Kopi Bubuk
Kopi Bubuk
Tim Penyusun
Heru Suseno
Nur Hidayati
Tegar Ega Pragita
Muhammad Irfan
Chalid Alonto
Haryanto
Nandaroose Rucky Prasetyaning Galih
i
© 2019 Badan Standardisasi Nasional (BSN)
Direktorat Penguatan Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian
Penanggung Jawab
Heru Suseno
Tim Penyusun
Haryanto
Nandaroose Rucky Prasetyaning Galih
Nur Hidayati
Tegar Ega Pragita
Muhammad Irfan
ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x
Editor
Nandaroose Rucky Prasetyaning Galih
Penerbit
Badan Standardisasi Nasional
Gedung I BPPT, Jl. M.H. Thamrin 8, Kebon Sirih,
Jakarta 10340 – Indonesia
T: 021-3917300 (hunting) | F: 021-3927527
bsn.go.id | perpustakaan.bsn.go.id
Diterbitkan pertama, Maret 2019
Hak cipta dilindungi undang-undang.
ii
KATA PENGANTAR
UMKM merupakan sektor usaha yang mempunyai kontribusi yang sangat besar
dalam perekonomian nasional. Tantangan global dengan persaingan usaha yang semakin
sengit, mengharuskan para pelaku usaha termasuk juga UMKM meningkatkan kualitas
produknya. Kecenderungan atau trend konsumen yang semakin cerdas untuk memilih
produk berkualitas dan aman menjadi tuntutan tersendiri bagi UMKM untuk menghasilkan
produk yang berkualitas dan aman sesuai harapan konsumen.
Menerapkan SNI membutuhkan proses dan tidak bisa instan. Untuk itu perlu
komitmen dan upaya yang sungguh-sungguh dari pelaku usaha untuk menerapkannnya.
Guna mempermudah UMKM dalam menerapkan standar, maka BSN membuat Panduan
Penerapan dan Sertifikasi SNI kepada UMKM. Panduan ini disusun sebagai panduan bagi
UMKM dalam penerapan SNI.
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
Daftar Tabel
Tabel 1. SNI 01-3542-2004 Kopi Bubuk ......................................................................7
Tabel 2. Contoh tim HACCP Kopi bubuk :.................................................................. 20
Tabel 3. Contoh Deskripsi produk............................................................................. 21
Tabel 4. Contoh identifikasi pengguna produk........................................................... 22
Tabel 5. Matriks Risiko Boevee (Matriks Penentuan Signifikasi Bahaya) ...................... 24
Tabel 6. Contoh analisa bahaya ............................................................................... 25
Tabel 7. Tahapan kritis proses produksi kopi bubuk .................................................. 27
Tabel 8. SNI 01-2907-2008 Syarat Mutu Umum Biji Kopi ........................................... 36
Tabel 9. Penyangraian / Roasting biji kopi ................................................................ 43
v
Daftar Gambar
Gambar 1. Contoh lingkungan yang bersih, tidak berdebu, dan bebas dari binatang
pembawa penyakit ....................................................................................................9
Gambar 2. Tempat produksi yang tertata dengan baik .............................................. 10
Gambar 3. Mesin dan peralatan yang digunakan untuk peralatan Kopi ....................... 11
Gambar 4. Bahan baku biji kopi ............................................................................... 12
Gambar 5. Contoh hair net, clemek, dan sarung tangan ............................................ 13
Gambar 6. Produk Kopi bubuk ................................................................................. 14
Gambar 7. Pakaian pelindung karyawan ................................................................... 15
Gambar 8. Contoh bahan kemasan .......................................................................... 15
Gambar 9. Contoh label dan keterangan................................................................... 16
Gambar 10. Penyimpanan Kopi bubuk ...................................................................... 17
Gambar 11. Contoh kemasan kaca ........................................................................... 18
Gambar 12. Contoh formulir pencatatan ................................................................... 19
Gambar 13.Contoh pelatihan pada karyawan/owner.................................................. 19
Gambar 14. Diagram alir pohon penentuan titik kendali kritis atau CCP ...................... 26
Gambar 15. Rantai Nilai Pengolahan Kopi ................................................................. 31
Gambar 16. Jenis Kopi di Indonesia.......................................................................... 32
Gambar 17. Standar Panen Buah Kopi ...................................................................... 33
Gambar 18. Mesin Pengupas Kulit Buah Kopi (kanan) dan Mesin Pengupas Kulit Tanduk
Biji Kopi (kiri) milik Petani Kopi di Segamit, Semende, Muara Enim, Sumsel ................ 34
Gambar 19. Para-para (Meja) Penjemuran Kopi ........................................................ 35
Gambar 20. Perjalanan Kopi dari Buah sampai jadi Minuman ..................................... 35
Gambar 21. Biji Kopi setelah dijemur dan di-huller (dikupas kulit tanduk) ................... 38
Gambar 22. Alat Sortasi Ukuran Biji Kopi Manual....................................................... 39
Gambar 23. Persiapan Uji Citarasa Kopi (Cupping test) .............................................. 40
Gambar 24. Proses Pembuatan Kopi Bubuk .............................................................. 41
Gambar 25. Sortasi Biji Kopi secara Manual-Visual .................................................... 42
vi
Gambar 26. Mesin Sangrai Kopi semi-automatis yang dilengkapi dengan Panel Kontrol
Suhu dan Waktu ..................................................................................................... 43
Gambar 27. Tingkat Warna Sangrai Biji Kopi ............................................................. 44
vii
BAB I UMUM
1
serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang
untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
4. Badan Standardisasi Nasional (BSN) adalah badan yang membantu Presiden
dalam menyelenggarakan pengembangan dan pembinaan di bidang
standardisasi sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2014 tentang
Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian.
5. Komite Akreditasi Nasional (KAN) adalah suatu lembaga non-struktural yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden yang bertugas
menetapkan akreditasi dan memberikan pertimbangan dan saran kepada
Badan Standardisasi Nasional (BSN) dalam menetapkan sistem akreditasi dan
sertifikasi.
6. Akreditasi adalah rangkaian kegiatan pengakuan formal oleh Komite
AkreditasiNasional (KAN), yang menyatakan bahwa sesuatu
lembaga/laboratorium telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan
sertifikasi tertentu.
7. Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang ditetapkan oleh Badan
Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional.
8. Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) adalah suatu lembaga (lembaga
sertifikasi, lembaga inspeksi, laboratorium) yang melakukan kegiatan yang
bertujuan untuk menilai kesesuaian suatu produk, proses, sistem manajemen,
dan atau kompetensi personal terhadap standar atau ketentuan lain yang telah
ditetapkan dan diakreditasi oleh KAN.
9. Sertifikasi adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap barang
dan atau jasa.
10. Lembaga sertifikasi adalah sebuah badan pihak ketiga yang independen, yang
melakukan penilaian dan memberikan sertifikasi kepada badan-badan lain
berdasarkan skema sertifikasi.
11. Tanda SNI adalah tanda sertifikasi yang dibubuhkan pada barang atau
kemasan atau label yang menyatakan telah terpenuhinya persyaratan SNI
melalui sertifikasi yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi.
2
12. Penerapan SNI adalah kegiatan menggunakan SNI oleh pelaku usaha.
13. Kebijakan mutu adalah suatu komitmen pimpinan perusahaan untuk
menerapkan manajemen mutu.
14. Komitmen adalah suatu pernyataan manajemen yang disertai dengan
penyediaan sumberdaya yang diperlukan untuk mengimplementasikannya.
15. Lingkungan kerja adalah suatu kondisi di tempat kerja dan sekelilingnya yang
mempengaruhi kualitas pekerjaan seseorang, meliputi aspek keamanan kerja,
ergonomis, kecukupan prasarana kerja, keselamatan kerja, lingkungan,
keamanan produk, motivasi, dan kepuasan karyawan.
16. Misi adalah suatu komitmen oleh penentu kebijakan/pimpinan organisasi yang
dinyatakan dengan jelas yang berisi tindakan-tindakan yang direncanakan
secara sistematis dan akan dilakukan untuk mencapai visi yang telah
ditetapkan.
17. Visi adalah suatu komitmen oleh penentu kebijakan/pemimpin
perusahaan/organisasi yang dinyatakan dengan jelas mengenai keadaan yang
ingin dicapai pada masa mendatang berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
18. Informasi terdokumentasi adalah informasi dalam bentuk media penyimpanan
yang dipersyaratkan untuk dikendalikan dan dipelihara oleh organisasi
19. Sistematis adalah pendekatan berulang-ulang terhadap penggunaan data dan
informasi sehingga dimungkinkan proses perbaikan dan pembelajaran.
Dengan kata lain pendekatan disebut sistematis jika selalu diberi peluang
untuk dievaluasi, pembelajaran dan pematangan.
20. Strategi umum adalah suatu rencana yang dibuat secara umum untuk
mencapai tujuan jangka panjang suatu perusahaan.
21. Strategi operasional adalah suatu rencana aksi yang dibuat secara rinci untuk
melaksanakan bisnis perusahaan.
