hak milik objek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan
dan penyewa membeli objek sewa;
2. Objek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik objek sewa pada saat terjadinya perpindahan
hak milik objek sewa;
3. Jika penyewa berjanji untuk membeli objek sewa tetapi kemudian memutuskan untuk tidak
melakukannya dan nilai wajar objek sewa ternyata lebih rendah dari nilai bukunya, maka
selisihnya diakui sebagai piutang pemilik objek sewa kepada penyewa; dan
4. Jika penyewa tidak berjanji untuk membeli objek sewa dan memutuskan untuk tidak
melakukannya, maka objek sewa dinilai sebesar nilai wajar atau nilai buku, mana yang lebih
rendah. Jika nilai wajar objek sewa tersebut lebih rendah dari nilai buku maka selisihnya diakui
sebagai kerugian pada periode berjalan.

Pengakuan pelepasan objek sewa ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan objek sewa
secara bertahap adalah sebagai berikut :
1. Perpindahan hak milik sebagian objek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa telah
diselesaikan dan penyewa menbeli sebagian objek sewa dari pemilik objek sewa;
2. Nilai buku bagian objek sewa yang telah dijual dikeluarkan dari aktiva pemilik objek sewa
pada saat terjadinya perpindahan hak milik bagian objek sewa;
3. Pemilik objek sewa mengakui keuntungan atau kerugian sebesar selisih antara harga jual
dan nilai buku atas bagian objek sewa yang tersisa maka perlakuan akuntansinya.

Dalam ijarah muntahiyah bittamlik, jika objek sewa mengalami penurunan nilai permanen
sebelum perpindahan hak milik kepada penyewa dan penurunan nilai timbul bukan akibat
tindakan penyewa atau kelalaiannya, serta jumlah cicilan ijarah yang sudah dibayar melebihi
nilai sewa yang wajar, maka selisih antara keduanya (jumlah yang sudah dibayar penyewa
untuk tujuan pembelian aktiva dan nilai sewa wajarnya) diakui sebagai kewajiban kepada
penyewa dan dibebankan sebagai kerugian pada periode terjadinya penurunan nilai.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


125 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
BANK SEBAGAI PENYEWA
Beban ijarah muntahiyah bittamlik diakui secara proporsional selama masa akad. Jika biaya
akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut dialokasikan secara konsisten dengan
alokasi beban ijarah atau ijarah muntahiyah bittamlik selama masa akad.

Jika biaya pemeliharaan rutin dan operasi objek sewa berdasarkan akad menjadi beban pada
saat terjadinya. Biaya pemeliharaan rutin dan operasi dalam ijarah muntahiyah bittamlik
melalui penjualan objek sewa secara bertahap akan meningkat secara progresif sejalan
dengan peningkatan kepemilikan objek sewa.

Perpindahan hak milik objek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui hibah diakui pada
saat seluruh pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan objek sewa telah diterima
penyewa. Objek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar nilai wajar pada
saat terjadinya. Penerimaan objek sewa tersebut di sisi lain akan menambah :
1. Saldo laba, jika sumber pendanaan berasal dari modal bank;
2. Dana investasi tidak terikat, jika sumber pendanaan berasal dari simpanan pihak ketiga
3. Saldo laba dan dana investasi tidak terikat, jika sumber pendanaan berasal dari modal bank
dan simpanan pihak ketiga.

Perpindahan hak milik objek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui pembelian objek
sewa dengan harga sebesar sisa cicilan sewa sebelum berakhirnya masa sewa yang diterima
diakui sebagai aktiva penyewa sebesar kas yang dibayarkan.

Pengakuan penerimaan objek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui pembayaran
sekadarnya adalah sebagai berikut :
1. Perpindahan hak milik objek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa ijarah telah
diselesaikan dan penyewa membeli objek sewa dari pemilik objek sewa;
2. Objek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar kas yang dibayarkan

Pengakuan penerimaan objek dalam ijarah muntahiyah bittamlik memalui pembelian objek
sewa bertahap adalah sebagai berikut :
1. Perpindahan hak milik sebagian objek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa ijarah
telah diselesaikan dan penyewa membeli sebagian objek sewa dari pemilik objek sewa
2. Bagian objek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar biaya
perolehannya.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


126 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Objek sewa yang telah dibeli oleh penyewa disusutkan sesuai dengan kebijakan penyusutan
penyewa. Jika objek sewa mengalami penurunan nilai permanen sebalum perpindahan hak
milik kepada penyewa dan penurunan nilai tersebut timbul bukan akibat tindakan penyewa
atau kelalaiannya, serta jumlah cicilan sewa yang sudah dibayar melebihi sewa yang dibayar
melebihi nilai sewa yang wajar, maka selisih antara keduanya (jumlah yang sudah dibayar
penyewa untuk tujuan pembelian aktiva tersebut dan nilai sewa wajarnya) diakui sebagai
piutang jatuh tempo penyewa kepada pemilik sewa dan mengoreksi beban ijarah muntahiyah
bittamlik.

Penjualan dan Penyewaan Kembali


Jika nasabah menjual aktiva kepada bank dan menyewanya kambali, maka perlakuan
akuntansi bank sebagai pemilik objek sewa diterapkan. Jika bankmenjual aktiva kepada
nasabah dan menyewanya kembali, maka perlakuan akuntansi bank sebagai penyewa
diterapkan sebagai berikut :
1. Keuntungan atau kerugian penjualan aktiva diakui bank pada saat terjadinya transaksi
penjual jika penyewaan kembali dilakukan secara ijarah; dan
2. Keuntungan atau kerugian penjualan aktiva dialokasikan sebagai penyesuaian terhadap
beban ijarah selama masa akad jika penyewaan kembali dilakukan secara ijarah
muntahiyah bittamlik.

Sewa dan Penyewaan Kembali


Jika bank menyewakan kepada nasabah aktiva yang sebelumnya disewa oleh bank dari pihak
ketiga, maka perlakuan akuntansi bank sebagai pemilik objek sewa dan penyewa diterapkan.

Penyisihan Kerugian Aktiva Produktif


Penyisihan kerugian aktiva produktif dan piutang yang timbul dari transaksi aktiva produktif
dibentuk sebesar estimasi kerugian aktiva produktif dan piutang yang tidak dapat ditagih
sesuai dengan denominasi mata uang aktiva produktif dan piutang yang diberikan.
Aktiva produktif adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valuta asing yang
ditujukan untuk menghasilkan pendapatan antara lain dalam bentuk pembiayaan
mudharabah, musyarakah, murabahah, salam paralel, dan istishna paralel.
Pendapatan aktiva produktif yang nonperforming diakui pada saat pendapatan tersebut
diterima. Pada saat aktiva produktif diklasifikasikan sebagai nonperforming, pendapatan yang
telah diakui tetapi belum diterima harus dibatalkan.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


127 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
APLIKASI AKUNTANSI TRANSAKSI IJARAH

AKUNTANSI PEMILIK
BPRS ALBARAKAH mendapatkan pengajuan pembiayaan ijarah dari PT. RENCARINDO.
Perusahaan tersebut bermaksud menambah 1 buah armada kendaraan jenis Toyota Camry
keluaran tahun 2008 untuk melayani konsumen di jakarta, spesifikasi kendaraan sbb:
Merek : TOYOTA ALL New CAMRY
Tahun Pembuatan : 2008
Dealer : PT. Toyota Astra Motor (TAM)
Umur Ekonomis : 5 tahun (60 bulan)
Harga Perolehan : Rp 500.000.000,00 (on the roads)
Uang Muka Sewa : Rp 50.000.000,00
Sewa Per Bulan : Rp 15.000.000,00
Jangka Waktu Sewa : 4 tahun (48 Bulan)
Waktu Pembelian Barang : Bulan ke-48
Biaya Notaris : Rp 5.000.000,00

