Anda di halaman 1dari 2

Nama:

No. : 24
Kelas : IX C

Kisah inspiratif perjalanan karier Suga BTS

Suga sangat mencintai musik bahkan sejak ia masih duduk di sekolah menengah. Orang bilang ia
adalah seseorang yang malas dan itu memang diakui Suga. Tapi tidak untuk musik, Suga sangat
menyukainya sehingga ia selalu bersemangat ketika membuat lirik. Suga bahkan ingin sekali
bertanya kepada musik kenapa ia begitu menyukainya.

Di sekolah menengah ia belajar tentang bagaimana cara menulis lirik yang baik dan di sekolah
menengah pula ia mulai menulis lirik. Sampai sekarang Suga masih menulis lirik karena jika
sehari saja ia tidak menulis lirik Suga akan merasa tidak tenang. Ia menulis lirik bahkan di mobil,
ruang tunggu, dan di toilet. Suga selalu membawa memo kemanapun ia pergi untuk mencatat
semua peristiwa yang ia temui lalu dibuat sebuah lirik lagu.

Kecintaannya pada musik tidak sampai disitu saja, Suga bahkan pernah di suatu hari (sebelum
debut) bernyanyi di tempat umum layaknya seorang pengamen dan hanya ada 2 orang anak kecil
yang melihatnya. Tapi walaupun begitu mereka adalah penikmat musik yang sesungguhnya,
mereka menikmati musik tanpa memandang yang menampilkan musik itu seorang idol atau
bukan.

Kebanyakan orang menikmati musik hanya karena musik itu ditampilkan oleh seorang idol tapi
tidak dengan mereka. Minat Suga terhadap musik sepertinya sangat besar bahkan ia ingin 10
tahun kedepan dunia ini di dominasi dengan musik dan ia ingin menjadi Raja musik. Suga
mempunyai sebuah keinginan, tapi keinginan itu tidak mudah untuk ia penuhi. Suga ingin sekali
sebuah midi gear dasar, sebuah alat untuk membuat lirik. Sayangnya untuk membeli itu ia harus
memiliki banyak uang karena harganya yang cukup mahal. Suga tidak bisa selalu mengandalkan
orang tuanya untuk mewujudkan keinginannya ini. Suga tidak menyerah begitu saja, ia
memutuskan untuk mulai menabung agar dapat mewujudkan keinginan itu.

Mulai saat itu ia rela berjalan puluhan kilometer, berjalan berjam-jam, tidak makan malam tiap
hari hanya untuk membeli alat itu. Ia pikir daripada naik kendaraan dan makan malam tapi tidak
bisa membeli alat itu sama saja seperti tidak berusaha untuk mewujudkan impiannya untuk
menjadi seorang musisi.

Demi musik dan Demi impiannya ia abaikan rasa lelah yang dirasa, ia abaikan rasa lapar yang
sesekali dirasakan saat malam tiba, hingga akhirnya Suga bisa membeli alat itu dan
menggunakannya untuk membuat musik. Ia serasa tidak percaya akhirnya perjuangan itu tidak
sia-sia. Betapa sulit perjuangannya dulu untuk mendapatkan alat itu tapi sekarang PD-nim bisa
membelikan itu bahkan apapun yang Suga inginkan.

Tak sampai disitu untuk mewujudkan cita-citanya, Suga bahkan mungkin telah menyakiti
perasaan sang ibu dengan tidak mendengarkan perintahnya. Ibu Suga ingin sekali jika ia menjadi
seorang arsitek tapi Suga tidak ingin menjadi seorang arsitek, ia ingin menjadi seorang musisi.
Bahkan ibunya pernah mengatakan pada Suga kalau ia diadopsinya dari kolong jembatan dan
Suga tahu bahwa ibunya tidak benar. Ibunya hanya bercanda atau karena kesal pada Suga yang
tidak mau menuruti kata-katanya.

Suga pernah berandai-andai, jika ia dapat kembali lagi ke umur 17 tahun, ia akan belajar dan
menuruti perintah orang tua tapi bagaimanapun waktu tidak bisa diputar. Bukannya ia tidak mau
menuruti perkataan ibunya tapi karena ia yakin mimpinya ini bisa menjadi nyata, dan untuk
mengubah mimpi itu menjadi nyata ia harus berusaha dan karena usahanya, pengorbanannya, dan
kegigihannya inilah yang membuat mimpi Suga menjadi nyata. Bagaimanapun saat ini ibunya
dan keluarganya bangga atas keberhasilan Suga, mereka akan selalu mendukung apapun yang
terjadi, keberhasilan terbesar Suga adalah mewujudkan impian, menghasilkan suatu karya, dan
membuat orang tuanya bangga dan kini ia telah mewujudkan hal itu.

“Aku percaya bahwa mimpi yang besar berasal dari sebuah mimpi kecil walaupun melalui
sebuah perjalanan yang sulit.” Min Yoongi.

Anda mungkin juga menyukai