22. Biji kopi (Coffee bean) adalah biji dari tanaman Coffea spp. yang tidak terlapisi
kulit (kuliat majemuk dan kulit tanduk) dan belum disangrai. (Pada umumnya
biji kopi ada dua yaitu biji kopi arabika dan kopi robusta karena umum
dibudidayakan oleh petani);
3
23. Biji kopi arabika adalah biji dari tanaman Coffea Arabica yang tumbuh di
ketinggian 900-2000 meter di atas permukaan laut (mdpl), biji biasanya
berbentuk oval dengan garis tengah biji berkelok, memiliki kandungan kafein
antara 0,8% - 1,4% dan jumlah kromosom 44 menyebabkan rasa yang lembut
dan lebih kaya;
24. Biji kopi robusta adalah biji dari tanaman Coffee Robusta yang tumbuh di
ketinggian 0-900 mdpl, bentuk biji cenderung bulat dengan garis tengah lurus,
memiliki kandungan kafein antara 1,7% - 4% dan jumlah kromosom 22
sehingga rasa cenderung lebih pahit;
25. Sortasi adalah proses pemilihan dan pemisahan biji kopi yang superior (masak,
bernas, seragam) dari buah inferior (cacat, hitam, pecah, berlubang dan
terserang hama/penyakit) serta dari kotoran (benda-benda selain biji kopi);
26. Pengolahan kering (dry process) adalah pengolahan buah kopi matang
(cherry) menjadi biji kopi melalui proses sortasi buah, pengeringan
(penjemuran 2-3 minggu), pengupasan kulit kering (hulling), sortasi biji kopi,
pengemasan dan penyimpanan. Pengolahan ini juga disebut natural process
yang bertujuan menimbulkan cita rasa manis atau eksotis buah dengan rasa
asam yang rendah;
27. Pengolahan basah (washed process) adalah pengolahan buah kopi matang
(cherry) menjadi biji kopi melalui proses sortasi, pengupasan kulit majemuk
(pulping), fermentasi (12-36 jam), pencucian, penirisan, pengeringan
(penjemuran), pengupasan, pembersihan, pengemasan dan penyimpanan.
Pengolahan ini bertujuan untuk mengurangi rasa pahit dan menimbulkan rasa
mild pada seduhan kopi;
28. Kopi bubuk adalah biji kopi yang disangrai (roasted) kemudian digiling, dengan
atau tanpa penambahan bahan lain dalam kadar tertentu tanpa mengurangi
rasa dan aromanya serta tidak membahayakan kesehatan;
29. Sangrai (roasting) adalah proses memanaskan biji kopi dalam suhu dan waktu
tertentu dengan menggunakan mesin yang food grade dan dilengkapi dengan
alat ukur atau monitor suhu dan waktu;
4
30. Penggilingan (grinding) adalah proses menggiling biji kopi yang telah disangrai
dan didinginkan dengan tingkat kehalusan tertentu menggunakan mesin giling
yang food grade;
31. Uji citarasa kopi (cupping) adalah pengujian rasa kopi bubuk sebelum dan
setelah diseduh dengan menggunakan indera sensori mengacu pada metode
tertentu, umumnya mengacu ke SCAA (Specialty Coffee Association America).
5
BAB II TAHAPAN PENERAPAN SNI
6
pengujian sesuai dengan parameter SNI kopi bubuk. Pengujian dilakukan di Lab
yang sudah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).
Hasil pengujian sampel dapat menjadi acuan untuk tahap perbaikan
selanjutnya. Jika hasil laporan uji dinyatakan produk tidak memenuhi persyaratan
mutu maka, pelaku usaha wajib melakukan penyempurnaan produk hingga produk
tersebut memenuhi persyaratan. Persyaratan mutu untuk kopi bubuk dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. SNI 01-3542-2004 Kopi Bubuk
Persyaratan
No Kriteria uji Satuan
I II
1 2 3 4 5
1 Keadaan
1.1. Bau - normal normal
1.2. Rasa - normal normal
1.3. Warna - normal Normal
2 Air % b/b maks. 7 maks. 7
3 Abu % b/b maks. 5 maks. 5
4 Kealkalian abu 𝑚𝑙𝑥𝑁. 𝑁𝑎𝑂𝐻 57-64 min. 35
100𝑔
5 Sari kopi % b/b 20-36 maks 60
6 Kafein (anhidrat) % b/b 0.9-2 0.45-2
7 Bahan-bahan lain - tidak boleh ada boleh ada
8 Cemaran logam
8.1 Timbal (Pb) mg/kg maks. 2.0 maks. 2.0
8.2 Tembaga (Cu) mg/kg maks. 30.0 maks. 30.0
8.3 Seng (Zn) mg/kg maks. 40.0 maks. 40.0
8.4 Timah (Sn) mg/kg maks. maks.
40.0/250.0 40.0/250.0
8.5 Raksa (Hg) mg/kg maks. 0.03 maks. 0.03
9 Arsen (As) mg/kg maks. 1.0 maks. 1.0
10 Cemaran mikroba
10.1 Angka lempeng koloni/g maks. 106 maks. 106
total
10.2 Kapang koloni/g maks. 104 maks. 104
7
peraturan Menteri Perindustrian No.75 tahun 2010 Panduan Cara Produksi Pangan
Olahan Yang Baik (Good Manufacturing Practices (GMP)).
Untuk menilai kesesuaian proses produksi dapat menggunakan form Gap
Analisis, berikut ruang lingkup penilaiannya:
1) Lokasi 11) Label dan Keterangan Produk
2) Bangunan 12) Penyimpanan
3) Fasilitasi sanitasi 13) Pemeliharaan dan Program sanitasi
4) Mesin dan Peralatan 14) Pengangkutan
5) Bahan 15) Pemeliharaan wadah dan alat
6) Pengawasan pengangkutan
7) Produk akhir 16) Dokumentasi dan pencatatan
8) Laboratorium 17) Pelatihan
9) Karyawan 18) Penarikan produk
10) Pengemasan 19) Pelaksanaan Panduan
Budidaya dan
Pascapanen Penyangraian Pendinginan Penggilingan Pengemasan
panen
8
Cara produksi pangan yang baik (GMP) dapat sesuai dengan:
a. Permenperind No. 75/M-IND/PER/7/2010 Tentang Panduan Cara
Produksi Pangan Olahan Yang Baik ( Good Manufacturing
Practices )
b. SNI CAC/RCP 1:2011 Tentang Rekomendasi Nasional Kode Praktis
Prinsip Umum Higiene Pangan
c. Peraturan BPOM No. HK 03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012
mengenai Cara Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah
Tangga.
Klausul-klausul atau persyaratan dalam GMP terdapat 18 klausul yang
meliputi : Lokasi sarana produksi; Bangunan dan ruangan; Fasilitas sanitasi;
Mesin dan peralatan; Bahan; Pengawasan; Produk akhir; Laboratorium;
Karyawan; Pengemas; Label dan keterangan produk; Penyimpanan;
Pemeliharaan dan program sanitasi; Pengangkutan; Pemeliharaan wadah dan
pengangkutan; Dokumentasi dan pencatatan; Pelatihan; Penarikan produk;
serta Pelaksanaan panduan. Persyaratan GMP tersebut dijelaskan secara
ringkas dapat dilihat sebagai berikut :
1) Lokasi sarana produksi
Sarana produksi seharusnya tidak ditempatkan di lokasi yang jelas
akan menimbulkan ancaman terhadap kemanan atau kelayakan pangan.
Area produksi harus jauh dari daerah lingkungan yang tercemar. Jalan
menuju area produksi tidak menimbulkan genangan air, area produksi
harus bersih
Gambar 1. Contoh lingkungan yang bersih, tidak berdebu, dan bebas dari binatang pembawa
penyakit
9
2) Bangunan dan ruangan
Bangunan dan ruangan dibangun dari bahan yang tahan lama dan
mudah untuk dibersihkan. Bangunan dibuat berdasarkan jenis produk
yang dihasilkan serta sesuai dengan urutan proses produksi sehingga
melindungi pangan terhadap kontaminasi silang selama proses produksi
Lantai ruangan produksi seharusnya kedap air. Jendela dan ventilasi
seharusnya dilengkapi dengan kasa pencegah serangga yang dapat
dilepas sehingga mudah dibersihkan. Permukaan tempat kerja seharusnya
dibuat dari bahan yang tidak menyerap air, permukaannya halus dan tidak
bereaksi dengan bahan pangan.
Gambar 2. Tempat produksi yang tertata dengan baik
Sumber : www.slideshare.net
3) Fasilitas sanitasi
Sarana penyediaan air seharusnya dilengkapi dengan ternpat
penampungan air minum atau air bersih untuk proses produksi harus
cukup dan kualitasnya memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
10
Wadah untuk limbah seharusnya terbuat dari bahan yang kuat, diberi
tanda dan tertutup rapat. Limbah harus segera dibuang ke tempat khusus
untuk mencegah agar tidak menjadi tempat berkumpulnya hewan
pembawa penyakit seperti lalat maupun tikus.
Toilet didesain yang higienis dan mendapatkan penerangan serta
berventilasi. Fasilitas ruang ganti pakaian karyawan untuk mengganti
pakaian dari luar dengan pakaian kerja seharusnya dilengkapi tempat
menyimpan/menggantung pakaian kerja dan pakaian luar yang terpisah.
Sumber: ottencoffee.co.id
5) Bahan
Bahan baku yang digunakan seharusnya ditulis dalam bentuk
formulasi yang menyebutkan jenis serta mutu yang digunakan. Selain itu
11
bahan yang digunakan tidak rusak, dan tidak mengandung bahan-bahan
berbahaya. Bahan baku kopi berupa biji kopi yang berkualitas, tidak pecah,
dan tidak mengandung bahan berbahaya.