Ilustrasi 1. Pada saat perolehan obyek yang akan disewakan


BPRS ALBARAKAH membeli Toyota Camry dengan harga sebesar Rp 500.000.000,00.
Dr. Aset Ijarah Rp 500.000.000,00
Cr.Kas/Rekening PT. TAM Rp 500.000.000,00

Ilustrasi 2. BPRS ALBARAKAH melakukan transaksi ijarah dengan PT. RENCARINDO dan
atas transaksi tersebut BPRS mencatat dalam jurnal sebagai berikut:
Aset yang Diperoleh untuk Ijarah Rp 500.000.000,00
Aset Ijarah Rp 500.000.000,00
Catatan: pencatan ini dilakukan untuk memberikan informasi dalam neraca bahwa rekening
aset ijarah hanya digunakan untuk aset ijarah yang belum disewakan kepadda pihak lain
sedangkan rekening aset yang diperoleh untuk ijarah digunakan untuk pencatatan pengakuan
aset ijarah yang sudah disewakan oleh pihak lain baik dengan akad ijarah maupun ijarah
muntahiyah bittamlik.

Ilustrasi 3. Pada saat menerima uang muka dari penyewa


Kas/Rekening PT. RENCARINDO Rp 50.000.000,00
Titipan Uang Muka Sewa Ijarah Rp 50.000.000,00

Ilustrasi 4. Biaya Administrasi pengurusan akad ijarah


- Saat PT. RENCARINDO membayar biaya pengurusan pada BPRS ALBAKARAH
Kas/Rekening PT. RENCARINDO Rp 1.500.000,00
Pendapatan Non Operasional Rp 1.500.000,00
- Pada saat BPRS ALBAKARAH membayar biaya notaris
Biaya Notaris (pengurusan akad) Rp 3.000.000,00
Kas Rp 3.000.000,00

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


128 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Ilustrasi 5. Penyusutan aktiva ijarah dengan akad ijarah muntahiyah bittamlik
Obyek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat perolehan obyek sewa dan disusutkan
sesuai dengan:
Kebijakan penyusutan pemilik obyek sewa untuk aktiva sejenis jika merupakan transaksi
ijarah; dan Masa sewa jika merupakan transaksi ijarah muntahiyah bittamlik
Sedangkan Kebijakan penyusutan atau amortisasi yang dipilih harus mencerminkan pola
konsumsi yang diharapkan dari manfaat ekonomi di masa depan dari obyek ijarah. Umur
ekonomis dapat berbeda dengan umur teknis. Misalnya, mobil yang dapat dipakai selam 10
tahun diijarahkan dengan akad ijarah muntahiyan bittamlik selama 5 tahun. Dengan demikian
umur ekonomisnya adalah 5 tahun.
Berkaitan dengan kasus di atas akan diilustrasikan perlakuan akuntansi untuk akuntansi ijarah
dan ijarah muntahiyah bittamlik sebagai berkut:
Besar biaya penyusutan aktiva ijarah per bulan dihitung berdasarkan informasi harga
perolehan dan umur ekonomis obyek, yaitu: Rp 8.333.333
500.000.000 : 60 bulan = 8.333.333
Beban penyusutan Rp 8.333.333
Akumulasi Penyusutan aktiva Ijarah Rp 8.333.333
Jika menggunakan akad ijarah muntahiyah bittamlik dengan tambahan informasi bahwa nilai
residu obyek ijarah adalah Rp 20.000.000,00 dengan masa sewa selama 4 tahun, maka
perhitungan penyusutan obyek ijarah dan perlakuan akuntansinya adlah sebagai berikut:
(500.000.000 – 20.000.000) : 48 bulan = 10.000.000
Beban penyusutan Rp 10.000.000
Akumulasi Penyusutan Aktiva Ijarah Rp 10.000.000

AKUNTANSI PENYEWA
BPRS ALBARAKAH mendapatkan pengajuan pembiayaan ijarah dari sebuah perusahaan
eksportir kerjinan PT HANDICRAFT di Yogyakarta untuk menyediakan mobil ekslusif bagi
manajer perusahaannya. PT HANDICRAFT tidak ingin memiliki mobil tersebut sehingga
hanya bermaksud menyewa saja. Oleh karena itu BPRS ABARAKAH tidak memiliki mobil
yang dimaksud, maka BPRS menghubungi PT RENCARINDO.
Adapun spesifikasi kendaraan yang dimaksud dan informasi lain berkaitan dengan akad
adalah sebagai berikut:
Jenis kendaraan : sedan
Merek : Toyota All New Camry
Kapasitas mesin : 4000 cc
Tahun pembuatan : 2008
Dealer : PT TOYOTA ASTRA MOTOR (TAM)
Umur Ekonomis : 5 tahun (12 bulan)

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


129 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Harga perolehan : Rp. 500.000.000 (OTR)
Uang muka sewa : Rp. 50.000.000
Sewa per bulan : Rp. 15.000.000
Jangka waktu sewa : 4 tahun (48 bulan)
Waktu pembelian barang : bulan ke-48
Biaya notaris : Rp 3.000.000

Ilustrasi 1. Beban Ijarah


1. Pada saat pembayaran sewa
1. Jika dalam satu periode
Biaya Sewa Aset Ijarah (D) Rp 15.000.000
Kas/Rekening Pemilik Obyek Ijarah (K) Rp 15.000.000
Catatan: Biaya sewa obyek ijarah selama satu bulan
2. Jika lebih dari satu periode
Sewa Dibayar Dimuka (D) Rp 720.000.000
Kas/Rekening Pemilik Obyek Ijarah (K) Rp 720.000.000
Catatan: biaya sewa untuk 4 tahun (Rp 15.000.000 x 48 bulan)
- Pada saat amortisasi sewa dibayar dimuka (per bulan)
Biaya sewa aset ijarah (D) Rp 15.000.000
Sewa dibayar dimuka aset ijarah (K) Rp 15.000.000
Catatan: amortisasi dihitung dari total sewa dibayar dimuka dibagi masa sewa
- Pada saat perbaikan aset ijarah atas beban pemilik obyek ijarah
Jika BPRS ALBARAKAH melakukan perbaikan atas aset ijarah yang disewa karena
kerusakan sehingga mengeluarkan biaya perbaikan sebesar Rp 20.000.000.
Pituang kepada pemilik obyek ijarah (D) Rp 20.000.000
Kas/Rekening pemilik obyek Ijarah (K) Rp 20.000.000

Ilustrasi 2. Perpindahan hak milik obyek


Aset diperoleh untuk ijarah Rp. 500.000.000
Akumulasi penyusutan aset ijarah ( Rp. 480.000.000 )
(setelah 4 tahun 48 bulan – perbulan Rp10.000.000)
Nilai residu Rp. 20.000.000
- Pada saat penerimaan pengalihan obyek sewa dalam IMBT
1. Melalui hibah pada saat seluruh pendapatan sewa telah dibayar dan obyek ijarah tidak
memiliki nilai sisa.
1. Jika sumber pembayaran sewa aset ijarah berasal dari LKS
Aset Ijarah (D) Rp 500.000.000
Pendapatan Operasi Lainnya (K) Rp. 500.000.000
Catatan: Seluruh pendapatan merupakan hak dari LKS seluruhnya.
2. Jika sumber pembayaran sewa aset ijarah berasal dari investasi tidak terikat

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


130 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Aset Ijarah (D) Rp 500.000.000
Pendapatan Operasi Utama Lainnya (K) Rp 500.000.000
Catatan: seluruh pendapatan harus dibagihasilkan juga kepada pemegang rekening investasi
mudharabah sesuai kesepakatan nisbah.