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) pada kopi bubuk
mengikuti persyaratan yang diatur oleh produsen maupun pemerintah. Air
yang digunakan baik untuk pengolan produk maupun mencuci bahan
pangan harus memenuhi persyaratan air bersih sesuai peraturan
perundang-undangan. Selain itu air dijaga kualitasnya agar tidak tercemar
dari bahan-bahan kontaminan.
Gambar 4. Bahan baku biji kopi
Sumber : www.ahlikopilampung.com
6) Pengawasan
Bahan yang digunakan masih dalam kondisi layak/ memiliki mutu
yang baik. Bahan yang digunakan juga sebaiknya diperiksa terlebih dahulu
dengan tes fisik maupun oganoleptik. Setiap jenis produk yang dihasilkan
seharusnya dilengkapi dengan petunjuk mengenai jenis bahan yang
digunakan, tahap-tahapan proses produksi secara terinci seperti nama
produk, tanggal pembuatan, kode produksi, jenis bahan baku, dan
informasi lain yang diperlukan merujuk kepada peraturan kepala BPOM.
Proses produksi pangan diatur agar satu alur proses untuk mencegah
terjadinya kontaminasi silang antara produk jadi dengan bahan baku.
Proses produksi atau tahap khusus yang dapat menimbulkan bahaya pada
pangan olahan harus mendapat pengawasan.
12
Karyawan seharusnya menggunakan alat-alat pelindung seperti hair
net, clemek, sarung tangan, serta alat kaki khusus yang digunakan pada
ruang produksi.
Gambar 5. Contoh hair net, clemek, dan sarung tangan
Sumber : tokopedia.com
7) Produk akhir
Produk akhir kopi bubuk harus memenuhi persyaratan SNI Kopi yang
ditetapkan oleh BSN. Produk akhir yang standar mutunya belum
ditetapkan, persyaratannya dapat ditentukan sendiri oleh perusahan yang
memproduksi selama persyaratan tersebut dapat ditelusur terhadap
standar yang berlaku. Mutu produk akhir sebelum diedarkan diperiksa dan
dipantau secara periodik (organoleptik, fisika, kimia, mikrobiologi dan atau
biologi).
Selain mutu produk, pada bagian ini juga menjelaskan tentang bentuk
kemasannya baik kemasan langsung yang bersentuhan dengan produk
maupun kemasan sekundernya. Komposisi dan informasi bahan bantu
dan bahan baku yang digunakan dalam pengolahan ikan tersebut juga di
paparkan secara jelas
13
Gambar 6. Produk Kopi bubuk
Sumber: bukalapak.com
8) Laboratorium
Laboratorium digunakan untuk menguji produk secara berkala melalui
proses pengujian. Perusahaan yang tidak memiliki laboratorium dapat
menggunakan laboratorium pemerintah atau swasta yang telah
terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN)
9) Karyawan
Karyawan harus dalam keadaan sehat, bebas dari luka/penyakit kulit,
apabila karyawan diketahui sedang sakit harus tidak diperbolehkan masuk
ke tempat produksi. Karyawan wajib mengenakan pakaian kerja/alat
pelindung diri antara lain sarung tangan, tutup kepala dan sepatu yang
sesuai dengan tempat produksi kopi bubuk. Ketika sedang melakukan
pekerjaan karyawan tidak boleh makan, minum, merokok, meludah.
Karyawan tidak boleh menggunakan perhiasan, jam tangan atau benda
lainnya yang dapat mengkontaminasi produk kopi bubuk. Pengunjung
yang memasuki tempat produksi seharusnya menggunakan pakaian
pelindung dan mematuhi persyaratan higiene yang berlaku bagi karyawan.
14
Gambar 7. Pakaian pelindung karyawan
Sumber : Pribadi
10) Pengemas
Pengemas harus dibuat dari bahan yang tidak larut atau tidak
bereaksi dengan produk yang dikemas. Pengemas harus tahan
terhadap perlakuan selama pengolahan, pengangkutan dan
peredaran (kemasan tidak mudah penyok, sobek atau pecah). Bahan
pengemas atau gas yang digunakan dalam pengemasan produk kopi
bubuk harus tidak beracun, mempertahankan mutu produk dan
melindungi produk terhadap pengaruh dari luar; Bahan pengemas
harus disimpan dan ditangani pada kondisi higienis, terpisah dari
bahan baku dan produk akhir.
Gambar 8. Contoh bahan kemasan
Sumber : dikemas.com
15
11) Label dan keterangan produk
Label produk harus memenuhi ketentuan yang tercantum dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan lklan
Pangan atau perubahannya sekurang-kurangnya terdapat: nama
produk; daftar bahan yang digunakan; berat bersih atau isi bersih;
nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan
pangan ke dalam wilayah Indonesia; tanggal, bulan, dan tahun
kedaluwarsa.
Gambar 9. Contoh label dan keterangan
Sumber: bukalapak.com
12) Penyimpanan
Penyimpanan bahan baku biji kopi seharusnya tidak menyentuh
lantai, menempel dinding dan jauh dari langit-langit. Penyimpanan
bahan baku dan produk akhir harus diberi tanda dan ditempatkan
secara terpisah sehingga dapat dibedakan.
Penyimpanan bahan baku sebaiknya diletakan pada ruangan
khusus. Bahan baku kopi sebaiknya disimpan pada ruangan yang
kering, tidak lembab serta tidak terkena matahari secara langsung.
Selain itu ruangan diharapkan memiliki ventiasi yang cukup sehingga
aliran udara dapat terjaga dengan baik.
16
Produk kopi bubuk yang sudah dihasilkan disimpan pada wadah
khusus. Wadah khusus yang dapat mempertahankan kualitas dari
kopi bubuk contohnya seperti topless kaca. Penyimpanan bahan
berbahaya (disinfektan, insektisida, pestisida, rodentisida, bahan
mudah terbakar/meledak dan bahan berbahaya lainnya) harus dalam
ruangan tersendiri dan diawasi agar tidak mencemari bahan baku
dan produk jadi. Penyimpanan wadah dan pengemas harus rapih, di
tempat bersih dan terlindung agar saat digunakan tidak mencemari
produk
Gambar 10. Penyimpanan Kopi bubuk
sumber: pxhere.com
13) Pemeliharaan dan program sanitasi
Alat angkut dan alat pemindahan barang di dalam pabrik dari
gudang ketempat produksi seharusnya dalam keadaan bersih tidak
merusak barang yang diangkut atau dipindahkan. Mesin/peralatan
produksi yang berhubungan langsung dengan bahan baku biji kopi
dan produk harus dibersihkan/dicuci untuk menghilangkan sisa-sisa
bahan dan kotoran sanitasi secara teratur.
Program sanitasi dilakukan untuk mendapatkan kondisi yang
bersih dan saniter sebelum pengolahan, ketika pengolahan dan
setelah pengolahan selesai dilakukan. Beberapa kunci sanitasi yang
perlu dikendalikan adalah Keamanan air; Kondisi dan kebersihan
permukaan yang kontak dengan bahan pangan; Pencegahan
kontaminasi silang; Menjaga fasilitas pencuci tangan, sanitasi dan
17
toilet; Proteksi dari bahan-bahan kontaminan; Pelabelan,
penyimpanan, dan penggunaan bahan toksin yang benar; Proteksi
dari bahan-bahan kontaminan; Pelabelan, penyimpanan, dan
penggunaan bahan toksin yang benar; Pengawasan kondisi
kesehatan personil; Mengendalikan hewan/hama pada ruang
pengolahan.
14) Pengangkutan
Wadah dan alat pengangkutan seharusnya didesain sehingga
tidak mencemari produk kopi bubuk; Mudah dibersihkan dan jika
perlu didesinfeksi; Melindungi produk dari kontaminasi terutama
debu dan kotoran; Mampu mempertahankan kelembaban dan
kondisi penyimpanan. Salah satu contoh wadah untuk menyimpan
bahan baku biji kopi adalah topless kaca.
Sumber : google
18
penyimpanan; pembersihan dan sanitasi; kontrol hama; kesehatan
karyawan, pelatihan, kalibrasi dan lainnya yang dianggap penting.
Sumber : pribadi
17) Pelatihan
Karyawan seharusnya diberikan program pelatihan yang dimulai
dari prinsip dasar keamanan pangan sampai pada praktek cara
produksi kopi yang baik. Untuk itu, UMKM yang menghasilkan bubuk
kopi minimal sudah mengetahui tata cara proses produksi kopi.
Gambar 13.Contoh pelatihan pada karyawan/owner
Sumber : pribadi
19
dimusnahkan atau digunakan untuk keperluan lain tetapi bukan
untuk konsumsi manusia
Manager atau kepala produksi harus sudah menyiapkan
prosedur penarikan produk dari peredaran/pasaran
19) Pelaksanaan panduan
Manajemen perusahaan harus bertanggung jawab atas sumber
daya untuk menjamin penerapan CPPOB serta karyawan sesuai
fungsi dan tugasnya harus bertanggung jawab atas pelaksanaan
CPPOB.