3. Jika sumber pembayaran sewa aset ijarah berasal dari investasi tidak terikat dan modal
LKS
Aset ijarah (D) Rp 500.000.000
Pendapatan operasi lainnya (K) Rp 250.000.000
Pendapatan utaman operasi lainnya (K) Rp 250.000.000
Catatan: pendapatan yang diakui sebagai pendapatan operasi utama lainnya harus
dibagihasilkan juga kepada pemegang rekening investasi mudharabah sesuai kesepakatan
nisbah sedangkan pendapatan lainnya menjadi hak sepenuhnya LKS.
b. Melalui pembelian obyek ijarah sebelum berakhirnya masa sewa dengan harga beli sebesar
sisa cicilan sewa atau sekedarnya.
Misalnya sisa cicilan yangbbelum dibayarkan sebesar Rp. 60.000.000
Aset Ijarah (D) Rp. 60.000.000
Aset/Rekening Pemilik Objek Ijarah Rp.60.000.000
Catatan: jika nilai sisa cicilan dan nilai buku obyek ijarah sama

Pembatalan penjualan/perpindahan obyek ijarah oleh pemilik


Jika penyewa membatalkan penjualan objek ijarah kepada penyewa dan nilai wajar obyek
sewa lebih rendah dari nilai buku dan dibebankan kepada penyewa/lessor, seperti yang
diilustrasikan sebelumnya.
Beban pembatalan Pembelian Rp. 20.000.000
Kas/hutang Pemilik Objek Ijarah Rp. 20.000.000

Ilustrasi 3. Penurunan Nilai Sebelum Perpindahan Hak


Jika penurunan nilai tersebut timbul akibat tindakan penyewa atu kelalaiannya, serta jumlah
cicilan sewa yang sudah dibayar melebihi nilai sewa yang wajar, maka selisihnya diakui
sebagai piutang jatuh tempo penyewa kepada pemilik sewa dan mengoreksi beban IMBT.
Apabila masa sewa diketahui terjadi penurunan kualitas obyek sewa dan bukan disebabkan
kelalaian LKS sebagai penyewa yang mengakibatkan jumlah cicilan yang telah dibayar lebih
besar dari nilai sewa yang wajar. Misalnya obyek ijarah mengalami penurunan nilai wajar
karena kerusakan kendaraan sehingga mengakibatkan adanya selisih nilai sewa wajar
dengan nilai sewa yang dibayarkan yaitu terdapat kelebihan sebesar Rp 50.000.000, maka
LKS akan mencatatnya dalam jurnal sebagai berikut:
Kas/Rekening Piutang kepada Pemilik Obyek Ijarah Rp. 50.000.000
Pendapatan kelebihan Pembayaran Sewa Rp. 50.000.000
Catatan: pendapatan kelebihan pembayaran sewa merupakan offsetting account dari beban
sewa
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
131 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Ilustrasi 4. Jual Beli dan Ijarah ( Penyewaan Kembali)
Transaksi jual dan ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak saling
bergantungan (ta’alluq) sehingga harga jual harus dilakukan pada nilai wajar. Jika suatu
entitas menjual obyek ijarah kepada entitas lain dan kemudian menyewanya, maka entitas
tersebut mengakui keuntungan atau kerugian pada periode terjadinya penjualan dalam
laporan laba rugi dan menerapkan perlakuan akuntansi penyewa. Keuntungan atau kerugian
yang timbul dari transaksi jual dan ijarah tidak dapat diakui sebagai pengurang atau
penambah beban ijarah.

Ilustrasi 5. Ijarah- Lanjut (Menyewakan Kembali)


Jika suatu entitas menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain atas asset yang sebelumnya
disewa dari pemilik, maka entitas tersebut menerapkan perlakuan akuntansi pemilik dan
akuntansi penyewa dalam PSAK ini.
Perlakuan akuntansi penyewa diterapkan untuk transaksi antara entitas (sebagai penyewa)
dengan pemilik dan perlakuan akuntansi pemilik diterapkan untuk transaksi antara entitas
(sebagai pemilik) dengan pihak penyewa-lanjut.
Jurnal pada saat membayar sewa kepada pemilik obyek ijarah.
Uang Muka Sewa Rp. 50.000.000
Kas Rp. 50.000.000
Jurnal pada saat menerima pendapatan sewa dari nasabah
Kas Rp. 18.000.000
Pendapatan Sewa Rp. 18.000.000
Catatan: LKS menyewakan kembali barang pada nasabah Rp 18.000.000/bln
Jurnal pada saat amortisasi dari uang muka sewa obyek ijarah
Beban Sewa Rp. 15.000.000
Sewa Dibayar Dimuka Rp. 15.000.000
Catatan: harga sewa sesuai dengan informasi di atas

Penyajian dalam laporan laba rugi dalam suatu periode tertentu


Pendapatan sewa obyek ijarah Rp 18.000.000
Pengeluaran (berkaitan obyek ijarah)
Beban sewa kepada pemilik awal* Rp 15.000.000
Beban pemeliharaan** Rp 500.000
Beban Lain-lain 0
Total Pengeluaran (Rp15.500.000)
Pendapatan bersih ijarah yang dibagihasilkan Rp 2.500.000
Catatan:
* Beban sewa kepada pemilik merupakan amortisasi dari sewa dibayar di muka yang diakui
sebagai pengeluaran LKS pada periode tersebut.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


132 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

Ahmad Ifham Sholihin, 2010, Buku Pintar Ekonomi Syariah, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
DSAK IAI, 2007, KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PELAPORAN KEUANGAN
BANK SYARIAH, Jakarta
DSAK IAI, 2007, PSAK 107, Jakarta
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia no: 09/DSN-MUI/IV/2000, 27/DSN-
MUI/2000, 44/DSN-MUI/2004, Jakarta
Firdaus Furywardhana SE, SS, MSi, Akuntansi Syariah, PPPS 2009 (Pendidikan dan
Pelatihan Perbankan Syariah), Jogjakarta
Rizal Yaya, Aji Erlangga, Ahim Abdurahim., 2014, Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi 2.
Salemba Empat. Jakarta

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


133 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN

Perbankan
Syariah
Pokok Bahasan
QARDH
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

14
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 84048 Mohamad Torik L Buana, SE, MM

Abstract Kompetensi
Pinjaman Bersifat Sosial Memahami Konsep Qardh

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


134 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Pembahasan
QARDH

Menurut istilah al-qardh secara lughawi (etimologi) berarti (terputus). Harta yang
dihutangkan kepada pihak lain dinamakan qardh karena ia terputus dari pemiliknya. Dan
menurut istilah (terminologinya), al-qardh sesuai dengan definisi yang berkembang di
kalangan Fuqaha adalah sebagai berikut: “Al-qardh adalah akad penyerahan (pemilikan)
harta al-misliyat kepada orang lain untuk ditagih pengembaliannya, atau dengan pengertian
lain,” suatu akad yang bertujuan untuk menyerahkan harta misliyat kepada pihak lain untuk
dikembalikan yang sejenis dengannya.” Sedangkan menurut Sayyid Sabbiq, bahwa al-Qardh
adalah: "Sesuatu/harta yang diberikan oleh orang yang menghutangi kepada penghutang
dengan pengembalian yang sama pada saat penghutang sudah mampu mengembalikan”.
Secara terminologi, qardh berarti menyerahkan harta kepada orang yang
menggunakannya untuk dikembalikan gantinya ada suatu saat. Qardh merupakan transaksi
yang diperbolehkan oleh syariah dengan menggunakan skema pinjam-meminjam. Akad
qardh merupakan akad yang memfasilitasi peminjaman sejumlah dana tanpa adanya
pembebanan bunga atas dana yang dipinjam oleh nasabah.
Al-qardh secara bahasa artinya adalah al-qath’u (memotong). Dikatakan demikian
kerana pemberi utang (muqrid) memotong sebagian hartanya dan memberikannya kepada
pengutang. Adapun definisinya secara syara’ adalah pemberian harta kepada orang yang
mengambil manfaatnya, lalu orang tersebut mengembalikan gantinya. Menurut ulama
Hanafiyah, qardh merupakan akad khusus pemberian harta mitsli kepada orang lain dengan
adanya kewajiban pengembalian semisalnya.
Al-qardh adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara peminjam dan pihak yang memberikan
pinjaman yang mewajibkan peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu.
(Zuhaili, 1989, IV, hal.720)