20
No Nama Jabatan Tugas dalam Tim
6 Omes KA.BAG Grinding Anggota
2) Deskripsi Produk
Deskripsi tentang gambaran/kumpulan informasi lengkap mengenai
produk kopi bubuk yang dihasilkan. Deskripsi produk yang dilakukan
berupa informasi yang mencakup nama produk, komposisi produk,
formulasi, proses pengolahan atau proses produksi, metode pengawetan,
umur/daya simpan produk, standar mutu produk menurut SNI, bahan
pengemas dan cara pengemasan yang dipakai, kondisi penyimpanan,
metode distribusi serta keteranganlain yang berhubungan dengan produk.
Semua informasi tersebut diperlukan untuk melakukan evaluasi secara
luas dan komprehensif.
Tabel 3. Contoh Deskripsi produk
Nama produk : Kopi Bubuk
Bahan baku : Biji Kopi
Karakteristik : Biji kopi yang disangrai kemudian digiling tanpa
produk adanya penambahan bahan lain dalam kadar
tertentu, tanpa mengurangi rasa dan aromanya
serta tidak membahayakan kesehatan.
Metode : Penyangraian (roasting)
pengawetan
Jenis kemasan : Plastik :
utama Kopi Bubuk Robusta dalam kemasan 10 g, 35 g,
dan 50 g
Kopi Bubuk Arabica dalam kemasan 50 g
Aluminium foil :
Kopi Bubuk Robusta dalam kemasan 125 g, 250 g
dan 400 g
Kopi Bubuk Arabica dalam kemasan 125 g, 250 g
dan 400 g
Kondisi : Disimpan dalam ruang yang sejuk dan kering.
penyimpanan
Masa simpan : Sampai 12 bulan
Cara penyajian : Masukkan kopi xxxx dan gula sesuai selera, ke
dalam gelas. Tuangkan air mendidih dalam gelas,
21
kemudian aduk hingga gula larut. Untuk
menambah kenikmatan bisa ditambahkan susu
atau krimer sesuai selera. Kopi xxxxx siap disajikan
Metoda distribusi : Menggunakan ekspedisi melalui jalur darat, laut,
dan atau udara
Pelabelan : Bahan pengemas harus diberi label yang jelas.
22
Diagram alir disusun dengan tujuan untuk menggambarkan
keseluruhan proses produksi. Disamping itu, selain bermanfaat untuk
membantu tim keamanan pangan dalam melaksanakan kerjanya, dapat
juga berfungsi sebagai panduan bagi orang atau lembaga lainnya yang
ingin mengerti/memahami proses dan verifikasinya.
23
penentuan kategori risiko (peluang kejadian dan tingkat
keparahan/keakutannya) dan signifikan sibahaya, serta penetapan
tindakan yang diperlukan untuk pencegahannya (preventive measure).
Sedangkan penentuan tingkat keseriusan mikroorganisme patogen
ditetapkan dengan melihat dampaknya terhadap kesehatan konsumen
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 5. Matriks Risiko Boevee (Matriks Penentuan Signifikasi Bahaya)
Skema Ranking Risiko Berdasarkan Tingkat keparahan bahaya yang dapat ditimbulkan
(Severity of hazard) dan Peluang kemungkinan terjadinya bahaya ( Probability of hazard)
24
Tabel 6. Contoh analisa bahaya
Prinsip 2.
HACCP Prinsip 1. ANALISA BAHAYA
Penetapan CCP
-1 -2 -3 -4 -5 -6
Tindakan apa yang
Apakah bahaya Justifikasi dilakukan untuk
Apakah tahap ini Critical
Identifikasi potensi bahaya tersebut keputusan mengendalikan
Control Point?
SIGNIFIKAN? pd kolom (3) bahaya yang
No Signifikan?
25
7) Penentuan Titik Kendali Kritis atau Critical Control Point (CCP)
(Prinsip 2)
Pada tahapan ini, tim pembina membantu menentukan titik kendali kritis
atau CCP. Titik kendali kritis atau CCP didefinisikan sebagai suatu titik,
langkah atau prosedur dimana pengendalian dapat diterapkan dan bahaya
keamanan pangan dapat dicegah, dihilangkan atau diturunkan sampai
kebatas yang dapat diterima. Pada setiap bahaya yang telah diidentifikasi
dalam proses sebelumnya, maka dapat ditentukan satu atau beberapa CCP
di mana suatu bahaya dapat dikendalikan. Masing-masing titik penerapan
tindakan pencegahan yang telah ditetapkan diuji dengan menggunakan CCP
decisiontree atau diagram pohon penentuan CCP yang direkomendasikan
oleh SNI CAC / RCP1.
Gambar 14. Diagram alir pohon penentuan titik kendali kritis atau CCP
Tidak
26
*) Lanjutkan ke bahaya yang diidentifikasi berikutnya dalam uraian proses
**) Tingkatan yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima perlu didefinisikan di
semua tujuan dalam mengidentifikasi CCP dari rencana HACCP
27
Batas kritis pada kopi bubuk dapat menggunakan persyaratan SNI kopi bubuk
Persyaratan
No Parameter Satuan
I II
1 2 3 4 5
1 Keadaan:
1.1. Bau
- normal normal
1.2. Rasa - normal normal
1.3. Warna - normal normal
2 Air % b/b maks. 7 maks. 7
3 Abu % b/b maks. 5 maks. 5
4 Kealkalian abu (mlxN.NaOH)/100g 57 – 64 min. 35
5 Sari kopi % b/b 20-36 Maks. 60
6 Kafein % b/b 0.9-2 0.45-2
(anhidrat)
7 Bahan-bahan - Tidak boleh Boleh ada
lain ada
8 Cemaran logam
8.1 Timbal (Pb) mg/kg maks. 2,0 maks. 2,0
8.2 Tembaga (Cu) mg/kg maks. 30,0 maks. 30,0
8.3 Seng (Zn) mg/kg maks. 40,0 maks. 40,0
8.4 Timah (Sn) mg/kg maks. maks.
40,0/250,0 40,0/250,0 *
8.5 Raksa (Hg) mg/kg maks. 0,03 maks. 0,03
9 Arsen (As) mg/kg maks. 1,0 maks. 1,0
10 Cemaran
mikroba:
10.1 Angka lempeng koloni/g maks. 106 maks. 106
total
10.2 Kapang koloni/g maks. 104 maks. 104
29
12) Dokumentasi dan catatan (Prinsip 7)
Penyimpanan dokumen dan catatan secara efisien dan akurat sangat
penting dalam implementasi HACCP. Dokumen dan catatan yang harus
disimpan sebagai bagian dari sistem HACCP antara lain HACCP Plan dan
dokumen pendukung, rekaman pemantauan, tindakan koreksi, dan
rekaman verifikasi. Selain itu prosedur HACCP juga harus terdokumentasi
secara terperinci.
30
No. Tahapan kritis proses Penjelasan tahapan kritis
produksi
5 Penandaan Penandaan dilakukan berdasarkan
persyaratan SNI dan peraturan terkait.
D. SNI Kopi
Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat potensial
di negara Indonesia, karena memegang peranan penting dalam perekonomian
bangsa. Indonesia merupakan penghasil kopi terbesar nomor 4 di dunia.
Berdasarkan data International Coffee Organization (ICO), nilai perdagangan
kopi pertahun mencapai USD 240 Milyar pada tahun 2017 dengan konsumsi
kopi dunia mencapai 9600 ton. Angka tersebut jika dikonversi ke dalam
minuman kopi maka sekitar 2 milyar cangkir per hari di lebih 60 negara
pengkonsumsi kopi. Selain itu kopi merupakan komoditas ekspor yang penting
bagi Indonesia selain dari gas dan minyak bumi. Nilai ekspor kopi pada tahun
2017 mampu menembus 467.8 ribu ton dengan total nilai sebesar US$ 1187,16
Juta.
Gambar 15. Rantai Nilai Pengolahan Kopi
31
Provinsi produsen kopi terbesar di Indonesia antra lain Sumatera Selatan
(18,11%), Lampung (17,44%), Aceh (10,27%), Sumatera Utara (9,09%), dan
Jawa timur (9,73%). Dengan status penguasaan lahan yaitu perkebunan
rakyat (95,46%), perusahaan perkebunan swasta (2,37%), dan perusahaan
perkebunan negara (2,17%). Di Indonesia umumnya didominasi oleh biji kopi
robusta dan arabika, sebagian kecil lagi ada jenis biji kopi liberika (wilayah
Jambi dan Riau) serta kopi excelsa yang mampu tumbuh di lahan gambut.
Gambar 16. Jenis Kopi di Indonesia
Budidaya dan
Pascapanen Penyangraian Penggilingan Pengemasan
panen
32
Biji kopi yang bermutu baik maka dapat dijual dengan harga yang baik
kepada konsumen maupun pelaku usaha untuk dilakukan proses pengolahan
lebih lanjut. Berdasarkan praktik dan pengalaman di lapangan lebih dari 60%
kualitas produk pengolahan kopi ditentukan di tahapan budidaya, panen
dan pascapanen. Pengolahan menghasilkan biji kopi harus memperhatikan
praktik budi daya dan pascapanen yang baik. Salah satunya adalah panen
buah kopi yang masak sempurna atau petik merah.