SUMBER / LANDASAN HUKUM


Sumber hukum qardh , yaitu:
1. Al Qur’an “Dan jika ia (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, berilah tangguh sampai ia
berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua hutang) itu, lebih baik bagimu,
jika kamu mengetahui.” (QS.2:208)
2. As-Sunnah “Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan
melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


135 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
ia (suka) menolong saudaranya” (HR. Muslim) Dari Abu Qatadah: ”Wahai Rasulullah,
bagaimanakah aku berjihad dengan jiwa dan hartaku, aku bertempur penuh sabar demi
mengharap pahala Allah dan maju terus pantang mundur, apakah aku masuk surga?”
Rasulullah menjawab: “ya” Beliau mengatakan sebanyak tiga kali, kemudian ia bersabda:
“kecuali jika kamu mati dan kamu punya utang serta kamu tidak membayarnya….” (HR.
Muslim)
Telah dihadapkan kepada Rasulullah (mayat seorang lelaki untuk dishalatkan)….Rasulullah
bertanya, “Apakah dia mempunyai warisan?” para sahabat menjawab “tidak”, Rasulullah
bertanya lagi, “apakah dia mempunyai hutang?” para sahabat menjawab “ya, sejumlah tiga
dinar”. Rasulullah pun menyuruh para sahabat untuk menshalatkannya (tetapi beliau sendiri
tidak). Abu Qatadah lalu berkata: “ saya menjamin utangnya ia Rasulullah”. Maka Rasulullah
pun menshalatkan mayat tersebut. (HR. Bukhari).

RUKUN DAN KETENTUAN SYARI’AH


Menurut fatwa DSN-MUI No. 19/DSNMUI/IV/2001, sebagai berikut:
1) Peminjam (muqtaridh)
2) Pemberi pinjaman (muqridh)
3) Jumlah dana (qardh)
4) Ijab qabul (shigat)

Rukun qardh ada tiga , yaitu:


1. Pelaku, terdiri atas: pemberi dan penerima pinjaman
2. Obyek akad, berupa uang yang dipinjamkan
3. Ijab Kabul/serah terima

Ketentuan syari’ah, yaitu:


1. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh
2. Obyek akad
1. Jelas nilai pinjamannya dan waktu pelunasannya
2. Peminjam diwajibkan membayar pokok pinjaman pada waktu yang telah disepakati, tidak
boleh diperjanjikan aka nada penambahan atas pokok pinjamannya. Namun peminjam
dibolehkan memberikan sumbangan sukarela.
3. Apabila memang peminjam mengalami kesulitan keuangan maka waktu peminjaman
dapat diperpanjang atau mengauskan sebagian atau seluruh kewajibannya. Namun jika
peminjam lalai maka dapat dikenakan denda.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


136 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
3. Ijab Kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela di antara pihak-ihak pelaku
yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara
komunikasi modern.

SKEMA QARDH

Pertama: bank syariah melakukan evaluasi dan seleksi terhadap kelayakan nasabah
menerima pinjaman qardh. Evaluasi dan seleksi lebih dilihat pada aspek kesesuaian nasabah
dengan criteria yang ditetapkan bagi penerima dana qardh yang bersifat sosial. Selanjutnya,
kedua belah pihak menyepakati akad qardh.
Kedua: setelah akad qardh disepakati, bank syariah selanjutnya menyerahkan dana qardh
sesuai dengan yang disepakati.
Ketiga: nasabah melakukan pengembalian pinjaman qardh sebesar yang dipinjam, baik
secara langsung keseluruhan maupun cicilan.

SUMBER DANA QARDH

Sumber dana pinjaman qardh dapat berasal dari internal dan eksternal bank. Sumber
pinjaman qardh yang berasal dari eksternal bank berasal dari dana infaq, sedekah dan
sumber dana non-halal, sedangkan pinjaman qardh yang berasal dari internal bank adalah
ekuitas bank syariah.
Sumber dana qardh dapat berasal dari
1. Bagian modal LKS,
2. Keuntungan LKS yang disisihkan; dan
3. Lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran infaqnya kepada LKS.

PENGGUNAAN QARDH

Transaksi qardh pada dasarnya merupakan transaksi yang bersifat sosial karena tidak
diikuti dengan pengambilan keuntungan dari dana yang dipinjamkan. Kendati demikian,
transaksi ini juga bermanfaat bagi bank syariah untuk memfasilitasi berbagai keperluan bank
syariah dalam hal:
1. Pemenuhan tangguang jawab sosial bank syariah untuk membantu mengembangkan
usaha kecil mikro yang memerlukan dana tanpa bunga.
2. Menyalurkan dana sosial yang dihimpun oleh bank syariah, baik dari dana yang sesuai
dengan syariah, seperti dana infaq, sedekah, hibah, dendan dan lainnya maupun yang tidak

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


137 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
sesuai dengan syariah, seperti bunga bank konvensional yang tidak dapat dihindari terkait
dengan pembukaan giro dan sebagainya di bank konvensional.
3. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan bonafiditasnya
yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif pendek, ataupun nasabah
yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak dapat menarik karena dananya tersimpan
di bank syariah dalam bentuk deposito.
4. Sebagai skema khusus membantu pegawai bank syariah yang membutuhkan pinjaman
untuk kebutuhan yang bersifat insidental.
5. Pengambilalihan utang bank konvensional kepada bank syariah. Pengambilalihan tersebut
didahului dengan bank syariah memberikan dana qardh kepada nasabah.

TUJUAN/MANFAAT
Tujuan dan manfaat qardh adalah:
1. Bagi bank Manfaat pembiayaan berdasarkan akad qardh bagi bank adalah sebagai salah
satu bentuk penyaluran dana termasuk dalam rangka pelaksanaan fungsi bank untuk
mendapatkan fee dan jasa lain yang disertai pemberian fasilitas qardh.
2. Bagi nasabah Manfaat transaksi pembiayaan qardh bagi nasabah adalah sebagai sumber
pinjaman yang bersifat nonkomersial. Selain itu bagi nasabah, qardh merupakan sumber
pembiayaan bagi nasabah yang membutuhkan dana talangan antara lain terkait dengan
garansi dan pengambilalihan kewajiban.
Pinjaman Qardh bertujuan untuk diberikan pada orang yang membutuhkan atau tidak memiliki
kemampuan finansial untuk tujuan social atau untuk kemanusiaan.
Cara pelunasan dan waktu pelunasan pinjaman ditetapkan bersama antara pemberi dan
penerima pinjaman.
Biaya administrasi dalam jumlah yang terbatas diperkenankan untuk dibebaskan kepada
peminjam, jika peminjam mengalami kerugian bukan karena kelalaiannya maka kerugian
tersebut dapat mengatasi jumlah pinjaman.

KETENTUAN QARDH
Ketentuan Umum al-Qardh
1. Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang memerlukan.
2. Nasabah al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang
telah disepakati bersama.
3. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.
4. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu.
5. Nasabah al-Qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada
LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad.
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
138 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
6. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat
yang telah disepakati dan LKS telah memastikan ketidakmampuannya, LKS dapat:
1. memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau
2. menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.

Ketentuan yang terkait dengan transaksi pinjaman qardh meliputi berbagai aspek, antara lain:
1. Larangan mensyaratkan tambahan pengembalian atas suatu pinjaman;
2. Larangan menunda pembayaran pinjaman bagi orang yang mampu;
3. Perintah meringankan beban orang yang kesulitan membayar pinjaman;
4. Pembolehan mengenakan biaya administrasi; dan
5. Pembolehan sanksi pada peminjam yang mampu, tetapi melalaikan kewajibannya.

SANKSI
1. Dalam hal nasabah tidak menunjukkan keinginan mengembalikan sebagian atau seluruh
kewajibannya dan bukan karena ketidak-mampuannya, LKS dapat menjatuhkan sanksi
kepada nasabah.
2. Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah sebagaimana dimaksud butir 1 dapat berupa --
dan tidak terbatas pada-- penjualan barang jaminan.
3. Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus memenuhi kewajibannya secara
penuh

PERLAKUAN AKUNTANSI QARDH

Pelaporan akuntansi qardhul hasan disajikan sendiri dalam laporan sumber dan penggunaan
dana qardhul hasan, karena dana tersebut bukan aset perusahaan.
Oleh sebab itu, seluruhnya dicatat dengan akun dana kebajikan dan dibuat buku besar
pembantu atas dana kebajikan berdasarkan jenis dana kebajikan yang diterima atau
dikeluarkan.

Bagi Pemberi Pinjaman


1. Saat menerima dana sumbangan dari pihak eksternal, jurnal:
Dr. Dana kebajikan-Kas
Cr. Dana kebajikan-infak/sedekah/hasil wakaf

2. Untuk penerimaan dana yang berasal dari denda dan pendapatan nonhalal, jurnal:
Dr. Dana kebajiakn-kas
Cr. Dana kebajikan denda/pendapatan non halal

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


139 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
3. Untuk pengeluaran dalam rangka pengalokasian dana qardhul hasan, jurnal:
Dr. Dana kebajikan-dana kebajikan produktif
Cr. Dana kebajikan-kas

4. Untuk penerimaan saat pengembalian dari pinjaman untuk qardhul hasan, jurnal:
Dr. Dana kebajikan-kas
Cr. Dana kebajikan-dana kebajikan poduktif

Bagi Pihak yang Meminjamkan


1. Saat menerima uang pinjaman, jurnal:
Dr. Kas
Cr. Utang
2. Saat pelunasan, jurnal
Dr. Utang
Cr. Kas

Sedangkan dalam PSAK No. 59 tahun 2002 yang mengatur pengakuan dan pengukuran
pinjaman qardh, menjadikannya kedalam dua hal.
Yang pertama, dalam hal bank sebagai peminjam qardh, kelebihan pelunasan kepada
pemberi pinjaman qardh diakui sebagai beban. Dan dalam hal bank sebagai pemberi
pinjaman qardh.
Dalam hal bank yang memberikan pinjaman, maka bank akan membuat pencatatan sebagai
berikut:
1) Pada saat memberikan pinjaman qardh:
Dr. Piutang qardh
Cr. kas
2) Pada saat menerima pelunasan di tambah kelebihan pembayaran:
Dr. Kas
Cr. Piutang qardh
Cr. Pendapatan qardh

Dalam hal bank sebagai peminjam qardh, maka bank akan membuat jurnal untuk
mencatatnya sebagai berikut:
1) Pada saat menerima pinjaman:
Dr. Kas
Cr. Utang qardh
2) Pada saat pelunasan utang qardh ditambah kelebihan pembayaran:
Dr. Utang qardh
Dr. Belian qardh
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
140 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Cr. Kas
Sedangkan dalam PAPSI tahun 2003, perlakuan akuntasi qardhul hasan sebagai berikut:
1) Pada saat pinjaman qardh diberikan
Dr. pinjaman qardh
Cr. Kas / rekening nasabah / kliring
2) Pada saat penerimaan biaya administrasi
Dr. kas
Cr. Pendapatan operasional lainnya – pendapatan administrasi pinjaman qardh
3) Pada saat penerimaan biaya imbalan
Dr. kas
Cr. Pendapatan operasional lainnya -
4) Pada saat pelunasan / cicilan
Dr. kas / rekening nasabah / kliring
Cr. Pinjaman qardh
5) Pada saat penghapusan pinjaman qardh
Dr. cadangan penyisihan kerugian pinjaman qardh
Cr. Pinjaman qardh

Pengungkapan Akuntansi Qardh


Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:
1. Rincian jumlah pinjaman qardh berdasarkan sumber dana, jenis penggunaan dan
sektor ekonomi;
2. Jumlah pinjaman qardh yang diberikan kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa;
3. Kebijakan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian risiko pinjaman qardh; dan
4. Ikhtisar pinjaman qardh yang dihapus buku yang menunjukkan saldo awal, penghapusan
selama tahun berjalan, penerimaan atas pinjaman qardh yang telah dihapusbukukan
dan pinjaman qardh yang telah dihapustagih dan saldo akhir pinjaman qardh yang dihapus
buku.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


141 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Ahmad Ifham Sholihin, 2010, Buku Pintar Ekonomi Syariah, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
DSAK IAI, 2007, KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PELAPORAN KEUANGAN
BANK SYARIAH, Jakarta
DSAK IAI, 2007, PSAK 59, Jakarta
DSN-MUI, 2000, Fatwa No. 19, QARDH
Firdaus Furywardhana SE, SS, MSi, Akuntansi Syariah, PPPS 2009 (Pendidikan dan
Pelatihan Perbankan Syariah), Jogjakarta
Rizal Yaya, Aji Erlangga, Ahim Abdurahim., 2014, Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi 2.
Salemba Empat. Jakarta

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


142 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIAHAN

Perbankan
Syariah
Pokok Bahasan
ZAKAT dan
Transaksi Berbasis Imbalan
DALAM BANK SYARIAH
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

15
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 84048 Mohamad Torik L Buana, SE, MM

Abstract Kompetensi
Sistem Zakat dan Transaksi Lain Memahami Konsep Operasional non
Penghimpunan dan Penyaluran Dana

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


143 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Pembahasan
ZAKAT
Dalam Islam, Zakat adalah rukun iman yang keempat setelah puasa di bulan
Ramadhan. Zakat merupakan salah satu dari rukun iman yang wajib dilaksanakan oleh setiap
umat muslim. Karena dengan membayar zakat dapat mensucikan dan membersihkan harta
dan jiwa kita. Allah adalah pemilik mutlak alam semesta dan isinya, sehingga harta kekayaan
yang dimiliki manusia hanyalah titipan yang sementara, dimana manusia diberi kekuasaan
untuk mengelolanya.

Syarat dan Wajib Zakat


1. Islam,
berarti mereka yang beragama Islam baik anak-anak atau sudah dewasa, berakal sehat
atau tidak.
2. Merdeka,
berarti bukan budak dan memiliki kebebasan untuk melakukan dan menjalankan seluruh
syariat Islam.
3. Nisab
Memiliki satu nisab dari salah satu jenis harta yang wajib dikenakan zakat dan cukup haul.

Syarat harta kekayaan yang wajib dizakatkan atau objek zakat.