Gambar 17. Standar Panen Buah Kopi
Buah kopi yang telah dipanen untuk kemudian dilakukan sortasi dengan
cara direndam di bak air untuk memisahkan buah yang bernas (superior)
dengan buah yang cacat atau kopong (mengambang), kotoran berupa tangkai
kopi, daun, dan benda selain buah kopi. Buah kopi yang bagus adalah yang
tenggelam atau melayang di air. Setelah itu segera dilakukan proses
pengolahan untuk menghasilkan biji kopi, terdapat tiga proses umum yaitu
pengolahan secara basah, pengolahan secara kering dan pengolahan
gabungan (hybrid processes).
Pengolahan kering (dry process) adalah pengolahan buah kopi
matang (cherry) menjadi biji kopi melalui proses sortasi buah, pengeringan
(penjemuran 2-3 minggu), pengupasan kulit kering (hulling), sortasi biji kopi,
33
pengemasan dan penyimpanan. Pengolahan ini juga disebut natural process
yang bertujuan menimbulkan cita rasa manis atau eksotis buah dengan rasa
asam yang rendah.
Pengolahan basah (washed process) adalah pengolahan buah kopi
matang (cherry) menjadi biji kopi melalui proses sortasi, pengupasan kulit
majemuk (pulping), fermentasi (12-36 jam), pencucian, penirisan,
pengeringan (penjemuran), pengupasan, pembersihan, pengemasan dan
penyimpanan. Pengolahan ini bertujuan untuk mengurangi rasa pahit dan
menimbulkan rasa ringan atau mild pada seduhan kopi.
Gambar 18. Mesin Pengupas Kulit Buah Kopi (kanan) dan Mesin Pengupas Kulit Tanduk Biji Kopi
(kiri) milik Petani Kopi di Segamit, Semende, Muara Enim, Sumsel
34
Gambar 19. Para-para (Meja) Penjemuran Kopi
Biji kopi yang memiliki mutu 1 memiliki harga jual yang lebih tinggi
dibandingkan mutu 2 dan seterusnya. Dalam menentukan mutu kopi dapat
melihat panduan SNI 2907:2008 Biji kopi yang akan dibahas di halaman
berikutnya. Untuk menentukan mutu biji kopi dapat dilihat dari dua jenis yaitu
mutu fisik dan mutu citarasa. Pengujian mutu fisik biji kopi antara lain
pengujian kadar air, presentase biji cacat dalam 300 gram biji kopi yang
diujikan (trase), jumlah nilai cacat (defect), warna/bau, dan ukuran biji kopi.
Sedangkan pengujian mutu citarasa kopi ditentukan bedasarkan uji
organoleptic (analisis sensorial) oleh panelis.
Gambar 20. Perjalanan Kopi dari Buah sampai jadi Minuman
35
pada tingkat premium dan Spesialti umumnya mengacu ke SNI dengan
tammbahan uji citarasa yang mengacu ke standar SCAA (Specialty Coffee
Association of America).
E. Biji Kopi
Menghasilkan kopi bubuk yang berkualitas baik maka dibutuhkan
prosedur hingga pemilihan bahan baku biji kopi yang baik juga. Pada sub bab
ini penulis ingin memberitahu bagaimana pemilihan biji kopi yang baik
bedasarkan SNI 01-2907-2008 Biji kopi. Untuk menentukan kualitas mutu biji
kopi dapat dilihat bedasarkan dua pengujian yaitu pengujian mutu fisik, dan
citarasa. SNI 01-2907-2008 secara garis besar terbagi menjadi dua, yakni
persyaratan umum dan persyaratan khusus
Tabel 8. SNI 01-2907-2008 Syarat Mutu Umum Biji Kopi
No Kriteria Persyaratan
1 Serangga hidup Tidak ada (nil)
2 Biji berbau busuk atau berbau kapang Tidak ada (nil)
3 Kadar air (berat/berat) Maksimal 12,5%
4 Kadar kotoran (non-kopi) (berat/berat) Maksimal 0,5%
Tujuan dari persyaratan umum ini adalah untuk menjamin biji kopi
bebas dari kotoran yang berbahaya bagi kesehatan. Nilai kadar air biji kopi
maksimal adalah 12,5%. Jika kadar di atas standar tersebut maka biji kopi
mudah terserang jamur atau kapang yang menghasilkan racun/toksin yaitu
Okratoksin A (yang dihasilkan oleh jamur mikotoksin). Selain itu dapat
menyebabkan umur simpan biji kopi menjadi relative lebih pendek. Namun jika
kadar air kurang dari atau di bawah SNI maka dianggap merugikan petani.
Pengujian mutu fisik dari kopi digunakan untuk menilai kualitas dari biji
kopi berdasarkan fisiknya, baik menggunakan alat bantu maupun
menggunakan indra manusia sesuai dengan standar yang berlaku, dalam hal
ini yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI). Tahapan pengujian uji fisik yang
dilakukan pada biji kopi yaitu : pengujian kadar air, presentase biji yang
36
diujikan (trase), jumlah nilai cacat (defect), warna/bau, dan ukuran
biji kopi.
1) Pengujian kadar air
Kadar air dalam biji kopi dapat di ukur dengan memggunakan alat
pengukur kadar air yang dikenal “TESTER” dapat ditemukan dengan
berbagai merek, sehingga dapat diketahui berapa persentase air yang
terkandung dalam biji kopi tersebut. Selain ‘TESTER” kadar air juga dapat
dilakukan dengan menggunakan Oven pengering dengan metode Timbang
Kadar air biji kopi yang direkomendasikan oleh SNI adalah 12,5%
Kadar air rendah < kadar air standar (12.5%) = kualitas baik
Kadar air tinggi > kadar air standar (12.5%) = kualitas jelek
37
Cacat warna dan bau apek umumnya terjadi akibat serangan jamur saat
biji kopi yang dijemur terlalu lambat karena pengeringan terlalu lama dari
seharusnya akibat cuaca yang tidak mendukung atau lapisan biji kopi di
lantai jemur terlalu tebal. Ketebalan lapisan jemur biji kopi idealnya 3-5
cm dan sering dibalik sekitar 2 jam sekali saat buah (biji) kopi masi basah
(kadar air >30%).
Warna tidak seragam / Bau tidak segar = Kualitas jelek
Warna seragam dan cerah / Bau segar = Kualitas baik
38
kecil/tidak lolos screen (shells). Test ini dilakukan dengan mengunakan
Screen yang terdiri dari beberapa tingkat minimum 4 tingkat dengan
masing-masing ukuran lubang 1/64 inch yaitu : 18 , 16 , 14 dan <14 . Biji
kopi yang baik memiliki keseragaman dalam ukuran tergntung dari sizenya
masing-masing.
39
dengan cepat. Seseorang atau sekelompok manusia yang digunakan
sebagai alat ukur disebut panelis (Cupper). Panelis yang handal adalah
panelis yang peka dan sekaligus kosisten, kepekaan Panelis meliputi
kepekaan mengenali, kepekaan membedakan dan kepekaan
membandingkan.
Gambar 23. Persiapan Uji Citarasa Kopi (Cupping test)
40
Beberapa pencatatan yang diperlukan dalam proses menghasilkan biji
kopi diantara penerimaan buah kopi, sortasi buah dan biji, kadar air,
rendemen, dan penyimpanan.
Gambar 24. Proses Pembuatan Kopi Bubuk
41
dilakukan pengendalian penerimaan bahan baku yang meliputi jenis kopi,
proses, bobot, kadar air, nilai cacat dan harga.
Gambar 25. Sortasi Biji Kopi secara Manual-Visual
Sortasi biji kopi dilakukan untuk memisahkan biji kopi yang baik, biji kopi
yang kurang baik, serta kontaminan fisik yang terbawa dari kebun. kontaminan
yang bisa terbawa dari kebun antara lain daun, ranting, dan tanah, selain itu
pada beberapa kasus ditemukannya batu batu kerikil, dan logam yang terdapat
dalam karung biji kopi. Pemisahan bahan cemaran yang dapat mencemari
sangat diperlukan karena bahan cemaran dapat menurunkan kualitas dari biji
kopi yang akan digunakan dalam proses pembuatan kopi bubuk. Langkah
umum dalam sortasi biji kopi diantaranya pengukuran kadar air, penjemuran
(opsinal, jika diperlukan), pengayakan, dan tampih (sortasi kotoran secara
manual-visual),
Proses selanjutnya adalah grading biji kopi. Grading biji kopi ini bertujuan
untuk meminimalkan biji kopi yang memiliki beberapa kecacatan seperti biji
hitam, hitam sebagian, pecah, dan biji cokelat. Dalam proses grading biji kopi
dapat dilakukan beberapa uji fisik yaitu test kadar air, trase, defect,
warna/bau, dan ukuran biji yang sudah disebutkan di subbab sebelumnya.
Perlu diperhatikan jenis bahan pengemas biji kopi harus food grade. Tempat
penyimpanan dilapisi pallet kayu atau plastik. Pengkondisian (suhu dan
42
kelembaban) ruangan simpan perlu dikendalikan dan dijaga kebersihannya
dari debu, kotoran, serangga dan hama atau hewan pengganggu.
2. Penyangraian / Roasting biji kopi
Biji kopi secara alami memiliki kandungan yang cukup banyak senyawa
volatile organic yang dapat sebagai pembentuk citarasa dan aroma khas kopi.
Untuk mengeluarkan aroma dan citarasa khas kopi maka perlu dilakukan
proses penyangraian. Kunci dari proses produksi kopi bubuk adalah proses
penyangraian yang memperhatikan dua variable, yaitu waktu (lamanya)
sangrai dengan suhu penyangraian. Golongan penyangraian dapat dilihat
pada table 2 berikut.