1. Halal
Halal tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan yang halal (sesuai dengan
tuntunan syariah).
2. Milik penuh
Artinya kepemilikan disini berupa hak untuk penyimpanan, pemakaian, pengelolaan yang
diberikan Allah SWT kepada manusia, dan dilamnya tidak ada hak orang lain.
3. Berkembang
Menurut ahli fikih, “harta yang berkembang” secara etimologiberarti “harta tersebut
bertambah”, tetapi menurut istilah bertambah itu terbagi menjadi dua yaitu bertambah secara
nyata dan bertambah secara tidak nyata.
4. Cukup nisab
Nisab yaitu jumlah mminimal yang menyebabkan harta terkena kewajiban zakat.
5. Cukup haul

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


144 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Haul adalah jangka waktu kepemilikan harta ditangan si pemilik sudah melampaui dua belas
bulan Qamariyah. Persyaratan setahun ini hanya untuk objek zakat berupa ternak, uang, dan
harta benda dagang.
6. Bebas dari utang
Dalam menghitung cukup nisab, harta yang dikeluarkan zakatnya harus bersih dari hutang,
karena ia dituntut atau melunasi hutangnya tersebut.
7. Lebih dari kebutuhan pokok
Kebutuhan adalah sesuatu yang betul-betul diperlukan untuk kelangsungan hidup secara
rutin; seperti kebutuhan sehari-hari.

Jenis Zakat
Ada dua jenis zakat:
1. Zakat jiwa/ zakat fitrah
Adalah zakat yang diwajibkan kepada setiap muslim setelah matahari terbenam akhir bulan
Ramadhan. Lebih utama dibayar sebelum shalat ‘idul fitri, karena jika bayar setelah shalat ied,
maka sifatnya seperti sedekah biasa bukan zakat fitrah.
2. Zakat harta
Zakat harta adalah zakat yang boleh di bayar pada waktu yang tidak tertentu, mencakup hasil
perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak
serta hasil kerja profesi, yang masing-masing memiliki perhitungan sendiri-sendiri dan cukup
nisab.

Sumber Dana Zakat di Bank Syariah


Sumber dana zakat di bank syariah terdiri atas:
1. Zakat dari dalam entitas bank syariah.
2. Dana zakat dari pihak luar entitas bank syariah (termasuk zakat dari nasabah)

Penyaluran Dana Zakat


Penyaluran dana zakat dibatasi pada 8 golongan (asnaf) yang sudah ditentukan oleh syariah:
1. Fakir yaitu orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk
memenuhi penghidupannya.
2. Miskin yaitu orang yang tidak cukup penghidupannya, dan dalam keadaan kekurangan.
3. Amil yaitu orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.
4. Muallaf yaitu orang kafir yang ada harapan untuk masuk Islam dan orang yang baru masuk
Islam.
5. Hamba sahaya (riqab) yaitu untuk memerdekakan budak, mencakup juga untuk
melepaskan orang muslim yang ditawan oleh oarang-orang kafir.
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
145 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
6. Ghorimin yaitu orang-orang yang terlilit utang karena untuk kepentingan yang bukan
maksiat dan tidak sanggup membayarnya.
7. Orang yang sedang barjihad (fisabililah) yaitu untuk keperluan pertahanan dan kejayaan
Islam dan kemaslahatan kaum muslimin.
8. Ibnu Sabil yaitu orang-orang yang sedang dalam perjalanan bukan maksiat yang
mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.

Batasan-batasan (Nishab) Zakat


Zakat dikeluarkan setelah mencapai batas minimal atas kebutuhan yang dikeluarkan.
Harta dalam Islam dapat menggolongkan pemiliknya ke dalam golongan orang-orang yang
menurut pengertian zakat; manakala telah memenuhi dua syarat, yaitu (Muhammad,
2002:134):
1. Harta itu telah sampai kepada batas minimal yang diistilahkan dengan nishab. Batas
minimal ini diperkirakan untuk barang-barang komoditi seharga 20 dinar emas. Adapaun untuk
hasil-hasil pertanian, jumhur fuqaha (kebanyakan ahli hukum Islam) berpendapat bahwa
setiap tetumbuhan bumi yang ada zakatnya, tidak ada nizabnya yang tertentu.
2. Pemilik harta tetap memiliki senisab ini dalam masa satu tahun penuh selebihnya dari
kebutuhan-kebutuhannya yang asli seperti tempat tinggal, makanan dan pakaian.

Dari ketentuan kewajiban pengeluaran zakat, maka dapat dirumuskan batasan-batasan


yang harus diikuti dalam menentukan standar akuntansi zakat. Menurut Muhammad
(2002:134) dalam Atiya (1984:210-211) dikatakan bahwa:
1. Penilaian current exchange value (nilai tukar sekarang) atau harga pasar. Kebanyakan para
ahli fiqh mendukung bahwa harta perusahaan pada saat menghitung zakat harus dinilai
berdasarkan harga pasar.
2. Aturan satu tahun. Untuk mengukur nilai asset, kalender bulan harus dipakai kecuali untuk
zakat pertanian. Asset ini harus diberlakukan lebih satu tahun.
3. Aturan mengenai independensi. Pengaturan ini berkaitan dengan standar yang diuraikan
di atas. Zakat yang dihitung tergantung pada kekayaan akhir tahun. Piutang pendapatan yang
bukan pendapatan tahun ini dan pendapatan yang dipindahkan ke depan tidak termasuk.
4. Standar realisasi. Kenaikan jumlah diakui pada tahun yang bersangkutan apakah transaksi
selesai atau belum. Dalam hal ini, piutang (transaksi kecil) harus dimasukkan dalam
perhitungan zakat.
5. Yang dikenakan zakat. Nisab (batas jumlah) harus dihitung menurut ketentuan (hadist),
sehingga orang yang tidak cukup dari nisabnya maka tidak berkewajiban di tagih.
6. Net total (gross) memerlukan net income. Setelah satu tahun penuh, biaya, utang, dan
penggunaan keluarga harus dikurangkan dari income yang akan dikenakan zakat.
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
146 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
7. Kekayaan dari aset. Setiap muslim yang memiliki harta atau kekayaan dalam batas waktu
tertentu akan dihitung kekayaannya untuk dikenai zakat.

AKUNTANSI ZAKAT

Beberapa Pemahaman Akuntansi Zakat


1. Al-Maujudat Al-Zakawiyah: yang dimaksud dengan al-maujudat al-zakawiyah adalah jenis
harta yang memenuhi syarat untuk tunduk kepada zakat sesuai dengan macam dan enis
harta.
2. Tanggungan dan tuntutan yang harus dilunasi, yaitu tuntutan-tuntutan yang harus dipenuhi
dari harta yang tunduk kepada zakat yang mengurangi jumlah harta wajib zakat, sehingga
harta yang tunduk kepada zakat merupakan harta yang dimiliki oleh muzakai secara
sempurna, tidak ada tanggungan hutang yang harus dilunasi.
3. Wi’a al-zakat (tempat zakat): yaitu harta bersih yabg harus dikeluarkan zakatnya, wi’a zakat
ini diperoleh dari jenis harta wajib dizakati dikurangi tanggungan dan tututan yang harus
dibayar.
4. Nisab zakat: kadar jumlah harta yang mana ika wi’a zakat (harta wajib zakat setelah
dikurangi semua tuntutan yang harus dibayar) sampai kepada jumlah tersebut, maka harta
tersebut tuduk kepada zakat, sebaliknya jika kurang dari jumlah tersebut maka tidak wajib
dikeluarkan zakatnya.
5. Harga zakat: nisbah prosentase harta yang dikhususkan untuk zakat. Harga zakat ini
berbeda antara zakat satu dengan zakat lainnya.
6. Jumlah zakat: jumlah harta yang dihitung sebagai zakat dengan cara mengalikan tempat
zakat ketika memenuhi nasab dengan harga zakat.

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat laporan akuntansi zakat adalah :
1. Setiap penerimaan dan pengeluaran harus di ketahui termasuk jenis dana apa.
2. Setiap penyaluran dana yang ada harus sesuai dengan ketentuan Syari’ah.
3. Setiap jenis dana yang ada harus dapat di ketahui saldonya.
4. Jika zakat di terima dalam bentuk barang maka prinsip akutansi menghendaki barang
tersebut di nilai dalam satuan moneter (dalam rupiah), sesuai dengan nilai pasarnya (jika
di ketahui) atau nilai taksirannya.
5. Aktiva tetap yang dimiliki boleh disusutkan ataupun tidak

Pembayaran zakat dilakukan apabila nisab dan haulnya terpenuhi dari harta yang
memenuhi kriteria wajib zakat (PSAK 101 paragraf 71). Unsur dasar laporan sumber dan
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
147 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
penggunaan dana zakat meliputi sumber dana, penggunaan dana, penggunaan dana selama
satu jangka waktu, serta saldo dana zakat yang menunjukan dan azakat yang belum
disalurkan pada tanggal tertentu (paragraf 72). Dalam hal ini, dana zakat tidak diperkenankan
untuk menutup penyisihan kerugian aset produktif.

Jurnal Akuntansi Zakat


1.Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset lainnya diterima dan diakui sebagai
penambah dana zakat.
Jika diterima dalam bentuk kas :
Kas - Dana Zakat (D) xxx
Dana Zakat (K) xxx
Jika diterima dalam bentuk non kas maka diakui sebesar nilai wajar aset
Aset non kas (D) xxx
Dana Zakat (K) xxx
2.Dana zakat diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian amil dan dana zakat untuk
bagian non amil
Kas / Aset non kas (D) xxx
Dana amil - amil xxx
Dana Zakat - non amil xxx
3.Penyaluran zaakat kepada mustahiq
1. jika pemberian dilakukan dalam bentuk kas,
Dana Zakat (D) xxx
Kas- Dana Zakat (K) xxx

2. jika pemberian dilakukan dalam bentuk non kas, maka dicatat berdasarkan jumlah yang
tercatat
Dana Zakat (D) xxx
Aset non kas - dana zakat (K) xxx

DANA KEBAJIKAN
Dana kebajikan merupakan dana sosial diluar zakat yang berasal dari masyarakat yang
dikelola oleh bank syariah. Dana kebajikan bisa juga disebut dengan dana qardh. PSAK 59
dan PAPSI menggunakan istilah qardh dan bukan istilah dana kebajikan. Akan tetapi, pada
PSAK 101, istilah ini diganti dengan istilah “Dana Kebajikan”. Tidak ada keterangan resmi
alasan penggantian istilah ini dalam PSAK 101. Akan tetapi, adanya istilah dana kebajikan
memberi fleksibilitas dalam sumber maupun penggunaan dana tersebut, mengingat istilah
qardh lebih tepat digunakan untuk transaksi yang terkait dengan pinjam meminjam tanpa
bunga.

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


148 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Landasan Hukum mengenai Dana Kebajikan
Berdasarkan PSAK 101 paragraf 75, sumber dana kebajikan terdiri atas: Infak,
Sedekah, Hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku,
Pengembalian dana kebajikan produktif, Denda, Pendapatan non-halal, Sumbangan/hibah.
Infak dan sedekah yang dimaksud dalam dana kebajikan adalah semua jenis infak dan
sedekah baik yang peruntukannya ditentukan secara khusus oleh pemberi infak dan sedekah
maupun yang tidak.
Denda merupakan sanksi berupa uang yang dikenakan oleh bank syariah kepada nasabah
yang mampu, tetapi dengan sengaja menunda-nunda pembayaran kewajibannya kepada
bank syariah. Semua penerimaan bank syariah dari nasabah yang merupakan denda
dimasukkan ke dalam dana kebajikan.
Sumbangan atau hibah pada dasarnya merupakan salah satu bentuk sedekah sunah. Akan
tetapi, istilah sumbangan atau hibah secara terminologi dipandang universal, sehingga dapat
menampung bantuan yang mungkin berasal dari orang yang bukan beragama Islam ataupun
dari instansi dan lembaga yang cenderung memilih istilah yang umum dalam memberikan
suatu bantuan.
Pendapatan non-halal merupakan sumber dana kebajikan yang berasal dari transaksi bank
syariah dengan pihak lain yang tidak menggunakan skema syariah.
Untuk keperluan lalu lintas keuangan, bank syariah dalam hal tertentu harus memeiliki
rekening di bank konvensional. Dengan memiliki rekening di bank konvensional, baik yang
ada didalam ataupun diluar negeri, adanya bunga bank dari bank mitra merupakan suatu yang
tidak dapat dihindari. Dalam hal ini, bunga yang diterima tersebut tidak boleh menambah
pendapatan bank syariah, tetapi dimasukkan sebagai tambahan dana kebajikan.
Berdasarkan PSAK 101, dana kebajikan dapat digunakan untuk: Dana kebajikan produktif,
sumbangan dan penggunaan lainnya untuk kepentingan umum.

KEGIATAN BANK SYARIAH BERBASIS IMBALAN (FEE BASED INCOME)

AKAD SHARF
Sharf menurut bahasa adalah penambahan, penukaran, penghindaran, atau transaksi
jual beli. Sharf adalah transaksi jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual
beli atau pertukaran mata uang, dapat dilakukan baik dengan mata uang yang sejenis
(misalnya rupiah dengan rupiah) maupun yang tidak sejenis (misalnya rupiah dengan dolar
atau sebaliknya).

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


149 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Jenis pertukaran transaksi valuta asing
1. Transaksi “spot” yaitu transaksi pembelin dan penjualan valas dan penyerahannya pada
saat itu atau penyelesaiannya maksimal dalam jangka waktu 2 hari, transaksi dibolehkan
secara syariah karena dianggap tunai.
2. Transaksi “foward” yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan
pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang.
3. Transaksi “swap” yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas yang sama dengan
harga foward, hukumnya haram karena ada unsur spekulasi/judi/maisir.
4. Transaksi “option” yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli (call option)
atau hak untuk menjual (put option) yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valas pada
harga dan jangka waktu atau tanggal tertentu, hukumnya haram karena ada unsur
spekulasi/judi/maisir.

Nilai tukar atau kurs mata uang yang telah diketahui oleh kedua belah pihak. Valuta
yang diperjualbelikan telah dikuasai, baik oleh pembeli maupun penjual sebelum keduanya
berpisah. Apabila mata uang atau valuta yang diperjualbelikan itu dari jenis yang sama, maka
jual beli mata uang itu harus dilakukan dalam kuantitas yang sama, sekalipun model dari mata
uang yang berbeda.
Dalam akad sharf tidak boleh ada hak khiyar syarat bagi pembeli. Dalam akad sharf
tidak boleh terdapat tenggang waktu antara penyerahan mata uang yang saling dipertukarkan,
karena sharf dikatakan sah apabila penguasaan objek akad dilakukan secara tunai atau dalam
kurun waktu 2×24 jam (harus dilakukan seketika itu juga dan tidak boleh diutang) dan
perbuatan saling menyerahkan itu harus telah berlangsung sebelum kedua belah pihak yang
melakukan jual beli valuta itu berpisah.