Gambar 26. Mesin Sangrai Kopi semi-automatis yang dilengkapi dengan Panel Kontrol Suhu dan
Waktu
Umumnya tingkat sangrai disesuaikan dengan jenis kopi dan karakter rasa
kopi yang diinginkan. Untuk jenis kopi arabika umumnya tingkat sangria di
light to medium, ditandai dengan poping sound atau suara crack biji kopi diberi
43
jeda waktu antara 3-5 menit kemudian biji kopi sangrai di-release dan
didinginkan. Tingkat sangrai ini guna mendapatkan rasa kopi arabika yang unik
dan eksotik.
44
5. Grinding
Grinding adalah proses penggilingan yang tujuannya adalah mengubah
bentuk dari biji kopi menjadi kopi bubuk, sehingga mudah untuk diseduh.
Selain memperkecil diameter biji kopi juga untuk mengoptimalkan rasa dan
aroma kopi ketika akan diseduh oleh konsumen.
6. Packing kopi bubuk
Kopi bubuk yang telah dihasilkan dikemas dengan kemasan yang telah
ditentukan oleh pelaku usaha. Kemasan yang baik adalah kemasan yang dapat
meminimalisir terjadinya kerusakan, tidak ikut bereaksi dengan produk yang
dikemas, dan dapat dibawa serta digunakan dengan mudah.
Proses pengemasan juga menentukan kualitas akhir produk. Selain bahan
kemasan yang harus food grade juga perlu diperhatikan label kemasan yang
mengacu pada regulasi (BPOM) tentang label pangan. Penyimpanan kopi
bubuk dilakukan di ruangan yang dijaga suhu dan kelembaban serta
menerapkan system FI-FO (First in first out).
45
Bab ini disusun memenuhi kriteria yang mengacu pada bentuk sistem
dokumentasi umumnya yang berlaku secara nasional maupun internasional
1) Cover CPPOB/ Manual HACCP
Merupakan halaman muka yang berisi :
➢ Judul Panduan,
➢ Jenis Produk yang dihasilkan,
➢ Nama unit usaha pengolah produk
2) Lembar Pengesahan dan Distribusi
Berisi pernyataan bahwa panduan ini disusun oleh penanggung jawab
Keamanan Pangan dan telah diperiksa, disetujui dan disahkan oleh pimpinan
perusahaan. Salinan Panduan ini juga telah diterima oleh penanggung jawab
bagian lainnya untuk dapat dilaksanakan memenuhi peraturan dan persyartan
keamanan pangan yang ditetapkan.
3) Kebijakan Mutu, Acuan Peraturan pemerintah dan Persyaratan
produk/pelanggan
Merupakan bagian yang berisikan:
➢ Visi: pernyataan komitmen untuk menjamin produk yang dihasilkan
memenuhi peraturan dan persyaratan Kemanan Pangan.
➢ MISI: Strategi-strategi yang dilakukan untuk memenuhi pernyataan
komitmen tersebut
➢ Acuan Peraturan Pemerintah: berisi daftar Peraturan Pemerintah yang
harus dipenuhi
➢ Persyaratan Produk/Pelanggan: dapat berupa spesifikasi produk, atau SNI,
atau persyaratan lainnya
4) Profil Unit usaha
Berisi informasi tentang identitas unit usaha, alamat, nomor telepon,
email, penanggung jawab, surat ijin usaha yang masih berlaku dan informasi
pendukung lainnya.
46
5) Deskripsi Produk Akhir dan Potensi Bahaya
Bagian yang menjelaskan tentang karakteristik fisik dari produk yang
dihasilkan, termasuk kandungan kimiawi dan biologisnya bila dipersyaratkan
serta potensi bahaya yang mungkin ada dalam produk tersebut.
Selain informasi produk, pada bagian ini juga menjelaskan tentang
bentuk kemasannya baik kemasan langsung yang bersentuhan dengan produk
maupun kemasan sekundernya. Komposisi dan informasi bahan bantu dan
bahan baku yang digunakan dalam pengolahan ikan tersebut juga di paparkan
secara jelas
Informasi tentang tanggal produksi dan/ umur produk, cara
penyimpanan, cara penggunaan, kelompok konsumen yang rentan terhadap
produk tersebut dapat pula dipaparkan dalam bagian ini
6) Alur Proses dan Denah/ Tata letak pengolahan (termasuk kapasitas
pengolahan, bangunan, mesin dan infrastruktur yang digunakan
Alur proses; menjelaskan tentang urutan tahap pengolahan sejak
penyiapan bahan baku sampai bahan jadi serta masuknya tahapan
penggunaan bahan bantu, bahan kemas dan bahan lainnya. Setiap tahapan
seharusnya menggunakan kata kerja sehingga dapat dikembangkan rincian
kegiatannya, baik dalam bentuk prosedur, instruksi kerja atau petunjuk teknis
yang lain.
Informasi lain dapat ditambahkan pada beberapa tahapan kegiatan,
seperti target pengukuran suhu, waktu, kelembaban dan lain-lainnya. Denah/
Tata letak; menjelaskan tentang penempatan kegiatan yang dilakukan dengan
atau tanpa bantuan alat/ mesin di lokasi pengolahan. Tata letak seharusnya
mengikuti alur proses untuk mengendalikan kemungkinan terjadinya
kontaminasi silang.
7) Deskripsi bahan baku, bahan bantu dan kemasan
Seperti karakter produk akhir, maka pada bagian ini menjelaskan tentang
informasi karakter dari bahan baku yang digunakan, bahan bantu dan bahan
47
kemas yang dalam pengolahannya dapat mempengaruhi hasil dari produk
akhir
8) Tabel Prosedur Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
Setiap tahap pengolahan yang ada didalam alur proses harus menjelaskan
tentang:
➢ Cara melakukan tahapan tersebut,
➢ Target keberterimaannya (pengukuran kejernihan, warna, kekentalan,
suhu, waktu, dan lain-lain)
➢ Cara memantau (monitoring) tahapan tersebut, dengan melakukan
observasi atau pengukuran secara periodik terhadap hasil kerja dari
tahapan tersebut.
➢ Cara melakukan Tindakan koreksi pada tahapan tersebut, dengan
melakukan tindakan pengisolasian, pengukuran ulang, penentuan
tindakan koreksi, (pada alat, dan/atau bahan olahan, maupun metoda),
bila target keberterimaan tidak tercapai atau telah terlampaui,
➢ Bentuk rekaman atau form yang di isi/ digunakan pada tahapan tersebut
ditetapkan, untuk membuat catatan /bukti telah dilakukannya tahap
tersebut.
Banyaknya prosedur di dalam tabel harus tercermin dari banyaknya dan urutan
tahapan di dalam alur proses.
9) Tabel Pengendalian Sanitasi
Kondisi yang bersih dan saniter harus selalu terjaga sebelum pengolahan,
ketika pengolahan dan setelah pengolahan selesai dilakukan. Beberapa kunci
sanitasi yang perlu dikendalikan adalah sebagai berikut:
a. Keamanan air;
Melakukan pemeriksaan rutin terhadap baku mutu air yang digunakan
dalam pengolahan ikan
b. Kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan pangan;
48
Memantau dan menjamin semua wadah, peralatan, mesin, meja
pengolahan yang kontak dengan bahan pangan selalu terjaga bersih dan
saniter
c. Pencegahan kontaminasi silang;
Mengendalikan tahapan pengolahan dalam alur proses dengan
menghindari terjadinya kontaminasi antara bahan mentah, bahan
setengah jadi dengan produk akhir
d. Menjaga fasilitas pencuci tangan, sanitasi dan toilet;
Memantau kelengkapan fasilitas cuci tangan, sanitasi dan toilet dan
digunakan secara tepat oleh pekerja, serta terjaga bersih dan saniter
e. Proteksi dari bahan-bahan kontaminan;
Melakukan pemantauan rutin di tempat penyimpanan dan pengolahan,
yang terlindung oleh bangunan atau ruang kokoh dan tidak bocor/retak
dengan pencahayaan dan ventilasi yang tepat.
Limbah (padat dan cair) yang dihasilkan dari pengolahan harus mampu
dikendalikan, disalurkan, dikumpulkan dan ditempatkan pada lokasi
penanganan limbah.
f. Pelabelan, penyimpanan, dan penggunaan bahan toksin yang benar;
Menjamin semua bahan-bahan toksin yang digunakan di tempat
pengolahan disimpan dalam tempat yang terlindung, dan hanya digunakan
oleh petugas yang terlatih
g. Pengawasan kondisi kesehatan personil;
Melakukan pemantauan rutin terhadap kesehatan pekerja setiap sebelum
dimulainya pengolahan, untuk menghindari terjadinya kontaminasi bahaya
biologis dari pekerja ke bahan baku atau produk olahannya
h. Mengendalikan hewan/hama pada ruang pengolahan:
Menjamin dan memantau bangunan, pintu, jendela dan ventilasi dapat
mencegah masuknya serangga, hewan pengerat/ hama dan hewan
pelihara kedalam tempat penyimpanan dan pengolahan
49
Didalam tabel ini, masing-masing kunci sanitasi tersebut dijelaskan seperti
mengembangkan tabel prosedur cara pengolahan ikan yang baik. Pada
kolom tahapan pada tabel tersebut, digantikan dengan kunci sanitasi.
10)Daftar Prosedur Pendukung
Selain prosedur-prosedur diatas, ada beberapa prsedur pendukung yang
diperlukan, selain untuk menjaga agar pengolahan dan hasilnya memenuhi
peraturan dan persyaratan keamanan pangan juga untuk kepuasan
pelanggan. Prosedur-prosedur tersebut adalah:
➢ Prosedur Pelabelan
➢ Prosedur Pengendalian dan Penarikan produk
➢ Prosedur Penanganan keluhan pelanggan
➢ Prosedur Pelatihan
11)Lampiran lainnya
Lampiran dapat berupa formulir, SOP dan instruksi kerja sesuai dengan system
yang telah dibuat.
Untuk memudahkan para-Pembina dalam pembuatan panduan mutu
penulis sudah menyiapkan contoh panduan mutu yang dapat dilihat pada lampiran
1 hingga lampiran 5.
50
Organisasi
Perusahaan
Sistem Mutu
Proses Produksi
penerimaan
visi misi bahan baku
pengolahan
Organisasi profil produk
Perusahaan perusahaan Proses
sanitasi
Produksi
struktur instruksi
organisasi kerja
form
51
internal sudah berjalan dengan baik. Secara umum proses audit dapat dilihat
dalam diagram alir gambar di bawah ini :
PELAKSANAAN KEGIATAN
AUDIT LAPANGAN
PENYIAPAN, PENGESAHAN
•Pelaksanaan rapat
DAN PENYAMPAIAN
pembukaan
LAPORAN AUDIT
•Komunikasi selama audit
•Penyiapan laporan audit
•Tugas dan tanggung jawab PENYELESAIAN AUDIT
pemandu dan pengamat •Pengesahan dan
•Pengumpulan dan verifikasi penyampaian laporan audit
informasi
•Perumusan temuan audit
•Pelaksanaan rapat
penutupan
PELAKSANAAN TINDAK
LANJUT AUDIT
52
dan pemilik UMKM menyiapkan Struktur Organisasi yang disahkan, Diagram alir
proses produksi yang disahkan.
Tahapan berikutnya adalah pengajuan permohonan sertifikasi kepada LSPro
yang sudah di Akreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan tedapat ruang
lingkup yang sesuai dengan produk yang ingin di seritifikasi. LSPro yang sudah di
akreditasi oleh KAN beserta ruang lingkup yang sesuai dapat dilihat di website
kan.or.id.
Selanjutnya adalah mengirimkan dokumen yang sudah disiapkan kepada LSPro
yang sudah dihubungi. Apabila terdapat kekurangan dokumen yang maka Pembina
dan pemilik UMKM melengkapi kekurangan tersebut.
Pengajuan
Menyiapkan panduan permohonan Mengirimkan
Menentukan jadwal
mutu yang sudah sertifikasi kepada dokumen yang Melengkapi dokumen
audit antara LSPro
dijelaskan pada LSPro dan dibutuhkan kepada yang kurang
dengan UMKM
subbab sebelumnya menanyakan ruang LSPro
lingkup yang sesuai
53
d. Daftar induk dokumen / informasi terdokumentasi
e. Struktur Organisasi yang disahkan
f. Diagram alir proses produksi yang disahkan
g. Sertifikat hasil uji air baku
5. Ilustrasi pembubuhan tanda SNI pada kemasan
Selanjutnya adalah menentukan jadwal audit antara LSPro dengan UMKM.
Jadwal ditentukan dengan keterserdiaan waktu auditor LSPro dan pihak UMKM.
Setelah mendapatkan waktu yang tepat maka pihak UMKM dapat mempersiapkan
tempat produksinya se optimal mungkin.
2.7. Sertifikasi
Pada sub bab iniakan melanjutkan sub bab sebelumnya yaitu tahapan pre
sertifikasi. Pembina beserta pemilik UMKM melakukan pengajuan sertifikasi produk
kepada Lembaga sertifikasi produk (LSPro) yang sudah di akreditasi oleh Komite
akreditasi nasional (KAN). Untuk mendapatkan sertifikat produk terdapat beberapa
tahapan yang akan dilalui seperti Pengajuan permohonan sertifikasi, Proses Audit,
Pengujian produk, Evaluasi hasil audit kesesuaian, Pemberian Sertifikat
Kesesuaian, dan Penerbitan SPPT SNI
Pemberian
Evaluasi hasil audit Penerbitan SPPT
Proses audit Pengujian produk sertifikat
kesesuaian SNI
kesesuaian
Tahapan selanjutnya adalah proses audit oleh auditor kepada pelaku usaha
UMKM. Pada tahapan ini auditor akan menentukan waktu kepada pelaku usaha.
Setelah menentukan waktu, maka auditor pada umumnya berjumlah 3 orang akan
melakukan audit/ penilaian kesesuaian terhadap standar yang diajukan serta
mengambil sampel produk untuk dilakukan proses pengujian di lab yang memiliki
lingkup serta sudah terakreditasi oleh KAN.
Sampel pengujian produk yang diambil, dilakukan pengujian serta dibandingkan
dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait produk tersebut. Apabila Lembar
54
Hasil Uji (LHU) tersebut sesuai dengan SNI maka produk tersebut dapat dikatakan
aman. Namun apabila LHU berada diatas maupun dibawah SNI maka Pembina
beserta Pemilik UMKM harus menentukan sumber-sumber cemaran/
ketidaksesuaian dari point persyaratan SNI yang tidak sesuai.
Tahapan selanjutnya setelah LSPro melakukan audit/ penilaian kesesuaian
maka akan memberikan evaluasi hasil audit kesesuaian perusahaan apabila
terdapat kekurangan. Dari evaluasi hasil audit kesesuaian akan diberikan Lembar
Ketidak Seseuaian (LKS) kepada pelaku usaha. LKS tersebut harus dilakukan
perbaikan oleh pelaku usaha dengan dibantu konsultasi kepada Pembina UMKM.
Umumnya temuan pada LKS seperti alat belum dilakukan proses kalibrasi di lab
yang di akreditasi oleh KAN; kurangnya kesadaran terhadap sanitasi; masih
terdapat beberapa kotoran pada dinding/ langit langit ruang produksi.
Tahapan selanjutnya adalah apabila hasil sampel pengujian produk berserta
temuan dari ketidaksesuaian sudah dilakukan perbaikan, maka LSPro dapat
menerbitkan sertifikasi kesesuaian. Atau sertifikat SNI kepada pemilik UMKM. Serta
tahapan terakir yaitu peneribitan SPPT SNI dapat dilakukan dengan mengajukan
permohonan penerbitan SPPT SNI kepada BSN melalui website bangbeni.bsn.go.id
55
BIBLIOGRAFI
56
LAMPIRAN 1
MANUAL SISTEM
GOOD MANUFACTURING PRACTICES (GMP)
UNTUK PENGOLAHAN NAMA PRODUK DI NAMA UMKM
NAMA UMKM
ALAMAT UMKM
57
NAMA UMKM
ALAMAT UMKM
No. Dokumen :
LOGO
Revisi :
MANUAL GMP
Tanggal Terbit :
Halaman :
Lembar Pengesahan
58
NAMA UMKM
ALAMAT UMKM
No. Dokumen :
LOGO
Revisi :
MANUAL GMP
Tanggal Terbit :
Halaman :
KEBIJAKAN MUTU PERUSAHAAN
VISI
………………………………………………………………………………………………………
MISI
………………………………………………………………………………………………………
Motto
………………………………………………………………………………………………………
Kebijakan Perusahaan
………………………………………………………………………………………………………
Ruang Lingkup
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
Struktur Organisasi Perusahaan
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
Tugas dan Tanggung Jawab
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
Kriteria dan Persyaratan SDM
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
59
NAMA UMKM
ALAMAT UMKM
No. Dokumen :
LOGO
Revisi :
MANUAL GMP
Tanggal Terbit :
Halaman :
Suplier : 1.
Cara Penyimpanan :
60
Deskripsi Bahan Penolong
Jenis Bahan Penolong Kriteria Perimaan Bahan Baku
:
:
Deskripsi Pembungkus
Jenis Bahan Kemas Kriteria Penerimaan Bahan Kemas
:
61
NAMA UMKM
ALAMAT UMKM
No. Dokumen :
LOGO
Revisi :
MANUAL GMP
Tanggal Terbit :
Halaman :
DESKRIPSI PRODUK
62
NAMA UMKM
ALAMAT UMKM
No. Dokumen :
LOGO
Revisi :
MANUsAL GMP
Tanggal Terbit :
Halaman :
LAYOUT PABRIK
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
DIAGRAM ALIR PROSES PRODUKSI
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
63
NAMA UMKM
ALAMAT UMKM
No. Dokumen :
LOGO
PROSEDUR CARA PENGOLAHAN Revisi :
KOPI BUBUK Tanggal Terbit :
Halaman :
64
NAMA UMKM
ALAMAT UMKM
No. Dokumen :
LOGO
Revisi :
SSOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
65
LAMPIRAN 2
NAMA UMKM
ALAMAT UMKM
No. Dokumen :
LOGO
Revisi :
MASTER DOKUMEN MUTU
Tanggal Terbit :
Halaman :
Revisi
No. Dokumen Judul Edisi 0 1 2 3 4 5 6
tanggal tanggal tanggal Tanggal tanggal Tanggal Tanggal
(__/NT-KBH/20__) Penerimaan 28-03-2019
bahan baku
I
kopi (nota
timbangan)
Surat jalan Penerimaan 28-03-2019
I
bahan kemasan
___/KL-KBH/20___ Penyimpanan 28-03-2019
(lokal) Bahan Baku
I
___/KLP-KBH/20___ Kopi
(luar palu)
____/NTP-KBH/20__ Pengayakkan I 28-03-2019
66
Revisi
No. Dokumen Judul Edisi 0 1 2 3 4 5 6
tanggal tanggal tanggal Tanggal tanggal Tanggal Tanggal
___/NTP-KBH/20___ Proses 28-03-2019
distribusi biji
kopi dari Shilo I
ke mesin
Roasting
___/DPK-KBH/20___ Proses 28-03-2019
___/QCKG-KBH/20___ Penyangraian I
(Roasting)
___/QCKG-KBH/20___ Proses 28-03-2019
Penyimpanan di I
shilo
___/PGK-BH/20___ Proses 28-03-2019
___/DHGP-BH/20___ Penggilingan I
(Grinding)
___/PPKH-BH/20___ Proses 28-03-2019
___/KDPR-KBH/20___ Pengepakan
I
___/KRB-BH/DP/20___ (Packing)
67
Revisi
No. Dokumen Judul Edisi 0 1 2 3 4 5 6
tanggal tanggal tanggal Tanggal tanggal Tanggal Tanggal
___/PPG-KBH/20___ Prosedur 28-03-2019
___/KRB-BH/DGK/20___ pengendalian
sanitasi ruang I
produksi dan
gilingan
___/PG-KBH/20___ Prosedur 28-03-2019
___/KRB-BH/DG/20___ pengendalian
I
sanitasi ruang
penggorengan
68
NAMA UMKM
ALAMAT UMKM
No. Dokumen :
LOGO
FORM PEMERIKSAAN BAHAN BAKU DAN Revisi :
KEMASAN Tanggal Terbit :
Halaman :
Jumlah
Pemeriksaan Jumlah yang
Tanggal Jenis Barang Supplier yang Rusak Paraf
Visual diterima
datang
69
NAMA UMKM
ALAMAT UMKM
No. Dokumen :
LOGO
Revisi :
FORM STOK GUDANG PRODUK
Tanggal Terbit :
Halaman :
Tanggal Jenis Produk Jumlah Produksi Rusak Keluar/Terjual Stok Akhir Paraf
70
LAMPIRAN 3
Contoh prosedur
NAMA UMKM
ALAMAT UMKM
No. Dokumen :
LOGO
PROSEDUR HIGIENE Revisi :
KARYAWAN Tanggal Terbit :
Halaman :
A. TUJUAN
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
B. RUANG LINGKUP
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
C. TANGGUNG JAWAB
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
D. PROSEDUR
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
E. DOKUMEN TERKAIT
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
71
NAMA UMKM
ALAMAT UMKM
No. Dokumen :
LOGO
PROSEDUR PENARIKAN Revisi :
PRODUJ Tanggal Terbit :
Halaman :
A. TUJUAN
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
B. RUANG LINGKUP
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
C. TANGGUNG JAWAB
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
D. PROSEDUR
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
E. DOKUMEN TERKAIT
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
72
NAMA UMKM
ALAMAT UMKM
No. Dokumen :
LOGO
PROSEDUR PENANGANAN Revisi :
KELUHAN PELANGGAN Tanggal Terbit :
Halaman :
A. TUJUAN
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
B. RUANG LINGKUP
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
C. TANGGUNG JAWAB
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
D. PROSEDUR
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
E. DOKUMEN TERKAIT
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
73
NAMA UMKM
ALAMAT UMKM
No. Dokumen :
LOGO
Revisi :
PROSEDUR PELATIHAN
Tanggal Terbit :
Halaman :
PROSEDUR PELATIHAN
A. TUJUAN
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
B. RUANG LINGKUP
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
C. TANGGUNG JAWAB
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
D. PROSEDUR
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
E. DOKUMEN TERKAIT
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
74
NAMA UMKM
ALAMAT UMKM
No. Dokumen :
LOGO
PROSEDUR AUDIT Revisi :
INTERNAL Tanggal Terbit :
Halaman :
A. TUJUAN
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
B. RUANG LINGKUP
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
C. TANGGUNG JAWAB
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
D. PROSEDUR
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
E. DOKUMEN TERKAIT
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
75
NAMA UMKM
ALAMAT UMKM
No. Dokumen :
LOGO
PROSEDUR PENGENDALIAN Revisi :
DOKUMEN DAN REKAMAN Tanggal Terbit :
Halaman :
A. TUJUAN
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
B. RUANG LINGKUP
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
C. TANGGUNG JAWAB
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
D. PROSEDUR
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
E. DOKUMEN TERKAIT
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
76
NAMA UMKM
ALAMAT UMKM
No. Dokumen :
LOGO
PROSEDUR KALIBRASI Revisi :
PERALATAN Tanggal Terbit :
Halaman :
A. TUJUAN
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
B. RUANG LINGKUP
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
C. TANGGUNG JAWAB
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
D. PROSEDUR
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
E. DOKUMEN TERKAIT
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
77
LAMPIRAN 4
NAMA UMKM
ALAMAT UMKM
No. Dokumen :
LOGO
INSTRUKSI KERJA Revisi :
PENGEMASAN Tanggal Terbit :
Halaman :
Mengetahui
Pemilik
78
LAMPIRAN 5
Tipe Sertifikasi
Ada beberapa tipe skema sertifikasi produk antara lain tipe 1a, 1b, 2, 3, 4, 5 dan
6. Fungsi dan kegiatan dari tipe sertifikasi dapat dilihat dari tabel berikut.
Fungsi penilaian kesesuaian dan kegiatana Tipe skema sertifikasi produk
dalam No,
1a 1b 2 3 4 5 6 d
skema sertifikasi produk
Seleksi, mencakup kegiatan perencanaan dan
persiapan, spesifikasi persyaratan, misalnya
I dokumen normatif, dan pengambilan sampel, x x x x x x x x
sesuai
kebutuhan
melalui:
a) pengujian
b) inspeksi
II x x x x x x x x
c) estimasi nilai atau mutu desain
d) asesmen jasa atau proses
e) kegiatan determinasi lain, misalnya verifikasi
Tinjauan
pemeriksaan bukti kesesuaian yang diperoleh
III selama tahap determinasi untuk menentukan x x x x x x x x
apakah
persyaratan yang ditentukan telah dipenuhi
Keputusan sertifikasi
Pemberian, pemeliharaan, perluasan,
IV x x x x x x x x
pengurangan,
penangguhan, pencabutan sertifikasi
Penetapan, lisensi
a)penerbitan sertifikat kesesuaian atau
pernyataan x x x x x x x x
lain mengenai kesesuaian (penetapan)
b) pemberian hak menggunakan sertifikat atau
x x x x x x x
pernyataan lain mengenai kesesuaian
V c) penerbitan suatu sertifikat kesesuaian untuk
suatu x
batch produk
d) pemberian hak menggunakan tanda
kesesuaian
x x x x x x
(lisensi) didasarkan pada survailen (VI) atau
sertifikasi untuk suatu batch.
Survailen, sesuai kebutuhan (lihat 5.3.4 sampai
dengan 5.3.8), melalui:
VI a) pengujian atau inspeksi sampel dari pasar x x x
b) pengujian atau inspeksi sampel dari pabrik x x x
c) asesmen produksi, penyampaian jasa atau x x x x
79
Fungsi penilaian kesesuaian dan kegiatana Tipe skema sertifikasi produk
dalam No,
1a 1b 2 3 4 5 6 d
skema sertifikasi produk
operasi proses
d) Audit sistem manajemen dikombinasikan
dengan x x
pengujian atau inspeksi acak
a. Apabila diperlukan, kegiatan tersebut di atas dapat dikaitkan dengan audit awal dan audit
survailen
sistem manajemen pemohon (contoh diberikan dalam ISO/ IEC Guide 53) atau asesmen awal
proses
produksi. Urutan asesmen yang dilakukan dapat bervariasi dan akan ditentukan dalam skema
tersebut.
b. Model skema sertifikasi produk yang sering digunakan dan berhasil baik diuraikan dalam
ISO/IEC Guide 28, model tersebut merupakan skema sertifikasi produk yang berhubungan
dengan skema tipe 5.
c. Sebuah skema sertifikasi produk sekurang-kurangnya mencakup kegiatan yang ada dalam
I, II, III, IVdan V a).
d. Simbol N telah ditambahkan untuk menunjukkan sejumlah kemungkinan skema lain yang
tidak
terdefinisi, yang dapat didasarkan pada kegiatan yang berbeda.
Tipe skema sertifikasi yang sering digunakan yaitu skema sertifikasi tipe 5 dan
tipe 3 dimana tipe sertifikasi ini melakukan audit system manajemen serta untuk
kegiatan surveilan dapat bervariasi di dasarkan pada situasi yang dihadapi. Surveilan
yang dilakukan dapat berupa kombinasi antara pengambilan sample produk secara
periodik atau dari pasar (uji petik), atau keduanya, yang dilanjutkan dengan kegiatan
determinasi terhadap sampel yang sudah diambil.
80
81