AKAD AL-WAKALAH
Akad wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh suatu pihak kepada pihak lain
dalam hal hal yang boleh diwakilkan. Sebabnya adalah tidak semua hal dapat di wakilkan
contohnya sholat, puasa, bersuci, qishash, talak, dan lain sebagainya.
Al Wakalah atau Al Wikalah atau Tahwidh artinya penyerahan, pendelegasian,
pemberian mandate (Sabiq, 2008). Akad Wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh
satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Sumber hukum dari akad
Al wakalah terdapat pada Al-Qur’an (Qs 18:19) dan As-Sunah. Rukun dan ketentuan Syariah
dalam akad ini adalah sebagai berikut:
Rukun wakalah ada tiga, yaitu; pelaku yang terdiri dari pihak pemberi kuasa/muwakil
dan pihak yang diberi kuasa/wakil, objek akad berupa barang atau jasa, ijab Kabul/serah
terima.
2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
150 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
AKAD AL-KAFALAH (JAMINAN)
Kafalah disebut juga dharman (jaminan), hamalah (beban), dan za’amah
(tanggungan). (Sayid Sabiq, 1997). Adad kafalah yaitu perjanjian pemberian jaminan yang
diberikan oleh penanggung (kafi’il) kepada pihak ketiga (makful lahu) untuk memenuhi
kewajiban pihak kedua atau pihak yang ditanggung (makful anhu/ashil).
Rukun kafalah ada tiga, yaitu; pelaku yang terdiri atas pihak peminjam, pihak yang
beruntung, dan pihak yang berutang; objek akad berupa tanggungan pihak yang berutang
baik berupa barang, jasa maupun pekerjaan; ijab Kabul/serah terima.

AKAD JU’ALAH (HADIAH)


Ju’alah berasal dari kata ja’ala yang memiliki banyak arti yaitu jumlah imbalan,
meletakkan, membuat, menasabkan. Menurut fiqih diartikan sebagai suatu tanggung jawab
dalam bentuk janji memberikan hadiah tertentu secara sukarela terhadap orang yang berhasil
melakukan perbuatan atau memberikan jasa yang belum pasti dapat dilaksanakan atau
sesuai dengan yang diharapkan. Sumber hukum akad ini adalah Al-Qur’an (Qs 12:71) dan
As-Sunah.
Rukun yang terdapat pada akad ini ada empat, yaitu: pihak yang membuat
sayembara/penugasan (al aqid/al ja’il); objek akad berupa pekerjaan yang harus dilakukan (al
maj’ul), hadiah yang akan diberikan (al’jil); ada sighat dari pihak yang menjanjikan (ijab).
Sementara itu ketentuan syariah, yaitu: 1. pihak yang membuat sayembara; cakap hukum dan
balig, 2. objek yang harus dikerjakan; harus mengandung manfaat yang jelas dan boleh
dimanfaatkan sesuai syariah, 3. hadiah yang diberikan harus sesuatu yang bernilai (harta)
dan jumlah harus jelas. 4. sah dengan ijab saja tanpa ada Kabul.

AKAD AL-HIWALAH/ HAWALAH (PENGALIHAN – Anjak Piutang)


Hawalah secara harfiah artinya pengalihan, pemindahan, perubahan warna kulit atau
memikul sesuatu diatas pundak. Objek yang dialihkan dapat berupa utang atau piutang. Pada
dasarnya adalah akad tabaruu’ yang bertujuan untuk saling menolong untuk mengharap ridho
Allah. Terdapat beberapa jenis akad hiwalah diantaranya dapat ditinjau dari:

Segi objek akad, hiwalah dibagi menjadi dua:


Apabila yang dipindahkan itu merupakan hak menagih piutang, maka pemindahan itu disebut
hiwalah al haqq (pemindahan hak)/anjak piutang. Apabila yang dipindahkan itu kewajiban
untuk membayar utang, maka pemindahan itu disebut hiwalah ad-dain (pemindahan utang).
Sisi persyaratan, hiwalah terbagi menjadi dua:

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


151 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Hawalah al-muqayyadah (pemindahan bersyarat)hawalah di mana muhil adalah pihak yang
berutang sekaligus berpiutang kepada muhal’alaih.
Hawalah al-muthlaqah (pemindahan mutlak) hawalah di mana muhil adalah pihak yang
berutang, tetapi tidak berpiutang kepada muhal’alaih.
Rukun dan ketentuan syariah dalam hiwalah adalah sebagai berikut; Rukun hiwalah
ada tiga, yaitu: 1. Pelaku yang terdiri atas pihak yang berutang atau berpiutang atau muhil,
pihak yang berpiutang atau berutang atau muhal, pihak pengambil alih utang atau piutang
atau muhal’alaih. 2. Objek akad adalah adanya utang dan piutang. Selain itu yang 3. ijab
Kabul/serah terima.

AKAD AL-RAHN (PINJAMAN DENGAN JAMINAN)


Rahn tajlisi (fidusia) didefinisikan sebagai : pengalihan hak kepemilikan suatu benda
atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan
tersebut tatap dalam pengusaan pemilik benda. Fidusia sendiri dapat diterapkan untuk barang
bergerak dan barang tidak bergerak, baik berwujud maupun tidak berwujud, sehingga menjadi
lebih luas cakupannya.
Rahn secara harfiah adalah tetap, kekal, dan jaminan. Secara istilah rahn adalah apa
yang disebut dengan barang jaminan, agunan, cagar, atau tanggungan. Rahn yaitu menahan
barang sebagai jaminanatas utang. Akad rahn bertujuan agar pemberi pinjaman lebih
mempercayai pihak yang berutang. Sumber hokum akad rah terdapat pada Al-Qur’an (Qs
2:283) dan As-Sunah.
Rukun al-rahn ada empat diantaranya sebagai berikut; 1. pelaku terdiri atas pihak
yang menggadaikan (rahin) dan pihak yang menerima gadai (murtahin), 2. objek akad berupa
barang yang digadaikan (marhun) dan utang (marhun bih), 3. ijab Kabul/serah terima.

CHARGE CARD DAN SYARIAH CARD (KARTU KREDIT SYARIAH)


Charge card adalah fasilitas kartu talangan yang dipergunakan oleh pemegang kartu
(hamil Al Bithaqah) sebagai alat bayar atau pengambilan uang tunai pada tempat-tempat
tertentu yang harus dibayar lunas kepada pihak yang memberikan talangan (mushdir al
bithaqah) pada waktu yang telah ditetapkan. Syariah card adalah kartu yang berfungsi seperti
kartu kredit yang hubungan hukum (berdasarkan sistem yang sudah ada) antara para pihak
berdasarkan prinsip syariah.
Charge Card dan Syariah Card merupakan salah satu produk dari perbankan syariah,
sedangkan yang digunakan adalah kombinasi dari akad-akad yang telah dijelaskan
sebelumnya. Charge Card adalah fasilitas kartu talangan yang dipergunakan oleh pemegang
kartu (hamil al-bithaqah) sebagai alat bayar atau pengambilan uang tunai pada tempat-tempat

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


152 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
tertentu yang harus dibayar lunas kepada pihak yang member tanlangan pada waktu aynga
telah ditetapkan. (fatwa DSN MUI No. 42/DSN MUI/V/2004)

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


153 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

Ahmad Ifham Sholihin, 2010, Buku Pintar Ekonomi Syariah, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
DSAK IAI, 2007, KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PELAPORAN KEUANGAN
BANK SYARIAH, Jakarta
DSAK IAI, 2007, Jakarta
Firdaus Furywardhana SE, SS, MSi, Akuntansi Syariah, PPPS 2009 (Pendidikan dan
Pelatihan Perbankan Syariah), Jogjakarta
Rizal Yaya, Aji Erlangga, Ahim Abdurahim., 2014, Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi 2.
Salemba Empat. Jakarta

2016 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning


154 Perbankan Syariah. http://www.mercubuana.ac.id

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai